tbm

27
BAB IV TEKNIK BIAKAN MURNI 4.1. Tujuan Percobaan - Untuk mendapatkan mikroorganisme yang berasal dari udara, air tanah dan telapak tangan. - Untuk mendapatkan kultur murni dari suspense campuran. 4.2. Tinjauan Pustaka Kultivasi dan isolasi (teknik biakan murni) adalah usaha menumbuhkan mikroorganisme pada atau dalam medium kultur. Isolasi adalah usaha memisahkan mikroorganisme dari suatu bahan atau medium ke medium lain yang biasanya ditujukan untuk mendapatkan biakan sejenis (biakan murni) tak tercampur oleh mikroorganisme lain. [4] A. Penanaman dan Isolasi (Teknik Biakan Murni) Pekerjaan memindahkan mikroba dari medium lama ke medium yang baru harus dilaksanakan secara teliti. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang sangkut paut dengan medium dan pekerjaan inokulasi (penanaman) itu benar-benar steril; hal ini untuk menghindari kontaminasi, yakni masuknya mikroorganisme yang tidak kita inginkan. [1] Beberapa langkah penting yang harus kita siapkan dan lakukan secara teliti, steril, dan aseptik yaitu: - Menyiapkan Ruangan Ruang tempat kultivasi dan isolasi mikroorganisme harus bersih, steril, dan bebas angin. Dinding dan alas yang basah dapat menyebabkan butir-butir debu menempel, oleh karena itu ruang isolasi dapat diberi alas kain basah. Di laboratorium standar biasanya udara yang masuk ke dalam ruangan telah dilewatkan pada ventilasi yang selalu disinari dengan sinar ultraviolet. - Pemindahan mikroorganisme

Upload: mayarajindrahafif

Post on 28-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IV

TEKNIK BIAKAN MURNI

4.1. Tujuan Percobaan

- Untuk mendapatkan mikroorganisme yang berasal dari udara, air tanah dan telapak tangan.

- Untuk mendapatkan kultur murni dari suspense campuran.

4.2. Tinjauan Pustaka

Kultivasi dan isolasi (teknik biakan murni) adalah usaha menumbuhkan mikroorganisme pada atau dalam medium kultur. Isolasi adalah usaha memisahkan mikroorganisme dari suatu bahan atau medium ke medium lain yang biasanya ditujukan untuk mendapatkan biakan sejenis (biakan murni) tak tercampur oleh mikroorganisme lain.[4]

A. Penanaman dan Isolasi (Teknik Biakan Murni)Pekerjaan memindahkan mikroba dari medium lama ke medium yang baru

harus dilaksanakan secara teliti. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang sangkut paut dengan medium dan pekerjaan inokulasi (penanaman) itu benar-benar steril; hal ini untuk menghindari kontaminasi, yakni masuknya mikroorganisme yang tidak kita inginkan.[1] Beberapa langkah penting yang harus kita siapkan dan lakukan secara teliti, steril, dan aseptik yaitu:- Menyiapkan Ruangan

Ruang tempat kultivasi dan isolasi mikroorganisme harus bersih, steril, dan bebas angin. Dinding dan alas yang basah dapat menyebabkan butir-butir debu menempel, oleh karena itu ruang isolasi dapat diberi alas kain basah. Di laboratorium standar biasanya udara yang masuk ke dalam ruangan telah dilewatkan pada ventilasi yang selalu disinari dengan sinar ultraviolet.- Pemindahan mikroorganisme

Pemindahan mikroorganisme dari satu medium ke medium lainnya dapat dilakukan menggunakan jarum inokulasi atau menggunakan pipet. Pemindahan menggunakan jarum inokulasi dilakukan dengan ujung kawat (lebih baik kawat platina) yang sudah disterilkan dengan dibakar sampai pijar. Pemindahan menggunakan pipet dapat dilakukan jika mikroorganisme berada dalam cairan. Pipet yang digunakan pun harus steril.- Isolasi dan Inokulasi (Teknik Biakan Murni)

