tape s s usu
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS)
Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama berligniselulosa yang belum
termanfaatkan secara optimal dari industri pengolahan kelapa sawit. Basis satu ton tandan buah
segar akan dihasilkan minyak sawit kasar sebanyak 0,21 ton (21%) , minyak inti sawit sebanyak
0,05 ton (0,5%) dan sisanya merupakan limbah dalam bentuk tandan kosong, serat dan cangkang
biji yang masing – masing sebanyak 0,23 ton (23%), 0,135 ton (13,5%) dan 0,055 ton (5,5%)
(Darnoko, 1992).
Padahal tandan kosong kelapa sawit berpotensi untuk dikembangkan menjadi barang
yang lebih berguna, salah satunya menjadi bahan baku bioetanol. Hal ini karena tandan kosong
kelapa sawit banyak mengandung selulosa yang dapat dihirolisis menjadi glukosa kemudian
difermentasi menjadi bioetanol. Kandungan selulosa yang cukup tinggi yaitu sebesar 45%
menjadikan kelapa sawit sebagai prioritas untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
bioetanol (Aryafatta, 2008).
Selama ini pengolahan/pemanfaatan TKS oleh PKS masih sangat terbatas yaitu dibakar
dalam incinerator, ditimbun (open dumping), dijadikan mulsa di perkebunan kelapa sawit, atau
diolah menjadi kompos. Namun karena adanya beberapa kendala seperti waktu pengomposan
yang cukup lama sampai 6 – 12 bulan, fasilitas yang harus disediakan, dan biaya pengolahan
TKS tersebut. Maka cara – cara tersebut kurang diminati oleh PKS. Selain jumlah yang
melimpah juga karena kandungan selulosa tandan kelapa sawit yang cukup tinggi yaitu sebesar
45 % (Aryafatta, 2008). TKS cocok dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.
Sehingga ketika diolah menjadi bioetanol dapat menghasilkan rendemen yang cukup besar
sehingga harga jual bioetanol yang dihasilkan dapat lebih murah.Adapun komposisi TKS adalah
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Komposisi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS)
Komposisi TKS Dasar Kering (%)
Selulose 45,95
Hemiselulase 22,84
Lignin 16,49
Abu 1,23
N 0,53
Minyak 2,41
2.2 Selulosa
Selulosa adalah polimer tak bercabang dari glukosa yang dihubungkan melalui ikatan beta 1,4
atau 1,4 beta glukosidase. Molekul lurus dengan unit glukosa rata- rata sebanyak 5000 ini
beragregasi membentuk fibril yang terikat melalui ikatan hidrogen di antara gugus hidroksil pada
rantai di sebelahnya. Serat selulosa yang mempunyai kekuatan fisik yang tinggi terbentuk dari
fibril-fibril ini, tergulung seperti spiral dengan arah-arah yang berlawan menurut satu sumbu.
Selulosa merupakan jenis polisakarida yang paling melimpah pada hampir setiap struktur
tanaman. Kandungan selulosa kayu berkisar 48 – 50%, pada bagas berkisar antara 50 – 55% dan
pada tandan kosong kelapa sawit sekitar 45%. Selulosa dapat dihidrolisis dengan asam kuat
maupun dengan enzim selulase. Selain itu juga bisa dihidrolisis oleh mikroba seprti bakteri dan
kapang. Hidrolisis sempurna akan menghasilkan glukosa dan hidrolisis tidak sempurna
menghasilkan disakarida berupa selobiosa (Winarno, 1980). Hasil hidrolisis ini dapat dikonversi
menghasilkan etanol dan asam asetat.Selulosa adalah salah satu komponen utama dari
ligniselulosa yang terdiri dari unit monomer D-glukosa yang terikat pada ikatan 1,4-glikosidik.
Selulosa cenderung membentuk mikrofibril melalui ikatan inter dan intra molekuler sehingga
memberikan struktur yang larut. Mikrofibril selulosa terdiri dari 2 tipe, yaitu kristalin dan amorf.
