analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti al-‘Ȃlam …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-s...

74
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA UḠȂTI AL-‘ȂLAM PADA KONTEKS REVOLUSI MESIR 25 JANUARI 2011 SKRIPSI DZATUL LU’LU 0806355102 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ARAB DEPOK JUNI 2012 Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Upload: phunghuong

Post on 11-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM

PADA KONTEKS REVOLUSI MESIR 25 JANUARI 2011

SKRIPSI

DZATUL LU’LU

0806355102

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM STUDI ARAB

DEPOK

JUNI 2012

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 2: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM

PADA KONTEKS REVOLUSI MESIR 25 JANUARI 2011

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora

DZATUL LU’LU

0806355102

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM STUDI ARAB

DEPOK

JUNI 2012

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 3: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

ii

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 4: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

iii

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 5: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

iv

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 6: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan bumi beserta hamparannya

dan mengizinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam

ditujukan kepada guru sepanjang zaman, Muhammad SAW., keluarga, sahabat,

dan umatnya yang istiqamah hingga akhir hayat.

Syukur yang tak terkira penulis haturkan kepada segenap insan yang telah

membantu, dalam berbagai bentuk, penyelesaian skripsi ini. Oleh sebab itu,

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Afdol Tharik Wastono, Koordinator Program Studi Arab Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya Universiatas Indonesia sekaligus pembimbing

akademik.

2. Dr. Basuni Imamuddin selaku pembimbing skripsi. Terima kasih atas

bimbingan yang telah Bapak berikan.

3. Seluruh dosen pengajar Program Studi Arab FIB UI yang telah

menginspirasi penulis untuk terus menuntut ilmu dengan sabar,

kelapangan hati, kerja keras, semangat, dan keterbukaan

4. Rizfa Amalia yang telah menginspirasi penulis untuk menjadikan puisi Ila

Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam sebagai bahan penelitian pada skripsi ini dan

meminjamkan buku yang berkaitan dengan Revolusi Mesir.

5. Risa Utami Putriya Kesuma, S.Hum yang telah menjadi teman diskusi

penulis selama proses pembuatan skripsi.

6. Rhillaeza Mareta yang telah membantu penulis untuk menyunting tulisan

pada skripsi ini.

7. Eka Murti, Mardiah Wafa’ Syahidah, Andi Khairunnisa, dan Muhammad

‘Ijonk’ Adi Nugroho yang telah meminjamkan buku-buku dan kamus-

kamusnya kepada penulis pinjam selama berbulan-bulan untuk

kepentingan skripsi.

8. Sobat Sastra Arab 2008 yang begitu dahsyat. Terima kasih telah

membantu penulis selama empat tahun perkuliahan dan pengerjaan skripsi.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 7: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

vi

Begitu banyak senyum, tawa, canda, air mata, kekesalan, dan kebahagiaan

yang kita rasakan bersama. Semoga hubungan kita tidak berhenti sampai

di sini, guys.

9. Asti Yulia Sundari, Amrih Peni, dan Kirana Salsabela. Terima kasih atas

semangat yang selalu sahabat-sahabat tularkan kepada penulis ketika

penulis mengalami demotivasi untuk mengerjakan skripsi.

10. Siyasi. Penulis sangat banyak belajar di sini, mulai dari ilmu yang bener

sampai yang nyeleneh. Terima kasih atas dukungan moril dan doa yang

teman-teman berikan kepada penulis untuk pengerjaan skripsi ini.

11. Teman-teman AiR 34. Terima kasih atas diskusi dan ide-ide teman-teman

yang menginspirasi dan mendukung penulisan skripsi.

12. Sahabat-sahabat selingkaran. Terima kasih atas diskusi konstruktif yang

telah kita lakukan. Hal tersebut menginspirasi penulis untuk memberikan

persembahan terbaik kepada orang tua dan pembaca melalui skripsi ini.

13. BEM FIB UI 2009—2012. Kalian adalah part of my life yang takkan

tergantikan. Terima kasih atas pembelajaran selama ini. Hal tersebut

berguna bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi.

14. Guru-guru CK 12. Terima kasih atas diskusi konstruktif yang telah kita

lakukan.

15. Syi’ra dan Oase, you are the best. Terima kasih atas doa dan semangat

yang teaman-teman berikan kepada penulis. Selain itu, teman-teman telah

mengajarkan penulis arti sebuah kata, persaudaraan. Semoga sukses untuk

seluruh penghuni Syi’ra dan Oase.

16. Imam, Vivi, Faldo, Odi, Yasir, Denty, Wanti, Indah, Ricky, Yani,

(Czaf)Rani, Firman, Babadz, Siska, Rambud, Nadia, Ares, Jahidin, Anin,

Fina, dan Adit yang tergabung dalam CERIA. Terima kasih atas diskusi

konstruktif kita. Melalui diskusi-diskusi yang kita lakukan menambah

cakrawala berpikir dan menginspirasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

Selaian itu, keberanian adalah pelajaran berharga yang penulis dapatkan

dari teman-teman. Semoga 2015 kita bisa umrah bersama, amin.

17. Ayah dan Mama yang tidak pernah lelah untuk mengingatkan dan

menyemangati penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 8: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

vii

Terima kasih atas segala dukungan moril, materil, dan doa yang selalu

Ayah dan Mama lantunkan untuk penulis. Begitupun, rasa terima kasih

yang tak terkira penulis tujukan kepada adik-adik tersayang: Nurul Laila,

Lila Nur Safitri, Muhammad A’la Zuhair, dan Muhammad Luthfi atas

segala doa dan dukungan yang kalian berikan.

Sebagai sebuah karya yang ditulis oleh manusia, tentu skripsi ini memiliki

kekurangan. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada. Penulis

berharap semoga, skripsi ini bisa menginspirasi para pembacanya. Skripsi ini

merupakan salah satu usaha penulis untuk meningkatkan intelektualitas generasi

muda penerus bangsa.

Depok, Juni 2012

Penulis

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 9: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

viii

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 10: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

ix

ABSTRAK

Nama : Dzatul Lu’lu

Program Studi : Arab

Judul : Analisis Pragmatik Puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam

pada Konteks Revolusi Mesir 25 Januari 2011

Skripsi ini membahas dua aspek pragmatik, yaitu deiksis dan tindak tutur, yang

terdapat di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam karya Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ, seorang

penyair Tunisia, pada konteks revolusi Mesir 25 Januari 2011. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk deiksis dan tindak tutur yang

terdapat di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dengan desain deskriptif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,

maka ditemukan bentuk-bentuk deiksis, yaitu deiksis persoan, deiksis ruang,

deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial; dan tindak tutur, yaitu lokusi,

ilokusi, perlokusi, asertif, direktif, komisif, dan ekspresif yang terdapat di dalam

puisi tersebut.

Kata Kunci : Deiksis, Pragmatik, Puisi, Tindak Tutur.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 11: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

x

ABSTRACT

Name : Dzatul Lu’lu

Study Program : Arabic

Title : Pragmatic Analysis of Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam Poetry in the

Context of Egypt Revolution at January 25th

, 2011

This undergraduate thesis discusses two aspects of pragmatics, namely deixis and

speech acts, contained in the poem Ila Ṭuḡȃti Al-'Ȃlam by Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ,

a Tunisia poetry, in the context of the Egyptian revolution at January 25th

, 2011.

This study aims to describe the forms of deixis and speech acts contained in Ila

Ṭuḡȃti Al-'Ȃlam. This study is a descriptive qualitative research method. Based on

the research that has been done, the writer finds all forms of deixis, such as person

deixis, place deixis, time deixis, discourse deixis, and social deixis; and speech

acts, such as locutionary act, illocutionary act, perlocutionary act, assertive,

directive, commissive, and expressive contained in the poem.

Key Words : Deixis, Poetry, Pragmatic, Speech Act.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 12: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

xi

البحث ملخص

ذات اللؤلؤ: االسم اللغة العربية وأدهبا: القسم

5122يناير 52 ثورة مصرية يف سياق طغاة العاملإىل شعرلل واقعي حتليل: املوضوع

الوارد يف الشعر إىل طغاة ٬مها الديكسيس والفعل الكالم ٬هذه األطروحة اجلامعية تتناول جانبني من الرباغماتية هتدف . 5122يناير 52يف سياق الثورة املصرية يف ٬هو األديب التونسي ٬العامل بواسطة أيب القاسم الشايب

هذه الدراسة هو وصفي . م الوارد يف إىل طغاة العامل هذه الدراسة لوصف األشكال الديكسيسية والفعل الكالوالكاتب يرى أشكال الديكسيسية والفعل ٬استنادا إىل البحوث اليت مت القيام هبا . وأسلوب البحث نوعي

.الكالم الوارد يف هذا الشعر

.الفعل الكالم ٬ الرباغماتيك ٬الشعر ٬الديكسيس : البحث كلمات

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 13: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

ABSTRACT .................................................................................................... x

البحث ملخص ....................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ......................................... xiv

1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Pokok Bahasan ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 5

1.5 Metodologi Penelitian ........................................................................... 5

1.5.1 Metode Pemerolehan Data .......................................................... 5

1.5.2 Prosedur Analisis ........................................................................ 6

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................ 6

2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8

2.1 Pengantar ............................................................................................... 8

2.2 Widiawati (2002) ................................................................................... 8

2.3 Prasetiani (2004) .................................................................................... 9

2.4 Wiryotinoyo (2006) ............................................................................... 12

2.5 Harahap (2008) ...................................................................................... 15

2.6 Samad (2010) ........................................................................................ 16

3 LANDASAN TEORI ................................................................................. 18

3.1 Biografi Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ ............................................................ 18

3.2 Revolusi Mesir ...................................................................................... 19

3.3 Situasi Ujar ............................................................................................ 20

3.3.1 Penutur dan Petutur .................................................................... 20

3.3.2 Konteks ....................................................................................... 21

3.3.3 Tujuan ......................................................................................... 21

3.3.4 Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal ...................................... 22

3.4 Deiksis ................................................................................................... 22

3.4.1 Deiksis Persona ........................................................................ 23

3.4.2 Deiksis Ruang .......................................................................... 23

3.4.3 Deiksis Waktu .......................................................................... 23

3.4.4 Deiksis Wacana ........................................................................ 24

3.4.5 Deiksis Sosial ........................................................................... 24

3.5 Tindak Tutur......................................................................................... 25

4 ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM ................ 27

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 14: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

xiii

4.1 Analisis Situasi Ujar .............................................................................. 27

4.1.1 Penutur dan Petutur .................................................................. 27

4.1.2 Konteks ..................................................................................... 28

4.1.3 Tujuan ....................................................................................... 29

4.1.4 Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal .................................... 30

4.2 Analisis Deiksis ..................................................................................... 30

4.2.1 Deiksis Persona ........................................................................ 30

4.2.2 Deiksis Ruang ........................................................................... 36

4.2.3 Deiksis Waktu .......................................................................... 37

4.2.4 Deiksis Wacana ........................................................................ 38

4.2.5 Deiksis Sosial ........................................................................... 40

4.3 Analisis Tindak Tutur ............................................................................ 41

4.3.1 Tindak Tutur Austin ................................................................. 41

4.3.2 Tindak Tutur Searle .................................................................. 47

5 SIMPULAN ................................................................................................ 51

DAFTAR REFERENSI ................................................................................. 54

LAMPIRAN

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 15: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi yang digunakan pada skripsi ini bersumber pada transliterasi

Kamus Hans Wehr 1980.

Konsonan

Arab Latin Arab Latin

ḍ ض ’ ء

ṭ ط b ب

ẓ ظ t ت

‘ ع ṯ ث

ḡ غ j ج

f ف ḥ ح

q ق ḵ خ

k ك d د

l ل ḏ ذ

m م r ر

n ن z ز

w و s س

h ه š ش

y ي ṣ ص

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 16: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

xv

Huruf Vokal

Vokal pendek

Arab Latin Keterangan

a Fatha

an Fathatu al-tȃni

u Ḍamma

un Ḍammatu al-tȃni

i Kasra

in Kasratu al-tȃni

Vokal panjang (mad)

Penanda vokal konsonan Latin Keterangan

ا_ ȃ Fatha diikuti alif

و_ ȗ Ḍamma diikuti waw sukun

ي_ ȋ Kasra diikuti ya sukun

Diftong

Penanda vokal konsonan Latin Keterangan

و_ au Fatha diikuti waw sukun

ي_ ai Fatha diikuti ya sukun

Catatan:

1. Konsonan yang ber-šadda ditulis dengan rangkap

Contoh: و م ا /wamimmȃ/

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 17: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

xvi

2. Tanda takrif, alif +lam (ال), baik oleh huruf qamariya dan šamsiya ditulis

dengan al.

Contoh: 1. Al-qamariya, احل مد /al-ḥamdu/

2. Al- šamsiya, يم /al-raḥȋmu/ الرح

3. Bila al-ta’ al-marbȗṭa (ة) terletak di tengah kalimat ditulis t dan bila di

akhir kalimat tidak ditulis atau kosong.

Contoh: 1. al-ta’ al-marbȗṭa yang terletak di tengah kalimat, خمضوبة من د ماه

/maḵḍȗbatu min dimȃhu/

2. al-ta’ al-marbȗṭa yang terletak di akhir kalimat, ة م ط ما احل /ma

al-ḥuṭama/

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 18: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

xvii

Asa

Hembusan angin lembut membelai permukaan bumi

Bersamanya sejuta asa turut serta

Memintal jaring-jaring kehidupan tuk menebarkan kehangatan kepada penghuni

bumi

Duhai asa yang menggelayut di angkasa

Biarkan aku menggapaimu

tuk menjelajahi dunia

Mengarungi samudera

Berlayar dari Timur ke Barat dan menepi di setiap dermaga

menjemput limpahan karunia yang ditebarkanNya

Mengendapkannya dalam labirin-labirin mielin

Dan kembali bersamanya ke Timur tuk berbagi

Berbagi nikmatnya dunia tantang setiap jengkal limpahan karunia

Menggerakan massa

Mencipta peradaban mulia

Di sini..

Di negeri tercinta

Dzatul Lu’lu

Depok, 19 Juni 2012

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 19: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Pokok Bahasan

Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan

oleh para anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan

mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2005: 3). Berdasarkan hal tersebut, bahasa

adalah alat yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk berkomunikasi dan

berinteraksi.

Ilmu yang mempelajari tentang bahasa adalah linguistik (Kridalaksana,

2005: 7) dan definisi linguistik menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

a. AS Hornby menyatakan bahwa linguistik terbagi menjadi dua kategori,

yaitu linguistik sebagai kata benda dan kata sifat. Linguistik sebagai kata

benda bermakna ‘the science of language; methods of learning and

studying languages’ sedangkan linguistik sebagai kata sifat bermakna ‘the

study of language and languages’. Berdasarkan hal tersebut, definisi

linguistik menurut AS Hornby adalah ilmu bahasa; metode mempelajari

bahasa, sebab yang menjadi objeknya adalah bahasa seperti yang

diutarakan oleh Ferdinand de Saussure, yang dijuluki sebagai Bapak

Linguistik Modern (Aitchison, 1999: 23).

b. Emil Badi’ Ya’qub menyatakan bahwa ‘ilmu al-luḡah (linguistik) adalah

ilmu yang mempelajari bahasa itu sendiri.

c. Jean Aitchison, seorang profesor bahasa dan komunikasi Universitas

Oxford, menyatakan bahwa linguistik adalah ‘the systematic study of

language—a discipline which describes language in all its aspect and

formulates theories as to how it works’ (Aitchison, 1999: 11).

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa linguistik adalah ilmu

yang mempelajari bahasa sebagai objek telaah.

Pada buku Linguistics, Aitchison (1999: 7—10) menyatakan bahwa

linguistik memiliki ruang lingkup yang meliputi fonetik sebagai pusatnya,

fonologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik sebagai lingkup terluar. Fonetik

adalah ilmu tentang bunyi. Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 20: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

2

Universitas Indonesia

Sintaksis adalah studi gramatikal mengenai kalimat dan morfologi adalah studi

gramatikal struktur intern kata1. Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna

tanda bahasa dan pragmatik adalah ilmu yang mempelajari unsur-unsur di luar

bahasa.

Semantik dan pragmatik merupakan bagian dari linguistik yang berada

pada ranah yang sama, yaitu mengkaji makna. Namun, keduanya memiliki

perbedaan. Semantik menelaah makna yang terdapat pada suatu tulisan dan tidak

ada kaitannya dengan konteks sedangkan pragmatik menelaah makna di luar

bahasa, berkaitan dengan latar belakang pengetahuan antara penutur2 dan petutur

3.

