teori invasi bangsa arya oleh max müller: sebuah agenda politik dan misionaris kristen kolonial...
TRANSCRIPT
TEORI INVASI BANGSA ARYA OLEH MAX MÜLLER: SEBUAH
AGENDA POLITIK DAN MISIONARIS KRISTEN KOLONIAL INGGRIS
Disusun oleh:
Abdul Safiek Bachdar
0806355424
Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah
Sejarah Dunia
Program Studi Prancis
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
2010
1
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Invasi Bangsa
Arya Oleh Max Müller: Sebuah Agenda Politik Dan Misionaris Kristen Kolonial Inggris
tepat pada waktunya.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Dunia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Khususnya kepada saudara I.K.G Baskara yang telah
membantu penulis dalam membimbing menemukan mantram-mantram dalam Rg. Veda.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi semua.
\
Jakarta, Mei 2010
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………… i
Daftar Isi…………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………….. 1
1.2 Permasalahan…………………………………………………. 3
1.3 Tujuan………………………………………………………… 3
BAB II TEORI MAX MÜLLER SERTA KONTROVERSI KEBENARANNYA 4
2.1 Teori Invasi Bangsa Arya……………………………………... 4
2.2 Tidak Pernah Ada Serangan Bangsa Arya…………………….. 7
2.3 Agenda Politik Dan Misionaris Kristen………………………. 9
BAB III PENUTUP………………………………………………………………. 14
BIBLIOGRAFI…………………………………………………………………… 15
Lampiran…………………………………………………………………………... 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir seluruh kebudayaan kuno yang telah ditemukan selalu berada dekat dengan
lembah sungai. Manusia pada saat itu menganggap air merupakan satu-satunya sumber
kehidupan. Dengan berada di dekat air, mereka dapat melangsungkan kehidupan dan sungai
adalah tempat yang cocok untuk hal tersebut. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan. daerah yang
dekat dengan sungai adalah daerah yang memiliki kekayaan alam yang besar. Banyaknya
vegetasi tumbuh-tumbuhan dan hewan mencerminkan suburnya kawasan di sekitar sungai
tersebut. Sungai Indus di India tentu saja telah memiliki aspek-aspek tersebut, ditambah lagi
sungai itu diapit oleh pegunungan-pegunungan besar yang memiliki kondisi flora dan fauna yang
melimpah. Semuanya menjadikan sungai Indus sebagai salah satu sungai yang menjadi pusat
peradaban kuno di dunia khususnya di daratan India.
Keberadaan sungai Indus dalam sejarah mewakili dua kota peninggalan kuno yang paling
penting dan paling awal dalam peradaban India, yaitu kota Mohenjodaro, propinsi Sindu,
Pakistan dan kota Harappa di propinsi Punjab, India. Menurut para ahli berdasarkan penentuan
karbon 14 -penelitian penentuan umur suatu benda organik, tulang dengan menggunakan
senyawa C14-, menunjukkan bahwa keberadaan kedua kota ini antara tahun 2000 hingga 3000
SM.
Awal abad ke-20, arkeolog Inggris Sir John Hubert Marshall1 melakukan penggalian kota
kuno Mohenjodaro dan Harappa. Hasilnya adalah tingkat kesibukan dan keramaian kedua kota
tersebut sangat tinggi. Dikatakan bahwa kedua kota tersebut merupakan ibukota dua kekuasaan
berbeda yang terjadi antara tahun 2350-1750 SM. Penelitian lebih lanjut menghasilkan
perhitungan bahwa dua kota tersebut masing-masing memiliki sekitar 30 hingga 40 ribu
penduduk, lebih banyak dibanding penduduk kota London pada abad pertengahan.
Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ditemukan oleh John Marshall tersebut, pendukung
kebudayaan kuno India terdiri dari dua bangsa yaitu; suku bangsa Dravida dan Arya. Keduanya
1 Sir John Hubert Marshall (1876-1958) was a British archaeologist of the early twentieth century, who is probably best known for his work in India while Director General of the Indian Archaeological Service, and most particularly for his explorations of the great Harappan civilization. (http://archaeology.about.com/cs/glossary/g/marshalljh.htm)
4
merupakan unsur utama kebudayaan India dan saling melengkapi. Perbedaannya adalah bangsa
Dravida merupakan penduduk asli India, sedangkan suku bangsa Arya merupakan bangsa
pendatang dari arah utara. Hal ini dapat dilihat secara kasat mata melalui bentuk fisik keduanya.
Selama ini kita mengetahui bahwa Bangsa Dravida merupakan bangsa yang berasal dari
ras australoid yakni berkulit coklat dan berhidung pipih. Sedangkan Bangsa Arya berasal dari ras
kaukasoid (Indo-Jerman) sehingga memiliki hidung mancung dan berkulit putih. Sebagai
pendatang, bangsa Arya menganggap bangsa Dravida lebih rendah tingkat kebudayaannya.
