tata ruang

29
MAKALAH KOTA SOLO KOTA “IDEAL” Kelompok 4 : Ade Bayu Bagasworo (13314274) Ahmad Fadlil Rohman (13314284) Aris Setiawan Tetuko (13314296) Bayu Primavera (13314302) Okky Rifandea (13314376) 1

Upload: ade-purnama

Post on 22-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah tentang tata ruang

TRANSCRIPT

Page 1: Tata Ruang

MAKALAH

KOTA SOLO KOTA “IDEAL”

Kelompok 4 :

Ade Bayu Bagasworo (13314274) Ahmad Fadlil Rohman (13314284) Aris Setiawan Tetuko (13314296) Bayu Primavera (13314302) Okky Rifandea (13314376)

STTL “YLH” YOGYAKARTAJl. Janti Km.04 Gedongkuning Yogyakarta

Telp/Fax (0274)566863

1

Page 2: Tata Ruang

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunianya kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada mata

kuliah Tata Ruang ini dengan judul Kota Solo, Kota “Ideal” dengan baik.

Adapun terselesaikannya makalah tersebut karena adanya kerjasama antar

anggota kelompok dan bimbingan dari ibu dwi herniti selaku dosen tata ruang, untuk

kami berterimakasih atas bantuan dan dukungannya.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah

ini, kami membuka hati bagi kritik dan saran yang bersifat membangun.

Sekian sepatah kata dari kami, kurang lebih nya mohon dimaafkan.

Wassalamualaikum, Wr. Wb

Penulis

2

Page 3: Tata Ruang

Daftar Isi

Halaman Judul.................................................................................... i

Kata Pengantar.................................................................................. ii

Bab I : Pendahuluan

Latar Belakang.........................................................................1

Rumusan Masalah...................................................................2

Maksud Penulisan Makalah.....................................................2

Tujuan Penulisan Makalah......................................................2

Bab II : Pembahasan

Permasalahan Tata Kota di Indonesia.....................................3

Kota “Ideal...............................................................................4

Kota “Ideal” yang Menjadi Mimpi...........................................7

Kota Solo Sebagai Kota “Ideal”................................................9

Konsep Kota Solo...................................................................11

Tata Ruang Kota Solo............................................................13

Proyek Pembangunan Infrastruktur......................................14

Permasalahan Kota Solo........................................................15

Bab III : Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan............................................................................17

Saran.....................................................................................17

Daftar Pustaka.................................................................................18

3

Page 4: Tata Ruang

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, arus pembangunan pun semakin pesat. Tak

pelak kota-kota besar di Indonesia pun terpengaruh laju pembangunan yang pesat. Laju

moderenisasi pun berjalan seiring dengan laju pembangunan. Kota-kota semakin luas

dan kebutuhan penduduknya pun juga semakin beragam.

Tak ayal perubahan drastis ini membawa dampak positif dan negatif. Ibarat dua

sisi mata uang pembangunan selalu membawa dua sisi tersebut. Memang tak

terbantahkan jika moderenisasi membawa pengaruh baik terhadap semakin mudah dan

cepat nya hidup ini. Disamping itu pembangunan yang tak terkendali pun mempunyai

dampak yang tidak bias dianggap enteng. Lingkungan menjadi korban yang terkena

dampak terparah. Sering kita lihat di berita-berita tentang lingkungan yang semakin

rusak akibat arus pembangunan yang tak terkendali dan tak memperhatikan dampak

jangka panjang.

Konsep Kota “Ideal” pun dihadirkan demi menghadapi problematika ini.Tak hanya

sebuah kota yang khusus dibuat untuk memenuhi seluruh kebutuhan warganya tapi

juga sebuah kota dengan konsep ramah lingkungan. Sebuah kota yang mampu

memberikan apapun yang dibutuhkan oleh penghuninya dan kota yang mampu bersifat

sopan dan santun kepada alam.