Lebih jelasnya, pragmatik adalah studi tentang makna yang berkaitan dengan

situasi ujaran (Leech, 1996: 13) dan Jean Aitchison menyatakan:

“Pragmatic is the branch of linguistics which studies those aspects of

meaning which cannot be captured by semantic theory. In brief, it deals

with how speakers use language in ways which cannot be predicted from

linguistic knowledge alone. In a narrow sense, it deals with how listeners

arrive at the intended meaning of speakers. In its broadest sense, it deals

with the general principles followed by human beings when they

communicate with one another” (Aitchison, 1999: 93).

Pada kesempatan ini, penulis akan memaparkan contoh yang berisi

penjelasan tentang perbedaan antara semantik dan pragmatik.

(1) Guru : Papan tulis itu kotor.

(2) A :Gue haus banget ni.

Berdasarkan fungsinya, kalimat (1) dan (2) merupakan kalimat deklaratif4.

Secara semantik kalimat (1) bermakna ‘sebuah papan tulis yang kotor’ dan

kalimat (2) bermakna ‘saya sangat haus’. Hal tersebut menunjukkan bahwa

penutur ingin menginformasikan suatu hal kepada petutur. Namun, apabila

kalimat (1) dan (2) dikaji secara pragmatik maka kita akan memperoleh makna

1 Morfologi dan sintaksis adalah ilmu bahasa yang disebut dengan gramatika (Kridalaksana, 2005:

7). 2 Penutur adalah pembicara ataupun penulis (Leech, 1996: 13).

3 Petutur adalah pendengar ataupun pembaca (Leech, 1996: 13).

4 Kalimat deklaratif merupakan kalimat pernyataan yang dipakai jika penutur ingin menyatakan

sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada mitra tuturnya.

Kalimat ini biasanya ditandai dengan intonasi menurun dan tanda baca titik (Widyaningsih, n.d.).

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 21: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

3

Universitas Indonesia

yang berbeda. Kalimat (1) bermakna ‘guru meminta murid untuk menghapus

papan tulis yang masih kotor agar menjadi bersih’ dan kalimat (2) bermakna ‘A

berbicara kepada petutur bahwa ia ingin diambilkan air minum untuk

menghilangkan rasa dahaga’ sehingga secara pragmatik kalimat tersebut

merupakan kalimat imperatif5 sesuai dengan konteks

6 pemakaiannya.

Leech (1996: 5) dalam buku Principles of Pragmatics mengungkapkan

bahwa pragmatik dan semantik memiliki fokus yang sama, yaitu makna. Namun,

sematik dan pragmatik dapat dibedakan melalui dua pemakaian verba to mean.

(3) What does X mean? ‘Apa maksud X?’

(4) What did you mean by X? ‘Apa maksudmu dengan X?’

Semantik memperlakukan makna sebagai suatu ungkapan yang melibatkan relasi

diadis (dyadic relation) yang terdapat pada kalimat (3) sedangkan pragmatik

memperlakukan makna sebagai suatu ungkapan yang melibatkan tiga aspek di

dalamnya yang disebut relasi triadis (triadic relation) yang terdapat pada kalimat

(4). Hal ini berarti bahwa makna dalam pragmatik memiliki hubungan erat dengan

penutur sedangkan makna dalam semantik murni properti ucapan di dalam bahasa,

terlepas dari situasi, penutur, atau pun petutur (Leech, 1996: 6).

Wiryotinoyo (2006: 153) dalam karyanya yang berjudul Analisis

Pragmatik dalam Penelitian Penggunaan Bahasa menyatakan bahwa pragmatik

adalah studi tentang makna yang berkaitan dengan situasi ujaran. Berdasarkan hal

tersebut, syarat yang diperlukan untuk menganalisis makna di luar bahasa suatu

tuturan adalah situasi ujar yang mendukung suatu tuturan dalam percakapan.

Adapun aspek-aspek yang mendukung situasi ujaran adalah sebagai berikut:

a. penutur dan petutur;

b. konteks tuturan;

c. tujuan sebuah tuturan;

d. tindak tutur atau tindak verbal;

e. tuturan sebagai produk tindak verbal;

5 Kalimat imperatif adalah kalimat perintah yang dipakai jika penutur ingin menyuruh atau

melarang mitra tutur berbuat sesuatu. Kalimat ini biasanya ditandai dengan intonasi menurun dan

menggunakan tanda baca titik atau tanda seru (Widyaningsih, n.d.). 6 Konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah

kejelasan makna; situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian (KBBI Daring).

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 22: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

4

Universitas Indonesia

f. waktu; dan

g. tempat.

Pada kesempatan kali ini, penulis akan melakukan analisis pragmatik

terhadap sebuah puisi yang berjudul Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam karya Abu Al-Qȃsim Al-

Šȃbȋ. Puisi ini terdiri dari delapan belas bait. Puisi ini telah mengobarkan api

semangat rakyat Mesir untuk melakukan sebuah perubahan yang disebut revolusi.

Salah satu bait dalam puisi tersebut adalah sebagai berikut.

أال أيها الظامل املستبد (5)

/alȃ ayyuhȃ al-ẓȃlimu al-mustabiddu/

Apabila contoh (5) dilihat hanya dari sudut pandang semantik, maka yang terjadi

adalah contoh (5) hanyalah kalimat deklaratif. Namun, apabila contoh (5) dilihat

memakai sudut pandang pragmatik dan dikaitkan dengan Revolusi Mesir 25

Januari 2011, maka kalimat tersebut termasuk sebagai kalimat seruan7 yang

ditujukan kepada pemimpin Mesir yang telah berlaku lalim terhadap rakyatnya.

Penelitian mengenai analisis pragmatik tentang puisi belum pernah

dilakukan di kalangan Program Studi Arab FIB UI. Adapun penelitian mengenai

analisis pragmatik dengan korpus data film atau pun penelitian tentang puisi dari

sudut pandang sastra cukup banyak dilakukan. Hal ini mendorong penulis untuk

melakukan penelitian di bidang pragmatik dengan korpus data puisi. Dalam

penelitian, penulis mengambil korpus data puisi yang berjudul Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam

yang terdapat pada situs kumpulan puisi Arab. Puisi tersebut ditulis oleh penyair

Tunisia dan sangat kental dengan aroma politik. Terlebih lagi, puisi tersebut

memang telah menggugah masyarakat Tunisia untuk mengusir bangsa Prancis

dari tanah Tunisia.

7 Kalimat seruan adalah kalimat yang dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang

kuat” atau yang mendadak. Biasanya kalimat ini ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan,

memakai tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis (Widyaningsih, n.d.).

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 23: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

5

Universitas Indonesia

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini akan membahas dua pokok masalah dari analisis pragmatik

pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah bentuk-bentuk deiksis pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam?

2. Bagaimanakah bentuk-bentuk tindak tutur yang ada pada puisi Ila Ṭuḡȃti

Al-‘Ȃlam?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diungkapkan

sebelumnya, tujuan analisis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan bentuk-bentuk deiksis pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam.

2. Memaparkan tindak tutur yang terdapat pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian kali ini adalah puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam karya

Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ dan kaitannya dengan revolusi Mesir 25 Januari 2011.

Penelitian ini akan menggunakan analisis pragmatik berupa situasi ujar, deiksis,

dan tindak tutur. Bersumber dari sejumlah puisi karya Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ,

penulis membatasi untuk mengambil satu puisi karena puisi ini adalah puisi yang

fuṣḥȃ, bernuansa politik, dan sesuai dengan kondisi Mesir kala itu. Puisi Ila Ṭuḡȃti

Al-‘Ȃlam diambil dari kumpulan puisi Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ yang termuat dalam

sebuah situs resmi kumpulan puisi Arab.

1.5 Metodologi Penelitian

1.5.1 Metode Pemerolehan Data

Peneliti memakai metode studi pustaka dalam memperoleh data dan

bahan-bahan penunjang dalam melakukan penelitian. Metode studi pustaka adalah

suatu metode pendekatan yang memanfaatkan segala bentuk literatur-literatur

yang tersedia untuk menunjang penelitian ilmiah. Literatur-literatur yang

digunakan bersumber dari jurnal ilmiah, skripsi, tesis, buku teks, dan media

elektronik.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 24: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

6

Universitas Indonesia

Untuk memperoleh data yang diinginkan, langkah awal yang penulis

lakukan adalah melakukan pencarian data berdasarkan ciri-ciri yang nampak pada

data yang dianalisis. Penelitian ini meliputi deiksis dan tindak tutur yang terdapat

pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam. Penulis mendapatkan data berupa puisi Ila Ṭuḡȃti

Al-‘Ȃlam dari situs resmi kumpulan puisi Arab, yaitu adab.com.

1.5.2 Prosedur Analisis

Prosedur analisis yang penulis lakukan setelah memperoleh data adalah

sebagai berikut:

1. Menganalisis data berdasarkan deiksis persona, deiksis ruang,

deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial yang terdapat

pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam.

2. Menganalisis data berdasarkan tindak tutur berupa lokusi, ilokusi,

perlokusi, asertif, komisif, direktif, ekspresif, dan deklaratif yang

terdapat pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-Ȃlam.

3. Melakukan hipotesis sehingga penulis mendapatkan jawaban dari

rumusan masalah.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, penulis akan menyusunnya

menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut.

Bab I adalah Pendahuluan, berisi: latar pokok bahasan, rumusan masalah,

tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian yang terdiri atas

metode pemerolehan data dan prosedur analisis, dan terakhir adalah sistematika

penulisan.

Bab II adalah Tinjauan Pustaka berisi beberapa penelitian terdahulu

tentang pragmatik.

Bab III adalah Landasan Teori berisi tentang teori-teori yang dipakai

sebagai dasar penelitian analisis pragmatik, yaitu teori situasi ujar, deiksis, dan

tindak tutur.

Bab IV adalah Analisis Pragmatik Puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam. Pada bab ini,

penulis menganalisis deiksis dan tindak tutur yang terdapat di dalam puisi tersebut.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 25: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

7

Universitas Indonesia

Bab V adalah Simpulan. Penulis menyimpulkan hasil analisis yang telah

dilakukan pada bab sebelumnya.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 26: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

8

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengantar

Pada bab ini, penulis akan memaparkan tinjauan pustaka tentang

penelitian-penelitan yang telah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan penelitian

pragmatik. Penulis akan menjadikan penelitian-penelitian tersebut sebagai bahan

acuan dan perbandingan untuk mempermudah penelitian di bidang yang sama.

Beberapa penelitian pragmatik telah dilakukan sebelumnya dalam berbagai

bahasa, selain bahasa Arab. Penelitian-penelitian tersebut antara lain mengenai

konteks, tindak tutur, deiksis, dan makna pragmatik. Berikut ini adalah beberapa

penelitian sebelumnya tentang pragmatik.

2.2 Widiawati (2002)

Widiawati melakukan penelitian terhadap bentuk-bentuk tindak tutur.

Bentuk tindak tutur yang dimaksud adalah tindak tutur memohon dalam bahasa

Inggris yang dilakukan oleh mahasisawa Indonesia pemelajar bahasa Inggris. Hal

tersebut memiliki korelasi dengan waktu tempuh seseorang dalam memepelajari

bahasa Inggris.

Pada penelitian ini, Widiawati fokus pada tindak tutur memohon yang

berasal dari kata request. Ia menuliskan bahwa memohon sebagi tindak tutur akan

mendatangkan keuntungan bagi penutur (Trosborg, 1995: 187). Tindak tutur jenis

ini berupa permohonan untuk barang, jasa, dan informasi.

Data penelitian yang dilakukan oleh Widiawati berupa responden yang

dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, semester, pernah mengikuti

kursus bahasa Inggris dan TOEFL atau tidak, serta nilai TOEFL yang dicapai.

Pada bagian analisis, Widiawati memakai strategi yang dikemukakan oleh

Trosborg untuk mengklasifikasikan bentuk-bentuk permohonan berdasarkan

respondennya. Perhatikan contoh hasil analisis yang telah dilakukan oleh

Widiawati berikut ini.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 27: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

9

Universitas Indonesia

(6) Situasi: +K+S-P14

Situasi ini menggambarkan bahwa petutur memiliki kekuasaan yang lebih

besar daripada penutur, hubungan akrab dengan penutur, dan latar komunikasi

nonpublik. Pemakaian strategi ability memiliki frekuensi tertinggi dan strategi

willingness berada pada urutan setelahnya. Hal ini menandakan bahwa pemakaian

strategi yang menekankan pada keadaan pendengar (hearer-oriented conditions)

merupakan strategi yang dirasa paling santun untuk menjaga muka negatif petutur.

Pemakaian strategi performatif tidak berpagar mempunyai tingkat frekuensi

urutan ketiga. Hal tersebut menarik sebab menandakan bahwa walaupun petutur

memiliki kekuasaan lebih besar, penutur menganggap hubungan yang akrab tidak

menghalangi komunikasi dengan strategi langsung.

Dalam penelitiannya, Widiawati menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk

tindak tutur yang sering digunakan oleh pemelajar Indonesia yang belajar bahasa

Inggris lebih banyak memakai bentuk formal untuk situasi tertentu. Hal ini terjadi

sebab faktor budaya yang mempengaruhi pola pikir pemelajar Indonesia sehingga

mereka membedakan pemakaian strategi memohon antara orang yang dihormati,

dosen, dan teman sebaya. Selain itu, strategi ability, willingness, dan permission

cenderung lebih digunakan untuk menjaga muka negatif petutur agar tidak

terancam. Faktor kekuasaan, solidaritas, dan jenis kelamin pun memberikan

pengaruh terhadap pemakaian bentuk-bentuk tindak tutur memohon mahasiswa

Indonesia yang mempelajari bahasa Inggris.

2.3 Prasetiani (2004)

Prasetiani melakukan penelitian pragmatik tentang deiksis dalam bahasa

Arab. Objek penelitiannya adalah dua surat yang terdapat di dalam Alquran, yaitu

Surat Yusuf dan Al-Baqarah, surat kabar Arab, dan buku Al-‘Arabiyyah li Al-

Nasyi’in. Prasetiani menganalisis leksem-leksem dalam bahasa Arab yang

merupakan deiksis. Prasetiani memakai teori Cruse, Karl Buhler, dan Levinson

untuk menganalisis objek penelitiannya.

Pada penelitian ini, Prasetiani berpendapat bahwa pada deiksis ruang ada

leksem yang menunjukkan leksem ruang yang deiktis dan ada pula yang

14

K adalah mitra tutur, S adalah hubungan mitra tutur dengan penutur, dan P adalah latar.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 28: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

10

Universitas Indonesia

nondeiktis. Hal ini terjadi karena leksem ruang dapat berupa adjektiva, adverbial,

ataupun verba. Dalam bahasa Arab, leksem yang merupakan deiksis ruang adalah

hunȃka/ ‘di sana; ke sana’. Leksem-leksem/ هناك hunȃ/ ‘di sini; ke sini’ dan/ هنا

tersebut pada dasarnya bersifat deiktis tetapi dapat pula digunakan secara

nondeiktis. Leksem-leksem di atas bersifat nondeiktis ketika leksem-leksem

tersebut bersifat anaforis. Berikut ini adalah contoh analisis yang Prasetiani

lakukan terhadap leksem ruang yang deiktis.

:قال الرئيس املصري حسين مبارك يف املشتشفى يف أملانيا (7)

إنين أدير الشغل من هنا إىل حد ما ... وإذا كان هناك احتياج فإنين أحتدث معهم وليس هناك

.مشكلة

/qȃla al-ra’ȋsu al-miṣriyyu Ḥusnȋ Mubȃrak fȋ al-muštašfȃ fȋ almȃniyȃ:

innanȋ udȋru al-šuḡla min hunȃ ilȃ ḥaddin mȃ… wa’iḏȃ kȃna hunȃka

iḥtiyȃjun fa’innanȋ ataḥaddaṯu ma‘ahum walaisa hunȃka muškila./

‘Presiden Mesir, Husni Mubarak, ketika berada di sebuah rumah sakit di

Jerman berkata, ‘Saya akan menjalankan roda pemerintahan dari sini

semampu saya. Jika di sana membutuhkan sesuatu maka saya akan

berbicara dengan mereka. Dengan demikian, tidak ada masalah.’’ (Al-

Madina, edisi 7 Rabiul Awwal 1425 H/ 25 Juni 2004 M)

Pada kalimat di atas terdapat leksem /hunȃ/ dan /hunȃka/ yang bersifat

deiktis dan leksem /hunȃka/ yang bersifat anaforis. Lokasi Presiden Husni

Mubarak di Jerman dan bukan di Mesir sehingga digunakan leksem /hunȃ/ untuk

merujuk lokasinya saat ini dan digunakan leksem /hunȃka/ untuk merujuk ke

Mesir. Adapun penggunaan leksem /hunȃka/ yang kedua berfungsi sebagai

anaforis.

