laporan praktikum hama penyakit tanaman hutan

32
KEANEKARAGAMAN JENIS ARTHROPODA TANAH DI HUTAN KAMPUS KEBUN KARET DAN SEMAK BELUKAR LAPORAN PRAKTIKUM DOSEN PEMBIMBING: Dr. Ir. Wilyus, M.Si DISUSUN OLEH: Feby Ayu Riatma NIM.D1D011040

Upload: universitas-jambi

Post on 26-Jul-2015

502 views

Category:

Science


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

KEANEKARAGAMAN JENIS ARTHROPODA TANAH DI HUTAN KAMPUS

KEBUN KARET DAN SEMAK BELUKAR

LAPORAN PRAKTIKUM

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. Ir. Wilyus, M.Si

DISUSUN OLEH:

Feby Ayu Riatma

NIM.D1D011040

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS JAMBI

Page 2: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman organisme yang

menunjukkan keseluruhan variasi dari gen, jenis dan ekosistem pada suatu wilayah.

Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk,

penampilan, komposisi jumlah, serta sifat – sifat yang terlihat dari tingkat terkecil yakni

gen sampai dengan tingkat terbesar yaitu ekosistem.

Keanekaragaman yang paling mudah untuk dikenali salah satunya adalah

keanekaragaman tingkat jenis baik itu flora maupun fauna. Keanekaragaman ini salah

satunya dapat dipengaruhi oleh tipe dari lingkungan. Dari jenis Fauna atau hewan yang

lingkungan hidupnya di tanah memiliki ukuran yang beranekaragam oleh karena itu

terdapat penggolongan yaitu mikrofauna, mesofauna dan makrofauna. Adapun untuk

contoh fauna tanah tipe makrofauna adalah golongan dari Filum Arthropoda Fauna

tanah, termasuk berperan penting dalam meningkatkan kesuburan tanah dan

penghancuran serasah serta sisa-sisa bahan organik.

Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia hewan dan mencakup

serangga, laba – laba, lipan, kalajengking dan lain – lain. Arthroppoda dapat ditemukan

diberbagai lingkungan hidup seperti di laut, di air tawar, darat dan udara. Kata

Artropoda berasal dari bahasa Yunani ἄρθρον árthron, "ruas, buku, atau segmen", dan

πούς (podos), "kaki", yang jika disatukan berarti "kaki berbuku-buku”. arakteristik

yang membedakan artropoda dengan filum yang lain yaitu: tubuh bersegmen, segmen

biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen

berpasangan, simetri bilateral, serta eksoskeleton mengandung kitin.

Jumlah dan jenis Arthropoda akan berbeda – beda sesuai dengan lingkungan

hidup dari Arthropoda itu sendiri. Oleh karena itu praktikum mengenai

Keanekaragaman Arthropoda pada berbagai tipe Hutan perlu dilakukan untuk

mengetahui berbagai jenis Arthropoda sebagai fauna tanah yang terdapat pada masing –

masing area.

Page 3: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

1.2 Rumusan Masalah

Keanekaragaman hayati seperti Arthropoda memiliki variasi yang berbeda –

beda baik dari gen, jumlah, dan bentuk Arthropoda itu sendiri, dimana hal ini

dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah perbedaan lingkungan hidup dari

Arthropoda. Arthropoda tanah dapat ditemui di berbagai tipe hutan yang dapat dijadikan

sebagai faktor penentu kesehatan (keseimbangan ekosistem).

Berdasarkan hal di atas, maka dapat di identifikasi permasalahan diantaranya,

yaitu:

1. Bagaimana keragaman, kesamaan antar komunitas, dan kekayaan jenis

Arthropoda tanah untuk masing – masing tipe habitat (hutan kampus, kebun

Karet, dan semak belukar) ?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil dari perhitungan

indeks keragaman, kesamaan antar komunitas, dan kekayaan jenis Arthropoda

tanah untuk masing – masing tipe habitat (hutan kampus, kebun Karet, dan

semak belukar) ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum mengenai Keanekaragaman

Arthropoda pada Berbagai Tipe Hutan adalah untuk mengetahui jenis Arthropoda yang

terdapat pada masing – masing area sekaligus mengetahui keragaman yang paling stabil

di antara tiga habitat yang berbeda (hutan kampus, kebun Karet, dan semak belukar)

Page 4: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Definisi dan Karakteristik Umum Arthropoda

Filum Arthropoda (Yunani. Arthros, sendi + podos, kaki) terdiri dari 750.000

dari 1.000.000 spesies hewan yang telah diketahui. Arthropoda mencakup Kelas

Crustacea (udang, kepiting, remis); Kelas Insecta (serangga); Kelas Arachnida (laba-

laba, kalajengking, kutu), Kelas Chilopoda (lipan); Kelas Diplopoda (luing).

