pembibitan tanaman karet

40
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasiliensis) adalah tanaman tahunan, yang merupakan salah satu komoditi unggulan tanaman perkebunan. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004, pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas; namun saat ini rata – rata produktivitas masih tergolong rendah yaitu 600 – 700 kg/ha/th (2,37 ton). Rendahnya produktifitas ini selain penerapan teknologi budidaya seperti pemupukan dan pemeliharaan kurang, yang lebih utama adalah masalah penggunaan bahan tanam. Penggunaan benih unggul bermutu untuk komoditi karet di Indonesia masih 41%. 1

Upload: syarifah-fauziah

Post on 21-Dec-2015

129 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

tugas budidaya tanaman tahunan

TRANSCRIPT

Page 1: Pembibitan Tanaman Karet

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) adalah tanaman tahunan, yang

merupakan salah satu komoditi unggulan tanaman perkebunan. Ekspor karet

Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari

1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton

pada tahun 2004, pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai

US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas; namun

saat ini rata – rata produktivitas masih tergolong rendah yaitu 600 – 700 kg/ha/th

(2,37 ton). Rendahnya produktifitas ini selain penerapan teknologi budidaya

seperti pemupukan dan pemeliharaan kurang, yang lebih utama adalah masalah

penggunaan bahan tanam. Penggunaan benih unggul bermutu untuk komoditi

karet di Indonesia masih 41%.

Menggunakan bahan tanam karet yang bermutu merupakan kunci sukses

menuju agribisnis karet yang menguntungkan secara berkesinambungan.

Kesalahan dalam memilih bahan tanam karet akan dirasakan selama umur

ekonomis tanaman. Penggunaan bibit tidak bermutu akan berakibat :

1. Tanaman yang tidak berkualitas memiliki heterogenitas tinggi,

pertumbuhan lambat dan produktivitas lambat.

2. Pemeliharaan yang optimal tetap tidak memberikan manfaat.

3. Tidak ada sistem eksploitasi yang mampu memberikan hasil tinggi

dalam jangka panjang secara konsisten.

1

Page 2: Pembibitan Tanaman Karet

Penggunaan benih berkualitas yang membawa sifat genetik unggul (klon

unggul) mutlak harus dilaksanakan. Bibit bermutu haruslah secara fisik memenuhi

ukuran pertumbuhan yang normal, secara fisiologi memiliki daya hidup yang

baik, dan secara genetis terdiri dari klon yang asli dan murni.

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki

posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga

memiliki prospek yang cerah. Penggunaan bibit bermutu tinggi sudah mendapat

perhatian khusus secara berkelanjutan, walaupun bibit bermutu merupakan modal

yang relatif kecil namun dampaknya terhadap produktivritas dan efisiensi sangat

besar. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap

komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka perlu adanya upaya untuk

meningkatakan produktifitas karet di Indonesia. Oleh sebab itu upaya peningkatan

produktifitas karet terus dilakukan terutama dalam pengadaan bibit bermutu tinggi

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kebun.

B. Tujuan

Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan acara Pembibitan bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana pembibitan tanaman karet di PTPN IX Krumput.

2. Mengetahui pemeliharan pada pembibitan tanaman karet.

2

Page 3: Pembibitan Tanaman Karet

II. TINJAUAN PUSTAKA

Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus.

Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun

setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil

dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak

dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di

Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan

pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya

Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi

Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari

setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta

ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan

penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005).

Sampai saat ini kebutuhan kayu sebagian besar masih dipenuhi dari hutan

alam. Persediaan kayu dari hutan alam setiap tahun semakin berkurang, baik dari

segi mutu maupun volumenya. Hal ini disebabkan kecepatan pemanenan yang

tidak seimbang dengan kecepatan penanaman, sehingga tekanan terhadap hutan

alam makin besar. Disisi lain kebutuhan kayu untuk bahan baku industri semakin

meningkat, hal ini berarti pasokan bahan baku pada industri perkayuan semakin

sulit, kalau hanya mengandalkan kayu yang berasal dari hutan alam, terutama

setelah kayu ramin, meranti putih, dan agathis dilarang untuk diekspor dalam

bentuk kayu gergajian (Iskandar, 1983).

3

Page 4: Pembibitan Tanaman Karet

Kondisi ini perlu ditanggulangi sedini mungkin agar tidak terjadi

kesenjangan antara potensi pasokan kayu hutan dengan besarnya kebutuhan kayu.

