teb panas bumi (kelompok 4)
DESCRIPTION
tebTRANSCRIPT
MAKALAH TEKNOLOGI ENERGI BERSIH
ENERGI PANASBUMI
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Arista Ladja Gaa/114090079
Harly A. Hehanusa/114090113
David Arthur Lawang/114110060
Starpha Voreta/114120035
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi fosil merupakan penyedia utama untuk mencukupi kebutuhan energi saat ini.
Sejalan dengan kemajuan suatu negara dan pembangunan yang dilakukan, permintaan
pemakaian energi semakin meningkat. Keadaan ini akan berakibat semakin menipisnya
persediaan bahan bakar fosil dan semakin meningkatnya beban pencemaran atmosfer. Untuk
mengatasi kedua masalah tersebut, diperlukan pengupayaan sumber energi alternatif.
Sumber energi alternatif yang ada harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah
dapat mengurangi intensitas pemakaian bahan bakar fosil, tersedia dalam jumlah banyak dan
ramah lingkungan. Energi alternatif selain merupakan energi baru sifatnya juga harus
terbarukan (dapat digunakan kembali) sehingga tidak ada resiko pengurangan jumlah energi
ini dilain waktu seperti energi fosil. Sudah terdapat beberapa sumber energi baru yang
sifatnya terbarukan saat ini, salah satunya adalah energi panas bumi.
Energi panasbumi merupakan energi yang memanfaatkan panas yang ada di dalam kerak
bumi baik dalam bentuk batuan panas maupun dalam bentuk air dan uap panas. Umumnya
yang digunakan adalah dalam bentuk fluida uap panas untuk kemudian digunakan pada
menjadi energi yang lain (dikonversi ke energi lain) salah satunya adalah energi listrik
melalui Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTB). Namun untuk menentukan suatu
wilayah yang memiliki potensi panas bumi dapat dimanfaatkan sebagai PLTB atau tidak
perlu diketahui pula karakteristik panas bumi yang ada sehingga efektif dalam penggunaan
nantinya.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan dan untuk menghindari salah pengertian dan
perbedaan presepsi serta untuk mengarahkan makalah ini, maka kami akan membatasi
permasalahan pada:
A. Makalah ini dibuat oleh mahasiswa Teknik Lingkungan tahun ajaran 2015-
2016 semester ganjil.
B. Definisi Panasbumi, Proses Terbentuknya Panasbumi, dan, Pemanfaatan
Panasbumi sebagai Energi Baru dan Terbarukan.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan makalah yang kami diskusikan dan pembatasan masalah, maka dapat
dirumuskan sebagai masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan energi panasbumi?
2. Mengapa energi panasbumi dapat dikategorikan sebagai energi baru dan terbarukan?
3. Seberapa besar potensi pemanfaatan energi panasbumi?.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Untuk mengetahui manfaat dari penggunaan Energi Panasbumi sebagai Energi
Baru dan Terbarukan..
1.3.2 Manfaat
A. Untuk memperoleh data, fakta dan informasi tentang Definisi Panasbumi, Proses
Terbentuknya Panasbumi, dan, Pemanfaatan Panasbumi sebagai Energi Baru dan
Terbarukan.
B. Untuk menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan
dengan Energi Panasbumi serta pemanfaatannya sebagai energi baru dan terbarukan.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode;
deskriptif, kualitatif, melalui studi pustaka yakni dengan menggunakan buku-buku literatur,
jurnal ilmiah dan media internet sebagai sumber kajian yang dibahas
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematika penulisan yakni:
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
Bab II. Pembahasan
2.1 Pengertian Panasbumi
2.2 Proses Terbentuknya Panasbumi
2.3 Pemanfaatan Panasbumi sebagai Energi Baru dan Terbarukan
2.4 Energi Panasbumi sebagai Pembangkit Listrik.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan PLTP
Bab III. Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Panas Bumi
Panasbumi, adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan
fluida yang terkandung didalamnya. Energi panas alami dari dalam bumi yang akan ditransfer ke
permukaan bumi secara konduksi dan konveksi. Secara umum perubahan kenaikan temperatur
terhadap kedalaman di kerak bumi adalah 30ºC/km. Jika diasumsikan rata-rata permukaan bumi
adalah 15ºC, maka di kedalaman 3 km, temperaturnya akan mencapai 105ºC. Akan tetapi
temperatur tersebut kurang menguntungkan dari sisi ekonomis untuk dimanfaatkan sebagai
sumber energi panasbumi. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa sumber energi
panasbumi yang potensial dan bernilai ekonomis hanya terdapat di lokasi tertentu dengan kondisi
geologi yang khas.