Tubuh bersegmen secara eksternal dalam berbagai macam tingkatan, embelan

bersendi yang mana keduanya terspesialisasi dengan berbagai macam cara dalam hal

bentuk dan fungsi pada berbagai Arthropoda untuk menyesuaikan hidup mereka. Semua

permukaan luar ditutupi oleh eksoskeleton organik. Karakteristik umum Arthropoda

adalah sebagai berikut memiliki bentuk tubuh yang simetris bilateral, dimana tubuh

terdiri dari kepala, toraks, dan abdomen yang terpisah, Sistem saraf, mata, dan organ

indra yang lain biasanya berukuran besar, menyediakan respons cepat terhadap

stimulus. Embelan satu pasang atau bahkan tidak ada. Otot banyak dan bervariasi yang

terdiri atas otot lurik bereaksi dengan cepat. Sistem sirkulasi terbuka (lakunar), jantung

dorsal dengan arteri (tanpa vena), selom tereduksi. Respirasi bervariasi dengan insang,

trakea, paru – paru buku atau permukaan tubuh. Eksresi dengan kelenjar koksa atau

kelenjar hijau dengan 2 sampai lebih tubulus Malpighi pada usus. Sistem saraf otak

anterior dihubungkan ke tali saraf ventral yang berpasangan dan ganglia dengan saraf di

setiap somit tubuh atau ganglia yang terkonsentrasi secara anterior. Kelamin umumnya

terpisah, fertilisasi sebagian besar terjadi secara internal atau partogenensis pada

golongan Crustacea dan serangga. Eksoskeleton mengandung kitin, mengeras, berganti

kulit pada selang waktu tertentu, dan dengan eksoskeleton yang berat tersebut membuat

Arthropoda tidak ada yang berukuran sangat besar. Banyak Arthropoda hidup

berkelompok dan memiliki organisasi sosial sesuai pembagian kerja atau kasta.

2.2 Pembagian Kelas dari Filum Arthropoda

1. Kelas Crustacea

Page 5: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

Crustacea merupakan Classis dari Arthropoda yang hidupnya terutama

menempati perairan baik air tawar maupun air laut. Bernafas dengan menggunakan

insang. Tubuhnya terbagi menjadi : kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut

(abdomen) atau kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalothorax.

Kepala biasanya terdiri dari empat segmen yang bersatu, pada bagian kepala itu terdapat

dua pasang antenna, satu pasang mandibular (rahang pertama) dan dua pasang maxilla

(rahang kedua). Bagian dada mempunyai embelan dengan jumlah yang berbeda - beda

yang diantaranya ada yang berfungsi sebagai alat gerak. Segmen bagian perut umumnya

sempit dan lebih mudah digerakan dibandingkan dengan bagian kepala dan dada dan

mempunyai embelan.

2. Kelas Insecta

Classis Insecta ini merupakan Athropoda yang tubuhnya terbagi atas: kepala,

dada, dan perut. Kepala mempunyia 1 pasang antenna dan dada dengan 3 pasang kaki

biasanya terdapat 1 atau 2 pasang sayap pada tingkat dewasa. Insecta merupakan hewan

yang paling besar jumlahnya dibandingkan dengan hewan-hewan yang lain. Mereka

dapat hidup hampir disemua tempat baik didarat maupun diair. Pernapasan dilakukan

dengan menggunakan tabung udara yang disebut trakea. Peredaran darahnya terbuka

karena tidak terdapat pembuluh-pembuluh balik dan kapiler. Oksigen terutama diangkut

oleh cabang-cabang trakea ke hampir seluruh bagian sel di dalam tubuhnya. Serangga

adalah makhluk yang berdarah dingin. Bila suhu lingkungan menurun, maka suhu tubuh

mereka juga akan menurun dan proses fisiologisnya menjadi lamban. Beberapa

serangga dapat hidup pada suhu yang rendah dan beberapa lagi mampu hidup pada suhu

tinggi. Serangga dapat tahan terhadap suhu rendah sebab mereka menyimpan etilen

glikol di dalam jaringan-jaringan mereka.

