tanya jawab hukum perusahaan dan hukum kepailitan_agung yuriandi

15
TANYA JAWAB HUKUM PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN Oleh : Agung Yuriandi Medan 2011 1. PERBEDAAN ANTARA PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) DENGAN REORGANISASI PERUSAHAAN Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) adalah penundaan kewajiban pembayaran utang yang dimohonkan kepada Pengadilan Niaga oleh debitur yang tidak dapat atau memperkirakan bahwa ia tidak dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utangnya kepada kreditur konkuren. Jika sebuah perusahaan mengajukan PKPU maka yang pihak-pihak yang dapat mengajukan PKPU, yaitu : a. Debitur sendiri; b. Bank Indonesia, untuk lembaga yang berada di bawah pengawasan Bank Indonesia; 1

Upload: agung-yuriandi

Post on 28-Jun-2015

1.339 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Beberapa masalah yang sering timbul dalam kepailitan perusahaan.

TRANSCRIPT

Page 1: Tanya Jawab Hukum Perusahaan dan Hukum Kepailitan_Agung Yuriandi

TANYA JAWAB HUKUM PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Oleh :Agung Yuriandi

Medan2011

1. PERBEDAAN ANTARA PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN

UTANG (PKPU) DENGAN REORGANISASI PERUSAHAAN

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) adalah penundaan

kewajiban pembayaran utang yang dimohonkan kepada Pengadilan Niaga oleh

debitur yang tidak dapat atau memperkirakan bahwa ia tidak dapat melanjutkan

membayar utang-utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dengan maksud

untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh

atau sebagian utangnya kepada kreditur konkuren.

Jika sebuah perusahaan mengajukan PKPU maka yang pihak-pihak yang

dapat mengajukan PKPU, yaitu :

a. Debitur sendiri;

b. Bank Indonesia, untuk lembaga yang berada di bawah pengawasan Bank

Indonesia;

c. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK),

untuk lembaga yang berada di bawah pengawasan BAPEPAM-LK.

Setelah PKPU diajukan/ dimohonkan di Pengadilan Niaga maka akan timbul

akibat hukum dari adanya PKPU, antara lain :

a. Debitur tidak dapat melakukan tindakan kepengurusan atau memindahkan hak

atas sesuatu bagian dari hartanya;

1

Page 2: Tanya Jawab Hukum Perusahaan dan Hukum Kepailitan_Agung Yuriandi

b. Debitur tidak dapat dipaksa membayar utang-utangnya dan semua tindakan

eksekusi yang telah dimulai guna mendapatkan pelunasan utang, harus

ditangguhkan;

c. Debitur berhak membayar utangnya kepada semua kreditur bersama-sama

menurut imbangan piutang masing-masing;

d. Semua sitaan yang telah dipasang berakhir.

Permohonan PKPU hanya dapat diajukan oleh debitur. Permohonan tersebut

dapat debitur lakukan atas prakarsa sendiri atau didahulukan sebagai reaksi terhadap

permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh kreditur-krediturnya (Lihat Pasal

217 ayat (6) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang). Dalam hal permohonan dilakukan sebagai reaksi atas

permohonan pernyataan pailit, putusan PKPU hanya boleh diberikan dalam hal

putusan kepailitan belum diucapkan oleh Pengadilan Niaga.

Permohonan PKPU ditandatangani oleh Debitur dan atau penasehat hukum

atau advocatnya, dengan dilampirkan suatu daftar dan bukti-bukti selayaknya (Lihat

Pasal 213 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004). Dalam daftar itu diterangkan sifat

dan jumlah aktiva dan pasiva, nama-nama kreditur dan besarnya tagihan masing-

masing kreditur. Debitur juga wajib melampirkan suatu rencana perdamaian yang

memuat penawaran pembayaran baik seluruh utang atau sebagian utang-utang

kreditur atau rencana tahap-tahap linkuidasi yang menguntungkan kedua belah pihak,

yakni kreditur-kreditur dan debitur.

