tb 2
DESCRIPTION
tuberculosis paruTRANSCRIPT
![Page 1: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/1.jpg)
Tuberkulosis Primer
Infeksi primer terjadi setelah seseorang menghirup mikobakterium tuberkulosis. Setelah
melalui barier mukosilier saluran napas, basil TB akan mencapai alveoli. Kuman akan
mengalami multiplikasi di paru, disebut focus Ghon. Melalui aliran limfe, basil mencapai
kelenjar limfe halus. Focus Ghon dan limfadenopati hilus membentuk kompleks primer.
Melalui kompleks primer basil dapat menyebar melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh.
Respon s imun seluler/ hipersensitiviti tipe lambat terjadi 4-6 minggu setelah infeksi primer.
Banyaknya basil TB serta kemampuan daya tahan tubuh host akan menentukan perjalanan
penyakit selanjutnya. Pada kebanyakan kasus, respons imun tubuh dapat menghentikan
multiplikasi kuman, sebagian kecil menjadi kuman dorman. Pada penderita dengan daya
tahan tubuh yang buruk, respons imun tidak dapat menghentikan multiplikasi kuman
sehingga akan menjadi sakit pada beberapa bulan kemudian. Sehingga kompleks primer akan
mengalami salah satu hal sebagai berikut :
a. Penderita akan sembuh dengan tidak meninggalkan cacat
b. Sembuh dengan meninggalkan bekas ( sarang Ghon, fibrotic, perkapuran )
c. Menyebar dengan cara :
- Perkontinuitatum ke jaringan sekitarnya
- Penyebaran bronkogen ke paru bersangkutan atau paru sebelahnya. Atau tertelan
bersama dahak sehingga terjadi penyebaran ke usus
- Penyebaran secara hematogen dan limfogen ke organ lain seperti tuberkulosis
milier, meningitis, ke tulang, ginjal, genitalia.
Tuberkulosis post primer
Terjadi setelah periode laten ( beberapa bulan/tahun) setelah infeksi primer. Dapat terjadi
karena reaktivasi atau reinfeksi. Reaktivasi terjadi akibat kuman dorman yang berada pada
jaringan selama beberapa bulan/tahun setelah infeksi primer, mengalami multiplikasi. Hal ini
dapat terjadi akibat daya tubuh yang lemah. Karakteristik TB post primer adalah adanya
kerusakan paru yang luas dengan kavitas, hapusan dahak BTA positif, pada lobus atas,
umumnya tidak terdapat limfadenopati intratoraks.
Tuberkulosis post primer dimulai dari sarang dini yang umumnya pada segmen apical
lobus superior atau lobus inferior. Awalnya berbentuk sarang pneumonik kecil. Sarang ini
dapat mengalami salah satu keadaan sbb:
1. Diresorbsi dan sembuh dengan tidak meninggalkan cacat
1
![Page 2: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/2.jpg)
2. Sarang meluas, tetap segera mengalami penyembuhan berupa jaringan fibrosis dan
perkapuran. Sarang dapat aktif kembali membentuk jaringan keju dan bila dibatukkan
menimbulkan kaviti.
3. menimbulkan kaviti. Kaviti awalnya berdinding tipis kemudian menjadi tebal (kaviti
sklerotik). Kaviti akan mengalami :
a. Meluas dan menimbulkan sarang pneumonik baru
b. Memadat dan membungkus diri disebut tuberkuloma, tuberkuloma dapat
mengapur dan sembuh, tapi dapat aktif kembali dan mencair menimbulkan
kaviti baru.
c. Menyembuh dan disebut open healed cavity, atau menyembuh dengan
membungkus diri, akhirnya mengecil. Kaviti dapat menciut dan tampak
sebagai bintang stellate shape
Perjalanan infeksi tuberkulosis terjadi melalui 5 stage
Stage 1 :
Dimulai dari masuknya kuman tuberkulosis ke alveoli. Kuman akan difagositosis oleh
makrofag alveolar dan umumnya dapat dihancurkan. Bila daya bunuh makrofag rendah,
kuman tuberkulosis akan berproliferasi dalam sitoplasma dan menyebabkan lisis makrofag.
Pada umumnya pada stage ini tidak terjadi pertumbuhan kuman.
