teknik antiseptik

Upload: smk-baitul-makmur

Post on 09-Jan-2016

17 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

yutu

TRANSCRIPT

ANTISEPTIK DAN TEKHNIK DRAPPING PADA OPERASI MASTEKTOMI

MAKALAH

Untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Keperawatan Perioperatif 2yang dibina oleh Ibu Khusnul Hidayati S.ST

Oleh Kelompok 2Irawan Permadi1501410003Dian Susanto 1501410007Yohanes Dhay Sito 1501410013Diana Zahrotun Nisa1501410025Nike Ruspitasari1501410029Navela Eka Yustiana 1501410035Taufiqurrahman1501410037

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANGJURUSAN KEPERAWATANPROGRAM STUDI ALIH JENJANG D-IV KEPERAWATAN MALANG2015

TEKNIK ANTISEPTIK A. Tindakan AseptikAseptik adalah keadaan bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya melalui teknik aseptik. Teknik aseptik/asepsis adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tindakan asepsis ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan benda hidup atau benda mati. Tindakan ini meliputi antisepis, desinfeksi, dan sterilisasi. Untuk itu, diperlukan perlakuan khusus pada alat dan bahan operasi, lapangan operasi, operator,dan asisten sebagai pelaksana.Antisepsis adalah upaya pencegahan infeksi dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Bahan yang digunakan disebut antiseptik. Antiseptik adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman, ada yang bersifat sporosidal (membunuh spora) dan non sporosidal, digunakan pada jaringan hidup khusus,yaitu kulit dan selaput lendir. Antiseptik harus dibedakan dengan obat seperti antibiotik yang dapat membunuh mikroorganisme di dalam tubuh atau dengan desinfektan yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda mati. Perlu diperhatikan adanya reaksi atau riwayat alergi terhadap iodium. Jenis antiseptik yang sering digunakan adalah alkhol 70 %, povidon iodin, chlorhexidine gluconate dan triklosan.B. Jenis AntiseptikJenis antiseptik yang akan dibahas di bawah ini hanya sebagian dari antiseptik, antara lain povidone iodine, savlon (chlorhexidine), triklosan, dan alkohol 70%. Berikut keterangan mengenai jenis antiseptik tersebut :1) Povidone IodineStruktur KimiaPovidone Iodine adalah senyawa larut air yang merupakan komplek senyawa iodine dengan polyvinylpyrrolidone, dengan kosentrasi iodine mulai dari 9 % sampai dengan 12 %, dihitung berdasarkan berat kering. Povidone iodine mempunyai rumus bangun (C6H9NO)n.xI. (2)

Rumus bangun povidone iodineMekanisme kerjaPovidone iodine bekerja dengan menghancurkan dinding sel patogen.Keuntungan dan KerugianPovidone iodine memiliki aktivitas antimikroba yang paling luas karena dapat membunuh semua patogen yang penting, bahkan dapat membunuh spora di mana spora merupakan salah satu bentuk dari mikroorganisme yang paling sulit dibunuh (to be inactivated) oleh desinfektan dan antiseptikPovidone iodine merupakan antiseptik golongan iodine yang menyebabkan sedikit iritasi kulit dan jarang menimbulkan reaksi alergi jika dibandingkan dengan antiseptik iodine lainnya, namun lebih sering menyebabkan dermatitis kontak iritan jika digunakan untuk higienitas tangan (larutan pencuci tangan).Cara PemakaianPovidone Iodine diformulasikan dalam bentuk antiseptik topikal, antara lain larutan (dengan surfaktan dan atau alkohol), aerosol atau salep pada konsentrasi mulai dari 7,5% sampai dengan 10 %. Zat tersedia di dijual bebas dan digunakan untuk membersihkan dan desinfektan pada kulit, menyiapkan kulit sebelum operasi dan mengobati infeksi yang peka terhadap iodine. Povidone iodine harus digunakan secara hati-hati pada penderita yang alergi terhadap iodine. Jika terjadi iritasi, kemerahan dan bengkak; penggunaan zat harus dihentikan.2) Chlorhexidine gluconateStruktur KimiaChlorhexidine gluconate sering digunakan untuk mencuci tangan di kamar operasi. Bahannya lembut dan jarang menimbulan iritasi. Chlorhexidine gluconate (nama dagang savlon) , merupakan derivat dari biguanidin. Chlorhexidine gluconate merupakan cairan antiseptik yang mempunyai komponen aktif cetrimide 0,5 % dan chlorhexidine gluconate 0,1%. Selain Chlorhexidine gluconate, savlon mengandung n-propyl alkohol dan benzyl benzoat.

