tema kesedihan dalam puisi al-kuuliiraa karya nazik al

18
1 Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al-Malaika Nurfitri dan Fauzan Muslim Program Studi Sastra Arab, FIB, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Nazik al-Malaika merupakan seorang penyair berkebangsaan Irak yang cukup terkenal. Ia menjadi salah satu tokoh pelopor puisi bebas Arab karena inovasi barunya dalam dunia puisi yang tidak terikat dengan pola puisi gaya lama. Pada tahun 1947, Mesir mengalami wabah penyakit Kolera yang menewaskan hingga mencapai ribuan nyawa setiap harinya selama tiga bulan. Kemudian Nazik al-Malaika membuat sebuah puisi yang berjudul al-Kuuliiraa”. Puisi ini menggambarkan peristiwa dan mengungkapkan rasa kesedihan yang mendalam atas penyebaran penyakit kolera. Puisi tersebut menjadi puisi bergaya bebas pertama dalam kesusastraan Arab. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktriptif analisis dengan pendekatan objektif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa puisi ini didominasi oleh tema kesedihan sehingga dapat dikategorikan kedalam puisi al-ritsa. Tema kesedihan yang terungkap dalam puisi ini adalah kesedihan terhadap kematian yang disebabkan oleh penyakit kolera. Sad Theme Poem al-Kuuliiraa by Nazik al-Malaika Abstract Nazik al-Malaika is an popular poet from Iraq. She became one of the Arab free poet pioneer in the world because her poetry is not bounded by the pattern of old-style poetry. In 1947, Egypt experienced a cholera outbreak that killed thousands of lives every day for three months. Then Nazik al-Malaika makes a poem entitled "al-Kuuliiraa". This poem depicts events and expresses deep sorrow over the spread of cholera. The poem became the first free-style poetry in Arabic literature. This research used a method of descriptive analysis method with an objective approach. This study focused on structural analysis of poetry form and inner structure of the poetry. The units of analysis include theme verification by expounding component of sad theme, searching of sad element for determining types of sad as what have been described in the poem of al-Kuuliiraa. This research concludes that the poem is dominated by the theme of grief that can be categorized into poetry al-Ritsa. The theme of grief revealed in this poem is sadness of death caused by cholera. Keywords: Cholera Poem, Sad theme, Nazik al-Malaika Pendahuluan Nazik al-Malaika, wanita kelahiran 23 Agustus 1923 ini merupakan anak dari ayah seorang guru bahasa Arab dan editor ensiklopedia, sedangkan ibunya adalah seorang penulis artikel dan puisi di koran-koran Irak dengan nama samaran Um Nizar al-Malaika. Ibunya yang mendorong Nazik untuk membuat puisi sejak umur 7 tahun. Suaminya bernama Abdul Hadi al-Mahbuba seorang pendiri Universitas Basra di Irak. Nazik al-Malaika adalah seorang penulis yang berasal dari Irak yang dipandang sebagai pembaharu dunia puisi Arab dan menjadi penyair modern. Ia menjadi terkenal karena puisinya menjadi pembuka sejarah baru yang bersajak bebas atau disebut dengan puisi modern. Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Upload: others

Post on 04-Nov-2021

36 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

1

Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al-Malaika Nurfitri dan Fauzan Muslim

Program Studi Sastra Arab, FIB, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Nazik al-Malaika merupakan seorang penyair berkebangsaan Irak yang cukup terkenal. Ia menjadi salah

satu tokoh pelopor puisi bebas Arab karena inovasi barunya dalam dunia puisi yang tidak terikat dengan pola

puisi gaya lama. Pada tahun 1947, Mesir mengalami wabah penyakit Kolera yang menewaskan hingga mencapai

ribuan nyawa setiap harinya selama tiga bulan. Kemudian Nazik al-Malaika membuat sebuah puisi yang berjudul

“al-Kuuliiraa”. Puisi ini menggambarkan peristiwa dan mengungkapkan rasa kesedihan yang mendalam atas

penyebaran penyakit kolera. Puisi tersebut menjadi puisi bergaya bebas pertama dalam kesusastraan Arab.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktriptif analisis dengan pendekatan objektif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa puisi ini didominasi oleh tema kesedihan sehingga dapat dikategorikan

kedalam puisi al-ritsa. Tema kesedihan yang terungkap dalam puisi ini adalah kesedihan terhadap kematian yang

disebabkan oleh penyakit kolera.

Sad Theme Poem al-Kuuliiraa by Nazik al-Malaika

Abstract

Nazik al-Malaika is an popular poet from Iraq. She became one of the Arab free poet pioneer in the

world because her poetry is not bounded by the pattern of old-style poetry. In 1947, Egypt experienced a cholera

outbreak that killed thousands of lives every day for three months. Then Nazik al-Malaika makes a poem entitled

"al-Kuuliiraa". This poem depicts events and expresses deep sorrow over the spread of cholera. The poem

became the first free-style poetry in Arabic literature. This research used a method of descriptive analysis

method with an objective approach. This study focused on structural analysis of poetry form and inner structure

of the poetry. The units of analysis include theme verification by expounding component of sad theme, searching

of sad element for determining types of sad as what have been described in the poem of al-Kuuliiraa. This

research concludes that the poem is dominated by the theme of grief that can be categorized into poetry al-Ritsa.

The theme of grief revealed in this poem is sadness of death caused by cholera.

Keywords: Cholera Poem, Sad theme, Nazik al-Malaika

Pendahuluan

Nazik al-Malaika, wanita kelahiran 23 Agustus 1923 ini merupakan anak dari ayah

seorang guru bahasa Arab dan editor ensiklopedia, sedangkan ibunya adalah seorang penulis

artikel dan puisi di koran-koran Irak dengan nama samaran Um Nizar al-Malaika. Ibunya

yang mendorong Nazik untuk membuat puisi sejak umur 7 tahun. Suaminya bernama Abdul

Hadi al-Mahbuba seorang pendiri Universitas Basra di Irak. Nazik al-Malaika adalah seorang

penulis yang berasal dari Irak yang dipandang sebagai pembaharu dunia puisi Arab dan

menjadi penyair modern. Ia menjadi terkenal karena puisinya menjadi pembuka sejarah baru

yang bersajak bebas atau disebut dengan puisi modern.

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 2: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

2

Pendidikan yang ditempuh Nazik yaitu ia mengikuti ujian masuk “Profisiensi” dari

Universitas Cambridge. Setelah lulus ujian tersebut Nazik pergi ke Amerika untuk belajar

ilmu Kritik Sastra.1 Nazik belajar selama satu tahun setelah mendapat beasiswa dari Yayasan

Rokcfeller seleksi untuk kuliah kritik sastra di Universitas Princeton, New Jersey.2

Puisi karya Nazik al-Malaika didominasi liriknya yang elegi. Elegi adalah sajak lirik

yang berisi kesedihan dan ratapan kematian seseorang (biasanya orang yang dicintai atau

dikagumi penyair) atau kematian beberapa orang. (Sumardjo. 1991:27). Puisi karya Nazik

juga banyak yang bertema tentang kematian, kesedihan, kekecewaan, putus asa, melankolis,

ratapan, keheningan malam dan rasa duka yang mendalam (Ali Adeeb dalam The New York

Times Book Review, 75:48-49).