3. Kelas Arachnida

Tubuh golongan ini terdiri dari dua bagian yaitu : Cephalothorax, dan perut,

terdapat 6 pasang embelan pada cephalothorax, antena tidak ada. Pasangan embelan

yang pertama ialah : kelisere (chelicerae) yang berfungsi untuk merobek dan

melumpuhkan mangsanya. Kelenjar racun terdapat didalam kelisera, tetapi ada beberapa

species yang

Page 6: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

kelenjar racunya terletak pada cephalothorax. Pasangan embelan yang kedua adalah

Pedipalpus yang digunakan untuk memegang makanan. Pasangan embelan selanjutnya

adalah merupakan empat pasang kaki jalan. Pada bagian perut tidak terdapat embelan.

Mempunyai mata sederhana biasanya 8 buah yang terletak di bagian kepala. Pernapasan

selain mempunyai trakea juga mempunyai paru-paru buku, terletak dibagian ventral

perut sebelah depan. Sistem peredaran darah terdiri dari : jantung, arteri vena dan

sejumlah sinus. Jantung terletak pada pericardium, kebagian depan diteruskan oleh aorta

yang bercabang-cabang kedalam jaringan-jaringan dibagian cephalothorax, kebagian

belakang oleh arteri caudal, juga terdapat tiga pasang arteri perut. Pada Ekskresi alat

yang digunakan berupa saluran Malpighi.

4. Kelas Chilopoda

Chilopoda disebut juga centipede, tubuhnya pipih dan bersegmensegmen.

Jumlah segmen tersebut tidak sama tergantung pada jenis spesiesnya yaitu berkisar

antara 15-17 segmen. Tiap segmen tersebut mempunyai sepasang kaki kecuali dua

segmen terakhir dan sebuah segmen dibelakang kepala. Pada segmen yang dibelakang

kepala tersebut terdapat 10 sepasang cakar beracun yang disebut maxilleped, digunakan

untuk membunuh mangsanya. Antena panjang terdiri dari 12 segmen atau lebih.

5. Kelas Diplopoda

Diplopoda disebut juga millipede. Tubuhnya bulat panjang dan terdiri dari 25-

100 segmen atau lebih tergantung jenis spesiesnya. Setiap segmen tampaknya

mempunyai dua pasang embelan. Sesungguhnya segmen tersebut tersususn rapat

sehingga kelihatan seperti satu segmen dan setiap segmen hanyalah mempunyai

sepasangm embelan. Mulut mempunyai sepasang mandibular (rahang) dan sepasang

maksila. Pada kepala terdapat sepasang antena yang pendek dimana pada antenna

tersebut terdapat rambut-rambut yang berfungsi sebagai indra pencium dan sederetan

kelenjar bau yang mengeluarkan suatu cairan yang tidak enak baunya sebagai alat

pertahanan. Hewan ini bergerak tidak begitu cepat dibandingkan dengan Chillopoda,

beberapa diantaranya ada yang dapat menggulungkan dirinya. Hidup pada tempat-

tempat yang gelap, tempat tempat yang lembab dan makananya berupa tumbuhan yang

telah menjadi busuk atau kadang-kadang tumbuhan yang masih hidup.

Page 7: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

Berikut ini adalah Tabel Karakteristik Kelompok Arthropoda

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangbiakan Arthropoda

Menurut Jumar (2000) dalam Nurmahaningsih (2014), faktor-faktor yang berpengaruh

dalam kehidupan dan perkembangbiakan Arthopoda adalah sebagai berikut:

1. Faktor Dalam (Internal)

a. Kemampuan berkembang biak

Kemampuan berkembang biak arthropoda dipengaruhi oleh kepiridian dan fakunditas

serta waktu perkembangan (kecepatan berkembangbiak).

b. Perbandingan kelamin

Merupakan perbandingan antara jumlah individu jantan dan betina yang diturunkan oleh

arthropoda. Perbandingan ini merupakan faktor penting dalam menentukan cepatnya

kenaikan populasi.

c. Sifat mempertahankan diri

Untuk mempertahankan hidup, arthropoda memiliki alat atau kemampuan untuk

mempertahankan dan melindungi dirinya dari serangan musuh.

d. Siklus hidup

Siklus hidup merupakan suatu rangkaian berbagai stadium yang terjadi selama

pertumbuhannya, sejak dari telur sampai menjadi imago (dewasa).