Energi panasbumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Italy sejak tahun 1913 dan
di New Zealand sejak tahun 1958. Pemanfaatan energi panasbumi untuk sektor non‐listrik (direct
use) telah berlangsung di Iceland sekitar 70 tahun. Meningkatnya kebutuhan akan energi serta
meningkatnya harga minyak, khususnya pada tahun 1973 dan 1979, telah memacu negara‐negara
lain, termasuk Amerika Serikat, untuk mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dengan
cara memanfaatkan energi panasbumi.
2.2 Proses Terbentuknya Panasbumi
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa panasbumi dapat terbentuk berhubungan dengan
kedalaman kerak bumi. Namun panas tersebut belum dapat dimanfaatkan sehingga diperlukan
sumber panas lain yang didasari oleh model geologi sistem panasbumi. Dari sudut pandang
geologi, sumber energi panasbumi berasal dari magma yang berada di dalam bumi. Magma
dianggap seperti sebuah kompor yang menyala. Magma tersebut menghantarkan panas secara
konduktif pada batuan di sekitarnya. Panas tersebut juga dapat mengakibatkan aliran konveksi
fluida hydrothermal di dalam pori-pori batuan. Kemudian fluida hydrothermal ini akan bergerak
ke atas namun tidak sampai ke permukaan karena tertahan oleh lapisan batuan yang bersifat
impermeabel. Lokasi tempat terakumulasinya hydrothermal disebut reservoir, atau lebih tepatnya
reservoir panasbumi. Dengan adanya lapisan impermeabel tersebut, maka hydrothermal yang
terdapat pada reservoir panas bumi akan terpisah dengan groundwater yang berada lebih
dangkal. Berdasarkan hal tersebut maka secara umum sistem panasbumi terdiri atas tiga elemen
yaitu batuan reservoir, fluida reservoir yang berperan menghantarkan panas ke permukaan tanah
dan terakhir batuan panas (heat rock) atau magma sebagai sumber panas (Goff and Cathy, 2000).
Gambar 1. Reservoar
2.2.1 Model Sistem Geologi Panasbumi
Kondisi geologi sumber-sumber energi panas bumi yang telah ditemukan di dunia saat ini
amat beragam. Namun menurut marini (2001), secara garis besar bisa dikelompokkan kedalam
dua model geologi daeraah panasbumi, yaitu:
1. Sistem magmatik vulkanik aktif
2. Sistem selain magmatik vulkanik aktif
Daerah panasbumi bertemperatur tinggi (lebih dari 180ºC) yang bisa dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik, sebagian besar terdapat pada sistem magmatik vulkanik aktif. Sementara,
pemanfaatan energi panasbumi untuk pemanfaatan langsung (direct use) bisa diperoleh dari
kedua sistem tersebut.
Sistem magmatik aktif yang bertemperatur tinggi umumnya terdapat di sekitar pertemuan
antara lempeng samudera dan lempeng benua. Akibat adanya tumbukan antara lempeng
samudera (oceanic crust) dan lempeng benua (continental crust), lempeng samudera mennjam ke
bawah lempeng benua. Temperatur tinggi di kerak bumi menyebabkan lempeng samudera
meleleh. Lokasi lelehan (zone of partical melting) tersebut diperkirakan berada pada kedalaman
100 km dari permukaan bumi diantara kerak bumi dan bagian luar mantel bumi. Densitas lelehan
biasanya lebih rendah dari sumber asalnya sehingga lelehan tersebut cenderung bergerak naik ke
atas menjadi magma. Hampir tidak pernah ditemukan magma yang berbentuk cair (liquid) murni.
Semua magma merupakan lelehan batuan panas dengan campuran yang begitu kompleks.
2.2.2 Fluida Panasbumi
Kandungan H2O yang tinggi pada batas antara lempeng benua dan lempeng samudera di
sekitar zona penunjaman yang bertemperatur sangat tinggi memicu terjadinya fenomena partial
melting yang merupakan cikal-bakal fluida panasbumi. Sementara, lapisan sedimen terdehidrasi,
yang ikut terbawa ke dalam zona penunjaman, juga ikut meleleh sehingga memperkaya
kandungan komponen fluida panasbumi tersebut. Fluida panasbumi kemudian bergerak ke atas
menerobos kerak bumi sambil terus bereaksi dengan batuan yang dilewatinya sehingga makin
menambah kandungan komponen di dalamnya. Fluida panasbumi yang paling dekat dengan
magma, biasanya mengandung uap air, CO2, SO2, H2S dan HCl. Variasi konsentrasi masing-
masing kandungan itu tergantung pada perbedaan magmatic volatile dan tingkat degassing
magma. Penyerapan gas-gas tersebut ke dalam sirkulasi air tanah bagian dalam mendorong
terbentuknya fluida panasbumi yang bersifat asam dan sangat reaktif. Tingkat keasaman fluida
panasbumi berangsur-angsur berkurang ke arah netral seiring interaksi dirinya dengan
permukaan batuan dimana kation-kation ikut terbawa oleh aliran fluida panasbumi. Ketika fluida
panasbumi terus bergerak ke atas, tekanannya makin berkurang hingga mencapai kondisi boiling,
yaitu kondisi dimana fluida panasbumi mendidih mengeluarkan gelembung gas-gas. Zona tempat
terjadinya fenomena boiling disebut boiling zone. Disinilah terjadi pemisahan antara fase liquid
dan fase gas pada fluida panasbumi. Fluida fase gas akan lebih mudah menerobos menuju ke
permukaan bumi menjadi fumaroles di sekitar puncak dan lereng gunung api. Namun fase gas
yang tidak bisa menerobos ke permukaan akan bercampur dengan air tanah membentuk steam-
heated acid-sulfate water. Sisa fluida panasbumi yang masih berada di posisi dalam akan
mengalir secara lateral dimana ia akan bercampur dengan air meteorik sampai mencapai pH
netral dan keluar permukaan sebagai mata air yang kaya unsur chloride-nya.