Surat-surat bukti tersebut perlu dan agar surat-surat tersebut dapat diketahui

apakah ada harapan bahwa debitur di kemudian hari dapat memuaskan kreditur-

krediturnya.

Setelah menerima surat permohonan, Pengadilan Niaga segera mengabulkan

penundaan sementara kewajiban pembayaran utang. Pengadilan Niaga tidak

berwenang untuk menolak permohonan. Dalam putusan yang mengabulkan

penundaan sementara pembayaran utang, maka :

a. Pengadilan harus menunjuk seorang hakim pengawas; dan

2

Page 3: Tanya Jawab Hukum Perusahaan dan Hukum Kepailitan_Agung Yuriandi

b. Mengangkat satu atau lebih pengurus bersama dengan debitur mengurus harta

debitur.

Segera setelah ditetapkan putusan penundaan tersebut, Pengadilan melalui

pengurus memanggil debitur dan kreditur dengan surat tercatat atau kurir guna

menghadap di sidang yang paling lambat pada hari ke-45 terhitung setelah penundaan

sementara ditetapkan (Lihat Pasal 214 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang).

Dengan diangkatnya seorang atau lebih pengurus (bewindvoedser), maka serta

merta kekayaan debitur berada di bawah pengawasan pengurus, tanpa persetujuan

atau ikut sertanya pengurus, debitur terhitung sejak tanggal dimulainya penundaan

sementara tidak lagi berwenang melakukan tindakan pengurusan dan pengalihan

berkenaan dengan keluarganya (Lihat Pasal 226 ayat (1) Undang-Undang No. 37

Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang).

Debitur juga tidak lagi dapat bertindak sendiri atas suatu bagian dari kekayaannya. Ia

senantiasa memerlukan persetujuan pengurus, tindakan debitur atas kekayaannya

yang dilakukan tanpa persetujuan pengurus, pada dasarnya tidak mengikat

kekayaannya (Lihat Pasal 226 ayat (2), (4) dan (5) Undang-Undang No. 37 Tahun

2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang).

Pengecualian atas ketentuan ini, hanya dapat dibebankan kepada harta debitur

sepanjang hal itu menguntungkan harta debitur.

Untuk menetapkan apakah kepada debitur akan diberikan penundaan

kewajiban pembayaran utang secara tetap harus diadakan persidangan yang

merupakan rapat permusyawaratan hakim (rechtbank in raadkamer) yang paling

lambat pada hari ke-45 terhitung setelah putusan sementara penundaan pembayaran

ditetapkan. Pengadilan Niaga akan menetapkan pemberian penundaan kewajiban

pembayaran secara tetap bila hal itu disetujui oleh lebih dari ½ kreditur konkuren

yang hadir dan mewakili paling sedikit ½ bagian dari seluruh tagihan kreditur

konkuren yang hadir atau diwakili dalam sidang tersebut (Lihat Pasal 217 ayat (5)

Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang). Dengan demikian, jelas bahwa kreditur konkuren yang tidak

3

Page 4: Tanya Jawab Hukum Perusahaan dan Hukum Kepailitan_Agung Yuriandi

hadir atau diwakili dalam sidang tidak mempengaruhi kourum, pun pula

ketidakhadiran mereka tidak dapat ditafsirkan sebagai tidak setuju dengan pemberian

PKPU.

Jangka waktu PKPU secara tetap, tidak dapat melebihi waktu selama 270 hari

terhitung sejak putusan penundaan sementara dalam kurun waktu 270 hari tersebut,

debitur harus telah tercapai persetujuan dengan para krediturnya, jika tidak tercapai

perdamaian (accoord), maka pengurus wajib memberitahukan kepada Pengadilan

Niaga dan Pengadilan Niaga menyatakan debitur pailit, selambat-lambatnya pada hari

berikutnya (Lihat Pasal 217 ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang).