Selain itu, Prasetiani berpendapat bahwa pronomina demonstrativa

termasuk dalam leksem ruang dan bersifat deiktis. Leksem pronomina

demonstrativa dalam bahasa Arab terbagi menjadi leksem jauh (distal), yaitu ذلك

/ḏȃlika/ ‘itu (untuk maskulin)’, لكت /tilka/ ‘itu (untuk feminin)’, sebagai penunjuk

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 29: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

11

Universitas Indonesia

jauh, tunggal; dan leksem dekat (proximal), yaitu هذا /hȃḏȃ/ ‘ini (untuk

maskulin)’, هذه /hȃḏihi/ ‘ini (untuk feminin)’ sebagai penunjuk dekat, tunggal.

Deiksis waktu ditandai dengan pemakaian leksem waktu. Menurut

Prasetiani, leksem waktu bersifat deiktis apabila leksem tersebut mengacu pada

waktu tuturan yang dinyatakan oleh kata /ḥȃlan/ 16حاال ,’al-ȃna/ ‘sekarang/ اآلن15

‘sekarang’, اليوم /al-yaum/ ‘hari ini’, هذه الساعة /haȃḏihi al-sȃ‘ah/ ‘saat ini’; waktu

sebelum tuturan yang ditandai oleh kata أمس /amsi/ ‘kemarin’ dan قبل األمس /qabla

al-amsi/ ‘kemarin lusa’; ataupun waktu setelah tuturan yang ditandai oleh kata غدا

/ḡadan/ ‘besok’. Lalu, ada pula leksem waktu yang tidak bersifat deiktis, yaitu

leksem waktu yang acuannya tidak berpatokan kepada penutur melainkan pada

siklus waktu peredaran bumi, seperti pergantian siang dan malam, nama-nama

hari dan bulan.

Deiksis wacana salah satunya mengacu pada pemakaian kata هذا /hȃḏȃ/

‘ini’ dan ذلك /ḍȃlika/ ‘itu’ untuk merujuk pada elemen wacan sebelum ataupun

sesudahnya. Ungkapan deiksis wacana tidak hanya terbatas pada pemakaian

pronomina demonstrativa untuk mengacu pada elemen kalimat sesudahnya.

Namun, ada beberapa ungkapan yang dapat ditemui dalam suatu wacana dan

bersifat deiksis, seperti in the next paragraph, I will show.... Ungkapan ini

merupakan contoh pemakaian ungkapan pada waktu pengiriman pesan. Dalam

wacana bahasa Arab pun ada ungkapan yang bersifat deiksis yang hampir mirip

maknanya, yaitu:

على حنو ما سنرى فيما بعد.... (8)

/‘alȃ naḥwȃ mȃ sanarȃ fȋmȃ ba‘da/

‘….seperti yang akan kita lihat mendatang.’

15

Leksem waktu اآلن juga dapat merujuk pada rentang waktu lampau, kini, dan yang akan datang.

16 Leksem waktu حاال menyatakan waktu kini yang bertitik labuh sangat dekat dari saat tuturan.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 30: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

12

Universitas Indonesia

Contoh (8) merupakan salah satu contoh pemakaian ungkapan deiksis wacana

pada waktu pengiriman pesan (encoding time).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetiani adalah bahasa Arab

memiliki semua bentuk deiksis. Deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana,

deiksis persona, dan deiksis sosial merupakan bentuk-bentuk deiksis yang

ditemukan oleh Prasetiani di dalam bahasa Arab.

2.4 Wiryotinoyo (2006)

Wiryotinoyo meneliti penggunaan bahasa dalam bidang pragmatik.

Penelitiannya ini dimuat dalam jurnal Bahasa dan Seni. Pada penelitiannya ini,

Wiryotinoyo menuliskan tentang tuturan yang bermuatan konteks. Wiryotinoyo

menjelaskan bahwa untuk melakukan suatu analisis pragmatik sangat diperlukan

pemahaman konteks. Hal ini disebabkan bahwa melalui pemahaman konteks

inilah satuan-satuan bahasa dalam suatu tuturan dapat dijelaskan.

Konteks adalah segala aspek yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan

sosial sebuah tuturan. Hal ini berimplikasi bahwa:

1. konteks dapat mengacu kepada tuturan sebelum dan sesudah tuturan yang

dimaksud;

2. mengacu kepada keadaan sekitar yang berkaitan dengan kebiasaan

partisipan, adat istiadat, dan budaya masyarakat; dan

3. konteks pun dapat mengacu pada kondisi fisik, mental, serta pengetahuan

yang dimiliki oleh penutur maupun petutur.

Unsur waktu dan tempat sangat berkaitan erat dengan hal-hal tersebut.

Wiryotinoyo memaparkan bahwa pragmatik mempelajari makna yang

pemecahannya tidak terjangkau oleh semantik, yaitu makna yang muncul dalam

konteks pemakaian kalimat di dalam komunikasi. Analisis pragmatik perlu

dilakukan untuk memperoleh pemecahan masalah makna pada tuturan yang

mengandung implikatur percakapan. Prosedur pemecahan masalah, menurut

Wiryotinoyo, dapat dilihat dari dua sudat pandang, yaitu sudut pandang penutur

dan sudut pandang petutur. Prosedur pemecahan masalah dari sudut pandang

penutur dapat memakai analisis cara-tujuan yang menggambarkan keadaan awal

sebagai masalah, keadaan tengahan, dan keadaan akhir sebagai tujuan penutur

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 31: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

13

Universitas Indonesia

untuk mengatasi masalah melalui cara yang terletak di dalam rangkaian antara

masalah dan tujuan. Berbanding terbalik dengan sebelumnya, prosedur

pemecahan masalah dari sudut pandang petutur memakai analisis heuristik. Ini

adalah analisis yang ditawarkan oleh Leech (1989 :40). Analisis ini dapat

mengidentifikasi daya pragmatis suatu tuturan, satuan pragmatis, dan implikasi

pragmatis suatu percakapan. Pada analisis heuristik, proses analisis bermula pada

problem yang dilengkapi proposisi, informasi latar belakang konteks, dan asumsi

dasar bahwa penutur menaati prinsip-prinsip pragmatis. Lalu, petutur

merumuskan hipotesis tujuan tuturan dan hipotesis tersebut diuji kebenarannya

berdasarkan data yang tersedia. Bila hipotesis sesuati dengan kontekstual, maka

pengujian berhasil dan hipotesis dapat diterima. Namun, apabila pengujian

hipotesis gagal karena tidak sesuai dengan kontekstual, maka petutur perlu

membuat hipotesis baru, lalu diuji dengan data yang tersedia sampai diperoleh

hipotesis yang berterima. Keberhasilan pengujian hipotesis pertama menghasilkan

interpretasi baku (default interpretation).

Wiryotinoyo memberikan sebuah contoh untuk mempermudah

pemahaman pembaca sebagai berikut.

(9) Situasi : Pukul 04.40 biasanya Reli sudah bangun dan belajar.

Pukul 06.00 mandi dan langsung memakai seragam

sekolah. Sambil menanti Wugar, adiknya, dan ayahnya

siap untuk sarapan bersama, Reli sering mengkuti

tayangan sebuah stasiun televisi sambil berdandan. Selesai

memakai bedak dan menyisir rambut, Reli ke kamar

mendekati ayahnya, yang masih belum bangun dari tempat

tidurnya meskipun matanya telah terbuka dan telah

menunaikan Salat Subuh. Kemudian, Reli mencium

ayahnya sebagai rutinitas pagi yang selalu ia lakukan

setelah mandi dan berdandan dan ayahnya pun

menciumnya.

Reli : Pa, cium, Pa!

Papa : Heem.

Reli : (Reli mencium pipi kanan, kiri, dan dahi ayahnya.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 32: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

14

Universitas Indonesia

Begitupula sang ayah melakukan hal yang sama.)

Sudah siang, Pa. (a)

Papa : Ya.

Reli : Papa belum mandi.

Implikasi:

(a) Reli menyuruh ayahnya bangun.

Hipotesis tuturan

A. Penutur mengatakan kepada petutur (bangun)

B. Tujuan penutur adalah menyuruh agar [petutur (bangun)]

C. Penutur yakin (bahwa perlu menyuruh petutur bangun)

D. Penutur yakin [bahwa petuturtidak mengetahui maksud (bahwa penutur

menyuruh petutur bangun)]

E. Penutur yakin (bahwa sebaiknya [petutur mengetahui (bahwa penutur

menyuruh petutur bangun)]).

Hipotesis B diuji dengan membandingkan konsekuensi C, D, dan E

dengan data yang ada. Setelah diuji, ternyata C didukung oleh data:

Reli yang sudah berdandan bertujuan untuk menyuruh ayahnya segera bangun

untuk mandi, berpakaian, sarapan bersama, lalu ayahnya mengantar Reli ke

sekolah sebagaimana yang biasa mereka lakukan setiap pagi. Reli memakai satuan

pragmatis menginformasikan fakta karena ia menaati prinsip sopan santun.

Sebagai anak, ia telah memahami bahwa tidak sopan untuk memerintah ayahnya

secara langsung sehingga ia tidak mau memakai satuan pragmatis menyuruh.

Konsekuensi D pun didukung data, yaitu Reli yakin bahwa ayahnya yang berada

di kamar tidak mengetahui bahwa Reli sudah mandi, mengenakan seragam

sekolah, dan berdandan sehingga sangat menginginkan ayahnya bangun. Oleh

karena itu, Reli menyuruh ayahnya untuk bangun sehingga konsekuensi E pun

sesuai dengan data kontekstual.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa konsekuensi C, D, E sesuai

dengan data kontekstual. Dengan demikian, hipotesis B dapat diterima.

Interpretasi tesis B adalah bahwa tuturan (a) yang diproduksi oleh Reli termasuk

tuturan yang bermuatan implikatur percakapan. Tuturan itu mempunyai implikasi

pragmatis menyuruh, yaitu Reli menyuruh ayahnya untuk bangun.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 33: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

15

Universitas Indonesia

Wiryotinoyo menyimpulkan bahwa pemanfaatan konteks dalam analisis

pragmatik mampu menjelaskan aspek-aspek yang tidak dapat diakomodiasi oleh

sintaktik dan semantik. Hal ini berpengaruh pada pemahaman petutur terhadap

suatu tuturan menjadi lebih mendalam dan tuntas sehingga komuniksi yang efektif

antara penutur dan petutur dapat terjalain pada suatu tuturan.

2.5 Harahap (2008)

Harahap meneliti surat kabar yang terbit di daerah Sumatera Utara, yaitu

Harian Analisa, Seputar Indonesia, dan Waspada. Harahap meneliti dengan

memakai pendekatan pragmatik. Pada penelitian ini, Harahap memakai teori

tindak tutur Austin, teori kaidah konstitusi Searle, teori implikatur Grice, teori

maksim Levinson, teori relevansi Sperber dan Wilson, teori presuposisi, teori

koherensi, teori pengetahuan latar belakang, dan teori analisis wacana.

Harahap memerikan makna pragmatik yang terdapat pada iklan niaga pada

Harian Analisa, Seputar Indonesia, dan Waspada. Harahap menyimpulkan bahwa

makna pragmatik yang terdapat pada iklan niaga yang terdapat pada ketiga harian

tersebut agar produk-produk yang dijual dapat terjual laris di pasaran dengan

menampilkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki masing-masing produk.

Harahap menyimpulkan ada 12 makna pragmatik pada Harian Analisa, 20 makna

pragmatik pada Harian Seputar Indonesia, dan 22 makna pragmatik pada Harian

Waspada. Dua belas makna pragmatik pada Harian Analisa adalah sebagai

berikut:

1. keunggulan sebagai kelebihan,

2. menggambarkan kesuksesan,

3. kemurahan sebagai tujuan,

4. menawarkan kemudahan,

5. menganalisis teknologi,

6. kecermatan sebagai keuntungan,

7. kelebihan yang dimiliki,

8. anjuran,

9. urutan peristiwa,

10. jasa iklan,

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 34: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

16

Universitas Indonesia

11. canggih dalam teknologi, dan

12. menawarkan kecanggihan jasa.

Di bawah ini adalah contoh makna pragmatik kelebihan sebagai keunggulan yang

terdapat pada Harian Analisa.

(10) Suzuki Neo Baleno

Revolution Perfection

Suzuki way of life.

Iklan tersebut menunjukan keunggulan produk, yaitu mobil Suzuki Neo Baleno

memiliki kualitas mesin dan desain yang baik yang ditunjukkan dengan

pemakaian kata revolution, perfection, dan way of life. Ketiga kata tersebutlah

yang dijadikan oleh pihak marketing perusahaan Suzuki untuk menarik minat para

pembaca untuk membeli produknya.

Selain itu, Harahap pun menyimpulkan bahwa sifat makna pragmatik

melebihi dari makna yang tertulis atau terucap. Inti dari makna pragmatik pada

penelitiannya adalah agar produk tampak memiliki keunggulan yang berakhir

dengan penjualan. Hal ini terjadi karena iklan yang dianalisis adalah iklan niaga.

2.6 Samad (2010)

Pada penelitian ini, Samad meneliti tentang linguistik dengan pendekatan

pragmatik. Objek penelitiannya adalah film kartun ‘Ali Bȃbȃ wa Arba‘ȗna Liṣṣan.

Samad membahas tentang interaksi dan sopan santun, implikatur percakapan yang

dibatasi hanya menganalisis bentuk pemenuhan prinsip kerja sama dan

pelanggarannya saat berinteraksi, pertuturan, dan deiksis dengan teori-teori yang

sesuai dengan pembahasan.

Hasil penelitian yang Samad lakukan terhadap film kartun ‘Ali Bȃbȃ wa

Arba‘ȗna Liṣṣan adalah terdapat tiga deiksis, yaitu deiksis persona, ruang, dan

waktu. Deiksis waktu yang terdapat pada film kartun ‘Ali Bȃbȃ wa Arba‘ȗna

Liṣṣan dicontohkan sebagai berikut.

معك يا علي باباحان اآلن موعد تسري حسابايت (11)

/ḥȃna al-ȃna maw‘idun tasrȋ ḥisȃbȃtȋ ma‘aka yȃ ‘Alȋ Bȃbȃ/

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 35: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

17

Universitas Indonesia

‘Tibalah sekarang waktunya aku membuat perhitungan denganmu,

Ali Baba.’

Samad memerikan bahwa berdasarkan konteksnya kata اآلن /al-ȃna/

‘sekarang’ pada ujaran di atas menunjukkan waktu malam hari. Hal ini

disebabkan ujaran tersebut diucapkan oleh penutur (gembong pencuri) pada

malam hari, yaitu pada saat ia datang ke rumah Ali Baba dan menyamar sebagai

tamu.

Selain itu, Samad melakukan penelitian tentang pertuturan atau biasa

disebut dengan tindak tutur (speech act). Samad berhasil mengungkapkan empat

bentuk pertuturan yang telah diklasifikasikan berdasarkan daya ilokusi yang ada

di dalam film kartun ‘Ali Bȃbȃ wa Arba‘ȗna Liṣṣan, yaitu asertif, direktif,

komisif, dan ekspresif. Perhatikan contoh pertuturan direktif berikut ini:

(12) Istri Ali Baba : أرجو أن تفشي سالمي إىل السيد قاسم

/arjȗ an tufšiya salȃmȋ ilȃ al-sayyidi Qȃsim/

‘Aku harap kau menyampaikan salamku kepada

Tuan Qasim.’

Kalimat yang diujarkan oleh istri Ali Baba merupakan lokusi. Permohanan istri

Ali Baba kepada petuturnya untuk menyampaikan salam kepada Tuan Qasim

merupakan ilokusi. Adapun tindakan menyampaikan salam yang dilakukan oleh

petutur adalah perlokusi.

Pada tuturan di atas, daya ilokusi direktif dapat dilihat melalui verba

performatif yang diujarkan secara eksplisit. Verba performatif yang terdapat pada

tuturan di atas adalah ‘أرجو’ yang menunjukkan permohonan istri Ali Baba kepada

petuturnya. Verba itulah yang membentuk ujaran di atas menjadi pertuturan

direktif untuk meminta tindakan dari petutur yang mendengarkan ujaran tersebut.

