t24512

Upload: nunu

Post on 09-Mar-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bbb

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Angka Kematian Bayi (AKB), merupakan indikator kesehatan yang

    peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

    kesehatan di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian bayi, yaitu 34

    perseribu kelahiran hidup (SDKI, 2007). Tingginya angka kematian bayi di

    Indonesia merupakan salah satu penghambat untuk terwujudnya pembangunan

    bangsa. Peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu

    sejak bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam

    peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) (Siregar

    cit Wulandari, 2004).

    Setiap orang tua mengharapkan anaknya kelak tumbuh dan

    berkembang menjadi manusia yang cerdas, bahagia dan memiliki kepribadian

    yang baik (Sujiono, 2004). Mengingat masih banyak gangguan pertumbuhan

    dan perkembangan anak yang terjadi di Indonesia maka perlu upaya

    optimalisasi tumbuh kembang untuk mengurangi jumlah gangguan

    pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Masa bayi merupakan masa yang

    penting dalam pertumbuhan dan perkembangan karena perkembangan pada

    masa ini merupakan dasar bagi masa perkembangan selanjutnya

    (Moersintowarti cit Wulandari, 2005).

  • 2

    Berdasarkan hasil penelitian Wulandari (2005) di wilayah kerja

    puskesmas Wirobrajan menunjukan bahwa 33,34% anak balita mengalami

    keterlambatan perkembangan, meliputi gangguan perkembangan motorik

    halus 10%, bahasa 16,67% dan motorik kasar 6,67% . Hal ini disebabkan oleh

    status gizi kurang dan BBLR (berat badan lahir rendah). Hasil uji DDST II

    (Denver Development Screening Test) balita usia 6-24 bulan di Klinik

    Tumbuh Kembang RSUP dr.Sarjito dari Januari-Juli 2005 menunjukan bahwa

    terdapat 74,55% diantaranya mengalami keterlambatan perkembangan

    personal sosial 5.35%, keterlambatan motorik halus 9,11%, keterlambatan

    bahasa 26,73% dan 43,85% mengalami keterlambatan motorik kasar

    (Wulandari 2005).

    Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (2003) dan

    WHO/UNICEF (2009), merekomendasikan tiga hal penting yang harus

    dilakukan untuk mencapai tumbuh kembang optimal yaitu, pertama

    memberikan air susu ibu kepada anak segera dalam waktu 30 menit setelah

    bayi lahir, kedua memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja atau pemberian

    ASI eksklusif sampai anak berusia 6 bulan, dan ketiga meneruskan pemberian

    ASI sampai anak berusia 24 bulan. Menurut Depkes RI (2005), awal

    menyusui yang baik adalah 30 menit setelah anak lahir karena dapat

    merangsang pengeluaran ASI selanjutnya, selain itu akan terjadi interaksi atau

    hubungan timbal balik yang cepat antara ibu dan anak. Rekomendasi

    WHO/UNICEF (2009) di atas sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka

    Panjang dan Menengah Nasional (RPJPMN) bidang kesehatan, antara lain

  • 3

    dengan memberikan prioritas kepada perbaikan kesehatan dan gizi bayi dan

    anak (Depkes RI, 2006).

    World Health Organization dan 8QLWHG 1DWLRQ &KLOGUHQV )XQG

    (UNICEF, 2009) merekomendasikan untuk pemberian ASI bermanfaat bagi

    anak yaitu untuk melindungi dan mencegah terkena penyakit dengan cara

    meningkatkan imun tubuh. ASI mengurangi risiko terkena penyakit infeksi

    seperti diare, pneumonia, influenza, meningitis dan infeksi saluran kemih,

    serta berbagai penyakit kronis, seperti alergi, diabetes tipe I,Uulserative

    Coilitis dan &KURQV'isease

    Pemberian Air Susu Ibu (ASI) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

    pada tahun 2006 sebesar 36%, sedangkan pada tahun 2007 menurun menjadi

    33% dibanding tahun 2006. Angka ini belum mencapai target SPM (Standar

    Pelayanan Minimal) yaitu sebesar 50%. Presentase anak yang mendapat ASI

    hanya sebesar 34%, lebih rendah dari target nasional 2010 yaitu 80%. Oleh

    karena itu perlu sosialisasi ASI pada ibu yang baru melahirkan untuk

    memberikan ASI-nya secara eksklusif selama 6 bulan penuh dan dilanjutkan

    sampai anak berusia 24 bulan (Dinkes DIY, 2010).

