teori belajar behavioristik

12
Teori Belajar Behavioristik Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel . Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman [1] . Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik , meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3)

Upload: melvi-maulita-napitupulu

Post on 11-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

teori

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Belajar Behavioristik

Teori Belajar BehavioristikDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar WikipediaMerapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman [1].

Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).

Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).

Page 2: Teori Belajar Behavioristik

Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon

Artikel atau bagian dari artikel ini diterjemahkan dari Teori Belajar Behavioristik di en.wikipedia.org. Isinya mungkin memiliki ketidakakuratan. Selain itu beberapa bagian yang diterjemahkan kemungkinan masih memerlukan penyempurnaan. Penggunayang mahir dengan bahasa yang bersangkutan dipersilakan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini.(Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat)

Daftar isi

  [sembunyikan] 

1 Teori Belajar Menurut Watson

2 Teori Belajar Menurut Clark Hull

3 Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

4 Teori Belajar Menurut Skinner

5 Analisis Tentang Teori Behavioristik

6 Rujukan

Teori Belajar Menurut Watson[sunting | sunting sumber]

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisikaatau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

Teori Belajar Menurut Clark Hull[sunting | sunting sumber]

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie[sunting | sunting sumber]

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan

Page 3: Teori Belajar Behavioristik

respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

Teori Belajar Menurut Skinner[sunting | sunting sumber]

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

Analisis Tentang Teori Behavioristik[sunting | sunting sumber]

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.

Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.

Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.

Page 4: Teori Belajar Behavioristik

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang memengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.

Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:

Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara;

Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum)

bila hukuman berlangsung lama;

Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)

agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum

melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.

Rujukan[sunting | sunting sumber]

1. ̂  [Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition, Chicago: Rand Mc.

Nally]

Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali

Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud

Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition, Chicago: Rand Mc.

Nally

Gagne, E.D., (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little,

Brown and Company

Page 5: Teori Belajar Behavioristik

Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and Teaching in Higher Education. London: Paul Chapman

Publishing

Moll, L. C. (Ed.). 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications and Application of

Sociohistorycal Psychology. Cambridge: Univerity Press

Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon

Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn

and Bacon

Slide 1: BAB 5 BELAJAR PEMBELAJARAN (Teori bEHAvioris me ) Disusun oleh : ANA TRIANA HIKMAH KHUMAIRA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FKIP BIOLOGI 3C 2011

Slide 2: Pengertian Teori Behaviorisme Unsur pokok dalam belajar Pendapat para ahli tentang teori behaviorisme IMPLIKASI TEORI BEHAVIORISTIK TERHADAP PEMBELAJARAN Kesimpulan

Slide 3: TEORI BEHAVIORISME Belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku, dimana perubahan tersebut muncul sebagai respons terhadap berbagai stimulus yang datang dari luar diri subyek.

Slide 4: BELAJAR Perubahan perilaku yang dapat diamati , diukur dan dinilai secara konkret. STIMULANS Lingkungan belajar anak, baik internal dan eksternal yang menjadi penyebab belajar. RESPON Akibat atau dampak, berupa reaksi fisik, terhadap stimulan.

Slide 5: UNSUR POKOK DALAM BELAJAR D rive Mekanisme psikologis yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya melalui aktivitas belajar . 2. Stimulus Rangsangan dari luar diri subyek yang dapat menyebabkan terjadinya respons. 3. Response Tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau stimulus yang diberikan. Muncul dalam bentuk perilaku yang kelihatan. 4. Reinforcement Penguatan yang diberikan kepada subyek belajar agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons secara berkelanjutan.

