teh
DESCRIPTION
paper tentang tehTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 species, terutama
tersebar di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30° sebelah utara maupun selatan
khatulistiwa. Selain tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) yang dikonsumsi sebagai
minuman penyegar, genus Camellia ini juga mencakup banyak jenis tanaman hias.
Kebiasaan minum teh diduga berasal dari China yang kemudian berkembang ke Jepang dan
juga Eropa. Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara-negara China Selatan
(Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut, yang
merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis. Tanaman teh pertama kali
masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang
Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun
1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal
dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta. Pada tahun
1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di
Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Berhasilnya penanaman percobaan skala
besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus
Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha
perkebunan teh di Jawa. Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun
1835. Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun
1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya
teh jenis Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti dengan
teh jenis Assam, dan sejak sat itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin
luas.
Tanaman teh dapat tumbuh mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi.
Meskipun dapat tumbuh di dataran rendah, tanaman teh tidak akan memberikan hasil
dengan mutu yang baik. Semakin tinggi daerah penanaman teh maka semakin tinggi
mutunya.
Teh yang ada di Indonesia, berdasarkan cara pengolahannya dibedakan menjadi teh
hitam (fermented tea), teh hijau (unfermented tea), dan teh oolong (semi-fermented tea).
Ira Desri Rahmi/ F351080081 1
Selain proses pengolahannya baik itu teh hitam, teh hijau, atau teh oolong, mutu teh juga
dipengaruhi oleh sistem petikan, dan juga komposisi kimia yang terkandung pada daun teh.
Proses pengolahan teh secara umum adalah setelah pemetikan dilakukan pelayuan,
penggilingan atau penggulungan, fermentasi (untuk teh hitam dan teh oolong),
pengeringan, dan pengemasan (terkadang ada proses penyimpanan jika teh belum akan
dikemas). Teh hijau tidak melalui proses fermentasi sehingga setelah proses
penggulungan/penggilingan langsung dikeringkan. Proses pengolahan teh, serta kandungan
kimia yang ada di dalam daun teh akan dibahas lebih lanjut pada Bab II.
Saat ini, teh tidak hanya bisa dinikmati sebagai minuman penyegar yang diseduh
dengan air panas namun perkembangan industri hilir teh di Indonesia telah tercipta dengan
berbagai variasi seperti minuman teh dalam kemasan yang langsung bisa diminum atau ada
juga teh dengan penambahan berbagai rasa buah yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat. Selain itu teh juga digunakan untuk bahan campuran makanan, teh untuk
industri farmasi dan teh untuk industri lainnya yang dapat berbentuk serbuk, konsentrat,
bubuk dan lainnya.
II. TEH DAN PROSES PENGOLAHANNYA
2
II.1 Tinjauan Umum Teh
Teh (Camellia sinensis) banyak tumbuh di daerah pegunungan yang beriklim sejuk
dengan suhu cuaca antara 14-25 oC. pada ketinggian lebih dari 1.800 meter di atas
permukaan laut. Ketinggian tanaman dapat mencapai 9 m untuk teh Cina dan teh Jawa,
sedangkan untuk teh jenis Assamica dapat mencapai 12-20 m. Namun untuk mempermudah
pemetikan daun-daun teh sehingga mendapatkan pucuk daun muda yang baik, maka pohon
teh selalu dijaga pertumbuhannya sampai 1 m. Tanaman ini berakar tunggang dengan
banyak cabang, daun teh berbentuk mangkuk panjang dengan gerigi halus pada
pinggirannya. Daun teh yang berwarna hijau terlihat mendominasi perkebunannya yang
identik dengan hamparan warna hijau di kaki pegunungan. Bunga teh berwarna putih
dengan serbuk sari berwarna kuning. (http://www.info sehat.com,2008).
Secara sistematis taksonomi tanaman teh adalah:
Kingdom : Plantae
Divisio/ Sub division : Spermatophyta/ Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Guttiferales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Sinensis
Varietas : Assamica
(http://elearning.unej.ac.id/courses/TPH1204/document/TEH.ppt?cidReq=TPH1204, 2008)
2.2 Manfaat Teh
Teh merupakan salah satu minuman yang paling populer di dunia, dan posisinya
berada pada urutan kedua setelah air. Dengan perkembangannya ke berbagai belahan
dunia, teh telah menjadi bagian yang menyatu dengan tradisi setempat. Berikut adalah
manfaat teh berdasarkan komponen yang dikandungnya.
Tabel. 1 Manfaat teh berdasarkan komponen yang dikandung.
3
Manfaat teh berdasarkan komponen yang dikandung
Components : Catechins Healthy effects
Lower blood triglyceride, blood cholesterol, prevents atherosclerosis Reduces incidence of cancer Reduces oxidation by active oxygen Strengthen blood vessel wall, regulates their permeability Inhibits increase of blood sugar Inhibits increase of blood pressure Reduces tumours Reduces mutations Helps in the treatment of radiation sickness Prevents dental caries by keeping off the causative bacteria (Streptococcus mutans) Kills influenza virus Beneficial in the treatment of dysentery Prevents halitosis
Components: Caffeine Healthy effects
Stimulates wakefulness, CNS stimulant Gives relief from fatigue, neuralgia and headaches Acts as diuretic
Components : Flavonoids Healthy effects
Strengthen blood vessel and blood capillary walls Reduces oxidation by active oxygen Acts as anti-inflammatory agent Increases the level of catecholamines Stimulates folic acid biosynthesis Normalises thyroid hyperfunction
Components: Fluoride Healthy effects
Prevents dental caries
Components: Quercetin Healthy effects
Acts as spasmolytic Helps in treatment of acute diarrhoea
4
Components : Vitamin B Complex (Riboflavin , Biotin, Niacin, Pantothenate, Inositol)Healthy effects
Aids carbohydrate and fat metabolism Helps in inter and intracellular Ca transport Helps in moisturisation of the skin
Components : Vitamin EHealthy effects
Acts as antioxidant and regulates aging
Components: SalicylatesHealthy effects
Acts as analgesic Acts as antipyretic
Components : Polysaccharides Healthy effects
Lowers blood sugar
Components: Methyl xanthine Healthy effects
Acts as diuretic
Components: Theaflavin, Thearubigin Healthy effects
Antagonises the activity of bradykinin Inhibits arginine and ornithine decarboxylases
Components: Theophylline Healthy effects
Modulates immune response Helps in the treatment of asthma Salutary effects on cardiac function
Components: Essential Amino Acids (Leucine, Phenyloalamine, Valine, Threonine) Healthy effects
Helps in metabolism
5
Maintains nitrogen equilibrium
Components: TheanineHealthy effects
Gives tea its delicious taste Helps in ammonia and urea metabolism Helps in water clearance by renal tissues
Components: Linolenic Acid Healthy effects
Reduces platelet aggregation
Components: Tea PigmentsHealthy effects
Decreases plasma fibrinogen
Components: Linalool, Geraniol, HexenalHealthy effects
Gives tea its fresh, green aroma
Components: Seleno cysteineHealthy effects
Supports normal thyroid function (helps in the conversion of T4 to physiologically effective T3)
Components: GABA Healthy effects
Lowers blood pressure
(www.fmltea.com/teainfo/tea.chemistry%20.htm, 2008)
2.3 Macam-macam Teh dan Komposisinya
Berdasarkan pengolahannya dikenal empat jenis teh, yakni teh hijau, teh oolong, teh
hitam dan teh putih. Perbedaan keempatnya terletak pada metoda pemprosesan daun teh
setelah dipetik. Tiap jenisnya dijuluki berbeda-beda pula sesuai tempatnya diproduksi.
