teknik pembibitan tanaman hutan

12
TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN HUTAN Posted on 30 Juni 2011 by hutan2011 Oleh : Hamdan Adma Adinugraha Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan I. PENDAHULUAN Sampai saat ini produktivitas hutan alam sudah menurun sangat drastis sejalan dengan meningkatnya eksploitasi hutan secara terus-menerus untuk memenuhi permintaan akan kebutuhan kayu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pembangunan hutan tanaman sebagaai penghasil kayu baik untuk industri, pertukangan, kayu energi dan lain-lain harus ditingkaatkan baik dengan penambahan luas hutan tanaman maupun penggunaan materi tanaman unggul hasil pemuliaan. Dengan menggunakan materi tanaman yang unggul melalui kegiatan pembibitan yang baik akan dapat meningkatkan produtivitasnya dan mutu tegakan yang dihasilkan. Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk penyediaan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program penanaman secara luas. Penyediaan bibit yang memiliki karakter unggul secara morfologi, fisiologis dan genetic akan sangat membantu keberhasilan tanaman di lapangan (Jayusman, 2005). Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Informasi yang tepat tentang teknik perkecambahan dan pemeliharaan bibit sangat diperlukan dalam kegiatan produksi bibit unggul. Teknik pembiakan vegetatif merupakan salah satu cara untuk memproduksi bibit yang memiliki karakter unggul karena anakan yang dihasilkan merupakan duplikat dari induknya sehingga memiliki struktur genetik yang sama (Na’iem, 2000). Perbanyakan tanaman baik secara generatif maupun vegetatif dilakukan untuk penyediaan materi untuk kegiatan penanaman baik dalam rangka penelitian maupun penanaman secara komersial. II. TEKNIK PEMBIBITAN SECARA GENERATIF Pembibitan secara generatif dilakukan dengan menggunakan benih yang hasrus disemaikan terlebih dahulu pada media tabur yang telah disterilisasi, kemudian setelah berkecambah disapih ke

Upload: jokosusilo

Post on 25-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Teknik Pembibitan Tanaman Hutan

TRANSCRIPT

Page 1: Teknik Pembibitan Tanaman Hutan

TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN HUTANPosted on 30 Juni 2011by hutan2011

Oleh : Hamdan Adma Adinugraha

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

I. PENDAHULUAN

Sampai saat ini produktivitas hutan alam sudah menurun sangat drastis sejalan

dengan meningkatnya eksploitasi hutan secara terus-menerus untuk memenuhi

permintaan akan kebutuhan kayu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka

pembangunan hutan tanaman sebagaai penghasil kayu baik untuk industri,

pertukangan, kayu energi dan lain-lain harus ditingkaatkan baik dengan

penambahan luas hutan tanaman maupun penggunaan materi tanaman unggul hasil

pemuliaan. Dengan menggunakan materi tanaman yang unggul melalui kegiatan

pembibitan yang baik akan dapat meningkatkan produtivitasnya dan mutu tegakan

yang dihasilkan.

Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk

penyediaan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program

penanaman secara luas. Penyediaan bibit yang memiliki karakter unggul secara

morfologi, fisiologis dan genetic akan sangat membantu keberhasilan tanaman di

lapangan (Jayusman, 2005). Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara generatif dan

vegetatif. Informasi yang tepat tentang teknik perkecambahan dan pemeliharaan

bibit sangat diperlukan dalam kegiatan produksi bibit unggul. Teknik pembiakan

vegetatif merupakan salah satu cara untuk memproduksi bibit yang memiliki karakter

unggul karena anakan yang dihasilkan merupakan duplikat dari induknya sehingga

memiliki struktur genetik yang sama (Na’iem, 2000).

Perbanyakan tanaman baik secara generatif maupun vegetatif dilakukan untuk

penyediaan materi untuk kegiatan penanaman baik dalam rangka penelitian maupun

penanaman secara komersial.

