kajian bahasa rupa pada batik gendongan lasem motif …

7
Jurnal Seni Budaya 16 Volume 18 Nomor 1, Juli 2020 A. Pengantar Batik Lasem termasuk kedalam batik klasik, tercatat bahwa produksi batik Lasem sudah dimulai seja tahun 1415 diperkenalkan oleh seorang keturunan Tionghoa yang tinggal di daerah Lasem pada masa tersebut (Kusrianto, 2013). Batik kemudian semakin membudaya di daerah Lasem, menjadikan daerah tersebut memiiki ciri khas Batik yang kuat. Industri KAJIAN BAHASA RUPA PADA BATIK GENDONGAN LASEM MOTIF POHON HAYAT DAN SATWA Morinta Rosandini Program Studi Kriya Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi No.1, Terusan Buah Batu, 40257 Email:[email protected] Yuki Kireina Program Studi Kriya Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi No.1, Terusan Buah Batu, 40257 Email:[email protected] ABSTRAK Batik Gendongan Lasem merupakan salah satu produk budaya Indonesia yang saat ini keberadaannya sudah mulai hilang, hal tersebut terlihat dari menurunnya jumlah produksi kain batik gedongan di daerah Lasem, serta kerumitan motif serta teknik pembuatannya menambah faktor kelangkaan. Dalam upaya mengenalkan visual motif serta makna dan memaknai unsur desain yang terkandung pada batik gendongan asal lasem, kajian bahasa rupa pada motif batik ini diperlukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisa wimba pada unsur bagian motif batik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif-motif pada batik gendongan asal lasem memiliki karakter stilasi primitif dan mengisahkan cerita tentang keharmonisan alam yang memiliki makna cerita tentang doa-doa kebaikan bagi pemakai (ibu dan anak). Studi visual bahasa rupa ini dapat dijadikan acuan bagi para desainer untuk mengembangkan desain motif sebagai inspirasi berkarya agar batik gendongan Lasem dapat dikenal lebih luas Kata kunci: bahasa, batik, gendongan, dan lasem. ABSTRACT Batik Gendongan Lasem is one of the Indonesia’s cultural products which is currently being lost. It can be seen from the declining number of gendongan (carrying on back with cloth) batik production in Lasem area, as well as the complexity of the motives and the manufacturing techniques that also cause the scarcity. The study of visual language on batik motives is needed to introduce visual motives, meanings, and interpretation of the design elements contained in the gendongan batik of lasem. This study uses the approach of the Wimba analysis on the elements of batik motives. The results show that the motives on the gendongan batik from Lasem have primitive style. It tells the stories about the harmony of nature which has good wishes for the user (mother and child). The visual studies of visual language can be used as a reference for designers, as well as their inspirations, to develop the motives designs so that Lasem gendongan batik can be widely known. Keywords: language, batik, gendongan, Lasem. batik lasem masik eksis hingga kini, sempat mengalami pasang surut, namun menurut Rahayu (2008) Batik Lasem mengalami kejayaanya pada akhir abd 19 hingga akhir tahun 1970-an. Lasem masuk kedalam enam besar industri batik pada masa Hindia- Belanda, pada masa itu hamper 90% penduduk Lasem, khususnya perempuan keturunan Tionghoa, bekerja sebagai pengrajin batik. Namun, saat ini terdata hanya tersisa 10% masyarakat yang menggerakkan industri

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN BAHASA RUPA PADA BATIK GENDONGAN LASEM MOTIF …

Jurnal Seni Budaya

16 Volume 18 Nomor 1, Juli 2020

A. Pengantar

Batik Lasem termasuk kedalam batik klasik,tercatat bahwa produksi batik Lasem sudah dimulaiseja tahun 1415 diperkenalkan oleh seorang keturunanTionghoa yang tinggal di daerah Lasem pada masatersebut (Kusrianto, 2013). Batik kemudian semakinmembudaya di daerah Lasem, menjadikan daerahtersebut memiiki ciri khas Batik yang kuat. Industri