6
1. Teh Hijau
Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi; daun teh diperlakukan dengan panas
sehingga terjadi inaktivasi enzim dan setelah pemanasan lalu di keringkan.
2. Teh hitam
Teh hitam diperoleh melalui proses fermentasi. Dalam hal ini fermentasi tidak
menggunakan mikroba sebagai sumber enzim, melainkan dilakukan oleh enzim
polifenoloksidase yang terdapat di dalam daun teh itu sendiri. Pada proses ini, catechin
(flavanol) mengalami oksidasi dan akan menghasilkan Theaflavin dan thearubigin.
3. Teh oolong
Teh oolong diproses secara semi-fermentasi. Daun teh dilayukan lebih dahulu, lalu
dipanaskan pada suhu 160-240 °C selama 3-7 menit untuk inaktivasi enzim, selanjutnya
digulung dan dikeringkan (Astuti M, 2001).
4. Teh putih
Teh putih adalah teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses
oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi
pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh
jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok,
walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer
(http://id.wikipedia.org/wiki/Teh, 2008).
Beberapa varietas teh berikut jenis teh yang umum /khusus. Jenis ini hanya sejumlah
pilihan, masih banyak varietas teh lokal yang bisa ditemukan.
1. Bancha; teh tradisional dari Jepang. Dihasilkan selama produksi Sencha dan daunnya
lebih kasar, rendah kafein serta tinggi zat tannin.
2. Chun Mee; teh hijau dari Cina dengan daun yang panjang dan menggulung.
3. Darjeeling; Pada awal abad ke-19. Kolonial Inggris secara sistematis memperkenalkan
perkebunan teh yang luas di lereng Himalaya . Sinar matahari yang terik di pegunungan
dan temperatur yang rendah di malam hari menyebabkan dedaunan pohon teh tumbuh
lambat, menghasilkan teh dengan aroma istimewa dan lembut. Teh Darjeeling
menduduki ranking terbaik dan paling mahal diantara jenis-jenis lain di dunia.
4. English Breakfast; teh campuran didasarkan pada teh Assam dan Ceylon .
7
5. Genmaicha; teh yang berasal dari Jepang dengan aroma beras coklat panggang dan
popcorn. Merupakan minuman berwarna coklat muda beraroma sedap, sedikit asin,
berasa biji-bijian dengan menyembunyikan rasa manis.
6. Gunpowder; varietas teh hijau dengan daun keras dan bergulung dengan rapat.
Daunnya digulung seperti bentuk bola dengan ukuran seragam menggunakan telapak
tangan dan diatas panci perebus.
7. Keemun; teh berdaun hitam klasik dari Cina dengan daun kecil, lembut dan beraroma
manis. Kadar kafeinnya rendah dibandingkan teh hitam lainnya. Digunakan sebagai
komponen dalam berbagai macam “Teh Rusia” karena kadar tanninnya yang rendah.
8. Lapsang Souchong; teh hitam Cina klasik, dibumbui dengan aroma akar pohon cemara
yang diasapi.
9. Pu Erh; Pu Erh (Pou Nei) teh berasa kuat dengan daun yang berdaging, berasal dari
propinsi Yunnan di Cina. Mempunyai aroma tanah yang sangat kuat, dan dapat
merembes.
10. Teh Melati; merupakan teh beraroma yang terbaik dari Teh Cina. Diberi wewangian
secara eksklusif dengan bunga melati yang lembut.
11. Sencha; merupakan jenis teh yang paling populer di Jepang dimana memiliki daun datar
dan panjang. Sencha Jepang memiliki rasa segar dan sedikit manis, sedangkan Sencha
Cina mengingatkan pada bau rumput kering segar dan beraroma kuat.
12. Yunnan; Yunnan dikatakan sebagai tempat lahirnya teh ini, dimana masih ditanam teh
dengan rasa kuat, yang berdaun tebal dan pucuk daun keemasan. Sedikit ada kesamaan
dengan teh dari Assam.
Bancha Chun Mee Genmaicha
8
Gunpowder Keemun Lapsang Souchong
Pu Erh Sencha Yunnan
Gambar 1. Beberapa Varietas Teh (http://www.teafountain.com, 2008)
Susunan kimia daun teh dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya variasi musim
dan kondisi tanah, perlakuan kultur teknis, umur daun, dan banyaknya sinar matahari yang
diterima. Sedangkan komposisi daun teh dibedakan beberapa substansi.
1. Substansi fenol berupa tannin/catechin, theaflavin dan thearubigin.
Substansi fenol yang merupakan senyawa paling penting pada daun teh adalah
tannin/catechin. Tannin merupakan senyawa paling kompleks dan tidak berwarna. Tannin
sebagian besar tersusun atas : catechin, epicatechin, epicatechin gallat, epigallocatechin,
epigallocatechin gallat, gallocatechin. Dari seluruh berat kering daun teh terdapat catechin
sekitar 20-30%. Perubahannya di dalam pengolahan selalu dihubungkan dengan sifat teh
yang dikonsumsi, yaitu rasa, warna, aroma. (http://elearning.unej.ac.id).
9
Gambar 2. Struktur Kimia Catechin, Epicatechin, Epigallocatechin, Gallocatechin (Willson KC dan Clifford MN, 1992)
Komponen lain yang ada di dalam teh adalah theaflavin dan thearubigin. Theaflavin
adalah biopolimer yang berwarna merah terang atau orange di dalam larutan dan memberi
pengaruh warna pada minuman teh. Jumlah theaflavin pada daun teh sekitar 2% dari berat
kering. Ada 4 mayor theaflavin (theaflavin, theaflavin-3-gallat, theaflavin-3’-gallat dan
theaflavin 3,3’-gallat) dan 2 minor theaflavin (isotheaflavin dan neotheaflavin), membentuk
reaksi antara kuinon dari sebuah catechin sederhana dan gallocatechin. Zat lain yang larut
dalam air adalah thearubigins, merupakan polimer flavanoid dengan pigmen coklat/ hitam
pada teh hitam yang memberikan sifat kekentalan dan rasa sepet pada minuman teh
(Mazza G dan Oomah BD, 1998).
10
Gambar 3. Stuktur Kimia Theaflavin dan Neotheflavin (Willson KC dan Clifford MN, 1992)
2. Substansi bukan fenol berupa :
- Karbohidrat, terdiri atas gula sederhana sampai dengan komplek diantaranya sukrosa,
glukosa dan fruktosa. Keseluruhan karbohidrat yang dikandung teh adalah 0,75 % dari
berat kering daun. Reaksinya dengan asam-asam amino dan catechin pada suhu tinggi
akan membentuk aldehid tidak jenuh dan menimbulkan aroma semacam bunga, buah,
madu dan sebagainya.