II. TEKNIK PEMBIBITAN SECARA GENERATIF

Pembibitan secara generatif dilakukan dengan menggunakan benih yang hasrus

disemaikan terlebih dahulu pada media tabur yang telah disterilisasi, kemudian

setelah berkecambah disapih ke media pertumbuhan. Media tabur yang biasa

digunakan adalah pasir sungai sedangkan media pertumbuhan berupa campuran

tanah dan kompos.

Benih yang digunakan harus berasal dari sumber benih yang jelas asal-usulnya

sehingga dapat diketahui kualitas genetiknya. Beberapa tingkatan sumber benih

yang bisa digunakan adalah sebagai berikut (Anonim, 2004)

Page 2: Teknik Pembibitan Tanaman Hutan

1. Tegakan benih teridentifikasi : tegakan alam atau tanaman dengan kualitas rata-

rata yang digunakan untuk menghasilkan benih dan lokasinya dapat

teridentifikasi dengan tepat

2. Tegakan benih terseleksi : tegakan alam atau tanaman, dengan penotipa pohon

untuk karakter penting (sperti : batang lurus, tidak cacat dan percabangan ringan)

diatas rata-rata

3. Areal produksi benih : memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan

tegakan benih teridentifikasi maupun teseleksi. Penjarangan untuk membuang

pohon yang jelek dilakukan untuk meningkatkan produksi benih.

4. Tegakan benih provenansi : tegakan yang dibangun dari benih yang berasal dari

provensi yang sama yang telah teruji dan diketahui keunggulannya.

5. Kebun benih semai : dibangun dengan bahan generatif (benih) yang berasal dari

pohon induk terpilih. Didalamnya dilakukan seleksi pohon plus.

6. Kebun benih klon : dibangun dengan bahan tanaman hasil perbanyakan vegetatif

dari pohon plus di kebun benih atau hasil uji klon.

7. Kebun pangkas : pertanaman yang dibangun untuk menghasilkan bahan stek

untuk produksi bibit.

Penanganan benih dipersemaian merupakan awal dari kegiatan pembangunan

tanaman. Kegiatan tersebut meliputi : persiapan benih, media tabur dan media

sapih, perlakuan benih, penaburan benih, penyapihan bibit, pemeliharaan bibit san

monitoring jumlah bibit siap tnam di persemaian. Biasanya dalam penyemaian benih

diperlukan perlakuan khusus (skarifikasi) untuk mempercepat proses perkecmbahan

benih. Skarifikasi benih dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti

pemecahan/pengikiran kulit biji, perendaman dalam air panas dan dingin,

perendaman dalam larutan asam sulfat. Tahapan selanjutnya adalah :

1. Penaburan benih : biasanya menggunakan media pasir

2. penyapihan semai ke media tumbuh umumnya berupa campuran tanah + pasir

dan kompos (3 : 2 : 1)

3. pemeliharaan dan pengamatan bibit sampai siap tanam.

III. TEKNIK PEMBIBITAN SECARA VEGETATIF

A. Manfaat Penerapan Teknik Pembiakan Vegetatif

Beberapa keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara lain

(Pudjiono, 1996) :

1. Keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya

2. Tidak diperlukan peralataan khusus dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi

bibit dalam skala besar,

3. Produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat

secara kontinyu dengan mudah dan murah

Page 3: Teknik Pembibitan Tanaman Hutan

4. Meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif umunya relatif dangkal,

kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan

baik seperti tanaman dari biji

5. Umunya tanaman akan lebih cepat bereproduksi/menghasilkan buah

6. Bibit hasil secara vegetatif sangat berguna untuk program pemuliaan tanaman

yaitu untuk pengembangan bank klon, kebun benih klon, perbanyakan tanaman

hasil persilangan terkendali misalnya hybrid atau steryl hybrid yang tidak dapat

bereproduksi secara seksual dan perbanyakan masal tanaman terseleksi

Tabel 1. Teknik pembibitan beberapa jenis tanaman hutan

No Jenis Tanaman Teknik Pembibitan

1 Jati (Tectona grandis) Benih, stek pucuk, okulasi, stump

2 Sukun (Artocarpus altilis) Stek akar/pucuk, cangkok, okulasi

3 Akasia (Acacia mangium)Benih, cangkok, stek pucuk, kultur jaringan, sambung

4 Eukaliptus (Eucalyptus pellita) Benih, sambung, stek pucuk

Kayu putih (Melaleuca cajuputi) Benih, stek pucuk/akar

5 Mahoni (Swietenia macrophylla) Benih, stek pucuk

6Sengon (Paraserianthes falcataria) Benih, cangkok

7 Cendana (Santalum album) Benih, kultur jaringan

8 Araukaria (Araucaria cunninghamii) Benih, sambung

9 Pulai (Alstonia scholaris) Benih, stek batang/cabang/pucuk

10 Bambu (Gigantocloa spp) Stek batang

11 Murbei (Morus spp) Benih, stek batang, kultur jaringan

12 Angsana (Pterocarpus indicus) Stek batang/cabang

13 Sonokeling (Dalbergia latifolia) Stek akar

14 Karet (Hevea braziliensis) Stek cabang

15 Ramin (Gonistylus bancanus) Stek pucuk

16 Hopea (Hopea odorata) Benih, Stek pucuk

17 Sungkai (Peronema canescens) Stek batang/cabang/akar

18 Gliriside (Glyricidae sepium) Stek cabang

19 Jati belanda (Gmelina arborea) Benih, stek pucuk

Page 4: Teknik Pembibitan Tanaman Hutan

20 Tusam (Pinus merkusii) Benih, sambung

21 Meranti (Shorea spp) Benih, stek pucuk

22 Suren (Toona sinensis) Benih, stek cabang/pucuk

B. Penerapan Teknik Perbanyakan Vegetatif

1. Teknik mencangkok (air layering)

Pencangkokan tanaman dilakukan untuk mendapatkan anakan/bibit yang berguna

untuk pembangunan bank klon, kebun benih klon, kebun persilangan karena dengan

teknik ini bibit yang dihasilkan bersifat dewasa sehingga lebih cepat

berbunga/berbuah. Pencangkokan dilakukan pada pohon induk terpilih atau pohon

plus di kebun benih.

Bahan dan peralatan yang digunakan antara lain media cangkok (moss cangkok, top

soil dan kompos), bahan pembungkus cangkok dari polibag hitam, tali rafia, zat

pengatur tumbuh akar, insektisida, pita label, spidol permanent, pisau cangkok,

parang, gergaji tangan dan alat tulis.

Pembuatan cangkokan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Penyiapan media cangkok terdiri atas campuran antara moss cangkok, top soil

dan kompos. Sebelum digunakan media disiram dengan air sampai cukup

kelembabanya. Selain itu ditaburi dengan insektisida secukupnya supaya media

tidak dijadikan sarang semut dan membunuh hama uret.

2. Pemilihan cabang yang sehat dengan diameter rata-rata 2-5 cm. Cabang dikerat

sepanjang 5 cm dengan menggunakan pisau cangkok, kulit cabang dikelupas

dan bagian kambiumnya dibersihkan dengan cara dikerik dan dibiarkan beberapa

menit. Posisi keratan kulit sekitar 30 cm dari pangkal cabang. Setelah itu bagian

sayatan diolesi dengan larutan ZPT untuk memacu pertumbuhan akar.

3. Menutup luka sayatan pada cabang dengan campuran media, kemudian ditutup

dengan polibag hitam dan diikat dengan tali rafia sampai media cangkok stabil.

Bagian pembungkus cangkok diberi lubang memudahkan masuknya air atau

keluarnya akar.