(Trisanti Anindyawati,2009).
Universitas Sumatera Utara
Adapun struktur selulosa dapat dilihat dibawah ini :
Gambar 2.1 Struktur dari Selulosa
2.3 Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat
memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan. Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara
karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini
disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk pembentukan amilum atau
selulosa. (Anna Poedjiadi, 1994)
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-rantai atau
cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin ini secara terpisah
atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa yang penting dalam ilmu gizi, yaitu
glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah
atom yang sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya
hanya terletak pada cara penyusunan atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom
karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat
kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut.
Universitas Sumatera Utara
CHO CH2OH CH2OH
H-C-OH H H H H H OH
HO-C-H HO OH H OH HO OH H H
H-C-OH
H-C-OH H OH H OH
CH2OH
D-glukosa α-D-glukosa β-D-glukosa
Gambar 2.2 : Struktur dari Glukosa
2.4 Hidrolisis Asam
Hidrolisis merupakan proses pemecahan polisakarida di dalam biomasa ligniselulosa,yaitu
selulosa dan hemiselulosa menjadi monomer gula yang dapat dilakukan secara kimia ataupun
enzimatis. Dibandingkan proses secara kimia, hidrolisis secara enzimatis lebih menguntungkan
karena ramah lingkungan. (Trisanti Anindyawati, 2009).
Didalam metode hidrolisis asam, biomasa ligniselulosa dipaparkan dengan asam pada
suhu dan tekanan tertentu selama waktu tertentu, dan menghasilkan monomer gula dari polimer
selulosa dan hemiselulosa. Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis asam anntara
lain asam sulfat (H2SO4), asam perklorat, dan HCl. Asam sulfat merupakan asam yang paling
bannyak diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam. Hidrolisis asam dapat dikelompokkan
menjadi : hidrolisis asam pekat dan hidrolisis asam encer.
Pati merupakan senyawa polisakarida yang terdiri dari monosakarida yang berikatan
melalui ikatan oksigen. Monomer dari pati yaitu glukosa yang berikatan dengan ikatan yaitu
α(1,4)-glikosidik, yaitu ikatan kimia yang menggabungkan 2 molekul monosakarida yang
berikatan kovalen terhadap sesamanya. Pati merupakan zat tepung dari karbohidrat dengan suatu
polimer senyawa glukosa yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu amilosa dan amilopektin.
Polimer linier dari D-glukosa membentuk amilosa dengan α(1,4)-glukosa. Sedangkan polimer
Universitas Sumatera Utara
amilopektin adalah terbentuk ikatan α-(1,4)-glukosida dan membentuk cabang pada ikatan α
(1,6)-glukosida. http://eckonopianto.blogspot.com/2009/04/pati.html
Gambar 2.3
Struktur dari Pati
Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh asam atau enzim. Jika pati dipanaskan dengan asam
akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil secara berurutan, dan hasil akhirnya
adalah glukosa.
(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6
Pati air glukosa
Ada beberapa tingkatan dalam reaksi diatas. Molekul-molekul pati mula-mula pecah
menjadi unit-unit rantaian glukosa yang lebih pendek yang disebut dextrin. Dextrin ini dipecah
lebih jauh menjadi maltose (dua unit glukosa) dan akhirnya maltose pecah menjadi glukosa.
pati dextrin maltose glukosa
(Murdijati Gardjito, 1992).
2.5 Khamir
Khamir (yeast) merupakan jasad renik (mikroorganisme) yang pertama yang digunakan manusia
dalam industri pangan. Orang-orang Mesir zaman dahulu telah menggunakan yeast dan proses
fermentasi dalam memproduksi minuman beralkohol dan membuat roti lebih dari 5000 tahun
yang lalu.