Jadi PKPU dalam Kepailitan mengakibatkan debitur yang dinyatakan pailit

kehilangan segala “hak perdata” untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang

telah dimasukkan ke dalam harta pailit (Lihat Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang No.

37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang).

Hal ini dapat dilihat dari adanya kewenangan kurator untuk mengurus dan atau

melakukan pemberesan harta pailit.

Penjelasan paragraf di atas menunjukkan bahwa debitur tidaklah di bawah

pengampuan, dan tidak kehilangan kemampuannya untuk melakukan perbuatan

hukum menyangkut dirinya, kecuali apabila perbuatan hukum itu menyangkut

pengurusan dan pengalihan harta bendanya yang telah ada. Apabila menyangkut harta

benda yang akan diperolehnya, debitur tetap dapat melakukan perbuatan hukum

menerima harta benda yang akan diperolehnya itu namun menjadi bagian dari harta

pailit.

Dari pada melakukan PKPU lebih baik dilakukan Reorganisasi Perusahaan

yaitu penyehatan kembali perusahaan yang telah “collapse” dengan cara mengambil

alih perusahaan dan menjalankannya kembali. Untuk Reorganisasi Perusahaan, akan

dibahas selanjutnya.

4

Page 5: Tanya Jawab Hukum Perusahaan dan Hukum Kepailitan_Agung Yuriandi

Reorganisasi Perusahaan

Reorganisasi diterjemahkan menjadi penataan kembali. Menurut istilah

keuangan dan investasi, reorganization adalah menstrukturkan kembali keuangan

perusahaan dalam kebangkrutan. Reorganisasi berarti juta menyusun kembali

keuangan perusahaan dengan cara reorganisasi ditempuh apabila perusahaan masih

memiliki prospek usaha yang baik di masa depan.

Untuk dapat dilakukannya reorganisasi perusahaan dibutuhkan prinsip

keterbukaan terhadap laporan keuangan atau kondisi keuangan perusahaan. Sehingga

dapat ditentukan apakah dapat disehatkan kembali atau tidak. Setiap perusahaan

pastilah memiliki prospek yang berbeda-beda untuk di masa yang akan datang. Ada

yang tidak memiliki prospek sama sekali, ada juga yang memiliki prospek untuk

berkembang dan berusaha kembali.

Prinsip keterbukaan dibutuhkan untuk reorganisasi perusahaan dengan tujuan,

untuk :

a. Keterbukaan itu berguna untuk memungkinkan kreditur melakukan atau tidak

melakukan pembayaran yang telah dilakukan kepada kreditur lainnya, kepada

insider, atau kepada teman-teman debitur.

b. Informasi itu memungkinkan kreditur mengambil sikap terhadap rencana atau

usulan reorganisasi atau likuidasi.

c. Yang paling penting adalah keterbukaan tersebut memungkinkan kreditur

melakukan tawar-menawar terhadap rencana dan keputusan akhir, apakah

menyetujui atau menolak rencana tersebut.

Selanjutnya adalah mengenai feasibility study (studi kelayakan) terhadap

perusahaan yang akan dilakukan reorganisasi. Studi kelayakan dilakukan untuk

mengambil keputusan apakah menerima atau menolak rencana reorganisasi,

sebenarnya tergantung dari pada hasil analisis kreditur terhadap kondisi aktiva dan

passiva perusahaan debitur yang termuat dalam neraca perusahaan debitur, termasuk

juga hasil analisis kreditur terhadap laporan keuangan lainnya.

Tujuan utama dari reorganisasi adalah untuk menyehatkan kondisi keuangan

perusahaan. Cara yang ditempuh adalah membuat struktur modal yang mengurangi

5

Page 6: Tanya Jawab Hukum Perusahaan dan Hukum Kepailitan_Agung Yuriandi

beban tetap perusahaan. Dimaksudkan dengan beban tetap disini adalah pembayaran

bunga ditambah pokok pinjaman. Dengan demikian dicoba agar perusahaan tidak

terlalu banyak menanggung beban tetap ini, sehingga perusahaan bisa bekerja dengan

lebih longgar.