KAJIAN BAHASA RUPA PADA BATIK GENDONGAN LASEMMOTIF POHON HAYAT DAN SATWA

Morinta RosandiniProgram Studi KriyaUniversitas Telkom

Jl. Telekomunikasi No.1, Terusan Buah Batu, 40257Email:[email protected]

Yuki KireinaProgram Studi KriyaUniversitas Telkom

Jl. Telekomunikasi No.1, Terusan Buah Batu, 40257Email:[email protected]

ABSTRAK

Batik Gendongan Lasem merupakan salah satu produk budaya Indonesia yang saat ini keberadaannya sudahmulai hilang, hal tersebut terlihat dari menurunnya jumlah produksi kain batik gedongan di daerah Lasem,serta kerumitan motif serta teknik pembuatannya menambah faktor kelangkaan. Dalam upaya mengenalkanvisual motif serta makna dan memaknai unsur desain yang terkandung pada batik gendongan asal lasem,kajian bahasa rupa pada motif batik ini diperlukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisa wimbapada unsur bagian motif batik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif-motif pada batik gendongan asallasem memiliki karakter stilasi primitif dan mengisahkan cerita tentang keharmonisan alam yang memilikimakna cerita tentang doa-doa kebaikan bagi pemakai (ibu dan anak). Studi visual bahasa rupa ini dapatdijadikan acuan bagi para desainer untuk mengembangkan desain motif sebagai inspirasi berkarya agar batikgendongan Lasem dapat dikenal lebih luas

Kata kunci: bahasa, batik, gendongan, dan lasem.

ABSTRACT

Batik Gendongan Lasem is one of the Indonesia’s cultural products which is currently being lost. It can beseen from the declining number of gendongan (carrying on back with cloth) batik production in Lasem area,as well as the complexity of the motives and the manufacturing techniques that also cause the scarcity. Thestudy of visual language on batik motives is needed to introduce visual motives, meanings, and interpretationof the design elements contained in the gendongan batik of lasem. This study uses the approach of theWimba analysis on the elements of batik motives. The results show that the motives on the gendongan batikfrom Lasem have primitive style. It tells the stories about the harmony of nature which has good wishes for theuser (mother and child). The visual studies of visual language can be used as a reference for designers, aswell as their inspirations, to develop the motives designs so that Lasem gendongan batik can be widely known.

Keywords: language, batik, gendongan, Lasem.

batik lasem masik eksis hingga kini, sempatmengalami pasang surut, namun menurut Rahayu(2008) Batik Lasem mengalami kejayaanya pada akhirabd 19 hingga akhir tahun 1970-an. Lasem masukkedalam enam besar industri batik pada masa Hindia-Belanda, pada masa itu hamper 90% penduduk Lasem,khususnya perempuan keturunan Tionghoa, bekerjasebagai pengrajin batik. Namun, saat ini terdata hanyatersisa 10% masyarakat yang menggerakkan industri

Page 2: KAJIAN BAHASA RUPA PADA BATIK GENDONGAN LASEM MOTIF …

Morinta Rosandini dan Yuki Kireina: Kajian Bahasa Rupa pada Batik Gendongan Lasem Motif Pohon Hayat dan Satwa

Volume 18 Nomor 1, Juli 2020 17

batik Lasem. Faktor menurunnya produksi batik diLasem adalah akibat adanya krisis, kekurangan modaldan kurang nya kesadaran para penerus usaha batik,dalam hal ini anak muda (Rahayu, 2008).

Pada tahun 2009 UNESCO mengakui batiksebagai Intangible Heritage of Indonesia, hal inimendorong pemerintah daerah untuk mengembangkanbatik sebagai ciri khas daerah. Keputusan tersebutberdampak baik bagi para pengusaha batik Lasem,suntikan modal serta adanya upaya kreatif dan inovatifdari para pengusaha batik pribumi di Lasemmembangkitkan kembali geliat usaha batik Lasem(Maulany, 2017). Hal menarik yang muncul darikebangkitan industri batik ini adalah adanyapergeseran karakter dan makna dari batik itu sendiri.Batik Lasem yang berkembang saat ini Sebagianbesar menjadi benda komoditi masyarakat, sedangkanpada masa kejayaannya dahulu batik menjadi simbolperjalanan kehidupan masyarakat. Terlihat darilangkanya beberapa jenis batik yang sudah tidakdiproduksi lagi di Lasem, salah satunya adalah kainbatik Gendongan.