Stage 2 :
Stage simbiosis, kuman tumbuh secara logaritmik dalam non-activated macrophage yang
gagal mendestruksi kuman TB hingga makrofag hancur dan kuman tuberkulosis difagositosis
oleh makrofag lain yang masuk ke tempat radang karena faktor kemotaksis komponen-
komponen C5a dan monocyte chemoatractant protein (MPC-1). Lama kelamaan makin
banyak makrofag dan kuman tuberkulosis yang berkumpul di tempat lesi
Stage 3 :
Terjadi nekrosis kaseosa, jumlah kuman tuberkulosis menetap karena pertumbuhannya
dihambat oleh respons tubuh terhadap tuberculin-like antigen. Pada stage ini delayed type of
hypersensitivity (DTH) merupakan respons imun utama yang mampu menghancurkan
makrofag berisi kuman. Caseous necrosis ini merupakan reaksi yang berasal dari limfosit T,
khususnya T sitotoksik (Tc), yang melibatkan clotting factor, sitokin TNF-alfa, antigen
2
![Page 3: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/3.jpg)
reactive, nitrogen intermediate,kompleks antigen antibody, komplemen dan terjadi produk-
produk yang dilepaskan kuman yang mati.
Stage 4 :
Respons imun cell mediated immunity (CMI) memegang peran utama dimana CMI akan
mengaktifkan makrofag sehingga mampu memfagositosis dan menghancurkan kuman. Pada
keadaan dimanaCMI melemah, kemampuan makrofag menurun, sehingga kuman dapat
berkembang biak didalamnya dan selanjutnya akan dihancurkan oleh respons imun DTH,
sehingga caseous necrosis makin luas.
Stage 5 :
Terjadi likuifikasi caseous necrosis dimana untuk pertamakalinya terjadi multiplikasi kuman
tuberkulosis ekstraseluler yang dapat mencapai jumlah besar. Denga progresifitas penyakit
terjadi perlunakan nekrosis kaseosa, membentuk kavitas dan erosi dinding bronkus.
Perlunakan disebabkan oleh enzim hidrolisis dan respons DTH terhadap tuberkuloprotein,
menyebabkan makrofag tidak dapat hidup dan merupakan media pertumbuhan yang baik bagi
kuman.
Klasifikasi Tuberkulosis
Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah :
1 Menentukan paduan pengobatan yang sesuai
2 Registrasi kasus secara benar
3 Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif
4 Analisis kohort hasil pengobatan
Beberapa istilah dalam definisi kasus :
1. Kasus TB: pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis
oleh dokter
2. Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk mycobacterium
tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang – kurangnya 2 dari 3
spesimen daha SPS hasilnya BTA positif
a. Klasifikasi Berdasarkan Organ Tubuh yang Terkena
1. Tuberkulosis paru
3
![Page 4: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/4.jpg)
Adalah tuberculosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. Tidak termasuk
pleura dan kelenjar pada hilus
2. Tuberkulosis ekstra paru
Adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
1. Tuberculosis paru BTA positif
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberculosis
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA posiif dan biakan kuman positif
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negative dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
2. Tuberculosis BTA negative
a. Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberculosis
c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
d. Ditentukan oleh dokter untuk diberi pengobatan
c. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keparahan Penyakit
TB paru BTA negatif foto toraks positif
Dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas, dan atau keadaan umum pasien yang buruk
TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
a) TB ekstra paru ringan, misalnya : TB kelenjar limfe,pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal
4
![Page 5: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/5.jpg)
b) TB ekstra-paru berat, misalnya : meningitis, millier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, Tb usus, TB
saluran kemih dan alat kelamin.
d. Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4minggu)
Kasus Kambuh
Pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA
positif (apusan atau kultur)
Kasus Putus Berobat (default/Drop Out)
Pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
Kasus Gagal (failure)
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
Hasil Pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi
paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran
yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan
OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi
B. Diagnosis Tuberkulosis
Gambar 2. Alur Diagnosis Tb Paru
5
![Page 6: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/6.jpg)
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat
dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma,
kanker paru, dan lain-lain.
Diagnosis TB Paru
Diagnosis tuberculosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis/jasmani.
Pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.
A. Gejala Klinis
Gejala klinis tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala
sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal adalah gejala respiratori
( gejala lokal sesuai organ yang terlibat )
1. Gejala respiratori
- Batuk ≥ 2 minggu
- Batuk darah
- Sesak nafas
6
![Page 7: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/7.jpg)
- Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat
tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila
bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk.
Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk
membuang dahak ke luar
2. Gejala Sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan
menurun
3. Gejala Tuberkulosis Ekstraparu
Gejala tuberculosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis
tuberculosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening,
pada meningitis tuberculosis akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis
tuberculosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga
pleuranya terdapat cairan
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai dari organ yang terlibat
Pada tuberculosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada
permulaan perkembangan penyakit umumnya tidak menemukan kelainan. Kelainan paru pada
umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1-
S2), serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara
lain suara napas bronchial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda – tanda
penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
Pada pleuritis tuberculosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantng dari banyaknya cairan di
rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah
sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan
7
![Page 8: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/8.jpg)
Pada limfadenitis tuberkuilosis, terlihat pembesaran kelenjar getang bening di daerah leher,
kadang – kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold
abscess”.
C. Pemeriksaan Bakteriologis
1 Bahan pemeriksaan
bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis mempunyai arti yang sangat penting
dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari
dahak, cairan lambung, kurasan cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar, urin, faeces dan jaringan biopsi ( termasuk biopsi jarum halus/BJH)
2 Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
- Sewaktu / spot ( dahak sewaktu saat kunjungan )
- Pagi ( keesokan harinya )
- Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi ) atau setiap pagi 3 hari
berturut – turut
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan /ditampung dalam pot
yang bermulut besar berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah
dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas
objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.
Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering gelas objek, atau untuk
kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCL 0.9% 3-5 ml sebelum dikirim
ke laboratorium.
Spesimen dahak yang ada dalam pot ( jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam kotak
sediaan ) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identitas pasien
yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium
Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan pasien, spesimen
dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos.
8
![Page 9: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/9.jpg)
3 Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain ( cairan plura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar/BAL, urin, faeces
dan jaringan biosi, termasuk BJH ) dapat dilakukan dengan cara
- Mikroskopis
- Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluorosens : pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk
penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
- 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negative BTA positif
- 1 kali positif, 2 kali negative ulang BTA 3 kali, kemudian bila 1 kali positif, 2
kali - negative BTA positif Bila 3 kali negative BTA negative
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi WHO)
Skala IUATLD ( International Union Against Tuberculosis and Lung Disease )
- Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang tersebut +(1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang ++ (2+)
- Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang +++) (3+)
4 Pemeriksaan biakan kuman
Pemeriksaan biakan M.Tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara :
- Egg base media : Lowenstein-Jense (dianjurkan), Ogawa, Kudoh
- Agar base media : middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat mendeteksi
mycobacterium tuberculosis dan juga mycobacterium other than tuberculosis (MOTT). Ntuk
9
![Page 10: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/10.jpg)
mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat cepatnya
pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun pencampuran dengan
cyanogens bromide serta melihat pigmen yang timbul
D. Pemeriksaan Radiologi
Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu
pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
o Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru
BTA positif.
o Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT(non fluoroquinolon).
o Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa,
efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis
berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
Secara radiologis TB paru dibedakan atas :
a. TB paru primer
b. TB paru post primer
a. TB paru fokal
b. Tuberkulous lobar pneumonia and bronkopneumonia
c. TB endobronkial
d. Tuberkuloma
e. TB milier
c. Pleuritis TB
Hampir semua infeksi TB primer tidak disertai gejala klinis, sehingga paling sering
didagnosis dengan tuberculin test. Pada umumnya menyerang anak, tetapi bisa terjadi pada
Orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lema, seperti penderita HIV, DM, orang tua,
10
![Page 11: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/11.jpg)
SLE dsbnya. Pasien dengan Tb primer sering menunjukkan gambaran foto yang normal. Pada
15% kasus tidak ditemukan kelainan, bila infeksi berkelanjutan barulah ditemukan kelainan
pada foto toraks.
Gambaran radiologis TB paru primer
Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru kanan lebih sering terkena,
terutama di daerah lobus bawah, lobus tengah dan lingual serta segmen anterior lobus atas.
Kelaian foto toraks yang dominan berupa limfadenopati hilus dan mediastinum.
Limfadenopati sering terjadi pada hilus ipsilateral, dan dilaporkan terjadi pada 1/3 kasus.
Pada paru bisa dijumpai infiltrate, ground glass opacity, konsolidasi segmental atau lobar dan
atelektasis, kavitas dilaporkan pada 15% kasus. Atelektasis segmental atau lobar paling
sering disebabkan oleh endobronkial TB atau limfadenopati yang menekan bronkus.
Efusi pleura bisa dijumpai pada 25% kasus dan pada umumnya unilateral dan disertai
kelainan pada paru. Gambaran abnormal pada foto toraks dapat disembuhkan dengan terapi
adekuat, tetapi dapat pula meninggalkan gambaran fibrosis, kalsifikasi serta nodul residual,
serta penebalan pleura.
