t1 292013073 bab iv - repository.uksw.edu€¦ · ditribusi frekuensi hasil ulangan harian...

27
47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gendongan 02 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada kelas 3 yang berjumlah 40 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Hasil penelitian akan diuraikan dalam uraian berikut. 4.1.1 Kondisi Sebelum Tindakan Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 dengan jumlah 40 siswa pada mata pelajaran matematika belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada mata pelajaran Matematika yang telah dilaksanakan sebelumnya. Bahwa hasil ulangan masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Sehingga diperoleh data hasil pembelajaran yang telah dilakukan yang selanjutnya disederhanakan pada tabel 4.1 yang telah disajikan. Menurut Sugiyono (2014: 36-37), data dapat disederhanakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kelas interval = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 40 = 1 + 5,2 = 6,2 (dibulatkan menjadi 6 kelas) Range = Max – Min = 100-30 = 70 Interval =

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 47

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gendongan 02 Kecamatan Tingkir Kota

    Salatiga pada kelas 3 yang berjumlah 40 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2

    siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Hasil penelitian akan diuraikan dalam uraian

    berikut.

    4.1.1 Kondisi Sebelum Tindakan

    Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum dilakukan penelitian

    tindakan kelas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan

    pada kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 dengan jumlah 40 siswa pada mata pelajaran

    matematika belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini dapat dilihat

    dari hasil ulangan harian pada mata pelajaran Matematika yang telah dilaksanakan

    sebelumnya. Bahwa hasil ulangan masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM) ≥70. Sehingga diperoleh data hasil pembelajaran yang telah dilakukan yang

    selanjutnya disederhanakan pada tabel 4.1 yang telah disajikan. Menurut Sugiyono

    (2014: 36-37), data dapat disederhanakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

    dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

    Kelas interval = 1 + 3,3 log n

    = 1 + 3,3 log 40

    = 1 + 5,2

    = 6,2 (dibulatkan menjadi 6 kelas)

    Range = Max – Min

    = 100-30

    = 70

    Interval = �����

    �����

  • 48

    =

    = 11,7

    Dibawah ini merupakan data hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan

    yang sudah disederhanakan dalam tabel 4.1.

    Tabel 4.1 Ditribusi Frekuensi Hasil Ulangan Harian Matematika

    Kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Sebelum Tindakan

    No. Interval Frekuensi Persentase (%) 1. 95 – 100 2 5,00 2. 82 – 94 1 2,50 3. 69 – 81 9 22,50 4 56 –68 8 20,00 5. 43 – 55 6 15,00 6. 30 – 42 14 35,00 Jumlah 40 100

    Berdasarkan tabel 4.1 dapat diuraikan bahwa hasil belajar siswa sebelum

    dilakukan tindakan pada mata pelajaran Matematika dapat diperoleh 14 siswa berada

    pada interval 30 – 42 (35 %), 6 siswa berada pada interval 43 – 55 (15 %), 8 siswa

    berada pada interval 56 - 68 (20%), 9 siswa berada pada interval 69 – 81 (22,5%), 1

    siswa pada interval 82 – 94 (2,5%) dan 2 siswa pada interval 95 - 100 (5%). Dengan

    adanya nilai yang tertinggi adalah 100. Sedangkan nilai yang terendah adalah 30.

    Untuk lebih jelasnya data frekuensi ulangan harian dapat ditunjukan dengan diagram

    seperti pada gambar 4.1 berikut ini:

  • Gambar 4.1 Diagram Hasil Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas 3 SemesteNegeri

    Selain diperoleh hasil frekuensi hasil ulangan harian siswa didapatkan juga

    data ketuntasan belajar hasil belajar siswa. Berikut ini merupakan data ketuntasan

    hasil belajar siswa sebelum dilakukan

    sebuah tabel distribusi ketuntasan belajar.

    Siswa Kelas 3 Semester I SD Negeri Gendongan 02 Salatiga

    No Ketuntasan 1 Tuntas ( ≥ KKM 70)2 Belum Tuntas ( Rata – rata Skor Maksimal Skor Minimum Std. Deviation

    Berdasarkan tabel 4.2

    mencapai ketuntasan belajar (KKM

    siswa yang belum mencapai batas ketuntasan b

    Dengan nilai tertinggi adalah 100 sedangakn nilai ter

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    2

    Gambar 4.1 Diagram Hasil Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas 3 SemesteNegeri Gendongan 02 Salatiga Sebelum Tindakan

    Selain diperoleh hasil frekuensi hasil ulangan harian siswa didapatkan juga

    data ketuntasan belajar hasil belajar siswa. Berikut ini merupakan data ketuntasan

    hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan yang sudah disederhanakan kedalam

    sebuah tabel distribusi ketuntasan belajar.

    Tabel 4.2 Distribusi Ketuntasan Belajar

    Semester I SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Sebelum Tindakan

    Jumlah PresentaseKKM 70) 12

    Belum Tuntas ( ≤ KKM 70) 28 55

    Skor Maksimal 100Skor Minimum 30

    td. Deviation 20.02Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat adanya perbandingan siswa yang telah

    mencapai ketuntasan belajar (KKM ≥ 70) adalah sebanyak 12 siswa (30%) sedangkan

    siswa yang belum mencapai batas ketuntasan belajar sebanyak 28 siswa (70%).

    tertinggi adalah 100 sedangakn nilai terendah adalah 30.

    Hasil Ulangan Harian

    1

    9 8 6

    14

    49

    Gambar 4.1 Diagram Hasil Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Sebelum Tindakan

    Selain diperoleh hasil frekuensi hasil ulangan harian siswa didapatkan juga

    data ketuntasan belajar hasil belajar siswa. Berikut ini merupakan data ketuntasan

    tindakan yang sudah disederhanakan kedalam

    Sebelum Tindakan

    Presentase (%) 30 70

    55 100 30

    20.024 dapat dilihat adanya perbandingan siswa yang telah

    sebanyak 12 siswa (30%) sedangkan

    elajar sebanyak 28 siswa (70%).

    ndah adalah 30.