Berdasarkan kelima penelitian terdahulu yang telah penulis sajikan di atas

maka penulis perlu melakuakan penelitian tentang deiksis di dalam bahasa Arab

dengan korpus data yang berbeda, yaitu puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam. Selain itu,

penulis juga akan meneliti tindak tutur pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam dengan

memakai teori Austin dan Searle yang saling melengkapi.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 36: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

18

Universitas Indonesia

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1 Biografi Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ

Berikut ini adalah biografi singkat Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ. Abu Al-Qȃsim

Al-Šȃbȋ memiliki nama lengkap Qȃsim ibn Ibrȃhȋm Al-Šȃbbȋ. Beliau lahir di

Tozeur1, 24 Februari 1909. Ayahnya adalah seorang hakim yang hidup berpindah-

pindah. Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ dan keluarga selalu ikut serta pada setiap

kepindahan sang ayah yang sudah berpindah-pindah tempat di Tunisia sebanyak

enam kali (Speight, 1973: 178). Hal ini memberikan gambaran pengetahuan

kepada Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ tentang kondisi negaranya dan menginspirasinya

untuk menulis puisi. Selain itu, hidup yang berpindah-pindah tersebut

menyebabkan Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ tidak pernah tinggal di tanah kelahirannya

kecuali pada lima tahun di akhir hidupnya, yaitu 1929.

Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ mengenyam pendidikan di Sekolah Al-Quran.

Lalu, beliau pindah ke Universitas Islam Al-Zaytunah, Tunisia, pada 1920 dan

menyelesaikan studinya pada 1928. Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ tidak suka dengan

pelajaran formal di Al-Zaytunah yang hanya berbahasa Arab. Namun, beliau

sangat tertarik pada kegiatan sastra dan membaca literatur-literatur terjemahan.

Beliau lemah dalam penguasaan bahasa asing sedangkan teman-temannya

minimal menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Arab dan bahasa asing. Abu Al-

Qȃsim Al-Šȃbȋ mulai menulis puisi sejak usia 15 tahun, tetapi karena beliau takut

dengan celaan sang ayah maka ia tidak mempublikasikan karya-karyanya kepada

orang lain hingga tiga tahun kemudian (Verlag, 2010: 297).

Pada titik inilah karirnya sebagai seorang sastrawan dimulai. Kemunculan

perdananya adalah di koran dan majalah Tunisia. Pada 1933, nama Abu Al-Qȃsim

Al-Šȃbȋ mulai dikenal di dunia Arab sejak puisinya diterbitkan oleh majalah

Apollo, Kairo (Speight, 1973: 178). Sayangnya perjalanan karir Abu Al-Qȃsim

Al-Šȃbȋ sebagai seorang sastrawan hanya berlangsung selama tujuh tahun. Sejak

beliau berusia 22 tahun, dokter mendiagnosis bahwa Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ

mengidap penyakit penyempitan jantung. Dokter menyarankan kepadanya untuk

1 Tozeur adalah kota oasis di tenggara Tunisia berdekatan dengan Naftah dan Daqas.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 37: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

19

Universitas Indonesia

berjalan-jalan di daerah pegunungan agar dapat menghirup udara segar dan

menghindari stres. Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ pun melakukan semua saran dokter

sejak 1932—1933. Namun, pada 1933 beliau merasa sering sakit sehingga harus

dirawat di rumah sakit. Memasuki Oktober 1934, penyakitnya kembali kambuh

dan beliau pun harus kembali dirawat di rumah sakit. Pada akhirnya, Abu Al-

Qȃsim Al-Šȃbȋ pun tutup usia pada 9 Oktober 1934 di rumah sakit tempat beliau

dirawat (Verlag, 2010: 294—302).

Walaupun Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ berkarir sebagai sastrawan hanya

selama tujuh tahun, tetapi puisi yang telah beliau goreskan sudah lebih dari 77

puisi, diantaranya sebagai berikut:

/yȃ ṣamȋma al-ḥayȃti! innȋ wahȋdun/ يا صميم احلياة ! إني وحيد .1

/arȃki, fataḥlȗ ladayya al-ḥayȃtu/ أراك، ف تحلو لديي احلياة .2

/law kȃnati al-ayyȃmu fȋ qabḍatȋ/ لو كانت األييام يف قبضيت .3

، وجنوم .4 /kȃna qalbiya fajrun, wa nujȗm/ كان قلب فجر

-ayna yȃ ša‘bu qalbuka al-ḵȃfiqu al/ أين يا شعب قلبك اخلافق احلساس ؟ .5

ḥassȃsu?/

/rafrat fȋ dujyati al-layli al-ḥazȋn/ رف رفت يف دجية الليل احلزين .6

/adrakta fajra al-ḥayȃti a‘mȃ/ أدركت فجر احلياة أع مى .7

/askutȋ yȃ jarȃḥ/ أسكيت يا جراح .8

/min hadȋṯi al-šuyȗḵ/ من حديث الشيوخ .9

/irȃdatu al-ḥayȃ/ إرادة احلياة .10

ilȃ ṭuḡȃti al-‘ȃlam/ (adab.com)/ إل طغاة العال .11

3.2 Revolusi Mesir

Revolusi adalah perubahan mendasar yang bersifat tiba-tiba dalam

masalah sosial dan politik dengan cara-cara yang keluar dari sistem yang berlaku

dan biasanya disertai dengan kekerasan (‘Imarah, 1998: 197). Revolusi Mesir

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 38: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

20

Universitas Indonesia

pecah pada 25 Januari 2011 di Lapangan Tahrir. Hal ini dipicu oleh kediktatoran

Presiden Husni Mubarak2 selama berkuasa. Selain itu, menurut Muhammad Jafar,

pengamat politik Timur Tengah, salah satu faktor yang membuat kegeraman

rakyat Mesir memuncak adalah sistem sosial ekonomi yang tidak mencerminkan

keadilan (Ricardo, 2011: 44) dan kenaikan harga bahan pangan yang tinggi

sehingga rakyat miskin Mesir sulit untuk membeli bahan pangan (Zakiah, 2011).

3.3 Situasi Ujar

Situasi ujar sangat berkaitan erat dengan pragmatik sebab pragmatik

mengkaji makna yang berkaitan dengan situasi ujar. Leech (1996: 13—14)

mengungkapkan dalam situasi ujar terdapat lima aspek yang menopang

pragmatik. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:

1. penutur dan petutur;

2. konteks;

3. tujuan;

4. tuturan sebagai bentuk tindakan; dan

5. tuturan sebagai produk tindak verbal.

Penulis hanya akan memakai aspek penutur dan petutur, konteks, tujuan, dan

tuturan sebagi produk tindak verbal. Pemilihan pemakaian keempat aspek tersebut

sebagai teori dalam menganalisis penelitian ini dilakukan sebab aspek keempat

merupakan “payung” bagi aspek kelima dalam menjabarkan tuturan sehingga bila

digunakan sebagai teori dalam analisis penelitian ini akan mengakibatkan

pembahasan yang meluas.

3.3.1 Penutur dan Petutur

Leech menyatakan orang yang menyapa sebagai penutur/penulis dan orang

yang disapa sebagai petutur/pembaca. Di sini, perlu dibedakan antara penerima

dan petutur. Penerima merupakan orang yang menerima dan menafsirkan pesan,

sedangkan petutur adalah orang yang seharusnya menerima dan menjadi sasaran

pesan. Pembedaan ini dilakukan sebab penerima bisa saja orang yang kebetulan

2 Husni Mubarak ialah Presiden Mesir tahun 1981—2011.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 39: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

21

Universitas Indonesia

lewat dan mendengar pesan dan bukan orang yang disapa (dalam situasi

percakapan) (Leech, 1996: 13). Perhatikan contoh berikut ini.

(13) Situasi : Ruang kelas seusai kuliah yang masih ramai oleh

mahasiswa.

Rezki : Kres, ke perpustakaan, yuk!

Kresna : Saya mau ke kantin dulu.

Berdasarkan contoh di atas, Rezki merupakan petutur dan Kresna merupakan

petutur. Adapun teman-teman yang mendengar percakapan mereka merupakan

penerima pesan.

3.3.2 Konteks

Konteks adalah suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki

oleh penutur dan petutur serta yang membatu petutur menafsirkan makna tuturan.

Konteks pun berkaitan erat dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan.

Mengetahui dan memahami konteks suatu wacana akan memudahkan peserta

tutur dalam berkomunikasi (Leech, 1996: 13). Perhatikan contoh di bawah ini.

(14) Tutuplah keran hingga ke tengah saja!

Tulisan tersebut dituliskan oleh seorang pegawai rumah makan diselembar kertas

yang kemudian direkatkan di dekat keran air di tempat cuci tangan. Berdasarkan

hal tersebut, maka setiap orang yang akan cuci tangan dan membaca tulisan

tersebut memiliki pengetahuan latar belakang yang sama bahwa air yang berasal

dari keran tersebut akan mengalir apabila keran tersebut ditutup melebihi batas

akhir air keluar, yaitu keran diputar hingga ke tengah.

3.3.3 Tujuan

Pemakaian istilah ‘tujuan’ lebih netral daripada istilah ‘maksud’. Hal ini

disebabkan ‘tujuan’ tidak membebani pemakainya dengan suatu kemauan atau

motivasi yang sadar sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-

kegiatan yang berorientasi tujuan. Tujuan tuturan adalah makna yang ingin

disampaikan penutur melalui ujaran yang diungkapkan (Leech, 1996: 13).

Perhatikan contoh berikut ini.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 40: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

22

Universitas Indonesia

(15) Hematlah air!

Penutur mengatakana hal tersebut kepada petutur agar petutur memakai air

seperlunya saja sebab saat ini semakin sulit untuk mendapatkan air bersih.

3.3.4 Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal

Selain sebagai tindak tutur, kata ‘tuturan’ dalam pragmatik dapat pula

diartikan sebagai “produk” tindak tutur, sehingga sebuah tuturan dapat merupakan

suatu sentence-instance3 atau sentence-token

4, tetapi bukanlah suatu kalimat

(Leech, 1996: 14).

3.4 Deiksis

Cahyono (1995: 217) memaknai deiksis sebagai suatu cara untuk mengacu

ke hakekat tertentu dengan memakai bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut

makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi situasi pembicaraan. Senada

dengannya, Kushartanti (2005: 111) pun mendefinisikan deiksis sebagai cara

merujuk pada suatu hal yang berkaitan erat dengan konteks penutur. Yule

(2006:115) pun menyatakan bahwa deiksis adalah ‘pointing’ via language. Jadi,

deiksis adalah suatu cara untuk merujuk pada hal-hal yang berkaitan dengan

konteks penutur dengan jalinan ruang dan waktu.

Deiksis persona ditandai dengan pemakaian pronomina. Deiksis ruang

ditandai dengan adanya keterangan tempat maupun nomina demonstrativa.

Deiksis waktu ditandai dengan pemakaian keterangan waktu. Deiksis wacana

meliputi anafora dan katafora. Deiksis sosial didasarkan pada status sosial yang

mempengaruhi peran penutur dan petutur dalam percakapan. Oleh sebab itu,

Cahyono (1995: 218—219) mengadopsi Nababan (1987: 40) membagi deiksis

menjadi lima jenis, yaitu deiksis persona, deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis

wacana, dan deiksis sosial.

3 ‘Contoh kalimat’

4 ‘Tanda kalimat’

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 41: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

23

Universitas Indonesia

3.4.1 Deiksis Persona

Deiksis ini dapat dilihat pada bentuk-bentuk pronomina pembicara atau

penutur sebagai orang pertama dan pendengar atau petutur sebagai orang kedua.

Rujukan kepada orang yang bukan penutur atau petutur ujaran, baik hadir maupun

tidak, merupakan orang ketiga. Perhatikan contoh di bawah ini.

(16) Kalian harus mengumpulkan tugas ini sebelum ujian.

Mengacu pada contoh (16), maka kita dapat menyimpulkan bahwa kata ‘kalian’

adalah arah acuan dalam peserta percakapan. Bila kita tidak mengetahui konteks

situasinya maka kita tidak akan tahu arah acuan ujaran tersebut. Jika ujaran di atas

diucapkan oleh seorang dosen, maka kita dapat mengetahui bahwa kata ‘kalian’

mengacu kepada mahasiswa-mahasiswa yang diajarnya.

3.4.2 Deikasis Ruang

Deiksis ruang berkaitan erat dengan pemberian bentuk lokasi menurut

peserta percakapan dalam peristiwa bahasa. Perhatikan contoh di bawah ini.

(17) Dilarang merokok di sini.

Pada contoh (17), kata ‘di sini’ akan sulit diketahui acuannya bila tidak diketahui

lokasi ujaran di atas. Jika ujaran tersebut ditujukan kepada para pengguna SPBU,

maka dapat diketahui bahwa kata ‘di sini’ mengacu kepada SPBU sebagai lokasi.

3.4.3 Deiksis Waktu

Deiksis waktu ditunjukkan dengan pemakain keterangan waktu yang

diujarkan baik oleh penutur maupun petutur. Perhatikan contoh berikut.

(18) Saat ini lebih baik sedia payung.

Pada contoh (18), para pembaca akan sulit menginterpretasikan kata ‘saat ini’. Hal

ini terjadi karena kata ‘saat ini’ bisa bermakna ‘sekarang’ ataupun ‘bulan-bulan

sepanjang musim penghujan’.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 42: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

24

Universitas Indonesia

3.4.4 Deiksis Wacana

Deiksisi jenis ini merupakan suatu rujukan kepada hal-hal tertentu dalam

suatu wacana yang telah dipaparkan atau sedang dikembangkan. Deiksis ini

meliputi anafora5 dan katafora

6. Perhatikanlah contoh di bawah ini:

(19) Ayah pulang dari kantor dengan mengendarai motornya.

(20) Karena aromanya yang khas, durian itu banyak dibeli.

Bila dicermati dengan seksama, maka akan ditemukan sebuah pola, yaitu –nya

pada kalimat (19) dan (20) mengacu pada hal yang sama, yaitu subjek kalimat. –

nya pada kalimat (19) merujuk pada kata ayah yang telah disebutkan sebelumnya

sehingga kalimat ini dikategorikan sebagai anafora, sedangkan kalimat (20)

masuk dalam kategori katafora sebab substitusi –nya pada kata aroma merujuk

pada kata durian yang disebutkan kemudian.

3.4.5 Deiksis Sosial

Grundy (1995: 28) memberikan contoh pemilihan kata dalam bahasa

Prancis untuk menggambarkan deiksis sosial. Bahasa Prancis memiliki dua

macam penyebutan pronomina orang kedua, yaitu tu7 ‘kamu’ dan vous

8 ‘anda’.

Pemakaian kata tersebut bergantung pada status sosial antara penutur dan petutur.

Kata tu menunjukkan keintiman antara penutur dan petutur sedangkan kata vous

menunjukkan adanya jarak antara penutur dan petuturnya.

Levinson (1985: 90—91) sebagaimana dikutip Prasetiani (2004: 92—93)

menyatakan bahwa hal mendasar yang menjadi informasi hubungan yang

mempengaruhi deiksis sosial yang berlaku untuk semua bahasa di dunia adalah

relasional dan keabsolutan. Variasi relasional yang penting adalah sebagai berikut.

1. Relasi antara penutur dan acuan.

2. Relasi antara penutur dan petutur.

3. Relasi antara penutur dan orang yang dibicarakan.

4. Relasi antara penutur dan situasi.

5 Anafora adalah penunjukan kembali kepada sesuatu yang telah disebutkan dalam wacana dengan

substitusi ataupun pengulangan. 6 Katafora adalah penunjukan kepada sesuatu yang disebutkan kemudian di dalam suatu wacana.

7 Tu adalah persona kedua tunggal yang digunakan ketika penutur dan mitra tutur memiliki

hubungan yang akrab 8 Vous adalah persona kedua jamak yang digunakan ketika penutur dan mitra tutur tidak memiliki

hubungan yang akrab.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 43: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

25

Universitas Indonesia

Terkait dengan keabsolutan, tipe ini terbagi menjadi keabsolutan penutur dan

petutur. Keabsolutan penutur terdapat pada bahasa Tagalog di Thailand. Di dalam

bahasa Tagalog terdapat aturan tentang pemakaian morfem yang merupakan

partikel hormat. Morfem tersebut hanya boleh digunakan oleh laki-laki. Adapun

keabsolutan petutur dapat ditemukan pada pemakaian gelar orang yang diajak

bicara. Bahasa Inggris merupakan contoh bahasa yang memiliki keabsolutan

petutur. Hal ini ditandai dengan pemakaian gelar kepada bangsawan, yaitu ‘lord’

dan ‘sir’ (Grundy, 1995: 29).

Dalam masyarakat Jawa, deiksis sosial dapat ditemukan dengan mudah.

Hal ini terjadi sebab pada umumnya masyarakat Jawa menggunakan etiket bahasa

ketika sedang bertutur kata, yaitu pemilihan tingkatan bahasa yang berbeda sesuai

dengan kedudukan sosial penutur, petutur, atau orang yang dibicarakan. Dalam

bahasa Jawa, bentuk sapaan yang sepadan dengan Anda dapat dinyatakan dengan

panjenengan, sampeyan, kowe yang berurutan dari tingkat kesopanan berbahasa

paling tinggi hingga paling rendah (Cahyono, 1995: 219).