TB paru post primer
TB paru post primer biasanya terjadi akibat dari infeksi laten sebelumnya. Selama infeksi
primer kuman terbawa liran darah ke daerah apeks dan segmen posterior lobus atas dan ke
segmen superior lobus bawah, atau selanjutnya terjadi raktivasi infeksi di daerah ini karena
tekanan oksigen di lobus atas tinggi. Infeksi ini dapat menimbulkan suatu gejala TB bila daya
tahan tubuh host menurun. Mikroorganisme yang latent dapat berubah menjadi aktif dan
menimbulkan nekrosis. TB sekunder progresif menunjukkan gambaran yang sama dengan
primer progresif
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. pemeriksaan lain atas indikasi : foto lateral, top-
lordotik, oblik, CT-scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberculosis dapat member gambaran
bermacam – macam bentuk (multiform). Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB
aktif :
- Bayangan berawan/noduler di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah
11
![Page 12: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/12.jpg)
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
noduler
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).
Gambaran foto toraks yang dicurigai aktif :
1. Bayangan berawan/noduler di segmen apikoposterior atas dan superior lobus bawah
2. Kavitas terutama lebih dari satu dan dikelilingi konsolidasi atau nodul.
3. Bercak milier
4. Efusi pleura bilateral
Gambaran radiologis yang dicurigai lesi tidak aktif
1. Fibrosis
2. Kalsifikasi
3. Penebalan pleura
secara radiologis proses dinilai tenang bila dalam jangka waktu 3 bulan foto toraks tetap
sama.Perburukan penyakit secara radiologis bila dalam follow up dijumpai pleuritis dan
penyebaran miliar secara merata di kedua paru yang menyerupai gambaran kabut dan
penyebaran ini dapat ke ginjal, sendi, selaput otak.
4 Klasifikasi TB post primer :
1. Lesi minimal
Luas lesi yang terlihat tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apek dan iga 2
depan, lesi soliter dapat berada dimana saja, tidak ditemukan adanya kavitas
2. Lesi lanjut sedang
Luas sarang – sarang yang berupa bercak tidak melebihi luas satu paru, bila ada kavitas
ukurannya tidak lebih 4cm, bila ada konsolidasi tidak lebih dari satu lobus
3. Lesi sangat lanjut
Luas lesi > lesi lanjut sedang, tetapi bila ada kavitas ukuran lebih dari 4 cm.
E. Pemeriksaan Penunjang Lain
12
![Page 13: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/13.jpg)
1. Analisis cairan pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji rivalta cairan pleura perlu dilakukan pada pasien
efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil analisis yang
mendukung diagnosis tuberculosis adalah uji rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta
pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa rendah.
2. Pemeriksaan Histopatologi jaringan
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis TB.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan dapat
diperoleh melalui biopsi atau otopsi, yaitu :
- Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah bening (KGB)
- Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan Veen
Silverman )
- Biopsi jarngan paru (trans bronchial lung biopsi / TBLB ) dengan bronkoskopi,
trans thoracal needle aspiration/TTNA, biopsi paru terbuka )
- Biopsi atau aspirasi pada lesi organ di luar paru yang dicurigai TB
- Otopsi
Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan dimasukkan ke dalam
larutan Salin dan dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan yang
kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi
3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indicator yang spesifik untuk
tuberculosis. Laju endap darah (LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai
indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap
darah yang normal tidak menyingkirkan tuberculosis, limfosit pun kurang spesifik.
4.Uji tuberculin
Pada anak, uji tuberculin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi mycobacterium tuberculosis dan sering digunakan
dalam “screening TBC”. Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin
adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji
13
![Page 14: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/14.jpg)
tuberculin positif 100%., umur 1-2 tahun 92%, 2-4 tahun 78%, 4-6 tahun 75%, dan umur 6-12
tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil
uji tuberculin semakin kurang spesifik
Tabel 2. Dosis Pemberian Tuberkulin
Strength PPD S
SeibertPPD RT23
First 1 TU 1 TU
intermediate
(standard dose) 5-10 TU 2-5 TU
second 250 TU 100 TU
Cara Pemberian dan Pembacaan
Uji tuberkulin dilakukan dengan injeksi 0,1 ml PPD secara intradermal (dengan metode
Mantoux) di volar / permukaan belakang lengan bawah.10 Injeksi tuberkulin menggunakan
jarum gauge 27 dan spuit tuberkulin, saat melakukan injeksi harus membentuk sudut 30°
antara kulit dan jarum. Penyuntikan dianggap berhasil jika pada saat menyuntikkan
didapatkan indurasi diameter 6-10 mm. Uji ini dibaca dalam waktu 48-72 jam setelah
suntikan. Hasil uji tuberkulin dicatat sebagai diameter indurasi bukan kemerahan dengan cara
palpasi. Standarisasi digunakan diameter indurasi diukur secara transversal dari panjang axis
lengan bawah dicatat dalam milimeter.