    Frekuensi

  • Untuk lebih jelasnya data nilai ketuntasan hasil belajar siswa sebelum

    dilakukan tindakan pada tabel 4.2 dapat ditunjukan dengan diagram seperti pada

    gambar 4.2 sebagai berikut:

    Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Belajar siswa Kelas 3 Semester I SD Negeri

    Setelah diltelusuri lebih lanjut ternyata terdapat 28 siswa yang belum tuntas

    memilki kekurangan dalam pemahaman materi yang diberikan oleh guru. Hal ini

    disebabkan karena guru masih menggunakan pembelajaran dengan cara konvensional

    sehingga siswa menjadi bosan pada

    pembelajaran masih menekankan pada materi mata pelajaran saja, sehingga

    menyebabkan siswa menjadi kurang

    Kemudian siswa kelas 3 ini masih dalam tahap operasional konkr

    memahami materi jika ada berbantuan dengan media atau benda konkret. Tetapi hal

    itu berbeda dengan 12 siswa yang lainnya yang telah mencapai ketuntasan hasil

    belajar, meskipun guru menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini didukung

    karena beberapa faktor luar seperti siswa mengikuti bimbingan belajar atau les

    private. Beberapa hal yang yang mempenga

    pendekatan, metode maupun model. Jika pembelajaran tidak menggunakan

    pendekatan, metode dan model pemb

    cenderung menjadi bosan sehingga berdampak pada hasil pembelajaran.

    Untuk lebih jelasnya data nilai ketuntasan hasil belajar siswa sebelum

    ukan tindakan pada tabel 4.2 dapat ditunjukan dengan diagram seperti pada

    gambar 4.2 sebagai berikut:

    Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Belajar siswa Kelas 3 Semester I SD Negeri Gendongan 02 Salatiga sebelum Tindakan.

    telusuri lebih lanjut ternyata terdapat 28 siswa yang belum tuntas

    memilki kekurangan dalam pemahaman materi yang diberikan oleh guru. Hal ini

    disebabkan karena guru masih menggunakan pembelajaran dengan cara konvensional

    sehingga siswa menjadi bosan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu,

    pembelajaran masih menekankan pada materi mata pelajaran saja, sehingga

    menyebabkan siswa menjadi kurang antusias terhadap proses pembelajaran.

    Kemudian siswa kelas 3 ini masih dalam tahap operasional konkr

    memahami materi jika ada berbantuan dengan media atau benda konkret. Tetapi hal

    itu berbeda dengan 12 siswa yang lainnya yang telah mencapai ketuntasan hasil

    , meskipun guru menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini didukung

    karena beberapa faktor luar seperti siswa mengikuti bimbingan belajar atau les

    private. Beberapa hal yang yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah

    pendekatan, metode maupun model. Jika pembelajaran tidak menggunakan

    pendekatan, metode dan model pembelajaran yang menarik bagi siswa maka siswa

    cenderung menjadi bosan sehingga berdampak pada hasil pembelajaran.

    Tuntas

    belum tuntas

    Sebelum Tindakan

    50

    Untuk lebih jelasnya data nilai ketuntasan hasil belajar siswa sebelum

    ukan tindakan pada tabel 4.2 dapat ditunjukan dengan diagram seperti pada

    Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Belajar siswa Kelas 3 Semester I SD Negeri

    telusuri lebih lanjut ternyata terdapat 28 siswa yang belum tuntas

    memilki kekurangan dalam pemahaman materi yang diberikan oleh guru. Hal ini

    disebabkan karena guru masih menggunakan pembelajaran dengan cara konvensional

    saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu,

    pembelajaran masih menekankan pada materi mata pelajaran saja, sehingga

    antusias terhadap proses pembelajaran.

    Kemudian siswa kelas 3 ini masih dalam tahap operasional konkret yang akan lebih

    memahami materi jika ada berbantuan dengan media atau benda konkret. Tetapi hal

    itu berbeda dengan 12 siswa yang lainnya yang telah mencapai ketuntasan hasil

    , meskipun guru menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini didukung

    karena beberapa faktor luar seperti siswa mengikuti bimbingan belajar atau les

    ruhi proses pembelajaran adalah

    pendekatan, metode maupun model. Jika pembelajaran tidak menggunakan

    menarik bagi siswa maka siswa

    cenderung menjadi bosan sehingga berdampak pada hasil pembelajaran.

    belum tuntas

  • 51

    Berdasarkan data hasil belajar siswa setelah dipaparkan terlihat hasil belajar

    siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 masih belum memenuhi kriteria ketuntasan

    minimal. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

    seseuai dengan rancangan penelitian yang akan diuraikan pada bab sebelumnya.

    Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) yang akan dilakukan, peneliti

    menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang digunakan

    untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 dengan

    menggunakan dua siklus.

    4.1.2 Deskripsi Siklus 1

    Praktek pembelajaran yang dilakukan pada siklus 1 menggunakan Standar

    Kompetensi 2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam

    pemecahan masalah dan Kompetensi Dasar 2.1 Memilih alat ukur sesuai dengan

    fungsinya. Penelitian siklus 1 ini dilakukan dalam 3 kali pertemuan., pertemuan

    pertama padahari Selasa tanggal 8 November 2016 dan pertemuan kedua pada hari

    Rabu tanggal 9 November 2016. Tahap-tahap yang akan dilaksanakan pada siklus 1

    adalah sebagai berikut.

    4.1.2.1 Perencanaan

    Perencanaan dimulai dengan meminta izin kepada kepala sekolah untuk

    melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah mendapatkan izin dari kepala

    sekolah, dilanjutkan dengan meminta izin kepada guru kelas 3 dimana subjek

    penelitian merupakan siswa kelas 3 untuk dilakukan penelitian pada mata pelajaran

    Matematika dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.

    Setelah mendapatkan izin dari kepala sekolah dan guru kelas 3 untuk

    melakukan penelitian pada mata pelajaran Matematika, peneliti kemudia melakukan

    wawancara dengan guru kelas 3 untuk mendapatkan informasi mengenai subjek

    penelitian yang akan digunakan peneliti untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas

    (PTK). Setelah itu,peneliti bersama guru berdiskusi tentang materi yang akan

  • 52

    digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah mendapatkan materi

    pembelajaran peneliti melajutkkan tahap selanjutnya dengan melakukan observasi

    terhadap proses pembelajaran berlangsung. Selain melakukan observasi peneliti juga

    megumpulkan informasi mengenai kendala-kendala yang dialami pada saat proses

    pembelajaran dan minta hasil ulangan harian pada materi sebelumnya.

