terapi pada kehamilan

10
 Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada--------------------------------------------- 1 FARMAKOTER API PADA KEHAMILAN I. PENDAHULUAN Seorang praktisi me dik dalam praktek sehari-hari seri ng dihadapkan p ada berbagai perm asalahan peng obatan yang kadang memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus, seperti misalnya pengobatan pada kelompok umur tertentu (anak dan usia lanjut), serta wanita dengan kehamilan. Meskipun prinsip dasar dan tujuan terapi pada kelompok- kelompok tersebut tidak banyak berbeda, tetapi mengingat masing-masing memiliki keistimewaan khusus dalam penatalaksanaanny a, maka diperlukan pendekatan-pendekatan yang sedikit berbeda dengan kelompok dewa sa. Pertimbangan pengobatan pada keadaan kehamilan, tidak saja hanya berdasarkan ketentuan dewasa, tetapi perlu beberapa penyesuaian seperti dosis dan perhatian lebih besar pada kemungkinan efek obat pada janin. Dalam modul ini akan dibahas pemakaian obat pada kehamilan. Pertimbangan-pertimbangan pemakaian, faktor-faktor  yang mempengaruhi terapi serta masalah pemakaian obat akan dibahas secara singkat agar dapat memberikan gambaran umum mengenai masing-masing permasalahan. II. TUJUAN Sesudah kuliah dan diskusi, mahasiswa diharapkan: 1. Mem ahami masalah-m asalah yang berkaitan dengan pem akaian obat p ada ke lompok khusus: ya itu keh am ilan. 2. Memahami faktor-faktor ya ng me m pengaruhi keberhasilan pengobatan pada keham il an. 3. Mam pu m enerapkan dan me mbiasakan diri dengan p roses terapi pada keham ilan deng an m em perti m bangkan secara seksama faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan. III. PERSIAPAN 1. Membaca Catatan Kuliah dan Diskusi  A-07/CKD 2. Me mb uat bebe rapa pertanyaan atau perm asalahan yang berkaitan d engan topik untuk didiskusikan di kelas. IV PUS TAKA YANG DIANJURKA N Australian Drug Evaluation Committe 1989 M edicine in Pregnancy. Australian Goverment Publishing Service, Canberra. Katzung BG 1987Basic and Clinical Pharmacology, 3rd editi on.Lang e Me dical Boo k, California. Speight TM 1997  Avery Drug Treatment: Principles and Practice of Clinical Pharmacology and Therapeutics, 4 rd edition. ADIS Press, Auckland. Suryawati S et al. 1990 Pemakaian Obat pada Kehamilan . Laboratorium Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. ** * -07/PKD PETUNJUK KULIAH/ DISKUSI

Upload: muhammad-muhlis

Post on 07-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/6/2019 terapi pada kehamilan

http://slidepdf.com/reader/full/terapi-pada-kehamilan 1/10

 Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada--------------------------------------------- 1

FARMAKOTERAPI PADA KEHAMILAN

I. PENDAHULUAN

Seorang praktisi medik dalam praktek sehari-hari sering dihadapkan pada berbagai permasalahan pengobatan yangkadang memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus, seperti misalnya pengobatan pada kelompok umur tertentu(anak dan usia lanjut), serta wanita dengan kehamilan. Meskipun prinsip dasar dan tujuan terapi pada kelompok-kelompok tersebut tidak banyak berbeda, tetapi mengingat masing-masing memiliki keistimewaan khusus dalampenatalaksanaannya, maka diperlukan pendekatan-pendekatan yang sedikit berbeda dengan kelompok dewasa.

Pertimbangan pengobatan pada keadaan kehamilan, tidak saja hanya berdasarkan ketentuan dewasa, tetapi perlubeberapa penyesuaian seperti dosis dan perhatian lebih besar pada kemungkinan efek obat pada janin.

Dalam modul ini akan dibahas pemakaian obat pada kehamilan. Pertimbangan-pertimbangan pemakaian, faktor-faktor yang mempengaruhi terapi serta masalah pemakaian obat akan dibahas secara singkat agar dapat memberikan

gambaran umum mengenai masing-masing permasalahan.