Usaha untuk memenuhi permintaan kayu tersebut dapat dipenuhi melalui

pengusahaan hutan produksi, seperti pembangunan hutan tanaman industri,

walaupun hasilnya belum memuaskan. Oleh karena itu perlu dicari jenis kayu

substitusi yang dapat memenuhi persyaratan untuk berbagai keperluan. Kayu karet

yang dihasilkan dari perkebunan karet merupakan alternatif yang dapat

dipertimbangkan. Perkebunan karet di Indonesia cukup luas dan sebagian sudah

waktunya diremajakan (Anwar, 2001).

Potensi kayu karet untuk diolah sebagai bahan baku industri cukup besar.

(Balai Penelitian Karet Sumbawa) menunjukkan bahwa luas tanaman karet yang

perlu diremajakan sampai tahun 1997 sekitar 400 000 hektar atau 11 persen dari

total luas areal karet di Indonesia. Di samping itu, saat ini teknologi pengolahan

kayu karet telah berkembang pesat sehingga prospek pemanfaatan kayu karet

dapat lebih luas. Ditinjau dari sifat fisis dan mekanis, kayu karet tergolong kayu

kelas kuat II yang berarti setara dengan kayu hutan alam seperti kayu ramin,

perupuk, akasia, mahoni, pinus, meranti, durian, ketapang, keruing, sungkai,

gerunggang, dan nyatoh. ); Sedangkan untuk kelas awetnya, kayu karet tergolong

kelas awet V atau setara dengan kayu ramin (Hanum, 2008).

Sifat dasar lainnya yang menonjol dari kayu karet, kayunya mudah digergaji

dan permukaan gergajinya cukup halus, serta mudah dibubut dengan

menghasilkan permukaan yang rata dan halus. Kayu karet juga mudah dipaku, dan

mempunyai karakteristik pelekatan yang baik dengan semua jenis perekat. Sifat

4

Page 5: Pembibitan Tanaman Karet

yang khas dari kayu karet adalah warnanya yang putih kekuningan ketika baru

dipotong, dan akan menjadi kuning pucat seperti warna jerami setelah

dikeringkan. Selain warna yang menarik dan tekstur yang mirip dengan kayu

ramin dan perupuk yaitu halus dan rata, kayu karet sangat mudah diwarnai

sehingga disukai dalam pembuatan mebel. Mutu fibreboard asal kayu karet setara

dengan kayu lapis yang berasal dari hutan alam (Sianturi, 1989).

Budidaya tanaman karet akan menghasilkan mutu karet yang tinggi juga

apabila dalam proses budidayanya digunakan tehnik yang baik dari awal

penanaman atau pembibitan hingga pemeliharaan. Tehnik budidaya yang baik

akan menggunakan bahan tanam dari jenis bibit yang pertumbuhanya cepat, atau

penggunaan jenis klon unggul. Penggunaan klon unggul ini terbukti dapat

menaikan produksi yang menyolok dibandingkan dengan tanaman asal biji

(Setyamidjaja, 1983).

Karet cukup baik dikembangankan di daerah lahan kering beriklim basah.

Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas

lainnya, yaitu dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih

mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, mampu

membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering

beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis,

dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan

memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin

meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia (Junaidi,

2008).

5

Page 6: Pembibitan Tanaman Karet

Landuse pada lahan ini sangat cocok digunakan untuk perkebunan karet.

Keadaan pohon karet yang melengkung atau miring dari arah selatan ke timur

disebabkan adanya pengaruh arah lereng serta pengaruh sinar matahari dari pagi

sampai siang. Hal ini menunjukan bahwa tanah mengalami pergeseran atau

pergerakan mengikuti aliran air, sehingga tanah menjadi tidak stabil. Tanahnya

bersifat masam, karena banyak menyerap Al dan Fe dari bahan yang terdapat di

dalam tanah, sehingga daun mudah rontok. Vegetasi yang terdapat di daerah

tersebut selain pohon karet adalah selenium yang digunakan untuk konservasi dan

pupuk daun (Hanani, 2009).

Kebun entres merupakan tempat mengkoleksi material genetik sebagai

sumber mata tunas yang akan tumbuh sebagai batang atas tempat lateks diperoleh.

Dalam budidaya tanaman karet, bahan tanaman yang lazim digunakan sampai saat

ini adalah bahan tanam klonal yang diperbanyak secara okulasi. Hal ini

dikarenakan tanaman karet yang berasal dari biji (seedling) memiliki keragaman

yang cukup besar. Dibandingkan dengan bibit seedling, penggunaan bahan tanam

klonal sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa

tanaman belum menghasilkan lebih cepat dan tanaman lebih seragam. Perbedaan

produksi tanaman karet asal biji (seedling) dan tanaman karet klonal seperti

terlihat pada tabel berikut (Indraty, 1990).