    Berdasarkan permasalahan yang dijumpai pada saat observasi dan wawancara

    peneliti menyiapkan model pembelajaran untuk memperbaiki hasil belajar

    Matematika pada siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga. Persiapan yang

    dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

    1. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah dengan pihak yang

    bersangkutan untuk mencari pemecahan masalah yang terjadi pada proses

    pembelajaran sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.

    2. Penyusuanan rencana pelaksanaan pembelajaran beserta media, alat dan

    bahanyang dibutuhkan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus I dengan

    menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata

    pelajaran Matematika.

    3. Penyusunan instrument observasi yang digunakan sebagai penduan peneliti

    dalam mengamati pencapaian pengajar dan siswa dalam kegiatan pembelajaran

    dengan menggunaakan model pembelajaran Problem Based Learning pada

    mata pelajaran Matematika.

    4. Penyusunan alat penilaian untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa

    yang berupa tes dan lembar kerja siswa.

    Sebelum dilakuakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peniliti melakukan

    konsultasi mengenai rencana pelasanakana pembelajaran dengan model pembelajaran

    Problem Based Learning (PBL) untuk digunakan dalam peneliti dalam Penelitian

    Tindakan Kelas. Selanjutnya peneliti melakukan uji coba intrumen untuk digunakan

    dalam pretest dan posttest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum

    dilakukan penelitian dan hasil belajar sesudah dilakukan penelitian. Uji Instrumen

    soal dilakukan di kelas 4 SD Negeri Gendongan 01 Salatiga dan SD Negeri

  • 53

    Gendongan 03 Salatiga. Uji instrumen ini dilakukan untuk mengetahui soal yang

    digunakan layak dipakai atau tidak, sedangkan reliabel digunakan untuk mengukur

    keajegan soal jika digunakan secara berulang-ulang.

    4.1.2.2 Pelaksanaan dan Observasi

    Tahap pelaksanaan dan observasi siklus 2dilakukan pada setiap pertemuan,

    dimanasetiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari

    Selasa tanggal November 2016 dengan alokasi waktu 70 menit dengan materi

    pembelajaran matematika tentang memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya. Dalam

    melakukan penelitian peneliti berperan sebagai guru mata pelajaran matematika

    sedangkan guru kelas 3 berperan sebagai obsever. Tahap observasi dilakukan pada

    pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui sintak pada

    pembelajaran yang digunakan denga menggunakan model Problem Based Learning

    (PBL) observasi dilakukan dengan menggunakan panduan lembar observasi yang

    digunakn untuk mengamati kegiatan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran.

    Kegiatan pendahuluan mempunyai alokasi waktu kurang lebih 15 menir

    diawali dengan guru memberikan salam, guru dan siswa berdoa bersama-sama guru

    melakukan absensi, guru melakukan apersepsi berkaitan dengan materi yang akan

    dipelajari, guru menyampaikan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari, kemudian

    guru meminta siswa untuk mengerjakan soal pretest.

    Kegiatan inti dilakukan dilakukan dalam alokasi waktu kurang lebih 50 menit

    yang terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap

    pertama adalah eksplorasi dimana pada tahap ini guru menyampaikan tujuan

    pembelajaran dengan berkaitan dengan pemecahan masalah dengan kompetensi dasar

    2.1 yaitu memilih alat ukur sesuai fungsinya, kemudian dilanjutkan dengan guru

    menjelaskan alat dan bahan yang diperluhkan sesuai denga materi, setelah itu itu guru

    memberikan motivasi kepasa siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Setelah itu

    guru guru membantu siswa dalam mengorganisasikan dan mengembangkan tugas-

    ugas pembelajaran agar relevan dengan dengan pemecahan masalah berkaitan

    dengan memeilih alat ukur sesuai fungsinya.

  • 54

    Tahap yang kedua adalah tahap elaborasi. Pada tahap ini guru membagi siswa

    dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang. Kemudian guru membagi siswa

    lembar kerja kelompok yang akan didiskusikan oleh setiap siswa dengan

    kelompoknya masing-masing untuk memecahkan masalah yang terdapat pada lembar

    kerja tersebut. Kemudian guru mendorong siswa untuk mencarai informasi yang

    sesuai dengan pemecahan masalah tersebut, dalam hal ini siswa diberikan kesempatan

    untuk bertanya atau mencari buku sebagai referensi dalam memecahkan

    permasalahan yang terdapat pada lembar kerja. Selain mememotivasi siswa untuk

    mencari informasi guru juga membimbing siswa untuk melakukan eksperimen.

    Setelah melakukan eksperimen guru membimbing siswa untuk mencari penjelasan

    dan pemecahan masalah yang dilakukan.

    Pada tahap ketiga adalah konfirmasi, guru membing siswa untuk menarik

    kesimpulan dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai hal-hal

    yang belum diketahui siswa dalam memecahkan masalah pada lembar kerja yang

    dilakukan secara berkelompok.

    Kegiatan penutup dilakukan dengan alokasi waktu kurang lebih 10 menit.

    Pada kegiatan penutup ini guru bersama siswa berdoa menurut agamanya masing-

    masing kemudin guru menutup pembelajaran dengan salam penutup.

    Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 November2016

    dengan alokasi waktu selama 70 menit dengan materi yang sama pada pertemuan

    yang lalu. Pada pertemuan ini tindakan dilakukan pada 3 tahap yang pertama

    eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.Kegiatan pendahuluan dilakukan dalam alokasi

    waktu kurang lebih 15 menit diawali dengan guru memberikan salam, guru bersama

    siswa berdoa bersama-sama, guru melakukan absensi.

    Kegiatan inti dilakukan dalam alokasi waktu 45 menit, pada kegiatan inti ini

    dilakukan dalam tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap

    eksplorasi guru bertanya kepada siswa tentang pembelajaran yang telah dilakukan

    pada pertemuan pertama yang lalu. Kemudian pada tahap yang kedua yaitu elaborasi

    guru meminta siswa kembali kedalam kelompok yang sudah dibentuk pada

  • 55

    pertemuan yang lalu, kemudian siswa melakukan penyusunan laporan hasil kerja

    yang telah dilakukan pada pertemuan yang lalu. Dalam kegiatan ini guru

    membimbing siswa untuk melakukan laporan kerja kelompok. Setelah itu guru

    meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok didepan kelas. Pada

    tahap konfirmasi guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap hasil kerja kelopok

    yang telah dilakukan selain melakukan refeksi pada kerja keompok guru juga

    melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

    Kegiatan penutup dilakukan dalam alokasi waktu 15 menit. Pada kegiatan

    penutup guru meminta siswa untuk mengerjakan soal posttest untuk mengetahui

    kemampuan siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

    model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Kemudian guru bersama siswa

    berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

    Pada siklus 1 pertemuan 1, 2 dan 3 hasil observasi guru dan siswa dengan

    menggunakan lembar observasi keterlaksanaaan sintaks yang terdiri dari beberapa

    kegiatan guru dan siswa, peneliti mengamati proses pembelajaran dengan sintaks

    dapat terlaksana dengan baik atau tidak. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh

    disajikan pada lampiran.