Universitas Sumatera Utara
Khamir ini nerupakan mikroorganisme uniseluler yang masuk dalam Kingdom
Fungi.Anggota kingdom tersebut lainnya yang membentuk jaringan hifa (miselium) disebut
Kapang (mould).Istilah khamir umumnya digunakan untuk bentuk-bentuk menyerupai jamur.
Khamir yang sering digunakan pada fermentasi etanol adalah Saccharomyces cereviseae, S.
uvarium, Schizosaccharomyces sp., Kluyveromyces sp. (Lackhe, 2002). Khamir yang sangat
potensial untuk fermentasi etanol adalah Saccharomyces cereviseae karena memiliki daya
konversi menjadi etanol sangat tinggi, metabolismenya sudah diketahui, metabolit utama berupa
etanol, CO2, dan air dan sedikit menghasilkan metabolit lainnya. Fermentasi ini membutuhkan
kondisi yang sedikit aerob, pH 4,0 - 4,5, suhu 300C dan kadar gula 10 – 18% (Frazier dan
Westhoff, 1978).
Saccharomyces cerevisiae, merupakan Khamir yang paling popular dalam pengolahan
makanan. Khamir ini telah lama digunakan dalam industry wine dan bir. Dlam bidang pangan,
khamir digunakan dalam pengembangan adonan roti dan dikenal sebagai ragi roti.(Nur Hidayat,
2006).
2.5.1 Saccharomyces cerevisiae
Ragi (Saccharomyces cerevisiae) adalah mikroorganisme penghasil etanol yang paling dikenal
saat ini. Efesiensi fermentasi dapat ditingkatkan dengan cara mengabolisasi sel mikroorganisme
yang digunakan. Amobilisasi sel bertujuan untuk membuat sel menjadi tidak bergerak atau
berkurang ruang geraknya sehingga sel menjadi terhambat pertumbuhannya dan subtract yang
diberikan hanya digunakan untuk menghasilkan produk.(Putra A.E & Surya, R.P, 2006).
Saccharomyces merupakan genus khamir /ragi/yeast memiliki kemampuan mengubah
glukosa menjadi alkohol dan CO2.
2.5.1.1 Ciri-ciri spesies Saccharomyces cerevisiae
1. Mikroorganisme bersel Satu
2. Tidak berklorofil
3. Tumbuh baik pada suhu 30oC dan pH 4,8.
Universitas Sumatera Utara
4. Mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi
(http://id.wikipedia.org/wiki/saccharomyces
2.5.1.2 Klasifikasi Saccharomyces cerevisiae
1. Kerajaan : Fungi
2. Filum : Ascomycotina
3. Kelas : Saccharomycetes
4. Ordo : Saccharomycetales
5. Famili : Saccharomycetaceae
6. Genus : Saccharomyces (http://id.wikipedia.org/wiki/saccharomyces)
2.5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Ragi
Ada berbagai factor yang mempengaruhi kehidupan ragi, yaitu sebagai berikut :
1. Nutrisi (Zat Gizi)
Dalam kegiatannya khamir memerlukan penambahan nutrisi untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan, yaitu :
a. Unsur C, ada factor karbohidrat
b. Unsur N, dengan penambahan pupuk yang mengandung nitrogen,misal ZA, urea,
ammonia, dan sebagainya.
c. Unsur P, dengan penambahan pupuk fosfat, misal NPK, TSP, DSP, dan sebagainya.
d. Mineral-mineral
e. Vitamin-vitamin
2. Keasaman (pH)
Untuk fermentasi alkohol, khamir memrlukan media denan suasana asam, yaitu anatara
pH 4,8 – 5,0. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan penambahan asam sulfat jika
subtratnya alkalis atau dengan natrium bikarbonat jika subtratnya asam.
3. Suhu
Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan adalah 28o - 30oC. Pada
waktu fermentasi terjadi kenaikan panas, karena reaksinya eksoterm. Untuk mencegah
agar suhu fermentasi tidak naik, perlu pendingin agar dipertahankan tetap 26o – 30oC.