Tindakan reorganisasi perusahaan haruslah feasible, sehingga yang perlu

diperhatikan dalam proses reorganisasi, yaitu :

a. Kebutuhan akan dana tambahan (new funds) yang akan digunakan untuk

modal kerja;

b. Harus diketemukan dan diminimalkan sebab-sebab kegagalan operasi dan

kegagalan managerial dari perusahaan yang akan direstrukturisasi;

c. Adanya kegagalan dari perusahaan tersebut, baik karena ketidakmampuannya

menunaikan kewajiban finansial-nya pada saat jatuh tempo ataupun karena

jumlah kewajiban finansial melebihi aset-asetnya. Oleh karenanya sifat dan

jumlah dari kewajiban finansial harus dirombak. Jadi tindakan reorganisasi

harus dapat meningkatkan earning power dari perusahaan yang bersangkutan.

Untuk meningkatkan earning power dari perusahaan yang bersangkutan, di

dalam rencana reorganisasi dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan tertentu

dengan berbagai konsekwensi hukumnya masing-masing.

Namun, tidak adanya pengaturan tentang reorganisasi perusahaan dalam

hukum kepailitan di Indonesia merupakan kelemahan hukum yang berpengaruh

terhadap perekonomian nasional. Meskipun hukum kepailitan mengalami

penyempurnaan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 37 Tahun 2004,

sayangnya penyempurnaan tersebut tidak menyentuh reorganisasi perusahaan

meskipun dalam praktek reorganisasi telah banyak dilakukan untuk menyelamatkan

perusahaan-perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan.

Jadi, perbedaan antara PKPU dengan Reorganisasi Perusahaan adalah terletak

pada hasil akhir dari perusahaan tersebut. Jika PKPU, perusahaan ditutup dan tidak

dapat beroperasi lagi. Sedangkan Reorganisasi Perusahaan, perusahaan dapat jalan

dengan semestinya dan diawasi dengan managemen yang baru.

6

Page 7: Tanya Jawab Hukum Perusahaan dan Hukum Kepailitan_Agung Yuriandi

2. LIKUIDASI PERUSAHAAN DAN REORGANISASI PERUSAHAAN

Yang lebih penting dilakukan adalah sudah pasti reorganisasi perusahaan.

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk

memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancar.

Pengertian likuidasi, antara lain :

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:523)

“Likuidasi adalah proses membubarkan perusahaan sebagai badan hukum yang

meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditor dan pembagian harta yang

tersisa kepada para pemegang saham (persero)”.

Kamus Hukum Ekonomi Elips (1997:105)

“Liquidation adalah pembubaran perusahaan diikuti dengan proses penjualan harta

perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang, serta penyelesaian sisa harta atau

utang antara para pemegang saham”.

Kamus Perbankan (1980:77)

“Likuidasi adalah pembubaran perusahaan dengan penjualan harta perusahaan,

penagihan piutang, dan pelunasan utang serta penyelesaian sisa harta atau utang

antara para pemilik”.

Zainal Asikin (1995:79)

“Likuidasi adalah suatu tindakan untuk membubarkan suatu perusahaan atau badan

hukum”.

