laporan tekfer tape
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Rabu, 7 Mei 2014
Teknologi Fermentasi PJ Dosen : C.C Nurwitri, DAA
Asisten : Novini Nur., A.md
Fermentasi Ketan, Singkong, Sawi, dan Kucai
Kelompok 2/B-P1
Ayu Melinda J3E112045
Ega Nindya P J3E212129
Kiki Radiansyah J3E112063
Nety Agustin J3E112022
Yen Aprilia J3E112004
SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan
kemampuan mikroba untukmenghasilkan metabolit promer dan
metabolit sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan.
Proses pertumbuhan mikroba merupakan tahap awal proses
fermentasi yang dikendalikan terutama dalam pengembangan
inokulum agar dapat diperoleh sel yang hidup. Pengendalian
dilakukan dengan pengaturan kondisi medium, komposisi
medium, suplai O2, dan agitasi. Dalam proses fermentasi terjadi
penguraian gula menjadi alkohol dan CO2 yang berlangsung karena adanya
ekstrak khamir atau enzim-enzim yang terdapat dalam ekstrak tersebut.
Fermentasi bahan pangan sebagai hasil kegiatan beberapa jenis mikroorganisme
baik bakteri, khamir, dan kapang. Mikroorganisme yang memfermentasi bahan
pangan dapat menghasilkan perubahan yang menguntungkan (produk-produk
fermentasi yang diinginkan) dan perubahan yang merugikan (kerusakan bahan
pangan). Dari mikroorganisme yang memfermentasi bahan pangan, yang paling
penting adalah bakteri pembentuk asam laktat, asam asetat, dan beberapa jenis
khamir penghasil alkohol.
Prinsip dari sebuah fermentasi adalah memperbanyak jumlah
mikroorganisme dan menggiatkan metabolismenya dalam bahan pangan. Kondisi
lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan produksi maksimum dalam
fermentasi harus sesuai, terutama faktor-faktor seperti suhu inkubasi, pH medium,
oksigen, cahaya, dan agitasi. Mikroorganisme yang paling berperan penting dalam
proses fermentasi adalah bakteri pembentuk asam laktat, bakteri pembentuk asam
asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil alkohol. Jenis-jenis kapang tertentu
juga berperan utama dalam fermentasi beberapa bahan pangan.
Sifat-sifat bahan pangan hasil fermentasi ditentukan oleh mutu dan sifat
bahan pangan itu sendiri, perubahan yang terjadi sebagai hasil fermentasi
mikroorganisme dan interaksi yang terjadi antara produk dari kegiatan tersebut
dan zat-zat yang merupakan pembentuk bahan pangan tersebut. Fermentasi oleh
mikroorganisme yang dikehendaki akan memberikan flavor, bentuk, dan tekstur
yang baik pada produk hasil fermentasinya.
Pada praktikum kali ini, dilakukan dua macam fermentasi, yaitu
fermentasi spontan dan fermentasi tidak spontan. Fermentasi spontan merupakan
fermentasi yang tidak ditambahkan mikroorganisme sebagi starter/inokulum atau
ragi. Contohnya pada pembuatan sayur asin, kucai dan Sauerkraut. Pada
praktikum kali ini hanya melakukan fermentasi pada sayur asin dan kucai.
Sedangkan fermentasi tidak spontan, selalu ditambahkan mikroorganisme sebagai
starter atau inokulum. Contohnya pada pembuatan tape ketan dan tape singkong
yang dilakukan pada praktikum kali ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui prinsip fermentasi ketan
hitam maupun putih, tape singkong, sayur asin, dan kucai. Selain itu, untuk
mengetahui pengaruh fermentasi terhadap produk akhir, menentukan produk
olahan yang dibuat dari hasil fermentasi, dan menentukan mutu organoleptik hasil
fermentasi maupun produk olahannya.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Penggorengan
Kompor Gas
Baskom
Mangkuk
Piring
Sendok
Toples
Nampan
Panci
Pengaduk Kayu
Cup plastik
Mika Plastik
Pisau
Timbangan
Saringan
2.1.2 Bahan
Ketan Hitam
Ketan Putih
Gula Pasir
Tepung Terigu
Agar-Agar
Keju
Sirup Marjan
Susu Kental Manis
Daun Pisang
Minyak Goreng
Ragi
Air
Kucai
Singkong
Sawi Hijau
Garam
Air Tajin
2.2 Diagram Alir
2.2.1 Pembuatan Tape Ketan Hitam dan Ketan Putih
2.2.2 Pembuatan Tape Singkong
Rendam 1 hari
Siapkan Bahan
Rendam 4 jam & 1,5 jam
Beras Ketan Putih 2 kgBeras Ketan Hitam 2 kg
Kukus Hingga Tanak
Aduk dan Dingikan
Kupas Sigkong dan Cuci Bersih
Siapkan Bahan (Singkong)
Taburi Ragi Tape 1 grm/ 1 kg Bahan
Bungkus Dengan Daun Pisang, Masukan Kedalam
Toples
Inkubasi 3-5 Hari
Amati dan Orlep
2.2.3 Pembuatan Sayur Asin
Aduk dan Dinginkan
Taburi Ragi Tape 1 grm/1 kg Bahan
Inkubasi 3-5 Hari
Bungkus Dengan Dau Pisag dan Masukan ke Dalama Toples
Kukus Hingga Tanak
Amati dan Orlep
Siapkan Bahan ( Sayur Sawi yang Telah di Layukan
Remas-remas dengan Garam 2,5 %
Masukan Kedalam Toples
2.2.4 Pembuatan Pikel Kucai
2.2.5 Pembuatan Bola-Bola Ketan Hitam
Tambah Media Perendam
Larutan Garam 2,5 % Air Tajin + garam 2,5 %
Siapkan Bahan (Kucai)
Cuci Bersih Kucai
Tiriskan
Cara Basah + Larutan Garam 5%
Cara Kering Ditaburi atau Diluuri Garam 5%
Masukan Kedalam Toples
Fermentasi 2-7 Hari
Amati da Orlep
Siapkan Bahan: Ketan Hitam yang Sudah Terfermentasi, Tepung, Gula Pasir, Susu,
Sirup Marjan,
Campur Gula Pasir dan Tepung dengan Bahan Keta Hitam
Aduk Secara Rata Hingga Menjadi Sebuah Adonan yang Kalis
Bentuk Adonan Sesuai Selera
Diguling-gulingkan Kedalam Tepung
Siapkan Wajan da Kompor dan + Minyak Goreng Secukupnya
Goreng Hingga Warna Kekuningan,Kemudia Tiriskan
Siapkan Bahan Pengemasan
Bola-Bola kaetan Siap Dikemas dan Dikosumsi
Kemas Orlep
2.2.6 Pembuatan Puding Ketan Hitam
Siapkan Bahan: Ketan Hitam yang Telah Terfermentasi, Gula Pasir, Agar-Agar.
