terapi ht

5
PENATALAKSANAAN DARURAT HIPERTENSI PADA PASIEN STROKE AKUT Penurunan tekanan darah pada stroke akut akan memperkecil kemungkinan terjadinya edema serebral, transformasi perdarahan, mencegah kerusakan vaskular lebih lanjut dan terjadinya serangan stroke ulang (early recurrent stroke). Akan tetapi, disisi lain, penurunan tekanan darah pada stroke akut dapat mengakibatkan penurunan perfusi serebral sehingga kerusakan daerah iskemik di otak akan menjadi semakin luas. Terlebih pada hipertensi kronik dengan kurva perfusi (tekanan darah – aliran darah ke otak) bergeser ke kanan, Penurunan tekanan darah pada kondisi seperti ini akan semakin mengakibatkan penurunan perfusi serebral. Atas dasar itu, dalam batas-batas tertentu, penurunan tekana darah pada pasien stroke fase akut dengan kondisi darurat emergensi sebagai tindakan rutin tidak dianjurkan, karena dapat memperburuk kondisi pasien, menimbulkan kecacatan dan kematian. Sementara itu, pada banyak pasien stroke akut, tekanan darah akan turun dengan sendirinya dalam 24 jam pertama setelah awitan serangan stroke. Penatalaksanaan Hipertensi pada Stroke akut berdasarkan Guideline Stroke Tahun 2011 perhimpunan dokter spesialis saraf Indonesia. Penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut sebagai tindakan rutin tidak di anjurkan, karena kemungkinan

Upload: agkawai

Post on 16-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hipertensi

TRANSCRIPT

Page 1: terapi HT

PENATALAKSANAAN DARURAT HIPERTENSI PADA PASIEN

STROKE AKUT

Penurunan tekanan darah pada stroke akut akan memperkecil kemungkinan terjadinya

edema serebral, transformasi perdarahan, mencegah kerusakan vaskular lebih lanjut dan

terjadinya serangan stroke ulang (early recurrent stroke). Akan tetapi, disisi lain, penurunan

tekanan darah pada stroke akut dapat mengakibatkan penurunan perfusi serebral sehingga

kerusakan daerah iskemik di otak akan menjadi semakin luas. Terlebih pada hipertensi kronik

dengan kurva perfusi (tekanan darah – aliran darah ke otak) bergeser ke kanan, Penurunan

tekanan darah pada kondisi seperti ini akan semakin mengakibatkan penurunan perfusi

serebral.

Atas dasar itu, dalam batas-batas tertentu, penurunan tekana darah pada pasien stroke

fase akut dengan kondisi darurat emergensi sebagai tindakan rutin tidak dianjurkan, karena

dapat memperburuk kondisi pasien, menimbulkan kecacatan dan kematian. Sementara itu,

pada banyak pasien stroke akut, tekanan darah akan turun dengan sendirinya dalam 24 jam

pertama setelah awitan serangan stroke.

Penatalaksanaan Hipertensi pada Stroke akut berdasarkan Guideline Stroke Tahun

2011 perhimpunan dokter spesialis saraf Indonesia.

Penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut sebagai tindakan rutin tidak di

anjurkan, karena kemungkinan dapat memperburuk keluaran neurologik. Pada sebagian besar

pasien, tekanan darah akan turun dengan sendirinya dalam 24 jam pertama setelah awitan

serangan stroke. Guideline stroke tahun 2011 merekomendasikan penurunan tekanan darah

yang tinggi pada stroke akut agar dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan beberapa

kondisi dibawah ini :

1. Pada pasien stroke iskemia akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15% (sistolik

maupun diastolik) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila tekanan darah sistolik

> 220 mmHg atau tekanan darah diastolik > 120 mmHg.

Pada pasien stroke iskemik akut yang diberi terapi trombolitik (rTPA), tekanan darah

sistolik diturunkan hingga < 185 mmHg dan tekanan darah diastolik < 110 mmHg.

