tatalaksana trombositopenia
TRANSCRIPT
7/16/2019 Tatalaksana trombositopenia
http://slidepdf.com/reader/full/tatalaksana-trombositopenia 1/3
Tatalaksana trombositopenia
A. Terapi Suportif
Tindakan suportif merupakan hal yang penting dalam penatalaksanaan trombositopenia
pada anak, di antaranya membatasi aktifitas fisik, mencegah perdarahan akibat trauma,
menghindari obat yang dapat menekan produksi trombosit atau mengubah fungsinya, serta
melakukan edukasi ke pasien dan keluarga.
B. Terapi Farmakologis
Secara umum penatalaksanaan pada kasus trombositopenia adalah sebagai berikut ;
1. Menghindari faktor penyebab
2. Terapi kausatif
Keadaan trombositopenia dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya
a. Gangguan produksi trombosit
- Depresi selektif megakariosit karena obat, bahan kimia, atau infeksi virus
- Sebagai bagian dari kegagalan fungsi sum-sum tulang seperti pada anemia aplastik,
leukemia akut, dan mielosklerosis.
b. Peningkatan destruksi trombosit
- Immune thrombocytopenic purpura (ITP)
- Immune thrombocytopenic purpura sekunder seperti pada systemic lupus
erythematous, limfoma
- Alloimune thrombocytopenic purpura, misalnya pada neonatal thrombocytopenic
- Drug-induced immune thrombocytopenia
- Disseminated intravascular coagulation
c. Distribusi trombosit yang abnormal
- Sindrom hipersplenism dapat menyebabkan kerusakan trombosit dimana terjadi
pooling trombosit ke dalam limpa
d. Terjadinya dilution loss
- Umumnya disebabkan oleh transfusi masif
Berdasarkan etiologi di atas, tatalaksana kausatif yang dapat diberikan diantaranya
a. Jika terjadi gangguan pada produksi trombosit, maka terapi yang diberikan dapat
berupa thrombopietin receptor agonist yang akan merangsang trombopoiesis.
b. Peningkatan destruksi trombosit dapat terjadi karena faktor imun maupun faktor
eksogen seperti obat-obatan. Terapi yang dapat diberikan pada kasus trombositopenia
akibat imunologis adalah pemberian obat yang dapat menurunkan respon imun tubuh
7/16/2019 Tatalaksana trombositopenia
http://slidepdf.com/reader/full/tatalaksana-trombositopenia 2/3
diantaranya kortikosteroid dan imunosupresan, sedangkan pada kasus trombositopenia
akibat obat-obatan dapat diterapi dengan menghentikan penggunaan obat penyebab,
ataupun memberikan antidotum obat penginduksi trombositopenia.
c. Pada kejadian ditribusi trombosit yang abnormal dengan predominasi di lien, maka
terapi yang dapat diberikan adalah kortikosteroid karena umumnya sindrom
hipersplenism diakibatkan oleh inflamasi dan faktor imunologi sehingga dapat ditekan
dengan pemberikan kortikosteroid. Namun jika pemberian kortikosteroid tidak
memberikan respon, maka dapat dilakukan tindakan splenektomi.
3. Pemberian imunoglobulin intravena dapat menurunkan respon imun sehingga dapat
menmperbaiki jumlah trombosit. Imunoglobulin intravena (IVIG) pada dosis 0,8-1,0
g/kgBB/hari selama 1-2 hari dapat meningkatkan jumlah trombosit pada 95% pasien
dalam 48 jam. IVIG diberikan untuk memicu respon berupa downregulation pada
fagositosis yang dimediasi fragmen Fc pada trombosit yang terikat antibodi. IVIG harus
diberikan pada pasien dengan indikasi jelas karena IVIG termasuk terapi yang cukup
mahal dan dapat memberikan efek samping berupa sakit kepala, mual, dan meningitis
aseptik.
4. Imunoglobulin anti – D dapat diberikan pada pasien dengan rhesus positif. Terapi anti – D
intravena diberikan dengan dosis 50-75 g/kgBB dapat meningkatkan jumlah trombosit
pada 80-90% pasien dengan rhesus positif dalam 48-72 jam. Ketika diberikan, anti D IV
dapat menyebabkan anemia hemolitik ringan. Kelemahan terapi ini adalah bersifat tidak
efektif pada pasien dengan Rhesus negatif dan terkadang dapat menyebabkan hemolisis.
5. Splenektomi dapat dilakukan untuk menghindari penghancuran trombosit oleh lien.
Splenektomi diindikasikan jika terapi kortikosteroid tidak memberikan respon membaik.
Splenektomi dapat dilakukan setelah terapi kortikosteroid diberikan dengan indikator
diantaranya (1) jumlah trombosit kurang dari 50000/l setelah 4 minggu terapi, (2) jumlah
trombosit tetap dibawah rata-rata selama 6-8 minggu, (3) jumlah trombosit normal, namun
menurun jika dosis kortikosteroid diturunkan, (4) pasien dengan perdarahan intrakranial
akibat ITP, dan (5) pada pasien yang tidak menunjukkan perbaikan jumlah trombosit
setelah diterapi dengan transfusi trombosit dan pemberian kortikosteroid dan IVIG.
6. Transfusi trombosit, umumnya kurang dianjurkan, namun dapat diberikan pada pasien
dengan keadaan perdarahan yang mengancam jiwa dan jumlah trombosit <50.000/l, atau
pada pasien dengan jumlah trombosit <10000/l tanpa gejala perdarahan.
7/16/2019 Tatalaksana trombositopenia
http://slidepdf.com/reader/full/tatalaksana-trombositopenia 3/3
Terapi pada kasus trombositopenia (ITP)
Sumber :Fogarty, P.F., Minichiello, T. Disorders of Hemostasis, Thrombosis, & Antithrombotic
Therapy. Dalam Papadakis, M.A., McPhee, S.J., Current Medical Diagnosis and
Therapy. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2013; 538-563
Setyoboedi, B., Ugrasena, IDG. Purpura Trombositopenik Idiopatika pada Anak
(Patofisiologi, Tata Laksana serta Kontroversinya). Dalam : Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1,
2004: 16-22
Scott, J.P., Montgomery, R.R., Idiopathic (Autoimmune) Thrombocytopenic Purpura. Dalam
Kliegman, R.M., et.al. Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia. Elsevier Saunders.
2011