Nazik lebih banyak menulis tentang dirinya sendiri karena ia sadar dengan kondisi

psikologisnya. Ia mencoba menunjukkan rasa kegundahan, depresi dan dukacita yang

dialaminya sehingga sangat mempengaruhi karya-karya puisinya. Beberapa sumber

mengatakan Nazik menderita depresi yang begitu dalam. Puisi-puisi kesedihan yang

mendalam penyair ini dimulai ketika ibundanya meninggal.3 Tahun 1953 setelah kematian

ibunya, al-Malaika ingat bahwa ia menangis siang dan malam, sampai kesedihan menjadi

suatu penyakit yang menimpa dirinya.4 Apapun yang ia tulis, di sana selalu ada perasaan

kesedihan (Haywood. 1971: 185). Oleh karena itu, puisi-puisinya dipengaruhi oleh sifat asli

penyairnya yang melankolis dan pesimis.

Nazik juga menerbitkan beberapa puisi, diantaranya : “Shaẓaya wa Ramaad” ( شظاا

Bottom of the“ / قغاعج الوىجح) ”Sparks and Ashes”) tahun 1949. “Qaraarat al-Mawja“ / الغهاص

Wave”) pada tahun 1957. “Syajaratu al-Qamar” (شجغج القوغ / “Tree of the Moon”) pada tahun

1968. "Wa yugayyiru al-waanahu al-bahr” (وغغ ألىاه الثذغ / And the Sea Change His Color”)

pada tahun 1970.5 Karya-karya Nazik telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa seperti

Inggris, Perancis, dan Spanyol.6

Karya sastranya yang mengungkapkan rasa depresi yang dialaminya itu banyak

mendapatkan perhatian dan juga digunakan sebagai bahan studi akademik dan seminar di

berbagai universitas menjadi alasan penulis memilih puisi karya Nazik al-Malaika. Selain itu,

1 http://www.kirjasto.sci.fi , diakses pada hari Kamis, 27 Maret 2014 pukul 12.10 2 http://www.kirjasto.sci.fi , diakses pada hari Kamis, 27 Maret 2014 pukul 12.10

3 www.geocities.ws/elmbsm272/nazikessaystory.html diakses pada tanggal 27 Maret 2014 pukul 13.25 4 http://news.usti.net/home/news/cn/?/world.mideast/2/wed/bj/Aobit-al-malaika.RW1I_HuL.html , diakses pada

tanggal 28 Maret 2014 pukul 14.20 5 http://www.aljadid.com/content/nazik-al-malaika-1923-2007-iraqi-woman’s-journey-changes-map-arabic-

poetry Vols. 13/14, nos. 58/59 (2007/2008) by Al Jadid 6 Altoma, Prof. Salih J. 1997. Nazik Al-Mala’ika Poetry and Its Critical Reception in The West. Arab Studies

Quarterly. Indiana University.

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 3: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

3

Nazik al-Malaika juga merupakan sastrawati pada permulaan tahun 40-an M yang berani

merevolusi karya sastra (Boullata, 2007: 28).

Pada 1947 Mesir terserang wabah epidemi kolera.7 Dari radio warga mendengar kabar

tentang orang-orang yang mati akibat penyakit kolera. Jumlah korbannya telah mencapai tiga

ratus jiwa setiap harinya. Penyakit kolera adalah penyakit infeksi saluran usus yang bersifat

akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholera. (Adam. 1992: 32). Kemudian Nazik

membuat puisi untuk mengekspresikan tragedi kolera yang telah membunuh ratusan orang

setiap harinya itu. Pada hari Jumat 27 Oktober 1947, ia mendengar jumlah orang yang

meninggal telah mencapai seribu orang setiap harinya.8 Puisi yang dibuatnya itu berjudul al-

Kuuliiraa.

Puisi yang dibuat oleh Nazik al-Malaika ini menceritakan dukacita atau ratapan

manusia atas penderitaan yang dialami oleh korban kolera di Mesir. Beberapa hal peristiwa

yang digambarkan seolah begitu menderita dan membuat korbannya merasa begitu tersiksa.

Mereka menjerit, merintih dan menangis kesakitan karena mereka akan menghadapi

kematian. Begitu banyak korban yang meninggal, begitu pilu keluarga yang ditinggalkan.

Penyakit ini begitu menyiksa, mereka sudah tidak memiliki harapan lagi untuk sembuh.

Mereka hanya bisa pasrah atas apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sepengetahuan penulis penelitian yang mendalam terhadap karya puisi al-Kuuliiraa

Nazik al-Malaika belum banyak ditemukan. Penulis memilih puisi `al-Kuuliiraa karena puisi

tersebut merupakan puisi Arab modern pertama yang bersajak bebas (Pierce. 1990: 194 ).

Susunan larik, isi, gaya bahasa dan pemilihan katanya lebih bebas dari puisi Arab klasik

sehingga puisi ini dikategorikan sebagai puisi bebas.

Puisi al-Kuuliiraa ini menjadi salah satu pelopor puisi bebas yang ditulis oleh Nazik

al-Malaika. Puisi karya Nazik al-Malaika telah memberikan kontribusi inovasi puisi Arab

dilihat dari orientasi dan struktur yang digunakan oleh Nazik al Malaika.9 Puisi al-Kuuliiraa

yang diterbitkan pada 1367 H (1947 M) juga menjadi perlopor pertama yang

memperkenalkan puisi bebas (Kamil, 2009:18). Keberhasilannya dalam berpuisi yang

berbeda pada zamannya ini membuat Nazik al-Malaika menjadi salah satu penulis wanita

yang banyak dibicarakan dalam dunia sastra. Alasan penulis mengambil tema ini karena

7 Mesir pernah terjangkit penyakit kolera pada tahun 1863, 1865, 1865, 1883, 1895, 1896, 1902, 1947. Sir Aly

Tewfik Shousha, Pasha, M.D. 1948. Cholera Epidemic in Egypt (1947). Cairo: Under-Secretary of State,

Ministry of Public Health. 8 http://www.onefineart.com/en/artists/nazik_al_malaika/ diakses pada tanggal 27 Maret 2014 pukul 13.30

9 http://english.al-akhbar.com/node/6819 , diakses pada tanggal 28 Maret 2014 pukul 14.10

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 4: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

4

penelitian mengenai puisi tema kesedihan masih jarang ditemui sehingga penulis tertarik

untuk membahasnya.