6

Page 7: Pembibitan Tanaman Karet

III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain bibit tanaman karet

berumur 9-10 bulan, kayu okulasi, tanah dan plastik polithein. Alat yang

digunakan dalam praktikum ini, antara lain pisau, cangkul, kamera dan polybag.

B. Prosedur kerja

1. Brown budding, disiapkan bibit tanaman karet yang berumur 9-10 bulan

sebagai batang bawah, dan tidak berada pada stadium membentuk payung.

2. Kayu okulasi diambil dari kebun entres, yang kulitnya berwarna antara

hijau tua dan cokelat.

3. Pangkal batang bawah dibersihkan dari tanah, atau pada tempat yang akan

dibuat keretan atau “jendela”

4. Dibuat jendela yang tingginya 10 cm dari permukaan tanah. Dibuat sayatan

pada kulit, dengan dua keratan vertikal sepanjang 7 cm dan satu keretan

horizontal 2 cm. Dibiarkan lateksnya keluar dari tempat sayatan

5. Disiapkan kayu okulasi dengan membuat perisai, dengan cara buat dua

keratan memanjang sejajar dengan mata terletak di tengah.

6. Disayatlah kulit kayu entres di bawah keretan tersebut sampai terambil

sedikit lapisan kayunya. Bila sudah terlepas dari kulitnya, letakkan pada

gedebog pisang.

7

Page 8: Pembibitan Tanaman Karet

7. Lateks yang keluar tadi, dibersihkan dengan kain lap. Kemudian jendela

batang bawah dibuka dengan ekor pisau secara hati-hati, dan mata okulasi

diselipkan pada kulit jendela dan kambium.

8. Disisakan sedikit bagian bawah kulit jendela, dan ditutup dengan

membalutkan plastik hingga mengitari seluruh bagian yang diokulasikan

dari bagian bawah ke bagian atas.

8

Page 9: Pembibitan Tanaman Karet

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Prosedur pembibitan yang dilakukan oleh PTPN IX Krumput diawali

dengan seleksi biji, dengan dua sistem yang digunakan. Seleksi pertama dilakukan

dengan cara direndam dan cara kedua dilakukan dengan proses pelentingan biji

karet. Pada cara perendaman, biji karet dimasukan ke dalam air sampai

tenggelam. Apabila biji karet tidak tenggelam maka biji tersebut bisa dikatakan

mempunya mutu yang buruk. Proses pelentingan dilakukan pada ketinggian 1

meter dari kotak, apabila biji dijatuhkan dapat melenting dengan baik maka biji

tersebut memiliki mutu yang baik.

Setelah diadakan proses seleksi biji, selanjutnya diadakan perkecambahan.

Perkecambahan dilakukan di lahan depan bagian timur dengan lebar jarak tanam 1

meter dan panjang tanamnya disesuaikan. Lebar tanamnya 1 meter karena

disesuaikan dengan jangkauan tangan orang Indonesia. Pada lahan

perkecambahan tanahnya di buat bedengan dengan ditambahkan pasir agar

memudahkan dalam pengambilan bibit. Prosedur kerja perkecambahan yang

pertama, biji yang bermutu baik diletakkan di tanah yang berada di atas polibag

dengan perut biji dihadapkan ke bawah dan kemudian dikrakap dengan

menggunakan karung goni. Krakap dilakukan untuk menghindari penguapan dan

membantu proses pemupukan. Biji yang telah ditanam tadi kemudian diberi air

dan setiap pagi karung goni tersebut dibuka agar mempercepat pertumbuhan.

Tanaman yang dikecambahkan akan tumbuh sekitar 3 – 4 hari, jika 14 hari

9

Page 10: Pembibitan Tanaman Karet

tanaman tidak tumbuh maka dikatakan perkecambahannya gagal karena sudah

kadaluarsa. Penanaman benih yang dilakukan oleh PTPN IX Krumput

menggunakan sistem Tabela, yaitu tanam benih langsung yang dilakukan kurang

lebih selama 9 bulan. Cara ini sangat efisien, karena jika dilakukan dengan sistem

konvensional bisa mencapai 2 tahun. Pembibitan dilakukan mulai Januari dan

mulai tanam sekitar bulan November sampai Desember.

Persiapan pembibitan selanjutnya menyiapkan kebun entres, kebun bibit

batang bawah (rootstock) dan okulasi. Sebelum okulasi entres diseleksi dengan

diklonkan. Okulasi dilakukan menggunakan batang atas yang berasal dari kebun

entres yang umurnya tidak lebih dari 10 tahun. Okulasi dapat dilakukan dengan

cara yaitu okulasi coklat (brown budding) dan okulasi hijau (green budding).