2.2.3 Tipe-tipe Sistem Panasbumi
Pembagian sistem panasbumi menurut Goof dan Cathy (2000), berdasarkan kriteria
geologi, geofisika, hidrologi, dan teknologi dapat dibagi atas 5 tipe, yaitu:
1. Sistem batuan beku muda (young igneous systems)
2. Sistem tektonik (tectonic systems)
3. Geopressured systems
4. Hot dry rock systems
5. Magma tap systmes
Dari tipe satu hingga tipe tiga, air panas alami diperoleh lewat kegiatan eksploitasi. Karena itu,
ketiganya bisa disatukan menjadi sistem hidrotermal (hydrothermal systems). Sementara untuk
tipe empat dan lima, air panas alami tidak bisa diperoleh. Justru kedua sistem tersebut
memerlukan air yang diinjeksikan ke dalam bumi lalu air tersebut disedot kembali untuk diambi
panasnya. Secara teknik hal tersebut mungkin dilakukan, tetapi tidak bernilai ekonomis selama
harga bahan bakar fosil masih lebih murah.
Selain itu, tipe panasbumi juga dapat dibedakan menurut jenis fluida reservoar.
Berdasarkan fluida yang terkandung di dalam reservoar sistem panasbumi dikelompokkan ke
dalam sistem dominan uap, sistem air panas dan sistem dua-fasa.
1. Sistem dominan uap. Dalam sistem ini air yang terpanaskan oleh batuan panas menguap,
sehingga mencapai permukaan dalam keadan relatif kering pada suhu sekitar 200ºC dan
tekanan sekitar 8 bar. Uap semacam ini cocok untuk menggerakkan turbin pembangkit
listrik. Sistem panasbumi dominan uap sangat jarang dijumpai di dunia dan hingga saat
ini ada lima lapangan besar yang telah dikembangkan untuk pembangkit listrik, yaitu
lapangan-lapangan Larderello (Italia), The Geyser (Califronia), Matsukawa (Jepang),
Kamojang dan Darajat (Indonesia).
2. Sistem air panas. Pada sistem ini air panas bersirkulasi dalam reservoar. Bila
terperangkap pada sumur pemboran, air akan mengalir secara alamiah atau harus
dipompa. Penurunan tekanan, yang besarnya sekitar 8 bar atau kurang, menyebabkan air
panas tersebut sebagian berubah menjadi campuran dua-fasa yang dominan air.
Campuran tersebut mengandung padatan terlarut seperti silika, karbonat dan sulfat.
Padatan terlarut ini dalam beberapa hal dapat mempengaruhi produksi energi sebab
padatan tersebut akan mengendap dan membentuk kerak atau sisik (sca’e) di dalam pipa-
pipa dan pada permukaan-permukaan tempat terjadinya proses pertukaran panas,
sehingga mengurangi aliran fluida dan perpindahan panas. Sistem dominan air lebih
banyak dijumpai dibanding sistem dominan uap. Sebagai contoh antara lain lapangan
Gunung Salak (Indonesia), Wairakei Tauhara dan Waiotapu (New Zealand), Palinpinon
(Filipina), Onikobe (Jepang), Coso, Long Valey (Amerika Serikat).
2.3 Pemaanfaatan Panasbumi Sebagai Energi Baru dan Terbarukan
Panas diambil dari reservoar panasbumi dengan cara memproduksi fluida reservoar. Di
permukaan, panas tersebut dapat dipakai untuk berbagai keperluan, tergantung pada entalpi
(kandungan panas persatuan massa) dan tekanan fluida. Fluida bertemperatur tinggi (>225ºC)
umumnya dipakai untuk membangkitkan tenaga listrik. Fluida dengan temperatur sedang (125-
225ºC) dapat menghasilkan bulk heat untuk processing dalam industri. Bila temperatur >180ºC
dapat diterapkan pembangkit listrik dengan memakai flash plant.