Kain Gendongan pada masa lampau menjadisalah satu bagian penting dalam kehidupan orangJawa, bayi dibuai dan di gendong dalam balutan batik(Ishwara, 2011). Menurut Heringa (1996) dalam Ishwara(2011) kain selendang untuk gendongan biasa disebutsebagai ‘sayut’ yang artinya “membalut”, sedangkandalam bahasa Jawa Kuno, ‘sayut’ berarti menolakbala. Keunikan dari ‘sayut’ asal Lasem yang digunakanuntuk menggendong anak adalah pada ornamentpenyusun nya, dimana pada setiap motifnyamemberikan doa dan pengharapan yang baik bagi anakyang digendong. Ciri khas motif kain gendonganLasem adalah motif yang banyak dipengrahui olehkebudayaan Cina, seperti motif hewan, gajah, burunghong, kilin, serta motif flora seperti bunga teratai, bungapeony, dan sulur. Motif-motif tersebut memiliki maknabaik bagi pemakainya (Ishwara, 2011).

Saat ini kain ‘sayut’ sudah sangat jarangdiproduksi, terlebih pada jenis ‘sayut’ klasik. Hal inidikarenakan masyarakat modern saat ini sudah jarangmenggunakan kain gendongan batik dalamkeseharian, produk substitusi gendongan lainnya lebihpraktis digunakan. Teknik produksi batik gendonganini pun terbilang rumit, sehingga tidka banyak pengrajinyang memproduksi kain tersebut. Padahal jika dilihatdari unsur estetika visual yang terkandung di dalamkain batik gendongan tersebut memiliki potensipegembangan yang besar untuk dapat dikembangkanpada kain batik Lasem, baik itu kain gendongan,maupun kain batik pada umumnya serta dapat juga

diterapkan kedalam produk-produk desain modernlainnya.

Dalam upaya pengenalan kembali keunikanbatik klasik Lasem, khususnya kain batik gendongan,diperlukan adanya analisa lebih dalam mengenai unsurvisual pada kain batik gendongan Lasem. Diantarabanyaknya referensi kain batik gendongan Lasem,penulis memilih satu kain batik gendongan yaitu kainbatik gendongan dengan motif pohon hayat dan satwa.Metoda analisa yang dilakukan adalah denganmenjabarkan visual motif dengan teori bahasa rupa,menggali satu persatu makna dari isi wimba denganmembaca cara wimba dan tata ungkapan yang adapada setiap motif yang tersaji. Hal ini dilakukan untukmengungkap makna batik kain gendongan secarautuh dan memberikan referensi desain lanjutan.

B. Kain Batik Gendongan Lasem

1. Analisa Visual Ornamen Batik Kain GendonganLasem

Ornamen pada kain Batik Gendongan Lasemmemiliki beragam jenis, pada penelitian ini dibatasipada pembahasan satu artefak batik gendongan klasikLasem yaitu Kain Batik Gendongan dengan motifPohon Hayat dan Satwa. Menurut Hout (2005) padaumumnya kain batik gendongan terdiri dari empatbagian penting :

Gambar 1. Bagian kain batik gendongan.(sumber : Hout , 2005)

Bagian utamanya yaitu pelemahan, terletakdi tengah kain dan menjadi bagian terbesar, bagianpinggiran sebagai frame, bagian garis yang

Page 3: KAJIAN BAHASA RUPA PADA BATIK GENDONGAN LASEM MOTIF …

Jurnal Seni Budaya

18 Volume 18 Nomor 1, Juli 2020

bergelombang bathuk/vulva, bagian kemadha yangmerupakan garis vertikal dan bagian jumbai/rumbai,pada batik Lasem tidak terdapat rumbai diujungnya.Bagian pelemahan pada kain batik gendongan Lasemmotif pohon hayat dan satwa menjadi bagian yangakan dibahas pada penelitian ini, dikarenakan padabagian tersebut sebagian besar motif tergambardisana.