Tema kesedihan dalam dunia kesusastraan Arab merupakan salah satu jenis tema Al-

riṡa. Al-riṡa adalah jenis puisi duka cita yang digunakan untuk mengingat jasa seorang yang

sudah meninggal dunia (Wargadinata, 2008: 97). Puisi Al-riṡa sudah ada sejak masa Jahiliyah

dengan penyair terkenalnya yaitu al-Khansa. Khansa pernah menulis puisi riṡa yang

menceritakan tentang perasaan kehilangan dua orang saudaranya yang bernama Shakhr dan

Muawiyah. Ia menangisi saudaranya itu sampai ia buta (Wargadinata, 2008:140). Al-Khansa

merupakan salah satu penyair wanita Jahiliyah yang karya puisi dan prosanya didominasi

dengan tema kesedihan dan rasa duka cita.

Selain tema puisinya tentang kesedihan, puisi Nazik juga terdapat keunikan. Puisinya

yang bebas namun ia masih menggunakan bahr. Menurut Kamil (2009) jenis puisi Nazik al-

Malaika menggunakan satu taf’ilah (kaki sajak) berdasarkan jenis bahr tertentu yang

memiliki hanya satu taf’ilah, yaitu bahr kamil, ramal, hazaj, rajaz, mutaqarib, khafif, dan

wafir (Kamil, 2009: 17). Namun setelah penulis analisis, puisi al-Kuuliiraa (الكىلغا) ini tidak

terdapat bahr yang dimaksud. Oleh karena itu, puisi al-Kuuliiraa merupakan puisi modern

karena puisi tersebut tidak terikat dengan mantra gaya lama atau aruḍ (wazan/bahr). Puisi al-

Kuuliiraa ini juga tidak dalam bentuk qafiyah (dua baris sejajar) tetapi tersusun ke bawah.

Puisi al-Kuuliiraa yang diterbitkan pada 1367 H (1947 M) juga menjadi perlopor

pertama yang memperkenalkan puisi bebas (Kamil, 2009:18). Puisi karya Nazik al-Malaika

telah memberikan kontribusi inovasi puisi Arab dilihat dari orientasi dan struktur yang

digunakan oleh Nazik al Malaika.10

Puisi yang menceritakan sebuah peristiwa wabah penyakit

yang terjadi di wilayah Afrika ini menjadi daya tarik penulis untuk membahasnya lebih

mendalam.

Bahasan yang akan diuraikan dalam jurnal ilmiah ini yaitu yang pertama akan

memaparkan bentuk puisi al-Kuuliiraa karya Nazik al-Malaika dengan menggunakan teori

analisis struktural yang fokus pada analisa struktur fisik dan batin puisi.

Metode Penelitian

Dalam menganalisis puisi Nazik al-Malaika yaitu puisi berjudul al-Kuuliiraa, metode

yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis, yaitu

suatu metode dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta kemudian dilanjutkan dengan analisis

10

http://english.al-akhbar.com/node/6819 , diakses pada tanggal 28 Maret 2014 pukul 14.10

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 5: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

5

(Ratna, 2004: 53). Penulis juga menggunakan pendekatan secara objektif yang menekankan

karya sastra sebagai struktur yang sedikit banyaknya bersifat otonom (A. Teeuw, 1984: 154).

Penulis menggunakan pendekatan objektif yang memfokuskan pada karya sastra dengan

menggunakan analisis struktur fisik dan batin puisi karya Nazik al-Malaika.

Selain itu, analisis objektif juga biasa disebut dengan analisis struktural yang

digunakan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetil dan sedalam

mungkin keterkaitan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan

makna menyeluruh. Analisis ini digunakan karena puisi terdiri dari struktur fisik dan batin

yang saling berkaitan.

Penelitian puisi al-Kuuliiraa ini pembahasan dibatasi pada analisa struktur fisik dan

batin puisi. Unsur-unsur fisik puisi yang akan dibahas ialah tipografi, imaji, bunyi, dan bahasa

figuratif. Sementara unsur-unsur batin puisi meliputi tema, perasaan, suasana, dan amanat

yang terkandung dalam puisi tersebut. Selain itu, penulis juga menganalisis pencarian tema

kesedihan dan pencarian unsur tema kesedihan untuk menentukan jenis kesedihan seperti apa

yang diungkapkan dalam puisi tersebut.

Dalam penelitian ini, proses pemerolehan data diperoleh melalui data kepustakaan.

Penulis memanfaatkan berbagai macam pustaka dengan langkah pengumpulan bahan,

pengolahan data, dan analisa data. Penulis memperoleh sumber-sumber data tertulis yang

berkaitan dengan topik dari buku, skripsi, jurnal, laporan hasil penelitian terdahulu, dan

internet. Korpus data yang penulis gunakan, yaitu puisi al-Kuuliiraa (الكىلغا) karya Nazik al-

Malaika yang diperoleh dari website www.adab.com. Website ini merupakan kumpulan puisi-

puisi Arab.

Pembahasan

Teks Puisi al-Kuuliiraa

Berikut merupakan puisi yang berjudul Al-Kuuliiraa الكىلغا dan terjemahannya.

Bait 1

ل الل ي ك س .1

//sakanu al-layl//

“Malam tenang”

قغ إل صغ أ .2 ض ي الأاخ و ص

//asgi ilaa waq’i sadaa al-annaat//

“Dengarlah tanda rintihan yang menggema”

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 6: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

6

, ذ و ل الظ ػ وق ف .3 , ػ و لص د ا ذ ح اخ ى ه لأ ا ل د

//fii ‘umqi al-ẓulmati, tahta al-ṣamti, ‘alaa al-amwaati//

“Di kegelapan yang kelam, dalam keheningan, terdapat kematian”

غ .4 اخ ص ب غ ط ض ى, ذ ل ؼ ذ س

//ṣarakhaatun ta’luu, taḍṭaribu//

“Jeritan meninggi, menyakitkan”

, ف ض ر ى ؼ د .5 ة ه ر ل ق

//ḥazanun yatadaffaqu, yaltahibu//

“Sedih mengalir, meradang”

ض ه ف ثغ ؼ ر .6 اخ ي اه ص

//yata’aṡaru fiihi ṣada al-aahaat//

“Di sana ada gejolak rintih yang bersautan”

اى ل اص غ ؤ ف ل ك ف .7

//fii kulli fu`aadin gulyaan//

“Di setiap hati yang mendidih”

اى ؼ د اكي أ الس ر ى الك ف .8

//fii al-kuukh al-saakani aḥzaanu//

“Dalam gubuk sunyi bersemayam kesedihan”

اخ و ل الظ ر ف غ ص ح ذ و اى ع ك ه ل ك ف .9

//fii kulli makaanin ruuhun taṣrakhu fii al-ẓulumaat//

“Di setiap kegelapan ada ruh yang menjerit”