Page 8: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

e. Umur imago

Pada umumnya memiliki umur imago yang pendek. Ada yang beberapa hari, akan tetapi

ada juga yang sampai beberapa bulan.

2. Faktor luar (Eksternal)

a. Faktor fisis

1) Suhu

2) Kelembaban dari hujan

3) Cahaya

4) Angin

b. Faktor makanan

c. Faktor hayati

d. Faktor edafik

e. Faktor klimatik

f. Faktor biotik

Page 9: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan di tiga lokasi berbeda yakni Hutan Kampus Universitas

Jambi, Kebun Karet (milik warga), dan Semak Belukar. Pemasangan perangkap dimulai

dari Hari Selasa, 21 Oktober 2014 dan dibongkar sekaligus diidentifikasi pada hari

Jum’at, 24 Oktober 2014.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan Praktikum ini adalah

Parang tajam, gunting, beberapa buah paku ukuran 2 inch, korek api, gelas plastik 9

buah, botol selai, deterjen secukupnya, air sebagai pelarut secukupnya, kertas karton

(kardus bekas) secukupnya dan beberapa ranting kayu sebagai penyangga perangkap.

3.3 Prosedur Kerja

a. Melubangi bagian pinggir botol sebagai tempat perangkap menggunakan korek

api, kegunaan lubang kecil ini adalah agar air yang tersimpan dalam gelas

perangkap dapat keluar ketika penuh oleh hujan.

b. Memasukkan satu sendok makan deterjen bubuk ke dalam setengah gelas

perangkap air kemudian diaduk sampai tercampur rata

c. Membuat lubang menggunakan parang pada tiap titik dibangun perangkap,

dengan mengusahakan bibir gelas perangkap sejajar dengan permukaan tanah

oleh karena itu lubang yang akan dibuat harus lebih dari panjang gelas. Setelah

itu membuat sedikit cekungan kiri kanan gelas menghindari saat terjadinya

hujan.

d. Memasang pasak dari ranting – ranting yang cukup kuat, kemudian meletakkan

kardus bekas sebagai atap bagi gelas perangkap kemudian dipaku agar tidak

lepas (mampu bertahan selama beberapa hari).

Page 10: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

e. Mengeluarkan, menghitung serangga yang terjebak dalam perangkap setelah 3

hari dipasang kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi serangga –

serangga tersebut.

f. Data – data hasil identifikasi diolah menggunakan rumus yang telah ditetapkan

untuk mengetahui keragaman Arthropoda pada masing – masing lokasi.

3.4 Analisis Data

Data yang telah didapat dianalisis lebih lanjut menggunakan formula sebagai

berikut:

1. Indeks Keragaman Shannon-Wiener

H '=−∑i=1

S

( Pi )¿¿

Keterangan:

Pi : ∑ ni/N

H : Indeks Keragaman Shannon-Wiener

Pi : Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies

ni : Jumlah individu spesies ke-i

N : Jumlah total individu

2. Indeks Kemerataan Jenis

J '= H '

H ' Maksimum =

H 'ln S

Keterangan:

J’ : Indeks Kemerataan Jenis

H’ : Indeks Keragaman Shannon-Wiener

S : Jumlah spesies yang ditemukan di suatu area

3. Indeks Dominansi Simpson

D=∑i=1

n

(Pi)2

Keterangan:

D : Indeks Dominasi Simpson

Pi : Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies (ni/N)

Page 11: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

4. Indeks Kekayaan Jenis Margallef

R 1=S−1ln N

Keterangan:

R1 : Indeks Kekayaan Jenis Margallef

S : Jumlah spesies yang ditemukan di suatu area

N : Jumlah total individu

5. Indeks Kesamaan antar Komunitas

Iss= 2 CA+B

x 100 %

Keterangan:

Iss : Indeks Kesamaan antar Komunitas

C : Jumlah nilai yang sama dan nilai terendah ( < ) dari jenis-jenis yang

terdapat dalam tiga lokasi yang dibandingkan

A : Jumlah jenis Arthropoda tanah di daerah 1

B : Jumlah jenis Arthropoda tanah di daerah 2

Page 12: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Indeks Keragaman Shannon – Wiener Wilayah Hutan Kampus

No.