Disamping itu pula, kain batik gendonganlasem motif pohon hayat dan satwa, dipilih karenavisualnya yang kuat dan banyak dipengaruhi olehkebudayaan cina dan india, serta memiliki ciri khaswarna batik Lasem yang kuat (warna merah, biru dansogan). Berikut adalah visual dari kain batik gendonganlasem motif pohon hayat dan satwa :

Gambar 2. Kain Batik Gendongan Lasem MotifPohon Hayat dan satwa(sumber : Ishwara, 2005)

Kain batik gendongan lasem motif pohon hayatdan satwa termasuk kedalam artefak lama,berdasarkan Ishwara (2011) dalam bukunya diungkapbahwa tahun pembuatan batik tersebut berkisar padatahun 1890/1900. Pada masa itu karakterpenggambaran seni batik di Lasem masih dipengaruhioleh budaya Cina, Jawa dan Hindu (Kusrianto : 2013,223). Seni batik pada masa itu bukan hanya menyoaltentang estetika, namun sebuah media komunikasipengrajin batik dalam menyampaikan maknakehidupan. Komunikasi tersebut disampaikan melaluisimbol-simbol konkret yang dituangkan dalamselembar kain batik (Kusrianto:2013,3). Begitu pulayang tertampak dan tersirat pada kain batik gandonganlasem motif pohon hayat dan satwa. Didalamnyaterdapat kandungan makna berupa cerita dari penciptabatik terdahulu.

Analisa kain batik gendongan lasem motifpohon hayat dan satwa dilakukan dengan membacaornamennya dengan teori bahasa rupa. Teori inidigunakan karena (1) pengrauh budaya komunikasitimur (Jawa, Cina, dan Hindia) yang kuat ada padakain batik gendongan Lasem motif Pohon Hayat danSatwa, (2) cara penggambarannya secara keseluruhanvisual, khususnya pada bagian utama motif kain

batiknya, dapat terlihat adanya karakter penggayaangambar dengan sistem menggambar ruang-waktu-datar (RWD).

Menurut Tabrani (2005) dalam bukunyaBahasa Rupa :

Ciri-ciri gambar RWD : gambar ‘ditembak’/ di‘shoot’ dari aneka arah, aneka jarak, danwaktu. Gambarnya jadi sebuah sekuen yangber-matra waktu dan bisa berdiri dari beberapaadegan dengan objek-objek yang bisa bergerakdalam ruang dan waktu. (Tabrani, 2005: 100).

Ornamen pada kain Batik Gendongan Lasemmotif pohon hayat dan satwa memenuhi karakter RWDdimana gambar motifnya dapat dilihat dari berbagaiarah, adanya variasi jarak, serta objek motifnyabercerita tak berbatas waktu. Lebih dalam akandijelaskan pada bagian analisa bahasa rupa batik padabab selanjutnya.

Pada bahasa rupa unsur yang menyusun nyaadalah wimba (image) dan tata ungkapan (samahalnya seperti grammar pada bahasa kata).Sedangkan pada wimba terdiri dari Isi Wimba dan CaraWimba. Isi Wimba adalah objek gambarnyasedangkan cara wimba adalah cara sebuah objekdigambarkan. Tata ungkapan adalah cara menyusunwimba pada sebuah satu kesuatuan, tata ungkapaninilah yang membuat sebuah gambar memiliki cerita(Tabrani : 2005, 102).

Tahapan pertama untuk mengetahui bahasarupa apa dan cerita apa yang tersirat pada kain batikgendongan lasem motif pohon hayat dan satwa, adalahdengan menjabarkan satu persatu Isi Wimba. Berikuttabel penjabaran Isi Wimba pada kain batik gendonganLasem motif pohon hayat dan satwa khusus padabagian pelemahan atau bagian tengah utamanya. IsiWimba dijabarkan berdasarkan nama motif , jenis motifdan makna motif.

