temulawak

16

Click here to load reader

Upload: rima-wardah

Post on 19-Jun-2015

1.636 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: TemuLawak

Temulawak

Curcuma Xanthorrhiza, Roxb.

Disusun Oleh :

Nur Rima Wardah

(07 1101 5155 10)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2007/2008

1 | P a g e

Page 2: TemuLawak

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir tiap menit, kita dibombardir oleh iklan obat-obatan suplemen di

televisi. Mulai dari yang produk impor sampai yang tradisional. Semua dijanjikan

aman untuk dikonsumsi. Obat-obatan macam ini tidak lain merupakan adopsi dari

suplemen impor yang banyak dipajang di apotik dan toko obat ternama.

Masyarakat seolah tersihir oleh produk-produk pabrik itu dan tanpa pikir panjang

menghabiskan banyak dana untuk membelinya. Tidak heran, sebab trend-nya

sekarang adalah herbal medicine, yakni memanfaatkan tanaman tradisional

sebagai obat. Padahal akan lebih baik lagi apabila kita mengonsumsi tanaman itu

langsung dari racikan sendiri. Selain lebih murah, keamanannya bisa dikontrol.

Bagi masyarakat di pulau Jawa, nama temulawak pasti tidak asing lagi. Di

daerah Jawa Tengah, tanaman bernama Latin Curcuma xanthorhiza Roxb ini

dikenal sebagai minuman eksotik dengan cita rasa khas. Dengan mencampurkan

tanaman bersama gula dan kunyit, lalu diseduh dengan air panas akan

menghasilkan sebuah rasa tersendiri.

Tetapi sejak diketemukan banyak sekali obat-obat palsu dari badan POM,

banyak masyarakat yang takut untuk mengkonsumsi obat herbal, sehingga

masyarakat beralih kembali menggunakan obat-obat tradisional yang boleh

dikatakan bebas dari komponen impor. Salah satunya adalah rimpang temulawak

yang telah dikenal oleh nenek moyang kita sejak zaman dahulu. Selama ini, telah

banyak penelitian-penelitian yang dilakukan baik oleh ilmuwan Indonesia

maupun ilmuawan asing untuk membuktikan khasiat temulawak, tetapi karena

belum adanya sistem pendokumentasiaan yang terpadu, maka belum semua hasil-

hasil penelitian tersebut dapat diakses oleh masyarakat umum.

2 | P a g e

Page 3: TemuLawak

Karena itu di dalam makalah ini akan dijelaskan tentang apa itu rimpang

temulawak, bagaimana proses hidupnya, klasifikasi, kegunaan dan kandungan

dari rimpang temulawak.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

Mengetahui apa itu rimpang temulawak, bagaimana tumbuhannya dan

bagaimana bentuk dari rimpang temulak.

Mengetahui klasifikasi dari rimpang temulawak.

Mengetahui ekologi, kegunaan dan kandungan rimpang temulawak.

3 | P a g e

Page 4: TemuLawak

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang

semu. Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan

di Madura disebut sebagai temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan

tempat dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini

selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India,

Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa Negara Eropa.

A. Ekologi

Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan

terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini

tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian

temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah

tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

berbagai cuaca di daerah beriklim tropis. Suhu udara yang baik untuk budidaya

tanaman ini antara 19-30 oC. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara

1.000-4.000 mm/tahun. Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada

berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-

tanah berat yang berliat. Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-

1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl.Kandungan

pati tertinggi didalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada

ketinggian 240 m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan

rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok

dikembangkan di dataran sedang.

4 | P a g e

Page 5: TemuLawak

Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpang-

rimpangnya baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang anakan

(rimpang cabang). Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat

berumur 10 -12 bulan.

Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat. Aroma

dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya

berwarna kekuning-kuningan.

B. Klasifikasi

Klasifikasi dari temulawak (Curcuma Xanthorrhiza, Roxb.) :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Familia : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma Xanthorrhiza Roxb.

Kingdom : Plantae

C. Manfaat dan Efek Farmakologi

Penggunaan temulawak sebagai obat secara tradisional dapat dipilah menjadi

beberapa aktivitas menonjol, misalnya:

Untuk gangguan pencernaan.

Untuk mengobati sakit ginjal.

Untuk mengobati sakit limpa

Memperlancar produksi ASI.

Menambah nafsu makan.

Untuk mengatasi gangguan keputihan.

Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan memelihara kesehatan.

5 | P a g e

Page 6: TemuLawak

Untuk mengobati sakit pinggang, asma, sakit kepala, masuk angin, maag,

sakit perut, sembelit, sakit cangkrang, cacar air, sariawan, jerawat dan sebagai

obat malaria.

Pengunaan bahan alam tumbuhan sebagai obat kini terpilah menjadi tiga

bagian, yaitu sebagai jamu, sediaan obat yang bahan dasarnya berupa simplisia,

cara pembuatannya masih sangat sederhana yaitu dengan cara digodog atau

diseduh dengan air panas, penggunaannya didasarkan pada pengalaman turun

temurun, serta tidak memiliki aspek jaminan pengendalian kualitas. Penggunaan

yang paling diinginkan adalah penggunaannya sebagai sediaan fitofarmaka, yaitu

sediaan seperti sediaan herbal terstandarkan, tetapi telah menjalani dan lulus

pengujian klinik. Sediaan fitofarmaka merupakan sediaan obat herbal yang

jaminan kualitasnya setara dengan obat sintetis.