- Pektin, kandungan pektin pada daun teh terdapat dalam jumlah yang besar dan
bervariasi antara 4,9 – 7,6 % berat kering daun atau tangkai menurut letak daun.
- Alkaloid, senyawa ini menyebabkan rasa segar, dapat menstimulasi sistim syaraf pusat,
dapat mengurangi kantuk dan berjumlah 2.5-5.5 % berat kering. Alkaloid utama dalam
daun teh adalah kafein, selain theobromine (0,07-0,17%) dan theophylline (0.002-
0,013%). Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine bersama
theophylline dan theobromine. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit.
Kafein tidak berubah selama pengolahan tetapi menentukan kualitas, jika bereaksi
dengan catechin atau hasil oksidasinya akan membentuk senyawa yang menentukan
brisksness dari seduhan teh. (www.wikipedia.org,2008).
- Aspartic, glutamic, serine, glutamine, tyrosine, valine, phenylalanine, leucine, isoleucine
and theanine (5-N-ethylglutamine) merupakan asam amino yang ditemukan pada daun
teh. 6o % dari jumlah tersebut adalah kandungan theanin. Asparagine terbentuk selama
11
pelayuan. Asam amino mempunyai peran penting dalam pembentukan aroma teh selama
proses pengolahan teh hitam.
- Volatile Carbonyl Compounds dibentuk dari asam amino selama proses pengolahan:
Glycine —› formaldehyde
Alanine —› acetaldehyde
Valine —› isobutyraldehyde
Leucine —› isovaleraldehyde
Isoleucine —› 2-methylbutanol
Methionine —› methional
Phenyl alanine —› phenylacetaldehyde
- Lipid terdapat dalam jumlah yang sedikit. Glicerophospholipids sangat dominan pada
daun teh yang masih muda, sedangkan glikolipid dominan pada daun teh yang sudah tua.
Asam lemak utama yang terdapat pada teh adalah linolenic, linoleic, oleic and palmitic.
- Pigmen pada daun teh yaitu klorofil dan karotenoid. Chlorophyllide dan pheopnorbide
(berwarna kecoklatan) terdapat pada daun teh yang mengalami fermentasi, keduanya
diubah menjadi pheophytine (berwarna hitam) selama tahap pemanasan. Karotenoid
yang utama pada teh yaitu xanthofil, neoxantin, violaxantin, dan β-karoten.
- Meskipun bukan dalam jumlah yang besar, di dalam teh juga mengandung unsur-unsur
anorganik dalam bentuk garam di dalam getah sel. Unsur-unsur tersebut antara lain
Aluminium, Mangan, Potassium, Kalsium, Magnesium, Besi, Tembaga, Fosfor,dan
beberapa unsur lainnya. Pada daun teh juga mengandung 4,5-5% Nitrogen, Vitamin B2
(Riboflavin) dan Vitamin C (Eden T, 1965).
3. Substansi aromatis
Timbulnya aroma pada teh hitam langsung dan tidak langsung selalu dihubungkan
dengan terjadinya oksidasi senyawa poliphenol. Penelitian jepang menghasilkan
penggolongan aroma ke dalam 4 kelompok
- Fraksi karboksilat
- Fraksi fenolat
- Fraksi karbonil
- Fraksi netral bebas karbonil (sebagian besar tersiri atas alkohol)
12
4. Enzim
Peran penting enzim yang ada dalam daun teh adalah sebagai biokatalisator pada
setiap reaksi kimia di dalam tanaman. Enzim tersebut adalah : invertase, amylase, B
glucosidase, oximetilase, protease dan peroxiase.
Daun teh juga mengandung enzim-enzim yang akan mempengaruhi kecepatan proses
oksidasi selama proses fermentasi. Pada daun teh, bagian yang penting dari protein adalah
enzim. Polyphenoloksidase, yang banyak terdapat pada bagian epidermis daun teh sangat
penting peranannya dalam proses fermentasi. Aktivitas enzim ini akan meningkat saat daun
teh mengalami proses pelayuan dan penggulungan. Selain itu ada juga enzim Proteinase
yang menyebabkan hidrolisis protein selama pelayuan, mengakibatkan peningkatan peptide
dan asam amino bebas. Enzim oksidase, katalase dan karbohidratase berfungsi sebagai
katalis perubahan kimia selama pengolahan daun teh. Enzim ini menjadi inaktif karena
proses pengeringan (Soetojo, 1970. Cit Mahbarini 2004).
Enzim Chlorophyllases berperan dalam penurunan klorofil dan enzim Transaminases yang
berperan dalam menghasilkan unsur penentu aroma dari teh.
Tabel 2. Komposisi Kimia dari Pucuk Daun Teh
Compounds % Dry weight Contribution
Total Polyphenols 25 - 30 Astringency
Flavanols
(-) Epigallocatechin gallate 8 – 12
(-) Epicatechin gallate 3 – 6
(-) Epigallo catechin 3 – 6
(-) Epicatechin 1 – 3
(+) Catechin 1 – 2
(+) Gallocatechin 3 – 4
Flavonols and flavonol glycosides 3 – 4
Leuco anthocyanins 2 – 3
Polyphenolic acids and depsides 3 – 4
Caffeine 3 - 4 Briskness
Theobromine 0.2
Theophylline 0.5
Amino acids 4 – 5 Brothyness
Organic acids 0.5 – 0.6
Monosaccharides 4 – 5
13
Polysaccharides 14 - 22
Cellulose and Hemicellulose 4 – 7
Pectins 5 – 6
Lignin 5 – 6
Protein 14 – 17
Lipids 3 – 5
Chlorophylls and other pigments 0.5 - 0.6 Colour and Appearance
Ash (minerals) 5 – 6
Volatiles 0.01 – 0.02 Aroma
(www.tocklai.net/teachem/index.aspx,2008)
Tabel 3. Average chemical composition of Orthodox and CTC teas made from Assam clones
Composition Orthodox teas CTC teas
Water soluble solids % 39.52 41.12
Theaflavins % 0.59 1.30
Thearubigin % 6.5 18.00
Total Lipid 3.11 3.68
Carotenoids (ľg/g) 215 176
Flavour volatilesd 18.40 8.20
Total fibre % 19.35 18.93
Crude fibre% 11.70 11.12
Chlorophyll a mg/g 1.38 0.48
Chlorophyll b mg/g 0.77 0.58(www.tocklai.net/teachem/index.aspx,2008)
Tabel 4. Biochemical compounds responsible for colour
Compounds Colour
Theaflavins Yellowish brown
Thearubigins Reddish brown
Flavonol glycosides Light yellow
Pheophorbide Brownish
Pheophytin Blackish
Carotene Yellow(www.tocklai.net/teachem/index.aspx,2008)
Tabel 5. Biochemical compounds responsible for taste
14
Compounds Taste
Polyphenol Astringent
Amino acids Brothy
Caffeine Bitter
Theaflavins Astringent
Thearubigin Ashy and slight astringent(www.tocklai.net/teachem/index.aspx,2008)
Tabel 6. Biochemical compounds responsible for flavour
Compounds Flavour
Linalool, Linalool oxide Sweet
Geraniol, Phenylacetaldehyde Floral
Nerolidol, Benzaldehyde, Methyl salicylate, Phenyl ethanol Fruity
Trans-2-Hexenal, n-Hexanal, Cis-3-Hexenol, Grassy, b-Ionone Fresh flavour
(www.tocklai.net/teachem/index.aspx,2008)
Komposisi teh pada teh hitam dan teh hijau sedikit berbeda karena perbedaan
proses pengolahannya yaitu pada proses fermentasi, sehingga mempengaruhi komponen-
komponen yang terkandung di dalam teh.