Di zaman ini dimana semua serba kacau, Kota Solo hadir sebagai penyeimbangnya.

Ditengah laju pembangunan dan laju kerusakan lingkungan yang berbanding lurus, Kota

4

Page 5: Tata Ruang

Solo berhasil memutar balikkan fakta dan mencurangi zaman. Ketika Kota lain dengan

takutnya melakukan pengembangan wilayahnya, Kota Solo dengan Pede telah berhasil

membuat kestabilan dengan alam. Pembangunan kerasnya beton dengan teduhnya

pohon pun berderap menghasilkan harmoni yang indah.

Rumusan Masalah :

o Apa Pengertian dari kota “Ideal”?

o Apa saja kriteria dari sebuah Kota “Ideal”?

o Mengapa Kota Solo merupakan sebuah kota “Ideal”?

o Bagaimana konsep tata ruang kota Solo?

Maksud Penyusunan makalah :

o Mengetahui pengertian dari kota “Ideal”

o Mengetahui Kriteria dari sebuah kota “Ideal”

o Mengetahui Alasan kota Solo sebagai kota “Ideal”

o Mengetahui konsep tata ruang Kota Solo

Tujuan Penyusunan Makalah :

o Menambah wawasan tentang Tata ruang.

o Mengetahui Konsep Kota “Ideal”.

o Dapat mengambil contoh positif dari konsep tata ruang Kota Solo

o Menumbuhkan rasa sadar akan perlunya pembangunan yang berwawasan

lingkungan.

BAB II

5

Page 6: Tata Ruang

PEMBAHASAN

Permasalahan Tata Kota Di Indonesia

Kota yang baik adalah yang mampu mencukupi warganya akan hunian yang layak

serta permukiman yang responsif dan mendorong produktifitas. Saat ini pemetaan kota

yang baik masih sulit dilakukan secara menyeluruh, karena masih terbatasnya data

dasar perkotaan yang memadai, yang salah satunya adalah melalui peta jalan di dalam

rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota/perkotaan.

Rencana dan program perumahan dan permukiman untuk sebuah kota untuk

minimal 20 tahun mendatang harus konkrit tertuang di dalam RTRW, baik tecermin di

dalam kebijakan dan strategi penataan kota, pola dan struktur ruang kota, maupun di

dalam indikasi program utama pemanfaatan ruang. Program-program perumahan dan

permukiman harus disusun kontekstual sesuai kebutuhan nyata warganya, baik terkait

perbaikan lingkungan seperti KIP, peremajaan kawasan, maupun penyediaan kawasan

permukiman baru seperti Kasiba/Lisiba, atau bahkan sebagai kota mandiri.

Sebagian dari daerah yang ada di Indonesia sudah mulai memperhatikan

perencanaan tata ruang kota misalnya di Jawa Timur yang sudah memiliki Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW), namun pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang telah

ditetapkan pemerintah. Karena itu banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan dan

dibiarkan. Dapat dicontohkan masalah lumpur Lapindo yang belum ada rencana

pengganti ruangan yang telah rusak, seperti jalan akses ke Surabaya maupun kota-kota

lain, sehingga mengganggu ekonomi masyarakat. Masalah lainnya berkaitan dengan

pembangunan Jalan Lingkar Selatan (JLS) yang tak kunjung selesai.

Selain hal-hal diatas yang menjadi penyebab permasalahan tata ruang kota di

Indonesia ada tiga hal penting mengenai persoalan perkotaan:

6

Page 7: Tata Ruang

o Indonesia tidak punya perencanaan terintegrasi, sehingga berbagai macam

persoalan muncul berkaitan dengan pembangunan kota

o Konsistensi dalam melaksanakan aturan yang ada juga lemah. Misalnya seluruh

pemerintah, baik pusat dan daerah keliatannya konsistensinya kalau berhadapan

dengan pemodal lemah, seperti kasus yang terjadi sekarang, tiba-tiba kawasan

hijau akan dijadikan mal

o Pemerintah kurang memiliki kemampuan mengantisipasi persoalan-persoalan di

masa yang akan datang.