Siapkan Panci Perebus untuk Merebus Air, Agar-Agar, dan Gula Pasir
Aduk Rata Sampai Mengental
Siapkan Cup untuk Cetakan Puding
Masukan Adonan Puding Ke dalam Cetakan
Tambahkan Ketan Hitam di dalam Puding
Puding Siap Disajika
Kemas Orlep
A B A B A B A B A B A B A B A B A B A BNurul A 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
Risa 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3Dini 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 3 4 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2Rini 4 3 3 4 3 4 4 4 2 2 3 2 2 2 2 3 4 4 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 3
Linawati 4 3 3 4 3 4 4 4 2 2 3 2 3 3 3 4 4 4 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 4Lina DS 3 3 3 2 5 2 4 3 3 3 3 2 5 2 4 3 3 3 3 2 5 2 4 3 3 3 3 2 5 2 4 3 3 3 3 2 5 2 4 3Arfilla F 4 4 3 2 3 2 2 2 3 4 2 3 2 3 2 2 4 4 3 2 3 2 2 2 3 4 3 2 3 2 2 2 4 3 3 2 3 2 2 2Yuyun 3 2 1 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2Elisa 3 4 3 3 3 2 2 4 3 3 3 2 2 2 2 4 4 4 2 2 2 2 2 2 3 4 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2
Guruh 4 3 3 4 3 4 4 4 2 2 3 2 3 3 3 4 4 4 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 4Widyo 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3
Prawira 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 4 4 3Stacia 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 2 4 4 4 4 1 1 3 3 1 4 4 2 2 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3
Siti 4 3 4 4 2 3 3 2 4 4 3 4 1 3 3 2 5 4 3 3 2 3 3 2 4 4 2 4 2 3 3 1 4 3 3 4 2 3 3 2Faishal 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 1 3 4 4 3 4 2 1 1 4 2 4 4 3 1 2 3 4 5 4 3 4 2 2 2 3 4 2Farah 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3Ilham 4 5 5 4 5 3 4 5 3 4 5 5 5 3 5 4 3 5 5 3 5 5 5 3 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 3 2 3 4 5 5Grace 5 5 4 5 3 3 5 4 5 5 3 4 3 3 5 2 5 5 1 4 3 3 3 2 5 5 2 4 3 3 5 4 5 5 3 3 3 3 5 3Pinta 4 4 4 2 2 1 1 1 4 4 2 2 2 1 1 1 5 4 2 1 2 2 2 1 4 4 2 2 2 1 1 1 4 4 4 2 1 1 1 1
Anggre 4 4 4 3 4 4 3 1 4 3 3 4 1 3 4 1 4 4 2 1 1 3 3 1 5 4 2 3 2 3 3 2 4 4 3 3 2 3 3 2Fita 4 4 4 3 3 2 2 2 5 5 2 1 2 2 2 2 5 4 2 1 2 2 2 2 5 4 3 2 1 2 2 2 5 4 4 2 3 2 2 2
Fathin 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 33 4 3 4 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 53 2 3 3 3 4Jumlah 79 76 75 71 69 64 67 67 73 76 69 60 58 59 65 63 113 84 55 49 55 62 62 53 76 73 51 59 61 65 68 64 72 71 113 58 62 63 70 61
Rata-Rata 3.59 3.45 3.4 3.23 3.14 2.91 3.05 3.05 3.32 3.45 3.14 2.73 2.64 2.68 2.95 2.86 5.14 3.82 2.5 2.23 2.5 2.82 2.82 2.41 3.45 3.32 2.32 2.68 2.77 2.95 3.09 2.91 3.27 3.23 5.14 2.64 2.82 2.86 3.18 2.773
panelisWarna
888 444999 777 555 111 111
Aroma888
999 777 555444
111888
999 777 555444
777 555444
111
ParameterTekstur Penampakan Keseluruhan
888999 777 555
444111
888999
Rasa
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Rekapitulasi Data Hasil Fermentasi
Tabel 2. Rekapitulasi Data Produk Olahan Fermentasi
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan fermentasi terhadap ketan hitam maupun
ketan putih dan singkong. Fermentasi singkong dan fermentasi ketan
menggunakan starter berupa ragi. Fermentasi yang demikian tergolong ke dalam
fermentasi tidak spontan yang membutuhkan penambahan starter. Sedangkan pada
fermentasi terhadap kucai dan sawi hijau dilakukan untuk mendapatkan hasil
fermentasi yang mengandung nilai gizi yang lebih dibandingkan tanpa fermentasi.
Fermentasi kucai dan sawi hijau tergolong pada fermentasi spontan karena tidak
diperlukan penambahan mikroorganisme atau stater. Pada prinsipnya fermentasi
terjadi proses penguraian gula menjadi alkohol dan CO2 yang berlangsung karena
adanya ekstrak khamir atau sebenarnya enzim-enzim yang terdapat dalam ekstrak
tersebut.
3.2.1 Fermentasi Ketan Putih dan Ketan Hitam
Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh
jamur Saccharomyces cerevicae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam
mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alkohol dan
karbondioksida. Selain Saccharomyces cerevicae, dalam proses pembuatan tape
ini terlibat pula mikroorganisme lainnya, yaitu Mucor chlamidosporus dan
Endomycopsis fibuligera. Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam
mengubah pati menjadi gula sederhana (glukosa).