Interpretasi Uji Tuberkulin
Untuk menginterpretasikan uji tuberkulin dengan tepat, harus mengetahui sensitiviti dan
spesivisiti juga uji ramal positif dan uji ramal negatif. Seperti pada uji diagnostik lain, uji
tuberkulin mempunyai sensitiviti 100% dan spesivisiti 100%.
Faktor yang berhubungan dengan orang yang dilakukan pemeriksaan
· Infeksi virus, bakteri, jamur14
![Page 15: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/15.jpg)
· Vaksinasi virus hidup
· Ketidakseimbangan metabolik seperti CRF
· Rendahnya status protein
· Penyakit yang mempengaruhi organ limfoid
· Obat
· Usia
· Stress
Faktor yang berhubungan dengan tuberkulin yang digunakan
· Terkontaminasi
Faktor yang berhubungan dengan metode penyuntikan
· Injeksi subcutan
· Penyuntikan yang lambat setelah jarummasuk inradermal
· Tempat injeksi tertutup dengan skin test lain
· Injeksi bersamaan dengan antigen lain
Faktor yang berhubungan dengan pencatatan hasil dan pembacaan
· Pembaca yang tidak handal
· Bias
· Kesalahan dalam membaca
Hasil uji tuberkulin negatif dapat diartikan sebagai seseorang tersebut tidak terinfeksi dengan
basil TB. Selain itu dapat juga oleh karena terjadi pada saat kurang dari 10 minggu sebelum
imunologi seseorang terhadap basil TB terbentuk. Jika terjadi hasil yang negatif maka uji
tuberkulin dapat diulang 3 bulan setelah suntikan pertama.13-17 Hasil uji tuberkulin yang
positif dapat diartikan sebagai seseorang tersebut sedang terinfeksi basil TB. Terpenting
disini adalah jika seseorang sedang terinfeksi M.tb apakah sedang terinfeksi atau sakit TB.
Sehingga guideline ACHA menyebutkan jika hasil uji tuberkulin positif maka harus
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan foto toraks dan pemeriksaan dahak. Jika hasil foto
toraks tersebut normal maka dapat dilakukan pemberian terapi TB laten, tetapi jika hasil foto
toraks terjadi kelainan dan menunjukkan ke arah TB maka dapat dimasukkan dalam M.tb
aktif.18-20 Spesivisiti uji tuberkulin dapat berubah menjadi 95-99% tergantung dari
15
![Page 16: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/16.jpg)
prevalensi infeksi bukan TB pada suatu populasi. Jika spesivisiti turun akan meningkatkan
resiko cross-reaction. Curley mendapatkan spesivisiti uj tuberkulin meningkat dengan
meningkatnya cut off point dengan 15 mm. Manuhutu mendapatkan cut off point antara
reactor dan non-reactor 12 mm.
Pembacaan uji tuberkulin dilakukan dalam waktu 48-72 jam, tetapi dianjurkan untuk 72 jam.
Hasil yang dilaporkan adalah indurasi lokal (bukan kemerahan) dengan palpasi, diameter
transversal dan dicatat dalam millimeter. Dengan dasar sensitiviti dan spesivisiti, prevalensi
TB masing-masing kelompok dapat dibedakan.
Interpretasi ukuran diameter reaksi uji tuberkulin.
Indurasi 5 mm
a. Close contac dgn individu yang diketahui/ suspek TB dalam waktu 2 tahun.
b. Suspek TB aktif dengan bukti dari klinis dan radiologis.
c. Terinfeksi HIV.
d. Individu dengan perubahan radiologis berupa fibrotik, tanda TB.
e. Close contac dgn individu yang diketahui/ suspek TB dalam waktu 2 tahun.
f. Suspek TB aktif dengan bukti dari klinis dan radiologis.
g. Terinfeksi HIV.
h. Individu dengan perubahan radiologis berupa fibrotik, tanda TB.
i. Individu yang transplantasi organ dan imuncompromised.