Tetapi satu hal yang menjadi catatan sejarah adalah bangsa Dravida telah meninggalkan satu
monumen sejarah yang menjadi bukti tingginya budaya mereka. Peradaban suku bangsa Dravida
berpusat di tepi sungai Indus. Peninggalan tersebut adalah reruntuhan kota tua Mohenjodaro dan
Harappa itu sendiri. Bangsa Dravida merupakan bangsa awal yang membangun peradaban kuno
di India.
Setelah hancurnya kota Mohenjodaro dan Harappa yang menurut para ahli akibat
gangguan ekologis (hujan makin berkurang, hutan-hutan habis ditebang karena kayunya dipakai
untuk dapur), bangsa Arya datang dan mendiami kawasan di sebelah timur sungai Indus, diantara
sungai Sutlej dan Yamuna. Namun sebelum menginvasi daerah India, bangsa Arya terlebih
dahulu menjadi bangsa yang hidup di peradaban kebudayaan Sumeria yang terkenal akan lembah
sungai Tigris dan Efrat. Bangsa Arya menjadi nenek moyang orang Irak dan Iran sekarang.
Sebelum datang ke India, bangsa Arya dikenal memiliki kemampuan bersyair yang tinggi
walau tidak mengenal bahasa tulis. Tradisi lisan ini merupakan transisi masa prasejarah dan
sejarah. Ditandai dengan munculnya Kitab Suci Veda, kitab suci agama Hindu. Sehingga masa
kedatangan suku bangsa Arya sering disebut sebagai jaman Veda, karena pada saat itu pula lahir
agama Hindu di tanah India. Dengan begitu secara langsung suku bangsa Arya memperkenalkan
kebudayaan tulis bagi tanah India.
Namun yang menjadi pertanyaan besar ialah apakah benar bangsa Arya lah yang
membawa kitab Veda dan menginvasi bangsa Dravida dari lembah sungai Indus dan membangun
peradaban di sana? Ataukah hanya sebatas teori yang dibuat oleh Max Müller yang mengabdi
kepada Inggris mengingat Inggris merupakan penjajah India? Lantas apa alasannya? Makalah ini
akan mengulas mengenai kebenaran catatan sejarah tersebut berdasarkan bukti ilmiah
(penggalian arkeologi) maupun berdasarkan isi dari kitab Veda itu sendiri.
5
1.2 Permasalahan
Apakah teori invasi bangsa Arya yang diperkenalkan oleh Max Müller merupakan sebuah
agenda politik pemerintah kolonial Inggris untuk mempertahankan keberadaannya di India dan
juga merupakan sebuah misionaris kristenisasi masyarakat India saat itu?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah memaparkan kekeliruan-kekeliuran yang terdapat dalam
Teori Invasi Bangsa oleh Max Müller sehingga layak dikatakan sebagai teori yang tidak
memiliki nilai kebenaran serta mengungkapkan tujuan khusus dibalik kemunculan teori tersebut.
BAB II
TEORI MAX MÜLLER SERTA KONTROVERSI KEBENARANNYA
6
2.1 Teori Invasi Bangsa Arya
Selama bertahun-tahun kita mengetahui bahwa Bangsa Arya datang menginvasi bangsa
Dravida. Bangsa Arya memasuki wilayah India sekitar tahun 1500 SM. Mereka datang dari
daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur melalui celah Kaibar yaitu sebuah jalan sempit di
antara pegunungan Himalaya dan Widnya Kedna. Mereka meninggalkan daerahnya karena telah
terjadi desakan bangsa-bangsa. Kedatangannya di India harus menyingkirkan terlebih dulu
masyarakat sebelumnya, yakni masyarakat pendukung kebudayaan Mohenjodaro dan Harappa
yaitu bangsa Dravida yang berciri-ciri tidak berhidung, bibir tebal, serta kulit hitam (menurut
kitab Veda). Dengan kemajuan kebudayaannya, mereka dapat menggeser suku bangsa Dravida
ke arah selatan, ke wilayah yang kurang subur.
Veda dibawa oleh bangsa Arya yang memenangkan perang dengan bangsa Dravida yang
lebih dahulu menempati lembah sungai Indus. Ini artinya bahwa kitab Veda bukan berasal dari
India tapi dibawa dan berkembang di India. Kitab Veda yang dibawa oleh bangsa Arya dibuat
setelah kebudayaan Mohenjodaro dan Harappa runtuh, sekitar 1500 SM. Setelah bangsa Arya
berhasil mengusir suku bangsa Dravida, ia menetap di lembah sungai Indus, pasca runtuhnya
kota Mohenjodaro dan Harappa.
