teori kriminologi klasik hingga kontemporer

9
eori Kriminologi Klasik Hingga Kontemporer 1. Membuka Pintu Teori Kriminologi Menurut Williams III dan Marilyn McShane teori kriminologi diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu : a. Teori abstrak, mendeskripsikan korelasi antara kejahatan dengan struktur masyarakat. b. Teori mikro, menjawab mengapa seseorang /kelompok dalam masyarakat melakukan kejahatan atau menjadi criminal. c. Beidging Theories, mendeskripsikan struktur sosial dan bagaimana seseorang menjadi jahat. 2. Teori Differential Association Sutherland berpendapat bahwa perilaku criminal merupakan perilaku yang dipelajari di dalam lingkungan sosial, artinya semua tingkah laku dapat dipelajar dengan berbagai cara. Oleh karena itu, perbedaan tingkah laku yang conform dengan criminal adalah apa dan bagaimana sesuatu dipelajari. Teori ini bertitik tolak atas tiga teori : ecological and culter transmission theory, symbolic interactionism dan culture conflict theory, Dari pengaruh teori teori tersebu, dapat disimpulkan bahwa munculnya teori asosiasi differensial adalah didasarkan pada : 1. Bahwa setiap orang akan menerima dan mengakui pola pola perilaku yang dapat dilaksanakan. 2. Kegagalan untuk mengikuti pola tingkah laku dapat menimbulkan inkonsistensi dan ketidakharmonisan. 3. Konflik budaya merupakan prinsip dasar dalam menjelaskan kejahatan. Menurut teori asosiasi diferensial tingkah laku jahat dapat kita pelajari melalui interaksi dan komunikasi, yang dipelajari dalam kelompok tersebut adalah teknik untuk melakukan kejahatan dan alasan alasan (nilai-nilai, motif, rasionalisasi, serta tingkah laku) yang mendukung perbuatan jahat tersebut Adapun kekuatan teori differential Association bertumpu pada aspek- aspek : Yaitu teori ini relative mampu menjelaskan sebab timbulnya kejahatan akibat penyakit sosial, lalu dapat menjelaskan bagaimana

Upload: robbi-kurniawan

Post on 10-Apr-2016

183 views

Category:

Documents


49 download

DESCRIPTION

kriminologi

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Kriminologi Klasik Hingga Kontemporer

eori Kriminologi Klasik Hingga Kontemporer

1. Membuka Pintu Teori KriminologiMenurut Williams III dan Marilyn McShane teori kriminologi diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu :a. Teori abstrak, mendeskripsikan korelasi antara kejahatan dengan struktur masyarakat.b. Teori mikro, menjawab mengapa seseorang /kelompok dalam masyarakat melakukan kejahatan atau menjadi criminal.c. Beidging Theories, mendeskripsikan struktur sosial dan bagaimana seseorang menjadi jahat.

2. Teori Differential Association

Sutherland berpendapat bahwa perilaku criminal merupakan perilaku yang dipelajari di dalam lingkungan sosial, artinya semua tingkah laku dapat dipelajar dengan berbagai cara. Oleh karena itu, perbedaan tingkah laku yang conform dengan criminal adalah apa dan bagaimana sesuatu dipelajari.