خ ى ص ك ث اى ك ل ه ك ف .10

//fii kulli makaanin yabkii ṣaut//

”Di mana-mana terdengar suara tangisan”

ؼ ض ا ق ا ه ظ ه .11 ىخ الو ق ه ه

//hażaa maa qad mazzaqahu al-maut//

“Inilah robekan kematian”

ىخ ىخ الو ىخ الو الو .12

//al-maut al-maut al-maut//

“Kematian kematian kematian”

Bait 2

ؼى ال .13 ىخ ل الو ؼ ا ف و ر ه اع ل الص ا د

//yaa ḥuzna al-naili al-ṣarakhi mimmaa fa’ala al-maut//

“Duhai duka Nil yang menjerit atas ulah kematian”

ل غ .14 غ ج الف ط

//ṭala’a al-fajru//

“Fajar telah terbit”

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 7: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

7

قغ ل غ إ ص أ .15 ي اش ط الو س و

//aṣgi ilaa waq’i khuṭaa al-maasyiin//

“Lihatlah jejak terlukis dari para pejalan kaki”

ز, ا , أ جغ د الف و ص ف .16 ي اك ة الث ك غ ع ظ ص

//fii ṣamti al-fajri, aṣikh, unẓur rakba al-baakiin//

“Dalam keheningan fajar, perhatikanlah, lihatlah kafilah para penduka”

ا و غ ش اخ, ػ ى ه أ ج غ ش ػ .17

//’asyaratu amwaatin, ‘isyruunaa//

“Sepuluh kematian, menjadi dua puluh”

ل .18 ز أ ذ ذ ا اك لث ل ص

//laa tuḥṣi aṣikh lil baakiinaa//

“Jangan menghitung lagi orang-orang yang mati, tapi perhatikanlah orang yang

menangis”

ي ك س الو ل ف ىخ الط غ ص و س ا .19

//isma’ ṣauta al-ṭifli al-miskiin//

“Dengarlah suara tangisan anak yang malang”

, ض ه .20 ىذ , ه ص ض الؼ اع ىذ

//mautaa, mautaa, ḍaa’a al-‘adad//

“Mayat , mayat, bilangan yang telah hilang”

, ه .21 ىذ , ل ى ه ض ن ذ ثق غ

//mautaa, mautaa, lam yabqa gad//

“Mayat, mayat, tidak menyisakan hari esok”

س ض ك ل ه ك ف .22 وى ؼ ذ ض ت ه ه اى ج

//fii kulli makaanin jasadun yandubuh maḥzuun//

“Di setiap tempat ada mayat yang diratapi kesedihan”

ود ص ل ل س ظ ح إ ذ ل ل .23 ص

//laa laḥẓatu ikhlaadin laa ṣamt//

“Tidak ada jeda yang menghampiri keheningan”

ىخ ف الو د ك ل ؼ ا ف ا ه ظ ه .24

//hażaa maa fa’alat kaffu al-maut//

“Inilah yang dilakukan tangan-tangan kematian”

ىخ ىخ الو ىخ الو الو .25

//al-maut al-maut al-maut//

“Kematian kematian kematian”

Bait 3

خ ى ة الو ك ذ غ ا ى ه ك ش ح ذ غ ش ى الث ك ش ذ .26

//tasykuu al-basyariyatu tasykuu maa yartakibu al-maut//

“Manusia mengeluh, mengeluh atas apa yang dilakukan kematian”

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 8: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

8

اغ ىل الك .27

//al-Kuuliiraa//

“Kolera”

ػة ف .28 ء ل ش الأ غ ه ك هف الغ

//fii kahfi al-rra’bi ma’a al-`asylaa`//

“Dalam gua yang menakutkan dan kelumpuhan”

اء و ىخ ص الو ث د اس ض الق ت الأ ود ص ف .29

//fii ṣamti al-`abadi al-qaasii ḥaiṡu al-maut dawaa`//

“Dalam keheningan yang abadi yang kejam seolah-olah mati adalah obatnya”

اغ ل ى اء الك ظ ص ق ر س ا .30

//istaiqaẓa daa`u al-Kuuliiraa//

“Kolera bangkit”

اع ى ىذ ق ه ف ض ر قض ا د .31

//ḥaqdaan yatdaffaqu mautuuraa//

“Dengki mengalir deras”

ض غ الو اص ظ الى ث ه .32 اء ح الى

//habata al-waadii al-mariḥa al-wuḍḍaa`//

“Ia turun ke oase kebahagiaan yang murni”

ا ى ج ت ا ه غ ط ض ر ه غ ص .33

//yaṣrakhu muḍṭarabaan majnuunaan//

“Menjerit kebingungan yang menggila”

غ ص س ل .34 ا اك خ الث ى و

//laa yusma’u ṣauta al-baakiinaa//

“Ia tak mendengar suara tangisan”

اء ض ص ث ه أ ل ش لف ه اى س ك ل ه ك ف .35

//fii kulli makaanin khallafa makhlabuhu aṣdaa`//

“Di balik cengkraman pada setiap tempat yang terus menggema”

د الث ف ح د ل الف ر ى ك ف .36

//fii kuukhi al-falaaḥati fii al-bait//

“Dalam gubuk petani di dalam rumah”

س ي ص ى ء س ش ل .37 ىخ الو اخ غ

//laa syaia siwaa ṣarakhaatu al-maut//

“Tak ada sesuatupun kecuali jeritan kematian”

ىخ ىخ الو ىخ الو الو .38

//al-maut al-maut al-maut//

“Kematian kematian kematian”

Bait 4

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 9: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

9

ىخ ن الو ق ر اس ا الق غ ىل الك ش ش ف .39

//fii syakhṣi al-Kuuliiraa al-qaasii yantaqimu al-maut//

“Dalam tubuh penderita Kolera terdapat kematian yang menyiksa”

غ غ د ه و الص .40

//al-ṣamtu mariir//

“Keheningan yang pahit”

غ ث ك الر جغ ي ع ى س ء ش ل .41

//laa syaia siwaa raj’i al-takbiir//

“Tak ada sesuatupun kecuali suara takbir”

ي ل غ ث اع الق ف د ر د .42 غ ق ث ن ث ى ص

//ḥatta haffaaru al-qabri ṡawa lam yabqa naṣiir//

“Hingga penggali kubur pun mati tidak ada yang menolongnya”

ه ط ؤ ه اخ غ ه اه الج .43

//al-jaami’u maata mu`ażżinuhu//

“Masjid pun kehilangan muadzinnya”

ه ت ؤ ي س د ه الو .44

//al-mayyitu man sayu`abbinuhu//

“Mayat orang yang berduka”

غ ف ػ و ح ى ي ى ق س ث ن ل .45

//lam yabqa siwaa nauḥun wa zafiir//

“Tak ada yang tersisa kecuali ratapan dan rintihan”