Keterangan di atas merupakan sebuah teori umum yang sudah terlanjur dijadikan sebagai
kebenaran oleh hampir seluruh masyarakat di dunia. Implikasinya, kaum akademisi dan
masyarakat umum juga memahami ajaran Hindu secara keliru. Teori tersebut mengatakan bahwa
bahasa Sansekerta dan kitab-kitab Hindu seperti Rg. Veda tidaklah benar-benar dikodifikasi oleh
Maha Rsi Vyasa di wilayah Industan (India) sebagaimana yang tertuang dalam kitab suci Veda
itu sendiri, melainkan Rg. Veda dibawa dari daerah Jerman ke India oleh bangsa Arya yang
melakukan invasi dan mengalahkan bangsa Dravida.
Hampir semua kalangan menganggap teori ini sebagai teori yang memiliki kebenaran
mutlak. Sehingga semua buku-buku sejarah yang diajarkan di bangku-bangku sekolah telah
mencekoli semua kalangan dengan teori ini. Salah satunya seperti penjelasan yang terdapat di
dalam kamus New Oxford Dictionary 2009, menyebutkan bahwa Arya berarti; “a member of a
people speaking an Indo-European language who invaded northern India in the 2nd millennium
7
bc, displacing the Dravidian and other aboriginal peoples”. Lantas apa yang menyebabkan
munculnya teori tersebut?
Munculnya teori invasi bangsa Arya atas Dravida ini atau lebih dikenal dengan Aryan
Invansion Theory pada awalnya dicetuskan oleh Friedrich Max Müller, seorang filologi kelahiran
Jerman yang mengabdikan hidupnya sebagai pengajar di Universitas Oxford, Inggris. Bertepatan
pada masa kolonialisme Inggris di India, Friedrich Max Müller dibayar dengan harga tinggi (4
poundsterling per halaman) untuk menerjemahkan kitab-kitab suci Veda ke dalam Bahasa
Inggris oleh pemerintah Inggris. Selain Friedrich Max Müller, terdapat beberapa nama peneliti
Inggris seperti; Alexander Duff, William Carey, James Mill, William Jones, H.H. Wilson yang
membantunya dalam menciptakan teori ini.
Friedrich Max Müller atau lebih dikenal dengan Max Müller awalnya adalah seorang
sarjana Sansekerta Oxford University yang lahir di Dessau, 6 Desember 1823 dan wafat 28
Oktober 1900. Ia adalah anak dari seorang sastrawan romantik bernama Wilhelm Müller, yang
salah satu puisinya berjudul Die schöne Müllerin dan Winterreise, oleh musisi klasik Jerman,
Franz Schubert, dijadikan sebuah lagu. Ibu Max Müller, Adelheide Müller adalah saudara
perempuan tertua dari seorang kepala pemerintah Anhalt-Dessau, sebuah daerah di Jerman
bagian tengah.
Saat berumur 50 tahun, ia merupakan satu dari beberapa akademisi yang mengajar
mengenai sejarah India di Inggris dan ia juga merupakan ahli perbandingan agama. Ia menulis
berbagai macam buku ilmiah dan esei-esei tentang Indologi yang membahas tentang sejarah
India, karya sastra, filsafat dan budayanya. Pada akhirnya, untuk pertama kalinya ia menjadikan
Indologi sebagai salah satu cabang disiplin ilmu di Oxford University sehingga masa tuanya ia
habiskan menjadi guru besar di universitas ternama tersebut. Bukunya yang berjudul Sacred
Books of the East, meruapakan satu dari karya terbesarnya yang membahas menganai seluk-
beluk India.
Müller tinggal di India selama belasan tahun. Dalam naskah Veda tersebutlah, Müller
menemukan istilah "Arya". Di dalam Veda terdapat cukup banyak istilah Arya, contohnya dalam
satu Purana yaitu Ramayana Purana yang digunakan untuk menggambarkan sosok Sri Rama
Arya Sarva Samascaiva Sadaiva Priyadarsanah, yang artinya, Arya, seseorang yang bekerja
untuk kepentingan umum dan menyayangi semua orang.
8
Menurut Stephen Knapp (2004)2, seseorang disebut Arya apabila orang tersebut berasal
dari keturunan keluarga mulia, lemah lembut prilakunya, berkelakuan baik dan bertindak benar.
Dalam Rg. Veda terdapat pernyataan serupa yakni praja arya jyotiragrah (Rg. Veda VII.33.17)
yang artinya anak-anak Arya dibimbing menuju cahaya (pencerahan). Dalam hal ini, jyotih atau
cahaya atau pencerahan dianalogikan ke dalam pengertian spiritual. Jadi secara garis besar dapat
dikatakan bahwa Arya mengarah kepada aturan prilaku atau norma prilaku yang mengarah
kepada pencerahan kepada tuhan.