Tape ketan putih dan ketan hitam merupakan salah satu produk fermentasi
dari mikroba, yang memanfaatkan kapang dan ragi. Menurut Winarno (1984)
makanan yang mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih
tinggi dari bahan asalnya. Tape ketan hitam mempunyai nilai gizi yang lebih
tinggi dari pada bahan aslinya, hal ini disebabkan oleh aktivitas mikroba memecah
komponen-komponen kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana sehingga
lebih mudah untuk dicerna. Disamping itu mikroba juga dapat mensintesa
beberapa vitamin dan faktor-faktor pertumbuhan badan lainnya, misalnya
Riboflavin, vitamin B12, dan provitamin A.
Rasa manis dari tape dipengaruhi oleh kadar gula dari tape itu sendiri.
Dalam proses fermentasi, pati yang ada pada ketan akan diubah menjadi gula oleh
kapang jenis Chlamydomucor oleh ragi Saccharomyces ceresiviae gula akan
diubah menjadi alakohol. Berikut merupakan proses pembuatan tape ketan putih
dan ketan hitam:
1. Pencucian
Ketan putih dan ketan hitam yang telah diketahui beratnya,
selanjutnya dilakukan proses pencucian. Proses pencucian tersebut berfungsi
untuk menghindari ketan putih dari kontaminasi fisik. Kontaminasi fisik
tersebut dapat terjadi saat proses distribusi, penyimpanan, dan lain-lain.
2. Perebusan
Sebelum produk mengalami penambahan ragi, ketan putih dan ketan
hitam yang telah selesai dicuci kemudian dilakukan perebusan atau
pematangan. Dalam praktikum kali ini, perebusan ketan putih dilakukan
dengan dua perlakuan yaitu perebusan selama setengah jam dan perebusan
selama 4 jam. Perbedaan perlakuan tersebut untuk melihat perbedaan produk
yang didapatkan dari sifat organoleptik produk dan untuk menetahui
efektivitas ragi dalam bekerja pada produk tape ketan putih. Sedangkan pada
pengukusan tape ketan hanya dilakukan dengan satu formula, yaitu dengan
perebusan selama kurang lebih 50 menit.
3. Penambahan Ragi (Khamir)
Khamir dapat diisolasi dari tanah yang berasal dari kebun buah-
buahan dan biasanya khamir berada di dalam cairan yang mengandung gula.
Bentuk sel khamir biasanya bulat, oval, dan biasanya tidak mempunyai
flagella. Pada umumnya khamir berkembang biak dengan cara bertunas,
membelah diri dan pembentukan spora. Pembelahan sel terjadi secara aseksual
dengan pembentukan tunas, suatu proses yang merupakan sifat khas dari
khamir (Buckle et al. dalam Pradani, 2009).
Dalam pembuatan tape ketan putih maupun ketan hitam penembahan
ragi disesuaikan dengan jumlah bahan ketan yang ada, dalam 1 kg ketan
digunakan ragi sebanyak 1 gram. Penambahan ragi dilakukan setelah produk
yang dikukus telah dingin, hal ini berfungsi untuk maksimalkan kerja khamir
atau ragi pada ketan . Baik ketan putih maupun ketan hitam yang
ditambahkan dengan ragi tersebut kemudian dimasukkan kedalam wadah yang
telah dilapisi dengan daun pisang, bagian atas wadah juga ditutup dengan daun
pisang. Hal tersebut juga berfungsi untuk memaksimalkan kerja ragi. Setelah
semua proses selesai, kemudian dilakukan penyimpanan pada suhu kamar.
Proses Fermentasi
4. Fermentasi
Proses fermentasi melibatkan beberapa jenis mikroorganisme yang
memfermentasi bahan pangan. Mikroorganisme yang paling penting adalah
bakteri pembentuk asam laktat, bakteri pembentuk asam asetat dan beberapa
jenis khamir penghasil alkohol. (Buckle et al., 1985).
Pada praktikum pembuatan tape ketan putih maupun ketan hitam,
proses fermentasi dilakukan selama satu minggu pada suhu kamar. Proses
fermentasi tersebut berfungsi untuk mengaktifkan pertumbuhan dan
metabolisme dari mikroba membentuk alkohol dan asam, dan menekan
pertumbuhan mikroba proteolitik dan lipolitik. Beberapa hasil fermentasi
terutama asam dan alcohol dapat mencegah pertumbuhan mikroba yang
beracun didalam makanan, misalnya Clostridium botulinum (Winarno, 1984).
Kedua tape dari dua jenis ketan tersebut dilakukan fermentasi anaerob,
karena dapat memaksimalkan kerja kapang untuk meghasilkan alkohol.Tape
yang melalui fermentasi anaerob ini rasanya akan lebih manis dibandingkan
dengan tape hasil fermentasi aerob, mikroba-mikroba yang terkandung di
dalam ragi ini tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan sempurna (Tarigan,
1988).
Waktu fermentasi akan akan mempengaruhi jumlah etanol yang akan
didapatkan pada produk tape. semakin lama fermentasi jumlah mikroba
semakin banyak dan produksi etanol semakin tinggi (Hasanah, 2008). Proses
pembentukan etanol akan terhenti hingga kadar etanol dalam tape tidak dapat
ditolelir oleh sel khamir. Semakin banyak kandungan etanol pada produk
maka akan menghambat pertumbukan sel khamir, sehingga yang akan tumbuh
hanya mikroba toleran saja.
5. Pemanenan
Setelah ketan putih mengalami proses fermentasi, kemudian dilakukan
pemanenan produk. Proses fermentasi berhasil apabila tidak terdapat kapang
pada produk. Di Indonesia sendiri, produk fermentasi dari beras ketan putih
biasa disebut dengan tape ketan putih. Tape ketan putih dengan proses
perebusan setegah jam, menunjukkan sifat organoleptik yang baik. Tape ketan
yang telah dilakukan pemanenan dapat dimakan begitu saja, atau bahkan dapat
diolah menjadi produk pangan ayang memiliki nialai mutu yang lebih tinggi.