Seharusnya kita mencontoh Negara-negara maju seperti Belanda yang membuat

rencana tata ruang kota dengan matang hingga beratus-ratus tahun tidak berubah,

tetapi itu kembali lagi kepada kita yang melaksanakannya.

Bukti nyata dari masalah-masalah inkonsistensi pemerintah dalam penataan kota

adalah urbanisasi yang tidak terkontrol oleh pemerintah. Pemerintah terus melakukan

pembiaran yang akan berakibat anggapan bahwa jika pemerintah diam berarti

masyarakat berada di posisi yang benar. Selain masalah tersebut adalah masalah

transportasi yaitu semakin banyaknya masyarakat yang mempunyai kendaraan

bermotor pribadi. Masalah-masalah tersebut menambah kacaunnya keadaan tata kota

yang dari infrastrukturnya masih belum baik.

Dari pernyataan di atas pemerintah memang mempunyai tanggung jawab besar

terhadap masalah perencanaan tata kota yang masih kacau tersebut. Karena akibat

kurang matangnya perencanaan tata ruang dan inkonsistensi pemerintah berdampak

kurang terkendalinya pergerakan masyarakat entah itu masalah urbanisasi,

membludaknya kendaraan bermotor pribadi atau dampak lain masalah tata kota. Tetapi

di sini tidak hanya menjadi masalah pemerintah tetapi sudah menjadi masalah kota

tersebut menyangkut semua yang ada di dalamnya termasuk penduduk yang bertempat

tinggal. Pemerintah hanyalah sebagai perwakilan yang masyarakat percaya sebagai yang

7

Page 8: Tata Ruang

dituakan atau pemberi fasilitas dan pembangun situasi dan kondisi di masyarakat.

Sedang subyek yang sesungguhnya adalah masyarakat yang bertempat tinggal. Oleh

karena itu harus terjadi kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat untuk

mengatasi masalah tersebut.

Kota “Ideal”

Berdasarkan berbagai permasalahan Tata Kota yang terjadi aik di Indonesia

maupun dunia, mau tidak mau kita pun harus memikirkan ulang tenang konsep baru

pembangunan suatu kawasan perkotaan. Hadirlah konsep Kota “Ideal” yang merupakan

dambaan bagi setiap penghuni kota.

“Kota Ideal“ yang menjadi impian paling sering dikaitkan pada dua hal. Yang

pertama adalah dikaitkan dengan pengertian kota sebagai sebuah sistem ekologis

perkotaan yang berkelanjutan, dan yang kedua adalah dengan pengertian kota yang

mampu berkembang secara berkelanjutan bukan hanya dalam pengertian ekologis (Eco-

City), tetapi juga yang berkembang secara berkeadilan (Just-City), dan kota yang

ekonominya tumbuh secara berkelanjutan (Growth-City) dan yang secara kultural

mampu mengembangkan identitas local yang kuat (Urban Cultural Identity).

Bagaimana pun impian mengenai “Kota Ideal“ dari sebuah masyarakat selalu

terikat pada tempat dan waktu. Kota yang menjadi impian sebuah masyarakat disatu

pihak selalu berkaitan dengan sistem nilai yang berlaku pada saat itu, dan di lain pihak

sangat erat terkait dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat pada saat itu.