CetrimideChlorhexidine gluconateMekanisme kerjaChlorhexidine bekerja dengan cara melekat dan kemudian merusak membran sitoplasma sehingga kandungan/isi intraselular menjadi keluar dari dalam sel.Keuntungan dan KerugianAktivitas antimikroba chlorhexidine lebih lambat dari pada alkohol. Chlorhexidine memiliki aktivitas antimikroba yang baik terhadap bakteri gram positif, dan sebaliknya kurang baik terhadap bakteri gram negatif dan fungi, serta aktivitas antimikroba yang minimal terhadap bakteri tuberkulosa. Chlorhexidine tidak dapat membunuh spora. Chlorhexidine memiliki aktivitas secara in vitro untuk membunuh enveloped virus seperti herpes simplex virus, HIV, cytomegalovirus, namun memiliki aktivitas yang kurang terhadap non-enveloped virus sperti rotavirus, adenovirus, dan enterovirus. Reaksi alergi terhadap penggunaan chlorhexidine sangat jarang ditemukan. Penggunaan chlorhexidine yang menyebabkan iritasi pada kulit sangat tergantung pada konsentrasi larutan chlorhexidine, dimana chlorhexidine 4% yang sering digunakan sebagai larutan antiseptik pencuci tangan dapat menyebabkan iritasi. Jika larutan chlorhexidine mengenai mata dapat mengakibatkan konjungtivitis. Reaksi idiosinkrasi pada kulit dapat terjadi. Savlon bila terminum secara tidak sengaja dapat menimbulkan mual muntah, dyspnea dan sianosis akibat paralisis dari otot pernafasan. Selain itu depresi sistem saraf pusat dapat menyebabkan kejang, hipertensi serta koma. Pengobatan dengan cara pengosongan lambung dan terapi simptomatik.

Cara PemakaianSavlon digunakan untuk keperluan antiseptik pembersih dan hanya digunakan untuk pemakaian luar. Savlon antiseptik sebaiknya tidak digunakan secara langsung pada mata, otak, meningen, telinga tengah, serta tidak digunakan untuk rongga tubuh. Untuk penggunaan secara umum larutkan 60-90 mL dalam 1 sampai dengan 1,5 L air.3) TriklosanStruktur KimiaTriklosan merupakan senyawa aromatik yang diklorinasi dan memiliki dua gugus fungsional yaitu eter dan fenol.

Rumus bangun triklosanMekanisme kerjaYaitu dengan cara denaturasi protein dan merusak membran sel. Triklosan memiliki sifat biosidal dengan merusak membran sel dan sitoplasma. Sedangkan pada konsentrasi rendah, triklosan bekerja sebagai bakteriostatik dengan menghambat sintesis asam lemak.Keuntungan dan KerugianTriklosan memiliki aktivitas antimikroba yang cukup baik terhadap Staplylococcus aureus sehingga penggunaan triklosan 2% sebagai larutan untuk memandikan penderita kelainan kulit methicilin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) sangat dianjurkan. Sebaliknya triklosan memiliki aktivitas antimikroba yang relatif rendah terhadap bakteri gram negatif, fungi, dan micobacterium. Triklosan sebaiknya tidak digunakan sebagai larutan mandi pada pasien luka bakar atau pasien dengan kelainan kulit yang luas dan juga pasien dengan kulit yang sensitif karena dapat menimbulkan efek neurotoksik.Cara PemakaianTriklosan (trichloro-hydroxy-diphenyl ether) adalah agen antimikrobial yang banyak digunakan pada detergen, sabun, shampo , deodoran seta kosmetik dengan konsentrasi penggunaan di bawah 0,5%.

4) AlkoholStruktur KimiaAlkohol yang paling sering digunakan antara lain ethanol (60-90%), 1-propanol (60-70%) dan 2-propanol/isopropanol (70-80%) atau campuran dari jenis-jenis alkohol ini. Zat ini membunuh secara cepat dan aktif bakteri vegetatif seperti Mikobakterium tuberkulosis serta beberapa jamur dan virus lipofilik yang inaktif. Rumus bangun alcoholMekanisme kerjaAlkohol bekerja dengan cara denaturasi protein dan melarutkan lemak.Keuntungan dan KerugianAlkohol memiliki aktivitas germisidal secara in vitro terhadap bakteri vegetatif gram positif dan gram negatif (termasuk diantaranya MRSA dan VRE), Mycobacterium tuberculosis, dan sebagian jenis fungi. Namun demikian alkohol memiliki aktivitas antimikroba yang sangat minimal terhadap spora bakteri. Herpes simplex virus, HIV, influenza virus, respiratory syncytial virus dan vaccinia virus diketahui sangat peka terhadap alkohol. Jenis virus lain yang kurang peka terhadap alhokol, namun dapat dibunuh dengan alkohol 50-70%, seperti Hepatitis B virus, enterovirus, rotavirus dan adenovirus. Ethanol memiliki aktivitas antimikroba yang lebih baik dari pada propanol. Alkohol bekerja sebagai germisidal dengan cepat ketika digunakan pada permukaan kulit, namun tidak berlangsung lama. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan bakteri kembali secara perlahan pada permukaan kulit. Hal ini diduga karena beberapa bakteri pada kulit memiliki efek sublethal terhadap alkohol.Penggunaan larutan alkohol yang cukup sering dapat menyebabkan kulit menjadi kering. Namun kelainan dermatitis kontak alergi atau urtikaria akibat kontak terhadap alkohol sangat jarang ditemukan. Penggunaan larutan alkohol pada lesi kulit dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat seketika.Cara PemakaianAlkohol bersifat mudah terbakar serta harus disimpan di tempat yang dingin dan cukup ventilasi udaranya. Sebelum kauterisasi, bedah elektrik serta bedah laser, alkohol harus ditunggu menguap terlebih dahulu.