3.2.3 Fermentasi Singkong
Singkong merupakan salah satu bahan makanan yang kaya karbohidrat
(sumber energi). Pada proses pembuatan tape, karbohidat mengalami proses
peragian oleh mikroba atau jasad renik tertentu, sehingga sifat-sifat bahan berubah
menjadi lebih enak dan sekaligus mudah dicerna. Pada pembuatan tape singkong,
singkong dikupas lalu dicuci, kemudian ditanak. Setelah dingin dicampur dengan
ragi komersial, dimasukkan dalam wadah yang dilapisi daun pisang dan
difermentasi selama 1 sampai 3 hari pada suhu kamar. Terjadilah proses
fermentasi yang mengubahnya menjadi tape. Pada saat peragian ini, terjadi
perubahan bentuk dari pati menjadi glukosa yang pada akhirnya menghasilkan
alkohol.
Proses fermentasi tape singkong harus dilakukan secara optimal. Selain
memilih bahan dasar singkong yang baik, proses pembuatan tape singkong harus
benar. Ragi yang digunakanpun harus bermutu tinggi, karena ragi merupakan
bahan utama dalam proses pembuatan tape. Kesterilan ragi dan bahan dasar
pembuatan tape singkong ketika akan digunakan sangat penting. Hal ini bertujuan
agar tidak dicemari bakteri lain. Karena jika dalam proses pembuatan tape
singkong dicemari bakteri lain maka proses fermentasi akan terhambat. Sehingga
tape akan mengeluarkan bakteri yang sering mengeluarkan racun yang berbahaya
bagi kesehatan manusia.
3.2.4 Fermentasi Sawi Asin
Sayur asin merupakan suatu produk yang mempunyai cita rasa yang khas,
yang dihasilkan melalui proses fermentasi bakteri asam laktat. Dalam proses
fermentasi ini, jenis bakteri asam laktat yang dibiarkan aktif adalah Leuconostoc
mesenteroides, Lactobacillus cucumeris, L. plantarum, L. pentoacetious. Pada
awal fermentasi, bakteri yang aktif dalam jumlah besar adalah bakteri coliform
seperti Aerobacter cloacer, yang menghasilkan gas dan asam-asam yang mudah
menguap dan pada kondisi tersebut aktif pula bakteri Flavo-bacterium rhenanus,
yang menghasilkan senyawa-senyawa pembentuk citarasa yaitu kombinasi dari
asam dan alkohol pembentuk ester. Fermentasi dilakukan dalam keadaan anaerob,
namun bila dalam wadah fermentasi ada udara, akan mengakibatkan terjadinya
proses pembusukan pada sayur asin. Salah satu bahan yang digunakan dalam
pembuatan sayur asin adalah sawi hijau. Tahapan proses pembuatan sayur asin
meliputi, sortasi, pencucian, pelayuan, peremasan, pengisian dalam wadah,
penutupan, dan fermentasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mempercepat waktu fermentasi yaitu dengan memanfaatkan air tajin. Waktu yang
diperlukan untuk fermentasi sayur dalam praktikum ini yaitu 2-7 hari, hal ini
tergantung dari kondisi lingkungan fermentasi. Sayur asin yang bermutu baik
mempunyai warna yang kekuningan, rasa enak, tekstur lunak dan bau yang sedap,
yaitu antara asam dan alkohol (Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi
Pangan dalam Pradani, 2009).
Fermentasi sayur asin merupakan fermentasi spontan yaitu proses
fermentasi tanpa digunakan starter dan terjadi dengan sendirinya dengan bantuan
mikroflora alami. Karakteristik dari proses ini adalah adanya bakteri asam laktat
yang termasuk bakteri heterofermentatif. Bakteri asam laktat penting dalam
pencapaian produk yang stabil dengan rasa dan aroma yang khas. Hasil
pertumbuhan bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat, asam asetat, etanol,
manitol, dekstran, ester dan CO2. Kombinasi dari asam, alkohol dan ester akan
menghasilkan rasa yang spesifik dan disukai (Pederson dalam Pradani, 2009).
Pada praktikum ini, dilakukan dua perlakuan yang berbeda terhadap
pembuatan sayur asin yaitu, air tajin yang ditambahkan garam dan air biasa yang
ditambahkan garam. Jumlah beras yang banyak pada pembuatan air tajin dapat
membuat warna sayur asin menjadi gelap yaitu hijau kecoklatan. Semakin tinggi
konsentrasi air tajin yang digunakan maka pertumbuhan bakteri asam laktat dalam
menghasilkan asam laktat akan semakin optimal. Dalam suasana asam, klorofil
yang berwarna hijau berubah menjadi feofitin yang berwarna hijau kecoklatan
(Rukmana dalam Pradani, 2009).
Pada proses fermentasi, bakteri asam laktat anaerobik yang berperan ialah
Lactobacillus brevis, Pediococcus cereviceae, dan Lactobacillus plantarum.
Kondisi lingkungan, jumlah dan jenis mikroorganisme, kebersihan, konsentrasi
dan distribusi garam, suhu dan penutupan akan sangat menentukan
berlangsungnya proses fermentasi. Faktor-faktor lingkungan yang penting dalam
fermentasi sayuran adalah terciptanya keadaan anaerobik, penggunaan garam
yang sesuai yang berfungsi untuk menyerap keluar cairan dan zat gizi dari sayur,
pengaturan suhu yang sesuai untuk fermentasi, dan tersedianya bakteri asam laktat
yang sesuai (Bukcle, et al dalam Pradani, 2009)
Fermentasi mengakibatkan adanya peningkatan gula reduksi pada sayur
asin sebab air tajin mengandung pati amilosa. Pati yang berupa amilosa tersebut
didegradasi oleh bakteri asam laktat menjadi glukosa dan maltosa. Glukosa
dipecah oleh bakteri asam laktat menjadi asam laktat. Glukosa dan maltosa yang
masih terdapat dalam air tajin terukur sebagai gula reduksi (Steinkraus, 1983). pH
awal fermentasi sayur asin berkisar antara pH 6,4-6,58. Setelah dilakukan proses
fermentasi selama 4 hari terjadi penurunan pH berkisar antara pH 3-3,42. Nilai pH
dipengaruhi oleh kandungan asam yang dihasilkan selama fermentasi sayur asin.