Teori ini bertitik tolak atas tiga teori : ecological and culter transmission theory, symbolic interactionism dan culture conflict theory, Dari pengaruh teori teori tersebu, dapat disimpulkan bahwa munculnya teori asosiasi differensial adalah didasarkan pada :1. Bahwa setiap orang akan menerima dan mengakui pola pola perilaku yang dapat dilaksanakan.2. Kegagalan untuk mengikuti pola tingkah laku dapat menimbulkan inkonsistensi dan ketidakharmonisan.3. Konflik budaya merupakan prinsip dasar dalam menjelaskan kejahatan.Menurut teori asosiasi diferensial tingkah laku jahat dapat kita pelajari melalui interaksi dan komunikasi, yang dipelajari dalam kelompok tersebut adalah teknik untuk melakukan kejahatan dan alasan alasan (nilai-nilai, motif, rasionalisasi, serta tingkah laku) yang mendukung perbuatan jahat tersebutAdapun kekuatan teori differential Association bertumpu pada aspek-aspek : Yaitu teori ini relative mampu menjelaskan sebab timbulnya kejahatan akibat penyakit sosial, lalu dapat menjelaskan bagaimana seseorang karena adanya proses belajar lalu menjadi jahat, terakhir teori ini berlandaskan kepada fakta dan bersifat rasional. Sedangkan kelemahan terdapat pada aspek : bahwa tidak semua orang yang berhubungan dengan kejahatan akan meniru pola-pola criminal, kedua teori ini belum membahas, menjelaskan dan tidak peduli pada karakter orang orang yang terlibat dalam proses belajar tersebut, ketiga teori ini tidak mampu menjelaskan mengapa seseorang suka melanggar daripada menaati undang undang dan terakhir teori ini agak sulit untuk diteliti, bukan hanya karena teoritik, tetapi juga harus menentukan intensitas, durasi, frekuensi dan prioritasnya.

Kesimpulan yang dapat diambil dari teori defferential association berintikan pada pokok pokok sebagai berikut :1. perbedaan asosiasi cenderung membentuk perbedaan kepribadian manusia yang berbeda dalam pergaulan kelompok2. Tumbuhnya seseorang dalam pergaulan kelompok yang melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum adalah karena individu yang bersangkutan menyetujui pola perilaku yang melanggar hukum, dibanding

Page 2: Teori Kriminologi Klasik Hingga Kontemporer

dari pola perilaku lain yang normal3. Sikap menyetujui atau memmilih salah satu pola perilaku tertentu dalam asosiasi yang berbeda adalah melalui proses belajar dari pergaulan yang paling intim melalui komunikasi langsung yang berhubungan dengan sering, lama, mesra, dan prioritas pada pola perilaku kelompok atau individu yang diidentifikasikan menjadi perilaku miliknya.

3. Teori Anomie : Emile Durkheim

Anomie adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Emile Durkheim untuk menggambarkan keadaan yang kacau, tanpa peraturan. Kata ini berasal dari bahasa Yunani ‘a-‘ ‘tanpa’, dan ‘nomos’ : ‘hukum’ atau ‘peraturan’.

Konsep anomie sendiri adalah “Suatu keadaan, dimana dalam suatu masyarakat, tidak adanya kesempatan, adanya perbedaan struktur kesempatan untuk mencapai sebuah tujuan cita-cita. Kedua faktor inilah yang menyebabkan masyarakat menjadi frustasi, terjadinya konflik; adanya ketidakpuasan sesame individu, maka semakin dekat dengan kondisi hancur berantakan yang tidak didasarkan kepada norma yang berlaku, inilah A-nomie”

Cara mengatasi Anomie :1. Masyarakat harus tetap menerima tujuan dan sarana-sarana yang terdapat dalam masyarakat, karena adanya tekanan moral (konformitas/conforming)2. Harus tetap memelihara tujuan yang terdapat dalam masyarakat, tetapi masyarakat pun diperbolehkan merubah sarana yang dipergunakan untuk mencapai tujuan tersebut (asalkan yang hlal) (inovasi/innovation). Mengubah sarana-sarana yang salah misalnya untuk mencapai uang yang banyak, mereka mengubah sarana menabung dengan sarana merampok bank.3. Masyarakat menolak tujuan yang telah ditetapkan, dan memakai tujuan yang telah ditentukan oleh Tuhan (ritualisme)4. Untuk mengatasi anomie, warga masyarakat juga harus mengadakan pemberontakan terhadap sarana dan tujuan yang terdapat dalam masyarakat, dan kemudian warga masyarakat harus berusaha untuk mengubahnya dan menggantinya menjadi sarana dan tujuan yang terbaik unutk mencapai tujuan yang dicita-citakan, namun sebelum warga masyarakat mengadaakn rebellion, terlebih dahulu harus mengadakan penarikan diri, dari tujuan dan sarana yang terdapat dalam masyarakat.

