teoris sister callista roy

31
SEJARAH Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles. Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli. Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap

Upload: anggun-diah-safitri

Post on 30-Jan-2016

128 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

teoris sister callista roy

TRANSCRIPT

Page 1: teoris sister callista roy

SEJARAH

Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan

pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing

pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada

tahun 1966 di University of California Los Angeles.

Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia

lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E.

Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep

adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan.

Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964)

seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen

mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat

adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus

yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap

manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi

nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk

menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah

keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.

Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain

di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978).

Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan

keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan

diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s

College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk

mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang

peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977

menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi

keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy

mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah

Page 2: teoris sister callista roy

membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit.

Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

Sumber Teori

Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari

Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun pengertian

konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus

sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh

dorongan tiga jenis stimulus yaitu :

1. Focal stimuli : Individu segera menghadap

2. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek

Dari focal stimuli.

3. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.

Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana menentukan

stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif. Sesuai dengan teori

Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak positif terhadap perubahan lingkungan.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia

sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan memperluas

model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan

H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran

sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi

mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam

keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.

Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu kerangka

kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih dari 1500 staf

pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi, menyaring dan memperluas

model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk penyaringan model.

Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya.

Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai kemanusiaan. Pengalaman klinisnya

membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan spiritnya.

Page 3: teoris sister callista roy

TEORI

Konsep adaptasi Roy.

Definisi dan Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy

adalah:

1. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu

kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.

2. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan

residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.

3. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau

peningkatan kebutuhan.

4. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan

manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku.

5. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan

konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus

fokal.

6. Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap

perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.

7. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,

cemikal, dan proses endokrin.

8. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang

kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.

9. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi dan

konsep diri.

10. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan

manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.

11. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses

adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi,

nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.

12. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu

berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung.

Page 4: teoris sister callista roy

Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang

menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.

13. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di

lingkungan social.

14. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan sebagai

support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik

dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.

Model Konseptual Adaptasi roy, ada empat elemen penting yang termasuk dalam

model adaptasi keperawatan adalah manusia, Lingkungan; kesehatan; keperawatan. Unsur

keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga

termasuk dalam elemen penting pada konsep adaptasi.

1. Manusia

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai

sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang

mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah

mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik

manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan

regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi

fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.

Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang

hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan

lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah

karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling

berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional

untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan

istilah input, proses control dan umpan balik serta output.

Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima

masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input

atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya

dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai

Page 5: teoris sister callista roy

tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi

dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.

Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping

yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator.

Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap

empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan

interdependensi.

a) Model Fungsi Fisiologi.

Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya.

Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus

dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua

bagian, model fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan

dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian

yaitu :

1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,

yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam

Roy 1991).

2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk

mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan

mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy

1991).

3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal

dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).

4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik

dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi

fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-

komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).

5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk

proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku)

Page 6: teoris sister callista roy

dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma

dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).

6) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa

dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan

lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam

pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).

7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di

dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,

ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem

fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly,

1984, dalam Roy 1991).

8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis

merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme

seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan

mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi

kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh

(Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).

9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai

dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi

fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan

dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping

mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991).

b) Model Konsep Diri

Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan

penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.

Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis

antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri

menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the

personal self.

Page 7: teoris sister callista roy

1) The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya

berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.

Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,

seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan

seksualitas.

2) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal

diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,

hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam

area ini.

c) Model fungsi peran

Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang

dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran

primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat

memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya

d) Mode Interdependensi

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang

dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan

menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.

Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan

kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan

ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.

Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan

tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan

antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon

inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau

meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau

maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-

Page 8: teoris sister callista roy

respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai

suatu sisem.

Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau

koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui

perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah

gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf,

kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah

gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi,

termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan

membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya

mempertahankan untuk mencari bantuan.

2. Lingkungan

Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia.

Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif

sama halnya lingkungan sebagai stimulus eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus

itu dikoelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan

residual. Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan

disekitar dan mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai

individu ata kelompok.

3. Kesehatan.

Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi

manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan

manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kkesehatan atau kondisi tidak

terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari

pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas adalah sehat, sebaliknya kondisi yang

tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit

tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.

Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep

adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan

Page 9: teoris sister callista roy

manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat

meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah

pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi dan kesehatan.

Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan. Didalamnya

menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik

proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi

termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu

meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan

lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan

pperubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yan gmembutuhkan sebuah

respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi

oleh factor-faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan

interaksi yang biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang

merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif.

Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah

kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan

hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi

akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi

peningkatan dan penurunan respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi

oleh adaptasi, sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih

tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia

sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang

lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai

suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.

4. Keperawatan

          Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek.

Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan

proses yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin,

praktek, keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untukmenyediakan

pelayanan pada orang-orang. Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai

Page 10: teoris sister callista roy

ilmu da praktek dari peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai

tujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan

adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi

model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu

keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut.

Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas

keperawatan.

Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang

berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal

dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau

koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping

yang tidak efektif, manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus,

bagaimanapun diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa aktivitas keperawatan

tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic

keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat

fungsi yang lebih tinggi.

Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas

keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan

lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi yaitu :

1) fungsi fisiologis

2) konsep diri

3) fungsi peran

4) interdependensi.

Dorongan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap

kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian dengan damai. Tujuan keperawatan

diraih ketika stimulus fokal berada dalam suatu area dengan tingkatan adaptasi

manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada pada area tersebut dimana manusia

dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi membebaskan

energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memnugkinkan individu untuk

merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan

Page 11: teoris sister callista roy

penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada

konsep ini.

Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang

digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan ,

tujuan, intervensi dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan menetapkan “data apa

yang dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi masalah dan tujuan utama.

Pendekatan apa yang dipakai dan bagaiman mengevaluasi efektifitas proses

keperawatan”.

Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan

lingkungan. Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan

lingkungan. Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian Tingkat

pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara

penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari data observasi penilaian

respond an komuniokasi dengan individu. Dari data tersebut perawat membuat

keputusan sementara tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak

efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data tentang fokal,

konstektual dan residual stimuli. Selama tingkat pengkajian ini perawat

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada

pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor

utama yang mempengaruhi perilaku.

Page 12: teoris sister callista roy

APLIKASI

Proses Keperawatan Menurut Callista Roy

1. Pengkajian

Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1) Tahap I : Pengkajian Perilaku.

Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data dan

memutuskan klien adptif dan maladaptive. Termasuk dalam model ini adalah

kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan.

Misalnya terlalu sedikit oksigen, terlalu tinggi gula darah atau terlalu banyak

ketergantungan. Perawat menggunkan wawancara, observsi dan pengukuran untuk

mengkaji perilaku klien sekarang dan setiap mode. Berdasarkan pengkajian ini

perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptive atau potensial

maladaptive.

2) Tahap II: Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh

Pada tahap ini termasuk pengkajan stimuli yang signifikan terhadap perubahan

perilaku seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan residual.

a) Identifikasi stimuli focal.

Stimuli focal merupakan perubahan penilaku yang dapat

diobserasi. Perawat dapat melakukan pengkaian dengan menggunakan

pengkajian perilaku yaitu : Keterampilan melakukan observasi, melakukan

pengukuran dan interview.

b) Identifikasi stimuli kontekstual

Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya

perilaku atau presipitasi oleh stimulus focal. Sebagal contoh anak yang di

rawat dirumah sakit mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak

belajar. Focal stimulus yang dapat dildentifikasi adalah adanya fakta

bahwa anak kehlangan skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang dapat

diidentiflkasi adalah secara internal faktor anak menderita sakit dan faktor

eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat

Page 13: teoris sister callista roy

diidentifikasi oleh perawat melalul observasi, pengukuran, interview dan

validasi.

Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang

mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan,

obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola

interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan

lingkungan fisik.

c) Identifikasi stimuli residual.

Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu.

Helson dalam Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari

pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini.

Sikap, budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan

memberikan efek pada situasi sekarang.

2. Diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu

hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya

adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku

kilen terhadap pengaruh lingkungan. Menurut Roy (1991) ada 3 metode dalam

membuat diagnosa keperawatan

a. Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan

berhubungan dengan 4 mode adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa ini,

diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.

b. Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang

tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode

diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh

kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan

yang panas”.

c.  Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan

dengan stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani

Page 14: teoris sister callista roy

mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada

kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan

keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”

3. Penentuan Tujuan

Roy (1984) menyampaikan bahwa secara urnum tujuan pada intervensi

keprawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan

mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan

jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai

meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi

tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap

stimulus focal, konteksual dan residual.

4. Intervensi

Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau memanipulasi

stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau

zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan indMdu untuk

beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku

adaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama

pengkajian tahap II.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan

sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien

setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku pasien

sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Page 15: teoris sister callista roy

Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy

                Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga dapat

mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi pegangan bagi para

perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam penerapan

konsepnya dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya

adalah terletak pada teori praktek dan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa

mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri,

mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor

yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang

dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.

Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan

dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada

individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress.

Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model

adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah

pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan

perilaku cara merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai

perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.

Page 16: teoris sister callista roy

CONTOH KASUS DAN APLIKASI TEORI CALLISTA ROY DALAM ASUHAN

KEPERAWATAN

Klien Ny.A, usia 21 th bertempat tinggal di Jl. Hos Cokroaminoto No. 31 Simpang

Kawat, klien masuk rumah sakit tanggal 13 April 2008, dirawat baru pertama kalinya dengan

keluhan sering mendengar suara mantan suaminya, klien merasa pusing stress karena

ditinggalkan oleh suaminya, klien mengurung diri dalam kamar dalam waktu yang lama dan

sering duduk sendirian. Keluarga merasa tidak mampu untuk merawatnya dan akhirnya dibawa

ke RSJ dengan alasan mau diajak jalan-jalan. Dari hasil observasi didapat data tentang klien

yaitu rambut kurang rapi, baju diganti 1x sehari, klien mengatakan sering mendengar suara

ejekan. Jika mendengar suara ejekan-ejekan itu, klien merasa tidak tenang dan resah. Klien

tampak tidak tenang dan kadang gelisah.