Pada proses fermentasi sayur asin terjadi pertumbuhan secara spontan bakteri
asam laktat yang menghasilkan asam laktat. Semakin tinggi jumlah beras yang
digunakan dalam pembuatan air tajin, maka nilai pH sayur asin semakin menurun.
pH akhir dari fermentasi adalah ±3,6. Hal ini disebabkan kandungan gula reduksi
meningkat dan dapat dimanfaatkan oleh bakteri asam laktat secara optimal dalam
menghasilkan asam, yaitu asam laktat dan asam asetat (Pederson dalam Pradani,
2009).
Bakteri asam laktat dalam yang berperan dalam fermentasi sayuran, seperti
Leuconostoc mesenteroide, Lactobacillus cucumeris, L. plantarum dan L.
pentoaceticus memfermentasi gula-gula yang terdapat dalam jaringan sayuran
menjadi asam, terutama asam laktat. Kadar asam yang dihasilkan berkisar antara
0,8-1,5% (dinyatakan sebagai asam laktat). Sayur-sayuran setelah persiapan yang
memadai, kemudian direndam dalam larutan garam 3-10% dimana dalam kondisi
anaerobik yang terbentuk, organisme-organisme pembentuk asam laktat
berkembang menyebabkan terhambatnya organisme-organisme pembusuk, untuk
jangka waktu beberapa minggu tergantung keadaannya (Bukle, et al. dalam
Pradani 2009). Akan tetapi, Pederson dan Ward dalam Pradani (2009),
mengatakan konsentrasi garam yang ditambahkan untuk pembuatan sayur asin
adalah 2,25-2,5%. Larutan garam tersebut menyebabkan hanya bakteri asam laktat
yang tumbuh. Garam juga menyebabkan cairan yang terdapat dalam sayuran
tertarik keluar melalui proses osmosis. Gula-gula dalam cairan tersebut
merupakan makanan bagi bakteri asam laktat, yang selanjutnya diubah menjadi
asam laktat. Asam laktat inilah yang berfungsi sebagai pengawet produk tersebut.
Lama proses fermentasi berkisar antara 1 hari (fermentasi sehari), beberapa hari
(fermentasi pendek), sampai beberapa bulan (fermentasi panjang).
Kadar garam yang terlalu rendah (kurang dari 2,5%) mengakibatkan
tumbuhnya bakteri proteolitik (bakteri yang menguraikan protein). Sedangkan
konsentrasi garam lebih dari 10% akan memungkinkan tumbuhnya bakteri
halofilik (bakteri yang menyenangi kadar garam tinggi). Oleh karena itu, kadar
garam harus dipertahankan selama proses fermentasi, karena garam menarik air
dari jaringan sayuran, maka selama proses fermentasi secara periodik
ditambahkan garam pada media fermentasi. Pada umumnya kadar garam medium
dinaikkan setiap minggu sampai tercapai produk yang baik.
Kecepatan fermentasi turut dipengaruhi oleh kadar garam medium. Pada
umumnya semakin tinggi konsentrasi garam maka semakin lambat proses
fermentasi. Untuk fermentasi pendek sebaiknya digunakan larutan garam 2,5-10%
agar laju fermentasi berkisar antar sedang dan cepat. Konsentrasi medium
melebihi 20% tidak dianjurkan, karena menghasilkan produk yang keriput dan
menyebabkan bakteri yang tumbuh adalah bakteri halofilik atau bahkan
fermentasi tidak berlangsung. Agar fermentasi berlangsung dengan baik suhu
ruangan harus kira-kira 30oC. Bila suhunya lebih rendah pertumbuhan bakteri
asam laktat berlangsung lambat sehingga tidak cukup banyak yang dihasilkan dan
akibatnya produk menjadi busuk.
Selama fermentasi tampak tumbuh selaput keputih-putihan Mycoderma di
atas larutan garam. Selaput ini harus dibuang secara hati-hati karena
mikroorganisme tersebut menggunakan asam yang dihasilkan dalam proses
fermentasi untuk keperluannya sendiri, dan akibatnya mikroorganisme pembusuk
tumbuh.. Lapisan ini menghambat tumbuhnya ragi pembentuk selaput tersebut,
karena medium terjadi kekurangan oksigen. Sebaliknya karena bakteri asam laktat
bersifat anaerob fakultatif maka pertumbuhannya menjadi lebih baik (Margono
dalam Pradani, 2009).
Penggaraman meliputi dua tujuan utama yaitu menyebabkan suatu
ketidakseimbangan osmotik yang mengakibatkan pelepasan air dan nutrisi dari
sawi. Cairan yang keluar adalah suatu medium pertumbuhan sempurna untuk
jasad renik yang melibatkan fermentasi sehingga kaya akan gula dan faktor
pertumbuhan. Tujuan yang kedua yaitu penggunaan garam dalam konsentrasi
tertentu dapat menghalangi pertumbuhan dari banyak organisme pembusuk dan
patogen
Penggaraman dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk
tetapi dengan kadar garam yang tinggi. Pada kadar garam yang rendah
penggaraman justru membantu pertumbuhan mikroorganisme pengganggu dan
tidak membunuhnya. Dalam konsentrasi rendah (1-3%) garam akan membantu
pertumbuhan bakteri. Garam mempunyai tekanan osmotik yang dapat digunakan
untuk memproses sayuran sehingga rasanya menjadi enak. Lebih lanjut, garam
dapat mematikan bakteri pembusuk. Setelah garam berpenetrasi ke dalam sayuran,
sayuran menjadi dehidrasi dan garam yang berada pada luar sayuran dapat
meningkatkan tekanan osmotik dan meningkatkan kelembaban. Tekanan osmosis
dari garam ini menghambat aktivitas bakteri pembusuk yang ditandai dengan
penurunan enzim (Margono dalam Pradani, 2009). Mikroorganisme pembusuk
atau proteolitik dan juga pembentuk spora, adalah yang paling mudah terpengaruh
walau dengan kadar garam yang rendah sekalipun. Leuconostoc dan Lactobacillus
dapat tumbuh cepat dengan adanya garam dan terbentuknya asam untuk
menghambat organisme yang tidak dikehendaki.
Penutup stoples harus benar-benar rapat agar udara tidak ada yang masuk
sehingga sayur asin benar-benar masak dan tidak terjadi proses pembusukan.