Tenaga listrik juga dapat dihasilkan dari air panas dengan suhu 110-180ºC dengan jalan
mengektraksi panas melalui permukaan heat exchanger dan memakai fluida sekunder, seperti
yang telah diterapkan pada pembangkit listrik siklus biner di New Zealand. Air panas dengan
suhu <125 ºC dapat dimanfaatkan secara langsung, untuk berbagai keperluan kecuali pembangkit
tenaga listrik.
Contoh pemakaian fluida secara langsung antara lain untuk pemanasan kolam renang dan
tambang udang dengan sistem heat exchange (New Zealand), pemanas ruangan (Iceland, Jepang
dan Amerika Serikat), untuk pemanas dalam industri kertas (New Zealand), serta pemanas dalam
kebun budidaya tanaman pertanian (Iceland, New Zealand, Cina dan Amerika Serikat). Secara
global, dari segi sumber panas, World Energy Conference Organization dalam publikasinya yang
berjudul World Energy Resources: !985-2020 menyebutkan bahwa potensi energi panas dunia
sangat melimpah, diantaranya yang dapat dikonversi menjadi tenaga listrik dengan kemampuan
teknologi yang ada saat ini adalah 3,6 x 1021 joule, atau ekivalen dengan 1,14 x 108 Mwe, atau
kurang lebih 120 kali produksi listrik dunia saat ini (Armstead, 1983)
Secara lokal, suatu sistem panasbumi pada umumnya berupa siklus, dimana air meteorik (air
hujan) dalam perjalanannya mengikuti siklus hidrologi masuk ke dalam reservoar, terpanaskan
oleh sumber panas, dan diproduksi. Air meteorik yang mengalir secara alamiah ke sekitar batuan
sumber panas akan menggantikan fluida yang telah diproduksi dari reservoar (Wright, 1995). Di
samping itu, air yang telah diekstraksi panasnya dapat diinjeksikan kembali ke dalam reservoar ,
seperti yang telah dilakukan di berbagai lapangan panasbumi yang telah beroperasi. Oleh
karenanya energi panasbumi dapat dikatakan terbarukan (renewable).
Namun demikian bila eksploitasi energi suatu reservoar panasbumi melebihi total input panas
dari fluida ke dalam reservoar, atau dengan kata lain laju energi ekstraksi energi lebih besar dari
laju pemulihan panas dan fluida, maka reservoar panas bumi tersebut akan mengalami
“kematian” (McLeod, 1995).
Energi panasbumi sebenarnya tidak dapat dikatakan benar-benar bersih, efek polutif dapat
timbul dari sisa fluida yang bersifat asam dan mengandung padatan terlarut (misalnya dari
separator air-uap), serta dari non-condens-ablegas yang dilepaskan ke atmosfer dari kondenser
dan menara pendingin pada pembangkit listrik tenaga panasbumi; akan tetapi efek tersebut lebih
kecil dan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan efek yang ditimbulkan oleh pembakaran
bahan bakar fosil. Salah satu cara meminimalkan efek polutif produksi fluida panasbumi adalah
dengan menginjeksikan kembali fluida yang telah di ekstraksi panasnya ke dalam reservoar.
Berdasarkan kelebihan energi panasbumi yang antara lain relatif “bersih” (ramah terhadap
lingkungan), dan dalam batas-batas tertentu bersifat terbarukan, energi panasbumi merupakan
energi alternatif yang menarik.
2.4 Energi Panas Bumi Sebagai Pembangkit Listrik
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah pembangkit listrik yang menggunakan panas
bumi sebagai sumber energinya. Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di
sekitar lempeng tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat
permukaan. Pengembangan dan penyempurnaan dalam teknologi pengeboran dan ekstraksi telah
memperluas jangkauan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi dari lempeng
tektonik terdekat.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler,
sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Apabila fluida di kepala sumur
berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan
mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga
dihasilkan energi listrik.
2.4.1 Prinsip kerja PLTP Berdasarkan Sumber Panasnya
Energi panasbumi adalah termasuk energi primer yaitu energi yang diberikan oleh alam
seperti minyak bumi, gas bumi, batubara dan tenaga air. Selain dari pada itu panasbumi adalah
termasuk juga energi yang terbarukan, yaitu energi non fosil yang bila dikelola dengan baik
maka sumberdayanya relatif tidak akan habis, jadi amat sangat menguntungkan. Energi
panasbumi yang ada di Indonesia pada saat ini dapat dikelompokkan menjadi:
1. Energi Panasbumi “Uap Basah” (Dry System Power Plant). Uap basah yang keluar dari
perut bumi pada mulanya berupa air panas bertekanan tinggi yang pada saat menjelang
permukaan bumi terpisah menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 % air. Atas dasar ini maka
untuk dapat memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan separator untuk memisahkan
antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air diteruskan ke turbin untuk
menggerakkan generator listrik, sedangkan airnya disuntikkan kembali ke dalam bumi
untuk menjaga keseimbangan air dalam tanah.