II. TUJUAN

Sesudah kuliah dan diskusi, mahasiswa diharapkan:1. Memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan pemakaian obat pada kelompok khusus: yaitu kehamilan.2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan pada kehamilan.3. Mampu menerapkan dan membiasakan diri dengan proses terapi pada kehamilan dengan mempertimbangkan

secara seksama faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan.

III. PERSIAPAN

1. Membaca Catatan Kuliah dan Diskusi A-07/CKD 2. Membuat beberapa pertanyaan atau permasalahan yang berkaitan dengan topik untuk didiskusikan di kelas.

IV PUSTAKA YANG DIANJURKAN

Australian Drug Evaluation Committe 1989 Medicine in Pregnancy. Australian Goverment Publishing Service,Canberra.

Katzung BG 1987Basic and Clinical Pharmacology, 3rd edition.Lange Medical Book, California.Speight TM 1997 Avery Drug Treatment: Principles and Practice of Clinical Pharmacology and Therapeutics, 4rd

edition. ADIS Press, Auckland.Suryawati S et al. 1990 Pemakaian Obat pada Kehamilan. Laboratorium Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

***

-07/PKD

PETUNJUK KULIAH/DISKUSI

8/6/2019 terapi pada kehamilan

http://slidepdf.com/reader/full/terapi-pada-kehamilan 2/10

 Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada--------------------------------------------- 2

PEMAKAIAN OBAT PADA KELOMPOK KHUSUS:KEHAMILAN 

I. PENDAHULUAN

Pemakaian obat pada kehamilan merupakan salah satu masalah pengobatan yang penting untuk diketahui dandibahas. Hal ini mengingat bahwa dalam pemakaian obat selama kehamilan, tidak saja dihadapi berbagaikemungkinan yang dapat terjadi pada ibu, tetapi juga pada janin. Hampir sebagian besar obat dapat melintasi sawar darah/plasenta, beberapa diantaranya mampu memberikan pengaruh buruk, tetapi ada juga yang tidak memberipengaruh apapun.

Beberapa jenis obat dapat menembus plasenta dan mempengaruhi janin dalam uterus, baik melalui efek farmakologikmaupun efek teratogeniknya. Secara umum faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masuknya obat ke dalamplasenta dan memberikan efek pada janin adalah:

(1) sifat fisikokimiawi dari obat(2) kecepatan obat untuk melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi janin(3) lamanya pemaparan terhadap obat(4) bagaimana obat didistribusikan ke jaringan-jaringan yang berbeda pada janin(5) periode perkembangan janin saat obat diberikan dan(6) efek obat jika diberikan dalam bentuk kombinasi.

Kemampuan obat untuk melintasi plasenta tergantung pada sifat lipolik dan ionisasi obat. Obat yang mempunyailipofilik tinggi cenderung untuk segera terdifusi ke dalam serkulasi janin. Contoh, tiopental yang sering digunakanpada seksio sesarea, dapat menembus plasenta segera setelah pemberian, dan dapat mengakibatkan terjadinyaapnea pada bayi yang dilahirkan. Obat yang sangat terionisasi seperti misalnya suksinilkholin dan d-tubokurarin, akan

melintasi plasenta secara lambat dan terdapat dalam kadar yang sangat rendah pada janin.

Kecepatan dan jumlah obat yang dapat melintasi plasenta juga ditentukan oleh berat molekul. Obat-obat dengan beratmolekul 250-500 dapat secara mudah melintasi plasenta, tergantung pada sifat lipofiliknya, sedangkan obat denganberat molekul > 1000 sangat sulit menembus plasenta.Kehamilan merupakan masa rentan terhadap efek samping obat, khususnya bagi janin. Salah satu contoh yang dapatmemberikan pengaruh sangat buruk terhadap janin jika diberikan pada periode kehamilan adalah talidomid, yangmemberi efek kelainan kongenital berupa fokomelia atau tidak tumbuhnya anggota gerak.

Untuk itu, pemberian obat pada masa kehamilan memerlukan pertimbangan yang benar-benar matang.