4. Memberi label yang berisi tanggal pencangkokan, perlakuan dan pelaksana.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan pencangkokan antara lain :

1. Pencangkokan sebaiknya dilakukan pada musim hujan sehingga akan

membantu dalam menjaga kelembaban media sampai berakar.

2. Pengambilan cangkok dilakukan setelah cangkok berumur 2-3 bulan.

Pemotongan cangkok menggunakan gergaji kemudian diturunkan secara hati-

hati. Cangkok yang terlalu pangjang dipotong sebagian dan daunnya dikurangi

untuk mencegah terjadinya penguapan yanag terlalu besar.

Page 5: Teknik Pembibitan Tanaman Hutan

3. Cangkok yang telah dipisahkan dari pohon induknya segera ditanam pada media

campuran tanah dengan kompos/pupuk kandang (3:1). Kegiatan ini dilakukan di

prsemaian yang diberi naungan dengan intensitas cahaya lebih dari 50 %.

Pemeliharaan cangkok di persemaian dilakukan sampai bibit siap ditanam di

lapangan. Biasanya setelah 3 bulan cangkok telah memiliki perakaran yanag

kompak dan siap dipindahkan ke lapangan.

4. Pembuatan cangkok pada satu pohon tidak bisa dilakukan dalam jumlah banyak

karena akan mengganggu atau merusak pohon tersebut.

2. Teknik Stek cabang

Penerapan teknik stek cabang dilakukan dengan cara menanam bagian cabang

tanaman pada media pertumbuhan (pasir, campuran top soil + kompos) pada

bedengan yang ditutup sungkup plastik. Kemampuan jenis tanaman untuk

diperbanyak dengan cara stek cabang berbeda-beda. Teknik pembuatan stek

cabang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Pengambilan cabang dari pohon induk yang telah dipilih. Ukuran cabang yang

baik untuk bahan stek biasanya 2 – 5 cm. posisi cabang yang dapat digunakan

adalah posisi bagian bawah tajuk karena selain memudahkan dalam

mengambilnya juga umumnya memiliki kemampuan berakar lebih baik.

2. Pengepakan cabang akan mempengaruhi tingkat keberhasilannya terutama

apabila pengambilan cabang dilakukan ditempat lain yanag jauh sehingga akan

memerlukan waktu yang relatif lama. Cara yang dapat digunakan adalah dengan

membungkus cabang dengan karung goni basah atau kulit batang pisang.

3. Pemotongan cabang menjadi bahan stek sebaiknya minimal terdiri atas 2 ruas.

Setelah dipotong-potong kemudian bagian pangkal cabang direndam pada

larutan ZPT akar seperti IBA.

4. Penanaman stek dilakukan pada media pasir atau campuran top soil + kompos

pada bedengan yang ditutup sungkup plastik untuk memelihara kelembaban

udara sampai 90%. Pemeliharaan rutin yang dilakukan adalah penyiraman,

penyemprotan fungisida dan pembersihan rumput disekitar bedengan. Biasanya

bibit stek cabang sudah dapat disapih setelah 2-3 bulan.

3. Teknik sambungan (grafting)

Pembuatan bibit dengan teknik sambungan dilakukan dengan cara menyambungkan

scion berupa bagian pucuk/tunas dari tajuk pohon plus pada tanaman batang

bawah/root stock yng telah disediakan. Teknik ini juga akan mempertahankan sifat

dewasa pohon induknya sehingga anakan yang dihasilkan akan cepat

berbunga/berbuah. Teknik ini biasa digunakan untuk kegiatan penyiapan materi

untuk bang klon, kebun persilangan dan kebun benih klon. Bahan dan peralatan

yang diperlukan adalah bibit untuk tanaman batang bawah dan scion diambil dari

Page 6: Teknik Pembibitan Tanaman Hutan

tajuk pohon plus di kebun benih. Rootstock dan scion sebaaiknya satu jenis. Bahan

dan peralatan lainnya adalah parafil/plastik pengikat sambungan, kantong plastik

bening ukuran 1 kg, obat/pasta penutup luka tanaman, talai rafia, pita label, pisau

sambung, pisau cutter, gunting stek, penggaris dan alat tulis.