A. pengkajian Identitas Klien

Nama : Ny. A

Agama : Islam

Umur : 21 tahun

Status : Menikah

Jenis Kelamin : Perempuan

Ruang : Teta

Tgl. Masuk RS : 13 Maret 2015

Medis : Kehilangan

Alamat : Jl. Hos Cokroaminoto No. 31 Simpang Kawat

B. Pengkajian Kebiasaan (Assesment of Behaviour)

Menurut Roy, pengkajian tahap pertama berdasarkan 4 mode adaptasi

Model fisiologis : tekanan darah, heart rate, respiratory rate, suhu

Model konsep diri : citra tubuh, identitas diri, ideal diri, harga diri

Model fungsi peran : klien mengalami perubahan fungsi peran

Model interdependen (kemandirian) : segala kebutuhan klien dipenuhi oleh ayah dan

kakaknya

Page 17: teoris sister callista roy

C. Pengkajian factor-faktor yang berpengaruh (Assesment of Influencing Factors)

Menurut Roy, pegkajian tahap kedua adalah mengkaji stimulus yang ada pada klien,

diantaranya adalah :

1. stimulus fokal : perubahan konsep diri karena berduka

2. stimulus kontekstual

Internal : alam perasaan klien

Eksternal : lingkungan keluarga klien

3. stimulus residual : klien bisa berbagi cerita tentang pengalaman masa lalunya

D. Diagnosis keperawatan (Nursing Diagnosis)

1. berduka berhubungan dengan depresi kehilangan, kematian suami

2. depresi kehilangan : kematian suami berhubungan dengan koping individu tidak efektif

3. tidak efektifnya penatalaksanaan terapeutik berbuhungan dengan koping keluarga tidak

efektif

4. deficit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi

E. Penentuan tujuan (Goal Setting)

1. bina dan tingkatkan hubungan saling percaya

2. identifikasi kemungkinan factor yang menghambat proses berduka

3. kurangi atau hilangkan factor penghambat proses berduka

4. beri dukungan terhadap respon kehilangan klien

5. tingkatkan rasa kebersamaan antar anggota keluarga

F. Intervensi (Intervention)

1. sapa klien dengan ramah baik verbal, maupun non verbal, perkenalkan diri dengan

sopan, tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.

2. bersama klien mendiskusikan hubungan klien dengan orang atau objek yang pergi atau

hilang – menggali pola hubungan klien dengan orang yang berarti

3. bersama klien mengidentifikasi cara mengatasi perasaan berduka dimasa lalu, menilai

cara efektif dan tidak efektif

Page 18: teoris sister callista roy

4. menjelaskan kepada klien atau keluarga bahwa sikap menghargai, marah, depresi dan

menerima adalah wajar dalam menghadapi kehilangan

5. menguatkan dukungan keluarga atau orang yang berarti, mendorong klien agar mau

menggali perasaannya bersama anggota keluarga klien

6. terapi medic : CPZ 100mg 3x1. THP 2mg 3x1. Ledomer 2mg 3x1

G. Evaluasi

1. perawatan diri dan personal hygiene klien sudah teratasi

2. masalah klien mengenai berduka tentang kehilangan suami telah teratasi

3. klien sudah mampu mengatasi emosi diri

4. perbaikan koping individu masih dilanjutkan

5. perbaikan koping keluarga direvisi

Page 19: teoris sister callista roy

KESIMPULAN

Berdasarkan analisa terhadap model adaptasi Roy, maka kelompok menganalisa bahwa

model keperawatan roy lebih menekankan pada manusia secara holistik yang memiliki

mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Konsep ini juga

menekankan pentingnya individu untuk mempertahankan perilaku secara adaptif dan mampu

merubah perilaku yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya.

Model konseptual Roy berisi 4 elemen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan

keperawatan. Manusia dipandang sebagai sitem adaptasi kehidupan yang perilakunya dapat

diklasifikasikan menjadi respon yang adaptif atau respon yang inefektif. Lingkungan terdiri

stimulus internal dan eksternal. Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai

tujuan untuk hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan. Tujuan keperawatan adalah

meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan dengan adaptasi mode, menggunakan

informasi tentang tingkat adaptasi manusia dan stimulus fokal, kontekstual, dan residual.

Setelah penulis melakukan analisis SWOT pada konseptual calista Roy, penulis menyimpulkan

bahwa konseptual ini dapat digunakan di Indonesia dengan mempertahankan keuntungan,

memanfaatkan kesempatan, memperbaiki kelemahan serta menekan ancaman yang ada.

SARAN

Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap konsep dan

model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan teori dan model

praktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan dengan

etika, norma dan budaya.

Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi

sehat atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal,

kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada

daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi

perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain.

Page 20: teoris sister callista roy

Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu

mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui

tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.

Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya

perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami

kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk

menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan

yang terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang

mudah untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan

dengan melaksanakan fungsi perannya secara optimal.