tentir muskulo, bedah orto

8
CEDERA SISTEM MUSKULOSKELETAL Sistem musculoskeletal adalah sistem organ yang memberikan kemampuan pada manusia untuk bergerak secara fisik, dengan menggunakan sistem otot-otot dan skeletal. Sistem musculoskeletal terdiri dari tulang, tulang rawan, otot, tendon, ligamen, sendi dan saraf perifer. Fungsi sistem musculoskeletal di antaranya: 1. Tulang-tulang menyediakan kestabilan bagi tubuh. 2. Otot menjaga tulang agar tetap pada tempatnya dan membantu pergerakan dari tulang. 3. Otot berkontraksi dan menegang untuk menggerakkan tulang yang melekat melalui sendi. 4. Kartilago mencegah ujung-ujung tulang saling bertubrukan satu sama lain. Untuk memahami sistem musculoskeletal diperlukan beberapa pengetahuan dasar di antaranya adalah anatomi, fisiologi, histology, biokimia, kinesiology, biomekanika, kinematika dan engineering. Dengan memiliki pengetahuan dasar yang cukup tentang sistem musculoskeletal yang normal, kita dapat mengerti mengenai patologi/ gangguan yang terjadi pada sitem musculoskeletal dengan lebih baik lagi. Beberapa penyebab keadaan patologi pada sistem musculoskeletal di antaranya: Trauma / cedera / ruda paksa contohya: fraktur, dislokasi Infeksi Kelainan kongenital / perkembangan contohnya: akondroplasia, syndaktili Neoplasma / tumor contohnya: osteosarkoma Degenerasi / proses penuaan alami contohnya: osteoarhritis Metabolik Beberapa gaya yang dapat mengakibatkann trauma pada sistem musculoskeletal: Cara kerja : direk dan indirek Arahnya : aksial / kompresi, shearing, twisting / rotas, avulsion Kapasitas energi : high energy dan low energy Kecepatan gaya : high speed dan low speed FRAKTUR adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis, atau tulang rawan sendi secara parsial atau komplit. Penyebab dari fraktur bermacam-macam, Non patologis, seperti trauma dan tekanan yang berulang,

Upload: nolie-lovarya-haruka

Post on 25-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tentir Muskulo, Bedah Orto

CEDERA SISTEM MUSKULOSKELETAL

Sistem musculoskeletal adalah sistem organ yang memberikan kemampuan pada manusia untuk bergerak secara fisik, dengan menggunakan sistem otot-otot dan skeletal. Sistem musculoskeletal terdiri dari tulang, tulang rawan, otot, tendon, ligamen, sendi dan saraf perifer. Fungsi sistem musculoskeletal di antaranya:

1. Tulang-tulang menyediakan kestabilan bagi tubuh.2. Otot menjaga tulang agar tetap pada tempatnya dan membantu pergerakan dari tulang.3. Otot berkontraksi dan menegang untuk menggerakkan tulang yang melekat melalui sendi.4. Kartilago mencegah ujung-ujung tulang saling bertubrukan satu sama lain.

Untuk memahami sistem musculoskeletal diperlukan beberapa pengetahuan dasar di antaranya adalah anatomi, fisiologi, histology, biokimia, kinesiology, biomekanika, kinematika dan engineering. Dengan memiliki pengetahuan dasar yang cukup tentang sistem musculoskeletal yang normal, kita dapat mengerti mengenai patologi/ gangguan yang terjadi pada sitem musculoskeletal dengan lebih baik lagi.Beberapa penyebab keadaan patologi pada sistem musculoskeletal di antaranya:

Trauma / cedera / ruda paksa contohya: fraktur, dislokasi Infeksi Kelainan kongenital / perkembangan contohnya: akondroplasia, syndaktili Neoplasma / tumor contohnya: osteosarkoma Degenerasi / proses penuaan alami contohnya: osteoarhritis Metabolik

Beberapa gaya yang dapat mengakibatkann trauma pada sistem musculoskeletal: Cara kerja : direk dan indirek Arahnya : aksial / kompresi, shearing, twisting / rotas, avulsion Kapasitas energi : high energy dan low energy Kecepatan gaya : high speed dan low speed

FRAKTURadalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis, atau tulang rawan sendi secara parsial atau komplit.Penyebab dari fraktur bermacam-macam,

Non patologis, seperti trauma dan tekanan yang berulang, Patologis, seperti infeksi, keganasan, osteoporosis, dan berhubungan dengan penyakit seperti

penyakit Paget. Fraktur dapat dibedakan menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar,

fraktur terbuka (jika ada hubungan dengan dunia luar) fraktur tertutup (jika tidak berhubungan dengan dunia luar).