II. FARMAKOKINETIKA OBAT SELAMA KEHAMILAN

II.1. Absorps i

Pada awal kehamilan akan terjadi penurunan sekresi asam lambung hingga 30-40%. Hal ini menyebabkan pH asamlambung sedikit meningkat, sehingga obat-obat yang bersifat asam lemah akan sedikit mengalami penurunanabsorpsi. Sebaliknya untuk obat yang bersifat basa lemah absorpsi justru meningkat. Pada fase selanjutnya akanterjadi penurunan motilitas gastrointestinal sehingga absopsi obat-obat yang sukar larut (misalnya digoksin) akanmeningkat, sedang absopsi obat-obat yang mengalami metabolisme di dinding usus, seperti misalnya klorpromazinakan menurun.

-07/CKD

CATATAN KULIAH/DISKUSI

8/6/2019 terapi pada kehamilan

http://slidepdf.com/reader/full/terapi-pada-kehamilan 3/10

 Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada--------------------------------------------- 3

II.2. Distribus i

Pada keadaan kehamilan, volume plasma dan cairan ekstraseluser ibu akan meningkat, dan mencapai 50% padaakhir kehamilan. Sebagai salah satu akibatnya obat-obat yang volume distribusinya kecil, misalnya ampisilin akanditemukan dalam kadar yang rendah dalam darah, walaupun diberikan pada dosis lazim. Di samping itu, selama masaakhir kehamilan akan terjadi perubahan kadar protein berupa penurunan albumin serum sampai 20%. Perubahan inisemakin menyolok pada keadaan pre-eklamsia, di mana kadar albumin turun sampai 34% dan glikoprotein

meningkat hingga 100%. Telah diketahui, obat asam lemah terikat pada albumin, dan obat basa lemah terikat padaalfa-1 glikoprotein. Konsekuensi, fraksi bebas obat-obat yang bersifat asam akan meningkat, sedangkan fraksi bebasobat-obat yang bersifat basa akan menurun. Fraksi bebas obat-obat seperti diazepam, fenitoin dan natrium valproatterbukti meningkat secara bermakna pada akhir kehamilan.

II.3. Eliminasi

Pada akhir masa kehamilan akan terjadi peningkatan aliran darah ginjal sampai dua kali lipat. Sebagai akibatnya, akanterjadi peningkatan eliminasi obat-obat yang terutama mengalami ekskresi di ginjal. Dengan meningkatnya aktivitas mixed function oxidase, suatu sistem enzim yang paling berperan dalam metabolisme hepatal obat, makametabolisme obat-obat tertentu yang mengalami olsidasi dengan cara ini (misalnya fenitoin. fenobarbital, dankarbamazepin) juga meningkat, sehingga kadar obat tersebut dalam darah akan menurun lebih cepat, terutama pada

trimester kedua dan ketiga. Untuk itu, pada keadaan tertentu mungkin diperlukan menaikkan dosis agar diperoleh efekyang diharapkan.

III. PENGARUH OBAT PADA JANIN 

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik, teratogenik maupun letal, tergantung pada sifat obat danumur kehamilan paga saat minum obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilanmenyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya barumuncul beberapa saat setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasianatomik pada petumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkanpengaruh obat yang bersifa letal, adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.

Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam, sesuai dengan fase-fase berikut,

1. Fase implantasi, yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Pada fase ini obat dapat memberi pengaruhburuk atau mungkin tidak sama sekali. Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atauberakhirnya kehamilan (abortus).

2. Fase embional atau organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu. Pada fase ini terjadidiferensiasi pertumbuhan untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik). Berbagai pengaruh burukyang mungkin terjadi pada fase ini antara lain,

− Gangguan fungsional atau metabolik yang permanen yang biasanya baru muncul kemudian, jadi tidak timbulsecara langsung pada saat kehamilan. Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada trimester pertamakehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma vagina pada anak perempuan di kemudianhari (pada saat mereka sudah dewasa).

− pengaruh letal, berupa kematian janin atau terjadinya abortus.− pengaruh sub-letal, yang biasanya dalam bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ, seperti misalnya

fokolemia karena talidomid.