Universitas Sumatera Utara
4. Udara
Fermentasi alkohol berlangsung secara anaerobic (tanpa udara). Namun demikian udara
diperlukan pada proses pembibitan sebelum fementasi untuk perkembangbiakan khamir
tersebut.(Nur Hidayat, 2006).
2.5.3 Grafik Pertumbuhan Mikroba
Pada fase pertama , yaitu 1 sampai 2 jam setelah pemindahan , bakteri belum
mengadakan pembiakan , fase ini disebut fase adaptasi . Kemudian fase kedua dimana jumlah
bakteri mulai bertambah sedikit demi sedikit . Selanjutnya fase pembiakan cepat (fase logaritma)
, di mana pembiakan bakteripaling cepat . Jika ingin mengadakan piaraan yang cepat tumbuh ,
maka bakteri didalam fase ini baik sekali untuk dijadikan inokulum . Kemudian fase pembiakan
diperlambat , ini disebabkan oleh keadaan medium memburuk , perubahan pH , bertimbun –
timbunnya zat kotoran , kecepatan berbiak menjadi berkurang sekali . Kemudian fase dimana
jumlah bakteri yang berbiak sama dengan jumlah bakteri yang mati , sehingga kurva
penunjukkan garis yang hampir horizontal , disebut fase konstan . Fase terakhir yaitu fase
dimana jumlah bakteri yang makin banyak , dan makin melebihi jumlah bakteri yang membelah
diri , grafiknya mulai menurun , fase ini disebut fase kematian . Keadaan ini dapat berlangsung
beberapa minggu , hal ini bergantung pada spesies dan keadaan medium ( Dwidjoseputro, 1987)
.
Gambar 2.4 grafik yang menunjukkan fase-fase pembiakan bakteri
Universitas Sumatera Utara
1.fase adaptasi 2. Fase permulaan pembiakan 3. Fase pembiakan cepat 4. Fase pembiakan
diperlambat 5. Fase konstan 6. Fase kematian 7. Fase kematian dipercepat ( Dwidjoseputro,
1987) .
2.6. Fermentasi
Fermentasi merupakan kegiatan mikroba pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang
dikehendaki. Mikroba yang umumnya telibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan
kapang.. Contoh bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter xylimnum pada
pembuatan nata de coco, Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam
fermentasi adalah Saccharomyces cereviseae dalam pembuatan alkohol.
(http://ptp2007.wordpress.com/2008/06/19/fermentasi-dan-mikroorganisme-yang terlibat/).
Prinsip dasar fermentasi adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu untuk tujuan
mengubah sifat bahan, agar dapat dihasilkan sesuatu yang bermanfaat. Misalnya asam dan
alkohol yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba yang beracun.(Widayati E, 1996).
Awalnya, fermentasi adalah pemecahan gula menjadi alkhol dan karbondioksida. Tetapi
banyak proses yang dikatakan fermentasi tidak selalu menggunakan substrat gula dan
menghasilkan alkohol serta karbondioksida, contohnya perubahan laktosa menjadi asam laktat
oleh bakteri Streptococcus lactis pada kondisi anaerobic. Hasil-hasil fermentasi terutama
tergantung pada jenis substrat, macam mikroba dan kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi
pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut. (Winarno F.G,1980).
Menurut Judoamidjojo dkk. (1992), menyatakan bahwa beberapa langkah utama yang
diperlukan dalam melakukan suatu proses fermentasi diantaranya adalah :
a. Seleksi mikroba atau enzim yang sesuai dengan tujuan.
b. Seleksi media sesuai dengan tujuan.
c. Sterilisasi semua bagian penting untuk mencegah kontaminasi oleh mikroba yang tidak
dikehendaki.