Obat antihipertensi yang digunakan adalah Labetolol, Nitropruside, Nikardipin atau

Diltiazem intravena.

Page 2: terapi HT

2. Pada pasien stroke perdarahan intraserebral akut, apabila tekanan darah sistolik > 200

mmHg atau mean Arterial Pressure (MAP) > 130 mmHg, tekanan darah diturunkan

dengan menggunakan obat antihipertensi intravena secara kontinu dengan

pemantauan tekanan darah setiap 5 menit.

3. Apabila tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau MAP >130 mmHg disertai dengan

gejala dan tanda peningkatan tekanan intrakranial, dilakukan pemantauan tekanan

intrakranial, tekanan darah diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi

intravena secara kontinu atau intermitten dengan pemantauan tekanan perfusi serebral

> 60 mmHg.

4. Apabila tekanan darah sistole > 180 mmHg atau MAP > 130 mmHg tanpa disertai

gejala dan tanda peningkatan tekanan intrakranial, tekanan darah diturunkan secara

hati-hati dengan menggunakan obat antihipertensi intravena kontinu atau intermitten

dengan pemantauan tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP 110 mmHg atau

tekanan darah 160/90 mmHg.

Pada Studi INTERACT 2010, penurunan tekanan darah sistole hingga 140 mmHg

masih diperbolehkan.

5. Pada perdarahan subaraknoid (PSA) aneurismal, tekanan darah harus dipantau dan

dikendalikan bersama pemantauan tekanan perfusi serebral untuk mencegah resiko

terjadinya stroke iskemik sesudah PSA serta perdarahan ulang.

Untuk mencegah terjadinya perdarahan subaraknoid berulang, pada pasien stroke

perdarahan subaraknoid akut, tekanan darah diturunkan hingga tekanan darah sistole

140 – 160 mmHg.

Sedangkan tekanan darah sistole 160 – 180 mmHg sering digunakan sebagai target

tekanan darah sistole dalam mencegah resiko terjadinya vasospasme, namun hal ini

bersifat individual, tergantung pada usia pasien, berat ringannya kemungkinan

vasospasme dan komorbiditas kardiovaskuler.

6. Penurunan tekanan darah pada stroke akut dapat dipertimbangkan hingga lebih rendah

dari target diatas pada kondisi tertentu yang mengancam target organ lainnya,

Page 3: terapi HT

misalnya diseksi aorta, infark miokard akut, edema paru, gagal ginjal akut dan

ensefalopati hipertensif.

Target penurunan tersebut adalah 15 – 25% pada jam pertama dan tekanan darah

sistolik 160/90 mmHg dalam 6 jam pertama.

Pada stroke iskemik akut, hipertensi yang tidak di kelola dengan baik dapat berakibat

meluasnya area infark (reinfark), edema serebral serta transformasi perdarahan, sedangkan

pada stroke perdarahan, hipertensi dapat mengakibatkan perdarahan ulang dan semakin

luasnya hematoma (perdarahan).

Penurunan tekanan darah pada stroke fase akut harus dilakukan dengan hati-hati.

Penurunan tekanan darah yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kerusakan

semakin parah dan memperburuk keadaan klinik neurologik pasien. Oleh karena itu,

pemilihan obat anti hipertensi parenteral yang ideal adalah yang dapat dititrasi dengan

mudah dengan efek vasodilator serebral yang minimal. Pedoman penurunan tekanan darah

pada stroke akut adalah sebagai berikut :

1. Gunakan obat antihipertensi yang memiliki masa kerja singkat (short acting agent)

2. Pemberian obat antihipertensi dimulai dengan dosis rendah

3. Hindari pemakaian obat anti hipertensi yang diketahui dengan jelas dapat

mengakibatkan penurunan aliran darah otak

4. Hindari pemakaian diuretika (kecuali pada keadaan dengan gagal jantung)

5. Patuhi konsensus yang telah disepakati sebagai target tekanan darah yang akan

dicapai.