ب أ و م أ ل ل ت ف الط .46

//al-ṭiflu balaa `ummi wa `abi//

“Seorang anak tanpa ibu dan bapak”

ة ر ل ة ه ل ي ق ه ك ث .47 ه

//yabkii min qalbin multahibi//

“Dia menangis dari hati yang tersiksa”

غ غ اء الش ف ه الض ق ل س ك ش ا ل ض غ و .48

//wagadaan laa syakka sayalqafuhu al-daa`u al-syarriir//

“Besok pasti akan direnggut oleh penyakit yang menyeramkan”

د ق ت ا أ ه ح ض ث خ اله ا ش .49

//yaa syabaḥa al-haiḍatu maa `abqait//

“Wahai hantu yang tak menyisakan apa-apa”

ىخ الو اى ؼ د أ يى س ء ش ل .50

//laa syaia siwaa aḥzaani al-maut//

“Tak ada sesuatupun kecuali kematian yang menyedihkan”

, الو الو .51 , الو ىخ ىخ ىخ

//al-maut al-maut al-maut//

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 10: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

10

“Kematian, kematian, kematian”

ىخ الو ل ؼ ا ف ق ه ه هؼ ع ى ؼ غ ش ص ا ه .52

//yaa miṣru sya’uurii mazzaqahu maa fa’ala al-maut//

“Wahai Mesir yang telah dikoyak oleh kejamnya kematian”

Analisis Struktur dan Isi Puisi al-Kuuliiraa

Dilihat dari bentuk asli puisinya, puisi ini hanya terdiri atas satu bait saja dengan

posisi berada di tengah. Puisi ini tersusun atas 52 larik yang didalamnya tersusun dari atas ke

bawah. Secara sepintas, bentuk puisi ini terlihat tidak sama panjang dalam setiap lariknya,

namun memiliki unsur keindahan. Ketidakberaturan panjang pendeknya larik bagi penulis

dapat dikatakan bahwa sang penyair ingin menunjukkan adanya dinamika perasaan yang tidak

stabil seakan bergerak naik turun.

Ada yang menarik bagi penulis dalam puisi ini. Dalam puisi ini terdapat penggunaan

kata yang diulang hingga tiga kali dalam satu larik, seperti :

الوىخ الوىخ الوىخ

“Kematian kematian kematian”

Pada puisi ini, larik al-maut al-maut al-maut di ulang sebanyak empat kali. Penulis

menafsirkan bahwa larik ini merupakan jeda antar bait. Oleh karena itu, penulis membagi

puisi ini menjadi empat bagian atau empat bait yang dibatasi dengan larik tersebut. Tujuannya

untuk mempermudah penulis dalam proses menganalisis puisi. Jumlah larik puisi setiap

baitnya berbeda, bait pertama 12 larik (larik 1-12), bait kedua 13 larik (larik 13-25), bait

ketiga 13 larik (larik 26-38) dan bait ke empat 14 larik (larik ke 39-52).

Bait pertama terdiri dari 12 larik. Bait ini merupakan pembukaan karena penyair

membuka puisi ini dengan menggambarkan situasi dan kondisi malam yang tenang namun

terasa mencekam. Bait kedua terdiri atas 13 larik. Bait ini menyatakan rasa kesedihan yang

disebabkan oleh penyebaran penyakit kolera. Bait ketiga terdiri atas 13 larik. Bait ini

menunjukkan adanya kebangkitan penyakit kolera karena bait ini mengungkapkan tentang

kematian yang membuat korban kolera menjadi menderita. Bait ke empat terdiri atas 14 larik

sebagai kesimpulan. Bait ini menjelaskan akibat yang dilakukan oleh kematian.

Pada bait pertama ini penyair berada pada suatu malam yang tenang. Kemudian

ketenangan itu berubah menjadi mencekam. Di malam tersebut terdengar banyak suara. Suara

tersebut merupakan suara rintihan yang terdengar merintih dan menjerit kesakitan yang

semakin keras. Suara tersebut saling bersautan seakan orang yang menangis ini semakin

banyak. Suara mereka bersautan karena gejolak emosi yang memuncak.

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 11: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

11

Pada bait kedua penyair mengungkapkan rasa duka yang dialami oleh Nil. Nil menjadi

interpretasi negara Mesir. Pada pagi hari ketika fajar menyingsing, terlihat jejak-jejak kaki

orang-orang yang berduka. Mereka hanya bisa berduka dan meratapi keadaan. Duka mereka

begitu mendalam karena korban yang berjatuhan semakin hari semakin bertambah. Pada larik

, ض ه ىذ , ه ص ض الؼ اع ىذ “mayat-mayat bilangan yang telah hilang”, penyair menggambarkan

bahwa mayat-mayat yang mati sudah tidak terhitung lagi jumlahnya karena saking banyaknya

yang meninggal. Hari demi hari korban semakin banyak sehingga seakan tidak ada jeda untuk

berhenti sejenak. Inilah gambaran keadaan yang terjadi di Mesir.

Bait ketiga menggambarkan manusia mengeluh atas apa yang sudah terjadi. Wabah

kolera membuat manusia seakan berada di dalam gua yang menyeramkan sehingga mereka

ketakutan dan tidak bisa melakukan apa-apa. Tak ada penyembuhnya, mereka pasti tak lama

akan mati yang tergambar dalam lirik اء و ىخ ص الو ث د اس ض الق ت الأ ود ص ف “dalam keheningan

yang abadi kematian yang kejam seolah-olah mati adalah obatnya”. Inilah kebangkitan kolera.

Kolera menang atas penderitaan yang dialami oleh manusia sehingga membuat manusia

dengki ingin membalas dendam karena kolera telah merenggut kebahagian mereka hingga

membuat mereka kebingungan. Kematian juga tidak peduli dengan suara tangisan dan jeritan

manusia. Inilah yang menjadi sumber suara jeritan yang terdengar yaitu ketika manusia

sedang berhadapan dengan kematian.

Bait keempat melukiskan penyiksaan akibat kolera terhadap penderita kolera yang

kian tersiksa. Kehidupan mereka menjadi monoton terasa tidak nyaman dijalani. Mereka

hanya bisa bertakbir memohon pertolongan kepada Allah. Mereka seakan hidup sendiri,

sudah tidak ada siapa-siapa lagi. Penggali kubur pun tak ada yang membantunya

menguburkan jenazah, azan juga tidak ada yang mengumandangkan. Hal ini telah membuat

manusia berduka. Gambaran tersebut terdapat pada larik غ ف ػ ىح و ي ى ق س ث ن ل “tak ada yang

tersisa kecuali ratapan dan rintihan”. Mereka hanya bisa merintih dan meratapi apa yang

sudah terjadi. Anak-anak hanya bisa menangis karena sudah tidak memiliki ayah dan ibu.