3.5 Tindak Tutur

Tindak tutur (speech act) merupakan seluruh komponen bahasa dan

nonbahasa yang melingkupi perbuatan bahasa yang utuh, berkaitan dengan peserta

percakapan, bentuk penyampaian amanat, topik, dan konteks amanat itu

(Kushartanti, 2005: 109). Yule (2006: 118) mendefinisikan tindak tutur as the

action performed by a speaker with an utterance. Dengan kata lain, tindak tutur

dapat dideskripsikan sebagai suatu tindakan untuk meminta, memerintahkan,

mempertanyakan, atau menginformasikan.

Austin menyatakan bahwa beberapa kalimat pernyataan dalam bahasa

tidak harus digunakan dengan maksud untuk membuat pernyaatan benar atau

salah. Namun, kalimat-kalimat pernyataan itu dapat digunakan untuk

“mengatakan” sesuatu. Dalam hal ini, Austin memaparkan kalimat-kalimat

pernyataan pun dapat digunakan untuk melakukan sesuatu secara aktif yang

kemudian disebut sebagai performatif (performatives). Berdasarkan hal tersebut,

Austin membagi tindak tutur menjadi tiga bagian, yaitu lokusi, ilokusi, dan

perlokusi (Cahyono, 1995: 223—224).

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 44: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

26

Universitas Indonesia

Lokusi adalah dasar tindakan dalam suatu ujaran atau pengungkapan

bahasa. Kemudian, ilokusi adalah tujuan yang terdapat dalam suatu ujaran,

sedangkan pengaruh dari lokusi dan ilokusi adalah perlokusi. Perhatikanlah

contoh berikut ini.

(18) Tutup pintu itu!

Pada kalimat (18) dapat diketahui bahwa terdapat tiga tindakan yang ada dalam

kalimat tersebut. Kalimat ‘tutup pintu itu’ merupakan ungkapan dari lokusi.

Perintah untuk menutup pintu adalah ilokusi dan aktivitas menutup pintu yang

dilakukan oleh petutur adalah perlokusi.

Leech (1993: 163—164) mengadopsi Searle (1979) mengklasifikasikan

daya ilokusi yang terdapat dalam setiap ujaran berdasarkan beberapa kriteria,

yaitu:

1. asertif (assertive) : keterikatan penutur pada kebenaran atau

kesesuaian proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan,

menyarankan, dan melaporkan;

2. direktif (directives) : bertujuan untuk menghasilkan tindakan dari

petutur, misalnya memerintah, memohon, menuntut, dan mengingatkan;

3. komisif (commissives) : melibatkan penutur dengan tindakan atau akibat

selanjutnya, misalnya berjanji, bersumpah, dan mengancam;

4. ekspresif (expressives): memperlihatkan sikap penutur pada kondisi

tertentu, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat,

memberi maaf, dan memuji; dan

5. deklaratif (declarations): tindak ilokusi yang menunjukkan perubahan

setelah diujarkan, misalnya menikahkan, menceraikan, mengundurkan

diri, dan menjatuhkan hukuman.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 45: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

27

Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM

4.1 Analisis Situasi Ujar

Pada subbab pertama dalam bagian ini, penulis akan mengupas tentang

empat aspek situasi ujar yang terdapat pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam. Aspek-

aspek tersebut adalah penutur dan petutur, konteks, tujuan, dan tuturan sebagai

produk tindak verbal. Mengupas aspek-aspek situasi ujar sangat penting dilakukan

sebab seperti yang telah penulis kemukakan di bab sebelumnya bahwa untuk

menganalisis makna sebuah tuturan dari segi pragmatik sangat erat hubungannya

dengan situasi ujar.

4.1.1 Penutur dan Petutur

Aspek ini dalam situasi ujar sangat penting. Hal ini disebabkan aspek

pertama pada situasi ujar sangat berkaitan dengan pihak yang menuturkan ujaran,

pihak penerima ujaran, dan pihak yang seharusnya menerima pesan yang

terkandung di dalam ujaran yang terdapat di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam.

Pada awal bab penelitian ini telah dikemukakan bahwa Abu Al-Qȃsim Al-

Šȃbȋ adalah penulis puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam. Hal ini menunjukkan bahwa Abu

Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ merupakan penutur yang ingin menyampaikan pesan kepada

penguasa yang lalim melalui puisi tersebut. Sejak Oktober 2010, Puisi Ila Ṭuḡȃti

Al-‘Ȃlam kembali disebarluaskan kepada khalayak luas, bukan hanya rakyat Mesir

tetapi juga seluruh manusia di muka bumi. Hal ini dilakukan sebab jauh sebelum

revolusi Mesir 25 Januari 2011 terjadi, puisi ini digunakan untuk menyemangati

rakyat Tunisia untuk mengusir penjajah, pemerintah Prancis tahun 1956, dari

tanah Tunisia. Lalu, para pejuang di Mesir melalui sosial media menyebarluaskan

kembali puisi karya Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ yang berjudul Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam

untuk menyulut semangat rakyat Mesir yang ketika itu sedang mengalami “titik

jenuh” terhadap kepemimpinan Presiden Mesir, Husni Mubarak. Berdasarkan hal

tersebut, dapat disimpulkan bahwa Husni Mubarak merupakan petutur yang

menjadi sasaran pesan yang terkandung di dalam puisi itu dan orang-orang yang

menerima dan menafsirkan puisi tersebut melalui sosial media atau pun sarana

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 46: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

28

Universitas Indonesia

lainnya merupakan penerima pesan dan bukan sasaran utama yang dituju oleh

penutur.

Pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam penutur dalam hal ini sang penyair

mengajak petutur berkomunikasi melalui tuturan-tuturannya. Hal tersebut dapat

dilihat melalui kalimat berikut ini.

أال أيها الظالم المستبد (21)

/alȃ ayyuhȃ al-ẓȃlimu al-mustabiddu/

‘Oh, wahai penguasa yang kejam lagi diktator’

Pada kalimat (21) penutur mengajak berbicara petutur sehingga diksi yang dipilih

oleh penutur adalah oh, wahai pengusa yang kejam lagi diktator. Bentuk

komunikasi yang dilakukan oleh penutur adalah dengan memakai sebuah kata

teguran berupa penguasa yang lalim yang ditujukan kepada Mubarak sebagai

Presiden Mesir saat itu. Berdasarkan hal tersebut, maka jelaslah bahwa sang

penyair, yaitu Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ, merupakan penutur dan Husni Mubarak

sebagai penguasa yang lalim merupakan petutur. Adapun orang-orang yang

mendengarkan puisi ini dituturkan merupakan penerima pesan yang dapat

menginterpretasikan isi tuturan sesuai pemahaman konteks yang dimiliki.

4.1.2 Konteks

Di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam salah satu kalimat yang menunjukkan

konteks terdapat pada kalimat berikut.

سخرت بأنات شعب ضعيف (22)

/saḵirta bi’annȃti šaʽbin ḍaʽȋfin/

‘Kau ejek rintihan rakyat lemah’

Penutur memilih kata ejek sebagai tuturan sebab petutur tidak mengindahkan

jeritan rakyat lemah yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan primernya

yang disebabkan tingginya harga kebutuhan pokok. Bentuk acuh tak acuh yang

ditunjukkan oleh petutur inilah yang dimaksudkan oleh penutur sebagai kau ejek

rintihan rakyat lemah.

Berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh petutur dan ditambah dengan

penyebarluasan puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam sejak akhir 2010 hingga masa revolusi

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 47: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

29

Universitas Indonesia

berlangsung membuat rakyat Mesir bersemangat untuk melakukan sebuah

perubahan. Perubahan yang signifikan dan mendasar dengan cara yang keluar dari

sistem yang berlaku yang disebut dengan revolusi.

4.1.3 Tujuan

Penutur menuturkan tuturan dalam bentuk puisi bertujuan untuk

memperingatkan penguasa yang lalim. Selain itu, tujuan tuturan di dalam puisi ini

adalah untuk mengajak rakyat Mesir untuk bergerak melawan kezaliman yang

telah dilakukan oleh petutur. Tuturan peringatan kepada petutur dapat ditemui di

dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam pada kalimat berikut ini.

حذار ! فتحت الرماد اللهيب (23)

/ḥaḏȃri! fataḥta al-ramȃdi al-lahȋbi/

‘Awas! Kau telah membuka abu api yang membara’

ومن ي بذر الشوك ين اجلراح (24)

/wa man yabḏuri al-šauka yajni al-jirȃḥi/

‘Siapa yang menabur duri akan menuai luka’

Pada kalimat (23) muncul bentuk interjektif sebagai bentuk seruan penutur

terhadap petutur, yaitu kata awas! Kau telah membuka abu api yang

membara. Berdasarkan tuturan tersebut, penutur ingin memperingatkan

petutur bahwa ia telah membuat geram rakyat Mesir atas perbuatan yang

telah dilakukannya, di antaranya tidak mengindahkan kesulitan rakyat

kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup yang disebabkan tingginya harga

kebutuhan pokok. Kemudian, penutur mempertegas peringatannya dengan

menuturkan siapa yang menabur duri akan menuai luka. Hal tersebut

memiliki arti bahwa petutur akan memperoleh hasil dari perbuatan yang

telah dilakukannya terhadap rakyat Mesir. Hasil dari perbuatan yang

kemudian diperoleh petutur adalah pemakzulan petutur dari kursi

kepresidenan. Perjuangan rakyat Mesir membuahkan hasil. Pada 11

Februari 2011, Mubarak mundur dari jabatannya sebagai Presiden Mesir.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 48: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

30

Universitas Indonesia

4.1.4 Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal

Tuturan sebagai produk tindak verbal dalam penelitian ini berupa puisi

yang diujarkan oleh Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ. Puisi tersebut berjudul Ila Ṭuḡȃti Al-

‘Ȃlam ‘Teruntuk Tirani Dunia’ dan terdiri dari 18 bait. Berdasarkan konteksnya,

puisi ini diperuntukkan kepada pemimpin Mesir, Husni Mubarak, yang telah

berbuat zalim kepada rakyatnya. Puisi ini lah yang disebut dengan tuturan sebagai

produk tindak verbal dan salah satu contoh tuturan sebagai produk tindak verbal

yang terdapat di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam adalah sebagai berikut.

وأشربته الدمع ، حت ثل (25)

/wa ašrabtahu al-damʽa, ḥattȃ ṯamili/

‘Kau telah memberi mereka minum dengan air mata hingga

kembung’

Penutur menuturkan kepada petutur bahwa kau telah memberi rakyat Mesir

minum dengan air mata hingga kembung. Tuturan ini lah yang disebut dengan

tuturan sebagai produk tindak verbal.

4.2 Analisis Deiksis

Pada subbab kedua, penulis akan menganalisis deiksis yang ada di dalam

puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam karya Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ. Dalam kesempatan ini,

deiksis yang akan dianalisis adalah deiksis persona, deiksis ruang, deiksis waktu,

deiksis wacana, dan deiksis sosial.

4.2.1 Deiksis Persona

Pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam dapat ditemukan sebanyak sembilan belas

deiksis persona. Sembilan belas deiksis persona tersebut dapat dilihat di dalam

dua belas kalimat berikut.

أال أيها الظالم المستبد (26)

/alȃ ayyuhȃ al-ẓȃlimu al-mustabiddu/

‘Oh, wahai penguasa yang kejam lagi diktator’

Pada kalimat (26) di atas bentuk deiksis persona tidak ditunjukkan dengan

pronomina persona. Kalimat tersebut memakai bentuk sapaan sebagai bentuk

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 49: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

31

Universitas Indonesia

deiksis persona. Bentuk deiksis yang ditunjukkan melalui kata sapaan ‘penguasa

yang kejam lagi diktator’ diperuntukkan kepada persona kedua yang

berkedudukan sebagi petutur.

Kata الظامل املستبد merujuk kepada petutur sebab beliau adalah pemimpin

Mesir kala itu dan memiliki kekuasaan untuk mengeksekusi produk-produk

pemerintahan. Secara otomatis, tanggung jawab untuk menyejahterakan rakyat

Mesir pun diemban olehnya. Namun, rakyat Mesir sudah tidak ingin dipimpin lagi

oleh Sang Presiden sebab kediktatoran yang telah diterapkan olehnya.

سخرت بأنات شعب ضعيف (27)

/saḵirta bi’annȃti šaʽbin ḍaʽȋfin/

‘Kau ejek rintihan rakyat lemah’

Kalimat di atas diujarkan oleh sang penyair, yaitu Abu Al-Qȃsim Al-Šȃbȋ, yang

berkedudukan sebagai penutur. Penutur mengujarkan kalimat tersebut kepada

petuturnya melalui puisi yang beliau beri judul Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam. Bentuk

deiksis yang ada di dalam kalimat di atas ditandai dengan pemakaian pronomina

persona kedua laki-laki tunggal, yaitu أنت ‘kau’ yang melekat pada verba perfektif.

Bentuk deiksis persona pada kalimat ini berkedudukan sebagai subjek pada

kalimat (27). Seorang pemimpin negara biasanya dihormati, tetapi tidak demikian

dengan Mubarak. Hal tersebut berimplikasi pada kata yang dipilih oleh penutur

dalam menyampaikan tuturan di atas. Kata أنت lebih dipilih penutur sebagai

pronomina persona dari الظامل املستبد dan bukan pronomina أنتم. Selain itu, ada pula

kata شعب ضعيف ‘rakyat lemah’ yang merupakan orang ketiga pada puisi ini. Kata

tersebut menunjukkan deiksis persona pula.

وكف ك م ضوب ة م ن دماه (28)

/wa kaffuka maḵḍȗbatu min dimȃhu/

‘Telapak tanganmu berlumuran darah mereka’

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 50: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

32

Universitas Indonesia

Pada kalimat (28) terdapat dua bentuk deiksis persona, yaitu ‘kamu’ dan ‘mereka’.

Deiksis persona kedua yang ditunjukkan oleh kalimat di atas berbeda dengan

deiksis persona kedua pada kalimat (27). Pada kalimat (27), deiksis persona kedua

dapat ditemukan melekat pada verba perfektif, سخرت. Namun, pada kalimat (28),

deiksis persona kedua ditemukan melekat pada nomina كف dan bersifat posesif.

Adapun kata mereka adalah bentuk deiksis persona ketiga. Sebenarnya, hu

pada kata دماه memiliki makna orang ketiga tunggal dan berkelamin maskulin. Hu

merujuk kepada شعب ضعيف yang berbentuk mufrad ‘tunggal’ sehingga subtitusi

kata tersebut adalah hu dan bukan hum. Ungkapan شعب ضعيف merupakan istilah

bagi “korban” kediktatoran petutur kala itu yang termuat di dalam kalimat

sebelumnya.

ه سحر الوجود (29) وسرت تشو

/wa sirta tušawwihu siḥra al-wujȗdi/

‘Kau berjalan menyerupai pesona eksistensi’

Deiksis persona pada kalimat (29) merupakan repetisi dari deiksis persona yang

terdapat pada kalimat (27). Pronomina persona yang digunakan adalah bentuk

pronomina persona kedua tunggal laki-laki, أنت, berupa sufiks ت pada verba

perfektif berjalan dan prefiks ت pada verba imperfektif menyerupai. Pada verba

imperfektif, kata ganti persona yang melekat padanya ditandai dengan pemakaian

huruf ي ,ن ,ت ,ء.

و ت ب ذ ر ش و ك ال س ى يف رباه (30)

/wa tabḏuru šauka al-asȃ fȋ rubȃhu/

‘Kau menabur duri kesedihan di cakrawala’

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 51: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

33

Universitas Indonesia

Kali ini, pada kalimat (30), bentuk deiksis persona kedua ditemukan melekat pada

verba imperfektif ت ب ذ ر. Pada kalimat ini penutur berpesan kepada petutur bahwa ia

bukan hanya telah melakukan aktivitas menabur duri, melainkan telah menabur

duri pada masa yang berkelanjutan. Berdasarkan konteksnya, kata kau menabur

duri kesedihan di cakrawala bukanlah bermakna denotasi, melainkan konotasi.

Makna yang terkandung di dalamnya adalah petutur telah dan akan melukai

rakyatnya dengan segala keputusan dan tindakan yang diambilnya.

رويدك ! ال يخدعنك الربيع (31)

/ruwaidaka! lȃ yaḵdaʽanka al-rabȋʽu/

‘Tunggu! Musim semi tidak akan menipumu’

Pada kalimat (31) kata رويدك secara kasat mata tidak ditemukan bentuk deiksis

persona. Namun, bila ditelaah lagi, maka akan diketahui bahwa kata tersebut

berstruktur interjektif yang berbentuk seruan dan mengandung unsur imperatif. Di

dalam kata yang bertujuan memerintah terkandung deiksis persona kedua, yaitu

kamu. Hal ini terjadi sebab sebuah bentuk perintah tidak dapat ditujukan kepada

orang ketiga (غ ائ ب) maupun orang pertama (م ت ك ل م). Kata ال خيدعنك /lȃ yaḵda‘anka/

‘tidak menipumu’ pun mengandung deiksis persona, yaitu deiksis persona kedua.