    4.1.2.3 Hasil Belajar Peserta Didik

    Pada siklus 1 sebelum mendapatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

    Matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

    (PBL), peneliti menguji kemampuan awal siswa dengan memberikan soal pretest

    sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

    pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Setelah melakukan pengujian dengan

    pretest, kemudian peneliti menguji kemampuan siswa dengan memberikan posttest

    setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)yang

    dilakukan setelah kegiatan pembelajaran pada akhir pertemuan pelaksanaan siklus 1.

    Hail dari posttest tersebut merupakan ukuran dari keberhasilan penelitian tindakan

    kelas yang dilaksanakan di SD Negeri Gendongan 02 Salatiga dalam rangka

  • 56

    meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika siswa kelas 3

    semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Kemudian hasil evaluasi yang diperoleh

    selanjutnya dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari

    pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 1 materi memilih alat ukur sesuai

    dengan fungsinya dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥70.

    Hasil belajar yang telah dianalis masih ada beberapa siswa kelas 3 yang belum

    mencapai KKM yang sudah ditentukan sehingga hasilnya kurang memuaskan.

    Kemampuan awal setelah mengerjakan soal pretest siswa kelas 3 pada mata

    pelajara Matematika dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest

    Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 1

    No Interval Frekuensi Persentase (%)

    1 65 – 70 6 15,00

    2 56 – 64 5 12,50

    3 47 – 55 18 45,00

    4 38 – 46 5 12,50

    5 29 – 37 3 7,50

    6 20 – 28 3 7,50

    Jumlah 40 100 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diurakan bahwa hasil pretest siswa kelas 3 pada

    mata pelajaran Matematika diperoleh 3 siswa berada pada interval 20 - 28 (7,50%), 3

    siswa berada pada interval 29 -37 (7,50%), 5 siswa berada pada interval 38 - 46

    (712,50%), 18 siswa berada pada interval 47 - 55 (45%), 5 siswa berada pada interval

    56 - 64 (12,50%),dan 6 siswa berada pada interval 65 - 70 (45,00%). Dengan nilai

    tertinggi adalah 70 sedangakan nilai terendah adalah 20. Untuk lebih jelasnya data

    distribusi frekuensi hasil pretest dapat ditunjukkan dengan diagram seperti pada

    gambar 4.3

  • 57

    Gambar 4.3 Diargam Frekuensi Hasil Pretest Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 1

    Sedangkan hasil belajar dari soal posttest yang telah dikerjakan oleh siswa kelas

    3 pada mata pelajaran Matematika dapat dilihat pada tabel yang disajikan berikut ini:

    Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest

    Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 1

    No Interval Frekuensi Presentase (%)

    1 ≥ 85 2 5,00

    2 76 – 84 5 12,50

    3 67 –75 13 33,50

    4 58 – 66 10 25,00

    5 49 – 57 6 15,00

    6 ≤ 48 4 10,00

    Jumlah 40 100 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diuraikan bahwa hasil posttest siswa kelas 3 pada

    mata pelajaran Matematika diperoleh 4 siswa berada pada interval ≤ 48 (10,00%), 6

    siswa berada pada interval 49 – 57 (10,00%),10 siswa berada pada interval 58 – 66

    (25,00%), 13 siswa beradda pada interval 67 - 75 (33,50%), 5 siswa berada pada

    interval 76 - 84 (12,50%), dan 2 siswa berada pada interval ≥85 (5,00%). Dengan

    65

    18

    5

    3 3

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    20

    65 – 70 56 – 64 47 – 55 38 – 46 29 – 37 20 – 28

    Hasil Pretest

    Frekuensi

  • 58

    2

    5

    13

    10

    6

    4

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    ≥ 85 76 – 84 67 – 75 58 – 66 49 – 57 ≤ 48

    jum

    lah

    sis

    wa

    Interval

    Hasil Posttest

    Frekuensi

    nilai tertinggi adalah 85 sedangkan nilai terendah adalah 40. Untuk lebih jelasnya

    data distribusi frekuensi hasil pretest dapat ditunjukkan dengan diagram seperti pada

    gambar 4.3

    Gambar 4.4 Diargam Frekuensi Hasil Posttest Siswa Kelas 3

    Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 1

    Selain diperoleh hasil frekuensi hasil posttest siswa didapatkan juga data

    ketuntasan belajar hasil belajar siswa. Berikut ini merupakan data ketuntasan hasil

    belajar siswa sebelum dilakukan tindakan yang sudah disederhanakan kedalam

    sebuah tabel distribusi ketuntasan belajar.

    Tabel 4.5

    Distribusi Ketuntasan Belajar pada Posttest Siswa Kelas 3 Semester I SD Negeri Gendongan 02 Salatiga

    No Ketuntasan Jumlah Presentase(%) 1 Tuntas ( ≥ KKM 70) 20 50 2 Belum Tuntas ( ≤ KKM 70) 20 50 Rata – rata 66,25 Skor Maksimal 85 Skor Minimum 40 Std. Deviation 12.795

  • 59

    Berdasarkan tabel 4.5 terdapat perbandingan siswa yang telah mencapai

    ketuntasan belajar (KKM ≥ 70) adalah sebanyak 20 siswa (50%) sedangkan siswa

    yang belum mencapai batas ketuntasan belajar sebanyak 20 siswa (50%). Dengan

    nilai tertinggi adalah 85 sedangkan nilai terendah adalah 40.