3. Fase fetal, yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhanlebih lanjut dari janin. Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasianatomik lagi. tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan, baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik ataubiokimiawi organ-organ. Demikian pula pengaruh obat yang dialami ibu dapat pula dialami janin, meskipunmungkin dalam derajat yang berbeda. Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karenaselama masa akhir kehamilan, ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik; atau terjadinya efek

samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin.

8/6/2019 terapi pada kehamilan

http://slidepdf.com/reader/full/terapi-pada-kehamilan 4/10

 Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada--------------------------------------------- 4

Dalam upaya mencegah terjadinya yang tidak diharapkan dari obat-obat yang diberikan selama kehamilan, makaoleh U.S. Food and Drug Administration (FDA-USA) maupun Australia Drug Evaluation Commitee, obat-obatdikategorikan sebagai berikut (Australian Drug Evaluation Commitee).

− Kategori A:

Yang termasuk dalam kategori ini adalah obat-obat yang telah banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa disertaikenaikan frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya. Obat-obat yang termasuk dalam kategori A

antara lain adalah parasetamol, penisilin, eritromisin, glikosida jantung, isoniazid serta bahan-bahan hemopoetikseperti besi dan asam folat.

− Kategori B:

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil masih terbatas, tetapi tidakterbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau pengaruh buruk lainnya pada janin. Mengingat terbatasnyapengalaman pemakaian pada wanita hamil, maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-temuanpada studi toksikologi pada hewan, yaitu:

B1: Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin (fetal damage). Contohobat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya simetidin, dipiridamol, dan spektinomisin.

B2: Data dari penilitian pada hewan belum memadai, tetapi ada petunjuk tidak meningkatnya kejadian kerusakan

 janin, tikarsilin, amfoterisin, dopamin, asetilkistein, dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalamkategori ini.B3: Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin, tetapi belum tentu bermakna pada

manusia. Sebagai contoh adalah karbamazepin, pirimetamin, griseofulvin, trimetoprim, dan mebendazol.

− Kategori C:Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa disertai malformasi anatomiksemata-mata karena efek farmakologiknya. Umumnya bersifat reversibel (membaik kembali). Sebagai contohadalah analgetika-narkotik, fenotiazin, rifampisin, aspirin, antiinflamasi non-steroid dan diuretika.

− Kategori DObat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian malformasi janin pada manusia atau menyebabkan

kerusakan janin yang bersifat ireversibel (tidak dapat membaik kembali). Obat-obat dalam kategori ini jugamempunyai efek farmakologik yang merugikan terhadap janin. Misalnya: androgen, fenitoin, pirimidon,fenobarbiton, kinin, klonazepam, valproat, steroid anabolik, dan antikoagulansia.

− Kategori XObat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai risiko tinggi terjadinya pengaruhburuk yang menetap (irreversibel) pada janin jika diminum pada masa kehamilan. Obat dalam kategori inimerupakan kontraindikasi mutlak selama kehamilan. Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol.

IV. PEMAKAIAN BEBERAPA OBAT SELAMA PERIODE KEHAMILAN

IV.1. Antibiot ika & antiseptika 

Infeksi pada saat kehamilan tidak jarang terjadi, mengingat secara alamiah risiko terjadinya infeksi pada periode inilebih besar, seperti misalnya infeksi saluran kencjng karena dilatasi ureter dan stasis yang biasanya muncul pada awalkehamilan dan menetap sampai beberapa saat setelah melahirkan. Dalam menghadapi kehamilan dengan infeksi,pertimbangan pengobatan yang harus diambil tidak saja dari segi ibu, tetapi juga segi janin, mengingat hampir semua antibiotika dapat melintasi plasenta dengan segala konsekuensinya. Berikut akan dibahas antibiotika yangdianjurkan maupun yang harus dihindari selama kehamilan, agar di samping tujuan terapetik dapat tercapaisemaksimal mungkin, efek samping pada ibu dan janin dapat ditekan seminimal mungkin.