Berbeda dengan pengertian Veda diatas, Müller memberikan penafsiran sendiri terhadap
istilah "Arya" ini. Menurutnya, Arya berarti terang atau putih, dalam hal ini "ras berkulit putih"
yang pernah menyerang India. Müller juga mengatakan bahwa bangsa Arya berasal dari Jerman
yang hidup berpindah pindah. Peradaban sungai Indus disebut Müller sebagai peradaban pra-
Arya karena berbagai alasan. Alasan utamanya adalah karena pengaruh pola pikir dan budaya
Eropa pada abad 19. Masa-masa itu adalah masa kebangkitan rasa nasionalisme bangsa Jerman.
Konon, rezim Nazi yang didirikan Hittler diindikasikan menggunakan semangat dari teori ini
untuk melakukan invasi dan pembantaian besar-besaran terhadap orang-orang Yahudi. Mereka
juga menggunakan lambang sakral Swastika3 dalam setiap atribut dan benderanya. Setelah
menerjemahkan Veda, Müller berspekulasi bahwa bangsa Arya menyerang India sekitar tahun
1500 SM, setelah runtuhnya kota Mohenjadaro dan Harappa.
Namun teori yang mengatakan bahwa bangsa Arya berasal dari Jerman merupakan
kesalahan besar. Max Müller memakai teori ini tanpa memiliki bukti arkeologis. Ia hanya
meneruskan apa yang telah dikatakan oleh cendikiawan-cendikiawan abad-19 saat itu yang
berteori "Arya adalah Proto-Indo-Eropa" seperti H. Chavée (1867), I. Ascoli (1854) B. W. Leist
(1888) dan P. van. Bradke (1890).
Mulai tahun 1910-an, teori "Arya adalah Proto-Indo-Eropa" tidak digunakan lagi sejak
ditemukannya bukti arkelologis oleh seorang ahli arkeologi Jerman bernama Otto Schrader tahun
1918. Dalam kesimpulannya, ia mengatakan bahwa bangsa Arya merupakan bangsa yang berasal
dari daerah Iran sekarang (Indo-Iran). Michael Witzel, dalam artikelnya berkata bahwa "Semua
penggunaan kata Arya sebagai Indo-Eropa dan segala teori abad-19 dan permulaan abad-20
harus dihindari".2 Stephen Knapp (lahir 17 April, 1964) adalah orang Amerika pemeluk agama Hindu, yang sekarang menjadi pemuka agama di India. (Britannica.com)3 an ancient symbol in the form of an equal-armed cross with each arm continued at a right angle, used (in clockwise form) as the emblem of the German Nazi party. (Concise Oxford English Dictionary)
9
2.2 Tidak Pernah Ada Serangan Bangsa Arya
Bila dicermati, teori serangan bangsa Arya tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Sir
John Marshall menawarkan bukti-bukti bahwa India mengikuti peradaban Veda jauh sebelum
tibanya bangsa Arya. Ia menunjukan bahwa India telah memiliki peradaban yang maju bahkan
sejak tahun 3500 SM, bahkan mungkin lebih awal.
Menurutnya, kerangka manusia yang ditemukan di Harappa dengan umur 5000 tahun
yang lalu menunjukan persamaan dasar dengan ras-ras yang ada di Punjab dan Gujarat dewasa
ini. Hal ini membuktikan bahwa tidak pernah ada penyerangan suku bangsa luar seperti apa yang
yang telah digembor-gemborkan oleh Max Müller dengan teorinya itu.
Selain itu, jika mengacu pada kosa kata bahasa Sansekerta yang benar, kata “Arya”
berarti orang yang terpelajar atau terhormat. Sama sekali tidak ada indikasi yang menyatakan
bahwa istilah Arya mengacu kepada suatu ras atau bangsa tertentu. Dalam Catur Veda sendiri
istilah Arya hanya disebutkan sebanyak 60 kali dan semuanya mengacu pada istilah orang yang
terpelajar dan terhormat -seperti yang tertulis dalam Rg. Veda VII.33.17-. Veda sendiri
menyatakan dengan jelas bahwa Veda dikodifikasi di daerah Aryavarta atau Bharatavarsha yang
dikatakan sebagai daerah yang memiliki tujuh aliran sungai. Veda tidak pernah menyinggung
bahwa Veda dikodifikasi di daerah lain. Colin Renfrew4, seorang arkeolog Inggris dengan tegas
mengatakan, tidak satupun mantra Rg. Veda menggambarkan bahwa Veda membicarakan suatu
penyerangan suatu bangsa ke daerah tertentu. Tidak satupun hal yang menguatkan bahwa Arya
adalah pendatang.
Penggalian arkelogi yang sistematis dilakukan pertama kali pada tahun 1921 untuk
menggali peninggalan kota Harappa di sekitar sungai Ravi (Daya Ram Sahni, Rakhaldas
Banerjee, Barat Laut India). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan yang berkembang
di sana setidaknya sudah berlangsung sejak 4000-2500 SM. Hasil penggalian ini juga
menunjukkan bahwa sama sekali tidak ada bukti jejak peninggalan bangsa Arya dalam
kebudayaan Harappa, yang artinya sama sekali tidak ada bukti bahwa bangsa Arya datang
mengusir bangsa Dravida dari kota Harappa.