Brown budding dilakukan pada bibit batang bawah yang umurnya diantara 9-10

bulan, sedangkan green budding dilakukan pada batang bawah yang umurnya 5-6

bulan. Mata okulasi dibagi menjadi empat jenis, yaitu mata prima, mata sisik,

mata palsu dan mata burung. Mata entres yang digunakan yaitu mata prima karena

hasilnya lebih optimum. Prosedur okulasi yang dilakukan oleh PTPN IX Krumput

yaitu diawali dengan pembuatan jendela okulasi pada batang bawah, kemudian

pengambilan mata dari batang atas (entres), menempelkan mata entres dijendela

batang bawah, kemudian dan yang terakhir yaitu dengan pengikatan

menggunakan plastik okulasi yang lentur. Okulasi yang bagus dapat dilihat jika

tanaman tingginya mencapai satu meter dan sudah terdapat delapan mata okulasi,

dan dalam satu pohon terdapat dua batang.

10

Page 11: Pembibitan Tanaman Karet

Terdapat 3 stadia pertumbuhan benih, yang pertama stadia bintang,

kemudian stadia pancing dan terakhir stadia jarum. Stadia yang terbaik untuk

pemindahan benih adalah stadia pancing karena pada stadia ini akar sudah mulai

memanjang dan keadaannya juga lebih prima. Pada stadia bintang akar mulai

tumbuh, namun tunas belum tumbuh dan masih terlalu pendek. Sedangkan pada

stadia jarum tanaman sudah terlalu tinggi dan perlu dilakukan penyulaman.

Waktu okulasi yang baik menurut PTPN IX Krumput yaitu pada pagi hari

dari pukul 06.00-10.00 dan sore hari pada pukul 15.00-17.00. Pada waktu okulasi

dibungkus dengan menggunakan pelepah pisang agar menjaga kelembaban dan

agar tidak lecet. Pemerikasaan okulasi pertama dilakukan setelah 2-3 minggu

pelaksanaan okulasi. Kemudian pemeriksaan kedua dilakukan setelah 2 minggu

pemerikasaan pertama. Okulasi yang tidak berhasil diberi tanda dengan mengikat

plastik dibatangnya. Sehingga dapat dilakukan okulasi kembali pada sisi lain dari

batang bawah. Sedangkan okulasi yang berhasil diberi tanda dengan warna cat.

Warna cat disesuaikan dengan jenis tanamannya. Cat berwarna merah diberikan

pada karet jenis GT I (Gondang Tapen Indonesia), warna biru diberikan pada

karet jenis BBM, warna putih diberikan pada karet jenis RRIC, warna hijau

diberikan pada karet jenis RRIM¸ warna kuning diberikan pada karet jenis PB

(Prang Besar).

Tanaman yang berhasil diokulasi kemudian didogkel. Namun 2 sebelum

dilakukan pendongkelan, tanaman ini dipupuk terlebih dahulu. Kemudian

dilakukan penyerongan 3-5 cm dari mata okulasi. Luka bekas penyerongan

ditutup dengan paraffin. Setelah itu dilakukan pendongkelan untuk kemudian

11

Page 12: Pembibitan Tanaman Karet

dipindahkan ke pembibitan polibag. Ciri – ciri bibit unggul adalah tanaman tahan

penyakit dan hama, cabang tidak menghasilkan sisi, kuat dan kokoh bagi

berdirinya tanaman, tumbuh lurus keatas, kulit murni (halus, tebal dan cepat pulih

setelah disadap).

B. Pembahasan

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki

posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga

memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas

usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya.

Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk

memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain :

berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan

hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa

syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :

1. Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.

2. Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas

3. Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral

4. Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).

Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun

vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah

secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi adalah salah satu teknik

perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu

12

Page 13: Pembibitan Tanaman Karet

tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung (kompatibel) yang bertujuan

menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh

perumbuhan dan produksi yang baik. Prinsip okulasi sama yaitu penggabungan

batang bawah dengan batang atas, yang berbeda adalah umur batang bawah dan

batang atas yang digunakan sehingga perlu teknik tersendiri untuk mencapai

keberhasilan okulasi. Kebaikan yang diharapkan dari batang bawah secara umum

adalah sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex

yang baik. Bila bibit yang di okulasi ini di tumbuhkan dilapangan dikatakan

tanaman okulasi sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan

disebut tanaman semai.

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu (Aidi, 2009) :

1. Keterampilan, kebersihan dan kecepatan mengokulasi

2. Pemilihan entres atau kayu okulasi dengan mata tunas yang masih dorman

3. Keadaan iklim pada musim kemarau tanaman karet mengalami gugur daun,

kurang baik untuk pengokulasian karena adanya gangguan visiologis. Yang

baik adalah pada awal dan akhir musim penghujan, pada musim hujan juga

tidak baik, air hujan dapat meresap pada luka okulasi yang dapat

mengakibatkan busuk. Kelembaban tinggi baik untuk perkembangan jasad

renik pada sisa-sisa latex dari luka okulasi, ini dapat dapat menyebabkan

kegagalan pengokulasian.

Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan. Untuk

mendapatkan batang atas yang berkualitas atau bermutu diperlukan ketersediaan

kebun entres yang terdiri atas klon-klon karet unggul anjuran yang berasal dari

13

Page 14: Pembibitan Tanaman Karet

kebun entres yang murni. Untuk memurnikan kebun entres diperlukan

kemampuan pengenalan masing-masing klon anjuran tersebut. Mutu benih perlu

diperhatikan untuk mendapatkan pertumbuhan batang bawah yang baik dari sifat

genetik, fisiologis, dan fisisnya. Dari batang bawah yang akan menentukan daya

gabungnya dengan batang atas, yang selanjutnya akan berpengareuh terhadap

pertumbuhan dan produksi. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan okulasi harus

dilakukan dengan sebaik-baiknya, karena okulasi yang tidak baik atau kurang baik

dapat menyebabkan kematian atau kerusakan pada batang bawah, alat yang

digunakan juga harus bersih dari segala kotoran baik itu tanah, kotoran dedaunan

dan sebagainya, karena dapat menyebabkan terkontaminasinya kambium (tidak

bagus lagi untuk digunakan).

Untuk menunjang keberhasilan pada bangunan perkebunan karet diperlukan

adanya penangkar benih untuk batang bawah dan batang atas yang memiliki

kualitas unggul, disamping pengadaan entres dan bibit hasil okulasi yang

bersekala ekonomis. Untuk mengetahui input-output masing-masing bentuk

diperlukan analisis ekonomi usaha pengadaan bahan tanaman mulai dari kebun

entres sampai bibit siap salur.

Tahapan pembibitan yang dilakukan oleh PTPN IX Krumput :

1. Pembibitan

a. Seleksi Biji

Seleksi biji dapat digunakan dengan dua sistem. Seleksi pertama dilakukan

dengan cara direndam dan cara kedua dilakukan dengan proses pelentingan biji

14

Page 15: Pembibitan Tanaman Karet

karet. Pengujian kesegaran biji secara acak, yaitu diambil 100 butir biji karet,

kemudian dipecah dengan palu atau batu untuk dinilai kesegarannya. Apabila

belahan biji karet masih putih murni sampai kekuning kuningan dinilai baik,

apabila berwarna kekuning-kuningan berminyak, kuning kecoklatan sampai hitam

atau keriput dinilai jelek. Nilai kesegaran yang baik antara 70-90%.

Metode pemilihan biji karet dengan cara :

1. Biji dilentingkan/dijatuhkan dari ketinggian 70-100 cm pada kotak kayu

berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm. Apabila biji melenting keluar melewati

dinding kotak, dinilai biji tersebut naik.

2. Biji dipantulkan di atas lantai semen, jika memantul maka biji baik.

3. Meredam biji di dalam air, apabila 2/3 bagian biji terendam, maka biji karet

tersebut masih baik.

b. Waktu Tanam

Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat

tersebut merupakan awal yang baik/optimal untuk memulai penanaman dan harus

berakhir sebelum musim kemarau. Pembibitan ilakukan mulai bulan Januari dan

pada bulan November – Desember sudah mulai ditanam.

2. Perkecambahan

Setelah diadakan proses seleksi biji, selanjutnya diadakan perkecambahan.

Perkecambahan dilakukan di lahan depan bagian timur dengan lebar jarak tanam 1

meter dan panjang tanamnya disesuaikan. Lebar tanamnya 1 meter karena

disesuaikan dengan jangkauan tangan orang Indonesia. Pada lahan

15

Page 16: Pembibitan Tanaman Karet

perkecambahan tanahnya di buat bedengan dengan ditambahkan pasir agar

memudahkan dalam pengambilan bibit. Prosedur kerja perkecambahan yang

pertama, biji yang bermutu baik diletakkan di tanah yang berada di atas polibag

dengan perut biji dihadapkan ke bawah dan kemudian dikrakap dengan

menggunakan karung goni. Krakap dilakukan untuk menghindari penguapan dan

membantu proses pemupukan. Biji yang telah ditanam tadi kemudian diberi air

dan setiap pagi karung goni tersebut dibuka agar mempercepat pertumbuhan.