Berbeda dengan sebelumnya, deiksis persona pada kata ini dapat ditemukan

secara jelas dan berkedudukan sebagai objek.

حذار ! فتحت الر ماد اللهيب (32)

/ḥaḏȃri! fataḥta al-ramȃdi al-lahȋbi/

‘Awas! Kau telah membuka abu api yang membara’

Senada dengan pembahasan sebelumnya, kali ini pun kata tidak حذار

menampakkan deiksis persona. Hal ini terjadi sebab kata tersebut berbentuk

imperatif. Struktur imperatif di atas tidak menampakkan pronomina persona tetapi

sebenarnya mengandung pronomina persona kedua yang bersifat deiksis. Selain

itu, pada kalimat (32) juga terdapat deiksis persona kedua yang terdapat pada kata

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 52: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

34

Universitas Indonesia

Di dalam kalimat di atas, deiksis persona kedua ditemukan melekat pada .فتحت

verba perfektif. Penutur menuliskan seperti itu sebab petutur benar-benar telah

membuka, walau pun bukan pintu, luka dan rasa sakit yang begitu mendalam bagi

rakyat Mesir.

تأمل ! هنالك .. أن حصدت (33)

/ta’ammal! Hunȃlika..’ annȃ ḥaṣadta/

‘Lihatlah! Di sanaakan ada yang kau tuai’

Pada kalimat (33) ada dua deiksis persona yang berbeda bentuk. Deiksis persona

yang pertama ditampilkan oleh kalimat di atas adalah dalam bentuk verba

imperatif ( تأمل). Seperti pada pembahasan sebelumnya tentang kata yang

berbentuk imperatif, pada verba imperatif pun pronomina persona kedua tidak

ditampakkan secara eksplisit. Namun, telah diketahui bersama bahwa verba

imperatif ditujukan kepada orang kedua,dalam hal ini petutur. Di dalam kata

,Berdasarkan konteksnya .أنت pun terdapat deiksis persona kedua, yaitu حصدت

yang akan dituai oleh petutur bukanlah padi yang ada di sawah, melainkan

dampak yang akan dirasakan olehnya sebagai akibat dari kelaliman yang telah

dilakukannya dalam memimpin rakyat Mesir.

اب (34) ورو ي ت بالدم ق لب الت

/wa rawwaita bi al-dami qalba al-turȃbi/

‘Kau telah menyiram jantung bumi dengan darah’

Kalimat (34) memiliki satu bentuk deiksis persona. Deiksis persona ditandai

dengan pemakaian al-ḍamiru al-muttaṣil, yaitu pada kata رو ي ت. Sufiks ت pada

kata tersebut merupakan representasi pronomina persona kedua tunggal, أنت yang

merujuk kepada petutur. Berdasarkan konteksnya, sang pemimpin negeri piramid

telah memberikan hal yang tidak baik kepada rakyatnya yang direpresentasikan

dengan kata jantung bumi.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 53: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

35

Universitas Indonesia

وأشربته الدمع، حت ثل (35)

/wa ’ašrabtahu al-damʽa, ḥattȃ ṯamili/

‘Kau telah memberinya minum dengan air mata hingga kembung’

Pada kalimat (35) terdapat dua deiksis persona di dalam satu verba. Mereka

adalah kamu, yang merujuk kepada الظامل املستبد, sebagai deiksis persona kedua dan

mereka, yang ditujukan kepada شعب ضعيف, sebagai deiksis persona ketiga.

Berdasarkan konteksnya, penutur ingin mengingatkan petuturnya bahwa ia telah

membuat rakyat Mesir merana hingga tak terbantahkan lagi, terlebih dengan

kediktatoran yang diterapkannya.

سيجرفك السيل، سيل الدماء (36)

/sayajrifuka al-sailu, sailu al-dimȃ’i/

‘Banjir akan menerpamu, banjir darah’

Di dalam kalimat (36), pronomina persona ditemukan bukan sebagai subjek

melainkan sebagai objek. Pamakain sufiks ك pada verba imperfektif سيجرف

menandakan bahwa pronomina persona yang digunakan adalah أنت. Berdasarkan

hal tersebut, dapat diketahui bahwa deiksis yang terdapat di dalam verba سيجرف

merupakan deiksis persona kedua.

Pada kalimat di atas, penutur menyampaikan pesan kepada petutur bahwa

akan banyak darah yang tumpah. Darah merupakan analogi bagi rakyat Mesir

yang meninggal dunia, rakyat Mesir yang akan menjadi korban atas segala

kesewenang-wenangan yang telah dilakukannya.

ويأكلك العاصف املشتعل (37)

/wa ya’kuluka al-ʽȃṣifu al-muštaʽilu/

‘(Dan) badai yang menghancurkan akan melahapmu’

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 54: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

36

Universitas Indonesia

Pada kalimat (37) deiksis persona dapat ditemukan dan tampak jelas melekat pada

verba imperfektif ( رعاالفعل املض ). Ia berkedudukan sebagai objek di dalam kalimat

(37) dan merupakan deiksis persona kedua, yaitu ك ‘kamu’.

4.2.2 Deiksis Ruang

Pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam, ada dua deiksis ruang yang terkandung di

dalamnya. Perhatikanlah kalimat berikut.

تأمل ! هنالك .. أن حصدت (38)

/ta’ammal! Hunȃlika.. ’annȃ ḥaṣadta/

‘Lihatlah! Di sana.. akan ada yang kau tuai’

Deiksis ruang yang terdapat pada kalimat di atas ditandai dengan pemakaian

nomina demonstrativa, yaitu di sana. Salah satu syarat suatu nomina

demonstrativa dikategorikan bersifat deiksis adalah kata tersebut berorientasi

kepada peserta tutur. Kata di sana berorientasi kepada penutur dan ditujukan

kepada petutur bahwa di sana, di Mesir, akan ada yang diterima oleh petutur

sebagai implikasi dari tindakan-tindakan yang telah diperbuatnya terhadap rakyat

Mesir.

ففي األفق الر حب هول الظالم (39)

/fafȋ al-’ufuqi al-ruḥbi haulu al-ẓulȃmi/

‘Pada cakrawala yang luas ada teror kegelapan’

Biasanya deiksis ruang ditandai dengan nomina demonstrativa, tetapi pada

kalimat di atas ditemukan kata keterangan tempat, yaitu pada cakrawala yang

luas. Kata tersebut merupakan sebuah ungkapan yang bersifat konotatif. Penutur

menggambarkan kondisi rakyat Mesir yang kelam, mencekam, dan sangat

mengerikan dengan segala kesewenang-wenangan yang telah dilakukan oleh

pemimpin negara yang negerinya dilalui oleh Sungai Nil.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 55: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

37

Universitas Indonesia

4.2.3 Deiksis Waktu

Terdapat tiga bentuk deiksis waktu yang terdapat pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-

‘Ȃlam. Untuk melihat bentuk deiksis yang dimaksud, perhatikan kalimat berikut.

حذار ! فتحت الر ماد اللهيب (40)

/ḥaḏȃri! Fataḥta al-ramȃdi al-lahȋb/

‘Awas! kau telah membuka abu api yang membara’

Pada kalimat (40), tidak ditemukan pemakaian kata keterangan waktu. Dalam

bahasa Arab, bentuk keterangan waktu dapat ditemukan melalui verba yang

digunakan di dalam tuturan. Dengan demikian, pemakaian verba dalam bahasa

Arab mengandung unsur waktu.

Unsur waktu yang terdapat pada verba perfektif dalam kalimat di atas

merupakan bagian analisis penulis. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui

bahwa kalimat di atas memiliki bentuk deiksis waktu yang terkandung di dalam

verba فتح. Waktu lampau merupakan bentuk deiksis waktu yang terdapat di dalam

verba perfektif tersebut. Berdasarkan konteksnya, penutur ingin menyampaikan

kepada petutur bahwa Husni Mubarak telah membuka “pintu” kebencian yang

teramat sangat pada diri rakyat Mesir. Hal ini mengakibatkan rakyat Mesir

melakukan tindakan perlawanan terhadap petutur.

سيجرفك السيل، سيل الدماء (41)

/sayajrifuka al-sailu, sailu al-dimȃ’i/

‘Banjir akan menerpamu, banjir darah’

Senada dengan pembahasan sebelumnya, pada kalimat (41) pun tidak ditemukan

kata keterangan waktu. Namun, bentuk keterangan waktu dapat ditemui pada

verba yang mengawali kalimat verba ( ملة الفعليةاجل ) di atas. Apabila pada kalimat

(40) keterangan waktu ditemui pada verba perfektif, maka pada kalimat (41),

keterangan waktu dapat ditemui dalam bentuk verba imperfektif. Bentuknya

ditandai dengan pemakaian الفعل املضارع berupa prefiks س sebagai penanda kala

mendatang. Hal ini berarti ketika penutur menuturkan tuturan di atas, peristiwa

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 56: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

38

Universitas Indonesia

yang diujarkannya belum terjadi. Kezaliman yang telah dilakukan oleh petutur

telah membuat rakyat Mesir sengsara bahkan hingga meninggal.

ويأكلك العاصف املشتعل (42)

/wa ya’kuluka al-ʽȃṣifu al-muštaʽilu/

‘Dan badai yang menghancurkan akan melahapmu’

Deiksis waktu pada kalimat di atas pun tidak tampak secara eksplisit di dalam

tuturan tersebut. Namun, bentuk deiksis waktu dapat dipahami dari pemakaian

verba. Verba yang dipakai di dalam kalimat tersebut merupakan verba imperfektif

Al-Fi‘lu al-muḍȃri‘ tidak hanya mengandung makna kala kini, tetapi .(الفعل املضارع)

juga mengandung makna kala mendatang. Pada tuturan di atas, الفعل املضارع

bermakna kala mendatang.

تأمل ! هنالك .. أن حصدت (43)

/ta’ammal! Hunȃlika.. ’annȃ ḥaṣadta/

‘Lihatlah! Di sana.. akan ada yang kau tuai’

Verba imperatif yang terdapat pada tuturan (43) mengandung unsur waktu, yaitu

masa mendatang. Hal ini terjadi sebab tindakan yang dilakukan adalah hasil dari

perintah yang baru dilaksanakan setelah verba imperatif dituturkan oleh penutur

yang ditujukan terhadap petutur. Berdasarkan hal tersebut, verba imperatif

memiliki unsur waktu mendatang.

4.2.4 Deiksis Wacana

Analisis terhadap deiksis wacana pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam dapat

ditemukan sebanyak empat kalimat. Kalimat-kalimat yang dimaksud akan

dipaparkan di bawah ini.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 57: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

39

Universitas Indonesia

سخرت بأنات شعب ضعيف (44)

/saḵirta bi’annȃti šaʽbin ḍaʽȋfin/

‘Kau ejek rintihan rakyat lemah’

Kata سخرت pada kalimat di atas mengandung pronomina أنت. Apabila tuturan di

atas hanya dibaca sekilas, maka pronimina أنت pada verba سخر tidak diketahui

merujuk kepada siapa. Namun, bila puisi ini dibaca secara menyeluruh dan

seksama, maka dapat ditemukan dan diketahui bahwa pronomina tersebut merujuk

kepada الظامل املستبد ‘penguasa yang lalim’ yang terdapat pada kalimat (26).

Penunjukan kembali kepada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya di dalam

wacana merupakan bentuk anafora. Anafora adalah bagian dari deiksis wacana.

وكف ك م ضوب ة م ن دماه (45)

/wa kaffuka maḵḍȗbatu min dimȃhu/

‘Telapak tanganmu berlumuran darah mereka’

Kata دماه pada kalimat di atas memiliki dua bentuk deiksis, yaitu deiksis persona

dan deiksis wacana. Namun di sini, penulis akan membahas tentang deiksis

wacana saja sebab ulasan tentang deiksis persona sudah dilakukan sebelumnya.

Sufiks ه /hu/ pada kata دماه /dimȃhu/ merupakan bentuk kepemilikan. Kepemilikan

yang bersandar pada kata دماء /dimȃun/ ‘darah-darah’ merupakan sebuah

substitusi. Pemakaian ḍamir hu bukanlah merujuk kepada kata darah-darah. Hu

hanyalah bentuk posesif terhadap darah-darah tetapi tidak merujuk kepada kata

rakyat yang‘ شعب ضعيف itu sendiri. Ḍamir hu merupakan substitusi dari دماء

lemah’ yang berbentuk mufrad ‘tunggal’ tetapi merepresentasikan banyak orang

yang hidup di suatu negara sehingga pemaknaannya menjadi mereka, bukan -nya.

Kalimat berikut ini pun termasuk dalam jenis anafora.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 58: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

40

Universitas Indonesia

تأمل ! هنالك .. أن حصدت (46)

/ta’ammal! Hunȃlika.. ’annȃ ḥaṣadta/

‘Lihatlah! Di sana.. akan ada yang kau tuai’

Berbeda dengan dua kalimat sebelumnya, kalimat (46) bukanlah tergolong ke

dalam anafora. Hal tersebut dapat diamati dari kalimat akan ada yang kau tuai.

Bila dilihat konteksnya, kata akan ada yang kau tuai akan merujuk pada tuturan

berikutnya di dalam puisi ini. Sesuatu yang akan dituai oleh penguasa yang zalim

adalah رؤوس الورى ، وزهور المل /ru’ûsa al-warȃ, wazuhûra al-’amali/. Berdasarkan hal

tersebut lah, kalimat di atas termasuk dalam katafora yang merupakan bagian dari

deiksis wacana.

وأشربته الدمع، حت ثل (47)

/wa ašrabtahu al-damʽa, ḥattȃ ṯamili/

‘(Dan) kau telah memberi mereka minum dengan air mata hingga

kembung’

Dalam kalimat di atas terdapat dua deiksis wacana. Bentuk deiksis wacana di

dalam kalimat (47) dapat dijumpai pada kata أشربته. Di dalam kata tersebut ada

pronomina أنت ‘kau’ sebagai subjek sehingga berupa sufiks ت pada verba perfektif

dan ه و ‘dia’ sebagai posesif sehingga berupa sufiks ه. Kata kau merupakan bentuk

substitusi dari penguasa yang lalim yang telah dituturkan di awal tuturan. Adapun

kata mereka merupakan bentuk repetisi sufiks ه seperti yang terdapat pada kata

darah-darah yang terdapat pada kalimat (28). Hu pada kalimat (47) pun merujuk

kepada rakyat yang lemah yang terdapat pada kalimat (27). Hal ini berarti tuturan

di atas merupakan bentuk anafora yang menjadi bagian deiksis wacana.

4.2.5 Deiksis Sosial

Penulis menemukan satu bentuk deiksis sosial yang terdapat di dalam puisi

Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam. Deiksis sosial pada puisi tersebut dapat dilihat pada tuturan

berikut.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 59: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

41

Universitas Indonesia

أال أيها الظالم المستبد (48)

/’alȃ ’ayyuhȃ al-ẓȃlimu al-mustabiddu/

‘Oh, wahai penguasa yang kejam lagi diktator’

Pemilihan kata الظامل املستبد merepresentasikan relasi antara penutur dan petutur.

Ketika penutur dan petutur memiliki relasi yang akrab, maka kata yang dipilih pun

akan merepresentasikan kedekatan hubungan di antara mereka. Penutur memakai

kata ‘penguasa yang kejam’ yang ditujukan kepada petutur, dalam hal ini Husni

Mubarak sebagai pemimpin Mesir, mengindikasikan bahwa, pertama, relasi antara

penutur dan petutur tidak akrab. Kedua, petutur bukanlah pemimpin yang

bertanggung jawab, memiliki integritas, dan melayani konstituen, dalam hal ini

rakyat Mesir, dengan baik sehingga ia dicap seperti itu. Ketiga, penutur memilih

kata tersebut agar mendapat perhatian dari petuturnya sehingga pesan yang

terkandung di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam dapat diterima petutur dan

dijadikan bahan instrospeksi.

4.3 Analisis Tindak Tutur

Pada subbab terakhir, penulis akan memaparkan analisis tindak tutur yang

terdapat dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam. Tindak tutur yang terdapat pada puisi ini

merupakan tindak tutur tidak langsung. Hal ini disebabkan penyampaian pesan

yang dilakukan oleh penutur bukanlah secara langsung seperti dalam sebuah

percakapan langsung (tatap muka). Namun, tuturan yang terkandung di dalam

puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam merupakan bentuk tindak tutur yang dituturkan oleh

penutur. Oleh sebab itu, tindak tutur yang terdapat pada puisi ini disebut sebagai

tindak tutur tidak langsung.