Di dalam pelaksanaan teknik biakan murni tidak hanya bagaimana memisahkannya tetapi juga bagaimana memelihara dan mencegah terjadinya kontaminasi (pencemaran) dari mikroorganisme yang tidak kita kehendaki. Ada beberapa cara untuk mendapatkan biakan murni, antara lain:

a. Cara pengenceran (dilution)Cara mengisolasinya dengan mengencerkan sampel susu sampai beberapa

tingkat kemudian susu hasil pengenceran terakhir dipipet 100 μl untuk ditanam sebar pada medium kultur padat. Hasil kultivasinya diperoleh beberapa koloni terpisah yang masing-masing dapat dipelihara pada medium lain sebagai biakan murni.b. Cara penuangan (pour plate)

Cara ini pertama kali dilakukan oleh Robeth Koch menggunakan medium kultur semi padat yang sudah dicampur dengan sampel yang diencerkan dituangkan ke dalam cawan, sedangkan Lister menanam sampel yang diencerkan pada permukaan medium kultur yang sudah membeku di dalam cawan. Hasil kultivasinya diperoleh beberapa koloni terpisah yang masing-masing dapat dipelihara pada medium lain sebagai biakan murni.

Gambar 4.2.1. Cara Penuangan

c. Cara penggoresan (streak plate)

Gambar 4.2.2. Cara Penggoresan

Cara penggoresan dilakukan dengan menyiapkan sampel bahan dan medium kultur padat. Sampel bahan diambil menggunakan ose kemudian digoreskan pada permukaan medium kultur yang sudah beku. Hasil kultivasinya diperoleh beberapa koloni terpisah yang masing-masing dapat dipelihara pada medium lain sebagai biakan murni.[3] Ada beberapa teknik penggesekkan, yakni:a) Goresan T

- Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan huruf T pada bagian luar dasar cawan petri.

- Inokulasikan daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung.- Panaskan ose dan biarkan dingin kembali.- Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan goresan di daerah II.- Pijarkan kembali ose dan biarkan dingin kembali.- Prosedur di atas diulangi untuk daerah III.

Gambar 4.2.3. Goresan T

b) Goresan KuadranLempengan agar dibagi menjadi 4.

Gambar 4.2.4. Goresan Kuadran

c) Goresan Radian- Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan.- Pijarkan sengkelit dan dinginkan kembali.- Putar lempengan agar 90° dan buat goresan terputus dimulai dari bagian pinggir

lempengan.- Putar lempengan agar 90° dan buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya.- Pijarkan ose.

Gambar 4.2.5. Goresan Radian

d) Goresan Sinambung- Ambil satu mata ose suspense dan goreskan setengah permukaan lempengan agar.- Jangan pijarkan ose, putar lempengan 180°, gunakan sisi mata ose yang sama dan

gores pada sisa permukaan lempengan agar.

Gambar 4.2.6. Goresan Kuadran[2].

d. Cara penyebaran (spread plate)Sampel bahan diambil menggunakan pipet kemudian diteteskan diatas medium

kultur yang telah membeku dan tetesan sampel bahan diratakan di permukaan atas medium kultur menggunakan gelas perata. Hasil kultivasinya diperoleh beberapa koloni terpisah yang masing-masing dapat dipelihara pada medium lain sebagai biakan murni.

Gambar 4.2.7. Goresan Kuadran

e. Cara pengucilan sel tunggal (single cell isolation)Cara pengucilan sel tunggal dilakukan menggunakan alat khusus yang dapat

mengambil hanya satu sel mikroorganisme. Alat pengambilnya disebut mikropipet yang ditempatkan pada mikromanipulator. Pengambilan sel diawali dengan membuat tetesan bergantung pada gelas penutup preparat atau dalam gelas preparat cekung. Pengambilan sel menggunakan mikropipet dilakukan menggunakan mikroskop kemudian sel dipindah ke dalam medium kultur. Kultivasi ini akan menghasilkan koloni yang berasal dari keturunan satu sel.[3]

B. Fase-fase Pertumbuhan MikroorganismeKurva pertumbuhan mikroba :

Gambar 4.2.8. Kurva Pertumbuhan Mikroorganise

a. Fase Lag/adaptasi Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mula-mula akan mengalami

fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungandi sekitarnya. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:- Medium dan lingkungan pertumbuhan

Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungansebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yangtersedia dan kondisi lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya,diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.