Setiap habis mengambil sayur asin, stoples harus ditutup rapat kembali. Dengan
pengolahan yang baik, sayur asin ini dapat awet sampai ± 1 bulan
3.2.5 Fermentasi Kucai
Kucai (bawang kucai atau daun kucai), dikenal sebagai sayuran daun.
Proses pembuatan pikel kucai diawali dengan membersihkan kucai agar terhindar
dari kontaminasi mikroorganisme merugikan. Setelah kucai ditiriskan, kucai
kemudian dilakukan dengan dua metode penggaraman yaitu penggaraman basah
5% dan penggaraman kering 5%. Konsentrasi garam dan suhu fermentasi
merupakan 2 faktor yang terpenting yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
metabolisme mikroorganisme. Di samping itu, konsentrasi garam dan suhu fermentasi
juga mempengaruhi jumlah mikroorganisme maksimal dan waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai jumlah maksimal tersebut saat konsentrasi garam meningkat, jumlah
mikroorganisme yang terbentuk rendah dan waktu yang dibutuhkan menjadi lama.
Bakteri berbentuk batang, gram negatif yang tidak diinginkan biasanya
tumbuh lebih dahulu (pseudomonas), tetapi mikroorganisme ini dapat dihilangkan
oleh Leuconostoc mesenteroides, Streptococcus faecalis dan Pediococcus
cerevisiae. Selanjutnya jenis Lactobacillus plantarum yang lebih tahan terhadap
asam dan garam akan tumbuh dan berperan menyelesaikan proses fermentasi
(jumlah total asam tertitrasi adalah 0,60-0,80%). Khamir kadang-kadang tumbuh
baik pada permukaan atau di dalam larutan yang mengakibatkan pembusukan
dengan merusak asam laktat yang dihasilkan bakteri. Salah satu syarat pikel yang
baik adalah pikel yang memiliki pH akhir 4 atau kurang dari 4,5.
3.2.6 Produk Olahan Ketan Hitam
Selain enak disantap langsung, tape atau tapai ketan hitam sebagai
makanan tradisional nusantara ini paling sering menjadi bahan untuk membuat es
campur, puding kue bolu dan lainnya. Tetapi di pasaran masih jarang orang yang
menjual produk yang terbuat dari tapai ketan hitam.
Produk yang dibuat oleh kelompok 2 yaitu bola-bola ketan hitam dan
puding ketan hitam. Pemilihan kedua produk ini karena di pasaran masih jarang
ditemui peoduk ini dan budaya masyarakat yang selalu menuntut suatu produk
yang baru. Cara pembuatan bola-bola ketan hitan yaitu dengan membulatkan
ketan hitam dengan menggunakan campuran tepung terigu sebagai perekat
kemudian digoreng hingga matang dan diberi topping. Puding ketan hitam dibuat
dengan menggunakan puding instan yang di campur dengan gula pasir dan air
kemudian dipanaskan sampai mendidih lalu dituangkan ke cup plastik yang telah
diberi ketan hitam di permukaannya.dan diamkan hingga mengeras, setelah
mengeras puding diberi susu sebagai topping.
Bahan utama yang digunakan untuk membuat bola-bola keju yaitu ketan
hitam dan tepung terigu. Bahan yang digunakan sebagai topping yaitu keju, susu
dan sirup. Tepung terigu ditambahkan pada saat ketan dibentuk menjadi bulat,
fungsi tepung terigu yaitu sebagai bahan perekat agar ketika ketan hitam digoreng
tidak hancur. Penggorengan dilakukan untuk memberntuk kulit luar dari produk.
Pemilihan topping keju yaitu karena keju memberikan rasa gurih pada bola-bola
ketan hitam, perpaduan dari ketan hitam yang manis dan keju yang asin dan gurih
akan memberikan sensasi tersendiri. Sirup digunakan sebagai topping agar
warnanya lebih menarik. Begitupun penambahan susu untuk menambahkan rasa
manis pada ketan hitam. Bahan yang digunakan untuk membuat puding ketan
hitam yaitu agar instan, gula pasir, dan air. Gula pasir digunakan untuk
memberikan cita rasa pada puding dan sekaligus sebagai pengawet.
3.2.7 Uji Organoleptik Terhadap Hasil Fermentasi
Uji hedonik merupakan salah satu jenis uji penerimaan atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut acceptance test atau preference test. Soekarto (1985)
mengatakan bahwa uji hedonik menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat
atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan orang menyenanginya. Menurut
Rahardjo (1998) bahwa pada uji hedonik, panelis mengemukakan tanggapan
pribadinya yaitu berupa kesan yang berhubungan dengan kesukanan atau
tanggapan senang atau tidaknya terhadap sfat sensori atau kualitas yang dinilai.
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian hedonik terhadap warna,
aroma, rasa tekstur, dan penampakan keseluruhan terhadap produk fermentasi
yang berbeda. Produk yang dilakukan uji hedonik adalah Tape ketan putih dengan
dua perlakuan yaitu kode A dengan Perlakuan Perebusan Setengah jam dan kode
B dengan perlakuan pengukusan 4 jam, tape ketan merah, tape singkong, sayur
asin dengan perlakuan larutan garam, pikel dengan dua perlakuan yaitu A
perlakuan dengan penggaraman kering dan kode B dengan perlakuan
penggaraman basah, terakhir sayur asin dengan penambahan air tajin dan garam.
Panelis disediakan delapan sampel produk fermentasi yang telah dibuat
oleh enam kelompok dan disajikan secara acak. kode 888 (kelompok 1) sampel A
dan B , kode 999 (kelompok 2), kode 777 (kelompok 3), kode 555 (kelompok 4),
kode 444 (kelompok 5) sampel A dan B dan kode 111 (kelompok 6) . Setelah itu
panelis diminta untuk menyatakan kesukaaan terhadap produk tersebut. Adapun
skala hedonik atau skala numerik yang diberikan, yaitu sangat suka [5], suka [4],
biasa [3], tidak suka [2], dan sangat tidak suka [1]. Hal ini bertujuan untuk melihat
kesan pertama yang timbul saat panelis melakukan penilaian terhadap
karakteristik mutu tahu mentah yang diujikan.
a) Uji Hedonik Warna Produk Fermentasi
Penilaian warna dalam produk pangan memiliki peranan yang
sangat penting. Pada umumnya panelis sebelum mempertimbangkan
paramneter lain terlebih dahulu tertarik dengan warna bahan. Kesan
pertama dalam penilaian bahan pangan adalah warna yang akan
menentukan penerimaan atau penolakan panelis terhadap produk.