Slide 6: Pendapat Para Ahli tentang Teori Behaviorisme EDWARD LEE THORNDIKE IVAN PETROVICH PAVLOV BURRHUS FREDERIC SKINNER ROBERT GAGNE ALBERT BANDURA

Slide 7: Belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R) . Dan dalam teori ini terdapat : EDWARD LEE THORNDIKE, 1874-1949 ( TEORI KONEKSIONISME) h ukum-hukum belajar

Slide 8: Hukum kesiapan (law of readiness) semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung di perkuat. Hukum latihan (law of exercise) Semakin tingkah laku dilatih, maka asosiasi akan semakin kuat. Hukum akibat (law of effect) stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan . Hukum-hukum belajar

Page 6: Teori Belajar Behavioristik

Slide 9: Aktivitas belajar berlagsung dalam suatu proses evolusi melalui stimulus terkondisi yang dirancang secara sistematis dan dikontrol secara ketat untuk mendapat perilaku belajar yang memadai. Seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar IVAN PETROVICH PAVLOV, 1849-1936 (TEORI CLASSICAL CONDITIONING ) BURRHUS FREDERIC SKINNER , 1904-1990 ( TEORI OPERANT CONDITIONING )

Slide 10: Belajar di mulai dari yang paling sederhana, dilanjutkan pada yang lebih kompleks (belajar SR, rangkaian SR), sampai pada tipe tinggi (belajar aturan dan pemecahan masalah) . ROBERT GAGNE, 1916-2002 (CONDITION OF LEARNING) Eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa. ALBERT BANDURA (1925 - masih hidup), ( TEORI BELAJAR SOSIAL ATAU KOGNITIF SOSIAL SERTA EFIKASI DIRI )

Slide 11: Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah : Perhatian Penyimpana n atau proses mengingat Reproduksi motorik motivasi

Slide 12: Pembelajaran adalah upaya alih pengetahuan guru kepada siswa . Tujuan pembelajaran ditekankan pada bagaimana menambah pengetahuan . Strategi pembelajaran ditekankan pada keterampilan . Pembelajaran mengikuti aturan kurikulum dan ditekankan keterampilan mengungkapkan kembali apa yang dipelajar i IMPLIKASI TEORI BEHAVIORISTIK TERHADAP PEMBELAJARAN

Slide 13: Dengan adanya proses belajar behavioristik, dapat melatih individu untuk bisa mempergunakan waktu secara efektif. Proses pembelajaran behavioristik juga terbukti efektif bagi individu terutama pelajar dalam mencerna ilmu atau pelajaran, baik yang mudah maupun yang sulit sekalipun dan membuahkan hasil yang memuaskan dibandingkan dengan belajar kebut semalam. Otak manusia dapat menerima ilmu secara bertahap dan membutuhkan proses yang cukup lama, agar ilmu tersebut tersimpan lama dalam memori otak, sehingga ilmu yang masuk tidak cepat hilang karena lupa. KESIMPULAN

Slide 14: Terima Kasih

Page 7: Teori Belajar Behavioristik

1. TEORI BELAJAREDWARD LEE THORNDIKEOleh:Ade Rifai (100876)Bhakti Tri Gunarto (1006714)Shoffy Nashirotul Haq (1003268)

2. Riwayat ThorndikeThorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleye, S2 dari Harvard dan meraih gelar doktor di Columbi. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology, Mental and social Measurements, Animal Intelligence, Ateacher’s Word Book, Your City, dan Human Nature and The Social Order.

3. Teori belajarEdward Lee ThorndikeMenurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.

4. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.

Page 8: Teori Belajar Behavioristik

Pernyataan Thorndike ini didasarkan pada hasil eksperimennya di laboratorium yang menggunakan beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, monyet, dan ayam.

5. Dari semua yang telah diteliti pada hewan tersebut dengan meneliti berbagai situasi, seekor hewan akan memberikan respon berupa suatu tindakan.Contoh: Seekor kucing misalnya, yang di masukkan dalam kandang yang terkunci akan bergerak, berjalan, meloncat, mencakar dan sebagainya sampai suatu saat secara kebetulan ia menginjak suatu pedal dalam kandang itu sehingga kandang itu terbuka. Sejak itu, kucing akan langsung menginjak pedal kalau ia dimasukkan dalam kandag yang sama.