- Jumlah inokulumJumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase adaptasi.

b. Fase Log/eksponensialPada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva

logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan

termasuk suhu dan kelembaban udara. Akhir fase log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan :- Nutrien di dalam medium sudah berkurang.- Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat

pertumbuhan mikroba.c. Fase Stasioner

Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.d. Fase Kematian

Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian karena beberapa sebab yaitu:- Nutrien di dalam medium sudah habis.- Energi cadangan di dalam sel habis.Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba.[4]

- Sacharomyces cereviceae

Gambar 4.2.9. Sacharomyces cereviceae

Sacharomyces cereviceae secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Berkembang biak dengan membelah diri. Sacharomyces cereviceae yang mempunyai kemampuan fermentasi telah lama dimanfaatkan untuk pembuatan berbagai produk makanan dan sudah banyak digunakan sebagai probiotik.[6]

- Aspergillus niger

Gambar 4.2.10. Aspergillus niger

Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Hifa bersekat dan memiliki banyak initi (multinukleat), kepala konidia bulat, berwarna hitam, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar dengan bertambahya umur.[5]

- Bacillus subtilis

Gambar 4.2.11. Bacillus subtilis

Bacillus subtilis banyak ditemukan dalam tanah, air dan berbagai jenis makanan. Sporanya berbentuk oval dan silinder dan lebarnya tidak melebihi sel induk.[7]

4.3. Alat dan Bahan

A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:- Autoclaf - Kaldu nutrisi - Air kran - Nutrisi agar - Beakerglass - Suspense campuran- Bunsen - Toge agar- Cawan Petri - Deckglass- Incubator - Kaca objek- Kawat ose- Kompor listrik- Mikroskop - Plastik - Spatel bengkok - Tabung reaksi- Tisu

4.4. Prosedur Percobaan

A. Penangkapan Mikroorganisme 1. Penangkapan Mikroorganisme dari Udara

- Menyediakan nutrisi agar steril dalam cawan petri. Membiarkan terbuka selama 30 menit. Menutup cawan petri. Menulis statusnya.

- Menginkubasi selama 24-48 jam dalam inkubator pada suhu 30 (posisicawan petri terbalik).

- Mengamati pertumbuhan mikroorganisme secara makro dan secara mikroskopi. 2. Penangkapan Mikroorganisme dalam Air Tanah

- Menyediakan nutrisi agar steril dalam cawan petri. Menutup cawan petri. Menulis statusnya.

- Menyalakan air kran dengan aliran besar selama 1-2 menit,tutup kembali, kemudian bakar ulut kran dengan api spiritus.

- Membuka cawan petri sedikit meneteskan sedikit air dari mulut kran yang sudah dibakar, meratakan dengan spatel bengkok, menutup cawan petri.

- Menginkubasi selama 24-48 jam dalam inkubator pada suhu 30 (posisi cawan petri terbalik).

- Mengamati pertumbuhan mikroorganisme secara makro dan secara mikroskopi.3. Penangkapan Mikroorganisme dari Telapak Tangan

- Menyediakan nutria agar steril dalam cawan petri. Menutup cawan petri. Membagi cawan petri menjadi 4 bagian, menuliskan statusnya dibalik cawan petri (1,2,3,4).

- Bagian 1, menempelkan telapak tangan ibu jari sebelah kanan sebelum dicuci, cawan petri dibuka sedikit.

- Bagian 2, menempelkan telapak tangan ibu jari sebelah kanan setelah dicuci, cawan petri dibuka sedikit.

- Bagian 3, menempelkan telapak tangan ibu jari sebelah kiri sebelum dicuci, cawan petri dibuka sedikit.

- Bagian 4, menempelkan telapak tangan ibu jari sebelah kiri setelah dicuci, cawan petri dibuka sedikit.

- Menginkubasi selama 24-48 jam dalam inkubator pada suhu 30 (posisi cawan petri terbalik).

- Mengamati pertumbuhan mikroorganisme secara makro dan secara mikroskopi.B. Isolasi Jasad Renik I

- Menyediakan toge agar steril dalam cawan petri.- Mengambil suspense campuran dengan menggunakan kawat ose steril dan

menggoreskan ke permukaan media.- Menginkubasi selama 24-48 jam dalam inkubator pada suhu 30 (posisi cawan

petri terbalik).- Mengamati pertumbuhan mikroorganisme secara makro dan secara mikroskopi.

C. Isolasi Jasad Renik II- Menyediakan toge agar steril dalam cawan petri.- Mengambil sampel organism dari isolasi jasad renik I dan menggoreskan pada

media agar steril yang baru.- Menginkubasi selama 24-48 jam dalam inkubator pada suhu 30 (posisi cawan

petri terbalik). - Mengamati pertumbuhan mikroorganisme secara makro dan secara mikroskopi.