Sediaan fitofarmaka temulawak adalah :

Fitofarmaka hepatoprotektor berdasarkan penggunaan tradisionalnya sebagai

obat sakit kuning.

Fitofarmaka anti ulser, berdasarkan penggunaan tradisionalnya sebagai obat

untuk mengatasi perut kembung dan gangguan pencernaan.

Fitofarmaka anti inflamasi.

Fitofarmaka anti diare.

Fitofarmaka anti malaria.

Fitofarmaka imunomodulator.

Fitofarmaka anti kanker.

Selain sebagai sediaan untuk obat-obat fitofarmaka, berdasarkan pada

penggunaan tradisional dalam bentuk jamu gendong, temulawak sangat

memungkinkan diproduksi sebagai sediaan minuman kesehatan.

6 | P a g e

Page 7: TemuLawak

D. Deskripsi Tanaman

Tanaman berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang

dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan

sempurna dan bercabang kuat, berwarna kuning gelap. Tiap batang mempunyai

daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna

daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84cm

dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm.

Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9

– 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun

pelindung banyak yang panjangnya

melebihi atau sebanding dengan mahkota

bunga.

Kelopak bunga berwarna putih berbulu,

panjang 8 – 13mm, mahkota bunga

berbentuk tabung dengan panjang

keseluruhan 4.5cm, helaian bunga

berbentuk bundar memanjang berwarna

putih dengan ujung yang berwarna merah

dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan

lebar 1cm.

E. Kandungan Kimia (Metabolit Sekunder)

Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa

kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut

minyak menguap. Rimpang ini juga mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2

% kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak atsiri dan dipercaya dapat meningkatkan

kerja ginjal serta anti inflamasi.

7 | P a g e

Page 8: TemuLawak

Selain itu mengandung kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Dan kurkumin

yang terdapat pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat sebagai acnevulgaris,

disamping sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti

keracunan ).

F. Cara Pemakaian.

Cara pengolahan rimpang temulawak ini banyak pilihannya karena

disesuaikan dengan penyakit yang diobati.

Sakit Limfa

Bahan: 2 rimpang temulawak, 1/2 rimpang lengkuas, 1 genggam daun meniran.

Cara membuat: temulawak dan lengkuas diparut, kemudian semua bahan tersebut

direbus dengan 1 liter air sampai mendidih, dan disaring.

Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 cangkir.

Sakit Ginjal

Bahan: 2 rimpang temulawak, 1 genggam daun kumis kucing, 1 genggam daun

kacabeling.

Cara membuat : temulawak diiris tipis-tipis, kemudian direbus bersama dengan

bahan lainnya dengan 1 liter air, dan disaring.

Cara menggunakan: diminum selama 3 hari.

Asma

Bahan: 1 1/2 rimpang temulawak, 1 potong gula aren.

Cara membuat: temulawak diiris tipis-tipis dan dikeringkan. Setelah kering

direbus dengan 5 gelas air ditambah 1 potong gula aren sampai mendidih hingga

tinggal 3 gelas, kemudian disaring.

Maag

Bahan: 1 rimpang temulawak.

Cara membuat: temulawak diiris tipis-tipis dan diangin-anginkan sebentar,

kemudian direbus dengan 5-7 gelas air sampai mendidih, dan disaring.

Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 gelas.

8 | P a g e

Page 9: TemuLawak

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang

semu.

Temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari

teriknya sinar matahari.

Temulawak sering digunakan untuk berbagai macam penyakit.

Contohnya untuk penyakit magh dan malaria.

Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa

kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut

minyak menguap

B. Saran

Semoga dalam pertemuan-pertemuan kuliah selanjutnya dapat lebih bagus dan

lebih efisien waktu serta lebih banyak berinteraksi dengan para audiens. Dan

semoga semua sarana dan prasarana kuliah dapat ditingkatkan kelengkapannya.

Sehingga suasana belajar-mengajar dapat berjalan dengan baik dan kondusif serta

proses transfer ilmu pun dapat berlangsung sukses.

9 | P a g e

Page 10: TemuLawak

DAFTAR PUSTAKA

Erken, Hans. 2002. Temulawak, Umbi Penyembuh Lever. (http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2002/074/kes2.html, 11 September 2008)

Html.2005.TEMULAWAK.(http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/temulawak.pdf, 11 September 2008)

MW, Moelyono. 2007.Temulawak, ikon obat herbal Indonesia?.(http://blogs.unpad.ac.id/moelyono/?p=14, 11 September 2008)

Purnomowati,Sri.1997.KhasiatTemulawak.(http://www.indofarma.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=21&Itemid=125, 11 September 2008)

PT Agritech.2006.Temulawak kering dan temulawak bubuk. (250.gif&imgrefurl=http://www.prianusa.com/prod04.htm&h=188&w=250&sz=32&hl=id&start=22&um=1&usg=__tNaGDrFkc5EoqCxviqTvaCSp4So=&tbnid=DioMA3GY7mac1M:&tbnh=83&tbnw=111&prev=/images%3Fq%3Dtemulawak%26start%3D20%26ndsp%3D20%26um%3D1%26hl%3Did%26sa%3DN, 11 September 2008)

10 | P a g e

Page 11: TemuLawak

LAMPIRAN

Temulawak Kering Temulawak Bubuk

11 | P a g e

Page 12: TemuLawak

12 | P a g e