NAMA SPESIES NAMA LOKAL

ni KR (%)

Pi In pi Pi Ln pi

1 Aedes,sp Nyamuk 1 3,85 0,038 -3,26 -0,1252 Oecophylla longinoda Semut

rangrang4 15,38 0,153 -1,87 -0,287

3 Camponotus caryae Semut hitam 1 3,85 0,038 -3,26 -0,1264 Gryllus bimaculatus Jangkrik 2 7,69 0,076 -2,56 -0,1975 Semut kecil 17 65,38 0,653 -0,42 -0,2776 Serangga kecil 1 3,85 0,038 -3,26 -0,125

Jumlah individu 26 100 -1,139

H '=−∑I=1

s

( pi∈Pi )

= - (-1,139)

= 1,139

J '= H 'ln S

=1,1391,791

= 0,635

D = ∑ ¿¿ pi=ni/N

= 0,4599

R 1=S−1ln N

=6−1ln 26

= 1,535

Page 13: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

4.1.2 Indeks Keragaman Shannon – Wiener Wilayah Kebun Karet

NO NAMA SPESIES NAMA LOKAL

ni KR (%)

Pi In pi Pi Ln pi

1 Periplaneta sp kecoak 1 1,8181 0,0182 -4,007 -0,073

2 Semut kecil - 21 38,181 0,3818 -0,963 -0,368

3 Camponotus caryae Semut hitam 12 21,818 0,2182 -1,522 -0,332

4 Gryllus bimaculatus Jangkrik 15 27,272 0,2727 -1,299 -0,354

5 Mr. Y 5 9,0909 0,0909 -2,398 -0,218

6 Mr. x 1 1,8181 0,0182 -4,007 -0,073

Jumlah individu 55 100 -1,418

H '=−∑I=1

s

( pi∈Pi )

= - (-1,418)

= 1,418

J '= H 'ln S

=1,4181,791

= 0,791

D = ∑ ¿¿ pi=ni/N

= 0,2767

R 1=S−1ln N

=6−1ln 55

= 1,248

Page 14: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

4.1.3 Indeks Keragaman Shannon-Wiener Wilayah Semak Belukar

No NAMA SPESIES NAMA LOKAL

ni KR (%)

Pi ln pi Pi ln pi

1 Periplaneta sp kecoak 2 10 0,1 -2,303 -0,2302 Semut kecil - 4 20 0,2 -1,609 -0,3223 Camponotus caryae Semut hitam 3 15 0,15 -1,897 -0,285

4 Gryllus bimaculatus Jangkrik 2 10 0,1 -2,303 -0,230

5 Araneus diadematus Laba-laba 1 5 0,05 -2,996 -0,150

6 Onicus asellus Kutu kayu 3 15 0,15 -1,897 -0,2857 Serangga kecil - 5 25 0,25 -1,386 -0,347Jumlah individu 20 100 -1,848

H '=−∑I=1

s

( pi∈Pi )

= - (-1,848) = 1,848

J '= H 'ln S

=1, 8481, 945

=

= 0,950

D = ∑ ¿¿ pi=ni/N

= 0,17

R 1=S−1ln N

=7−1ln 20

= 2,003

Tabel Perbandingan Tiap Indeks untuk Masing – masing Lokasi

Jenis IndeksTipe Hutan (Habitat)

Hutan Kampus Kebun Karet

Semak Belukar

Keragaman (H’) 1,139 1,4181,848

Kemerataan (J) 0,635 0,7910,950

Page 15: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

Dominansi (D)0,4599

0,27670,17

Kekayaan jenis (R1)1,535

1,2482,003

4.1.4 Indeks Kesamaan antar Komunitas

4.1.4.1 Indeks Kesamaan antar Hutan Kampus dan Kebun Karet

Hutan Kampus Kebun Karet CSemut kecil 17 21 17Camponotus caryae 1 12 1Gryllus bimaculatus 2 15 2Total 20 48 20