Universitas Sumatera Utara
2.7 Bioetanol
Bioetanol merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar alternative yang lebih
ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Pada umumnya pembuatan bioetanol
menggunakan jagung dan tebu sebagai bahan baku. Penggunaan kedua bahan baku tersebut
bepotensi menimbulkan kontradiksi terhadap kebutuhan bahan pangan bila diterapkan di Negara
berkembang seperti Indonesia. Oleh sebab itu, selulosa berpotensi menjadi salah satu bahan baku
alternatifnya dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS) memiliki potensi yang besar menjadi
sumber biomassa selulosa ddengan kelimpahan cukup tinggi dan sifatnya terbarukan. (Dea,I.A,
2009).
Bahan baku untuk proses produksi bioetanol diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
yaitu gula, pati, dan selulosa. Sumber gula yang berasal dari gula tebu, gula bit, molase dan
buah-buahan, dapat langsung dikonversi menjadi etanol. Sumber dari bahan berpati seperti
jagung, singkong, kentang dan akar tanaman harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi gula.
Sumber selulosa yang berasal dari kayu, limbah pabrik pulp dan kertas, semuanya harus
dikonversi menjadi gula dengan bantuan asam mineral. Biokonversi glukosa menjadi bioetanol,
memerlukan perantara mikroba lain yang umumnya menggunakan Saccharomyces cereviceae
dan zymonas mobilis.Beberapa hal penting yang perlu diketahui pada proses produksi bioetanol
antara lain, komponen ligniselulosa dan enzim pendegradasinya.(Trisanti Anindyawati, 2009).
Bioetanol secara umum dapat digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol,
campuran bahan bakar untuk kendaraan. Grade bioetanol harus berbeda sesuai dengan
pengunaanya. Bioetanol yang mempunyai grade 90% - 96,5% volume digunakan pada industri,
grade 96% - 99,5% digunakan dalam campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi.
Besarnya grade bioetanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan
harus betul – betul kering dan anhydrous supaya tidak menyebabkan korosi, sehingga bioetanol
harus mempunyai grade sebesar 99,5% - 100% (Khairani, 2007).
Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan,
diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan 92 lebih
Universitas Sumatera Utara
tinggi dari premium nilai oktan 88, dan pertamax nilai oktan 94. Hal ini menyebabkan bioetanol
dapat menggantikan fungsi zat aditif yang sering ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan.
Zat aditif yang banyak digunakan seperti metal tersier butil eter dan Pb, namun zat aditif tersebut
sangat tidak ramah lingkungan dan bisa bersifat toksik. Bioetanol juga merupakan bahan bakar
yang tidak mengakumulasi gas karbon dioksida (CO2) dan relatif kompetibel dengan mesin
mobil berbahan bakar bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya yang
sederhana yaitu fermentasi menggunakan mikroorganisme tertentu (Mursyidin, 2007).
2.8. Alkohol
Alkohol adalah istilah yang dipakai dalam perdagangan atau pengertian umum. Istilah kimia dari
alkohol adalah etil alkohol (etanol) dengan rumus C2H5OH. Alkohol murni adalah alkohol yang
hanya mengandung etil alkohol dan sedikit air serta bebas dari bahan-bahan lain yang berbahaya
bagi manusia. Alkohol ini biasa digunakan untuk pembuatan minuman keras, pelarut minyak,
pelarut obat-obatan serta untuk keperluan industry lainnya. Alkohol teknis adalah alkohol yang
selain mengandung etil alkohol dan juga masih mengandung bahan ikutan lain yang
membahayakan manusia antara lain metal alkohol, aldehid, ester dan lain-lain. (Day, R.A, 1980).
Didalam cairan teblain meskipun tebu (Nira) hanya glukosa jenis sakarosa yang bisa
dikristalkan menjadi gula pasir. Sedangkan glukosa lain meskipun manis rasanya tetapi tidak
bisa dikristalkan disebut gula reduksi/gula pecah, glukosa jenis inilah yang dimanfaatkan oleh
pabrik gula untuk difermentasi jadi alkohol. Mikroba Saccharomyces cereviseae yang sering
digunakan untuk fermentasi ini, dimana mikroba ini menghasilkan 7 macam enzim sebagai
katalisator reaksi.