Mereka pasrah seakan hari ini adalah hari terakhir mereka hidup dengan penyakit yang

diidapnya. Sungguh menyedihkan menyaksikan kondisi yang terjadi. Kematian seakan ada

dimana-mana. Inilah kenyataan yang sebenarnya terjadi pada Mesir. Negeri mereka rusak dan

hancur lebur yang diakibatkan oleh kolera.

Imaji

Dalam puisi al-Kuuliiraa, penyair banyak menciptakan imaji yang menghidupkan

puisinya. Gambaran imajinatif penyair memberikan penjelasan dan pengaruhnya kepada

pembaca. Ekspresi imaji terdiri dari tiga citraan, yaitu pendengaran atau suara (auditif),

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 12: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

12

penglihatan (visual), dan gerak (taktil). Dalam puisi ini ditemukan ketiga citraan tersebut. Hal

ini menandakan bahwa penyair ingin pembacanya membayangkan dengan jelas seakan

sedang melihat secara langsung dengan keadaan dan kondisi yang terjadi pada saat itu.

Penyair berhasil menyatakan perasaannya seakan nyata dengan bantuan imajinasi tersebut.

Imaji-imaji tersebut memancing indera penglihatan, pendengaran dan gerak pembacanya

untuk membayangkan peristiwa yang terjadi sehingga tampak jelas kesedihan yang tergambar

dalam puisi al-Kuuliiraa ini.

Pada bait pertama terdiri atas 12 larik. Bait ini didominasi oleh imaji auditif. Penyair

menggunakan imaji auditif dalam mengungkapkan rasa kesedihannya. Hal ini

menggambarkan bahwa penyair ingin membentuk imaji pembacanya untuk mendengar suara

rintihan di suatu malam yang tenang dan gelap. Dengan ditampilkannya kata أصغ “dengarlah”

dalam bentuk fi’il amr seolah penyair mengajak pembacanya untuk mendengar suara dengan

seksama. Suara tersebut semakin kencang dan menjerit kesakitan akibat kolera. Kesedihannya

terus mengalir dan penderitanya semakin geram karena rasa sakit yang diderita semakin

terasa.

Bait kedua didominasi oleh imaji visual yang terdiri dari 13 larik. Penyair

menggunakan imaji visual dalam menggambarkan kejamnya penyakit kolera. Hal ini

menunjukkan bahwa penyair ingin membentuk imaji pembacanya seakan sedang melihat

penyebaran penyakit kolera, sehingga membuat para korbannya merintih dan meratapi akibat

penyakit yang diderita.

Bait ketiga terdiri atas 13 larik. Bait ini didominasi oleh imaji visual. Penyair

mengajak pembaca seolah-olah melihat para korban kolera itu hanya dapat mengeluh dan

pasrah atas penderitaan yang dialami. Kolera merupakan perantara manusia kepada kematian.

Selain itu, ia juga menggambarkan gua-gua yang menyeramkan bersama kelumpuhan yang

bermakna sudah tidak ada lagi harapan karena sudah tidak dapat melakukan apa-apa lagi

selain menerima keadaan yang sebentar lagi akan menghadapi kematian.

Pada bait keempat ini penyair menggunakan imaji visual yang mendominasi. Imaji

visual ini menggambarkan rasa duka yang dialami oleh korban kolera. Hal ini menunjukkan

bahwa penyair ingin membentuk imaji pembacanya seolah-olah sedang melihat apa-apa yang

sudah terjadi akibat penyakit kolera kepada pada korbannya. Penyair mengajak pembacanya

untuk melihat dan merasakan penderitaan korban kolera yang hanya terkapar kesakitan. Rasa

sakit yang dialami seakan seperti kematian yang terus menyiksa dan tidak ada lagi harapan

untuk bisa disembuhkan. Suasana yang mencekam seakan menambah beban sehingga ia

melihat korban kolera tidak dapat menikmati hidupnya lagi seakan pahit dijalani.

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 13: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

13

Dengan demikian, secara imajinatif penyair telah berhasil dalam menggambarkan dan

mengungkapkan apa-apa yang dialami para korban kolera. Rasa kesakitan, duka, suara

rintihan, ratapan, keluhan, tangisan, jeritan, dengki, digambarkan secara imajinatif. Penyair

juga mengungkapkan perasaan dan emosinya yang mendalam kepada para korban kolera. Ia

juga memaparkan beberapa kilasan yang terjadi akibat kolera di Mesir. Ia mengajak kita

untuk membayangkan gambaran-gambarannya yang cukup jelas, seperti tidak ada lagi suara

takbir, masjid tidak ada muazzinnya, seorang anak tanpa ayah dan ibu, serta Mesir yang

hancur lebur akibat kejamnya kematian. Setiap gambaran ini mengimplisitkan sebuah suasana

dan perasaan yang menyedihkan. Penyair juga seolah mengajak pembacanya agar iba dan

simpati kepada para korban.

Penyair juga cerdas memanfaatkan gambaran kondisi mental dan psikologis para

korban secara mendalam. Ia menggunakan kata metafora seperti ق ف ض ر (mengalir) pada larik ke

lima, “Sedih mengalir, meradang”. Ia kiaskan rasa kesedihan itu terus menerus mengalir

bagaikan air yang mengalir. Rasa tersebut membuat korban kolera menjadi geram karena rasa

sakit yang dideritanya seakan terus dirasakan. Ia samakan hati menjadi mendidih seperti air

panas untuk menggambarkan gejolak emosi yang memuncak. Ia serupakan gubuk sunyi

bersemayam kesedihan seakan gubuk memiliki perasaan seperti manusia.

Penyair juga kiaskan kolera bangkit yang seakan penyakit ini memiliki sifat manusia

yang dapat bangkit berdiri dan menang. Ia serupakan dengki mengalir deras seakan-akan

dengki yang mengalir seperti air, padahal dengki merupakan sebuah perasaan marah namun

memberikan kesan luapan emosi yang tak dapat lagi dibendung. Ia juga samakan kolera tak

mendengar suara tangisan. Kolera seakan memiliki sifat manusia yang acuh dan tidak peduli

kepada korbannya. Gambaran-gambaran tersebut terlihat sederhana, tidak dibuat-buat, dan

nampak nyata sehingga pesan dan perasaan yang dirasakan penyair dapat tersampaikan

kepada pembaca.

Bahasa Figuratif

Dalam puisi al-Kuuliiraa ini, penyair menggunakan kata yang sederhana dan mudah

dipahami. Sebagian lagi juga banyak menggunakan kata yang biasa digunakan dalam

kehidupan sehari-hari seperti menangis, sedih, ayah dan ibu, mengeluh dan bingung. Hanya

beberapa kata saja yang membutuhkan penjelasan. Penyair juga berhasil menggambarkan

keadaan yang terjadi di Mesir akibat penyakit kolera sehingga seolah-olah para pembaca

seperti menyaksikan secara nyata. Ia juga berulang kali mengulang kata “kematian”. Hal ini

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 14: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

14

untuk menunjukkan bahwa puisi ini mengandung emosi kesedihan karena banyaknya orang

yang meninggal.