Tanaman yang dikecambahkan akan tumbuh sekitar 3 – 4 hari, jika 14 hari

tanaman tidak tumbuh maka dikatakan perkecambahannya gagal karena sudah

kadaluarsa. Penanaman benih yang dilakukan oleh PTPN IX Krumput

menggunakan sistem Tabela, yaitu tanam benih langsung yang dilakukan kurang

lebih selama 9 bulan. Cara ini sangat efisien, karena jika dilakukan dengan sistem

konvensional bisa mencapai 2 tahun.

3. Okulasi

Persiapan pembibitan selanjutnya menyiapkan kebun entres, kebun bibit

batang bawah (rootstock) dan okulasi. Sebelum okulasi entres diseleksi dengan

diklonkan. Okulasi dilakukan menggunakan batang atas yang berasal dari kebun

entres yang umurnya tidak lebih dari 10 tahun. Okulasi dapat dilakukan dengan

cara yaitu okulasi coklat (brown budding) dan okulasi hijau (green budding).

Brown budding dilakukan pada bibit batang bawah yang umurnya diantara 9-10

bulan, sedangkan green budding dilakukan pada batang bawah yang umurnya 5-6

bulan. Mata okulasi dibagi menjadi empat jenis, yaitu mata prima, mata sisik,

mata palsu dan mata burung. Mata entres yang digunakan yaitu mata prima karena

16

Page 17: Pembibitan Tanaman Karet

hasilnya lebih optimum. Prosedur okulasi yang dilakukan oleh PTPN IX Krumput

yaitu diawali dengan pembuatan jendela okulasi pada batang bawah, kemudian

pengambilan mata dari batang atas (entres), menempelkan mata entres dijendela

batang bawah, kemudian dan yang terakhir yaitu dengan pengikatan

menggunakan plastik okulasi yang lentur. Okulasi yang bagus dapat dilihat jika

tanaman tingginya mencapai satu meter dan sudah terdapat delapan mata okulasi,

dan dalam satu pohon terdapat dua batang.

Waktu okulasi yang baik menurut PTPN IX Krumput yaitu pada pagi hari

dari pukul 06.00-10.00 dan sore hari pada pukul 15.00-17.00. Pada waktu okulasi

dibungkus dengan menggunakan pelepah pisang agar menjaga kelembaban dan

agar tidak lecet. Pemerikasaan okulasi pertama dilakukan setelah 2-3 minggu

pelaksanaan okulasi. Kemudian pemeriksaan kedua dilakukan setelah 2 minggu

pemerikasaan pertama. Okulasi yang tidak berhasil diberi tanda dengan mengikat

plastik dibatangnya. Sehingga dapat dilakukan okulasi kembali pada sisi lain dari

batang bawah. Sedangkan okulasi yang berhasil diberi tanda dengan warna cat.

Tanaman yang berhasil diokulasi kemudian didogkel. Namun 2 sebelum

dilakukan pendongkelan, tanaman ini dipupuk terlebih dahulu. Kemudian

dilakukan penyerongan 3-5 cm dari mata okulasi. Luka bekas penyerongan

ditutup dengan paraffin. Setelah itu dilakukan pendongkelan untuk kemudian

dipindahkan ke pembibitan polibag.

Penggunaan bibit klon mulia yang digunakan di kebun pembibitan PTPN

Krumput adalah jenis klon unggul PB 260, RRIC, BPM 24, BPM 1, yang

diperoleh dari Balai Penelitian dan Pengembangan tanaman karet. PB 260

17

Page 18: Pembibitan Tanaman Karet

mempunyai tingkat produktivitas getah karet yang sangat tinggi. Potensi Produksi

getah karet yang dihasilkan PB 260 mulai bisa dideres pada rata-rata umur 5

sampai dengan 15 tahun umur sadap.

Kelebihan Bibit Karet klon (tempel) PB 260 menurut Suhendry (2002),

diantaranya adalah :

1. Harga lebih murah

2. Mempunyai tingkat produktivitas getah karet yang sangat tinggi.

3. Mulai bisa dideres pada rata-rata umur 5 tahun

Keunggulan yang dimiliki klon RRIC, BPM 24, dan BPM 1 juga tidak jauh

berbeda dengan klon PB 260. Klon – klon tersebut memiliki tingkat produktivitas

getah karet yang tinggi.

Dalam masa pertumbuhan, suatu tanaman akan melewati empat fase, yaitu

fase embrio, fase juvenile (bayi), fase dewasa, dan fase senses (mati). Biji karet

termasuk dalam fase embrio. Fase ini waktunya sangat pendek, tidak lebih dari 14

hari. Bila biji telah tumbuh menjadi tanaman kecil berarti telah memasuki fase

juvenil. Pada tanaman karet, fase juvenil ini cukup lama, bias lebih dari 2 tahun

bila pertumbuhannya lurus ke atas, tidak berbunga, dan tidak membentuk

percabangan. Fase dewasa adalah fase saat kanopi tanaman sudah menjauhi

perakaran, mulai membentuk percabangan dan mampu membentuk bunga dan

biji.