    Untuk lebih jelasnya data nilai ketuntasan belajar pada posttest siswa siklus 1

    pada tabel 4.5 dapat ditunjukan dengan diagram seperti pada gambar 4.5 berikut ini:

    Gambar 4.5 Diagram Ketuntasan Belajar siswa Kelas 3 Semester I SD Negeri

    Gendongan 02 Salatiga Siklus 1

    4.1.2.4 Refleksi

    Tahap refleksi ini digunakan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang

    terdapat yang terapat pda siklus 1, agar nantinya tidak terulang kembali pada siklus 2.

    Beberapa permasalahan ynag ada pada siklus 1 adalah :

    1. Siswa masih cenderung bermain dan mengobrol hal-hal diluar materi

    pembelajaran maupun kegiatan pembelajaran daripada berdiskusi untuk

    mengerjakan tugas kelompok.

    2. Siswa hanya fokus terhadap satu hal saja sehingga tidak membuat siswa tidak

    mendengarkan instruksi guru.

    3. Beberapa siswa masih pasif dalam kegiatan diskusi.

    20, 50%20, 50%

    Posttest Siklus I

    Tuntas ( ≥ KKM 70) Belum Tuntas ( ≤ KKM 70)

  • 60

    Berdasarkan beberapa permasalahan yang ada pada siklusi 1 dapat dilihat

    bahwa siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga terdapat beberapa

    permasalahan dalam kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Sehingga

    mempengaruhi hasil belajar siswa siklus 1 yang masih belum memenuhi KKM yang

    telah ditentukan. Berdasarkan evaluasi hasil belajar secara keseluruhan dimana

    terdapat 20 siswa dari 40 siswa masih berada di bawah KKM , sedangkan 20 siswa

    lainnya telah mencapai KKM telah dinyatakan tuntas. Berdasarkan refleksi ini perlu

    adanya tindakan lebih lanjut terhadap permasalahan yang dialami pada siklus 1

    sehingga tidak terulangi pada siklus 2 agar hasil belajar pada mata pelajaran

    Matematika siswa kelas 3 dapat meningkat lebih baik.

    4.1.3 Deskripsi Siklus 2

    Pelaksanaan Siklus 2 sama dengan pelaksanaan siklus 2 dilakukan selama

    dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15

    November 2016 dan pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal 16 November 2016.

    Praktek mengajar pada siklus 2 ini dilaksanakan dengan Standar Kompetensi 2.

    Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah dan

    Kompetensi Dasar 6.3 Menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah. Tahap-

    tahap yang dilaksanakan pada siklus 2 sebagai berikut.

    4.1.3.1. Perencanaan

    Perencanaan pada siklus 2 ini dimulai dengan memperhatikan kekurangan

    atau permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1, sehingga pada

    siklus 2 ini kekurangan-kekurangan tersebut dapat menjadi dasar untuk pelaksanaan

    siklus 2 agar menjadi lebik baik.

    Berdasarkan permasalahan yang dijumpai tersebut maka peneliti maka

    menyiapkan teknik untuk memperbaiki hasil belajar Matematika pada siswa kelas 3

    SD Negeri Gendongan 02 Salatiga. Persiapan yang dilakukan peneliti adalah sebagai

    berikut:

  • 61

    1. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah pada siklus 1 berdasarkan

    hasil rencana mencari pemecahan masalah yang terjadi pada proses pembelajaran

    siklus 1 sehingga pada siklus 2 mendapatkan hasil yang memuaskan.

    2. Penyusuanan rencana pelaksanaan pembelajaran beserta media, alat dan bahan

    yang dibutuhkan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan

    menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata

    pelajaran Matematika.

    3. Penyususnan instrument observasi yang digunakan sebagai panduan peneliti

    dalam mengamati pencapaian pengajar dan siswa dalam kegiatan pembelajaran

    dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata

    pelajaran Matematika.

    4. Penyusunan alat penilaian untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa yang

    berupa tes dan lembar kerja siswa.

    5. Peneliti melakukan pertemuan dengan guru mata pelajaran Matematika untuk

    mendiskusikan tentang kegiatan yang akan dilakukan antara peneliti dan guru

    saat melakukan penelitian tindakan kelas. Tetapi sebelum penelitian tindakan

    dilakukan peneliti mendiskusikan permasalahan permasalahan pada siklus 1

    untuk diperbaiki dan diberi masukan pada siklus 2 sehingga tidak terulang

    kembali. Kemudian peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang

    akan dilaksanakan pada siklus 2 ini ada lebih baik dari siklus 1.

    4.1.3.2 Pelaksanaan dan Observasi

    Tahap pelaksanaan dan observasi siklus 2 dilakukan pada setiap pertemuan,

    dimana setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada

    hari Selasa tanggal 15 November 2016 dengan alokasi waktu 70 menit dengan materi

    pembelajaran matematika tentang menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah.

    Dalam melakukan penelitian peneliti berperan sebagai guru mata pelajaran

    matematika sedangkan guru kelas 3 berperan sebagai obsever. Tahap observasi

    dilakukan pada pada saat proses pembelajaran berlangsunguntuk mengetahui sintak

    pada pembelajaran yang digunakan dengan menggunakan model Problem Based

  • 62

    Learning (PBL) observasi dilakukan dengan menggunakan panduan lembar observasi

    yang digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa pada saat proses

    pembelajaran.

    Kegiatan pendahuluan mempunyai alokasi waktu kurang lebih 15 menit

    diawali dengan guru memberikan salam, guru dan siswa berdoa bersama-sama guru

    emlakukan absensi, guru melakukan apersepsi berkaitan dengan materi yang akan

    dipelajari, guru menyampaikan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari, kemudian

    guru meminta siswa untuk mengerjakan soal pretest.

    Kegiatan inti dilakukan dilakukan dalam alokasi waktu kurang lebih 50 menit

    yang terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap

    pertama adalah eksplorasi dimana pada tahap ini guru menyampaikan tujuan

    pembelajaran dengan berkaitan dengan pemecahan masalah dengan kompetensi dasar

    2.2 yaitu menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah, kemudian dilanjutkan

    dengan guru menjelaskan alat dan bahan yang diperluhkan sesuai denga materi,

    setelah itu itu guru memberikan motivasi kepasa siswa untuk terlibat dalam

    pembelajaran. Setelah itu guru guru membantu siswa dalam mengorganisasikan dan

    mengembangkan tugas-tugas pembelajaran agar relevan dengan dengan pemecahan

    masalah berkaitan dengan memilih alat ukur sesuai fungsinya.