D. Pemindahan Biakan ke Media Padat- Menyediakan toge agar steril dan menyiapkan 2 tabung reaksi.- Mengisi tabung I dengan toge agar steril sampai ¼ dari tabung reaksi,

mendiamkan tabung reaksi dengan posisi horizontalsampai media padat, kemudian menggoreskan dengan mikroba hasil isolasi II sebanyak 2-3 kali penggoresan.

E. Pemindahan Biakan ke Media Cair- Mengisi tabung reaksi dengan kaldu nutrisi steril sampai ½ tabung reaksi,

mendiamkan tabung reaksi dengann posisi vertikal sampai media dingin, kemudian mengambil mikroba hasil isolasi tadi dengan menggunakan kawat ose 2-3 mata ose. Menutup tabung reaksi dengan kapas/tisu.

- Menginkubasi kedua tabung reaksi 24-48 jam dengan suhu 30°C.- Mengamati pertumbuhan mikroorganisme secara makro dan secara mikroskopi.

4.5. Data Pengamatan

Tabel 4.5.1. Data pengamatan penangkapan mikroorganisme dari udara

Hari ke- Pengamatan

1

2

- Warna medium : coklat pucat - Bau : khas daging keagaran - Bentuk medium : padat- Pertumbuhan mikroba : belum tumbuh- Warna media : putih- Bentuk media : padat- Pertumbuhan mikroba : sudah ada,berkoloni

Makro

- Diameter terbesar : 0,2 cm- Diameter terkecil : 0,001 cm- Warna koloni : putih keruh- Bau : daging busuk- Dari atas : titik- Dari samping : melengkung- Dari tepi : rata

Mikro

- Lensa okuler : 10x- Lensa objektif : 40x- Perbesaran : 400x- Gambar

Warna : hitamBentuk : beraturan

Tabel 4.5.2. Data pengamatan penangkapan mikroorganisme dari air tanah

Hari ke- Pengamatan1

2

- Warna medium : coklat pucat- Bau : khas daging keagaran - Bentuk medium : padat- Pertumbuhan mikroba : belum tumbuh - Warna media : putih keruh- Bentuk media : padat- Pertumbuhan mikroba : sudah ada, berkoloniMakro- Diameter terbesar : 0,2 cm- Diameter terkecil : 0,001 cm- Warna koloni : putih lebih keruh- Bau : agak bau daging- Dari atas : bulat- Dari samping : timbul datar- Dari tepi : utuhMikro- Lensa okuler : 10x- Lensa objektif : 40x- Perbesaran : 400x- Gambar

Warna : hitamBentuk : basil beraturan

Tabel 4.5.3. Data pengamatan penangkapan mikroorganisme dari telapak tangan bagian I

Hari ke- Pengamatan1

2

- Warna medium : coklat pucat - Bau : khas daging keagaran- Bentuk medium : padat- Pertumbuhan mikroba : belum tumbuh- Warna media : putih keruh- Bentuk media : padat- Pertumbuhan mikroba : sudah ada, berkoloniMakro- Diameter terbesar : 0,3 cm- Diameter terkecil : 0,001 cm- Warna koloni : putih- Bau : agak bau busung, menyengat- Dari atas : bulat titik-titik- Dari samping : rata- Dari tepi : utuhMikro- Lensa okuler : 10x - Lensa objektif : 40x- Perbesaran : 400x- Gambar

Warna : hitamBentuk : tidak beraturan

Tabel 4.5.4. Data pengamatan penangkapan mikroorganisme dari telapak tangan bagian II

Hari ke- Pengamatan1

2

- Warna medium : coklat pucat - Bau : khas daging keagaran- Bentuk medium : padat- Pertumbuhan mikroba : belum tumbuh- Warna media : putih keruh- Bentuk media : padat- Pertumbuhan mikroba : sudah ada, berkoloniMakro- Diameter terbesar : 0,15 cm- Diameter terkecil : 0,001 cm- Warna koloni : putih pucat- Bau : agak bau busuk- Dari atas : titik- Dari samping : melengkung- Dari tepi : berombakMikro- Lensa okuler : 10x- Lensa objektif : 40x- Perbesaran : 400x- Gambar

Warna : hitamBentuk : basil

Tabel 4.5.5. Data pengamatan penangkapan mikroorganisme dari telapak tangan bagian III