Tabel 7 dan tabel 8 menunjukkan komposisi dari teh hitam dan teh hijau
Tabel 7. Komposisi Kimia Teh HijauNo. Komponen % Berat Kering1.2.3.4.5.6.7.8.9.
10.11.12.13.14.
Kafein Epicatechin Epicatechin gallat Epigallocatechin Epigallocatechin gallatFlavonolTheanin Asam glutamat Asam aspartatArginin Asam amino lainGula Bhn yang dapat mengendapkan alkohol Kalium (potassium)
7,431,985,208,42
20,292,234,700,500,500,740,746,68
12,133,96
Sumber : (Graham HN, 1984)
Tabel 8. Komposisi Kimia Teh Hitam
No. Komponen % Berat Kering1.2.
KafeinTheobromin
7,560,69
15
3.4.5.6.7.8.9.
10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.29.30.
Theofilin Epicatechin Epicatechin gallat Epigallocatechin Epigallocatechin gallat Glikosida flavonol Bisflavanol Asam theaflavat Theaflavin Thearubigin Asam gallat Asam klorogenat Gula Pektin Polisakarida Asam oksalat Asam malonat Asam suksinat Asam malat Asam akonitat Asam sitrat Lipid Kalium (potassium) Mineral lain Peptida Theanin Asam amino lain Aroma
0,251,213,861,094,63tracetracetrace2,62
35,901,150,216,850,164,171,500,020,090,310,010,844,794,834,705,993,573,030,01
Sumber : (Graham HN, 1984) 2.4 Proses Pengolahan Teh
Teh yang benar-benar baik umumnya berasal dari pemetikan pucuk daun atau daun
teh muda yang belum mekar. Untuk menghasilkan 1 pound (0,45 kg) teh berkualitas paling
baik, diperlukan lebih dari 80.000 petikan. Berdasarkan rumus daun, ada 3 jenis pemetikan
pada daun teh yaitu: petik halus adalah peko + 1 daun teh yang muda, petik medium adalah
p + 2 daun teh yang muda, dan petik kasar adalah peko + 3 daun teh yang muda. Jenis
pemetikan ini sangat menentukan mutu teh yang dihasilkan. Teh yang sudah dipetik
selanjutnya dibawa ke pabrik pengolahan teh (Ghani MA, 2002).
Pada dasarnya tahap-tahap dari proses pengolahan teh secara umum adalah:
Pelayuan (menghilangkan sebagian air dari daun teh), penggulungan (menghancurkan daun
teh menjadi bagian-bagian yang lebih kecil), fermentasi (proses oksidasi), pengeringan
16
(mengurangi kandungan air pada daun teh), dan sortasi (memisahkan teh berdasarkan
ukurannya/ tingkat kehalusannya). Proses pengolahan teh pada teh hitam, teh hijau,
maupun teh oolong terletak pada perbedaan proses fermentasi (Willson KC dan Clifford MN,
1992).
2.4.1 Proses Pengolahan Teh Hitam
Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar
secara terkendali, sehingga menjadi hasil yang olahan yang dapat memunculkan sifat-sifat
yang dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan
disukai.
Pelayuan (Withering)
Tujuan utama dari pelayuan adalah untuk mengurangi kandungan kadar air dalam
pucuk secara merata disetiap bagian pucuk, sehingga pucuk menjadi lemas, lentur dan
mudah digulung serta digiling. Yang perlu diperhatikan dalam proses pelayuan adalah suhu,
kelembapan relatif, waktu dan jumlah pucuk persatuan luas. Suhu yang dipergunakan tidak
boleh menghambat aktivitas enzim yang menyebabkan perubahan meskipun dalam waktu
singkat akan mencapai derajat layu yang diinginkan.
Dalam pelayuan pucuk teh akan mengalami dua perubahan, yaitu
a. Perubahan senyawa kimia yang terkandung dalam pucuk seperti kandungan asam
amino, naiknya kandungan senyawa penentu rasa dan aroma, serta meningkatnya
permeabilitas dinding sel (pelayuan kimia).
b. Menurunnya kandungan air dalam pucuk teh akibat proses penguapan baik oleh aliran
udara maupun panas yang dihembuskan (pelayuan fisik).
Pelayuan dianggap cukup baik apabila kadar air optimal dan sesuai dengan harapan
mutu yang dihasilkan. Hasil pelayuan yang baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna
hijau kekuningan, tidak mengering, tangkai muda menjadi lentur, kalau digenggam terasa
lembut dan bila dilempar tidak akan buyar serta timbul aroma yang khas seperti buah
masak.
Penggulungan/penggilingan;
Penggulungan (rolling) akan membuat daun memar dan dinding sel rusak, sehingga
cairan sel keluar di permukaan dengan merata dan pada saat itu sudah mulai terjadi oksidasi
17
enzimatis (fermentasi). Dengan adanya penggulungan, secara fisik daun yang sudah
digulung akan memudahkan tergiling dalam proses penggilingan. Dengan dilaksanakannya
penggilingan, maka gulungan akan tergiling menjadi partikel yang lebih kecil sesuai dengan
yang dikehendaki konsumen, gulungan akan berukuran pendek, cairan sel keluar
semaksimal mungkin, dan dihasilkan bubuk basah yang sebanyak-banyaknya. Hasil
penggilingan adalah bubuk basah yang kemudian dipisah-pisahkan menjadi beberapa jenis
bubuk pada sortasi basah. Sortasi bubuk basah bertujuan untuk memperoleh bubuk yang
seragam memudahkan sortasi kering, serta memudahkan dalam pengaturan proses
pengeringan.
Ada 2 metode penggilingan yang sering digunakan yaitu metode orthodox dan
metode CTC (crush, tear, curl). Perbedaan kedua metode ini adalah mesin yang digunakan.
Tabel 9. Perbedaan sistim Ortodox dan sistim CTC
No. System orthodox System CTC
1 Derajat layu pucuk 44% - 46 % Derajat layu pucuk 32%-35%
2 Ada sortasi bubuk basah Tanpa dilakukan sortasi bubk basah
3 Tangkai/tulang terpisah Bubuk basah ukuran hampir sama
4 Diperlukan pengeringan ECP (Endless Chain Pressure)
Pengeringan cukup FBD (Fluid Bed Dryer)
5 Cita rasa air seduhan kuat Cita rasa kurang kuat, air seduhan cepat merah
6 Tenaga kerja banyak Tenaga kerja sedikit
7 Tenaga listrik besar Tenaga listrik kecil
8 Sortasi kering kurang sederhana Sortasi kering sederhana
9 Fermentasi bubuk basah 105-120 menit Frementasi bubuk basah 65 – 80 menit
10 Waktu proses pengolahan lebih dari 20 jam Proses pengolahan waktunya cukup pendek (kurang dari 20 jam)
Pusat penelitian teh dan kina Gambling (1994)
18
(a)
(b)
Gambar 4. Mesin pada Metode Orthodox (a) dan Metode CTC (b) (a) (http://www.teafountain.com,2008)
(b) (http://www.customizemachineries.com/teha/teha_teabin.asp,2008)
Fermentasi (Oksidasi)
Fermentasi pada teh merupakan proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan
enzim polifenoloksidase menghasilkan substansi theaflavin dan thearubigin. Substansi ini
akan menentukan sifat strength, warna, mutu pada air seduhan. Fermentasi dipengaruhi
beberapa faktor : kadar air, suhu dan kelembaban relatif, kadar enzim, jenis bahan, dan
tersedianya oksigen.(http://elearning.unej.ac.id/courses/TPH1204/document/TEH.ppt?cidReq=TPH1204, 2008).