Indurasi 10 mm
a. Datang dari daerah dengan prevalensi tinggi TB.
b. Individu dengan HIV negatif tetapi pengguna napza.
c. Konversi uji tuberkulin menjadi 10 mm dalam 2 tahun
d. Individu dengan kondisi klinis yang merupakan resiko tinggi TB :
o DM
o Malabsorbsi
o CRF
o Tumor di leher dan kepala
o Leukemia, lymphoma
16
![Page 17: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/17.jpg)
o Penurunan BB > 10%
o Silikosis
Indurasi 15 mm
a. Bukan resiko tinggi tertular TB
b. Konversi uji tuberkulin menjadi > 15 mm setelah 2 tahun
Imunisasi BCG secara luas digunakan untuk mencegah TB yang berat. Data yang didapat
menyatakan bahwa BCG dapat memproteksi TB secara luas dan meningitis TB meskipun
tidak dapat melawan TB pada anak dan dewasa. Imunisasi BCG dapat menyebabkan reaksi
uji tuberkulin menjdai positif tetapi keadaan ini berlangsung selama beberapa tahun setelah
BCG diberikan. Reaksi ini umumnya kecil (< 6mm). Jika reaksi uji tuberkulin dengan ukuran
yang lebih besar dapat menggambarkan positif atau abnormal, yang diartikan sebagai
seeorang tersebut terpapar dengan basil TB, terdapat antibodi terhadap basil TB dan sewaktu-
waktu dapat menjadi aktif
Membedakan Tuberkulosis dari Keadaan – Keadaan lain
1. Pneumoni
Pada pneumoni akut, gejala biasanya datang tiba-tiba. Pada pemeriksaan sinar X bayangan
lunak bisa menyerupai tuberculosis, khususnya bila terdapat pada bagian atas paru. Bila
dahak negative, berikan antibiotika non-tuberkulosis selama 7 hari dan periksa lagi dengan
sinar X. jumlah sel darah putih yang meningkat menunjuk kea rah pneumoni. Bila anda tidak
memiliki alat sinar X, turunnya suhu dengan cepat setelah diberikan anitibiotika,
menunjukkan bahwa diagnosis tampaknya adalah pneumoni. Pneumoni yang disebabkan
pneumocystis carini merupakan komplikasi yang biasa pada AIDS. Sering terdapat demam
tidak tinggi selama beberapa minggu dan batuk tanpa dahak.
2. Kanker Paru
Pada sinar X suatu tumor kadang kalah membentuk sebuah kavitas. Atau infeksi di bronkus
yang tersumbat tumor mungkin menyebabkan abses paru dengan kavitas. Bila dahak
negative, mungkin diagnosis harus ditegakkan dengan bronkoskopi. Sebuah tumor bulat pada
mungkin sulit dibedakan pada sinar X dari kelainan bulat karena tuberculosis. Seorang pasien
17
![Page 18: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/18.jpg)
dengan kanker paru hampir selalu seorang perokok. Periksalah juga keberadaan pembesaran
kelenjar limfe di belakang tulang selangka, tempat yang lazim untuk suatu tumor sekunder.
3.Abses Paru
Biasanya banyak terdapat dahak yang purulen. Sering kali diproduksi sejak usia anak.
Krepitasi kasar secara menetap dapat didengar berulang kali di daerah yang sama pada paru.
Dahak negative pada TB.
4.Asma.
Wheezing tidak umum pada tuberculosis. Namun kadang – kadang terjadi :
a. Karena pembesaran kelenjar limfe menyumbat bronkus atau bahkan trakea.
b. Karena bronchitis tuberculosis
Pengobatan dengan kortikosteroid jangka panjang seperti dengan prednisolon. Keadaan ini
dapat melemahkan daya tahan pasien terhadap TB. Sehingga ia dapat terkena tuberculosis
pada saat yang bersamaan. Bila seorang pasien asma mulai batuk – batuk, sedangkan masih
dalam pengobatan, atau timbul demam atau turun berat badannya periksalah dahaknya
terhadap TB.