Fraktur juga dapat dibagi berdasarkan garis frakturnya, misalnya fisura, patah tulang sederhana, kominutif, segmental, impaksi, dan impresi (lekukan).

Deskripsi fraktur di antaranya:1. Komplit-tidak komplit

Komplit : jika garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui 2 korteks tulang. Ada yang simple (hanya 1 garis fraktur) dan kompleks (Garis > 1, komunitif dan segmental)

Page 2: Tentir Muskulo, Bedah Orto

Tidak komplit : garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang atau melibatkan hanya satu korteks dan sering terjadi pada anak-anak, contohnya hairline fracture, buckle fracture (terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawhnya, cthnya pada distal radius anak-anak) dan Greenstick fracture (mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya contohnya pada tulang panjang)

2. Bentuk garis patah tulang dan hubungannya dengan mekanisme trauma Garis patah melintang : trauma angulasi dan langsung Garis patah oblique : trauma angulasi Garis patah spiral : trauma rotasi Fraktur kompresi : misalnya fraktur pada patella

3. Jumlah garis patah fraktur kominutif : garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan fraktur segmental : garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan fraktur multiple : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan

tempatnya4. Bergeser-tidak bergeser

undisplaced (tidak bergeser) displaced (bergeser), dapat disebabkan oleh gaya dari trauma, tarikan otot atau tarikan

gravitasi ditandai dengan adanya deformitas yakni rotasi, angulasi atau pemendekan.

Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustillo & Anderson:Derajat I luka kulit < 1 cm , Keadaan luka bersih , dan low

energy trauma.Derajat II luka > 1 cm, tidak terdapat luka kulit yang ekstensif

dan moderate energy traum.aDerajat III high energy trauma, high velocity trauma,luka

tembak , cedera kandang binatang ( farm injury, barnyard injur, cedera neurovaskuler, fraktur terbuka > 8 jam. A : Permukaan tulang yang fraktur masih dapat

tertutup oleh jaringan lunak B : permukaan fraktur tidak terdapat jaringan

lunak ( bone exposed ), selaput periosteal terkupas (stripped), fraktur kominutif

C : cedera arteri yang apabila tidak direkonstruksi akan mengancam kelangsungan hidup (vitality) ekstremitas

Stress Fracture / Fatigue Fracture Fraktur terjadi oleh karena stress berulang Sering pada tibia/fibula Sering pada : atlit, penari, new army recruits

Penyembuhan fraktur1. Fase hematoma, apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil

melewati kanalikuli dalam sistem Havers mengalami robekan pada daerah fraktur dan akan membantuk hematoma di antara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh

Page 3: Tentir Muskulo, Bedah Orto

periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak

2. Fase proliferasi selular subperiosteal dan endosteal, pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebgai suatu reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk callus interna sebagai aktivitas selular dalam kanalis medularis. Apabila terjadi terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadipenambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler tidak tidak terbentuk dari organisasi pembentukan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, callus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meiliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologi callus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah radioluscen.

3. Fase pembentukan callus, setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pad kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interselular kolagen dan perlengketan radiologi oleh garam-garam kalsium membentuk tulang imatur (woven bone)

4. Fase konsolidasi, woven bone akan membentuk callus primer dan secara perlahan-lahan akan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamellar dan kelebihan callus akan diresorpsi.

5. Fase remodelingPada fase ini perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik. Callus intermediate akan berubah menjadi tulang kompak dan berisi sistem havers dan callus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang sum-sum.

Pemeriksaan pada penderita fraktur:1. ANAMNESA

Riwayat trauma Mekanisme cedera Kemungkinan cedera pada sistem organ lain Riwayat pengobatan sebelumnya

Page 4: Tentir Muskulo, Bedah Orto

Metode transportasi 2. PHYSICAL EXAMINATION

PRIMARY SURVEY SECONDARY SURVEY

o Look : edema, deformitas, luka terbuka, warna kulit o Feel : nyeri tekan, neurovascular distal o Move :Functio Laesa, gerakan sendi yang tidak terlibat untuk menilai motorik

secara kasar o Perhatikan tanda-tanda : syok hemoragis, cedera organ lain : otak, medula

spinalis, visera, faktor predisposisi : patologis 3. Pencitraan (Imaging)

X rays Bone scanning CT scan (computerized tomography) MRI (Magnetic Resonance Imaging) MSCT (Multi Sliced CT)