6. Respon kucing tersebut disebut Trial and error atau situasi stimulus dalam belajar coba-coba.Ciri-ciri belajar Trial and Error :Ada motif pendorong aktivitasAda berbagai respon terhadap situasiAda aliminasi respon-respon yang gagal atau salah Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu

7. Hukum-Hukum belajarEdward Lee ThorndikeHukum Efek (The Law of Effect)Intensitas hubungan antara Stimulus dan Respon meningkat apabila hubungan itu diikuti oleh keadaan yang menyenangkan. Sebaliknya, hubungan itu akan berkurang, kalau diikuti oleh keadaan yang tidak menyenangkan. Dengan demikian, maka setiap tingkah laku yang menghasilkan keputusan tertentu, akan diasosiasikan dengan situasi tersebut.Dalam contoh kucing dalam kandang di atas, tingkah laku injak pedal akan diasosiasikan dengan situasi menyenangkan karena terbebas dari kandang.

8. Hukum Latihan (The Law of Exercise)Hubungan Stimulus dan Respon juga dapat ditimbulkan atau didorong melalui latihan yangberulang-ulang. Dengan demikian, ini berarti pula, hubungan Stimulus dan Respon juga dapat ditimbulkan atau didorong melalui latihan yang berulang-ulang.

9. Hukum Kesiapan (Law of readiness)Ciri-ciri berlakunya hukum kesiapan:Misalkan seseorang memiliki kecenderungan bertindak. Jika orang tersebut bertindak, maka akan menimbulkan kepuasan, dan ia tidak akan melakukan tindakan lain.

10. Misalkan seseorang memiliki kecenderungan bertindak. Jika orang tersebut tidak bertindak, maka akan muncul rasa ketidakpuasan, dan ia akan melakukan tindakan-tindakan lain untuk menghapus rasa tidak puasnya.Misalkan seseorang tidak mempunyai kecenderungan bertindak. Tetapi orang tersebut bertindak, maka akan muncul rasa ketidakpuasan, dan ia akan melakukan tindakan-tindakan lain untuk menghapus rasa tidak puasnya.

11. Misalkan seseorang memiliki kecenderungan bertindak. Jika orang tersebut tidak bertindak, maka akan muncul rasa ketidakpuasan, dan ia akan melakukan tindakan-tindakan lain untuk menghapus rasa tidak puasnya.Misalkan seseorang tidak mempunyai kecenderungan bertindak. Tetapi orang tersebut bertindak, maka akan muncul rasa ketidakpuasan, dan ia akan melakukan tindakan-tindakan lain untuk menghapus rasa tidak puasnya.

12. Kelebihan Dan Kekurangan Teori ThorndikeKekurangan:Teori ini sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel

Page 9: Teori Belajar Behavioristik

atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya

13. Kelebihan : Teori ini cenderung mengarahkan anak untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa anak menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

14. Setelah 1930Pada saat berdiri di depan International Congress of Psychology di New Haven – Connecticut bulan September 1929, Thorndike berkata : “I was wrong”. Pengakuan ini merupakan aspek penting dari good scientific practice: Scientists are obliged to change their conclusion if the data require it.Yang berarti seorang ilmuan wajib mengubah data penemuannya.

15. Beberapa revisi hukum belajar :Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus respon sebaliknya tanpa pengulangan hubungan stimulus respon belum tentu diperlemah. Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa. Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan , tetapi adanya saling sesuai antara stimulus & respon. Akibat suatu perbuatan dapat menular (Spread of Effect) baik pada bidang lain maupun pada `individu lain.

16. Sumber-Sumberhttp://righitpermana.blogspot.com/2010/01/edward-edward-lee-thorndike-1874-1949.htmlhttp://mediateropongsiswa.blogspot.com/2010/11/teori-belajar-edward-lee-thorndike.htmlhttp://rumahrizal.multiply.com/journal/item/7http://mardhiyanti.blogspot.com/2010/03/teori-asosiasi-dari-edward-lee.html

17. TERIMA KASIH