Gambar 2. Dry System Power Plant
2. Energi Panasbumi “Air Panas” (Flash System Power Plant). Air panas yang keluar dari
perut bumi pada umumnya berupa air asin panas yang disebut “brine” dan mengandung
banyak mineral. Karena banyaknya kandungan mineral ini, maka air panas tidak dapat
digunakan langsung sebab dapat menimbulkan penyumbatan pada pipa-pipa sistim
pembangkit tenaga listrik. Untuk dapat memanfaatkan energy panas bumi jenis ini,
digunakan nergy biner (dua buah energi utama) yaitu wadah air panas sebagai energy
primemya dan energi sekundernya berupa alat penukar panas (heat exchanger) yang akan
menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin. Energi panas bumi “air panas” bersifat
korosif, sehingga biaya awal pemanfaatannya lebih besar dibandingkan dengan energi
panas bumi jenis lainnya.
Gambar 3. Flash System Power Plant
3. Energi Panasbumi “Batuan Panas” (Binary Cycle Power Plant). Energi panas bumi jenis
ini berupa batuan panas yang ada dalam perut bumi akibat berkontak dengan sumber
panas bumi (magma). Energi panas bumi ini harus diambil sendiri dengan cara
menyuntikkan air ke dalam batuan panas dan dibiarkan menjadi uap panas, kemudian
diusahakan untuk dapat diambil kembali sebagai uap panas untuk menggerakkan turbin.
Sumber batuan panas pada umumnya terletak jauh di dalam perut bumi, sehingga untuk
memanfaatkannya perlu teknik pengeboran khusus yang memerlukan biaya cukup tinggi.
2.4.2 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
1. Uap di suplai dari sumur produksi melalui sistem transmisi uap yang kemudian
masuk ke dalam Steam Receiving Header sebagai media pengumpul uap. Steam
Receiving Header dilengkapi dengan Rupture Disc yang berfungsi sebagai pengaman
terakhir unit .Bila terjadi tekanan berlebih (over pressure) di dalam Steam Receiving
maka uap akan dibuang melalui Vent Structure.Vent Structure berfungsi untuk
warming-up di pipe line ketika akan start unit dan sebagai katup pengaman yang akan
membuang tekanan bila sudden trip terjadi.
2. Dari Steam Receiving Header uap kemudian dialirkan ke Separator (Cyclone Type)
yang berfungsi untuk memisahkan uap (pure steam) dari benda-benda asing seperti
partikel berat (Sodium, Potasium, Calsium, Silika, Boron, Amonia, Fluor dll).
3. Kemudian uap masuk ke Demister yang berfungsi untuk memisahkan moisture yang
terkandung dalam uap, sehingga diharapkan uap bersih yang akan masuk ke dalam
Turbin.
4. Uap masuk ke dalam Turbin sehingga terjadi konversi energi dari Energi Kalor yang
terkandung dalam uap menjadi Energi Kinetik yang diterima oleh sudu-sudu Turbin.
Turbin yang dikopel dengan generator akan menyebabkan generatkut berputar saat
turbin berputar sehingga terjadi konversi dari Energi Kinetik menjadi Energi
Mekanik.
5. Generator berputar menghasilkan Energi Listrik (Electricity)
6. Exhaust Steam (uap bekas) dari Turbin dikondensasikan di dalam Condensor dengan
system Jet Spray (Direct Contact Condensor).
7. NCG (Non Condensable Gas) yang masuk kedalam Condensor dihisap oleh First
Ejector kemudian masuk ke Inter condensor sebagai media pendingin dan penangkap
NCG. Setelah dari Intercondensor, NCG dihisap lagi oleh Second Ejector masuk ke
dalam After condenser sebagai media pendingin dan kemudian dibuang ke atmosfir
melalui Cooling Tower.
8. Dari Condensor air hasil condensasi dialirkan oleh Main Cooling Water Pump masuk
ke Cooling Tower. Selanjutnya air hasil pendinginan dari Cooling Tower uap kering
disirkulasikan kembali ke dalam Condensor sebagai media pendingin.
9. Primary Cooling System disamping sebagai pendingin Secondary Cooling System
juga mengisi air pendingin ke Inter condensor dan After condensor.
10. Overflow dari Cold Basin Cooling Tower akan ditampung untuk kepentingan
Reinjection Pump.
11. River Make-Up Pump beroperasi hanya saat akan mengisi Basin Cooling Tower.
2.4.3 Peralatan Utama dalam Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi
2.4.3.1 Kepala Sumur dan Valve
Seperti halnya sumur-sumur minyak dan gas, di sumur panas bumi juga dipasang
beberapa Valve (katup) untuk mengatur aliran fluida. Valve-valve tsb ada yang dipasang di atas
atau didalam sebuah lubang yang dibeton (Concrete cellar).