Pada proses fermentasi, daun teh berubah warna dari hijau, menjadi coklat muda,
lalu coklat tua, dan perubahan ini terjadi pada temperatur 26 oC. Tahap ini merupakan tahap
kritis dalam menentukan rasa teh, jika oksidasi dibiarkan terlalu lama, rasa akan berubah
menjadi seperti busuk. Proses oksidasi memakan waktu kurang lebih satu setengah sampai
2 jam. Proses ini dimonitor menggunakan thermometer.
(http://www.food-info.net/id/products/tea/production.htm, 2008).
Proses fermentasi menjadi pembeda antara teh hijau, teh oolong dan teh hitam. Teh
hijau tidak melalui proses fermentasi atau kalaupun ada proses ini hanya dalam waktu yang
19
relatif singkat, teh oolong mengalami fermentasi sebagian dan teh hitam mengalami
fermentasi atau oksidasi penuh (Sutrisno Edy, 2007).
Enzim polifenoloksidase yang terlibat dalam pencoklatan enzimatik mampu
mengoksidasi senyawa fenol menjadi o-kuinon. Hal ini dapat digambarkan dengan
pengubahan o-hidroksifenol menjadi o-kuinon. Kerja enzim ini merusak jika hal ini menjurus
ke pencoklatan dalam jaringan tumbuhan yang memar dan rusak tapi sangat bermanfaat
pada pengolahan teh. Substrat enzim polifenoloksidase adalah senyawa fenol dalam
jaringan tumbuhan, terutama flavanoid. Dalam hal ini termasuk catechin dan flavonol
(deMan JM, 1997).
Gambar 5. Perubahan o-hidroksifenol Menjadi o-kuinon (deMan JM, 1997)
Pengeringan
Pada prinsipnya proses pengeringan pada teh hitam adalah proses penguapan bubuk
teh dengan menggunakan udara panas, dengan suhu dan waktu tertentu sampai kadar air
yang dikandung cukup rendah. Adapun tolak ukur keberhasilan proses pengeringan teh
hitam adalah kadar air teh yang dihasilkan cukup rendah (2 – 3,5 %) dengan rasa yang tidak
menyimpang.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pengeringan yaitu kondisi
mesin pengering dengan segala alat kelengkapannya, temperatur udara, volume udara,
jumlah pengisian bubuk pada mesin pengering, lama pengeringan serta keseragaman dan
kadar air bubuk basah. Dalam proses pengeringan terjadi perubahan warna bubuk dari
kecoklatan menjadi kehitaman yang disebabkan oleh mengeringnya cairan sel di lapisan luar
dari partikel teh hasil oksidasi dan konsentrasi catechin juga mengurangi substansi pektat.
Kandungan air pada bahan mempengaruhi daya tahan bahan terhadap serangan
mikroba yang dinyatakan dengan water activity (aw). aw adalah jumlah air bebas yang dapat
digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Berbagai mikroorganisme
mempunyai aw minimum agar dapat tumbuh dengan baik, misalnya bakteri aw: 0,90; khamir
aw: 0,80-0,90; kapang aw: 0,60-0,70 (Winarno, 1992).
20
Kebanyakan enzim menjadi tidak aktif jika aw turun dibawah 0,85. Enzim yang
seperti itu termasuk amilase, fenoloksidase, dan peroksidase (deMan JM, 1997).
Sortasi
Setelah melalui proses pengeringan, teh masuk ke dalam proses penyaringan. Teh
masuk ke dalam beberapa alat penyaringan yang memilah teh berdasarkan kualitasnya yang
dapat dibedakan dari ukuran partikel teh yang tersaring. Teh yang berkualitas baik menurut
ahlinya memiliki rasa yang agak sepat, dan itu biasanya diperoleh dari daun-daun teh muda
yang dipetik hanya sejumlah 3 helai dari pucuk. Sementara teh yang banyak mengandung
batang memiliki aroma yang harum yang ternyata teh yang seperti ini merupakan teh
kualitas rendah (Sutrisno edy, 2007).
Penggolongan daun teh berdasarkan kualitas daun: daun utuh, daun remuk (hancur),
dan berbentuk bubuk. Kategori ini menentukan dan menunjukkan perbedaan ukuran daun
dan persentasenya. Daun remuk dan partikel halus terutama digunakan dalam perdagangan
skala besar, khususnya untuk teh celup.
Kategori daun utuh
Teh daun merupakan bubuk teh yang berasal dari daun teh yag selama pengolahan
mengalami penggulungan secara sempurna. Jenis tersebut dibedakan menjadi beberapa
kelompok yaitu :
- Teh Daun Orange Peko (OP)
Merupakan teh berbentuk gulungan, potongan cukup panjang dan berpucuk emas
panjang, terdapat banyak tulang daun muda dan lemah.
- Pecco (P)
Teh yang mirip dengan Orange Peko, tetapi lebih pendek, lebih kasar dan sedikit
mengandung pucuk.
- Sauco (S) merupakan jenis teh yang berbutir dan potongannya teratur
- Pecco Sauco (PS) merupakan jenis teh yang tebal dan kasar serta potongannya
pendek, terutama pada daun yang agak tua. Sifatnya berada diantara Pecco dan
Sauco
Kategori teh remuk / pecah
Merupakan bubuk teh yang berwarna hitam, kasar seperti pasir. Jenis teh tersebut
dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu :
21
- Broken Orange Pecco (BOP)
Merupakan jenis teh yang keriting dan potongan halus dan teratur. Jenis ini banyak
mengandung pucuk berwarna kuning emas.
- Broken Pecco (BP)
Merupakan jenis teh yang lebih kasar dibandingkan dengan broken orange pecco
dan tidak mengandung pucuk sama sekali.
- Broken Tea (BT)
Merupakan jenis teh yang tidak menggulung waktu penggulungan, sehingga teh ini
datar (pipih) seperti sisik dan potongannya kecil
Kategori teh bubuk
Merupakan teh bubuk halus seperti bubuk kopi. Jenis teh tersebut dibedakan menjadi
beberapa kelompok sebagai berikut :
- Fanning
Merupakan jenis teh yang asal dan bentuknya sama seperti broken tea tetapi
potongannya lebih kecil
- Dust (D)/ debu teh merupan jenis teh yang berbentu seperti tepung
- Bhea atau Bui (B)
Merupakan jenis teh buangan yang terdiri dari batang-batang teh
Untuk melakukan kontrol terhadap kualitas hasil, dilakukan pengujian terhadap teh
yang telah dikelompokkan berdasarkan kualitas tadi. Pengujian ini dilakukan dengan
mencicipi rasa dari setiap kelompok kualitas teh, yang dilakukan oleh orang yang memang
sudah berpengalaman dalam membedakan rasa. Sehingga tersaji teh dalam berbagai rasa
yang khas (Sutrisno edy, 2007).