Iss= 2 CA+B

x 100 %

Iss = 2 x 2020+48

x 100 % = 58,82 %

4.1.4.2 Indeks Kesamaan antar Hutan Kampus dan Semak Belukar

Hutan Kampus Semak Belukar CSemut kecil 17 4 4Camponotus caryae 1 3 1Gryllus bimaculatus 2 2 2Total 20 9 7

Is s= 2CA+B

x100%

Iss = 2 x720+9

x 100 % = 48,27 %

4.1.4.3 Indeks Kesamaan antar Kebun Karet dan Semak Belukar

Kebun Karet Semak Belukar CSemut kecil 21 4 4Camponotus caryae 12 3 3Gryllus bimaculatus 15 2 2Total 48 9 9

Iss= 2 CA+B

x 100 %

Iss = 2 x 948+9

x 100 % = 36,73 %

Page 16: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang telah diutarakan di atas, dapat diketahui bahwa setiap

lokasi memiliki keanekaragaman Arthropoda tanah yang berbeda – beda meskipun

terdapat kesamaan untuk jenis Arthropoda tertentu. Kondisi topografi masing masing

lokasi tidak terdapat perbedaan yang cukup siginifikan dimana ketika pemasangan

perangkap sebagai sampel sama – sama berada pada kondisi yang datar.

Lokasi hutan kampus merupakan tegakan beranekaragam pohon (tegakan tidak

seumur) dimana pohon besar dan kecil dapat ditemui mulai memasuki hutan kampus

namun jumlah atau kerapatan vegetasi tentunya berbeda dibagian awal, bagian tengah

dan akhir hutan. Pada hutan kampus terdapat serasah – serasah yang menumpuk

meskipun dalam penyebaran yang tidak cukup merata karena sebagian tampak serasah

tebal sedangkan bagian yang lain tidak. Berdasarkan tabel hasil, diketahui pada Hutan

Kampus selama tiga hari pemasangan perangkap hanya terdapat enam jenis Arthropoda

tanah yaitu Nyamuk Aedes,sp ; Semut rangrang (Oecophylla longinoda), Semut hitam

(Camponotus caryae), Jangkrik (Gryllus bimaculatus), Semut kecil dan Serangga kecil

yang belum teridentifikasi karena keterbatasan informasi.Jumlah total Arthropoda yang

ditemui di Hutan kampus adalah 26 buah. Lokasi selanjutnya adalah Kebun karet milik

warga yang cukup terawat dengan baik. Pada kebun karet tersebut hanya terdapat

rerumputan sebagai Groundcover dan penyebaran rumput tersebut tidak merata. Serasah

yang dihasilkan oleh Karet tidak sebanyak serasah yang ditemui di hutan kampus.

Arthropoda yang ditemui di Kebun karet terdiri dari 6 spesies (2 diantaranya tidak

teridentifikasi), yakni Kecoa (Periplaneta sp), Semut hitam (Camponotus caryae),

Jangkrik (Gryllus bimaculatus), Semut Kecil, 2 serangga yang tidak teridentifikasi

diberi label dengan istilah Mr.Y dan Mr.X. Jumlah total seluruh individu yang

ditemukan di Kebun Karet jauh lebih banyak dibandingkan Hutan kampus yaitu 55

buah. Lokasi terakhir pemasangan perangkap adalah Semak belukar, yang didominasi

oleh Alang – alang (Imperata cilindrica) berbagai ukuran, Senduduk (Melastoma,sp),

Page 17: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

Rumput teki (Cyperus rotundus), dan lain sebagainya. Arthropoda yang ditemui di

lokasi ini sebanyak tujuh jenis dimana jumlah ini sedikit melebihi daripada Arthropoda

yang ditemui di dua lokasi sebelumnya, diantarannya adalah Kecoa (Periplaneta sp),

Semut hitam (Camponotus caryae), Jangkrik (Gryllus bimaculatus), Semut Kecil, Laba

– laba (Araneus diadematus), Kutu kayu (Onicus asellus) dan Serangga kecil. Jumlah

total individu Arthropoda yang ditemui di Semak Belukar adalah 20 buah.