2 Isi Wimba dan Makna Mitos pada Kain BatikGendongan Lasem

Jenis motif batik, khususnya batik klasik/keraton dengan unsur alam seperti yang ada di kainbatik gendongan lasem, dapat dibagi menjadi tigajenis, yaitu motif batik semen, motif batik sawat, danmotif batik alas-alasan (Pujiyanto : 2003, 129). Berikuthasil analisa isi wimba pada kain batik gendonganlasem :

Page 4: KAJIAN BAHASA RUPA PADA BATIK GENDONGAN LASEM MOTIF …

Morinta Rosandini dan Yuki Kireina: Kajian Bahasa Rupa pada Batik Gendongan Lasem Motif Pohon Hayat dan Satwa

Volume 18 Nomor 1, Juli 2020 19

Tabel 1. Isi Wimba pada Kain Batik GendonganLasem Pohon hayat dan satwa

Isi Wimba, Nama dan Jenis Motif

Makna Motif

Pengharapan manusia dalam kehidupanya untuk mencapai kesempurnaan, dan sulur melambankan umur panjang (Kusrianto, 2013). Sumber kehidupan, kekayaan dan kemakmuran (Hoop (1949) dalam Pujiyanto (2003).

Motif Pohon Hayat (Motif Semen)

Bunga Botana atau bunga peony, disebut fu-gui hua, merupakan bunga kekayaan dan kehormatan. Bermakna kebahagiaan, kesetiaan, kecantikan abadi, dan umur panjang (Sumarsono, 2011). Di Indonesia Peoni disamakan dengan bunga teratai (Rahayu, 2014)

Motif Bunga Peony (Motif Semen)

Melambangkan kekuatan, moral yang tinggi dan kesabaran (Ishwara, 2011). Motif Gajah (Motif Alas-

alasan)

Simbol keyakinan dan kesiap-siagaan (Rahayu, 2014).

Motif Ayam (Motif Alas-alasan)

Melambangkan kedatangan musim semi/hujan, membawa harapan dan juga ketenangan hidup seperti di pedesaan (Sumarsono, 2011)

Motif Kerbau (Motif Alas-alasan)

Melambangkan kebaikan dan keberhasilan (Ishwara, 2011). Merupakan binatang surgawi, raja dari segala burung yang bebas dari penderitaan (Rahayu, 2014) Motif Burung Hong (Motif

Alas-alasan)

Melambangkan kebahagiaan dan kegembiraan (Sumarsono, 2011)

Motif Burung Huk (Motif Alas-alasan)

Kesetiaan suami-istri dan kebahagiaan dalam pernikahan (Sumarsono, 2011) Motif Bebek (Motif Alas-

alasan)

Page 5: KAJIAN BAHASA RUPA PADA BATIK GENDONGAN LASEM MOTIF …

Jurnal Seni Budaya

20 Volume 18 Nomor 1, Juli 2020

Dari tabel tersebut dapat ditarik kesimpulanbahwa :

(1) Kain batik gendongan lasem motif pohonhayat dan satwa, memiliki didominasi oleh motif jenissemen dan alas-alasan. Artinya motif alam adalahunsur utama pada motifnya, hal ini memperkuat bahwakain batik gendongan ini dibuat pada masa keratonJawa masih berkuasa, masuk kedalam batik klasik.

(2) Makna motif yang terkandung didalamnya,memil iki makna yang erat berkaitan dengankesuburan, kemakmuran dan kebahagaan serta doa-doa yang baik, hal ini mengungkapkan harapan yangbaik bagi yang memakainya, baik ibu yangmenggendong maupun anak yang digendong.