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + Energi
Glukosa Etanol
Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi hasilnya masih rendah kadarnya (dibawah 12%)
sehingga diproses “destilasi” secara bertahap supaya menghasilkan kadar alkohol 96%.
(http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080301190828AAX0bh5).
Universitas Sumatera Utara
2.8.1. Analisa Kuantitatif Alkohol
• Penentuan Secara Berat Jenis
Alkohol hasil fermentasi dipisahkan degan destilasi uap, dan kemudian destilat hasil
sulingan ini ditentukan beratmya pada temperature kamar dan dibandingkan dengan berat
aquades yang ditentukan dengan menggunakan piknometer.
Dari hasil perbandingan berat destilat dengan berat aquades akan diperoleh berat jenis
destilat. Dengan melihat daftar bobot jenis dan kadar alkohol maka dapat diketahui kadar
alkohol sebenarnya. (Rahman A, 1992).
• Penentuan Secara Volumetrik
Sampel dalam bentuk cair dijenuhkan ke dalam kalium dikromat yang volume dan
konsentrasinya telah diketahui. Alkohol akan teroksidasi denngan sempurna menjadi
asam asetat setelah pemanasan. Dikromat yang tidak bereaksi ditentukan dengan
menitrasinya menggunakan ferroamonium sulfat. Ortho Phenantrolin digunakan sebagai
indikator. Setelah tercapai titik akhir titrasi akan terjadi perubahan warna dari hijau
menjadi coklat. Dari volume titrasi dapat ditentukan berapa kadar alkohol yang telah
diubah menjadi asam asetat.
Alkohol mula-mula dioksidasi menjadi aldehida. Aldehida akan teroksidasi sehingga
terbentuk asam karboksilat. Reaksi keseluruhan oksidasi alkohol oleh K2Cr2O7 dalam
suasana asam dapat dituliskan sebagai berikut :
3CH2-CH2-OH + Cr2O72- + 8H+ 3CH3-C=O + 2Cr3+ + 7H2O
H
Aldehida
3CH3-C=O + Cr2O72- + 8H+ 3CH3-C=O + 2Cr3+ + 7H2O
H OH
Asam asetat
Agar semua alkohol teroksidasi, maka oksidator harus ditambahkan berlebih sehingga
kelebihan oksidator dapat ditentukan dengan titrasi oleh ferroamonium sulfat. Reaksinya
adalah sebagai berikut.
6Fe2+ + Cr2O72- + 14H+ 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O
Hijau kebiruan coklat kemerahan
Universitas Sumatera Utara
Indikator Ferroin (1,10-phenantrolin) digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan
titik akhir titrasi yaitu pada saat larutan berubah warna dari hijau kebiruan menjadi coklat
kemerhan (Fardiaz S, 1998).
Oksidasi alkohol denngan menggunakan kalium dikromat terjadi dalam suasana asam.
Kalium Dikromat dalam suasana mengalami reduksi menjadi Cr3+.
Cr2O72- + 14H+ + 6e 2Cr3+ + 7H2O
Cr2O72-
merupakan oksidator yang cukup kuat, potensial standar dari reaksi adalah +1,33
V (Harjadi, 1993). Keuntungannya mudah diperoleh dan murah, larutannya stabil dan
dapat diperoleh dalam bentuk yang cukup murni, untuk pembuatan larutan standar
dilakukan dengan menimbang langsung (standar primer).(Day R.A & Underwood, 1999).