Pertanyaan mengenai kota impian bagi kita di Indonesia tidak bisa lepas dari kriteria

tersebut. Ada dua pertanyaan yang terkait dengan hal itu; pertanyaan pertama adalah

masalah-masalah pokok mana yang sedang dihadapi oleh kota-kota di Indonesia,

sedangkan pertanyaan kedua adalah mengenai sistem nilai yang akan jadikan dasar

8

Page 9: Tata Ruang

untuk mendefi nisikan “Kota Ideal“ yang kita impikan. Dari sistem nilai inilah sebenarnya

yang akan menjiwai “roh“ dari kota impian kita. Berangkat dari sistem nilai tersebut

akan lahir prinsip-prinsip dasar yang akan dijadikan acuan dalam usaha mengantisipasi

ke-empat masalah pokok yang dihadapi oleh kota-kota kita saat ini. Jadi, sistem nilai

inilah juga yang akhirnya akan sangat menentukan wujud fisik, ekonomi, social dan

budaya sebuah kota yang dianggap ideal.

9

Page 10: Tata Ruang

Kota “Ideal” yang Menjadi Impian

Sesuai dengan paparan mengenai masalah-masalah yang kita hadapi sekarang

maka kota impian yang ideal bagi Indonesia saat ini adalah kota dengan ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Kota yang mampu mengantisipasi proses urbanisasi

dalam arti kata mampu menyediakan ruang hidup yang berkualitas bagi

semua penghuninya. Hal ini bisa tercapai bila distribusi tanah perkotaan, utilitas

dan fasilitas perkotaan dilakukan secara berkeadilan. Distribusi dari pemakaian

tanah dan sumberdaya urban lainnya harus dilakukan secara berkeadilan

dengan tujuan bisa menampung berbagai tingkat kegiatan ekonomi urban

mulai dari ekonomi kampung, ekonomi urban, ekonomi regional maupun

ekonomi global. Secara sosial ini berarti kota tersebut mampu

mengembangkan sebuah komunitas urban baru (new urbancommunity) y a n g

b e r t u m p u p a d a k e h i d u p a n kolektif (coex i s t a n c e ) yang kuat. Dari

segi s p a s i a l ini berarti kita harus melakukan reorganisasi dari satuansatuan

ruang (spatial entity) baik di dalam kota maupun di pinggiran kota yang mampu

mewadahi lahirnya komunitas urban yang kolektif tersebut. Dari segi

perumahan, kota yang ideal harus mampu menyediakan perumahan bagi

semua golongan social masyarakat yang walaupun mempunyai standard yang

berbeda tetapi dapat memenuhi standar kualitas yang minimal.

2. Kota yang dapat berfungsi sebagai agent of development

10

Page 11: Tata Ruang

dalam pengertian mampu menjadi pemacu perkembangan ekonomi

nasional dalam rangka proses transformasi masyarakat Indonesia secara

keseluruhan dari Negara berkembang menjadi negara yang mampu bersaing

secara global, demokratis dan bermartabat. Dalam kaitannya dengan itu

“Kota Ideal“ harus mampu mengatasi struktur ekonomi urban yang sangat

lemah dalam menghadapi dominasi ekonomi global dengan cara memperkuat

ekonomi lokal dan global. Peningkatan ekonomi urban yang bertumpu pada

hubungan regional yang kuat dengan wilayah di sekeliling kota harus di dasari

pada prinsip keadilan dalam mendistribusikan nilai tambah yang dihasilkan dari

kerjasama tersebut.

3. Kota yang secara sosial dan kultural harus menjadi bagian terintegrasi

bukan sebagai agen perantara yang secara sepihak mendukung

kepentingan politik negara-negara adikuasa dan secara berat sebelah hanya

berfungsi sebagai penyebar kultur universal yang bersifat generik di kota kota di

Indonesia. Kota-kota Indonesia harus mampu berkembang menjadi kota yang

secara sosial-budaya terintegrasi dalam pergaulan antar kota-kota dunia disatu

pihak, tanpa kehilangan ciri lokalnya yang spesifi k dilain pihak. Kemampuan ini

hanya mungkin dikembangkan bila “Kota Ideal“ kita ini mempunyai akar yang

kuat (embeded) baik secara ekonomi, sosial maupun kultural di wilayah dimana

dia berada.