4 Colin Renfrew has been Disney Professor of Archaeology at the University of Cambridge since 1981, and more recently Director of the McDonald Institute for Archaeological Research. He is Master of Jesus College, Cambridge, and a Life Peer. (http://www.edge.org/3rd_culture/bios/renfrew.html)
10
Peninggalan arkeologi yang jauh lebih tua dan paling sering disebutkan dalam literatur
Veda akhirnya ditemukan di sepanjang aliran sungai Sarasvati yang saat ini sudah mengering
dan hanya dapat diamati dari luar angkasa melalui satelit. Sebab dari mengeringnya sungai
Sarasvati adalah karena habisnya gletser yang menjadi pasokan utama aliran sungai Sarasvati
yang terletak di pegunungan Himalaya. Bukti-bukti arkeologis memperhitungkan bahwa sungai
Sarasvati sudah mengering sekitar 2.200-10.000 tahun SM akibat terjadinya perubahan iklim
yang mengarah pada pemanasan permukaan Bumi.
Beberapa mantram-mantram Rg. Veda yang mengagung-angungkan keberadaan sungai
Sarasvati ini adalah antara lain pada mantram VI.61.13, VI.61.8 dan VII.95.1. Setidaknya dari
keterkaitan dengan keberadaan sungai Sarasvati dan pujian-pujian mantra-mantra Rg. Veda ini
sudah merupakan bukti yang sangat kuat untuk membantah anggapan yang menyatakan Rg.
Veda dibawa dari daerah Eropa oleh bangsa nomaden Indo-Jerman yang disebut-sebut sebagai
bangsa Arya. Ditambah lagi dengan adanya sloka Mahabharata yang menyatakan bahwa sungai
Sarasvati menghilang di suatu gurun, sehingga logikanya jaman kodifikasi Veda juga
berlangsung pada tahun-tahun mengeringnya sungai Sarasvati ini, jauh sebelum bangsa Arya
menginvasi bangsa Dravida.
Kenoyer5, seorang sejarawan juga menguatkan pernyataan bahwa Rg. Veda benar-benar
ditulis di sekitar sungai Sarasvati di wilayah India. Ia mengatakan bahwa di timur, sungai
Sarasvati purba mengalir secara paralel ke sungai Indus. Saat berakhirnya peradaban lembah
sungai Indus, sungai Sarasvati sudah kering secara total. Banyak kisah Rg. Veda mengambil
tempat di daerah sungai suci Sarasvati ini
2.3 Agenda Politik dan Misionaris Kristen
5 Dr. J.M. Kenoyer is one of the world's leading authorities on the ancient Indus civilization. A Professor of Anthropology at the University of Wisconsin Madison, he has been excavating with the Harappa Archaeological Research Project (HARP) at the ancient Indus city of Harappa for since 1986. (http://www.harappa.com/indus3/kenoyer.html).
11
Namun mengapa Müller bersikeras mengatakan Veda baru muncul 1500 SM? Terlepas
dari jasa-jasanya untuk menerjemahkan Veda ke dalam Bahasa Inggris, Müller tidak bisa
melepaskan diri dari tuntutan jabatan dan pekerjaannya pada waktu itu. Müller terikat oleh
kepentingan kolonial Inggris di India. Selain itu, ia bergabung dalam perkumpulan para indologis
yang mewadahi organisasi Royal Asiatic Society6, sebuah organisasi yang bertujuan untuk
menyebarkan paham Kristen dan melakukan Kristenisasi di India. Menurut Stephen Knapp, Max
Müller adalah seorang Kristen yang taat, dan ia percaya terhadap kronologi penciptaan dunia
beserta isinya menurut uraian kitab Injil.
Berdasarkan surat Sir William Jones kepada gubernur jendral saat itu yaitu Sir Warren
Hastings, dimana dalam suratnya ia menyuruh agar dilaksanakan upaya-upaya sistemik bagi para
misionaris dan Pemerintah penjajah Inggris agar melakukan kristenisasi dengan cara mengubah
terjemahan Sansekerta dalam Rg. Veda. Salah satunya adalah dengan memasukkan terminologi
Nasrani seperti menambahkan nabi-nabi ke dalam Rg. Veda dan kemudian menerjemahkannya
lagi. Seperti yang terdapat dalam Asiatic Researches Volume 1 tahun 1979, halaman 234-235.
"As to the general extension [spreading] of our pure faith [Christianity] in Hindoostan
[India] there are at present many sad obstacles to it... We may assure ourselves, that Hindoos
will never be converted by any mission from the church of Rome, or from any other church; and
the only human mode, perhaps, of causing so great a revolution, will be to translate into
Sanscrit... such chapters of the Prophets, particularly of ISAIAH, as are indisputably
evangelical, together with one of the gospels, and a plain prefatory discourse, containing full
evidence of the very distant ages, in which the predictions themselves, and the history of the
Divine Person (Jesus) is predicted, were severally made public and then quietly to disperse the
work among the well-educated natives."