    Prevalensi anak yang mendapatkan ASI di DIY masih sangat kecil.

    Total anak yang terdapat di DIY yaitu sebesar 23.453 yang tersebar dalam 5

    kabupaten, yaitu Kota, Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul dan Sleman.

    Prevalensi bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di DIY kurang dari 50%

    sehingga sangat perlu ditingkatkan lagi (Dinkes DIY, 2010).

  • 4

    Tumbuh kembang anak berkaitan erat dengan status gizi, salah satu

    asupan zat gizi adalah pemberian ASI. Faktor nutrisi yang terdapat dalam ASI

    berperan penting dalam perkembangan otak anak. Nutrisi yang penting dalam

    proses ini antara lain asam folat, arachidonic acid (AA), deconsahexaenionic

    acid (DHA), zat besi dan kolin (Hendryastuti, 2004).

    B. Rumusan Masalah

    Prevalensi anak yang mendapatkan ASI di Daerah Istimewa

    Yogyakarta masih kurang dari 50% (Dinkes DIY, 2010). ASI adalah salah

    satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga dalam

    penelitian ini peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah

    bagaimana pengaruh lama pemberian ASI terhadap perkembangan anak usia

    6-12 bulan?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh lama

    pemberian ASI terhadap perkembangan anak usia 6-12 bulan di Posyandu

    Kusuma Wijaya dan Posyandu Anyelir Tegalwangi Kasihan Bantul. Alasan

    peneliti memilih Posyandu sebagai tempat pengambilan sampel adalah karena

    Posyandu merupakan sarana Pelayanan Kesehatan yang ada di masyarakat.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Peneliti

    Menambah pengetahuan tentang pengaruh lama pemberian ASI terhadap

    perkembangan anak usia 6-12 bulan.

    2. Bagi Masyarakat

  • 5

    Memberikan informasi kepada masyarakat dengan cara pendidikan

    kesehatan mengenai pentingnya pengaruh lama pemberian ASI terhadap

    perkembangan anak usia 6-12 bulan.

    3. Bagi Instansi Kesehatan

    Dapat menjadi wawasan untuk meningkatkan prevalensi lamanya ibu yang

    memberikan ASI dan menjadi wawasan untuk meningkatkan promosi

    lama pemberian ASI serta untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu

    dan anak.

    4. Bagi Pembaca

    Bagi pembaca agar dapat digunakan sebagai referensi penelitian

    selanjutnya.

    E. Penelitian Terkait

    1. Wanatabe (2006) meneliti Pengaruh ASI Eksklusif dan Program Stimulasi

    Dini pada Perkembangan anak di Vietnam. Desain penelitian adalah

    Longitudinal dan tes perkembangan kognitif menggunakan 5HYHQV

    Colored Prodressive Matric Test. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa

    anak ASI lebih baik perkembanganya dari pada anak yang tidak diberi

    ASI. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada desain, variabel serta

    tes perkembangan menggunakan Tes Denver II.

    2. Zuhirda Emra (2012) meneliti Hubungan Antara Pemberian ASI Dengan

    Tumbuh Kembang Batita Usia 6-24 Bulan di Posyandu Dusun Krapyak

    Kulon Bantul. Desain penelitian adalah cross sectional dan tes

    perkembangan menggunakan Denver II. Hasil penelitian tersebut adalah

  • 6

    bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tumbuh kembang batita

    yang diberi ASI eksklusif dan non ASI eksklusif. Perbedaan dengan

    penelitian ini adalah terletak pada sampel, lokasi dan waktu penelitian.

    3. Novita (2008) meneliti mengenai Perbandingan Fungsi Kognitif bayi Usia

    6 Bulan yang Mendapatkan dan yang Tidak Mendapatkan ASI Eksklusif.

    Penelitian kohort ini di lingkungan Puskesmas Cigondeweh, Bandung.

    Perkembangan kognitif diukur dengan skala Griffith. Hasil dalam

    penelitian tersebut adalah terdapat perbandingan fungsi kognitif yang lebih

    baik pada bayi usia 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dengan bayi

    yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Bedanya dengan penelitian

    sekarang ini yaitu perkembangan anak dinilai dengan Tes Denver II di

    Kabupaten Bantul, Yogyakarta.