4. Kota yang Mampu Menetralisir dampak Perubahan Iklim

dengan segala dampak dan akibatnya. Masalah yang harus mampu

diatasi oleh “Kota Ideal“ yang kita impikan adalah datangnya ancaman dalam

bentuk perubahan sistem ekologis. Kota yang ideal dalam pengertian ini adalah

kota yang mampu menjinakkan dampak negatif dari kenaikan suhu bumi seperti

perubahan, kenaikan permukaan air laut, kekeringan, banjir, dan seterusnya.

Jadi sebuah kota yang ideal tidak cukup hanya mempunyai kemampuan untuk

11

Page 12: Tata Ruang

menurunkan dampak lingkungan dari aktivitas perkotaannya. Kota yang ideal

juga tidak cukup hanya mempunyai kemampuan untuk membangun kota secara

lebih sustainable dengan menerapkan yang dinamakan green technology, tetapi

kota yang ideal harus mengembangkan kemampuannya untuk melindungi kota

dan penduduk kotanya dari berbagai ancaman lingkungan (environmental

threat).

Kota Solo Sebagai Kota “Ideal”

Surakarta (juga disebut Solo atau Sala) adalah kota yang terletak di provinsi

Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010) dan kepadatan

penduduk 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2 ini berbatasan dengan Kabupaten

Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan

Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah

selatan. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu

keroncong, Bengawan Solo. Bersama dengan Yogyakarta, Solo merupakan pewaris

Kerajaan Mataram yang dipecah pada tahun 1755.

Kota Solo dinyatakan sebagai kota besar terbaik kedua dalam penataan ruang.

Dalam Program Penilaian Kinerja Pemerintahan Daerah (PPKPD) yang dilakukan

Departemen Pekerjaan Umum, pembangunan di Solo sudah mencapai 80 persen

kesesuaiannya dengan konsep penataan ruang yang ideal. Pencapaian ini diraih hanya

dalam waku beberapa tahun saja.

Disamping sebagai kota kedua di Indonesia, Kota Solo pun berhasil menyabet

beragam penghargaan yang menunjukkan bahwa kota ini memang pantas disebut

12

Page 13: Tata Ruang

sebagai “The Spirit of Java”. Adapun beberapa penghargaan yang telah diraih Kota Solo

yaitu :

1. Solo meraih penghargaan Kota dengan Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia

Piala.

2. Solo meraih Piagam Citra Bhakti Abdi Negara dari Presiden RI

(2009),untuk kinerja kota dalam penyediaan sarana Pelayanan Publik.

3. Piala Citra Bidang Pelayanan Prima Tingkat Nasional oleh Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia (2009).

4. Jokowi dan Solo meraih "Eco-cultural City" (2012)

5. Pemerintah kota Solo meraih Best City Award Asia Tenggara (2012)

6. Penghargaan Langit Biru 2011 dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk

kategori Kota dengan kualitas udara terbersih.

7. Grand Award Layanan Publik Bidang Pendidikan (2009)

8. Solo meraih Pelopor Inovasi Pelayanan Prima tahun 2009

9. Solo meraih 6 kali Anugerah Wahana Tata Nugraha (2006-2012).

10. Solo meraih Penghargaan Tata Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Umum.

11. Solo meraih Penghargaan Manggala Karya

Bhakti Husada Arutala dari DepKes

12. Solo Kota Terfavorit Wisatawan 2010 dalam Indonesia Tourism Award 2010

Berdasarkan hasil pengamatan dan berbagai penghargaan tersebut, kota solo

telah memenuhi kriteria sebagai “Kota Ideal”.

Konsep Kota Solo

13

Page 14: Tata Ruang

Solo merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki sejarah panjang.