    Tahap yang kedua adalah tahap elaborasi. Pada tahap ini guru membagi siswa

    dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang. Kemudian guru membagi siswa

    lembar kerja kelompok yang akan didiskusikan oleh setiap siswa dengan

    kelompoknya masing-masing untuk memecahkan masalah yang terdapat pada lembar

    kerja tersebut. Kemudian guru mendorong siswa untuk mencari informasi yang sesuai

    dengan pemecahan masalah tersebut, dalam hal ini siswa diberikan kesempatan untuk

    bertanya atau mencari buku sebagai referensi dalam memecahkan permasalahan yang

    terdapat pada lembar kerja. Selain mememotivasi siswa untuk mencari informasi guru

    juga membimbing siswa untuk melakukan eksperimen. Setelah melakukan

    eksperimen guru membimbing siswa untuk mencari penjelasan dan pemecahan

    masalah yang dilakukan. Pada tahap ketiga adalah konfirmasi, guru membing siswa

  • 63

    untuk menarik kesimpulan dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya

    mengenai hal-hal yang belum diketahui siswa dalam memecahkan masalah pada

    lembar kerja yang dilakukan secara berkelompok.

    Kegiatan penutup dilakukan dengan alokasi waktu kurang lebih 10 menit.

    Pada kegiatan penutup ini guru bersama siswa berdoa menurut agamanya masing-

    masing kemudian guru menutup pembelajaran dengan salam penutup.

    Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 November 2016

    dengan alokasi waktu selama 70 menit dengan materi yang sama pada pertmuan yang

    lalu. Pada pertemuan ini tindakan dilakukan pada 3 tahap yang pertama eksplorasi,

    elaborasi dan konfirmasi. Kegiatan pendahuluan dilakukan dalam alokasi waktu

    kurang lebih 15 menit diawali dengan guru memberikan salam, guru bersama siswa

    berdoa bersama-asama, guru melakukan absensi.

    Kegiatan inti dilakukan dalam alokasi waktu 45 menit, pada kegiatan inti ini

    dilakukan dalam tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap

    eksplorasi guru bertanya kepada siswa tentang pembelajaran yang telah dilakukan

    pada pertemuan pertama yang lalu. Kemudian pada tahap yaag kedua yaitu elaborasi

    guru meminta siswa kembali kedalam kelompok yang sudah dibentuk pada

    pertemuan yang lalu, kemudian siswa melakukan penyusunan laporan hasil kerja

    yang telah dilakukan pada pertemuan yang lalu. Dalam kegiatan ini guru

    membimbing siswa untuk melakukan laporan kerja kelompok. Setelah itu guru

    meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok didepan kelas. Pada

    tahap konfirmasi guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap hasil kerja

    kelompok yang telah dilakukan selain melakukan refleksi pada kerja keompok guru

    juga melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

    Pada siklus 2 setiap pertemuan 1 dan 2 menggunakan hasil observasi guru

    dan siswa dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa untuk mengamati

    sintak pembelajaran yang dilakukan telah terlakan dengan baik atau tidak.

    Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh disajikan pada lampiran.

  • 64

    4.1.3.3 Hasil Belajar Peserta Didik Siklus 2

    Pada siklus 2 ini sebelum mendapatkan hasil belajar setelah menguji

    kemampuan siswa berupa posttest, peneliti sebelumnya menguji kemampuan awal

    siswa dengan melakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum

    menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Setelah

    melakukan kegiatan kegiatan proses pembelajaran, guru memberikan posttest kepada

    siswa untuk mengetahui kemampuan siswa setelah melaksanakan proses

    pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

    (PBL) pada siklus 2. Hasil posttest digunakan untuk mengetahui hasil pencapaian

    belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran dengan model Problem

    Based Learning (PBL) kelas 3 SD Negeri Gendongan 02. Hasil evaluasi yang berupa

    posttest kemudian dianalisa untuk mengetahui tingkat keberhasilan sisswa setelah

    mengikuti pembelajaran dengan mneggunakan model pembelajaran Problem Based

    Learning (PBL) telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥70.

    Hasil belajar siswa setelah dianalisa oleh peneliti menunjukkan bahwa

    peningkatan hasil belajar mencapai hasil yang memuaskan karena semua siswa kelas

    3 telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan.

    Kemampuan awal setelah mengerjakan siswa kelas 3 pada mata pelajaran

    Matematika setelah di uji dengan pretest dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  • 65

    4

    7

    14

    67

    2

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    ≥ 85 76 – 84 67 – 75 58 – 66 49 – 57 ≤ 48

    jum

    lah

    da

    ta

    frekuensi

    Hasil Pretest

    Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest

    Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 2

    No. Interval Frekuensi Presentase (%)

    1 ≥ 85 4 10,00 2 76 – 84 7 17,50 3 67 – 75 14 35,00 4 58 – 66 6 15,00 5 49 – 57 7 17,50 6 ≤ 48 2 5,00

    Jumlah 40 100 Berdasarkan tabel 4.6 dapat diurakan bahwa hasil pretest siswa kelas 3 pada

    mata pelajaran Matematika diperoleh 2 siswa berada pada interval ≤ 48 (10,00%), 7

    siswa berada pada interval 49 - 57 (15,00%), 6 siswa berada pada interval 58 - 75

    (15,00%), 14 siswa berada pada interval 67 - 75 (35,00%), 7 siswa berada pada

    interval 76 – 84 (17,5%),dan 4 siswa berada pada interval ≥85 (10,00%). Dengan

    nilai yang tertinggi adalah 90 dan nilai yang terendah adalah 40. Untuk lebih jelasnya

    dapat dilihat melalui data distribusi frekuensi nilai pretest dapat ditunjukkan dengan

    diagram seperti pada gambar berikut ini:

    Gambar 4.6 Diargam Frekuensi Hasil Pretest Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 2

  • 66

    10

    17

    34

    6

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    88 – 95 81 – 87 74 – 80 67 – 73 60 – 66

    Hasil Posttest

    Frekuensi

    Sedangkan hasil belajar dari soal posttest yang telah dikerjakan siswa kelas 3

    pada mata pelajaran Matematika dapat di lihat pada tabel yang disajikan berikut ini:

    Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest

    Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 2

    No. Interval Frekuensi Presentase (%)