Hari ke- Pengamatan1

2

- Warna medium : coklat pucat - Bau : khas daging keagaran- Bentuk medium : padat- Pertumbuhan mikroba : belum tumbuh- Warna media : putih keruh- Bentuk media : padat- Pertumbuhan mikroba : sudah ada, berkoloniMakro- Diameter terbesar : 0,35 cm- Diameter terkecil : 0,001 cm- Warna koloni : putih- Bau : agak bau busuk- Dari atas : tidak teratur- Dari samping : melengkung- Dari tepi : berombakMikro- Lensa okuler : 10x- Lensa objektif : 40x- Perbesaran : 400x- Gambar

Warna : hitamBentuk : tidak beraturan

Tabel 4.5.6. Data pengamatan penangkapan mikroorganisme dari telapak tangan bagianIV

Hari ke- Pengamatan1

2

- Warna medium : coklat pucat - Bau : khas daging keagaran - Bentuk medium : padat- Pertumbuhan mikroba : belum tumbuh- Warna media : putih keruh- Bentuk media : padat- Pertumbuhan mikroba : sudah ada, berkoloni, ada yang

Makro- Diameter terbesar : 0,37 cm- Diameter terkecil : 0,001 cm- Warna koloni : lebih keruh- Bau : agak bau busuk- Dari atas : berbenang- Dari samping : melengkung- Dari tepi : berombakMikro- Lensa okuler : 10x- Lensa objektif : 40x- Perbesaran : 400x- Gambar

Warna : hitamBentuk : oval bergelombang

menyebar

Tabel 4.5.7. Data pengamatan Isolasi jasad renik I

Hari ke- Pengamatan1

2

- Warna medium : coklat keemasan - Bau : bau toge dan agar - Bentuk medium : padat- Pertumbuhan mikroba : belum tumbuh- Kondisi : banyak ditumbuhi koloni- Warna media : putih keruh- Bentuk media : padat- Pertumbuhan mikroba : sudah ada, berkoloniMakro- Diameter terbesar : 1,15 cm- Diameter terkecil : 0,001 cm- Warna koloni : putih lebih keruh- Bau : busuk menyengat- Dari atas : bulat- Dari samping : melengkung- Dari tepi : utuhMikro- Lensa okuler : 10x- Lensa objektif : 40x- Perbesaran : 400x- Gambar

Warna : hitamBentuk : bulat tidak beraturan

Tabel 4.5.8. Data pengamatan Isolasi jasad renik II

Hari ke- Pengamatan1

2

- Warna medium : coklat bening - Bau : bau toge dan agar - Bentuk medium : padat- Pertumbuhan mikroba : belum tumbuh- Kondisi : banyak ditumbuhi koloni- Warna media : putih susu agak keruh- Bentuk media : padat- Pertumbuhan mikroba : sudah ada, merataMakro- Diameter terbesar : 0,05 cm- Diameter terkecil : 0,001 cm- Warna koloni : putih keruh- Bau : busuk menyengat- Dari atas : tidak teratur- Dari samping : melengkung- Dari tepi : berombakMikro- Lensa okuler : 10x- Lensa objektif : 40x- Perbesaran : 400x- Gambar

Warna : hitamBentuk : bergerigi

Tabel 4.5.9. Data pengamatan pemindahan mikroorganisme pada media padat

Hari ke- Pengamatan1

2

- Warna medium : cokelat tua - Bau : bau toge dan agar - Bentuk medium : padat- Pertumbuhan mikroba : belum ada- Warna media : putih keruh- Bentuk media : padat- Pertumbuhan mikroba : sudah ada - Jenis mikroba : niger- Kondisi : banyak ditumbuhi koloniMakro- Diameter terbesar : 0,3 cm- Diameter terkecil : 0,001 cm- Warna koloni : putih- Bau : busuk menyengat- Dari atas : tak teratur- Dari samping : rata- Dari tepi : berombakMikro- Lensa okuler : 10x- Lensa objektif : 40x- Perbesaran : 400x- Gambar

Warna : hitamBentuk : berombak

Tabel 4.5.10. Data pengamatan pemindahan mikroorganisme pada media cair

Hari ke- Pengamatan1

2

- Warna medium : putih bening kekuningan - Bau : bau khas daging - Bentuk medium : cair- Pertumbuhan mikroba : belum ada- Warna media : putih bening agak keruh- Bentuk media : cair- Pertumbuhan mikroba : sudah ada- Jenis mikroba : niger- Kondisi : banyak ditumbhi mikrobaMakro- Warna koloni : putih pekat- Bau : busuk menyengatMikro- Lensa okuler : 10x- Lensa objektif : 40x- Perbesaran : 400x- Gambar

4.6. Pembahasan

- Dari hasil data pengamatan, penangkapan mikroorganisme dari udara dengan membuka cawan petri selama 30 menit didapatkan mikroba yang berwarna hitam dan bentuknya beraturan.