Gambar 4. Rangkaian Valve di lapangan panasbumi
Umumnya di kepala sumur ada 4 buah valve, yaitu :
A : Master Valve atau Shut off Valve : untuk mengisolasi sumur untuk keperluan perawatan.
B : Service Valve : untuk mengatur aliran fluida yang akan dimanfaatkan.
C : By pass Valve : untuk mengatur aliran fluida yang ke Silincer, atau tempat penampungan
air/pembuangan.
D : untuk memungkinkan peralatan atau reamer diturunkan secara vertikal. Disamping itu
biasanya dilengkapi juga oleh Bleed Valve : yaitu valve untuk menyemburkan ke udara dengan
laju aliran sangat kecil (bleeding), saat sumur tidak diproduktifkan. Fluida perlu dikeluarkan
dengan laju alir sangat kecil agar sumur tetap panas dan gas tidak terjebak di dalam sumur, dan
juga untuk menghindari terjadinya thermal shock atau perubahan panas secara tiba-tiba yang
disebabkan karena pemanasan atau pendinginan mendadak dapat dihindarkan.
Disamping itu ada juga yang dilengkapi dengan Ball Floatt Valve yang merupakan Valve
pengaman dari kemungkinan terbawanya air ke dalam aliran pipa uap. Bila ada air yang terbawa,
bola akan naik dan menghentikanaliran. Kenaikkan tekanan akan menyebabkan Bursting Disc
pecah dan mengalihkan aliran ke Silincer.
2.4.3.2 Separator
Separator berfungsi untuk memisahkan uap dari air yang bercampur dalam aliran dua
fasa. Separator yang mempunyai effisiensi yang tinggi adalah jenis Cyclon, dimana aliran uap
yang masuk dari arah samping dan berputar menimbulkan gaya sentrifugal. Air akan terlempar
ke dinding, sedangkan uap akan mengisi bagian tengah pipa, dan mengalir keatas.
Gambar 5. Separator Cyclone
Uap yang keluar dari jenis ini mempuyai dryness yang sangat tingg, lebih dari 99%. Effisiensi
dari jenis ini akan berkurang bila kecepatan masuk lebih dari 50 m/detik.
2.4.3.3 Silincer
Silincer adalah merupakan silinder yang didalamnya diberi suatu pelapis untuk
mengendap suara dab bagian atasnya terbuka. Fluida dari sumur yang akan ddisemburkan untuk
dibuang, akan menimbulkan kebisingan yang luar biasa hingga dapat memekakkan telinga dan
bahkan bila tanpa perlindungan telinga, dapat menyebabkan rusaknya pendengaran. Untuk
mengurangi kebisingan dan biasanya juga mengontrol aliran fluida yang akan dibuang.
Gambar 6. Silincer
Apabila fluida dari sumur berupa uap kering, silincer yang digunakan biasanya berupa lubang
yang diisi dengan batuan yang mempunyai ukuran dan bentuk beragam.
Gambar 7. Instalasi Separasi (Pemisahan uap dari air)
LP
HP Separator BurstingSeparator
HPDiscs
SeparatedWell wa
watersilinc head ste disposal
2.4.3.4 Turbin Uap
Turbin uap adalah suatu mesin penggerak, yang menggunakan energi dari fluida kerja
(uap) untuk menggerakkan/memutar sudu-sudu Turbin. Sudu-sudu Turbin ini memutar poros,
poros karena dikopling dengan Generator, maka akan menggerakkan Generator menghasilkan
listrik.
Pada dasarnya dikenal 2 jenis :
a. Turbin dengan tekanan keluaran sama dengan tekanan udara luar (Atmospheric Exhaust /
Back Pressure Turbine) atau disebut juga Turbin tanpa Condenser. Pada jenis ini uap
keluar dari Turbin langsung dibuang ke udara.
b. Turbin dengan Condenser (Condensing unit Turbine). Pada jenis ini uap keluar dari
Turbin dikondensasikan lagi menjadi air di Condenser.
G T
Gambar 8. Turbin Back Pressure
T
condenser
Well (Sumur)
Gambar 9. Turbin Uap dengan Condenser
2.4.3.5 Condenser
Fungsi Condenser adalah untuk mengkondensasikan uap menjadi air dengan cara
membuat kondisi vakum di dalam bejana (condenser). Proses terjadinya vakum dengan cara
Thermodinamika bukan cara mekanik. Fluida yang keluar dari Turbin masuk ke Condenser
sebagian besar adalah uap bercampur dengan air dingin, di condenser akan mencapai
kesetimbangan massa dan energi.