Pengemasan daun teh pada umumnya dikemas dalam kotak kayu yang besar dan
siap untuk diekspor. Untuk selanjutnya dapat dikemas dalam kemasan lebih kecil, teh celup,
dan lain-lain.
Neraca massa pada pengolahan teh hitam, secara umum dapat dilihat pada tabel 10.
22
Tabel 10. Neraca Massa Pengolahan Teh Hitam
PROSES INPUT OUTPUT
Withering Daun teh 1000 kg
Kadar air turun sampai 70 %
Daun teh 300 kg
Penggulungan +
fermentasi
Pengeringan
Daun teh 300 Kg
Kadar air turun sampai 60 %
Daun teh 120 kg
Kadar air turun sampai 75 %
Daun teh 120 kg
Daun teh 30 kg
2.4.2 Proses Pengolahan Teh Oolong (Teh Semi-Fermentasi)
Teh oolong adalah teh yang proses pengolahannya antara teh hitam dan teh hijau.
Teh ini diproses dengan menjaga agar daun tehnya tetap utuh. Karenanya dibuat dari daun-
daun teh yang lebih besar dan lebih tua.
Segera setelah dipetik, daun dijemur di bawah sinar matahari untuk pelayuan.
Tujuannya untuk menurunkan kadar air dan menjadikannya lebih lembut. Daun-daun itu
kemudian diletakkan dalam keranjang dan dikocok-kocok dengan cepat untuk merusak
pinggiran daun. Pada tahap berikutnya, daun-daun itu ditebar dalam suatu tempat untuk
dikeringkan. Proses pengocokan dan penebaran daun-daun tersebut diulang beberapa kali.
Tepi daun yang rusak akan berubah merah akibat proses fermentasi sementara bagian
tengahnya masih hijau.
Tingkat fermentasinya tergantung pada tipe oolongnya. Variasinya kira-kira dari 20%
untuk oolong "hijau", hingga 60% untuk oolong formosa klasik. Begitu tingkat fermentasi
yang diinginkan tercapai, proses itu mesti dihentikan segera. Ini dilakukan dengan
pemanasan daun-daun itu dalam panci pada temperatur tinggi.
Pada tahap akhir, daun-daun dipisah-pisahkan menurut ukuran. Selama proses
produksi, banyak daun teh robek atau remuk sehingga teh akhir terdiri atas daun utuh, daun
robek, dan partikel-partikel yang lebih kecil (Yudana I Gede A dan Luize Audrey, 2007)
23
Proses pembuatan teh oolong secara garis besar adalah:
1. Daun teh segar (kadar air 75 - 80 %)
2. Pelayuan dengan sinar matahari ( 90 menit )
3. Pelayuan dan pengayakan dalam ruangan (4-7 jam )
4. Pengeringan I dengan sistim Panning ( proses tersebut dilakukan dengan cara
melewatkan daun pada lorong / silinder panas (suhu permukaan 300° - 350°C),
dengan tujuan untuk menghambat proses oksidasi enzimatis.
5. Penggulungan ( 5-12 menit )
6. Pemotongan
7. Pengeringan II
(http://www.sosro.com/indonesia/it_proses_oolong.htm, 2008).
2.4.3 Proses Pengolahan Teh Hijau
Proses pelayuan; setelah penerimaan pucuk dari kebun, daun teh ditebar dan
diaduk-aduk untuk mengurangi kandungan air yang terbawa pada daun. Setelah itu daun
teh dilayukan dengan melewatkan daun tersebut pada silinder panas ± 5 menit (sistim
panning) atau dilewatkan beberapa saat pada uap panas bertekanan tinggi (sistim
steaming), proses pelayuan ini bertujuan untuk mematikan aktivitas enzim sehingga akan
menghambat timbulnya proses fermentasi, menurunkan kadar air menjadi sekitar 60 - 70 %.
Proses pendinginan; bertujuan untuk mendinginkan daun setelah melalui proses
pelayuan.
Proses penggulungan daun; bertujuan untuk memecah sel-sel daun sehingga teh
yang dihasilkan akan mempunyai rasa yang lebih sepet. Proses ini hampir sama dengan
proses penggilingan pada proses pembuatan teh hitam, tetapi untuk proses pembuatan teh
hijau daun yang dihasilkan sedapat mungkin tidak remuk / hanya tergulung, dan mempunyai
rasa yang lebih sepet. Proses penggulungan berkisar antara 15 - 30 menit.
Proses pengeringan; proses pengeringan dilakukan 2 tahap. Proses pengeringan
pertama akan menurunkan kadar air menjadi 30 - 35 %, dan akan memperpekat cairan sel.
Proses ini dilakukan pada suhu 110-135 °C selama ± 30 menit. Proses pengeringan kedua
akan memperbaiki bentuk gulungan daun, suhu yang dipergunakan berkisar 70-95 °C
dengan waktu 60-90 menit. Produk teh hijau yang dihasilkan mempunyai kadar air 4-6 %.
24
Proses sortasi; bertujuan untuk mendapatkan teh hijau dengan berbagai kualitas
mutu : peko (daun pucuk), jikeng (daun bawah / tua), bubuk / kempring (remukan daun),
tulang (http://www.sosro.com/indonesia/it_proses_hijau.htm, 2008)
Gambar 6. Pohon Industri Tanaman Teh
25
BAB III. INDUSTRI HILIR TEH
3.1 Industri Teh
Pada dasarnya, produk yang berbasis teh mempunyai spektrum industri yang
sangat luas yang mencakup teh untuk minuman yang meliputi teh kemasan ( packet tea),
tea bag, instant tea , flavoured tea , teh wangi (teh melati), decafeinated tea , dan aneka
minuman siap saji ( ready to drink tea ) antara lain teh botol, teh kotak ( tetrapack tea ),
canning tea , fermented tea, fruit tea, ice tea, tea cola , dan foamy tea. Teh untuk bahan
campuran makanan antara lain dalam bentuk tea-candies, tea-noodles, tea biscuits, tea-
cake, tea-rice, tea-porridge, tea-ice-cream, dietary food dan teh untuk keperluan industri
pewarna makanan dan pengawet makanan alami. Teh untuk industri farmasi antara lain
dalam bentuk teh jamu, food supplement , cafein, catechin (anti kanker), teaflavin ,
tearubigin , vitamin (B,C,E) dan fluoride. Berikut adalah contoh produk dari tanaman teh:
Flavored tea (Teh Wangi) adalah pembuatan teh yang mencampurkan daun teh
dengan bahan sehingga menghasilkan teh dengan aroma yang khas. Biasanya bahan yang
dicampurkan adalah wewangian bunga melati, jasmine, roseberry dan lainnya. Campuran
ini akan menghasilkan teh dengan aroma dan rasa yang beda.