Teori Müller itu memang terbukti hanya spekulasi. Apa yang dikatakan oleh Müller
tentang definisi Arya sebagai sebuah bangsa/suku merupakan suatu pemahaman yang keliru,
Sebagaimana disampaikan oleh Deen dalam artikelnya Distorted Historical Events and
Discredited Hindu Cronology yang muncul dalam bukunya Revisiting Indus-Sarasvati Age and
Ancient India (halaman 383), mengatakan bahwa gagasan tentang teori invasi bangsa Arya yang
berawal dari pandangan Max Müller ini ternyata bukanlah semata-mata kesalahan hasil
6 The Royal Asiatic Society was founded in 1823 by the eminent Sanskrit scholar Henry Colebrooke. It received its Royal Charter from King George IV in 1824 'for the investigation of subjects connected with and for the encouragement of science, literature and the arts in relation to Asia'. (http://royalasiaticsociety.org/site/)
12
penelitian, melainkan konspirasi politik yang sengaja ditiupkan pada masa itu untuk kepentingan
kolonial Inggris.
.....the idea of the Aryan invasion was certainly not a matter of misguided research, but
was a conspiracy to distribute deliberate misinformation that was formulated on april 10,1866 in
london at a secret meeting held in the Royal Asiatic Society. This was "to induct the theory of
aryan invasion of India, so that no Indian may say that English are foriegners........ India was
ruled all along by outsider and so the country must remain a slave under the benigh Cristian
rule. "This was a political move and this theory was put to solid use in all school and collage.
Kolonial Inggris mulai resmi menjajah India sejak mereka memenangkan pertempuran
yang dikenal sebagai Battle of Plassey tahun 1757 (Satsvarupa, 1977). Hal ini merupakan sebuah
fakta bahwa penjajahan Inggris di India dimanfaatkan oleh para misionaris Kristen untuk
mengalihkan agama penduduk India dari Hindu menjadi Kristen. Mereka mulai membuka
sekolah dan perguruan tinggi Kristen dan menyebarkan propaganda yang menjelek-jelekkan
Hindu. Alexander Duff (1806 ' 1878) mendirikan Scots College di Calcutta, yang ia cita-citakan
menjadi headquarters for a great campaign against Hinduism (pusat kampanye besar melawan
Hindu). Para misionaris itu tidak segan-segan menyebut kitab-kitab Rg. Veda sebagai absurdities
meant for the amusement of children yang artinya serangkaian takhayul yang dimaksudkan untuk
hiburan anak-anak.
William Jones misalnya, menyebut Bhagavata Purana sebagai 'kisah aduran'. Ia
berspekulasi bahwa Bhagavata sebenarnya meniru Gospel Kristen yang dibawa ke India, dan
bahwa Kesava (nama lain Krishna) sebenarnya adalah Apollo pahlawan Yunani. Teori ini telah
terbukti salah, karena berbagai temuan arkeologi yang berhubungan dengan legenda Krishna
menunjukkan bahwa Krishna telah ada jauh sebelum agama Kristen lahir.
Pada dasarnya, cara linguistik lah yang diadopsi oleh penguasa kolonial demi
mempertahankan kekuasaan mereka, serta untuk memperlancar konversi orang Hindu menjadi
Kristen, seperti yang diungkapkan Müller sendiri kepada istrinya yang diambil dari biografinya
berjudul The life and Letters of Right Honorable Friedrich Max Müller, Volume I halaman 346.
“…Aku merasa yakin, sekalipun aku tidak akan hidup untuk melihatnya, bahwa edisi
saya dan terjemahan dari Veda ini akan pada akhirnya menceritakan secara luas tentang nasib
India, dan atas pertumbuhan dari jutaan dari jiwa-jiwa di negeri ini. Ini adalah akar dari agama
13
mereka, dan untuk menunjukkan kepada mereka apa akar itu, aku merasa yakin, bahwa satu-
satunya cara untuk mencabut semua yang muncul dari padanya sejak 3000 tahun terakhir”.
Suratnya kepada Dr. Milman, Dekan St. Paul’s University, Stanton House, Bournemouth,
Inggris pada 26 Februari 1867, juga menegaskan hasrat besar Max Müller bagi tumbuhnya
Kristen di India. Ia menulis : “Aku memiliki keyakinan yang kuat akan pertumbuhan agama
Kristen di India. Tidak ada negeri yang sematang India untuk agama Kristen, namun
kesulitannya juga tampak sangat besar”.
Dalam suratnya kepada Duke of Argyll, Oxford, 16 Desember 1868, Max Müller
menulis: “Agama kuno India telah dikutuk untuk hancur, dan bila agama Kristen tidak
melangkah masuk, kesalahan siapa ini?”