2.9. Etanol
Etanol merupakan senyawa yang memiliki gugus fungsi alkohol (-OH) dengan dua rantai karbon
(C-C). Bahan kimia organik ini adalah salah satu senyawa kimia tertua yang telah dikenal umat
manusia. Etanol adalah senyawa organik golongan alkohol primer. Sifat fisik dan kimia etanol
bergantung pada gugus hidroksil. Reaksi yang dapat terjadi pada etanol antara lain dehidrasi,
dehidrogenasi, oksidasi, dan esterifikasi (Rizani.,2000). Sifat fisik etanol dapat dilihat pada tabel
2.2 berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 : Sifat Fisik Etanol
Parameter Nilai dan Satuan
Massa molekul relative 46,07 g/mol
Titik beku -114,1oC
Titik didih normal 78,32oC
Densitas pada 20oC 0,7893 g/ml
Kelarutan dalam air 20oC Sangat larut
Viskositas pada 20oC 1,17 cP
Kalor spesifik, 20oC 0,579 kal/goC
Kalor pembakaran, 25oC 7092,1 kal/g
Kalor penguapan 78,32oC 200,6 kal/g
Sumber : Rizani, 2000
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan
rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering
disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).
Etanol untuk kegunaan konsumsi manusia (seperti minuman beralkohol) dan kegunaan
bahan bakar diproduksi dengan cara fermentasi. Spesiesragi tertentu (misalnya Saccharomyces
cerevisiae) mencerna gula dan menghasilkan etanol dan karbon dioksida:
C6H12O6 → 2 CH3CH2OH + 2 CO2.
Pada jenis ragi yang paling toleran terhadap etanol, ragi tersebut hanya dapat bertahan
pada lingkungan 15% etanol berdasarkan volume. Untuk etanol bahan bakar, hidrolisis pati
menjadi glukosa dapat dilakukan dengan lebih cepat menggunakan asam sulfat encer,
menambahkan fungi penghasil amilase, atapun kombinasi dua cara tersebut. Etanol pada proses
fermentasi alkoholik terbentuk melalui beberapa jalur metabolisme bergantung jenis
mikroorganisme yang terlibat. Untuk Saccharomyces cereviseae serta sejumlah khamir lainnya,
etanol terbentuk melalui jalur Embden Meyerhof Pathyway (EMP), reaksinya sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
1. Glukosa difosforilisasi oleh ATP mula-mula menjadi D-glukosa-6 fosfat, dikatalisis oleh
enzim heksokinase
2. Kemudian mengalami isomerisasi berubah menjadi D-fruktosa-6 fosfat yang dikatalisis
oleh enzim fosfoheksoisomerase.
3. Disfosforilisasi lagi oleh ATP yang dikatalisis oleh enzim fosfoheksokinase menjadi D-
fruktosa-1, 6 difosfat.
4. D-fruktosa-1,6 difosfat dipecah menjadi satu molekul D-gliseraldehid-3 fosfat dan satu
molekul aseton fosfat. Reaksi ini dikatalisis oleh aldolase.
5. Selanjutnya tejadi reaksi isomerisasi antara kedua senyawa beratom 3 yang dikatalisis
oleh enzim triosa fosfat isomerase.
6. Dihidroksi aseton fosfat disederhanakan menjadi L-gliserol-3 fosfat oleh NADH2.
7. ATP melepaskan satu molekul fosfat yang diterima oleh gliseraldehid-3 fosfat yang
kemudian menjadi D-1,3 difosfogliserat dan ADP. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim
trioasa fosfat dehidrogenase.
8. D-1,3 difosfogliserat melepaskan energy fosfat yang tinggi ke ADP yang dikatalisis oleh
enzim fosfogliserat kinase untuk membentuk D-3 fosfogliserat dan ATP.
9. D-3 fosfogliserat berada dalam keseimbangan dengan D-2 fosfogliserat. Reaksi
isomerisasi ini dikatalisis oleh enzim fosfogliseromutase.
10. D-2 fosfogliserat membebaskan air dan dikatalisis enzim enolase untuk menghasilkan
fosfoenol piruvat.
11. ATP menggeser rantai fosfat yang kaya energy dari fosfoenolpiruvat untuk menghasilkan
piruvat dan ATP.