4.3.1 Tindak Tutur Austin

Pada kesempatan ini, penulis memapaparkan tindak tutur berdasarkan teori

yang dikemukakan oleh Austin. Austin mengemukakan bahwa tindak tutur terdiri

atas tiga hal. Ketiga hal tersebut yaitu lokusi sebagai tuturan dari penutur, ilokusi

sebagai tujuan tuturan yang menimbulkan interpretasi di benak petutur, dan

perlokusi sebagai action dari hasil interpretasi.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 60: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

42

Universitas Indonesia

Data 1

Tuturan di atas merupakan satu kesatuan lokusi yang dituturkan oleh sang

penyair. Penutur menuturkan tuturan di atas dengan tujuan untuk membuat petutur

memperhatikan hal yang dituturkannya. Ia ingin menarik perhatian petutur dengan

memakai diksi yang berlebih. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan kata أال أيها

‘oh, wahai’ yang memiliki makna serupa, yaitu bentuk teguran kepada petutur.

Selain itu, penutur pun memakai diksi yang kontradiktif. Hal tersebut

dapat dilihat pada baris kedua, yaitu حبيب الظالم ‘kekasih kegelapan’. Kata kekasih

biasanya ditujukan untuk orang yang disayang dan menjadi dambaan hati. Namun,

pada tuturan di atas kata kekasih dialamatkan kepada sesuatu yang kelam dan

gelap. Hal yang kelam dan gelap biasanya identik dengan hal mistis atau pun

kejahatan. Frasa kekasih kegelapan yang digunakan oleh penutur sangat jelas

ditujukan kepada orang yang lekat dengan tindak kesewenang-wenangan. Selain

itu, penyair memilih diksi itu untuk menarik perhatian dari petutur juga penerima

pesan.

Kemudian, cara lain yang digunakan oleh penutur untuk menarik perhatian

petutur adalah dengan menuturkan kau ejek rintihan rakyat lemah. Telapak

tanganmu berlumuran darah mereka. Secara logika, ketika seseorang melakukan

حبيب الظالم، عدو احلياه أال أيها الظامل املستبد

Alȃ ayyuhȃ al-ẓȃlimu al-mustabiddu Ḥabȋbu al-ẓalȃma, ‘aduwwu al-

ḥayȃh Oh, wahai penguasa yang kejam

Kekasih kegelapan, musuh

kehidupan

وكف ك مضوبة من دماه سخرت بأنات شعب ضعيف

Saḵirta bi’annȃti šaʽbin ḍaʽȋfin Wa kaffuka maḵḍȗbatu min

dimȃhu Kau ejek rintihan rakyat lemah

Telapak tanganmu berlumuran

darah mereka

وت ب ذ ر شوك السى يف رباه وسرت تشو ه سحر الوجود

Wa sirta tušawwihu siḥra al-wujȗdi Wa tabḏuru šawka al-asȃ fȋ

rubȃhu Kau berjalan menyerupai pesona eksistensi

Kau menabur duri kesedihan di

cakrawala

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 61: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

43

Universitas Indonesia

aktivitas mencela orang lain, maka tidaklah mungkin dengan seketika akan

menimbulkan kematian yang dianalogikan dengan tuturan telapak tanganmu

berlumuran darah mereka. Namun, aktivitas mencela yang dimaksudkan sang

penutur adalah petutur acuh terhadap aspirasi yang dilontarkan oleh rakyat Mesir

tentang harga kebutuhan pokok yang melonjak. Hal ini berdampak pada

penderitaan rakyat. Rakyat Mesir menjadi sulit untuk memenuhi kebutuhan

primernya, khususnya pangan. Ketika pangan sulit untuk didapatkan, maka

implikasinya adalah banyak rakyat yang kelaparan bahkan meninggal. Hal ini lah

yang dimaksudkan penutur dengan tuturan telapak tanganmu berlumuran darah

mereka.

Lalu, pada bait kelima dan keenam pun penutur menuturkan kepada

petutur bahwa ia berjalan menyerupai pesona eksistensi dan menabur duri

kesedihan di cakrawala. Tuturan tersebut pun merupakan cara penutur agar atensi

petutur terarah pada apa yang dituturkannya di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam.

Penutur menyatakan kepada petutur bahwa ia tetap menjalankan program-

programnya secara diktator hanya untuk sebuah eksistensi atau sering disebut

dengang istilah pencitraan. Perilaku petutur yang seperti itu telah membuat sedih

bahkan geram masyarakat Mesir yang dianalogikan dengan kata cakrawala.

Pada akhirnya perlokusi yang timbul yang disebabkan oleh enam bait

tuturan di atas adalah petutur memerhatikan puisi yang diujarkan sang penutur. Itu

adalah perlokusi pertama. Perlokusi kedua adalah petutur bukan hanya

memperhatikan tuturan dari penutur, tetapi juga menyimak apa yang dituturkan

oleh penutur agar petutur tetapi menyimak tuturan-tuturan berikutnya yang

terdapat di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam.

Data 2

ال خيدعنك الربيع ! رويدك وصحو الفضاء، وضوء الصباح

Wa ṣaḥwu al-faḍȃi, wa ḍau’u al-

ṣabȃḥi Ruwaydaka! lȃ yaḵdaʽanka al-rabȋʽu

Terangnya langit dan cahaya pagi Tunggu! Musim semi tidak akan tertipu

olehmu

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 62: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

44

Universitas Indonesia

ففي الفق الرحب هول الظالم وقصف الر عود، وعصف الر ياح

Wa qaṣfu al-ru‘ûdi, wa ‘aṣfu al-riyȃḥi Fafȋ al-ufuqi al-ruḥbi hawlu al-ẓulȃmi

Gemuruh petir dan badai angin Pada cakrawala yang luas ada teror

kegelapan Tuturan di atas adalah bentuk lokusi yang ada di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-

‘Ȃlam. Penutur bermaksud untuk menginformasikan kepada petutur tentang hal-

hal yang telah dilakukannya. Tuturan yang disampaikan di atas oleh penutur

merupakan kalimat analogi yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Penulis

mengklasifikasikan maksud dari tuturan di atas sebagai ilokusi.

Di awal tuturan, penutur memilih kata tunggu agar atensi petutur tidak

beralih ke hal yang lain. Lalu, penutur pun melanjutkan tuturannya dengan

menyatakan bahwa musim semi tidak akan tertipu olehmu. Istilah musim semi

biasanya digunakan sebagai ungkapan untuk sesuatu yang bermekaran, merekah,

indah, dan enak untuk dipandang. Istilah terangnya langit dan cahaya pagi

identik dengan semangat yang membara. Pada konteks di sini, frasa musim semi,

terangnya langit, dan cahaya pagi merupakan analogi tentang rakyat Mesir yang

bersemangat dalam menjalani kehidupannya walaupun tidak demikian dengan

kondisi negaranya. Perlu dicermati dengan seksama, pada tuturan di atas, frasa

musim semi disandingkan dengan kata-kata yang kontras dengannya, yaitu tidak

akan tertipu olehmu. Hal ini menandakan bahwa rakyat Mesir yang sedang

bersemangat menjalani kehidupannya tidak akan tertipu oleh tindakan-tindakan

yang mengukuhkan eksistensi diri Husni Mubarak sebagai penguasa Mesir.

Kemudian, pada tuturan berikutnya penutur mengungkapkan kepada

petutur bahwa pada cakrawala yang luas ada teror kegelapan. Kata cakrawala

yang luas menggambarkan betapa luas wilayah Mesir dan begitu banyak rakyat

yang harus dinaungi oleh penguasa. Namun, petutur, sebagai penguasa Mesir,

melakukan kebijakan yang membuat rakyat menjadi resah. Terlebih, penutur

menegaskan tuturan sebelumnya dengan menuturkan gemuruh petir dan badai

angin. Ini menambah keresahan rakyat bahwa apa yang dilakukan penguasa akan

berdampak negatif. Berdasarkan hal tersebut, perlokusinya adalah perubahan

perilaku petutur dalam menjalankan pemerintahan dan produk-produk

pemerintahan.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 63: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

45

Universitas Indonesia

Data 3

الرماد اللهيب فتحت ! حذار ي بذر الشوك ين اجلراحومن

Wa man yabḏuri al-šauka

yajni al-jirȃḥi Ḥaḏȃri! Fataḥta al-ramȃdi al-lahȋbu

Siapa yang menabur duri akan menuai

luka Awas! Kau telah membuka abu api

yang membara أن حصدت .. هنالك ! تأمل رؤوس الورى ، وزهور المل

Ru’ûsa al-warȃ, wa

zuhûra al-amali Ta’ammal! Hunȃlika.. ’annȃ ḥaṣadta

Kepala orang-orang dan bunga-bunga

harapan Lihatlah! Di sana..akan ada yang kau

tuai

اب ي ورو وأشربته الدمع، حت ثل ت بالدم ق لب الت

Wa ašrabtahu al-damʽa, ḥattȃ ṯamili Wa rawwayta bi al-dami

qalba al-turȃbi

Kau telah memberi mereka minum

dengan air mata hingga kembung Kau telah menyiram jantung bumi

dengan darah سيجرفك السيل، سيل الدماء ويأكلك العاصف املشتعل

Wa ya’kuluka al-ʽȃṣifu al-muštaʽilu Sayajrifuka al-saylu, saylu al-dimȃ’i

Dan badai yang menghancurkan akan

melahapmu Banjir akan menerpamu, banjir darah

Pada data 3, seluruh tuturan di atas merupakan lokusi sebab lokusi adalah

pengukapan bahasa yang berupa tuturan. Adapun pesan yang ingin disampaikan

oleh penutur merupakan ilokusi. Penutur ingin memperingatkan petutur bahwa

segala hal yang dilakukannya akan memiliki respons, baik itu positif atau pun

negatif. Layaknya hukum kausal, ada sebab pasti akan ada akibat.

Bentuk peringatan pertama yang diujarkan oleh penutur adalah melalui

tuturan awas! Kau telah membuka abu api yang membara dan siapa yang

menabur duri akan menuai luka. Bila tuturan tersebut dipahami lebih dalam, maka

hukum sebab-akibat sangat jelas adanya. Penutur memperingatkan petutur tentang

dampak yang akan diterimanya bila petutur membuka abu api yang sedang

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 64: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

46

Universitas Indonesia

membara. Abu api yang membara merupakan analogi untuk rakyat Mesir yang

geram dengan perbuatan yang dilakukan sang pengusa. Kemudian, penutur

menambahkan bahwa duri yang telah ditaburnya pasti akan dituainya pula.

Tuturan tersebut semakna dengan sebuah pribahasa di dalam bahasa Indonesia,

yaitu siapa menabur angin, akan menuai badai. Makna dari pribahasa itu adalah

semua hal yang dilakukan pasti ada konsekuensinya dan harus dipertanggung

jawabkan terhadap konsekuensi buruk atas kelakuan buruk yang telah dilakukan.

Tuturan lihatlah! Di sana akan ada yang kau tuai dan kepala orang-

orang dan bunga-bunga harapan merupakan kelanjutan ungkapan penutur

tentang dampak yang akan terjadi akibat perbuatan petutur. Penutur meminta

kepada petutur untuk melihat ke tempat yang lebih jauh. Di sana, di daerah yang

jauh dari petutur tapi masih di wilayah Mesir, akan ada yang ia hasilkan dari

perbuatan zalim yang pernah dilakukannya. Apa yang akan petutur dapatkan dari

perbuatan sewenang-wenangnya? Penutur menganalogikan dengan tuturan kepala

orang-orang dan bunga-bunga harapan. Itulah yang akan didapatkan oleh

petutur, yaitu banyaknya orang-orang yang terbunuh yang disebabkan oleh

program-program yang dijanjikan oleh penguasa untuk memakmurkan rakyatnya.

Lalu, penutur pun kembali mengingatkan petutur bahwa ia telah membuat

rakyat Mesir merana hingga wafat sehingga menyebabkan banyak penduduk yang

menangis akibat kehilangan sanak saudaranya dengan tuturan kau telah menyiram

jantung bumi dengan darah dan kau pun telah memberi mereka minum dengan air

mata hingga kembung. Pada umumnya, sesuatu yang disiram adalah tanaman dan

menyiramnya pun dengan air segar agar tanaman tersebut tumbuh dengan baik

dan menghasilkan bunga yang indah ataupun buah yang ranum. Namun, di sini

penutur justru memilih kata menyiram dan menyandingkannya dengan kata darah,

bukan air. Hal ini berarti aktivitas menyiram yang dimaksudkan oleh penutur

bukanlah aktivitas menyiram dalam makna denotasi. Kata menyiram pada tuturan

di atas merupakan makna konotasi untuk menggambarkan perbuatan-perbuatan

zalim yang telah dilakukan oleh petutur sebagai penguasa.

Sebagai dampak dari perbuatannya tersebut, petutur akan menghadapi

badai yang menghancurkan. Lalu, apakah badai yang menghancurkan itu? Badai

penghancur tersebut adalah banjir darah yang akan menerpa petutur sebagai akibat

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 65: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

47

Universitas Indonesia

dari perbuatan sewenang-wenang yang telah dilakukannya selama berkuasa. Itulah

tuturan yang diujarkan oleh penutur di dalam puisi ini. Kata badai pada tuturan

dan badai yang menghancurkan akan melahapmu merupakan analogi dari

tindakan besar-besaran yang dilakukan oleh rakyat Mesir untuk menggugat

petutur sebagai penguasa. Bahkan, penutur mengatakan bahwa badai yang

menghancurkan tersebut akan melahap petutur. Hal ini berarti tindakan besar-

besaran yang dilakukan rakyat Mesir dapat menjatuhkan Mubarak dari singgasana

pemerintahan yang telah ia duduki selama 30 tahun. Mereka rela turun ke jalan

untuk memperjuangkan kemerdekaan mereka dari belenggu kediktatotan petutur

walau pun mereka tahu konsekuensi yang akan mereka terima ketika terlibat di

dalam Revolusi Mesir, yaitu pertumpahan darah.

Perlokusi yang timbul sebagai bentuk aksi dari lokusi dan ilokusi tuturan

di atas adalah mundurnya petutur dari kursi kepresidenan Mesir. Petutur mundur

bukan hanya karena tuturan yang dituturkan penutur di dalam puisi ini, tetapi juga

karena desakan rakyat Mesir dan kepentingan-kepentingan lain yang ikut serta

dalam revolusi. Namun, tuturan yang disampaikan penutur merupakan stimulus

bagi rakyat Mesir untuk melakukan revolusi ini.

4.3.2 Tindak Tutur Searle

Pada pemaparan kedua ini, analisis terhadap tindak tutur yang terdapat

pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam memakai teori Searle. Searle merupakan murid

Austin. Teori yang diungkapkan oleh Searle melengkapi teori yang telah

diungkapkan oleh Austin. Searle mengemukakan bahwa ilokusi diklasifikasikan

berdasarkan tujuan penutur yang terdiri atas asertif, direktif, komisif, ekspresif,

dan deklaratif.

Asertif

سخرت بأنات شعب ضعيف (49)

/saḵirta bi’annȃti šaʽbin ḍaʽȋfin/

‘Kau ejek rintihan rakyat lemah’

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 66: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

48

Universitas Indonesia

وكف ك مضوبة من دماه (50)

/wa kaffuka maḵḍȗbatu min dimȃhu/

‘Telapak tanganmu berlumuran darah mereka’

Kedua tuturan di atas merupakan tindak tutur berbentuk asertif yang terdapat di

dalam puisi karya pujangga Tunisia ini. Asertif yang terdapat di dalam kedua

tuturan ditunjukkan dengan pernyataan penutur tentang petutur. Petutur

digambarkan sebagai orang yang tak mengacuhkan jeritan dan aspirasi rakyat

Mesir yang tidak berdaya. Terlebih lagi, penutur menuturkan telapak tanganmu

berlumuran darah mereka sebagai bentuk analogi. Hal tersebut berarti bahwa

petutur telah membuat rakyat Mesir menderita, bahkan meninggal, yang

disebabkan perbuatan dan produk-produk kebijakan yang dikeluarkan oleh petutur

sebagai penguasa Mesir.

Direktif

تأمل ! هنالك .. أن حصدت (51)

/ta’ammal! Hunȃlika.. ’annȃ ḥaṣadta/

‘Lihatlah! Di sana..akan ada yang kau tuai’

Ilokusi direktif bertujuan untuk menghasilkan tindakan dari petutur. Pada tuturan

di atas, terdapat verba imperatif, yaitu تأمل /ta’ammal/ ‘lihatlah’. Pemakaian verba

imperatif merupakan suatu bentuk perintah yang ditujukan kepada orang kedua.