Tatalaksana TB Paru
Obat Anti Tuberkulosis
1. Jenis Obat Utama (lini 1) yang digunakan adalah :
- INH H
- Rifampisin R
- Streptomisin S
- Etambutol E
2. Jenis Obat Tambahan lainnya (lini 2)
- Kanamisin
- Amikasin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksisilin + asam
klavulanat
- Beberapa obat berikut yang belum tersedia di Indonesia antara lain :
18
![Page 19: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/19.jpg)
Kapreomisin
Sikloserin
Derifat rifampisin dan INH
Thioamides
Kemasan
- Obat Tunggal
- Obat disajikan secara terpisah, masing – masing INH, rifampisin, pirazinamid,
etambutol
- Obat Kombinasi Dosis Tepat (Fixed Dose Combination –FDC ) kombinasi dosis
tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet
Dosis OAT
obat Dosis
(mg/KgBB/hari)
Dosis yang dianjurkan Dosis
maks
Dosis(mg)/berat badan
(kg)
Harian intermitten <40 40-60
>60
(mg/KgBB/ mg/KgBB/
Hari ) kali )
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 150 300 450
Z 20-30 25 35 750 1000 1500
E 15-20 15 30 750 1000 1500
S 15-18 15 15 1000 Sesuai
BB
750 1000
Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting untuk
menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB ( Multi Drug Resistant Tuberculosis ).
Pengembanngan strategi DOTS untuk mengontrol epidemic TB merupakan priority utama
WHO. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO
menyarankan untuk menggantikan paduan Obat tunggal denga kombinasi dosis tetap dalam
pengobatan TB primer pada tahun 1998. Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain :
1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal
19
![Page 20: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/20.jpg)
2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesahalan
pengobatan yang tidak sengaja
3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang benar dan
standar
4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit.
5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan
penggunaan monoterapi.
Dosis Obat Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap
Fase Intensif Fase Lanjutan
2 bulan 4 bulan
BB Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu
(RHZE)
150/75/400/275
(RHZ)
150/75/400
(RHZ)
150/150/500
(RH)
150/75
(RH)
150/150
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut(Depkes RI,
2006):.
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalamjumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan (Todar,2009). Pemakaian OAT-Kombinasi
Dosis Tetap (OAT – KDT) lebihmenguntungkan dan sangat dianjurkan..
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasanlangsung (DOT=
Directly Observed Treatment ) oleh seorang PengawasMenelan Obat (PMO).
G.2 Pengobatan TB Terdapat Dua Tahapan yaitu Tahap Intensif dan Lanjutan.
20
![Page 21: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/21.jpg)
Tahap Intensif (2-3 bulan)
1. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasisecara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.2.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasienmenular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.3.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam2 bulan.4.
Obat yang diberikan ada 4 jenis obat, yaitu isoniazid, rifampisin, pirazinamide,dan etambutol
(HRZE) (Barker, 2009)
Tahap Lanjutan (4-7 bulan)
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalamjangka waktu
yang lebih lama.2.
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegahterjadinya
kekambuhan.3.
Obat-obatan yang diberikan adalah isoniazid dan rifampisin (HR) (Barker,2009).
Panduan Obat Antituberkulosis (OAT)
Pengobatan tuberkulosis dapat dibagi menjadi beberapa bagian, sesuai dengankategorinya
(PDPI, 2006):1.
Kategori 1a.
- TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks terdapat lesi luas.
- Paduan obat yang dianjurkan adalah 2 RHZE/4 RH atau 2 RHZE/6 HE atau
2RHZE/4R3H32.
Kategori 2a.
21
![Page 22: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/22.jpg)
- TB paru kasus kambuh. Panduan obat yang dianjurkan :
- 2 RHZES/1 RHZE sebelum ada hasil uji resistensi.
Bila hasil uji resistensi telah ada, berikan obat sesuai dengan hasil uji resistensi.
- TB Paru kasus gagal pengobatan. Panduan obat yang dianjurkan adalah:
Obat lini 2 sebelum ada hasil uji resistensi (contoh: 3-6 bulan kanamisin,ofloksasin,
etionamid, sikloserin dilanjutkan 15-18 bulan ofloksasin,etionamid, sikloserin).
Dalam keadaan tidak memungkinkan fase awal dapat diberikan 2 RHZES/1RHZE. Fase
lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi.Bila tidak terdapat hasil uji resistensi, dapat
diberikan 5 RHE
TB Paru kasus putus berobat.
- Berobat ≥ 4 bulan-
BTA saat ini negatif. Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan maka
pengobatan OAT dihentikan. Bila gambaran radiologi aktif, lakukan analisis lebih lanjut
untuk memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan juga kemungkinan panyekit
paru lain. Bila terbukti TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang
lebih kuatdan jangka waktu pengobatan yang lebih lama (2 RHZES / 1 RHZE / 5R3H3E3).-
BTA saat ini positif. Pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan
jangka waktu pengobatan yang lebih lama.
- Berobat ≤ 4 bulan-
Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat
dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama (2 RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3).-
Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif TB aktif, pengobatan diteruskan
.