    1 88 – 95 10 25,00

    2 81 – 87 17 42,50

    3 74 – 80 3 7,50

    5 67 – 73 4 10,00

    5 60 – 66 6 15,00

    Jumlah 40 100

    Berdasarkan tabel 4.7 dapat diurakan bahwa hasil posttest siswa kelas 3 pada

    mata pelajaran Matematika diperoleh 6 siswa berada pada interval 60 – 66 (15,00%),

    4 siswa berada pada interval 67 - 73 (10,00%), 3 siswa berada pada interval 74 - 80

    (7,50%), 17 siswa berada pada interval 81 - 87 (4,50%), 10 siswa berada pada

    interval 88 – 95 (25,00%). Dengan nilai yang tertinggi adalah 90 dan nilai yang

    terendah adalah 40. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui data distribusi

    frekuensi nilai posttest dapat ditunjukkan dengan diagram seperti pada gambar 4.7

    berikut ini:

  • 67

    Gambar 4.7 Diagram Frekuensi Hasil Posttest Kelas 3 SD Gendongan 02 Salatiga Siklus 2

    Selain didapatkan frekuensi hasil posttest siklus 2 kelas 3 SD Gendongan 02

    Salatiga didapatkan data ketuntasan belajar dari siswa yang disederhanakan dalam

    tabel distribusi ketuntasan belajar sebagai berikut:

    Tabel 4.8

    Distribusi Ketuntasan Belajar pada Posttest Siswa Kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga

    Siklus 2

    No Ketuntasan Jumlah Presentase 1 Tuntas ( ≥ KKM 70) 34 85% 2 Belum Tuntas ( ≤ KKM 70) 6 15% Rata – rata 82,12 Skor Maksimal 95 Skor Minimum 60 Std. Deviation 17.702

    Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa semua siswa kelas 4 mata pelajaran

    matematika kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga dengan jumlah siswa 40 siswa

    telah mencapai batas criteria ketuntasan minimal dengan skor tertinggi adalah 95 dan

    skor terendah 60.

    Untuk lebih jelasnya data nilai ketuntasan belajar yang diperoleh melalui

    posttest siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga siklus 2 pada tabel 4.8

    ditunjukkan pada diagram 4.8 berikut ini:

  • 68

    Gambar 4.8 Diagram Ketuntasan Belajar pada Posttest Siswa Kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 2

    4.1.3.4 Refleksi

    Pada siklus 2 ini pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan

    model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sudah meningkat secara

    keseluruhan sudah baik karena dalam prose pembelajaran guru mampu menguasai

    pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL)sehingga

    hasil belajar siswa meningkat pada siklus 2 dibandingkan siklus 1. Karena dapat

    dilihat dari siklus 2 bahwa 34 siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 telah mencapai

    ketuntasan belajar yang sudah ditentukan yaitu KKM ≥70. Sedangkan 6 siswa belum

    mencapai ketuntasan belajar yang sudah ditentukan. Tetapi pada siklus 2 ini

    mengalami kenaikan. Walaupun pelaksanaan pada silkus kedua sudah baik tetapi

    masih beberapa masalah yang mengganggu beberapa siswa kurang fokus terhadap

    pembelajaran yang cendeung bermain dengan siswa yang lain. Tetapi permasalahan

    tersebut diatasi dengan cara menegur dan menasehatinya.

    4.2 Rekaptulasi Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

    Hasil belajar siswa siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga dengan

    menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat dilihat dari

    kondisi awal, siklus 1dan siklus 2 dapat dilihat bahwa siswa mengalami perubahan

    85%

    15%

    Hasil Posttest Siklus 2

    Tuntas ( ≥ KKM 70)

    Tuntas ( ≥ KKM 70)

  • 69

    yang signifikan. Hasil belajar siswa pada kondisi awal siswa menunjukkan

    menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Pada kondisi awal 28 dari 40 siswa

    belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)≥70 yang ditentukan, tetapi pada

    siklus 2 hasil belajar siswa mengalami kenaikan dari siklus sebelumnya yang

    berjumlah 33 siswa mampu mencapai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM)≥70.

    Berikut ini merupakan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pada kondisi

    awal, siklus 1, dan siklus 2 yang disajikan pada tabel 4.9.

    Tabel 4.9

    Perbandingan Rekaptulasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kondisi awal, Posttest siklus 1, dan Posttest Siklus 2.

    No Nilai

    Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

    F Persen

    (%)

    Posttest Posttest

    F Persen

    (%) f

    Persen (%)

    1 Tuntas 12 30% 20 50% 34 85%

    2 Belum Tuntas 28 70% 20 50% 6 15%

    Jumlah 40 100% 40 100% 40 100%

    Berdasarkan tabel perbandingan rekaptulasi ketuntasan hasil belajar

    matematika dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari

    jumlah sebanyak 40 siswa pada mata pelajaran Matematika. Peningkatan siswa yang

    tuntas tersebut terbukti dengan kondisi awal masih banyak siswa yang belum tuntas

    setelah dilakukan tindakan di siklus 1 jumlah siswa yang meningkat adalah adalah

    sebanyak 20 siswa yang terlihat dari hasil posttest siklus 1. Kemudian pada siklus 2

    juga terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebanyak 34 siswa dari 40 siswa telah

    mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)≥70. Hal ini membuktikan bahwa

    pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran dapat meningkatkan hasil

    belajar siswa.

    Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

    membuat isswa lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan dalam bentuk

  • 70

    pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Ketuntasan hasil

    belajar siswa dapat dilihat pada diagram berikut ini:

    Gambar 4.9 Rekaptulasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal, Posttest Siklus 1, Posttest Siklus 2

    Berdasarkan diagram rekaptulasi ketuntasan hasil belajar Matematika kondisi

    awal, posttest siklus 1, dan posttest siklus 2. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa

    dari kondisi awal setelah dilakukan tindakan mengalami peningkatan dari 30 %

    menjadi 50%, kemudian dari siklus 1 terjadi peningkatan pada siklus 2 yaitu 50%

    menjadi 85%.