Dari unsur isi wimba tersebut masih dibahasterpisah, sehingga pengamatan dapat dilanjutkandengan analisa makna yang lebih holistik terkandungdidalam kain batik gendongan lasem. Makna ini dapatdigali lebih lanjut dengan meneliti tata ungkapan padawimba kain batik gendongan lasem, dengan caramembaca kaitan antar isi wimba yang ada.

3 Cara Wimba dan Tata Ungkapan Bahasa Rupapada Kain Batik Gendongan Lasem

Bagian pelemahan kain batik gendonganlasem motif pohon hayat dan satwa memiliki bagianterbesar pada keseluruhan kain batik, sekitar tiga per-empat bagian ornamen dari batik ini terdapat di bagianpelemahan. Oleh karena itu, pembahasan difokuskanpada analisa pada bagian tersebut. Dalam upayamemahami cerita dibalik kesatuan motif yang adadipakai analisa cara wimba dan tata ungkapan wimba.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnyacara wimba adalah cara sebuah objek digambarkan,faktor yang dapat dinilai dari cara wimba atas sebuah

Melambangkan cinta kasih (Ishwara, 2011).

Motif Kupu-kupu (Motif Alas-alasan)

wimba antara lain : faktor ada yang diperbesar, anekatampak, dari kepala sampai kaki, skala, sinar ‘x’, danskala (Tabrani, 2005). Setelah memahami isi wimbadan makna masing-masing menurut mitos Jawa, makaberikutnya membaca bagaimana wimba tersebutdigambarkan lalu tafsir bahasa rupanya. Tata ungkapanpada sebuah wimba dianalisa berdasarkan beberapafaktor sifat yang muncul pada antar kaitan isi wimba.Faktor tersebut antara lain : apakah wimba tersebutdigeser, ada kesan ruang angkasa, bentuk dinamis,gambar kembar, menggambarkan kejadian, tampakkarakteristik, dan beberapa faktor lainnya. Berikutanalisa cara wimba dan tata ungkapan pada ornamenpelemahan kain batik gendongan lasem, motif pohonhayat dan satwa.

Gambar 1. Bagian Pelemahan Kain BatikGendongan Lasem Motif Pohon Hayat dan Satwa

(Sumber: Ishwara, 2011)

Melambangkan pengusir roh jahat (Sumarsono, 2011).

Motif Kalajengking (Motif Alas-alasan)

Page 6: KAJIAN BAHASA RUPA PADA BATIK GENDONGAN LASEM MOTIF …

Morinta Rosandini dan Yuki Kireina: Kajian Bahasa Rupa pada Batik Gendongan Lasem Motif Pohon Hayat dan Satwa

Volume 18 Nomor 1, Juli 2020 21

Analisa Cara WimbaTabel 2. Cara Wimba Kain Batik Gendongan Lasem

Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwakain batik gendongan lasem motif pohon hayat dansatwa memiliki karakteristik bahasa rupa dimanasemua faktor cara wimba terpenuhi. Pada faktor ‘adayang diperbesar’ mengungkapkan makna bahwa padamotif bagian yang diperbesar memiliki arti doa/harapanpaling besar bagi anak yang digendong, sedangkanpada faktor ‘dari kepala sampai kaki’ mengungkapkanbahwa cara penggambbaran kain batik ini digambardengan karakter bahasa rupa timur yang bersifatprimitif. Lalu pada faktor ‘aneka tampak’ pengrajin batikpada masa tersebut bermaksud memberikan sudut

pandang terbaik dalam upaya menceritakan maknayang dibawa pada kain batik tersebut, dan faktor‘skala’ merupakan upaya komunikasi prioritas peranterpenting dalam cerita yang ada pada motif batikgendongan lasem.