TB Paru kasus kronik
Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi, berikan
RHZES.Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi
(minimalterdapat 3 macam OAT yang masih sensitif dengan H tetap diberikan walaupun
resisten) ditambah dengan obat lini 2 seperti kuinolon, betalaktam, makrolid. Jika tidak
mampu dapat diberikan INH seumur hidup. Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan
kemungkinan penyembuhan. Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke ahli paru Bila suatu obat
22
![Page 23: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/23.jpg)
harus diganti, maka paduan obat harus diubah hingga jangka waktupengobatan perlu
dipertimbangkan kembali dengan baik.
Pengobatan Simptomatik
Pada pengobatan pasien TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinisbaik
dan tidak ada indikasi rawat, pasien dapat dibeikan rawat jalan. Selain OAT kadang
perlupengobatan tambahan atau suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
ataumengatasi gejala/keluhan.1. Pasien rawat jalana.
Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan(pada
prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk pasien tuberkulosis, kecuali untuk penyakit
komorbidnya). Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam. Bila perlu dapat
diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain..
Pasien rawat inap Indikasi rawat inap :TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :
a.Batuk darah (hemaptoe)
b.Keadaan umum buruk
c. Pneumotoraks
d.Empiema
e. Efusi pleura masif / bilateralf. Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)
TB di luar paru yang mengancam jiwa :
a.TB paru milier
b.Meningitis TB
Pengobatan suportif / simtomatik yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan indikasi
rawat
Terapi Bedah
Indikasi operasi
1. Indikasi mutlak
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif
b. Pasien batuk darah yang massif tidak dapat diatasi denga cara konservatif
23
![Page 24: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/24.jpg)
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara
konservatif
2. Indikasi relatif
a. Pasien dengan dahak negative dengan batuk darah berulang
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kaviti menetap
Tindakan invasif (selain pembedahan)
- Bronkoskopi
- Punksi pleura
- Pemasangan WSD ( Water Sealed Drainage )
Evaluasi Pengobatan
Evaluasi Klinis
- Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama, pengobatan selanjutnya
setiap 1 bulan
- Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi penyakit
- Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisik
Evaluasi Bakteriologi (0-2.6/9 bulan pengobatan )
Evaluasi Radiologi (0-2-6/9 bulan pengobatan )
Evaluasi Efek Samping Secara Klinis
- Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal dan darah
lengkap
- Fungsi hati : SGOT, SGPT, bilirubin, fungsi ginjal, ureum, kreatinin dan gula
darah, serta asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek samping
pengobatan
- Asam urat digunakan bila menggunakan pirazinamid
- Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol
24
![Page 25: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/25.jpg)
- Pasien yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji keseimbangan dan
audiometric
- Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan pemeriksaan awal
tersebut. Yang paling penting adalah evaluasi klinis kemungkinan terjadi efek
samping obat. Bila pada evaluasi klinis dicurigai terdapat efek samping, maka
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya dan penanganan efek
samping obat sesuai pedoman.
Evaluasi Keteraturan Berobat
- Penyuluhan dan pendidikan tentang penyakit dan keteraturan berobat dapat
diberikan kepada pasien, keluarga dan lingkungannya
- Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi
Kriteria Sembuh
- BTA mikroskopis negative dua kali ( pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan ) dan telah mendapatkan pengobata yang adekuat
- Pada foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/perbaikan
- Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negative
d. Tuberkulosis Multi Drug Resisten
Definisi
Resistensi ganda adalah M. tucerkulosis yang resisten minimal terhadap rifampisin dan INH
dengan atau tanpa OAT lainnya. Rifampisin dan INH merupakan 2 obat yang sangat penting
pada pengobatan TB yang diterapkan pada strategi DOTS.
Secara umum resitensi terhadap obat anti tuberkulosis dibagi menjadi :
o Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan OAT atau telah mendapat pengobatan OAT kurang dari 1 bulan
o Resistensi initial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pasien sudah ada
riwayat pengobatan OAT sebelumnya atau belum pernah
o Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai riwayat pengobatan
OAT minimal 1 bulan
25
![Page 26: tb 2](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062321/563db81b550346aa9a909e60/html5/thumbnails/26.jpg)
Evaluasi Pasien yang Telah Sembuh
Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap dievaluasi minimal dalam 2
tahun pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan. Hal
yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan foto toraks. Mikroskopis BTA dahak
3,6,12 dan 24 bulan ( sesuai indikasi/bila ada gejala ) setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi
foto toraks 6,12,24 bulan setelah dinyatakan sembuh ( bila ada kecurigaan TB kambuh ).
26