8/6/2019 terapi pada kehamilan

http://slidepdf.com/reader/full/terapi-pada-kehamilan 5/10

 Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada--------------------------------------------- 5

IV.1.a. Penisilin

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion. Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan,meskipun perlu pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan efek samping yangdapat terjadi pada ibu.

− Ampilisin:Segi keamanan baik bagi ibu maupun janin relatif cukup terjamin. Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janinmeningkat secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya dalam sirkulasiibu. Pada awal kehamilan, kadar ampisilin dalam cairan amnion relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal

 janin, di samping meningkatnya kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut. Tetapi padaperiode akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur, kadarnya dalamsirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu. Farmakokinetika ampisilin berubah menyolok selama kehamilan.Dengan meningkatnya volume plasma dan cairan tubuh, maka meningkat pula volume distribusi obat. Olehsebab itu kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50% dibanding saat tidak hamil. Dengan demikianpenambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa kehamilan.

− Amoksisilin :

Pada dasarnya, absorpsi amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin. Amoksisilindiabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral maupun parenteral. Seperti halnya denganampisilin penambahan dosis amoksisilin pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibumaupun janin relatif rendah dibanding saat tidak hamil. Dalam sirkulasi janin, kadarnya hanya sekitar seperempatsampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu.

IV. 1.b. Sefalosporin

Sama halnya dengan penisilin, sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester pertama kehamilan. Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu, tetapitidak terakumulasi setelah pemberian berulang atau melalui infus. Sejauh ini belum ada bukti bahwa pengaruh buruksefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang

mendapat sefalosporin pada trimester terakhir kehamilan.

IV.1.c. Tetrasiklin:

Seperti halnya penisilin dan antibiotika lainnya, tetrasiklin dapat dengan mudah melintasi plasenta dan mancapaikadar terapetik pada sirkulasi janin. Jika diberikan pada trimester pertama kehamilan, tetrasiklin menyebabkanterjadinya deposisi tulangin utero, yang pada akhirnya akan menimbulkan gangguan pertumbuhan tulang, terutamapada bayi prematur. Meskipun hal ini bersifat tidak menetap (reversibel) dan dapat pulih kembali setelah prosesremodelling, namun sebaiknya tidak diberikan pada periode tersebut. Jika diberikan pada trimester kedua hinggaketiga kehamilan, tetrasiklin akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna gigi (menjadi kekuningan) yang bersifatmenetap disertai hipoplasia enamel. Mengingat kemungkinan risikonya lebih besar dibanding manfaat yangdiharapkan maka pemakaian tetrasiklin pada wanita hamil sejauh mungkin harus dihindari.

IV.1.d. Aminoglikosida

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D, yang penggunaannya oleh wanita hamil diketaui meningkatkanangka kejadian malformasi dan kerusakan janin yang bersifat ireversibel. Pemberian aminoglikosida pada wanitahamil sangat tidak dianjurkan. Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan ototoksik padaibu, dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler pada janin, terutama jika diberikan pada periodeorganogeneis. Kerusakan saraf kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendapataminoglikosida pada kehamilan.

8/6/2019 terapi pada kehamilan

http://slidepdf.com/reader/full/terapi-pada-kehamilan 6/10

 Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada--------------------------------------------- 6

IV.1.e. Kloramfenikol

Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil, terutama pada trimester II dan III, di mana hepar belum matur, dapatmenyebabkan angka terjadinyasindroma Grey pada bayi, ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi tampak keabu-abuan), hipotermia, muntah, abdomen protuberant, dan menunjukkan reaksi menolak menyusu, di samping

pernafasan yang cepat & tidak teratur, serta letargi. Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C, yaitu obat yangkarena efek farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai malformasi anatomik.Pengaruh ini dapat bersifat reversibel. Pemberian kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari, terutamapada minggu-minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui.

IV.1.f. Sulfonamida

Obat-obat yang tergolong sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin, dalam kadar yanglebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu. Pemakaian sulfonamida pada wanita hamil harusdihindari, terutama pada akhir masa kehamilan. Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempatikatannya dengan protein, sehingga mengakibatkan terjadinyakern-ikterus pada bayi yang baru dilahirkan. Keadaanini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir.