4. Teori Kontrol Sosial

Perspektif control adalah perspektif yang terbatas untuk penjelasan delinkuensi dan kejahatan. Teori ini meletakan penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya integrasi sosial. Kelompok yang lemah ikatan sosialnya cenderung melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan peraturan konvensional.

Teori kontol sosial berusaha untuk menjelaskan kenalakan di kalangan para remaja. Kenakalan diantara para remaja dikatakan sebagai ‘deviasi primer’, maksudnya bahwa setiap individu yang melakukan :

Page 3: Teori Kriminologi Klasik Hingga Kontemporer

1. Deviasi secara periodic atau jarang jarang2. Dilakukan tanpa organisir atau tanpa melakukan dengan cara yang lihai3. Si pelaku tidak memandang dirinya sebagai pelanggar4. Pada dasarnya hal yang dilakukan itu, wajib dipandang sebagai deviasi oleh orang berwajib.

Manusia pada teori control sosial dipandang sebagai makhluk yang memiliki moral murni, oleh karena itu, manusia memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu.

Pada dasarnya teori control sosial berusaha untuk mencari jawaban mengapa orang melakukan kejahatan, teori ini tidak lagi mempertanyakan mengapa orang melakukan kejahatan tetapi berorientasi pada pertanyaan menapa tidak semua orang melanggar hukum atau mengapa orang taat kepada hukum.

Dalam teori kontro sosial, ada empat elemen yang harus diperhatikan :1. Attachment (kasih sayang) ini adalah kemampuan manusia untuk melibatkan dirinya terhadap orang lain, jika sudah terbentuk maka orang tersebut akan peka terhadap pikiran, perasaan dan kehendak orang lain.2. Commitmen ini adalah keterikatan seorang pada subsistem konvensional seperti sekolah pekerjaan dan organisasi.3. Involvement adalah aktivitas seseorang dalam subsistem konvensional. Jika seseorang aktif dalam organisasi maka kecil kecenderungannya untuk melakukan deviasi.4. Beliefs merupakan aspek moral yang terdapat dalam ikatan sosial, yang merupakan unsure kepercayaan seseorang pada nilai nilai moral yang ada.Teori control sosial mempunyai kelemahan maupun kelebihan, kelemahannya adalah teori ni berusaha menjelaskan kenakalan remaja dan bukan kejahatan orang dewasa, teori ini menaruh perhatian cukup besar pada sikap, keinginan dan tingkah laku yang meski menyimpang sering merupakan tingkah laku orang dewasa. Ketiga teori ini seperti values, belief, norma dan attitude tidak pernah secara jelas didefinisikan, keempat adalah kegagalan dalam mejelaskan peluang kejadian yang menghasilkan lebih tidaknya social bond. Sedangkan kekuatan control sosial adalah bahwa teori ini dapat diuji secara empiris oleh banyak sarjana. Teori control sosial merupakan salah satu teori kontemporer yang memiliki daya tarik kuat dalam hal mendorong penelitian penelitian yang berarti.

5. Teori Labelling

Teori labeling merupakan teori untuk mengukur mengapa terjadinya kejahatan, metode yang digunakan dalam teori ini adalah “self refort”, atau melakukan interview terhadap pelaku kejahatan yang tidak diketahui oleh polisi. Pembahasan labeling, terfokuskan pada dua tema, pertama : menjelaskan mengapa dan bagaimana orang-orang tertentu diberi label, kedua : pengaruh atau efek dari label tersebut sebagai suatu konsekuensi dari perbuatan yang telah dilakukannya.