Pengertian-pengertian likuidasi yang disebutkan di atas, tidak jauh berbeda

dengan apa yang sudah disebutkan di atas sebelumnya. Hakikat pengertian-pengertian

likuidasi di atas, tidak begitu berbeda dengan yang dirumuskan dalam Peraturan

Pemerintah No. 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran, dan

Likuidasi Bank. Disebutkan dalam Pasal 1 angka (4), bahwa yang dimaksud dengan

likuidasi bank adalah tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban bank sebagai

akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank. Ini berarti,

likuidasi bank merupakan kelanjutan dari tindakan pencabutan izin usaha dan

7

Page 8: Tanya Jawab Hukum Perusahaan dan Hukum Kepailitan_Agung Yuriandi

pembubaran badan hukum bank. Nanti akan ditunjuk suatu tim yang bertugas

melakukan pemberesan bank yang telah dicabut izin usahanya oleh Bank Indonesia.

Dengan kata lain, Reorganisasi Perusahaan-lah yang lebih penting dilakukan

jika dibandingkan dengan likuidasi. Karena menyangkut juga tenaga kerja yang akan

di PHK, satu orang tenaga kerja sudah pasti menanggung anggota keluarga lainnya.

Chance atau kesempatan untuk bangkit kembali apabila persyaratan-persyaratan dari

reorganisasi perusahaan sudah dipenuhi. Reorganisasi perusahaan dilakukan untuk

menyelamatkan perusahaan dari kehancuran. Sedangkan likuidasi tidak sama sekali.

3. AKIBAT HUKUM KEPAILITAN PERUSAHAAN TERHADAP

PEMEGANG SAHAM, DIREKTUR, DAN KOMISARIS

Pada prinsipnya, dalam situasi kepailitan tidak ada perbedaan antara

perusahaan tertutup dan perusahaan terbuka. Undang-Undang No. 37 Tahun 2004

tentang Kepailitan dan PKPU tidak memberikan perlakuan yang berbeda jika sebuah

perusahaan dinyatakan pailit. Untuk menjawab apakah harta direksi dan komisaris

dapat dipakai untuk membayar utang seandainya terjadi pailit, jawabannya haruslah

merujuk pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal

104 Ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

menyatakan jika kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi dan

kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut,

setiap anggota direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kepailitan

tersebut. Namun, dewan direksi tidak bertanggung jawab secara tanggung renteng

(Pasal 104 ayat (4) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas),

apabila :

a. Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. Telah melakukan pengurusan dengan iktikad baik, kehati-hatian dan penuh

tanggung jawab untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan

tujuan perseroan;

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak

langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan

8

Page 9: Tanya Jawab Hukum Perusahaan dan Hukum Kepailitan_Agung Yuriandi

d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.

Mengenai seberapa banyak harta direksi dapat disita jika diasumsikan

kepailitan perusahaan diakibatkan kelalaian atau kelalaian direksi, jawabnya mengacu

pada Pasal 21 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang. Pada pasal tersbeut dikatakan bahwa kepailitan

meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta

segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Artinya, selama perusahaan tersebut

masih berstatus pailit dan terbukti kepailitan diakibatkan kesalahan dan kelalaian

direksi, secara tanggung renteng kekayaan yang diperoleh direksi selama kepailitan

akan menjadi harta pailit.

Untuk komisaris, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas tidak menyebutkan secara spesifik tanggung jawab komisaris seandainya

terjadi kepailitan. Namun, secara tegas tanggung jawab dewan komisaris secara

tanggung renteng jika terjadi kepailitan yang diakibatkan kesalahan dan kelalaian

dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilakukan

oleh direksi, dan jika kekayaan perseroan ternyata tidak cukup untuk membayar

seluruh kewajiban perseroan akibat kepailitan tersebut (Lihat Pasal 115 ayat (1)

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas). Anggota dewan

komisaris tidak dimintai pertanggung jawaban kepailitan perseroan jika dapat

membuktikan (Lihat Pasal 115 ayat (3) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas) :

a. Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. Telah melakukan tugas pengawasan dengan iktikad baik dan kehati-hatian

untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan;

c. Tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung

atas tindakan pengurusan oleh direksi yang mengakibatkan kepailitan; dan

d. Telah memberikan nasihat kepada direksi untuk mencegah terjadinya

kepailitan.

9