Ada beberapa bahasa figuratif yang digunakan dalam puisi ini, yaitu menggunakan

majas personifikasi, metafora dan metonimi. Contoh majas personifikasi terdapat pada larik

sebagai berikut : دؼى رضفق , لرهة “Sedih mengalir, meradang”. Kata mengalir biasa digunakan

untuk air, namun pada larik tersebut kata mengalir disandingkan dengan perasaan sedih. Larik

tersebut memiliki makna emosi kesedihan yang tak dapat dibendung sehingga sedih kian terus

menerus dirasakan.

Pada larik ف كل هكاى عوح ذصغر ف الظ ل واخ “Disetiap kegelapan ada ruh yang menjerit”.

Larik tersebut seolah-olah ruh memiliki sifat manusia yang bisa menjerit. Padahal ruh adalah

sesuatu yang menjadi bagian dari jiwa manusia yang tidak nampak. Selanjutnya دقض ا رضف ق

Dengki mengalir deras”. Kata dengki memiliki makna dengki seakan mengalir seperti“ هىذىعا

air, padahal dengki merupakan sebuah perasaan marah. Penyair menggunakan kata tersebut

untuk menunjukkan kesan luapan emosi yang tak dapat lagi dibendung.

Majas metafora juga terdapat dalam puisi ini. Seperti pada larik ف كل فؤاص غلاى “Di

setiap hati yang mendidih”. Kata mendidih merupakan kata konotasi yang memiliki makna

gejolak emosi yang sudah memuncak. Penyair menggunakan kata tersebut agar terlihat lebih

mendalam maknanya. الوىخ هظا ها فؼلد كف “Inilah yang dilakukan oleh tangan-tangan

kematian”. Kata “tangan-tangan kematian” memiliki makna dengan tangannyalah kematian

mencabut nyawa manusia. Selanjutnya larik اء ض ح الى Ia turun ke oase“ هثظ الىاص الوغ

kebahagiaan yang murni”. Kata “turun” merupakan kata konotasi yang memiliki makna

seakan ia merenggut atau mengambil kebahagiaan manusia. الصود هغغ “Keheningan yang

pahit”. Kata “pahit” merupakan kata konotasi yang memiliki makna situasi yang mencekam,

tidak enak dirasakan seolah pahit rasanya. Larik ق ه ها فؼل الوىخ Wahai Mesir“ ا هصغ شؼىع هؼ

yang telah dikoyak oleh kejamnya kematian”. Kata “dikoyak” merupakan kata konotasi

yang memiliki makna hancur porak-poranda. Mesir telah hancur lebur akibat penyakit

kolera.

Majas simile terdapat pada larik اء و ىخ ص الو ث د اس ض الق ت الأ ود ص ف “Dalam keheningan

yang abadi kematian yang kejam seolah-olah mati adalah obatnya”. Larik tersebut

mengandung majas simile. Kata “seolah-olah” merupakan salah satu kata pembanding yang

membandingkan obat dengan kematian yang kejam. Para korban lebih memilih mati daripada

hidup menderita akibat penyakit kolera, sehingga larik tersebut masuk ke dalam majas simile.

Majas sinekdok terdapat pada larik ke tiga belas yang berbunyi ؼى ال ل الص اع ر ه و ا ا د

ىخ ل الو ؼ ف “Duhai duka Nil yang menjerit atas ulah kematian”. Larik tersebut menunjukkan

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 15: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

15

adanya penyebutan Nil. Nil adalah sungai terpanjang yang berada di Mesir. Nil menjadi

interpretasi dari negara Mesir yang diceritakan puisi al-Kuuliiraa sehingga menjadi kata

sebagian untuk keseluruhan. Nil adalah sebagiannya, dan Mesir adalah keseluruhannya. Oleh

karena itu penulis kategorikan larik ini sebagai majas sinekdoke pars pro toto.

Rima dan Irama

Pada puisi al-Kuuliiraa ini terdapat beberapa permainan bunyi yang muncul. Penyair

menciptakan rima dan irama dengan menggunakan kata-kata yang memiliki nada dalam

mengekspresikan puisinya. Sang penyair membuat akhir lariknya memiliki pola rima dan

irama. Dengan cara tersebut, puisi ini terdapat pola rima bebas abbccddbbeeee. Rima akhir

terlihat pada sajak seperti kata : الأهىاخ - الأاخ ء صوا – الأشلء ;الثاكي – الواشي ;أدؼاى – غلاى ;اهاخ - ;

غ – الركثغ – هغغ .صىخ – الوىخ ; ص

Akhir larik-larik tersebut menjadikan puisi ini memiliki nada yang khas. Contoh rima

akhir berbunyi aan, uut, iin. Bunyi tersebut merupakan permainan bunyi akhir yang sama

(vokal tertutup) yang menghasilkan kakafoni, yaitu kombinasi bunyi yang menimbullkan

irama bunyi yang parau. Bunyi kakafoni pada puisi ini menimbulkan kesan pilu, kacau balau,

pesimis, gelisah, takut, suasana mencekam dan lain-lain.

Pada bait pertama aliterasi didominasi dengan huruf konsonan hambat, yaitu hambat

bilabial ب, hambat dental خ dan bunyi nasal ى . Aliterasi ini memberi kesan rasa gelisah

karena situasi yang mencekam mendengar suara-suara jeritan yang sedang menghadap

kematian yang dialami oleh pengidap kolera.

Pada bait kedua akhir sajak didominasi dengan akhir sajak puisi permainan bunyi

didominasi dengan huruf yang menghasilkan efoni yaitu huruf vokal i dan u panjang terbuka

pada kata ي اش الو ي اك الث , ا و غ ش ػ , ا اك لث ل , ي ك س الو , وى ؼ ذ ه , sehingga memberikan kesan tangis

tersedu-sedu dan terisak-isak atas kesengsaraan yang dialami penderita kolera.

Pada bait ketiga akhir sajak puisi permainan bunyi didominasi dengan huruf yang

menhasilkan efoni yaitu huruf vokal a panjang terbuka pada huruf اء و ص , اغ ىل الك اع ى ىذ ه , ض , اء الى ,

ا ى ج ه ا اك الث , sehingga memberikan kesan kesedihan yang mendalam karena tidak kuat

menahan rasa sakit yang diderita seakan tak ada lagi harapan untuk bangkit.