Apabila dijabarkan, secara gradual asumsi dasar teori Labelling meliputi aspek aspek sebagai berikut :1. Tidak ada satupun perbuatan yang pada dasarnya bersifat criminal

Page 4: Teori Kriminologi Klasik Hingga Kontemporer

2. Perumusan kejahatan dilakukan oleh kelompok yang bersifat dominan atau kelompok berkuasa3. Penerapan aturan tentang kejahatan dilakukan untuk kepentingan pihak yang berkuasa4. Orang tidak menjadi penjahat karena melanggar hukum tapi karena ditetapkan demikian oleh penguasa.5. Pada dasarnya semua orang pernah melakukan kejahatan, sehingga tidak patut jika dibuat dua kategori, yaitu jahat dan orang tidak jahat.

Bahwa pemberian label, merupakan penyebab seseorang untuk menjadi jahat, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan label:1. Adanya label akan menimbulkan perhatian masyarakat terhadap orang yang diberi label. Hal ini, akan menyebabkan masyarakat di sekitarnya memperhatikan terus menerus orang yang diberi label tersebut, maka dari hal ini akan terbentuk Attachment partial2. Adanya label, mungkin akan diterima oleh individu tersebut dan berusaha untuk menjalankan label yang diletakan pada dirinya.Oleh karena salah satu asumsi dasar menyatakan bahwa labeling merupakan suatu proses yang akan melahirkan identifikasi dengan citra sebagai penjahat, suatu kasus penelitian tentang interaksi masyarakat dan polisi, khususnya polisi lalulintas ketika mereka menerima labeling saat melakukan kegiatan ‘Tilang’.

6. Teori Interaksionisme Simbolik

Teori ini memusatkan perhatiannya pada interaksi antara individu dan kelompok, George herber Mead dan Charles Horton Cooley menemukan bahwa individu individu tersebut berinteraksi dengan menggunakan symbol symbol yang didalamnya berisi tanda tanda, isyarat atau kata kata.

Blumer mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksionisme simbolik, yaitu tentang pemaknaan, bahasa, dan pikiran. Premis ini nantinya mengutarakan kepada konsep ‘diri’ seseorang dan sosialisasinya kepada ‘komunitas’ yang lebih besar, masyarakat.Premis Pertama : Bahwa manusia bertindak atau bersikap terhadap manusia lainnya yang pada dasarnya dilandasi atas pemaknaan yang mereka kenakan kepada pihak lain tersebut.Premis Kedua : Bahwa pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang dipertukarkan di antara mereka. Makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu atau suatu objek secara alamiah. Makna tidak bisa muncul ‘dari sananya’. Makna berasal dari hasil proses negosiasi melalui penggunaan bahasa dalam perspektif interaksionisme simbolik.Premis Ketiga : Bahwa interaksionisme simbolik menggambarkan proses berpikir sebagai perbincangan dengan diri sendiri. Proses berpikir ini sendiri bersifat refleksif.

Interaksi simbolik menurut Blumer merujuk kepada ‘ karakter interaksi khusus yang berlangsung antar manusia’. Aktor tidak semata-mata bereaksi terhadap tindakan orang lain. Respons actor baik secara langsung maupun tidak langsung, selalu didasarkan atas makna penilaian tersebut. Oleh karenanya interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan symbol-simbol penafsiran atau dengan menemukan makna tindakan orang lain. Dalam konteks itu blumer mengatakan, bahwa actor akan memilih,

Page 5: Teori Kriminologi Klasik Hingga Kontemporer

memeriks, berpikir, mengelompokan, dan mentransformasikan makna dalam kaitannya dengan situasi dimana dan ke arah mana tindakannya.

Teori ini sangan menekankan arti pentingnya ‘proses mental’ atau proses berpikir bagi manusia sebelum mereka bertindak. Tindakan manusia sama sekali bukan S-R, melainkan S-O-R, jadi terdapat variable antara atau variable yang menjembatani S dan R, yaitu proses mental atau proses berpikir yang tidak lain adalah interpretasi.

7. Teori SubculturePada dasarnya teori ini membahas dan menjelaskan bentuk kenakalan remaja serta perkembangan berbagai tipe gang. Sebagai social heritage, teori ini dimulai tahun 1950-an dengan bangkitnya perilaku konsumtif kelas menengah di amerika.