Prinsip Tx Fraktur Recognize Reduce = reposisi

Tertutup : dengan manipulasi Terbuka : dg pembedahan à reduksi a vue ( direct vision) REDUKSI TERTUTUP

Dalam pembiusan umum Relaksasi otot

REDUKSI TERBUKA Bersamaan dengan debridemen pada fraktur terbuka

Retain à Imobilisasi/stabilisasi Bidai Traksi kulit Balutan gips sirkuler Internal fiksasi Eksternal fixatur

Rehabilitation

Komplikasi Fraktur1. Dini

Cedera visceral cedera vascular Sindroma Kompartemen

Perdarahan/ edema meningkatkan tekanan kompartemen osteofasial kemudian aliran kapiler menjadi menurun sehingga memicu iskemi yang akan memperparah edema yang akan memperparah sirkulasi visiosus. Lama kelamaan dapat menyebabkan nekrosis otot dan saraf di dalam kompartemen tersebut dapat digantikan oleh jaringan parut. Dapat disebabkan oleh balutan/ gips yang terlalu kencang. Ditandai dengan 5 P: pain, paraeshtasia,pallor, paralisis,pulseness.

Cedera saraf hemartrosis

Page 5: Tentir Muskulo, Bedah Orto

Infeksi2. Lanjut

Delayed union, disebabkan oleh cedera jaringan lunak berat, suplai darah inadekwat, infeksi, traksi berlebihan. Tindakan: bone graft

Non union, daerah fraktur tertutup jaringan fibrosis dan terdapat pseudoarthrosis. Disebabkan oleh gangguan stabilitas.

Mal union, fraktur menyatu dalam posisi patologis (angulasi, rotasi, perpendekan). Kaku sendi Hipotropi/Atrofi otot Miositis ossificans

o Ossifikasi heterotopik pada otot o Biasanya setelah cedera :Pasca dislokasi siku o Bengkak lokal, nyeri tekan, gerak sendi terbatas o X ray > 2 minggu : tampak gambaran kalsifikasi pada jaringan lunak (otot).o Tindakan : Eksisi massa tulang, Indometasin, dan Radiasi

Avascular Necrosiso Cedera (fraktur/dislokasi) à iskemia tulang à nekrosis avaskular

Sering : kaput femur, bag proximal os. skafoid, os. lunatum, os. talus Algodysthropy Osteoarthritis

CEDERA LEMPENG PERTUMBUHANsering terjadi pada anak-anak, dan apabila tidak ditangani dapat menimbulkan deformitas yang permanen. Dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Salter-Harris.

CEDERA PADA SENDITerbagi:

1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.

Dislokasi (luksasi): permukaan sendi berpisah secara total satu dan lainnya klinisnya : sendi nyeri hebat, pasien menolak menggerakkan sendi, kontur sendi berubah (deformitas)

2. Subluksasi : Permukaan sendi kehilangan posisi awal tetapi masih memiliki hubungan satu dan lainnya

Page 6: Tentir Muskulo, Bedah Orto

Prinsip penanganan dislokasi adalah bahwa dislokasi dan subluksasi : keadaan emergency sehingga harus direposisi segera sampai mencapai keadaan normal (perfect)

CEDERA PADA LIGAMEN: SPRAINED LIGAMENTLigamen = pengikat sendi. Cedera ligamen pada daerah sendi akibat gaya puntiran atau tarikan tanpa adanya kerusakan struktural ligament. Sprained Ligament yang akut dapat terjadi akibat streching mendadak sehingga dapat menyebabkan cedera minor,inkomplit dan perdarahan lokal pada ligamen. Contoh : sprain ankle. klinisnya berupa sendi nyeri, bengkak (kadang kebiruan) . Cedera ligament lainnya adalah Rupture Ligament yakni terputusnya sebagian/seluruh ligamen yang mengikat suatu sendi. Kejadian ini bisa disertai avulsi tulang tempat ligamen melekat.Biasanya terjadi pada sendi : lulut,

ankle, jari tangan. Gejala klinisnya : perdarahan dibawah kulit, bengkak dan nyeri hebat sendi

CEDERA PADA OTOTBiasanya terjadi pada myotendinosus junction. Contohnya strained muscle CEDERA PADA TENDON Ruptur , terbagi:

Ruptur TendonTertutup, contoh : Mallet Finger, ruptur tendo Achilles

Ruptur Tendon Terbuka, ruptur tendon akibat benda tajamCedera Tendon

Trauma langsung dengan transeksio tendon Trauma tidak langsung dengan avulse tendon dari tulang