Pembuatan sambungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Penyiapan root stock berupa bibit yang telah siap tanam yaitu berumur 4-6 bulan

dengan diameter batang rata-rata 1 cm. Bibit dipilih yang sehat, tidak

menunjukkan adanya serangan hama/penyakit.

2. Bibit root stock dipangkas dengan tinggi pangkasan rata-rata 30 cm tergantung

pada diameternya. Semakin kecil diameter maka pemangkasan dapat lebih

rendah dari 30 cm. Permukaan batang pada titik pangkasan dihaluskan dengan

pisau sambung/cutter, kemudian ujungnya dibelah/disayat dengan pisau grafting

secara hatihati sepanjang 1,5-2 cm.

3. Penyiapan scion yaitu tunas/trubusan pada tajuk pohon induk. Tunas yang baik

untuk scion adalah yang jaringan gabusnya sedikit. Ukuran scion dipilih yang

sesuai dengan rotstock. Bagian pangkal scion disayat secara hati-hati dengan

panjang sayatan sama dengan root stock.

4. Rotstock dan scion disambung secara hati-hati sehingga bagian kambium

keduanya bersatu, kemudian diikat dengan parafilm dan ditutup dengan plastik

bening untuk memelihara kelembaban udara. Plastik dibuka secara bertahap

dengan cara menggunting sebagian sampai akhirnya dilepas.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bibit sambungan adalah sebagai

berikut :

1. Penyambungan hendaknya dilakukan di persemaian dengan naungan sarlon 50

– 65 % atau pada pagi/sore hari sehingga tidak terlalu panas.

2. Penyambungan dilakukan segera setelah scion diambil dari pohon induk karena

lamanya waktu penyimpanan scion akan mengurangi tingkat keberhasilan hidup

sambungan (Adinugraha dkk, 2001)

3. Pemeliharaan tanaman hasil sambungan harus dilakukan secara rutin seperti :

penyiraman, penyiangan, pembuangan tunas yang tumbuh pada batang root

stock, membuka plastik sungkup sambungan secara bertahap setelah

sambungan tersebut tumbuh.

4. Teknik stek pucuk (leafy cuttings)

Pembibitan dengan teknik stek pucuk umumnya dilakukan dalam rangka produksi

bibit secara massal untuk keperluan operasional penanaman. Dengan teknik ini

dapat dihasilkan bibit dalam jumlah besar. Bahan yang digunakan adalah bahan stek

dari tunas/trubusan yang diperoleh dari kebun pangkas, media stek yang digunakan

Page 7: Teknik Pembibitan Tanaman Hutan

adalah pasir sungai, zat pengatur tumbuh, bak plastik/ember, label, fungisida,

gunting stek/pisau cutter.

Untuk kegiatan pembibitan dengan stek pucuk diperlukan beberapa fasilitas

penunjang yaitu tempat pembibitan dapat dilakukan di rumah kaca atau bedengan

persemaian yang ditutup dengan sungkup plastik. Untuk persemaian skala besar

diperlukan peralatan lainnya antara lain pengaturan naungan, pengaturan suhu dan

ventilasi, pengaturan penyiraman dan kelembaban udara yang dijalankan secara

otomatis merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang keberhasilannya.

Selain itu diperlukan sumber air yang tersedia sepanjang tahun, sumber bahan stek

(kebun pangkas) dan tempat penyimpanan media stek.

Kebun pangkas perlu dibangun sebagai sumber bahan stek yang menghasilkan

tunas secara terus menerus. Pembangunan kebun pangkas hendaknya dilakukan

dengan menggunakan materi tanaman dari pohon plus sehingga bibit yang akan

dihasilkan memiliki kualitas genetik yang baik/unggul. Menurut Kartiko (2000) materi

tanaman yang dipergunakan untuk membangun kebun pangkas berasal dari benih

hasil penyerbukan terkendali antara pohon-pohon plus dan klon hasil perbanyakan

vegetatif dari pohon plus.