Tanaman karet dalam kebun entres dikategorikan telah memasuki fase

antara juvenil dan dewasa karena sudah melewati masa juvenil, namun belum

memasuki masa dewasa penuh karena belum membentuk percabangan, kanopi

18

Page 19: Pembibitan Tanaman Karet

belum menjauhi leher akar, dan belum membentuk bunga dan biji. Oleh karena

itu, pada saat memperbanyak tanaman karet digunakan tanaman yang berasal dari

biji sebagai batang bawah, dan diokulasi dengan mata entres pada 10 cm dari

leher akar untuk mendekatkan tanaman pada karakter juvenil. Makin dekat dengan

leher akar, sifat juvenilnya makin tinggi.

Mata entres yang masih berada dalam tegakan entres tidak semuanya

terletak dekat dengan leher akar. Oleh karena itu, penggunaan mata entres dibatasi

paling banyak 2-3 m dari pertautan okulasi; lebih dari itu tidak dianjurkan untuk

bahan okulasi karena mengakibatkan kemunduran mutu tanaman.

Produktivitas tanaman karet klonal bisa lebih rendah daripada pohon

induknya bila digunakan mata entres yang tidak benar. Misalnya, mata entres

tidak terpelihara atau berasal dari percabangan entres. Tanaman karet klonal yang

demikian sulit diharapkan produktivitasnya meningkat karena masa

pertumbuhannya tidak melewati fase juvenil sebagaimana induknya. Kebun entres

karet harus selalu diperbarui karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman maupun produktivitasnya, penampilan klon, dan kemunduran sifat

juvenilnya.

Tanaman karet dari biji akan melalui tahapan juvenil ke dewasa. Perubahan

fase juvenil ke fase dewasa ditandai dengan mulai terbentuknya percabangan.

Tanaman karet yang berasal dari biji tampak jelas menunjukkan karakter juvenil,

yaitu bentuk pertumbuhan batang meruncing, permukaan kulit kasar dan tinggi

batang (bidang sadap) makin bertambah, tebal kulit semakin berkurang dan

jumlah cincin pembuluh lateks makin menurun. Tanaman karet fase dewasa

19

Page 20: Pembibitan Tanaman Karet

ditandai dengan bentuk batang yang tidak meruncing, tetapi hampir silindris,

permukaan kulit lebih halus, ketinggian tanaman bertambah, tebal kulit dan

jumlah cincin pembuluh lateks relatif tetap. Batang atas tidak melalui fase juvenil

dan tumbuh tanpa memiliki karakteristik juvenil. Oleh karena itu, okulasi dekat

pangkal batang atau perakaran pada tanaman asal biji sebagai batang bawah akan

membuat batang atas memiliki karakter juvenil. Bagian tanaman yang telah

menjauhi perakaran cenderung untuk berubah menjadi dewasa.

Sumber mata entres sangat berpengaruh terhadap mutu tanaman. Karena

kekurangan mata entres pada waktu membuat bibit, petani sering menggunakan

mata entres seadanya tanpa memperhitungkan akibatnya. Standar mutu kebun

entres sering tidak bisa dipenuhi sehingga produktivitas menurun meskipun

pemeliharaan cukup baik.

Selama entres masih dalam tegakan tanaman, mata entres dalam kondisi

segar. Namun bila telah dipotong, daya tumbuhnya cepat menurun, bahkan tidak

mampu bertahan lebih dari 24 jam. Oleh karena itu, begitu entres dipotong, mata

entres harus segera ditempelkan ke batang bawah. Menurut Rio (2008), ciri – ciri

mata entres atau mata okulasi yang baik untuk tanaman karet diantaranya :

1. Mampu menempel pada batang bawah;

2. Mampu pecah atau melentis tepat pada waktunya (15-21 hari )

3. Mampu tumbuh menjadi tunas sebagai calon tanaman dewasa.

Batang entres yang normal memiliki diameter 2,0-2,5 cm, telah cukup tua,

dan siap dipotong untuk digunakan sebagai bahan okulasi. Kemampuan mata

okulasi untuk menempel pada batang bawah merupakan penggabungan antara

20

Page 21: Pembibitan Tanaman Karet

kambium yang ada pada permukaan dalam kulit kayu okulasi dan yang ada pada

permukaan kayu batang bawah. Dalam satu batang kayu okulasi, terdapat tiga tipe

mata okulasi, yaitu mata prima, mata burung, dan mata sisik. Agar okulasi

berhasil dengan baik harus digunakan mata prima, sedangkan mata burung dan

mata sisik tidak dianjurkan untuk digunakan karena pertumbuhannya akan kerdil.