Begitu pula dalam “Physical Religion” ia menulis : “Ada bagian-bagian tertentu dari Injil
yang saya percaya kebanyakan orang Kristen tidak akan sedih untuk mengabaikannya. Tapi ini
tidak ada artinya bila dibandingkan dengan kisah-kisah absurd dan menjijikan yang terdapat
dalam buku-suku Sanskrit yang disebut suci. Dalam hal ini sungguh benar bahwa tidak ada
bandingannya kitab suci kita Perjanjian Baru, dengan Kitab-kitab suci dari Timur”.
Itulah sebagian dari kata-kata yang terujar oleh Max Müller tentang keinginannya
‘mengimani’ orang-orang Hindu saat itu agar memeluk agama Kristen, yang dengan hal ini pula
menegaskan bahwa kristenisasi terjadi seiring munculnya teori Müller tersebut. Namun anehnya,
sebagian masyarakat Hindu tidak bisa menerima pernyataan Rg. Veda yang menyatakan dirinya
diajarkan dan disebarkan melalui tradisi lisan yaitu proses mendengar (sruti) dan mengingat
(smrti) berdasarkan jalur parampara secara bersamaan dengan terciptanya alam semesta
material. Rg. Veda sudah dengan sangat jelas menyatakan bahwa ia dikodifikasi pada permulaan
Kali-Yuga sekitar 6000 tahun yang lalu inkarnasi Tuhan, Sri Narayana dibidang sastra yaitu
Krishna Dvaipayana Vyasa agar bisa dipelajari dan dimengerti oleh orang-orang jaman Kali.
Namun mengapa mereka yang merupakan penganut Veda begitu ‘bodoh’ sehingga mengingkari
pernyataan Veda ini? Bhagavata Purana 1.4.17-25 dengan jelas sudah menyatakan hal ini dengan
menyebutkan;
“Sang Rishi mulia yang berpengetahuan penuh, dengan penglihatan rohaninya bisa
melihat merosotnya segala sesuatu yang material karena pengaruh buruk Kali-Yuga …… Beliau
juga melihat orang-orang yang tidak percaya (pada Veda) jadi pendek usia dan mereka tidak
penyabar karena kurang memiliki sifat-sifat bajik …… Untuk menyederhanakan proses (belajar
14
Veda), beliau membagi Veda yang satu (Yajur Veda) itu menjadi 4 bagian untuk diajarkan
diantara manusia …. Demikianlah, Rishi Paila menjadi sarjana Rg-Veda, Rishi Jaimini menjadi
sarjana Sama-Veda, Rishi Vaisampayana menjadi akhli Yajur-Veda dan Sumantu Muni
dipercayakan mengajar Atharva-Veda. Mereka mengajarkan bagian-bagian Veda itu kepada
para muridnya masing-masing ….. Kemudian karena kasihan (kepada orang-orang kurang
cerdas), Vyasa menyusun Mahabharata agar para wanita, sudra dan dvija-bandhu bisa
mencapai tujuan hidup tertinggi”.
Sebenarnya pada masa kolonial Inggris, konversi agama masyarakat India tidak hanya
dilakukan oleh misionaris Kristen, melainkan juga dilakukan oleh orang-orang Islam. Namun
berbeda dengan kaum Indologis, para penyebar agama Islam yang menjadikan Hindu sebagai
target konversi lebih condong pada tindakan destruktif. Pada waktu penyerangan bangsa Mogul7
ke India, mereka banyak menghancurkan pustaka-pustaka Suci Veda, tempat-tempat suci dan
membunuh para pemuka agama, tetapi tidak melakukan pengubahan dan penyebaran pustaka Rg.
Veda sebagaimana yang dilakukan oleh Max Müller. Sehingga usaha penghancuran yang mereka
lakukan hanya bersifat sesaat dan tidak menjadi bom waktu dalam perkembangan Hindu di
dunia.
Sampai sekarang, lembaga-lembaga pendidikan formal Hindu, terutama sekali di India
menjadikan Veda terjemahan Max Müller dan teori-teorinya tersebut sebagai acuan utama dalam
menelurkan karya-karya tulis dan menelurkan intelektual-intelektual Hindu. Terjangkitnya para
intelektual Hindu oleh virus ciptaan Indologis tersebut pada akhirnya menular ke masyarakat
Hindu lainnya yang akan menggerogoti dan melemahkan Hindu dari dalam. Ironisnya, ada
anggapan bahwa Max Müller malah diagung-agungkan sebagai salah satu Sad Guru yang
dihormati yang dianggap berjasa sebagai pembaharu Hindu.