Pembuatan stek pucuk dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Adinugraha,

2003)

1. Penyiapan media stek dalam polibag/kantong bibit/tabung bibit

2. Pembuatan stek dengan cara memotong trubusan menjadi beberapa bagian.

Satu stek terdiri atas 2 mata/nude. Tunas dipilih yang belum membentuk jaringan

gabus kemudian direndam stek pada larutan fungisida.

3. Sebelum ditanam bagian pangkal stek dicelupkan kedalam larutan ZPT,

kemudian stek ditanam pada media yang telah diberi lubang tanam terlebih

dahulu.

4. Bedengan stek ditutup plastik sungkup untuk memelihara kelembaban udara

tetap tinggi sekitar 90% dan perlu diberi naungan dengan intensitas cahaya 15-

25 % untuk bedengan tanpa pengabutan dan intensitas cahaya 30-50% untuk

bedengan dengan sistem pengabutan.

5. Pemeliharaan rutin meliputi penyiraman, penyemprotan fungisida dan

pembersihan gulma dan setelah stek berakar stek disapih ke media pertumbuhan

agar bibit tumbuh baik sampai siap tanam. Biasanya bibit sudah siap tanam pada

umur 4 bulan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembibitan dengan teknik stek

pucuk adalah sebagai berikut :

1. Semakin tinggi pemangkasan akan mempengaruhi tingkat keberhasilannya.

Page 8: Teknik Pembibitan Tanaman Hutan

2. Umur trubusan yang baik untuk bahan stek pucuk umunya sekitar 1 – 2 bulan.

Bertambahnya umur tunas mengurangi daya perakaran stek. Untuk

memudahkan dalam menentukan masa panen tunas dapat dilihat dari panjang

tunas yaitu apabila telah mencapai panjang 30-40 cm (Longman, 1993).

3. Tipe pertumbuhan tunas harus diperhatikan dengan memilih tunas yang memiliki

pertumbuhan ke arah vertikal (ortotropic). Tunas yang

bersifat plagiotropic sebaiknya tidak digunakan karena akan menghasilkan bibit

yang tumbuhnya tidak normal (mendatar seperti cabang).

4. Posisi trubusan pada tonggak juga mempengaruhi kemampuan berakar stek.

Semakin tinggi posisi tunas pada tonggak maka kemampuan berakarnya

semakin rendah

5. Pengepakan bahan tanaman harus diperhatikan terutama apabila bahan stek

diambil dari lokasi yang jauh dari tempat pembibitan. Sebaiknya penyetekan

segera dilakukan setelah bahan stek tiba di pembibitan. Cara pengepakan stek

yang bisa dilakukan dengan membungkus bahan stek dengan kertas koran

basah, kemudian dimasukkan ke dalam es box yang diisi es batu.

5. Teknik stek akar

Pembibitan dengan stek akar dilakukan dengan menanaman bagian akar tanaman

pada media tumbuh. Tanaman yang lazim diperbanyak dengan cara stek akar

adalah sukun, yang dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :

1. Pengambilan akar

Akar yang baik untuk bahan stek adalah diameternya 2-3 cm yang tumbuh

muncul atau menjalar dekat permukaan tanah. Biasanya semakin dalam posisi

akar dalam tanah tingkat keberhasilan tumbuhnya menurun.

2. Pengepakan akar

Akar yang telah dipotong dari pohon induknya dibawa kelokasi pembibitan,

apabila lokasinya jauh maka untuk memelihara kesegaran akar maka sebaiknya

akar dibungkus kulit batang pisang.

3. Pemotongan akar

Untuk bahan stek akar dipotong sepanjang 10-15 cm. Akar yang berukuran lebih

besar dapat dibelah menjadiidari 3 cm dapat dibelah menjad 2 bagian.