Teh Wangi Melati ( Jasmine Tea )
Proses pembuatannya adalah sebagai berikut :
1. Proses Pengeringan I
- Teh hijau dipanaskan dengan menggunakan mesin
Rotary drier / Fluid bed drier pada suhu 90° - 125° C.
- Proses penggosongan akan menghasilkan "Cou-cui"
berwarna coklat kehitaman dengan kadar air 3 - 5 %
2. Pemilihan bunga
Dipilih bunga yang siap mekar & sedapat mungkin memperkecil penerimaan bunga
"karuk"(kuncup bunga yang belum saatnya mekar), hal ini bertujuan agar proses
pewangian dapat berlangsung dengan sempurna.
3. Proses pelembaban
27
- Bertujuan untuk mempersiapkan teh agar dapat menerima aroma bunga secara
maksimal.
- Dilakukan penambahan air ± 20 %.
- Proses pelembaban dilakukan pada pagi - siang hari, kemudian teh hasil pelembaban
ditebar / dibeber membentuk suatu lapisan setebal ± 15 - 20 cm.
- Setelah itu dilanjutkan dengan proses pewangian, dimana bunga melati dicampurkan.
4. Proses Pengeringan II
- Menggunakan ECP drier (Endless Chain Pressure drier) dengan suhu berkisar antara
110° - 125° C selama 45 - 60 menit.
- Kadar air produk yang dihasilkan berkisar antara 4 - 6 %.
Fruit flavored tea ( Teh Beraroma Buah)
Selain terkenal dengan produk teh botolnya, “Sosro” juga mengadakan inovasi
dengan membuat teh rasa buah yang dikenal dengan fruit tea. Fruit Tea adalah salah satu
produk hasil inovasi terbaru “Sosro” yang terdiri dari 3 rasa, yaitu: apel, aneka buah,
lemon.
Fruit tea merupakan produk minuman teh yang diberi konsentrat buah, dan untuk
bahan baku tehnya dari jenis teh hitam. Bahan baku produk fruit tea terdiri dari : teh
hitam, gula pasir, konsentrat buah, flavor, air. Proses Pembuatan dari produk fruit tea,
terdiri dari 5 tahapan, yaitu :
1. Penyeduhan teh; teh diseduh dengan air mendidih di dalam tangki ekstraksi,
selanjutnya dilakukan proses filtrasi sebelum dicampur dengan sirup gula.
2. Pelarutan gula; gula pasir dilarutkan dengan air panas di dalam tangki pelarutan.
Selanjutnya sirup gula tersebut dilakukan proses pemurnian.
3. Pencampuran; teh hasil seduhan yang telah memenuhi standar (TCP) dicampur dengan
sirup gula, konsentrat buah dan flavour untuk mendapatkan rasa dan aroma yang
diinginkan.
4. Sterilisasi fruit tea manis; fruit tea manis yang telah memenuhi standar selanjutnya
dilewatkan ke unit sterilisasi (untuk membasmi bakteri) dengan proses pemanasan suhu
tinggi.
28
5. Pengisian ke dalam kemasan botol; fruit tea manis yang telah melalui proses sterilisasi
kemudian dialirkan ke mesin filler (Pengisisan) untuk dimasukkan ke dalam botol steril
(http://www.sosro.com/indonesia/fruit_tea_botol.htm, 2008).
Gambar 8. Proses Produksi Fruit Tea Sosro
Ekstrak teh / tea extract
Ekstrak teh di dapat dalam bentuk cairan / konsentrat dan dalam bentuk bubuk /
powder. Ekstrak teh hijau (Green tea extract) mengandung senyawa flavonoid (Catechin –
Epigallocatechingallat) yang merupakan antioksidan yang bersifat antikarsinogenik,
kariostatik sertah hipokolesterolemik dan menghambat aterosklerosis. Flavonoid berfungsi
mengurangi radikal bebas. Raikal bebas ini dapat berasal dari mana saja, antara lain
makanan berpengawet dan polusi udara yang merupakan musuh utama kesehatan,
kecantikan dan penuaan dini.
Liquid Tea Concentrate
29
Teh dalam bentuk konsentrat digunakan untuk bahan campuran makanan antara
lain untuk flavor tea drink, tea-candies, tea-ice cream, dietary food dan lainnya. Proses
pembuatannya adalah sebagai berikut :
Teh hijau atau teh hitam direndam dalam tanki sterilisasi tertutup selama 2 jam dengan
mencampurkan gliserol (glycil alcohol/ gliserin ) + air sebagai pelarut. Kemudian campuran
tersebut dipanaskan selama 30 menit. Setelah pemanasan, partikel dari daun teh yang
tidak berguna dipisahkan dengan cara sentrifuse sehingga dihasilkan larutan yang murni.
Selanjutnya larutan tadi di kentalkan dan dihasilkan konsetrat teh / Liquid Tea Consentrat.
(www.wipo.intc/pcdb/en/wo.jsp?wo2004034796,2008)
Gambar 9. Proses pembuatan Liquid tea concentrate
30
www.novant.com/showproduct.asp?lag=e&id=98
Gambar 10. Liquid Tea Concentrate
Instant tea ( tea powder)
Teh instant adalah teh yang telah diekstraksi dan hasil ekstraksi dikeringkan. Teh
instant biasanya dicampur dengan pemanis dan bahan lainnya sehingga dihasilkan teh
dengan aroma dan rasa yang khas. Berikut adalah proses pembuatan teh instant : daun
teh dihancurkan sampai berbentuk juice. Kemudian mengekstraksikannya dengan
memfermentasikan pada suhu 30 – 35 ‘C. Setelah fermentasi, campuran tersebut di
sentrifuse untuk pemisahan senyawa yang tidak diinginkan. Tahap selanjutnya adalah
pengeringan dengan spray-dryer. (www.AP-foodtechnology.com,2008)
Gambar 11. Proses pembuatan Teh Instant
31
Extracting Tea
Tea Leave
Fermentation
Steam + Centrifuse
Spray dry
Tea Powder/ Instant Tea
www.novant.com/showproduct.asp?lag=e&id=98
Gambar 12. Teh bubuk, tea instant
3.2 Standar Mutu Teh
Tabel 11. SNI Minuman Teh Dalam Kemasan (SNI 01-3143-1992)
No. Jenis Uji Satuan Spesifikasi1.
2. 3.4.5.
6.
7.8.
Keadaan - Penampakan- Bau dan rasa
Teina/kafeinTaninGula total sebagai sukrosa (bb)Bahan tambahan makananPengawetPemanis buatan
Kadar cemaran logamTimbal (Pb)Tembaga (Cu)Seng (Zn)Timah (Sn)Raksa (Hg)Kadar cemaran Arsen (As)Kadar cemaran mikrobaAngka lempeng totalBakteri coliformE. coliSalmonellC. perfringens
%
mg/kgmg/kgmg/kgmg/kgmg/kgmg/kg
koloni/mlAPM/100ml
Jernihkhas tehpositifpositifmin 6
Sesuai SNI. 0222-M dan peraturan Men Kes. No. 722/Men.Kes/Per/IX/88
maks 0,2maks 2,0maks 5,0maks 40
maks 0,03maks 0,1
maks 2,0x102
< 2,2neatif/100ml
negative/100mlnegative/10ml
32
Tabel 12. SNI Teh Hitam (SNI 01-1902-2000) dan Teh Hijau (SNI 01-3945-1995)
No. Jenis Uji Satuan Spesifikasi1.2. 3.4.5.6.7.8.9.