Indeks keragaman, Indeks kemerataan, Indeks Dominansi, Indeks Kekayaan

Jenis dan Indeks kesamaan antar Komunitas merupakan formula yang disusun untuk

menentukan keanekaragaman Arthropoda pada tiga habitat (tipe hutan) yang berbeda.

Lokasi hutan Kampus memiliki indeks keragaman Shannon-Wiener sebesar 1,139,

lokasi kedua yaitu Kebun Karet memiliki indeks keragaman sebesar 1,418 dan lokasi

ketiga Semak Belukar memiliki indeks keragaman sebesar 1, 848. Nilai yang berkisar

sedemikian rupa tersebut termasuk dalam kriteria Keragaman Sedang karena tidak ada

nilai keragaman setiap lokasi kurang dari 1 sehingga dapat dikatakan bahwa ekosistem

masing – masing lokasi mempunyai kestabilan yang sedang. Indeks kemerataan untuk

lokasi pertama (Hutan kampus) sebesar 0,635, indeks kemerataan lokasi kedua (Kebun

karet) sebesar 0,791 dan indeks kemerataan lokasi ketiga (Semak belukar) adalah

sebesar 0,950. Indeks kemerataan terbesar dimiliki oleh Lokasi Semak Belukar, yaitu

0,950 dimana nilai tersebut mendekati 1 yang artinya kemerataan penyebaran setiap

Arthropoda lebih baik dibandingkan kedua lokasi lainnya, hal ini kemudian akan

berhubungan dengan indeks Dominansi. Indeks Dominansi Simpson digunakan

mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis-jenis Arthropoda yang dominan. Apabila

ada salah satu spesies yang dominan maka dapat dinyatakan bahwa penyebaran antar

spesies di suatu habitat tidak merata dimana ada banyak faktor yang mempengaruhi hal

tersebut. Indeks dominansi tertinggi terdapat pada lokasi Hutan kampus dengan nilai

0,4599 kemudian dilanjutkan tertinggi kedua adalah Kebun karet yaitu 0,2767 dan

indeks dominansi terendah dimiliki oleh Semak belukar yakni 0,17. Indeks Kekayaan

jenis Margallef merupakan indeks yang menunjukkan kekayaan jenis suatu komunitas,

dimana besarnya nilai ini dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan jumlah individu pada

areal tersebut. Indeks kekayaan jenis pada Lokasi hutan kampus bernilai sebesar 1,535

yang merupakan nilai kekayaan jenis terbaik kedua setelah lokasi Semak Belukar yaitu

2, 003 sedangkan indeks kekayaan jenis paling rendah terdapat pada lokasi Kebun Karet

Page 18: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

yaitu 1.248. Akan tetapi jika dimasukkan ke dalam kriteria Margallef, ketiga lokasi

pengamatan memiliki indeks kekayaan jenis yang tergolong rendah karena R1 kurang

dari 3,5 sedangkan untuk mencapai kekayaan jenis yang tinggi R1 harus melebihi 5,0.

Komposisi Arthropoda dapat dilihat melalui persentase dari Kerapatan relatif

(%KR). Kerapatan relatif masing – masing lokasi berbeda – beda sehingga dapat

dikelompokkan menjadi kerapatan tinggi, kerapatan sedang dan kerapatan rendah.

Lokasi pertama (hutan Kampus) KR tertinggi dimiliki oleh spesies Semut kecil sebesar

65,38% , kerapatan sedang dimiliki oleh spesies Semut rangrang dan Jangkrik masing-

masing 15,38% dan 7,69% sedanga kerapatan terendah terdapat pada Semut hitam,

Nyamuk dan Serangga kecil. Lokasi kedua (Kebun Karet) , spesies dengan kerapatan

tertinggi adalah Semut kecil sebesar 38,18% dan Jangkrik 27,27% , spesies dengan

kerapatan sedang adalah Semut hitam 21,81% dan kerapatan terendah dimiliki oleh

spesies Kecoa, Mr.Y dan Mr.X. Kerapatan tertinggi pada Lokasi ketiga (Semak

Belukar) adalah pada spesies Serangga kecil sebesar 25 % dan Semut kecil 20%, untuk

kerapatan sedang terdapat spesies Semut hitam, Kutu Kayu masing – masing 15% dan

Kecoa, Jangkrik masing – masing 10% sedangkan kerapatan kecil terdapat pada spesies

Laba-laba 5%.