Pada volume yang sama, air akan mempunyai massa ratusan kali lipat dibandingkan
dengan uap. Sehingga jika uap dalam massa tertentu mengisi seluruh ruangan dalam condenser,
kemudian disemprotkan air maka uap akan menyusut volumenya, karena sebagian atau
seluruhnya berubah menjadi air (tergantung jumlah air yang disemprotkan) yang memiliki
volume jauh lebih kecil. Akibat penyusutan volume uap dalam Condneser inilah akan
mengakibatkan kondisi ruangan dalam Condenser menjadi vacuum
Exhaust SteamGas Cooler
Water
Gambar 10. Direct Contact Condenser
2.4.3.6 Gas Extraction
Untuk menjaga agar kondisi di dalam comndenser tetap vacuum, maka Non Condensable
Gas (NCG) harus dikeluarkan dari Condenser, dengan cara diisap oleh Ejector.
Ejector 1stStage Ejector 2nd stage
Condensor AfterInter CondensorCondensor
Gambar 11. Sistem Gas Extraction
2.4.3.7 Menara Pendingin (Cooling Tower)
Menara pendingin ada dua jenis, yaitu :
1. Mechanical Draught Cooling Tower
Cooling Tower ini menggunakan Fan/kipas untuk menghisap udara. Udara
dihisap melalui Louver/pengarah dari samping masuk ke dalam Cooling Tower terus
dihisap ke atas, udara dingin ini kontak langsung dengan air yang jatuh dari bak atas
menuju bak bawah, sehingga air panas keluar dari Condenser (50ºC) dipompa menuju
ke Cooling Tower
didinginkan dengan udara
sehingga temperaturnya
turun menjadi 26-27ºC.
Cooling Tower jenis ini
relative murah dan fleksible
karena kecepatan angina bisa
dirubah-rubah, disesuaikan
dengan kondisi udara luar
dan beban Turbin.
Kelemahannya adalah
Udara dan uap panas
Air dari Condensor Temp. 50 C
Udara dingin
Air dari cooling tower turun 26-27C
Gambar 12. Mechanical Draught Cooling Tower
menggunakan energi listrik untuk menggerakkan kipas yang relative besar dan biaya
perawatannya tinggi.
2. Natural Cooling Tower
Air Distribusi
Gambar 13. Natural Cooling Tower
Cooling Tower jenis ini mempunyai biaya perawatan yang murah, hanya
kelemahannya mahal dan tidak fleksible.
2.4.4 Sebaran Potensi Panasbumi
Saat ini panas bumi telah dimanfaatkan oleh beberapa negara salah satunya Indonesia.
Negara-negara yang memiliki potensi energi panasbumi biasanya terletak pada jalur cincin api
dunia.
Gambar 14. Negara-negara yang telah memanfaatkan energi panasbumi (Geothermal)
Untuk di Indonesia sendiri memiliki 30% - 40% dari potensi panasbumi dunia atau setara 27.510
Mwe energi listrik serta potensi cadangan sebesar 14.172 Mwe, terdiri dari cadangan terbukti
2.287 Mwe, cadangan mungkin 1.050 Mwe dan cadangan terduga 10.835 MWe. Sebarannya
lebih mendominasi di Pulau Jawa, Sumatera, sebagian kecil di Sulawesi, serta beberapa wilayah
pulau-pulau kecil lainnya.
Tabel 1. Sebaran Potensi Energi Listrik dari Energi Panasbumi
Gambar 15. Sebaran Potensi Panasbumi di Indonesia
Dari sekian banyaknya potensi yang ada, tahun 2014 Indonesia baru menghasilkan energi
listrik sebesar 4.733 MW. Pengembangannya sendiri masih didominasi oleh perusahan
nasional, yaitu PT. Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE). Selain itu, ada beberapa
wilayah kerja pertambangan (WKP) yang hak kelolanya dimiliki oleh PT. PLN. Saat ini
lapangan yang telah berproduksi aktif adalah Sibayak, Gunung Salak, Wayang Windu,
Darajat, Kamojang,
Dieng-Kamojang
dan Lahendong.
Gambar 16. Sebaran
Lapangan Produksi
Panasbumi
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
2.5.1 Kelebihan PLTP
1. Bersih
PLTP tidak membakar bahan bakar untuk menghasilkan uap panas guna memutar turbin
serta menghemat pemanfaatan bahan bakar fosil yang tidak bisa diperbaharui. Kita
mengurangi emisi yang merusak atmosfir kita.
2. Tidak boros lahan
Lokal area yang diperlukan untuk membangun PLTP ukurannya per MW lebih kecil
dibandingkan hampir semua jenis pembangkit lain.
3. Dapat diandalkan
PLTP dirancang untuk beroperasi 24 jam sehari sepanjang tahun. Suatu pembangkit
listrik geothermal terletak diatas sumber bahan bakarnya. Hal ini membuat resisten
terhadap hambatan penghasilan listrik yang diakibatkan oleh cuaca dan bencara alam
yang bias mengganggu transportasi bahan bakar.