C. Teknik Tindakan AseptikTindakan yang dilakukan adalah dengan mengusapkan cairan antiseptik pada lapangan operasi dan sekitarnya. Prinsipnya adalah mengusap kulit dari mulai daerah yang lebih bersih ke daerah yang paling kotor dengan tidak mengusap daerah yang telah diusap sebelumnya.Teknik tindakan aseptik1) Cuci daerah oparasi dengan air bersih dan sabun.2) Posisikan daerah operasi seergonomis mungkin dan sekspos mungkin sehinggga operator dan asisten dengan leluasa dapat melakukan tindakan3) Pasang arde.4) Fiksasi daerah lainnya (tangan, tubuh, kaki dengan safety belt).5) Siapkan larutan antiseptic dalam kom steril, antiseptic klem, kassa steril.6) Siapkan seluruh intrumen operasi dalam meja yang mudah dijangkau7) Celupkan kassa steril yang dipegang oleh klem Kelly atau ring klem.8) Usapkan pada lapangan operasi dari dalam keluar secara melingkar, bagian atas sampai dengan bawah dagu, bagian bawah sampai dengan umbilikus, bagian medial sampai pertengahan mammma kontralateral, bagian lateral sampai dengan tepi lateral skapula. Lengan atas melingkar sampai dengan siku.9) Laklukan 2 3 kali.10) Lakukan drapping

TEKNIK DRAPPINGDrapping adalah istilah yang digunakan di instalasi bedah sebagai suatu teknik/ seni dalam menutup daerah sayatan pembedahan. Drapping merupakan prosedur menutup pasien yang sudah berada di atas meja operasi dengan menggunkan alat tenun steril, dengan tujuan memberi batas yang tegas pada daerah steril pembedahan. Secara khusus, teknik drapping berbeda pada setiap tempat/ daerah insisi dan tergantung kepada bentuk posisi pembedahan. Secara umum, teknik drapping bertujuan untuk mempertahankan kesterilan pada daerah sekitar inisisi operasi.Prisip Drapping :1) Harus dilaksanakan dengan teliti2) Memahami dengan tepat prosedur drapping3) Drape yang dipasang tidak boleh berpindah-pindah sampai operasi berakhir dan harus difaga sterilitasnya4) Pakailah duk klem pada setiap sudut daerah sayatan agar alat tenun tidak mudah bergeser5) Tim bedah yang memakai baju steril harus selalu berhadapan dengan daerah operasi6) Perawat sirkuler harus berdiri menghadap scrub ners untuk mengingatkan jangan sampai drapping terkontaminasi7) Bila alat tenun sudah terkontaminasi, harus segera diganti8) Sekitar lantai tidak boleh ada genagan air9) Hindari mengibas alat tenun terlalu tinggi sehingga menyentuh lampu operasi atau alat tenun lainnya10) Lindungilah sarung tangan dengan cara meletakkan tangan di bawah lipatan pada saat drapping, hindari menyentuh kulit pasien11) Jika pemasangan alat tenun steril selesai dan ada yang jatuh di bawah batas pinggul jangan diambil12) Jika ragu-ragu terhadap sterilitas alat tenun, maka alat tenun dinyatakan sudah terkontaminasi

Teknik tindakan drapping1. Duk kecil 4, duk lebar luabang 1, duk klem 6.2. Letakan duk kecil membentuk segiempat didaerang yang akan di insisi, duk klem tiap sudut dalam 4 sisi.3. Duk lebar di letakkan memanjang mulai dari abdomen sampai menutup kaki.4. Duk besar lubang diletakan pada daerah yang akan diinsisi, apabila lubang terlalu besar dapat dipersempit dengan duk klem lagi. 5. Pasang selang suction dan termocoutter ikat dengan kasa lalu klem pada duk.

Daftar PustakaDoenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : PT EGCEngram, Barbara C. (1996). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta : PT EGCDenver Russell. Antiseptic and disinfectans; activity, action and resistance.januari 1999Healt cananda guidance document disinfectant drugs, 2007