IV.1.g. Eritromisin

Pemakaian eritromisin pada wanita hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal), tetapi kadar pada janin hanya mencapai 1-2% dibanding kadarnyadalam serum ibu. Di samping itu, sejauh ini belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainanpada janin. Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia pada wanita hamilserta pencegahan penularan ke janin cukup baik, meskipun bukan menjadi obat pilihan pertama. Namun ditilik darisegi keamanan dan manfaatnya, pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotikalain, misalnya tetrasiklin.

IV.1.h. Trimetoprim

Karena volume distribusi yang luas, trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebihtinggi dibanding sulfametoksazol, meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu. Pada uji hewan, trimetoprim terbuktibersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar. Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifatteratogen pada janin, tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari. Jika terpaksa harus memberikankombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan, diperlukan pemberian suplementasi asam folet.

IV.1.i. Nitrofurantoin

Nitrofurantoin sering digunakan sebagai antiseptik pada saluran kencing. Jika diberikan pada awal kehamilan, kadar nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu, tetapi kadarnya dalam plasma sangat rendah. Dengan

makin bertambahnya umur kehamilan, kadar nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat. Sejauh ini belumterbukti bahwa nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin. Namun perhatian harus diberikanterutama pada kehamilan cukup bulan, di mana pemberian nitrofurantoin pada periode ini kemungkinan akanmenyebabkan anemia hemolitik pada janin.

IV.2. AnalgetikaKeluhan nyeri selama masa kehamilan umum dijumpai. Hal ini berkaitan dengan masalah fisiologis dari si ibu, karenaadanya tarikan otot-otot dan sendi karena kehamilan, maupun sebab-sebab yang lain. Untuk nyeri yang tidakberkaitan dengan proses radang, pemberian obat pengurang nyeri biasanya dilakukan dalam jangka waktu relatif pendek. Untuk nyeri yang berkaitan dengan proses radang, umumnya diperlukan pengobatan dalam jangka waktutertentu. Penilaian yang seksama terhadap penyebab nyeri perlu dilakukan agar dapat ditentukan pilihan jenis obatyang paling tepat.

8/6/2019 terapi pada kehamilan

http://slidepdf.com/reader/full/terapi-pada-kehamilan 7/10

 Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada--------------------------------------------- 7

IV.2.a.Analgetika-narkotikaSemua analgetika-narkotika dapat melintasi plasenta dan dari berbagai penelitian pada gewan uji, secara konsistenobat ini menunjukkan adanya akumulasi pada jaringan otak janin. Terdapat bukti meningkatkan kejadian permaturitas,retardasi pertumbuhan intrauteri, fetal distress dan kematian perinatal pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

sering mengkonsumsi analgetika-narkotik. Keadaan withdrawl pada bayi-bayi yang baru lahir tersebut biasanyamanifes dalam bentuk tremor, iritabilitas, kejang, muntah, diare dan takhipnoe.

Metadon:Jika diberikan pada kehamilan memberi gejala withdrawal yang munculnya lebih lambat dan sifatnya lebih lamadibanding heroin. Beratnya withdrawal karena metadon nampaknya berkaitan dengan meningkatnya dosispemeliharaan pada ibu sampai di atas 20 mg/hari

PetidinDianggap paling aman untuk pemakaian selam proses persalinan. Tetapi kenyataannya bayi-bayi yang dilahirkan olehibu yang mendapat petidin selama proses kelahiran menunjukkan skala neuropsikologik yang lebih rendah dibandingbayi-bayi yang ibunya tidak mendapat obat ini, atau yang mendapat anestesi lokal. Dengan alasan ini maka

pemakaian petidin pada persalinan hanya dibenarkan apabila anestesi epidural memang tidak memungkinkan.

IV.2.b. Analgetika-antipiretikParasetamol:Merupakan analgetika-antipiretik yang relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan. Meskipun kemungkinanterjadinya efek samping hepatotoksisitas tetap ada, tetapi umumnya terjadi pada dosis yang jauh lebih besar dari yangdianjurkan.