Cloward dan Ohlin mengemukakan tiga tipe geng kenakalan subculture :1. Criminal subculture, bila masyarakat secara penuh berintegrasi, geng akan berlaku sebagai kelompok para remaja yang belajar dari orang dewasa, aspek ini berkorelasi dengan organisasi criminal. Kriminal subculture menekankan aktivitas yang menghasilkan keuntungan materim uang atau harta benda dan berusaha menghindari penggunaan kekerasan2. Retreatist Subvulture, dimana remaja tidak memiliki struktur kesempatan dan lebih banyak melakukan perilaku menyumpang, mabuk, penyalahgunaan narkoba.3. Conflict Subculture, terdapat dalam suatu masyarakat yang tidak terintegrasi, sehingga suatu organisasi menjadi lemah. Geng subculture demikian ini cenderung memperlihatkan perilaku yang bebas. Ciri khas geng ini seperti adanya kekerasan, perampasan harta benda dan perilaku menyimpang lainnya.

8. Teori Konflik

Menurut Marx dalam masyarakat terdapat dua kekuatan, yakni kaum borjuis yang menguasai sarana produksi ekonomi dan kaum proletar atau buruh yang dikendalikan oleh kaum borjuis. Antara kedua kelompok ini selalu terjadi konflik. Karl Marx melihat masyarakat sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik.

Pada dasarnya konsep ini menunjuk pada perasaan dan keterasingan khususnya yang timbul dari tidak adanya control seseorang atas kondisi kehidupannya sendiri. Adanya legitimasi corak yang ada dari distribusi penghasilan. Konflik ini didasarkan pada menghilangkan dominasi yang mengacaukan hubungan, kebiasaan mendominasi yang mengacaukan hubungan masyarakat serta orang orang proletar dapat mengungkapkan kelihannya satu sama lain.

Karena adanya perbedaan diantara masing masing individu, data menyebabkan terjadinya konflik, baik perbedaan pendidikan, pemikiran, persepsi dan kepentingan. Setiap detik dalam hidup kita, banyak sekali konflik yang dapat timbul. Mulai dari bangun tidur, sampai menutup mata berangkat tidur.

Page 6: Teori Kriminologi Klasik Hingga Kontemporer

Dalam pandangan terhadap konflik dibagi menjadi tiga kelompok :1. Penghindar Konflik : kelompok tradisional yang selalu menghindari konflik, kelompok ini cenderung menghindari tersebut bermacam macam, diantaranya merasa capek hatim dan perasaan terombang ambing dalam gejolak perasaan.2. Menghadapi Konflik : Jika ada konflik, kelompok ini cenderung menghadapinya dan mengikuti irama konflik. Kelompok ini menghadapinya dengan tenang bahkan sekali kali menikmati konflik yang terjadi. Bagi orang di kelompok ini konflik tidak mengganggu malah kadang dapat menjadi motivasi diri.3. Pembuat Konflik : walaupun grup ini sering mendapat gelar yang tidak enak, seperti tukang kompor, ataupun provokatorm tetapi kelompok inilah yang akan menjadi pemimpin masa depan karena dengan keahliannya dalam membuat dan memanage konflik yang terjadi. Orang orang yang memiliki kecenderungan untuk membuat konflik, bisa membuat berkembanganya organisasi. Tentu saja dengan catatan ahwa sang pembuat konflik tersebut memiliki keinginan atau maksud untuk emningkatkan kemampuan diri da organisasinya, bukan malah sebaliknya menghancurkan.

Adapun tipe-tipe konflik1. Konflik penugasan : konflik terjadi karena perbedaan pendapat dalam hal bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas.2. Konflik emosional : melibatkan hubungan interpersonal antar anggota yang bekerja dalam satu kelompok3. konflik administrative : terjadi manakala terjadi ketidaksetujuan tentang cara merumuskan keputusan kebijakan.