Seperti yang diketahui, pemakaian verba imperatif menunjukkan bahwa

pronomina persona kedua, sebagai orang yang diperintah, tidak diagungkan oleh

penutur. Hal ini terjadi sebab petutur tidak layak untuk dihormati atas segala

perbuatan yang telah diperbuatnya. Bentuk imperatif yang lebih sopan adalah

memakai املصدر /al-maṣdar/ ‘nomina’.

Kata lihatlah merupakan bentuk ujaran performatif. Ujaran performatif

merupakan ujaran yang dapat memunculkan tindakan. Berdasarkan hal tersebut,

petutur diminta untuk melakukan aktivitas melihat. Melihat bukan hanya sekedar

melihat, tetapi juga mengamati dan menelaah situasi dan kondisi yang terjadi di

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 67: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

49

Universitas Indonesia

Mesir. Petutur diperintahkan untuk mengamati kondisi rakyat Mesir yang merana

akibat perbuatan zalim yang telah dilakukannya.

Komisif

سيجرفك السيل، سيل الدماء (52)

/sayajrifuka al-sailu, sailu al-dimȃ’i/

‘Banjir akan menerpamu, banjir darah’

ويأكلك العاصف املشتعل (53)

/wa ya’kuluka al-ʽȃṣifu al-muštaʽilu/

‘Dan badai yang menghancurkan akan melahapmu’

Dua tuturan di atas tergolong ke dalam ilokusi bentuk komisif. Hal ini terjadi

sebab tuturan (52) dan (53) mengindikasikan suatu kalimat ancaman. Suatu

proposisi ancaman merupakan bentuk peringatan bagi petutur. Peristiwa yang

dituturkan oleh penutur baru akan terjadi selang beberapa waktu setelah tuturan

diujarkan.

Penutur mengancam petutur bahwa petutur akan diterpa oleh banjir darah

yang akan menghancurkannya. Banjir darah merupakan makna konotasi. Penutur

memakai diksi ‘banjir darah’ untuk mendramatisasi kondisi ketika peristiwa itu

benar-benar terjadi. Peristiwa yang dimaksudkan oleh penutur adalah peristiwa

yang melibatkan banyak orang untuk menjatuhkan sang penguasa dari

singgasananya. Dampak dari peristiwa tersebut adalah banyak orang yang

meninggal dunia untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran di tanah Mesir.

Ekspresif

أال أيها الظامل املستبد (54)

/’alȃ ’ayyuhȃ al-ẓȃlimu al-mustabiddu/

‘Oh, wahai penguasa yang kejam lagi diktator’

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 68: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

50

Universitas Indonesia

حبيب الظالم، عدو احلياه (55)

/ḥabȋbu al-ẓalȃma, ‘aduwwu al-ḥayȃh/

‘Kekasih kegelapan, musuh kehidupan’

Tuturan (54) dan (55) adalah tuturan yang dituturkan oleh penutur untuk mencela

petutur. Maksud penutur untuk mencela petutur terdeteksi sebagai ilokusi bentuk

ekspresif. Ekspresi mencela yang dilakukan oleh penutur tampak jelas terlihat dari

pemilihan kata yang digunakan untuk menyapa petutur. Kata الظامل املستبد lebih

dipilih oleh penutur untuk menyapa petutur yang berkedudukan sebagai penguasa.

Sebenarnya, apabila sang pengusa adalah orang yang dihormati karena sikapnya

yang bijaksana dalam memimpin negara dan mampu menyejahterakan rakyatnya,

tidaklah mungkin diksi tersebut dipilih oleh penutur. Tentunya penutur akan

memakai diksi yang sopan sebab ia menghormati sang penguasa.

Lalu, bila diamati dengan teliti pemilihan kata yang digunakan oleh

penutur, tuturan (55) pun mendapat pengaruh dari pemilihan kata pada tuturan

(54). Tuturan (55) menegaskan posisi petutur sebagai kekasih kegelapan dan

musuh kehidupan. Penutur mengatakan kepada petutur bahwa petutur adalah

kekasih kegelapan sebab ia sangat dekat dengan tindakan sewenang-wenang

terhadap rakyatnya. Adapun ungkapan musuh kehidupan ditujukan kepada petutur

disebabkan perbuatannya sebagai pemimpin negara yang memusuhi rakyatnya

dengan memberlakukan kebijakan yang semena-mena, diantaranya kenaikan

harga pangan.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap tindak tutur Austin dan

Searle yang terdapat pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam, dapat diketahui bahwa kedua

tindak tutur tersebut saling melengkapi. Dengan menggunakan teori Searle,

penulis telah menemukan empat bentuk ilokusi, seperti yang telah dipaparkan di

atas dan tidak menemukan bentuk deklaratif.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 69: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

51

Universitas Indonesia

BAB 5

SIMPULAN

Puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam merupakan puisi buah karya Abu Al-Qȃsim Al-

Šȃbȋ, seorang sastrawan yang hidup berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah

lain di Tunisia. Beliau hidup berpindah-pindah sebab beliau dan keluarga turut

serta dalam perjalanan kerja sang ayah yang berprofesi sebagai hakim di Tunisia.

Berdasarkan pengalaman tersebut, sang penyair mengetahui kondisi masyarakat

Tunisia saat itu. Kondisi masyarakat Tunisia menginspirasinya untuk menuliskan

bait demi bait puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam.

Penelitian terhadap puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam mengambil sudut pandang

linguistik, khususnya pragmatik. Hal ini dilakukan sebab masih jarangnya

ditemukan penelitian terhadap puisi dari kacamata pragmatik, padahal puisi pun

termasuk ujaran dan tindak tutur yang dapat dieksplorasi memakai teori-teori

pragmatik. Aspek-aspek pragmatik yang telah diteliti dari puisi tersebut adalah

deiksis, tindak tutur, dan situasi ujar sebagai penopang penelitian untuk mengkaji

makna ujaran.

Pada penelitian yang telah dilakukan, penulis memakai empat dari lima

aspek situasi ujar. Empat aspek tersebut adalah penutur dan petutur, konteks,

tujuan, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Adapun tuturan sebagai bentuk

tindakan tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar tidak

terjadi perluasan pembahasan sebab aspek tersebut merupakan wadah besar dari

aspek tuturan sebagai produk tindak verbal. Keempat aspek situasi ujar tersebut

sangat membantu penulis untuk mendeskripsikan dan memaparkan deiksis dan

tindak tutur yang menjadi fokus utama penelitian ini.

Deiksis merupakan pembahasan awal pada penelitian ini setelah dijelaskan

tentang situasi ujar sebagai penopangnya. Pada puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam telah

berhasil ditemukan lima deiksis. Kelima deiksis tersebut adalah deiksis persona,

deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial.

Pembahasan pertama adalah deiksis persona. Di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-

‘Ȃlam ditemukan 19 bentuk deiksis persona. Kesembilan belas deiksis persona

tersebut terdiri atas:

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 70: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

52

Universitas Indonesia

1. dua bentuk sapaan, yaitu الظامل املستبد dan شعب ضعيف;

2. lima deiksis persona melekat pada verba perfektif;

3. tiga deiksis persona melekat pada verba imperfektif;

4. tiga deiksis persona terdapat di dalam verba imperatif; dan

5. enam deiksis persona yang berkedudukan sebagai objek dan posesif

terhadap benda.

Kemudian, pada penelitian berikutnya tentang deiksis telah ditemukan dua

deiksis ruang yang terdapat di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam. Kedua bentuk

deiksis ruang pada puisi ini ditandai dengan pemakaian keterangan tempat dan

nomina demonstrativa. Nomina demonstrativa yang digunakan oleh penyair di

dalam puisi tersebut berbeda dari biasanya sebab biasanya nomina demonstrativa

yang terdapat di dalam suatu tuturan adalah هناك /hunȃka/ untuk menyatakan

sesuatu yang jauh. Namun, pada puisi ini penyair memilih kata هنالك /hunȃlika/

sebagai nomina demonstrativa. Pemakaian nomina demonstrativa هنالك /hunȃlika/

lebih dipilih oleh penyair sebab jarak yang dimaksud oleh penyair letaknya lebih

jauh daripada pemakaian nomina demonstrativa هناك /hunȃka/. Apabila diartikan

ke dalam bahasa Indonesia, kedua nomina demonstrativa tersebut memiliki arti

yang sama, yaitu ‘di sana’. Adapun hal yang membedakan keduanya adalah kata

./hunȃka/ هناك hunȃlika/ memiliki jangkauan ruang yang lebih jauh daripada/ هنالك

Lalu, pada penelitian ini telah ditemukan dan dipaparkan empat deiksis

waktu. Tiga penanda waktu tersebut bukan berbentuk kata keterangan waktu

melainkan masa yang terdapat di dalam verba. Verba perfektif, imperfektif, dan

imperatif merupakan verba yang mengandung unsur masa di dalamnya.

Selanjutnya, deiksis wacana pun telah dipaparkan di dalam penelitian ini.

Deiksis wacana di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam dapat diketahui apabila telah

diketahui pula konteks tuturannya. Oleh sebab itu, analisis terhadap situasi ujar

sangat dibutuhkan. Lima deiksis wacana terdapat di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-

‘Ȃlam. Empat diantaranya berbentuk anafora dan satu berbentuk katafora.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 71: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

53

Universitas Indonesia

Deiksis sosial yang terdapat di dalam puisi ini ditunjukkan dengan

pemakain sapaan pengusa yang kejam lagi diktator. Kata sapaan tersebut

ditujukan oleh penutur kepada petutur yang merupakan seorang presiden.

Pemilihan kata sapaan tersebut menunjukkann bahwa relasi antara penutur dan

petutur tidaklah dekat. Selain itu, petutur bukanlah orang yang dihormati oleh

penutur akibat dari prilakunya yang tidak baik.

Deiksis dalam bahasa Arab berbeda dengan deiksis dalam bahasa

Indonesia. Hal tersebut terjadi, khususnya, pada deiksis persona dan deiksis

waktu. Hal ini disebabkan deiksis persona dan deiksis waktu di dalam bahas Arab

dapat diungkapakan secara gramatikal, inklusif di dalam verba, dan dapat pula

diungkapkan secara leksikal.

Penelitian berikutnya tentang tindak tutur. Pada penelitian ini telah

dijelaskan tindak tutur yang terdapat di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-‘Ȃlam, baik

memakai teori Austin maupun teori Searle. Namun, dari 18 bait yang terdapat di

dalam puisi ini tidak ditemukan ilokusi deklaratif.

Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan pada bab sebelumnya

tentang deiksis dan tindak tutur, dapat diketahui bahwa pemilihan kata yang

digunakan oleh penyair dalam melakukan tindak tutur berkaitan erat dengan

deiksis yang digunakan. Hal itu ditunjukkan dengan pemakaian deiksis persona

anta/ di dalam verba/ أنت al-ẓȃlimu al-mustabiddu/ dan repetisi kata/ الظامل املستبد

yang berbentuk ḍamir muttaṣil. Tindak tutur yang dilakukan oleh penyair dengan

memilih kata tersebut mengindikasikan bahwa Husni Mubarak sebagai Presiden

Mesir saat itu bukanlah sosok yang dihormati sebab ujaran yang dipilih penutur

dalam bertutur bukanlah kata أنتم /antum/ sebagai bentuk penghormatan.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 72: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

54

Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Aitchiso, Jean. (1999). Linguistics (15th ed.). London: Hodder and Stoughton.

Arifin, E. Zaenal dan Junayah. Keutuhan Wacana. Grasindo.

Cahyono, Bambang Yudi. (1995). Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya:

Airlangga University Press.

Grundy, Peter. (1995). Doing Pragmatics. London: Hooder Headline PLC.

Halliday, M. A. K., & Hasan, Ruqaiya. (1992). Bahasa, Konteks, dan Teks:

Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial (Asruddin Barori

Tuo, Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Harahap, Nurhaida. (2008). Analisis Pragmatik Wacana Iklan Surat Kabar.

Disertasi Sekolah Pascasarjana USU. Medan: USU e-Repository.

‘Imarah, Muhammad. (1998). Perang Terminologi Islam Versus Barat (Musthalah

Maufur, Penerjemah). Jakarta: Rabbani Press.

Kridalaksana, Harimurti. (2005). “Bahasa dan Linguistik”, Kushartanti, Untung

Yuwono, Multamia RMT Lauder (eds). Pesona Bahasa Langkah Awal

Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kushartanti. (2005). “Pragmatik”, Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT

Lauder (eds). Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey. (1996). Principles of Pragmatics (10th ed.). New York:

Longman Group Limited.

Moullec, Marc Le & Erytryasilani, Novi. (2010). Kamus Konjugasi Verba

Perancis v5.1 (2nd ed.). Jakarta: Enrique.

Munif. (2008). Pengertian Linguistik, Perkembangan, dan Objek Kajiannya.

Prasetia, Rita. (2004). Deiksis dalam Bahasa Arab. Tesis Program Pascasarjana

FIB UI. Depok: Tidak Diterbitkan.

Ricardo, David Akhmad. (2011). Catatan Harian Revolusi Mesir Revolusi Rakyat.

Makassar: Arus Timur.

Samad, Abdul. (2010). Analisis Pragmatik Film Kartun Ali Baba wa Arba’ȗna

Lishshan. Skripsi FIB UI. Depok: Tidak Diterbitkan.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 73: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

55

Universitas Indonesia

Soemargono, Farida. (2006). Kamus Saku Perancis-Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia.

Speight, R. Marston. (1973). A Modern Tunisian Poet: Abu al-Qasim al-Shabbi

(1909—1934). International Journal of Middle East Studies vol.4, 2,

178—189. Cambridge University Press.

Verlag, Harrassowitz. (2010). Roger Allen (Ed). Essays in Arabic Literary

Biography 1850—1950. Wiesbaden: Otto Harrassowitz GmbH & Co. KG.

Wehr, Hans (Ed). (1976). Hans Wehr: A Dictionary of Modern Written Arabic.

New York: Spoken Language Service.

Widiawati, Yogi. (2002). Bentuk-Bentuk Tindak Tutur Memohon di dalam Bahasa

Inggris Dikalangan Mahasiswa Indonesia Pemelajar Bahasa Inggris.

Tesis Program Studi Linguistik FS UI. Depok: Tidak Diterbitkan.

Wiryotinoyo, Mujiyono. (2006). Pragmatik dalam Penelitian Penggunaan Bahasa.

Bahasa dan Seni. Tahun 34, No 2 hal.153—164.

Yule, George. (2006). The Study of Language (3rd ed.). New York: Cambridge

University Press.

Sumber Media Elektronik:

Hasim, Zakiah. (2011, Januari 31). Hosni Mubarak Dulu dan Hari Ini. Mei 31,

2012. http://sosok.kompasiana.com/2011/01/31/hosni-mubarak-dulu-dan-

hari-ini.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) Daring. http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

Al-Syabi, Abu Qasim. Ila Tughatil ‘Alam. Oktober 19, 2011. http://adab.com

Widyaningsih, Nina. (n. d.). Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Februari 2, 2012.

http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/PengertianKalimat.pdf

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.

Page 74: ANALISIS PRAGMATIK PUISI ILA ṬUḠȂTI AL-‘ȂLAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312524-S 43143-Analisis... · universitas indonesia analisis pragmatik puisi ila ṬuḠȂti

Lampiran

Universitas Indonesia

عالى ال غاة ط لى إ

1 أال أيها الظال املستبد 2 احلياه ، عىدو الظالم حىبيبى

ر تى بأنات شىع ب ضىعيف 4 من د ماه وكف كى خمضوبة 3 سىخ

ر تى ت شىوه 6 ر باه ر شوكى األسى يفذ ب وت ى رى الوجود وىس ح 5 س

7 ال خيدعن ك الربيع ! ر وىيدىكى 8 ، وضوء الصباح وصحو الفىضاء

9 ففي األف ق الرحب هول الظالم 10 ، وعىص ف الرياح وقصف الر عود

11 فتحت الرماد اللهيب ! حذار 12 ومىن ي ىب ذ ر الشوكى يى ن اجلراح

13 أن حىصىد تى .. هنال كى ! تأمل 14 رؤوسى الورى ، وزهورى األمىل

ربتىه الدمعى اب ي ورىو 16 ، حت ثى ل وأش 15 ت بالدم ق ىل بى الت

17 ، سيل الدماء سيجرف كى السيل 18 ويأكل ك العاصف املشتع ل

Keterangan: Cara membaca puisi di atas berdasarkan nomor urutnya.

Analisis pragmatik..., Dzatul Lu'lu, FIB UI, 2012.