- Dari hasil data pengamatan, penangkapan mikroorganisme dari air tanah dengan ditetesi 2 tetes air kran yang sebelumnya dibuka dengan aliran besar selama 1-2 menit kemudian ditutup kembali lalu kran di bakar dengan bunsen didapatkan mikroba yang berwarna hitam dan bentuknya basil (tabung)

- Dari hasil data pengamatan, penangkapan mikroorganisme bagian 1, 2, 3, dan 4 didapatkan mikroba yang berwarna hitam dan bentuknya tidak beraturan, dan basil.

Warna : hitam Bentuk : berombak

- Untuk mendapatkan isolasi jasad renik I, media di goreskan dengan suspense campuran, kemudian untuk mendapatkan isolasi jasad renik II, media digoreskan dengan mikroba hasil isolasi jasad renik I, lalu dalam pemindahan biakan ke media padat, media digoreskan dengan mikroba hasil isolasi jasad renik II, kemudian dalam pemindahan biakan ke media cair, media digoreskan dengan mikroba hasil isolasi jasad renik II didapatkan yang berwarna hitam dan bentuknya berombak.

- Penyimpanan cawan petri dalam inkubator dilakukan secara terbalik, untuk menghindari tetesnya uap air yang mungkin melekat pada dinding dalam tutup cawan.

- Dalam menginkubasi dilakukan selama ± 24 jam dengan suhu 30°C, supaya mikroba dapat tumbuh dengan optimal.

- Sebelum dilakukan penggoresan dengan menggunakan kawat ose, kawat ose perlu dibakar terlebih dahulu.

- Media yang digunakan dalam keadaan steril, mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroorganisme, dan mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan, agar tidak terkontaminasi dari luar terutama berasal dari udara yang lembap.

4.7. Kesimpulan

- Dari hasil pengamatan penangkapan mikroba dari udara, air tanah, dan telapak tangan didapatkan mikroba berwarna hitam dan berbentuk oval bergelombang, basil, dan benang. Kemungkinan adalah khamir Sacharomyces cereviceae, dan bakteri Bacillus subtilis.

- Kultur murni dari suspense campuran didapatkan mikroba yang berbentuk bulat tidak beraturan, dan berwarna hitam. Kemungkinan mikroba itu adalah khamir Sacharomyces cereviceae, dan bakteri Bacillus subtilis.

4.8. Saran

- Media serta alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan harus steril sebelum prosedur dilakukan.

- Saat penggoresan di atas permukaan media harus berhati-hati, jangan sampai media itu ikut tergores sehingga bisa membuat pertumbuhan mikroba terhambat.

- Seharusnya teknik biakan dilakukan dalam waktu lebih dari 1 hari agar mikroba tumbuh secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.

2. Waluyo, Lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: UMM Press.

3. (___,http://bpurnomo.byethost32.com/MATERI_files/mikrobiologi_3_2.pdf. 2008,

Bambang Purnomo) diakses tanggal 22 Nopember 2013.

4. (___,http://sandikaasri.files.wordpress.com/2012/04/mk-mb-pertemuan-3.pdf. Dra.

Yanti Hamdiyati, M.Si) diakses tanggal 01 Desember 2013.

5. (___,http://media.unpad.ac.id/thesis/200110/2008/200110080105_2_8899/BAB II

Tinjauan Pustaka(1) SACCHAROMYCES CR.pdf. 2012, G Khairulli) diakses

tanggal 01 Desember 2013.

6. (___,http;//repository.ipb.ac.id/bitstream/.../BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf.

2003,YA BW) diakses tanggal 02 Desember 2013.

7. (___,http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/2257/6/bab21.PDF. diakses 01

Desember 2013. Y Haryani) diakses tanggal 01 Desember 2013.