Uji hedonik produk fermentasi untuk parameter warna berdasarkan
pada Tabel 1 Panelis menyukai produk fermentasi tapek ketan putih
dengan proses pengukusan selama setengah jam, karena mendapatkan
rataan yang paling tinggi diantara produk fermentasi laiannya, yaitu
sebesar 3.45. tekstur tersebut dipengaruhi oleh waktu perebusan yang
digunakan.
b) Uji Hedonik Tekstur Produk Fermentasi Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat di amati dengan
mulut (pada waktu digigit, dikunyah dan ditelan) ataupun perabaan dengan
jari manis. Penilaian biasanya dilakukan dengan menggosokkan jari dari
bahan yang dinilai diantara kedua jari (Winarno, 1997).
Uji hedonik produk fermentasi untuk parameter warna berdasarkan
pada Tabel 1 Panelis menyukai produk fermentasi tapek ketan putih
dengan proses pengukusan selama setengah jam, karena mendapatkan
rataan yang paling tinggi diantara produk fermentasi laiannya, yaitu
sebesar 3.45.
c) Uji Hedonik Aroma Produk FermentasiAroma atau bau suatu makanan menentukan kelezatan makanan
tersebut. Penilaian aroma suatu makanan tidak terlepas dari fungsi indera
pembau. Menurut Winarno (1997), bau yang diterima oleh hidung dan
otak umumnya merupakan campuran empat bau utama, yaitu harum, asam,
tengik, dan hangus.
Uji hedonik produk fermentasi untuk parameter aroma berdasarkan
pada Tabel 1 Panelis menyukai produk fermentasi tapek ketan putih
dengan proses pengukusan selama empat jam, karena mendapatkan rataan
yang paling tinggi diantara produk fermentasi laiannya, yaitu sebesar 3.45.
d) Uji Hedonik Rasa Produk Fermentasi
Rasa dari suatu makanan menentukan kelezatan makanan tersebut.
Penilaian rasa suatu makanan tidak terlepas dari fungsi indera pegecap.
Rasa yang diterima oleh indera pengecap (lidah) dan otak umumnya
merupakan campuran dari tiga rasa utama, yaitu asam, asin, dan manis.
Uji hedonik produk fermentasi untuk parameter aroma berdasarkan
pada Tabel 1 Panelis menyukai produk fermentasi tapek ketan putih
dengan proses pengukusan selama setengah jam, karena mendapatkan
rataan yang paling tinggi diantara produk fermentasi laiannya, yaitu
sebesar 5.14.
e) Uji Hedonik Terhadap Penampakan Keseluruhan Produk Fermentasi
Penampakan dari suatu produk makanan merupakan factor
terpenting dalam produk. Karena penilaian pertama seseorang pasti tertuju
pada penampakan fisik suatu produk. Apabila penampakannya menarik,
maka sesorang tidak akan berfikir panjang untuk membeli produk dengan
penampakan yang baik tersebut.
Uji hedonik produk fermentasi untuk parameter aroma berdasarkan
pada Tabel 1 Panelis menyukai produk fermentasi tape ketan hitam,
karena mendapatkan rataan yang paling tinggi diantara produk fermentasi
laiannya, yaitu sebesar 5.14.
3.2.8 Uji Organoleptik Produk Olahan Hasil Fermentasi
Pada praktikum dilakukan uji organoleptik yaitu uji hedonik atau uji
kesukaan, Parameter yang digunakan yaitu parameter rasa, penampakan, warna
dan tekstur. Kode uji 321 yaitu puding ketan hitam dan kode uji 322 merupakan
bola-bola ketan hitam.
Berdasarkan parameter warna, puding ketan hitam mendapatkan penilaian
kesukaan sebesar 4,0 dan bola-bola keju sebesar 3,5. Warna pada kedua produk
olahan ketan hitam tersebut disukai oleh panelis hal ini dikarenakan warna hitam
yang menjadi dominan pada produk olahan ini sehingga menarik dan pada bola-
bola ketan hitam hanya menggunakan tepung sebagai perekat sehingga tidak
memberikan efek pada warna produk. Sedangkan pada puding warna dominan
dari agar instan sehingga disukai oleh panelis. Agar instan yang digunakan terdiri
dari 2 rasa yaitu leci dan coklat sehingga berpengaruh terhadap warna produk.
Pada parameter penampakan, puding ketan hitam mendapatkan penilaian sebesar
3,5 dan bola bola keju sebesar 3,7.
Penampakan yang dihasilkan juga disukai oleh panelis hal ini dikarenakan
pada bola-bola keju menggunakan berbagai macam topping seperti keju, susu, dan
sirup.Pada parameter selanjutnya yaitu rasa, puding ketan hitam mendapatkan
penilaian sebesar 3,7 dan pada bola-bola keju mendapatkan penilaian kesukaan
sebesar 3,8. Rata-rata rasa dari 2 produk ini disukai oleh panelis. Rasa ketan hitam
yang sudah manis dikombinasikan dengan susu, sirup dan keju.
Pada puding ketan hitam rasa dihasilkan dari agar rasa leci dan rasa coklat
yang lebih dominan dibandingkan dengan ketan hitamnya. Parameter yang
terakhir yaitu tekstur, pada puding ketan hitam mendapatkan penilaian kesukaan
sebesar 3,4 dan pada bola-bola keju sebesar 3,7. Baik pada kedua produk tersebut
tekstur yang dihasilkan disukai oleh panelis hal ini disebabkan karena bola-bola
etan hitam yang digoreng terbentuk lapisan luar yang kering dan pada lapisan
dalamnya terdapat tekstur ketan hitam yang masih lunak sehingga disukai oleh
panelis. Dari 4 parameter yaitu parameter rasa, warna, penampakan dan
tekstur,rata-rata semuanya disukai oleh panelis.