Adanya dualisme pemerintahan jaman dahulu berupa keraton Kertanegaran dan

Kasunanan, menjadikan kota ini memiliki karakteristik tersendiri sehingga berbeda

dengan kota-kota lain di Indonesia. Bahkan hingga kini, Solo terus berbenah dengan

menerapkan konsep makronya, ’Solo Masa Depan Adalah Solo Masa Lalu’, menjadikan

Solo terus menata ruang kota dengan mengembalikan fungsi awal lokasi-lokasi yang

selama ini beralih fungsi.

1. Solo Sebagai Eco Culture City

Untuk menjadikan kota ‘Solo Masa Depan adalah Solo Masa Lalu’, maka

pemerintah kota memiliki program jangka lima tahun kedepan dengan

menjadikan Solo sebagai Eco Culture City, atau Solo menjadi kota ekobudaya.

Bukan sekedar basa-basi program diatas kertas, dengan karakter walikota yang

banyak beraksi dari pada bicara, maka pemerintah kota Solo telah membuat

rancangan, yang kedepannya menciptakan kota Solo yang memiliki karakteristik

berbeda dengan kota lain yang ada di Indonesia

2. Solo Peduli Ekonomi Tradisional

Dalam atsmofir modernitas, tentunya kebijakan kota Solo yang menganut

sistem ekonomi tradisional menjadi suatu kebijakan yang langka. Ditengah

banyaknya kota besar berlomba menggusur pasar-pasar tradisional dan

menjadikannya bangunan-bangunan modern demi kepentingan dan keuntungan

kapitalis, maka sekali lagi dibawah kepemimpinan Jokowi, Solo mencoba

menyelamatkan perekonomian tradisionalnya dengan melindungi dan menjaga

pasar-pasar tradisional dari gempuran pasar-pasar modern, toko-toko retail yang

saat ini sedang menjamur di kota-kota besar.

14

Page 15: Tata Ruang

Menurut Kepala Bapeda Kota Solo, Anung mengatakan, keberpihakan

pemerintah kota terhadap perekonomian kerakyatan dituangkan dalam kerja

nyata, dimana hampir setiap tahunnya dua pasar tradisional direnovasi total oleh

pemerintah kota. Sehingga pada saat ini telah ada 15 pasar dari 37 pasar

tradisional yang telah direnovasi total. “Setiap tahunnya minimal 2 pasar yang

kita rehab total, perbaharui total, dalam arti pasar dirobohkan kemudian

dibangun kembali menjadi bangunan pasar yang baru. Sementara kalau

bangunan memiliki tata ruang seperti pasar pada umumnya, tetapi kini lebih

tertata, lebih rapih seperti pasar Kembangan,” terang Anung saat berada di

ruang kerjanya.

Tata Ruang Kota Solo

15

Page 16: Tata Ruang

Beberapa hal utama dalam penyusunan kembali konsep tata ruang kota

Surakarta antra lain :

o Upaya pemasangan pengembangan fisik kota ke arah Barart dan Utara, di mana

arah Utara dimungkinkan sebab banyak daerah belum terbangun yang masih

termasuk dalam wilayah administrtif kotamadya Surakarta. Sedangkan arah

Barat dengan pertimbangan berorientasi ke lapangan terbang Adisumarmo dan

kota Semarang sebagai pintu gerbang wilayah Jawa Tengah.

o Upaya pengisian tata pembangunan kota Surakarta yang menurut Pola Dasar

Pembangunan dan REPELITADA dibagi dalam 4 wilayah pembangunan.

o Upaya pembagian Sub Wilayah Pembangunan ( SWP ) yang mempunyai fungsi

dan karakteristik pembangunan atau mempunyai dominasi fungsi dan orientasi

pembangunan fasiulitas tertentu.

o Pada prinsipnya pembangunan kota dengan pengembangan SWP tersebut

antara lain sebagai upaya pemberian pemerataan kesempatan berkembang yang

sama pada tiap SWP, dengan konsep luwes dan bercampur.

o Upaya pemerataan kepadatan penduduk ke seluruh kota

o Upaya pemerataan kesempatan berkembang berbagai jenis kegiatan dengan

berbagai skala dan pelayanan serta orientasi di setiap SWP, sesuai dengan:

Kecenderungan perkembangan ( kekuatan pasar )

Ketersediaan tanah guna pengembangan fasilitas

Norma – norma dan kaidah kota

o Prioritas kelayakan pengembangan dan kriteria pengendali guna mencapai

dominasi fungsi dan orientasi pengembangan fasilitas tertentu di tiap zona SWP

o Strategi daerah dalam rangka melaksanakan revisi tentang ruang, mengenai

kebijaksanaan bagi dua kawasan yang belum terbangun. Untuk kawasan

terbangun kebijaksanaannya adalah;

16

Page 17: Tata Ruang

o Seminimal mungkin melakukan perombakan atau perubahan fungsi ruang yang

telah ada, misalnya keprasan, pembongkaran bangunan permanen, dan

sebagainya.

o Semaksimal mungkin memanfaatkan pertumbuhan yang sudah ada, sepanjang

masih dalam batas – batas kelayakan kehidupan kota.

o Penataan ruang sehingga dapat menciptakan kondisi ” Berseri ”, Bersih, Sehat,

Rapi, Indah, dan “Atlas “, Aman, Tertib, Lancar, dan Sehat.

o Untuk kawasan yang yang belum terbangun kebijaksanaanya adalah:

Digunakan lahan yang relatif tidak subur, sehingga meningkatkan fungsi

lahan tersebut, sedangkan lahan yang subur tetap dipertahankan sebagai

lahan pertanian.

Mempertahankan keadaan fisik lahan sehingga mudah dalam pelayanan

sarana dan prasarana kota maupun kemudahan dalam pembangunan

fisik kota.

17

Page 18: Tata Ruang

Proyek Pembangunan Infrastruktur Kota Solo

Demi terpenuhinya konsep dari kota “Ideal” maka diperlukan banyak

pembenahan di sana-sini agar mampu memenuhi criteria sebagai kota “Ideal”. Tentu

saja pembangunan yang dilakukan harus sesuai dengan konsep tata ruang kota Solo.

Berikut ini adalah beberapa proyek Pemkot Solo untuk mewujudkan suatu kota “Ideal”

o Penataan Koridor

Meupakan langkah yang di tempuh Pemkot Solo untuk mengembalikan fungsi

bahu jalan untuk mewadahi pejalan kaki dan jalur hijau. Realisasi dari proyek ini

berwujud :

Penyediaan ruang publik berupa pedestrian yang sesuai standar arsitektural.

Menciptakan suasana kota yang ramah terhadap pejalan kaki, dengan

memberikan street furniture yang nyaman

Mengajak masyarakat kembali mencintai kegiatan luar ruangan sebagai

alternatif rekreasi

o Pertamanan

Sebagai salah satu kota dengan prinsip Kota “Ideal” tentu kota Solo perlu

memperhatikan factor lingkungan dan cara untuk membarengi derap maju

pertumbuhan bangunan-bangunan permanen. Langkah yang di tempuh Pemkot Solo

yaitu dengan pembuatan taman-taman dan juga pembenahan taman-taman yang

ada agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau public,

Realisasi dari proyek ini adalah :

18

Page 19: Tata Ruang

Penataan PKL di Monumen 45 Banjarsari. Sejak 1998 dipakai oleh lebih dari

1000 pedagang, pada Tahun 2007 , direlokasi ke Pasar Klithikan Notohardjo

Monumen 45 dikembalikan fungsinya dan dikembangkan pemanfaatannya

sebagai taman kota

Bantaran Sungai

Merupakan langkah Pemkot Solo untuk menormalisasi dan memunculkan

potensi lain dari daerah bantaran sungai. Proyek ini direalisasikan dengan Penataan

Bantaran Sungai Taman Tirtonadi, Urban Forest Pucang Sawit dan Taman Sekartaji.