Antalgin:Dikenal secara luas sebagai pengurang rasa nyeri derajat ringan. Salah satu efek samping yang dikhawatirkan padapenggunaan antalgin ini adalah terjadinya agranulositosis. Meskipun angka kejadiannya relatif sangat jarang, tetapipemakaian selama kehamilan sebaiknya dihindari.

IV.2.c. Antiinflamasi non-steroidDengan dasar mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis prostaglandin, efek samping obat-obat antiinflamasinon-steroid kemungkinan lebih sering terjadi pada trimester akhir kehamilan. Dengan terhambatnya sintesisprostaglandin, pada janin akan terjadi penutupan duktus arteriosus Botalli yang terlalu dini, sehingga bayi yangdilahirkan akan menderita hipertensi pulmonal. Efek samping yang lain adalah berupa tertunda dan memanjangnyaproses persalinan jika obat ini diberikan pada trimester terakhir.

Sejauh ini tidak terdapat bukti bahwa antiiflamasi non-steroid mempunyai efek teratogenik pada janin dalam bentukmalformasi anatomik. Namun demikian, pemberian obat-obat tersebut selama kehamilan hendaknya atas indikasiyang ketat disertai beberapa pertimbangan pemilihan jenis obat. Pertimbangan ini misalnya dengan memilih obatyangmempunyai waktu paruh paling singkat, dengan risiko efek samping yang paling ringan.

IV.3. Antiemetik

Meskipun pada uji hewan terdapat bukti bahwa obat-obat antiemetik (meklozin dan siklizin) dapat menyebabkanterjadinya abnormalitas janin, tetapi hal ini belum terbukti pada manusia. Terdapat hubungan yang bermakna antarapemakaian prometazin selama trimester pertama kehamilan dengan terjadinya dislokasi panggul kongenital pada

 janin. Pemakaian antiemetik selama kehamilan sebaiknya dihindari jika intervensi non-farmakologik lainnya masihdapat dilakukan.

8/6/2019 terapi pada kehamilan

http://slidepdf.com/reader/full/terapi-pada-kehamilan 8/10

 Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada--------------------------------------------- 8

IV.4. Antiepil epsi

Fenitoin (difenilhidantoin) dapat melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi janin setelah pemberian dosis terapetiksecara intravenosa. Dosis tertinggi pada janin ditemukan dalan hepar, jantung, dan glandula adrenal. Pada wanitahamil yang mendapat pengobatan fenitoin jangka panjang, kadar fenitoin dalam sirkulasi janin sama dengan kadarnyadalam sirku janin sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu. Waktu paruh fenitoin pada bayi baru lahir sekitar 60-70

 jam dan obat masih didapat dalam plasma bayi, hingga hari ke lima setelah kelahiran. Pemberian fenitoin selama

kehamilan dalam jangka panjang ternyata berkaitan erat dengan meningkatnya angka kejadian kelainan kongenitalpada bayi yang dilahirkan. Kelainan ini berupa malformasi kraniofasial disertai penyakit jantung kongenital, celahfasial, mikrosefalus dan beberapa kelainan pada kranium dan tulang-tulang lainnya. Oleh karena itu pemakaianfenitoin selama kehamilan sangat tidak dianjurkan.

Obat-obat antiepilepsi lain seterti karbamazepin dan fenobarbiton ternyata juga menyebabkan terjadinya malformasikongendital (meskipun lebih ringan ) pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengkonsumsi obat-obat tersebutselama masa kehamilannya.

Pemakaian asam valproat selama kehamilan mungkin meningkatkan derajat defek tuba neuralis. Dari beberapapenelitian dilaporkan bahwa 1-2 % spina bifida pada bayi baru lahir terjadi karena ibu mengkonsumsi asam valproatselama masa kehamilannya.