4. Fleksibel
Suatu PLTP bisa memiliki rancangan moduler, dengan tambahan dipasang sebagai
peningkatan yang diperlukan untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat.
5. Mengurangi pengeluaran
Uang tidak perlu dikeluarkan untuk mengimpor bahan bakar untuk PLTP, selalu terdapat
dimana pembangkit itu berada.
6. Pembangunan
PLTP dilokasi terpencil bisa miningkatkan standar kualitas hidup dengan cara membawa
listrik ke orang yang bertempat tinggal jauh dari sentra populasi listrik.
Dengan ratifikasi “kyoto protocol” menunjukkan komitmen negara maju terkait
global warming untuk insentif atau carbon credit terhadap pembangunan ( clean
development mechanism ) berdasarkan seberapa besar pengurangan CO2 dibandingkan
dengan base line yang telah ditetapkan.
Grafik 1. Emisi Gas dari Bermacam-macam Pembangkit
Dari grafik diatas pembangkit dengan bahan bakar panas bumi memiliki emisi yang
paling rendah yaitu 100 kg/kWh.
2.5.2 Kekurangan PLTP
1. PLTP dibangun didaerah lapang panas bumi dimana terdapat banyak sumber air panas
atau uap yang mengeluarkan gas H2S. Kandungan ini bersifat korosit yang menyebabkan
peralatan mesin maupun listrik berkarat.
2. Ancaman akan adanya hujan asam.
3. Penurunan stabilitas tanah yang akan berakibat pada bahaya erosi dan akan
mempengaruhi pada kegiatan operasional.
4. Menyusut dan menurunnya debit maupun kualitas sumber mata air tanah maupun danau-
danau di sekitar area pembangunan yang akan menyebabkan gangguan pada kehidupan
biota perairan dan menurunkan kemampuan tanah untuk menahan air.
5. Berubahnya tata guna lahan, perubahan dan ancaman kebakaran hutan dimana diperlukan
waktu antara 30-50 tahun untuk mengembalikan fungsi hutan lindung semeperti semula.
6. Terganggunya kelimpahan dan keanekaragaman jenis biota air karena diperkirakan akan
tercemar zat-zat kimia SO2, CO2, CO, NO2 dan H2S.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Panasbumi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu energi terbarukan. Dalam
penggunaannya, panas bumi dapat digunakan langsung pada sektor pertanian, industri, perikanan
dan lainnya. Namun yang lebih bernilai ekonomis dan membantu pengurangan konsumsi bahan
bakar fosil adalah dengan mengkonversi energi panasbumi menjadi energi listrik melalui
Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP). Pada dasarnya, energi panasbumi dapat
dikatakan energi terbarukan karena sifatnya yang ramah lingkungan dengan ketersediaan yang
cukup melimpah serta dapat digunakan secara berulang. Namun walaupun ramah lingkungan,
pada proses eksploitasi panas bumi juga memiliki kekurangan-kekurangan namun tidak sebesar
dengan dampak negatif yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.
3.2 Saran
Perlunya keseriusan stakeholder terkait dalam mengelola sumber-sumber panasbumi
yang ada sehingga dapat mengurangi tingkat konsumsi bahan bakar fosil.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Adhi dkk. 2013. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. Politeknik Negeri Semarang.
Semarang
Human Resource Management, 2007. Teknologi Operasi PLTP. PT. PLN Unit Pendidikan dan
Pelatihan, Suralaya
Kasbani.2008. Tipe Sistem Panas Bumi Di Indonesia Dan Estimasi Potensi Energinya. Badan Geologi
Suparno, Supriyanto. 2009. Energi Panas Bumi A Present from the Heart of the Earth . Departemen Fisika-FMIPA Universitas Indonesia. Jakarta
Utami, Pri. 1998. Energi Panasbumi (Sebuah Gambaran Umum). Program Studi Teknik Geologi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Sumber internet:https://kyukimura2629.wordpress.com/2014/10/09/makalah-pembangkit-listrik-tenaga-panas-
bumi/ (diakses pada 27 November 2015, pukul 19.00 WIB)http://unic-jakarta.org/2015/04/08/energi-panas-bumi-dapat-membantu-negara-negara-
berkembang-meningkatkan-ketahanan-pangan-kata-laporan-badan-pbb/ (diakses pada 28 November 2015, pukul 21.00 WIB)
https://rudimayardi.wordpress.com/2012/10/05/pemanfaatan-energi-panas-bumi/ (diakses pada 30 November 2015, pukul 19.00 WIB)http://www.kompasiana.com/gigihkurniawan/pemanfaatan-panas-bumi-geothermal-di-
indonesia_552c683d6ea834df0e8b458b (diakses pada 03 Desember 2015, pukul 13.00 WIB)