3.2.9 Analisis Keuangan
BAHAN JUMLAH HARGAKetan Hitam 2 kg 20.000,00Gula Pasir 1 kg 12.000,00Tepung Terigu ½ kg 3.500,00Keju 1 Potong 13.000,00Susu 1 Kaleng 7.500,00Daun Pandan - -PeralatanGas +Listrik+Air 1 25.000,00Cup plastik 25 4.500,00Mika Plastik 20 4.500,00Sendok Kecil 25 2.500,00Jumlah Total 92.500,00
Produk Jadi 45Bobla-Bola Ketan 20Puding Ketan Hitam 25Modal per cup 1 2.055,00Harga jual per cup 1 2.500,00Untung 70 20.000,00
Laporan keuangan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah
sebagai ‘alat penguji’ dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya
laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar
untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut,
dimana dengan hasil analisa tersebut pihak – pihak yang berkepentingan
mengambil suatu keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu
perusahaan serta hasil – hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut perlu
adanya laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan (Anissa, 2009).
Pada hasil praktikum pengolahan pembuatan ketan hitam kali ini
bermodalkan Rp 92.500 yang terbagi untuk pembelian bahan baku yaitu Tepung
Terigu, Gula pasir, keju, susu, dan Ketan Hitam, dan peralatan seperti penggunaan
gas, air, listrik, dan pembelian cup sebagai wadah puding. Pembelian bahan baku
yaitu ketan hitam sebanyak 2 kg seharga Rp 20.000 dan gula pasir sebanyak 1 kg
seharga Rp 12.000. penggunaan bahan yang digunakan untuk pemberi rasa yaitu
keju Rp 13.000, susu Rp 7500. Bahan-bahan tersebut digunakan sebagai bahan
penambah rasa.
Sedangkan untuk kebutuhan wadah cup plastik dengan bahan baku
sebanyak 2 kg dibutuhkan cup plastik sebanyak 25 buah seharga Rp 4.500 dan
mika plastik sebanyak 20 buah seharga Rp 4.500. Dalam proses penjualannya
kami menargetkan pangsa pasar untuk para mahasiswa program diploma IPB, dan
untuk pemasarannya sendiri masih disekitar kampus CB dan GG diploma IPB
dimana target konsumen yaitu mahasiswa diploma IPB, para dosen diploma IPB,
dan civitas akademik program diploma IPB. Harga yang ditawarkan kepada
konsumen yaitu Rp 2.500 untuk setiap cup dan mika nya. Dari total penjualan
yang diperoleh didapatkan hasil penjualan total sebanyak Rp 112.500. dapat
disimpulkan bahwa hasil produksi ketan hitam dengan modal awal Rp 92.500 dan
didapatkan hasil penjualan dengan total produk yang terjual sebanyak 45 buah
adalah Rp 112.500 maka dari proses produksi kali ini didapatkan hasil untung
sebesar Rp 20.000
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Prinsip dari sebuah fermentasi adalah memperbanyak jumlah
mikroorganisme dan menggiatkan metabolismenya dalam bahan pangan. Kondisi
lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan produksi maksimum dalam
fermentasi harus sesuai, terutama faktor-faktor seperti suhu inkubasi, pH medium,
oksigen, cahaya, dan agitasi. Fermentasi singkong dan fermentasi ketan
menggunakan starter berupa ragi. Fermentasi yang demikian tergolong ke dalam
fermentasi tidak spontan yang membutuhkan penambahan starter. Sedangkan pada
fermentasi terhadap kucai dan sawi hijau tergolong pada fermentasi spontan
karena tidak diperlukan penambahan mikroorganisme atau stater. Hasil dari
fermentasi dapat diolah menjadi berbagai macam produk.
4.2 Saran
Sayur asin harus diletakkan pada tempat yang gelap agar proses
peragiannya benar-benar sempurna, sehingga tidak busuk. Penutup stoples harus
benar-benar rapat agar udara tidak ada yang masuk, sehingga sayur asin benar-
benar masak dan tidak terjadi proses pembusukan. Proses fermentasi sebaiknya
dilakukan pada tempat yang aseptis sehingga tidak terjadi kontaminasi dengan
mikroorganisme lain.
DAFTAR PUSTAKA
Soekarto. 1985. Penelitian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta: Bhatara Karya Aksara
Winarno, F G. 1997. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rahardjo. 1998.Uji Inderawi. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman
Anonim. 1982. Tape Ketan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Pangan. IPB
Winarno, F.G. dkk., 1984, Pengantar Teknologi Pangan, Jakarta: PT Gramedia
Tarigan, J., 1988, Pengantar Mikrobiologi Umum, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.
Hasanah, Hafidatul. 2008. Skripsi Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar
Alkohol Tape Ketan Hitam (Oryza Sativa L Var Forma Glutinosa ) Dan
Tape Singkong (Manihot Utilissima Pohl). Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (Uin).Malang
Buckle et.all. 1985. Ilmu Pangan. Diterjemhkan oleh Purnomo Hari dan Adiono. UI-Press. Jakarta
Pradani, Aida dan Evi M. 2009. Pemanfaatan Fraksi Cair Isolat Pati Ketela Pohon Sebagai Media Fermentasi Pengganti Air Tajin Pada Pembuatan Sayur Asin. Laporan Penelitian. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.
Annisa, Meta. 2009. “Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan
Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. http://penulispro.com
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Fermentasi
Gambar 1. Ragi dan Garam
Gambar 2. Alat yang Digunakan
Gambar 3. Sawi Hijau
Gambar 4. Singkong Setelah Dikupas
Gambar 5. Sawi Hijau Telah Sortir
Gambar 6. Ketan Hitam yang Direndam
Gambar 7. Ketan Putih Gambar 8. Ragi Gambar 9. Sawi yang Dihilangkan Batangnya
Gaambar 10. Ketan Hitam
Gambar 11. Ketan Putih SetelahSteam
Gambar 12. Singkong Setelah Dikukus
Gambar 13. Air Tajin Gambar 14. Pengikatan Sawi Hijau
Gambar 15. Sayur Asin dalam Toples
Gambar 16.Fermentasi Kucai
Gambar 17. Perlakuan penggaraman kering
Gambar 18.Fermentasi Tape Ketan