Indeks kesamaan antar Komunitas merupakan suatu koefisien untuk mengetahui

kesamaan jenis Arthropoda tanah di antara dua daerah yang berbeda. Praktikum

dilakukan di tiga lokasi yang berbeda oleh karena itu untuk mencari indeks kesamaan

maka Hutan kampus dibandingkan dengan Kebun Karet; Hutan kampus dibandingkan

dengan Semak Belukar dan terakhir Kebun Karet dibandingkan dengan Semak Belukar.

Antara hutan Kampus dan Kebun Karet, spesies dominan dan sama yang ditemui adalah

Semut kecil, Jangkrik dan Semut hitam dimana antara kedua lokasi tersebut indeks

kesamaan bernilai sebesar 58,82%. Antara hutan kampus dan Semak belukar, spesies

Arthropoda yang dominan dan sama adalah sama dengan sebelumnya yaitu Semut kecil,

Semut hitam dan Jangkrik dengan nilai 48,27%. Perbandingan antara Kebun Karet dan

Semak belukar adalah 36,73% dimana spesies yang dominan dan sama adalah tetap

Semut kecil, Semut hitam dan Jangkrik. Nilai koefisien kesamaan antar komunitas

berkisar antara 0 – 100% dimana semakin mendekati nilai 100% keadaan habitat

mempunyai kesamaan yang tinggi.

Page 19: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan yang telah dituliskan di atas, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

a. Jumlah spesies yang paling banyak ditemui dari tiga lokasi pengamatan

adalah Semak belukar (7 spesies), sedangkan Hutan Kampus dan Kebun

Karet hanya ditemui 6 spesies.

b. Jumlah individu terbanyak dari setiap spesies adalah Kebun Karet (55

individu), Hutan Kampus (26 individu) dan Semak Belukar (20 individu).

c. Semak belukar merupakan lokasi yang memiliki keragaman yang tinggi,

ditambah dengan kemerataan yang paling tinggi (mendekati 1) dan memiliki

dominansi yang rendah yaitu 0,17 sehingga dapat dikatakan bahwa spesies

yang di dalam semak belukar menyebar merata dan hanya sedikit sekali

spesies yang berkembang dengan dominan. Semak belukar mempunyai

kekeyaan jenis yang paling tinggi dibandingkan dua lokasi lainnya meskipun

masih termasuk ke dalam kriteria kekayaan jenis tergolong rendah (R1 <

3,50).

d. Spesies yang dominan dan sama yang ditemukan dari tiga lokasi pengamatan

adalah Semut kecil, Semut hitam dan Jangkrik serta antara Hutan Kampus

dan Kebun Karet memiliki kesamaan komunitas yang lebih dekat yakni

sebesar 58,82 %.

5.2 Saran

Dalam praktikum (pengamatan) dilakukan secara benar agar tidak terjadi bias

yang besar pada data yang telah diperoleh.

Page 20: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

DAFTAR PUSTAKA

Achrom, Mochamad. 2004. Tesis: Keanekaragaman Arthropoda Pada Ekosisitem

Hutan Pinus Dan Hutan Eucalyptus Di Aek Manuli Simalungun. Medan. USU

Nurmahaningsih. 2014. Skripsi: Komposisi Dan Keanekaragaman Jenis Arthropoda

Tanah Lantai Hutan Cagar Alam Ulolanang Kecubung Kabupaten Batang.

Semarang.IKIP PGRI.

Subekti, Niken. 2012. Keanekaragaman Jenis Serangga di Hutan Tinjomoyo Kota

Semarang, Jawa Tengah. Semarang. FMIPA Universitas Negeri Semarang

http://biologicallytested.wordpress.com/ (Diakses tanggal 01 November 22.30 WIB)

Page 21: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

LAMPIRAN

(gelas perangkap) (paku)

(Deterjen) (parang)

(Kardus penutup)

(Air)

Page 22: Laporan Praktikum Hama Penyakit Tanaman Hutan

(Fit Fall Trap yang siap pakai)

(Proses pengeluaran Arthropoda sekaligus pengidentifikasian)

(Salah satu contoh Arthropoda yang dikeluarkan dari perangkap)