Pada bait keempat akhir sajak puisi permainan bunyi didominasi dengan huruf

konsonan hambat, yaitu hambat bilabial ب, hambat dental خ dan bunyi dental alveolar ع yaitu

pada huruf ىخ الو غ غ ه , غ ث ك الر , غ , ص غ ف ػ , ة ر ل ه , ه غ غ الش , . Asonansi dan kakafoni pada kata-

kata tersebut memberikan kesan penciptaan suasana sudah tidak ada lagi harapan, pasrah dan

pesimis dalam menjalani cobaan hidup setelah kolera menghancurkan segalanya. Cara-cara

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 16: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

16

tersebut menjadikan puisi ini menjadi lebih hidup. Rima dan iramanya menjadi sempurna dan

menjadi salah satu cara dalam mempengaruhi pembacanya.

Kesimpulan

Setelah melakukan analisis terhadap puisi الكىلغا karya Nazik al-Malaika melalui

struktur fisik, struktur batin, maka diperoleh jawaban dari permasalahan yang dapat

disimpulkan sebagai berikut.

Puisi yang berjudul الكىلغا merupakan puisi Arab modern yang terdiri atas satu bait

dengan 52 larik. Struktur bentuk, isi, bahasa figuratif dan pemilihan katanya berpola puisi

Arab bebas. Bentuk susunan lariknya tersusun kebawah yang panjang pendeknya tidak sama

panjang. Hal ini menunjukkan bahwa adanya gejolak emosi yang naik turun yang dirasakan

oleh sang penyair. Penyair berhasil mengungkapkan perasaannya melalui bentuk puisinya

yang tidak teratur.

Imaji yang digunakan dalam puisi ini adalah imaji visual, imaji auditif dan imaji taktil.

Puisi ini didominasi dengan imaji visual sehingga penyair mengajak pembacanya untuk

membayangkan seperti melihat secara langsung peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam

puisi.

Pada motif perasaan penyair memposisikan dirinya sebagai penderita sehingga

perasaan yang dirasakan begitu terasa. Pada motif situasi penyair memposisikan dirinya

sebagai pengamat sehingga situasi yang tergambar seakan terlihat dengan jelas dengan apa

yang disampaikan dalam puisi ini. Motif kematian penyair memposisikan dirinya sebagai

penderita sehingga kematian benar-benar terasa menyakitkan. Ia merasakan penderitaan

orang-orang yang mati, ia juga merasakan penderitaan yang ditinggal mati. Kesedihan orang

yang mati ini menderita karena sekaratnya terasa lama. Namun penyair juga merasakan

kesedihan sebagai orang yang ditinggal.

Dalam puisi ini lariknya secara utuh dapat terlihat bahwa sisi si “aku” lirik didominasi

dengan perasaan kesedihan karena menyaksikan penderitaan yang dialami oleh penderita

kolera seperti yang terdapat pada bait kesatu dan ke dua. Ada beberapa jenis kesedihan yang

muncul dalam puisi ini, yaitu kesedihan yang disebabkan karena penderitaan pengidap kolera,

kesedihan karena melihat banyaknya orang yang meninggal dan kesedihan karena ditinggal

orang yang meninggal.

Amanat yang disampaikan kepada pembaca adalah jangan pernah pesimis dengan

keadaan. Berhubungan dengan judul, kolera merupakan sebuah penyakit yang belum ada obat

penyembuhnya sehingga janganlah kau jauhi orang-orang pengidap kolera. Kolera merupakan

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 17: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

17

penyakit menular dan dapat mematikan penderitanya sehingga menakutkan bagi orang-orang

yang sehat. Berikan juga rasa peduli, perhatian, simpati, empati dan rasa iba kepada mereka

yang ditinggalkan.

Penelitian ini membuktikan bahwa penyair berhasil mengungkapkan isi hati dan

perasaannya melalui tulisan puisi dengan bentuk yang bebas dan tidak terikat. Ia

memposisikan dirinya sebagai pengamat tetapi juga sebagai penderita. Ia sangat merasakan

penderitaan orang-orang yang mati karena kolera. Ia juga berhasil menarik perhatian pembaca

karena mengangkat tema peristiwa nasional yang faktual dan menggemparkan masyarakat

Mesir yaitu adanya penyebaran penyakit kolera pada tahun 1947. Dengan dibuatnya puisi al-

Kuuliiraa ini, ia telah memberikan kontribusi terhadap rasa cintanya pada dunia kesusastraan

Arab.

Daftar Referensi

A. Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Budiman, Kazuko. 2006. Dilema Memahami Tuhan. Depok: ILUNI KWJ Universitas

Indonesia.

Haywood, John A. 1971. Modern Arabic Literature 1800-1970. New York: St. Martin’s

Press.

Kamil, Sukron, M.A. 2009. Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Keraf, Gorys. 1988. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Lesmana, Maman. 2010. Cinta Dalam Dua Puisi Toeti Heraty. Depok: Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

______________. 2010. Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya Universitas Indonesia.

Lubis, Mochtar. 1997. Sastra dan Tekniknya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Pradopo, Rahmat Djoko. 1990. Pengkajian Puisi Analisis Strata Norma dan Analisis

Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Denpasar: Pustaka

Pelajar.

Sumardjo, Jakob & Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Waluyo, Dr. Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Wehr, Hans. 1979. Arabic-English Dictionary. Wiesbaden: Harrassowitz.

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014

Page 18: Tema Kesedihan Dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al

18

Wildana Wargadinata dan Laily Fitriani. 2008. Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang:

UIN-Malang Press.

Altoma, Prof. Salih J. 1997. Nazik Al-Mala’ika Poetry and Its Critical Reception in The West.

Arab Studies Quarterly. Indiana University

Shousha, Sir Aly Tewfik, Pasha, M.D. 1948. Cholera Epidemic in Egypt (1947). Cairo:

Under-Secretary of State, Ministry of Public Health.

Web

http://www.adab.com/modules.php?name=Sh3er&doWhat=shqas&qid=459 diakses pada hari

Kamis, 27 Maret 2014 pukul 13.20

http://www.kirjasto.sci.fi , diakses pada hari Kamis, 27 Maret 2014 pukul 12.10

http://news.usti.net/home/news/cn/?/world.mideast/2/wed/bj/Aobit-al-

malaika.RW1I_HuL.html , diakses pada tanggal 28 Maret 2014 pukul 14.20

http://www.nytimes.com/2007/06/27/arts/27malaika.html?_r=0 diakses pada tanggal 29 Maret

2014 pukul 13.30

http://english.al-akhbar.com/node/6819 , diakses pada tanggal 28 Maret 2014 pukul 14.10

www.geocities.ws/elmbsm272/nazikessaystory.html diakses pada tanggal 27 Maret 2014

pukul 13.25

http://www.aljadid.com/content/nazik-al-malaika-1923-2007-iraqi-woman’s-journey-

changes-map-arabic-poetry Vols. 13/14, nos. 58/59 (2007/2008) by Al Jadid.

Tema kesedihan..., Nurfitri, FIB, 2014