Melirik data demografi India untuk tahun 2001, hasil upaya sistemik pengacauan kitab
hindu oleh Pemerintahan Inggris dan misionarisnya selama penjajahan Inggris di India, ternyata
tidak menunjukkan hasil akhir yang signifikan. Jumlah penduduk India yang berhasil dikonversi
hingga tahun 2001 adalah 2.2% atau sekitar 25-27 Juta. Sebagai pembanding, ketika Muslim
menjajah India abad 8M-17M, tahun 2007, jumlah penduduk Muslim India adalah 13.4% dari
jumlah penduduk. Namun, jika cakupan daerah yang dipakai yaitu berdasarkan abad ke 8 M-
17M, maka yang disebut India adalah gabungan beberapa negara seperti Bangladesh, Pakistan
7 a member of the Muslim dynasty of Mongol origin which ruled much of India in the 16th–19th centuries. (often the Great Mogul) the Mogul emperor of Delhi.
15
dan India. Sehingga presentase Islam di tahun 2007 ialah 30.8% dari total penduduk tiga negara
itu, sedangkan 1.9% dari total penduduk tiga negara itu adalah Nasrani.
BAB III
16
PENUTUP
Meskipun kekeliruan teori invasi hasil konspirasi ini sudah diakui dan dipublikasikan
oleh BBC London yang dimuat 30 September 2005. Mereka dengan jelas menyatakan bahwa
teori kontroversial hasil ciptaan Max Müller pada tahun 1848, hanyalah berdasarkan pada
pembenaran linguistik. Adanya dua jenis warna kulit bangsa India yang sudah terlanjur dianggap
benar yang telah berhasil mendistorsikan sejarah Hindu akhirnya mendapat sanggahan dan
tumbang setelah 120 tahun.
Namun sampai sekarang sebagian besar buku-buku pelajaran terutama sekali di Indonesia
maupun ensiklopedi8 yang terdapat dalam situs-situs internet mengenai sejarah Hindu masih
menuliskan teori ini sebagai sebuah kebenaran. Mereka lebih mempercayai uraian Veda yang
disampaikan oleh orang-orang Barat yang berlindung dibalik kata “ilmiah” dari pada
mempercayai sejarah Veda menurut Veda itu sendiri.
Melihat bantahan ilmiah maupun berdasarkan teks kitab Veda sendiri mengenai teori
Max Müller ini, penulis dapat mengatakan bahwa teori tersebut sudah runtuh dan tidak bisa
dipertangungjawabkan lagi kebenarannya. Sehingga perlu ada koreksi besar-besaran agar dapat
mengganti teori tersebut dengan teori yang sudah diakui kebenarannya secara ilmiah -yang telah
dipaparkan dalam makalah ini-. Koreksi tersebut berupa revisi teks sejarah yang tertuang dalam
buku-buku ataupun media lainnya yang telah tersebar selama ini.
Hal lain yang bisa dilakukan ialah, pemerintah India, selaku yang memiliki subjek
penelitian tentang masalah ini, mengumumkan kepada seluruh masyarakat dunia bahwa teori
yang selama ini tersebar mengenai penyerangan bangsa Arya ke India merupakan salah besar.
Hal ini perlu dilakukan agar demokrasi dalam menjunjung tinggi kebenaran dalam bidang
pendidikan menjadi kewajiban yang harus dilakuakan bagi seluruh negara di dunia. Sehingga
sejarah sebagai warisan budaya suatu negara dan juga dunia dapat terus berjalan turun-temurun
secara benar.
BIBILOGRAFI8 Ensiklopedi yang masih menuliskan teori tersebut antara lain seperti www.wikipedia.com; www.britannica.com; www.babylon.com\definition\; www.encyclopedia.com\; www.archaeologyonline.net/; concise oxford dictionary; dan masih banyak lagi.
17
Suryanto, M.Pd. 2006. Hindu, dibalik tuduhan dan prasangka. Narayana Smerti Press:
Yogyakarta.
Reg Veda: Bhagavata Purana 1.4.17-25
Varun M Deshpande, Invation that never was (artikel). National geographic
Stephen Knapp, Death of the Aryan Invasio\n Theory (artikel)
Max Müller, Friedrich.1980. The life and Letters of Right Honorable Friedrich Max Müller.
Sarasvati, Swami Prakashananda. 1999. The True History and the Religion of India; A Concise
Encyclopdia On Authentitic Hinduism. Barsana Dam: Austin, Texas.
http://ridwan -site.blogspot.com/.../ peradaban - lembah - sungai - gangga - india .html . Diunduh pada:
Minggu, 14 Februari 2010, pukul 17.30 WIB
http://www.mypulau.com/Prayuda/blog/&category_id=210. Diunduh pada: Selasa, 11 Mei 2010,
pukul 11.34 WIB.
http://www.encyclopediaofauthentichinduism.org/articles/35_max_Müller.htm. Diunduh pada:
Selasa, 11 Mei 2010, pukul 11.36 WIB
Friederich, Max Müller.1998. Lectures on the Origin and Growth of Religion. Paternoster Row:
London
LAMPIRAN
18
Peta letak Sungai Sarasvati, tempat lahir dan berkembangnya Rg. Veda
19