Mata tunas dari pohon induk kebun entres yang sudah berumur lebih dari 15

tahun tidak dianjurkan untuk perbanyakan tanaman dan harus dimudakan kembali

dengan membuat kebun entres yang baru. Kebun entres yang paling bagus

berumur 1-10 tahun. Oleh karena itu, pemeliharaan kebun entres harus mendapat

prioritas agar tanaman sumber entres tidak terjadi percabangan, tidak terjadi

pembungaan, sudut antara batang bawah dan batang atas tetap lurus ke atas, dan

mata okulasi prima setinggi 2-3 m di atas pertautan.

Pada praktikum kali ini pembibitan yang dilakukan di kebun pembibitan

milik Perkebunan karet PTPN Krumput dilakukan dengan 2 kali pemindahan

lapangan. Pembibitan dilakukan dengan bahan tanam menggunakan cara generatif

yaitu penggunaan klon. Hal ini dikarenakan untuk mendukung produktivitas karet

dengan tujuan menghasilkan karet dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi,

seperti menurut Setyamidjaja (1983) Penggunaan klon unggul ini terbukti dapat

menaikan produksi yang menyolok dibandingkan dengan tanaman asal biji.

Kendala yang sering terjadi di Perkebunan karet PTPN Krumput diantaranya

kegagalan okulasi yang disebabkan oleh tenaga kerja yang kurang profesional.

Tenaga kerja yang kurang profesional biasanya kurang teliti dan cekatan dalam

melakukan teknik okulasi. Pencurian pada lateks yang jatuh ke tanah oleh para

21

Page 22: Pembibitan Tanaman Karet

pekerja juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi, pasalnya perusahaan akan

kehilangan hasil yang cukup signifikan.

22

Page 23: Pembibitan Tanaman Karet

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :

1. Pembibitan dilakukan dengan teknik okulasi. Okulasi yang dilakukan

yaitu brown budding dan green budding. Waktu okulasi yang baik

menurut PTPN IX Krumput yaitu pada pagi hari dari pukul 06.00-10.00

dan sore hari pada pukul 15.00-17.00.

2. Pemerikasaan okulasi pertama dilakukan setelah 2-3 minggu

pelaksanaan okulasi.

B. Saran

Pembibitan sebaiknya menggunakan bibit unggul agar memperoleh hasil

yang optimum dan para praktikan diharapkan fokus mendengarkan penjelasan

dari petugas di perkebunan.

23

Page 24: Pembibitan Tanaman Karet

DAFTAR PUSTAKA

Aidi, Daslin. 2009. Perkembangan Penelitian Klon Karet Unggul IRR Seri 100 sebagai Penghasil Lateks Terbaik. Jurnal Littri. Vol. 10, No.2 : 250 – 266.

Anwar, Chairil. 2001. Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.

Hanani, Nuhfil. 2009. Produksi Tanaman Karet pada Pemberian Stimulan Etephon. Journal of Natural Rubber Research. Vol 27, no. 2 : 56 – 62.

Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Indraty, S.I. 1990. Pemindahan Kecambah Karet Stadia Berdaun. Pusat PenelitianPerkebunan Getas. Palembang.

Iskandar, S.H. 1983. Pengantar Budidaya Karet. IPB Press. Bogor.

Junaidi, G.H. 2008. Ketahanan Genetik Berbagai Klon Karet Introduksi Terhadap Penyakit Gugur Daun. Jurnal Penelitian Karet, 31 (2) : 79 - 87.

Maryadi, W. 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Rio, Argia.M. 2008. Kajian Kesuburan Tanah Perkebunan Karet Rakyat di Provinsi Bengkulu. Jurnal Agrisistem. Vol 20, no. 2 : 17 – 26.

Setyamidjaja, Djohana. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahannya. Kanisius. Yogyakarta.

Sianturi, H.A. 1989. Budidaya Tanaman Karet. USU Press, Medan.

Suhendry, I. 2002. Kajian finansial penggunaan klon karet unggul generasi IV. Jurnal Penelitian Karet. vol 21, no. 1 : 11- 15.

24

Page 25: Pembibitan Tanaman Karet

BIODATA PRAKTIKAN

Nama : Syarifah Fauziah

NIM : A1L012127

Prodi : Agroteknologi

TTL : Bekasi, 14 Desember 1994

Alamat kos : Jl. Madrani Gg. Arjuna No. 9 RT 007 RW

007 Purwokerto Utara

Email : [email protected]

25