    4.3 Pembahasan

    Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilaksanakan terdapat

    peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II siswa kelas 3 SD Negeri

    Gendongan 02 Salatiga pada mata pelajaran Matematika. Guru melaksanakan

    kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

    12

    30%

    20

    50%

    34

    85%

    28

    70%20

    50% 6

    15%(%) (%)

    (%) F Persen F Persen

    F Persen Posttest Posttest

    Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

    Komparasi Ketuntasan Belajar Siswa dalam pembelajaran Matematika Menggunakan model

    PBL

    Tuntas Belum Tuntas

  • 71

    (PBL) didapatkan peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal terdapat 28 siswa

    yang belum tuntas dan 12 siswa yang telah mencapai batas ketuntasan minimal

    (KKM) ≥ 70 pada mata pelajaran Matematika meningkat setelah diberikan tindakan

    dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada siklus I pada mata

    pelajaran Matematika dengan kompetensi dasar memilih alat ukur sesuai fungsinya

    meningkat menjadi 20 siswa yang tuntas tuntas sedangkan siswa yang belum tuntas

    berjumlah 20 siswa. Karena belum memenuhi target pencapaian hasil belajar siswa

    yaitu 80% maka dilanjutkan penelitian dengan siklus II, dimana pada siklus II ini

    siswa yang tuntas meningkat menjadi 34 siswa sedangkan siswa yang belum tuntas

    adalah 6 siswa.

    Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model Problem Based Learning

    (PBL) siklus I dan siklus II selain didapatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD Negeri

    Gendongan 02 Salatiga pada mata pelajaran Matematika terjadi perubahan cara

    belajar siswa. Siswa menjadi lebih memahami materi pelajaran Matematika karena

    siswa dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

    sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya menjadi lebih bermakna, selain itu

    siswa menjadi lebih aktif sedangkan yang guru menjadi fasilitator. Hasil belajar siswa

    juga meningkat dari 20 siswa dari 40 siswa yang tuntas pada siklus II menjadi 34

    siswa yang tuntas (85%) pada siklus II mencapai batas ketantusan minimal KKM ≥

    70.

    Keberhasilan peningkatan hasil belajar ini menunjukkan bahwa model

    pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa,tetapi juga disertai dengan peningkatan cara belajar siswa yang lebih aktif

    selama proses pembelajaran dibandingkan dengan sebelum dilaksanakan tindakan

    dengan model Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Matematika.

    Dengan menggunakan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada

    pembelajaran Matematika, siswa menjadi lebih aktif dan kritis dalam memecahkan

    masalah-masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

  • 72

    Temuan keefektifan modelpembelajaran Problem Based Learning (PBL)

    dapat meningkatkan hasil belajar merupakan kontribusi sintak pembelajaran Problem

    Based Learning (PBL).Langkah orientasi siswapada masalah. Pada langkah ini siswa

    dihadapakan pada masalah matematika yang akan dipecahkan, artinya siswa siswa

    belajar memahami masalh yang berkaitan dengan materi pelajaran.

    Selanjutnya mengorganisasi siswa untuk belajar. Pada tahap ini siswa

    menjelaskan dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pemecahan

    masalah yang dberikan.

    Kontribusi sintak berikutnya adalah mendukung penyelidikan kelompok atau

    individu. Pada tahap ini siswa secara berkelompok mencari informasi untuk

    memecahkan masalah matematika yang diberikan.

    Langkah pembelajaran berikutnya adalah mengembangkan dan menyajikan

    artefak dan memamerkannya. Pada tahap ini siswa mengembangkan hasil dalam

    bentuk dari diskusi tentang pemecahan masalah matematika kemudian

    mempresentasikan hasilnya terhadap kelompok yang lain.

    Langkah terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses peyelesaian

    masalah. Pada tahap terakhir ini siswa merefleksi hasil kerja kelompok dan proses

    pembelajaran.

    Sinergi langkah model pembelajaran Problem Based Learning menjadi satu

    kesatuan yang dapat mengantarkan siswa memahami materi tentang menggunakan

    alat ukur panjang, berat dan waktu dapat mengerjakan tes secara baik. Dalam hal ini

    akan terjadi peningkatan hasil belajar. Temuan ini berarti sejalan dengan pandangan

    Muhammad Jauhar memilki kelebihan, yaitu siswa lebih memahami konsep yang

    diajarkan, siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri sehingga lebih bermakna,

    dan siswa lebih aktif.

    Temuan keberhasilan model PBL ini selain sejalan dengan teori tentang

    kelebihan model tersebut juga mendukung berbagai penelitian terdahulu seperti :

    Penelitian Mustamilah (2015) dengan menggunakan model Problem Based

    Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD Negeri Gonoso

  • 73

    Wonosegoro pada mata pelajaran matematika mengalami peningkatan dengan

    kondisi awal 36,6% meningkat pada siklus 1 presentase peningkatan hasil belajar

    meningkat menjadi 36,6%, siklus 2 menjadi 63,63% dan pada siklus meningkat

    menjadi 77,27%.

    Penelitian oleh Sri Giarti (2014) dengan menggunakna model Problem Based

    Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 6 SD Negeri 2 Bengke

    Wonosegoro pada mata pelajaran Matematika, meningkat dari kondisi awal

    presentase pencapaian KKM mencapai 30,77 %, meningkat pada siklus 1 menjadi

    58, 84% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 84,61 %.

    Penelitian Ahmad Subbanarrijal (2015) dengan menggunakan model Problem

    Based Learning (PBL) dapat menunjukkan hasil belajar siswa 4 SD N 01 Bojongsari

    Tahu pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Matematika, mengalami peningkatan

    pada siklus 1 mencapai 77,37% siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 85,17 dan

    pada siklus 3 meningkat menjadi 91,10% telah memenuhi target ketuntasan yaitu

    85%.

    Penelitian oleh Taurinda Mahardiyanti (2014) menggunakan Problem Based

    Learning (PBL) menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas 5 SD

    Negeri Bander 01 Tahun pelajaran 2015/2016 mata pelajaran Matematika dari siklus

    1 menjadi 56,67%, pada siklus 2 menjadi 70% pada siklus 3 meningkat 90%.

    Penelitian oleh Gunantara (2014) menggunakan Problem Based Learning

    (PBL) menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas 5 pada siklus 1

    70,00% meningkat pada siklus 2 menjadi 84,42%. Penelitian Putu Diantari (2014)

    menggunakan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa kelas 5 SD pada mata pelajaran Matematika.

    Penelitian oleh Putu Diantari (2014) menggunakan Problem Based Learning

    (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Oleh

    karena itu, pemebelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning

    (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan signifikan pada setiap siklus.