12. Piruvat didekarboksilasi menghasilkan asetaldehid dan CO2.
13. Akhirnya asetaldehid menerima hydrogen dari NADH2 menghasilkan etanol.
Universitas Sumatera Utara
ATP ADP
Glukosa Glukosa-6-P Fruktosa-6-P Fruktosa 1-6-P
Heksokinase Isomerase Fosfofruktokinase
Aldolase
Gliseraldehid-3-P
Gliseraldehid-3-P-Dehidrogenase Pi
DNA+ Elektron
NADH 1,3-DiFosfogliserat
ADP
Fosfogliserokinase
ATP
3-Fosfogliserat
2-Fosfogliserat
Enolase
Fosfoenol piruvat
ADP
Piruvat kinase ATP
Piruvat
Piruvat dekarboksilase
CO2 Asetaldehid
Laktat dehidrogease NADH
Laktat NADH NAD+ NAD+
Etanol
N Gambar 2.5: Tahapan reaksi glikolisis (Embden-Meyer Hoff-Pathyway) (Madigan. Michael T. 2003)
Universitas Sumatera Utara
2.10 Kromatografi Gas
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari
komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fase bergerak
(Yazid, 2005). Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah
sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam
berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat
penunjangnya (Khopkar, 2003)
Sekarang ini system GC-MS sebagian digunakan sebagai peran utama untuk analisa
makanan dan aroma, petroleum, petrokimia dan zat-zat kimia laboratorium.Kromatografi gas
merupakan kunci dari suatu tekhnik analitik dalam pemisahan komponen mudah menguap, yaitu
dengan mengkombinasikan secara cepat analisa sehingga pemecahan yang tinggi mengurangi
pengoperasian.Keuntungan dari kromatografi gas adalah hasil kuantitatif yang bagus dan
harganya lebih murah.Sedangkan kergiannya tidak dapat memberikan identitas atau struktur
untuk setiap puncak yang dihasilkan dan pada saat proses karakteristik yang didefinisikan system
tidak bagus. (Mcnair, 2009).
2.11 Spektometri Massa
Pemboman molekul oleh sebuah arus electron pada energy mendekati 70 elektron volt dapat
menghasilkan banyak perubahan pada struktur molekul. Salah satu proses yang terjadi yang
disebabkan oleh pemboman dengan electron adalah keluarnya sebuah electron dari molekul
sehingga terbentuklah kation molekul [M]+.Ion berenergi tinggi ini serta hasil fragmentasinya
merupakan dasar bagi cara analisis spektrometri massa (Pine, 1998)
Pada system GC-MS ini, yang berfungsi sebagai detector adalah spectrometer massa itu
sendiri yang terdiri dari system analisis dan system ionisasi, dimana Electron Impact Ionization
(EI) adalah metode ionisasi yang umum digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Spektrometer massa pada umumnya digunakan untuk :
1. Menentukan massa suatu molekul
2. Menentukan rumus molekul dengan menggunakan Spektrum Massa Beresolusi Tinggi
(High Resolution Mass Spectra)
3. Mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola fragmentasinya.
Ketika uap suatu senyawa dilewatkan dalam ruang ionisasi spectrometer massa, maka zat ini
dibombardir atau ditembak dengan electron. Electron ini mempunyai energy yang cukup untuk
melemparkan electron dalam senyawa sehingga akan memberikan ion positif, ion ini disebut
dengan ion molekul [M]+. Ion molekul cendrung tidak stabil dan terpecah menjadi fargmen-
fragmen ini yang akan menghasilkan diagram batang (Dachriyanus, 2004).
Peningkatan penggunaan GC-MS banyak digunakan yang dihubungkan dengan computer
dimana dapat merekam dan menyimpan data dari sebuah analisis akan berkembang pada
pemisah yang lebih efesien . Karena computer dapat deprogram untuk mencari spectra library
yang langka, membuat identifikasi dan menunjukkan analisis dari campuran gas tersebut.
Universitas Sumatera Utara