Heritage

Penataan ruang publik yang bertujuan mengembalikan eksistensi kawasan dan

bangunan bersejarah sesuai perkembangan jaman. Di kota Solo banyak sekali

bangunan bangunan ataupun unsure-unsur lain yang ber nilai budaya dan nilai

sejarah tinggi. Agar ini tidak tertelan oleh tinggi nya gedung pencakar langit maka

Pemkot Solo secara aktif melakukan fungsi perawatan dan perlindungan bagi asset-

aset budaya dan sejarah kota Solo ini.

Permasalahan Kota Solo

19

Page 20: Tata Ruang

Walaupun kota Solo berhasil membuktikan diri sebagai salah satu kota “Ideal” di

Indonesia namun masih saja ada hal-hal yang perlu perombakkan di sana-sini. Hal-hal ini

pun termasuk krusial dan mempunyai dampak yang signifikan bagi warga dan bagi citra

kota Solo di mata negeri ini bahkan d mata dunia.

Memang benar bahwa Mantan Walikota Solo yang baru-baru ini melaju ke bursa

pemilihan Presiden 2014 Joko Widodo telah berhasil merubah wajah kota Solo seperti

yang telah beliau janjikan. Namun apa daya, sepeninggal beliau kota Solo seakan

kembali ke wujud semula nya. Berbagai permasalahan pun mulai timbul sebut saja

masalah sampah yang mulai berserakan di sudut-sudut kota, perawatan fasilitas umum

yang mulai terbengkalai sehingga menjadi kotor dan bahkan ada yang sampai tidak

dapat dipergunakan, Urbanisasi yang mulai terjadi karena efek dari beberapa masalah

tadi, gelandangan dan pengemis yang mulai menghiasi setiap perempatan atau

pertigaan Kota Solo dan juga masalah PKL yang dulu telah di benahi dan direlokasi.

Disamping itu kota Solo belum mempunyai jalan raya di sekeliling Kota atau yang

biasa kita kenal sebagai ring road. Keberadaan ring road yang merupakan akses utama

untuk mendapatkan jalan yang tercepat dan dapat menjangkau ke seuruh kota menjadi

suatu hal wajib bagi kota ini karena menyangkut masalah urbanisasi tadi yaitu jika laju

pembangunan dan pembagian faslitas kota yang tidak merata dapan mendorong laju

urbanisasi dan ini tentu berdampak pada naiknya prosentase kerusakan lingkungan,

masalah keamanan dan sebagainya.

BAB III

20

Page 21: Tata Ruang

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pada zaman sekarang ini kebutuhan mengenai kota yang mampu melayani

seluruh permintaan public dan bersama-sama mampu menjaga kelestarian alam pun

mutlak diperlukan. Konsep kota “Ideal” yang digadang-gadang mampu menjadi jawaban

atas ketidak seimbangannya arus pembangunan pun diterapkan di berbagai kota di

dunia, bahkan di Indonesia. Salah satu nya kota Solo.

Mempunyai julukan “Spirit of Java” kota Solo telah berhasil menerapkan konsep

kota “Ideal dengan baik. Walaupun masih perlu perbaikan dan penyemournaan di sana-

sini namun semangat nya patut di beri apresiasi. Kota Solo bias disebut sebagai kota

yang layak untuk di contoh karena keberhasilannya menerapkan konsep Kota “Ideal”.

Saran

Dibutuhkan peran aktif baik dari warga maupun pemerintah untuk bisa

mewujudkan suatu Kota “Ideal”. Tanggung jawab dan konsistensi untuk menjalankan

rencana sesuai dengan prinsip juga di perlukan bukan hanya untuk membangun namun

juga untuk merawat. Sehingga terjadilah hubungan yang harmonis antara warga dengan

pemerintah yang mampu memberikan hasil yang semaksimal mungkin dalam derap laju

pembangunan.

Daftar Pustaka

21