IV.5. Antihipertensi

Dalam praktek sehari-hari tidak jarang kita menjumpai seorang wanita yang dalam masa kehamilannya menderitahipertensi. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah apakah wanita tersebut memang penderita hipertensi atauhipertensi yang dialami hanya terjadi selama masa kehamilan. Meskipun pendekatan terapi antar keduanya berbeda,tetapi tujuan terapinya adalah sama yaitu mencegah terjadinya hipertensi yang lebih berat agar kehamilannya dapatdipertahankan hingga cukup bulan, serta menghindari kemungkinan terjadinya kematian maternal karena eklamsiaatau hemoragi serebral terutama saat melahirkan. Sejauh mungkin juga diusahakan agar tidak terjadi komplikasi ataukelainan pada bayi yang dilahirkan, baik karena hipertensinya maupun komplikasi yang menyertainya. Berikut akandibahas pemakaian obat-obat antihipertensi selama masa kehamilan.

- Golongan penyekat adrenoseptor betaObat-obat golongan ini seperti misalnya oksprenolol dan atenolol dapat melintasi plasenta dan mencapaisirkulasi janin dengan memberi efek blokade beta pada janin. Oksprenolol dan atenolol relatif aman dan tidakterbukti meningkatkan kejadian kejadian malformasi janin, meskipun terdapat beberapa kasus bayi denganbradikardi temporer setelah pemberian atenolol pada ibu selama kehamilannya.

- Vasodilator Pada kehamilan, diazoksid, dan hidralazin umumnya digunakan untuk mencegah kelahiran prematur akibateklampsia, dimana efeknya tidak saja berupa relaksasi otot vaskuler tetapi juga berpengaruh terhadap ototuterus. Jika digunakan selama masa kehamilan aterm dapat mengakibatkan lambatnya persalinan. Padapemakaian jangka panjang, diazoksid dapat menyebabkan terjadinya alopesia dan gangguan toleransi glukosapada bayi baru lahir.

- Golongan simpatolitik sentral:Metildopa relatif aman selama masa kehamilan. Obat ini mampu melintasi barier plasenta dengan kadar yanghampir sama dengan kadar maternal. Pemberian metildopa hanya efektif untuk hipertensi yang lebih berat.Klonidin juga relatif aman untuk ibu dan janin, tetapi pada dosis besar sering memberi efek samping sepertisedasi dan mulut kering.

Secara lebih tegas, obat-obat antihipertensi yang tidak dianjurkan selama kehamilan meliputi:

1. Pemakaian obat-obat golongan antagonis kalsium seperti verapamil, nifedipin, dan diltiazem selama kehamilanternyata menunjukkan kecenderungan terjadinya hipoksia fetal jika terjadi hipotensi pada maternal.

8/6/2019 terapi pada kehamilan

http://slidepdf.com/reader/full/terapi-pada-kehamilan 9/10

 Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada--------------------------------------------- 9

2. Diuretika sangat tidak dianjurkan selama masa kehamilan karena di samping mengurangi volume plasma jugamengakibatkan berkurangnya perfusi utero-plasenta.

3. Obat-obat seperti reserpin sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena dapat menyebabkan hilangnyatermoregulasi pada neonatal jika dikonsumsi selama trimester III.

4. Obat-obat penyekat neuroadrenergik seperti debrisokuin dan guanetidin sebaiknya juga tidak diberikan selamakehamilan karena menyebabkan hipotensi postural dan menurunkan perfusi uteroplasental.

5. Pemakaian obat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor seperti kaptopril dan enalapril sangat tidak

dianjurkan selama kehamilan karena meningkatkan kejadian mortalitas janin.

V. DAFTAR PUSTAKA (Ada di Bagian Farmakologi Klinik FK-UGM)

Australian Drug Evaluation Committee (1989) Medicine in Pregnancy. Australian Goverment Publishing Service,Canberra.

Katzung BG (1987) Basic and Clinical Pharmacology,3rd edition. Lange Medical Book, California.Speight TM (1987) Avery’s Drug Treatment: Principles and Practice of Clinical Pharmacology and Therapeutics, 3rd

edition.ADIS press,Auckland.Suryawati S et al (1990), Pemakaian Obat pada Kehamilan.Laboratorium Farmakologi Klinik FK-UGM, Yogyakarta

***

8/6/2019 terapi pada kehamilan

http://slidepdf.com/reader/full/terapi-pada-kehamilan 10/10

 Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada--------------------------------------------- 10