10.11.
Kadar air (bb)Kadar ekstrak dalam air (bb)Kadar abu total (bb)Kadar abu larut dalam air (bb) dari abu totalKadar abu tidak larut dalam air (bb)Alkalinitas abu larut dalam air (bb)Kadar gagang dan tulang (bb)Kadar serat kasarKadar cemaran logamBesi (Fe)Timbal (Pb)Tembaga (Cu)Seng (Zn)Timah (Sn)Raksa (Hg)Kadar cemaran Arsen (As)Kadar cemaran mikrobaAngka lempeng totalMPN coliform
%%%%%%%%
ppm
ppm
koloni/g
APM/g
maks 8,00min 32
min 4 dan maks 8min 45
maks 1,0min 1,0 dan maks
3,0-
maks 16,5
-maks 2,0maks 150maks 40maks 40
maks 0,03maks 1
maks 3x103
< 3
33
BAB IV. KESIMPULAN
Dari uraian tentang teh, proses pengolahan teh, dan produksi hilir teh terdapat
beberapa hal yang perlu untuk diketahui yang dirangkum dalam kesimpulan berikut ini:
1. Teh yang ada di Indonesia, berdasarkan cara pengolahannya dibedakan menjadi teh
hitam (fermented tea), teh hijau (unfermented tea), dan teh oolong (semi-fermented
tea).
2. Proses pengolahan teh secara umum adalah setelah pemetikan dilakukan pelayuan,
penggilingan atau penggulungan, fermentasi (untuk teh hitam dan teh oolong),
pengeringan, dan pengemasan (terkadang ada proses penyimpanan jika teh belum akan
dikemas). Teh hijau tidak melalui proses fermentasi sehingga setelah proses
penggulungan/penggilingan langsung dikeringkan.
3. Perbedaan pengolahan teh hitam, teh hijau, dan teh oolong adalah pada proses
fermentasi. Pada proses ini terjadi proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan
enzim polifenoloksidase menghasilkan substansi theaflavin dan thearubigin.
4. Proses pengeringan pada teh bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi. Dalam
proses pengeringan kadar air bahan sangat menentukan. Kandungan air pada bahan
mempengaruhi daya tahan bahan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan
water activity (aw).
5. Produk yang berbasis teh mempunyai spektrum industri yang sangat luas yang
mencakup teh untuk minuman yang meliputi teh kemasan ( packet tea), tea bag, instant
tea , flavoured tea , teh wangi (teh melati), decafeinated tea , dan aneka minuman siap
saji ( ready to drink tea ) antara lain teh botol, teh kotak ( tetrapack tea ), canning tea ,
fermented tea, fruit tea, ice tea, tea cola , dan foamy tea. Teh untuk bahan campuran
makanan antara lain dalam bentuk tea-candies, tea-noodles, tea biscuits, tea-cake, tea-
rice, tea-porridge, tea-ice-cream, dietary food dan teh untuk keperluan industri
pewarna makanan dan pengawet makanan alami. Teh untuk industri farmasi antara lain
dalam bentuk teh jamu, food supplement , cafein, catechin (anti kanker), teaflavin ,
tearubigin , vitamin (B,C,E) dan fluoride
34
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Bahan Penyegar Teh. http://elearning.unej.ac.id/ courses/TPH1204/document/TEH.ppt?cidReq=TPH1204. Tanggal akses : 27 Nonember 2008.
Anonymous. 2008. Liquid Tea Consentrat. www. wipo.1ntc / pcdb/en/wo.jsp? wo2004034796. Tanggal akses: 15 Desember 2008.
Anonymous. 2008. Proses Produksi Teh. http://www.sosro.com/indonesia/ info-teh.htm. Tanggal akses: 27 November 2008
Anonymous. 2008. Produksi Teh. http://www.food-info.net/id/products/ tea/production.htm. Tanggal akses : 02 Desember 2008.
Anonymous. 2008. Proses Produksi Teh. http://www.sosro.com/indonesia/ it_proses_oolong.htm. Tanggal akses: 18 November 2008.
Anonymous. 2008. Proses Produksi Teh. http://www.sosro.com/indonesia/ it_proses_hijau.htm. Tanggal akses: 18 November 2008.
Anonymous. 2008. Proses Produksi Teh. http://www.sosro.com/indonesia/ teh_botol_sosro.htm. Tanggal akses: 18 November 2008.
Anonymous. 2008. Proses Produksi Teh. http://www.sosro.com/indonesia/ fruit_tea_botol.htm. Tanggal akses: 18 November 2008.
Anonymous. 2008. Scientist Perfect Instant Tea Processing. www.ap-foodtechnology.com /instant-tea/processing.htm. Tanggal akses: 02 Desember 2008.
Anonymous. 2008. Tea. http://www.food-info.net/id/product/tea/production,htm.
Tanggal akses: 02 Desember 2008
Anonymous. 2008. Tea Product. www.novant.com/showproduct.asp?lag=e&d=98. Tanggal akses: 02 Desember 2008.
Anonymous. 2008. The Component in Tea. www.fmltea.com/teainfo/tea.chemistry%20htm. Tanggal akses : 27 November 2008.
Anonymous. 2008. Tea Chemistry. http://www.tocklay.net/teachem/index.aspx. Tanggal akses : 27 November 2008.
Anonymous. 2008. Tea Machineries. http://www.customizedmachineries.com/teha/teha-teabin.asp. Tanggal akses: 02 Desember 2008.
Anonymous. 2008. Tea. http:/id.wikipedia.org/wiki/teh. Tanggal akses : 27 Desember 2008.
35
Astuti, M. 2001. Potensi Antioksidan pada Teh. Kumpulan makalah : Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan. FKUI. Jakarta.
deMan, John M. 1997. Kimia Makanan. ITB. Bandung
Eden, T. 1965. Tea. Longmans, Green and Co. London.
Ghani, M.A. 2002. Buku Pintar Mandor : Dasar-dasar Budidaya Teh. Penebar Swadaya. Jakarta.
Graham HN. 1984. Tea : The Plant and Its Manufacture : Chemistry and Consumption of the Beverage. dalam Liss AR. The Methylxanthine Beverages and Foods : Chemistry, Consumption, and Health Effects. Prog Clin Biol.
Healty Guide. Edisi Agustus 2008. Secangkir Teh Hitam Manfaat Yang Tak Terlupakan. Jakarta.
Sutrisno, Edy. 2007. Perjalanan Camelia. http://edy_sutrisno.blogspot.com/ 2007/02/perjalanan_camelia.html. Tanggal akses : 02 November 2008.
Soetojo, cit Mahbarini. Syahidah. 2004. Proses Pengolahan Teh dan Kina PPTK Gambang, Kab. Bandung. Jawa Barat. Laporan Magang, IPB. Bogor.
Wilson, KC dan Clifford, MN. 1992. Tea: Cultivation to Consumption. Chapman and Hall. London.
Winarno, FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yudana, I Gede dan Luize, Audrey. 1998. Mengenal Ragam dan Manfaat Teh. http://www.indomedia.com
36