Bagian ujung akar (yang lebih muda) dipotong miring agar tidak terbalik pada

saat menanam. Setelah itu dilakukan pencucian dan perendaman dalam air yang

dicampur hormon/ZPT selama 10 menit.

4. Penanaman

Penanaman stek dilakukan pada media pasir dalam polibag dan setelah tumbuh

(3 bulan) disapih pada media tanah + pupuk. Selain itu stek akar dapat ditanam

Page 9: Teknik Pembibitan Tanaman Hutan

pada bedengan pasir (dideder) dan setelah tumbuh tunas dapat dipindah ke

media campuran tanah dan kompos dalam polibag.

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan bibit dilakukan secara rutin seperti penyiraman, penyemprotan

hama, pemupukan dan pembersihan gulma. Pemeliharaan dilakukan sampai

bibit siap tanam.

6. Teknik kultur jaringan

Pembibitan dengan cara kultur jaringan dilakukan dengan menggunakan bahan

biakan (eksplan) adalah bagian pucuk aksiler atau bagian embriyo suatu tanaman.

Tunas aksiler dapat diperoleh dengan dari bahan trubusan pada kegiatan rejuvenasi

dengan cara perendaman cabang (soaked branches) (Herawan dan Husnaeni,

1996; Herawan, 2003). Tahapan kegiatan pembibitan meliputi :

1. Sterilisasi eksplant untuk mencegah kontaminasi.

2. Induksi eksplant pada media agar

3. Multiplikasi/perbanyakan tunas

4. Perakaran

5. Aklimatisasi

IV. PENUTUP

Pembibitan tanaman hutan diperlukan untuk kegiatan penanaman. Penerapan teknik

pembibitan yang tepat dan penggunaan materi dengan kualitas genetik yang baik

merupakan awal dari pembangunan hutan tanaman yang memiliki kualitas tegakan

yang baik dengan produktivitas yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, HA, H. Moko dan O. Chigira. 2001. Penelitian Pendahuluan

Pengaruh Lama Penyimpanan Scion Terhadap Keberhasilan Sambungan

Jenis Eucalyptus pellita. Buletin pemuliaan Pohon Vol.5 No.1, hal 11-20.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman

Hutan. Yogyakarta.

Anonim, 2003. Teknik Pembibitan dan Konservasi Tanah. Gerakan Nasional

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Buku 1). Departeen Kehutanan. Jakarta.

Anonim. 2004. Petunjuk Teknis Pembangunan dan Pengelolaan Sumber

Benih. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Departemen Kehutanan.

Jakarta.

Herawan, T., dan Y. Husnaeni. 1996. Teknik Rejuvenasi Menggunakan

Metoda Rendaman Cabang Dala Air Pada Jenis A. mangium, E. deglupta, E.

urophylla danP. falcataria.

Herawan, T. 2003. Propagasi Klon Acacia mangium Melalui Kultur Jaringan.

Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 1 No. 2. Hal. 43 – 48. Pusat Penelitian

Page 10: Teknik Pembibitan Tanaman Hutan

dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Yogyakarta

Longmann, K.A. 1993. Rooting Cuttings of Tropical Trees. Tropical Trees :

Propagations and Planting Manuals. Volume I. Commonwealth Science

Council. London.

Pudjiono, S. 1996. Dasar-dasar Umum Pembuatan Stek Pohon Hutan.

Informasi Teknis No. 1/1996. Balai Penelitian dan Pengembangan

Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Pudjiono, S., dan H. Kondo. 1996a. Technical Report for Cuttings Propagation

forAcacia mangium, Eucalyptus deglupta, Eucalyptus

pellita and Paraserienthes falcataria. Forest Tree Improvement Project No.

55. Kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dangan

Japan International Cooperation Agency (JICA)

Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di

Indonesia. Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi. Direktorat Jendral

Kehutanan. Jakarta.