Analisa Tata Ungkapan

Tabel 3. Tata Ungkapan Kain Batik GendonganLasem

Berdasarkan tabel analisa tata ungkapan diatas, dapat disimpulkan, bahwa hampir dari semuafaktor tata ungkapan bahasa rupa pada kain batikgendongan lasem motif pohon hayat dan satwatersebut memenuhi setiap karakteristik bahasa rupatimur atau bahasa rupa primitif yang didalamnyaterkandung cerita. Cerita tersebut menggambarkanbagaimana kehidupan di alam, dimana pohon hayatsebagai tumbuhan menjadi sumber kehidupan bagihewan yang ada disekitarnya. Hewan yangdisekitarnya hidup bebas bergerak mengelilingi pohonhayat yang juga tumbuh dengan subur. Para pembatik

Cara Wimba Membaca Bahasa Rupa

Ada yang diperbesar Wimba pohon hayat dan bunga peony Digambar lebih besar dari semua wimba yang ada. Pesan yang tampak : Bahwa pohon hayat dan bunga peony adalah unsur paling penting bagi kehidupan alam, sebagai sumber kehiudpan dari semua kehidupan. Sehingga pesan utama yang ingin disampaikan oleh pembatik pada masa lampau untuk pengguna kain gendongan ini adalah doa bagi anak agar anak mencapai kesempurnaan, kekayaan dan kemakmuran.

Wimba Kerbau, adalah wimba kedua yang memiliki ukuran paling besar kedua setelah motif pohon hayat, Motif kerbau digambarkan lebih besar dari motif gajah, padahal secara nyata bahwa gajah memiliki ukuran lebih besar. Namun pada motif ini gambar kerjau diperbesar, sesuai dengan teori bahasa rupa, hal ini menunjukkan bahwa pesan yang ingin disampaikan melalui motif kerbau lebih besar ketimbang dari pesanyang ingin disampaikan melalui motif gajah. Bersasarkan makna mitos orang Jawa bahwa kerbau adalah perlambangan ketengangan. Oleh sebab itu, harapan besar bagi anak yang digendong adalah mendapatkan ketenangan.

Dari kepala sampai kaki

Semua wimba pada kain gendongan lasem motif pohon hayat dan satwa, digambarkan dari kepala sampai kaki, tidak ada yang dipotong, kesemuanya utuh. Semua ornamen hewan yang ada digambarkan lengkap dari kepala hingga kaki, kerbau, bebek, gajah, hingga kupu-kupu. Bahkan pohon hayat pun digambar dari ujung pucuk bunga hingga akar.

Aneka Tampak Ornamen kerbau, burung, bebek, dan ayam semua nya digambarkan tampak samping. Karena tampak samping inilah bagian paling optimal dalam upaya menceritakan rupa nya dengan jelas. Jika digambarkan dari depan maka banyak bentuk yang hilang, seperti bentuk ekor tdak bisa diperlihatkan, oleh karenaitu posisi samping adalah posisi paling baik untuk bercerita secara utuh.

Bentuk bunga, kupu-kupu dan kalajengking digambarkan tampak atas. Karena tampak atas adalah posisi paling optimal untuk bentuk bunga, kupu-kupu, dan kalajengking untuk menceritakan bentuknya secara utuh.

Skala Pohon hayat digambarkan memiliki skala lebih besar dari yang aslinya, begitu juga dengan bunga. Kerbau digambarkan lebih besar dari skala aslinya jika dibandingkan dengan gajah.

Gajah digambarkan skala yang lebih kecil dari aslinya, bidandingkan dengan skala kerbau.

Skala motif yang kecil digambarkan pada beberap bentuk antara lain : kupu-kupu dan kalajengking.

Cara Wimba Membaca Bahasa Rupa Digeser

Kain gendongan lasem memiliki banyak unsur ornament sehingga memiki banyak isi wimba, sebagian wimba digambarkan bergeser higga terlihat dan bisa diceritakan. Wimba yang digeser antara lain, kalajengking, kupu-kupu dan burung huk. Adanya pergeseran berarti adanya sebuah cerita yang ingin disampaikan, yaitu adanya pergerakan.

Ruang Angkasa Ornamen pada kain batik gendongan digambarkan secara mirror, artinya dapat gambar kesatuan dapat terlihat dari berbagai sisi. Kanan, kiri, atas dan bawah. Ornamen pohon hayat digambarkan berulang pada sisi kanan dan kiri, hal tersebut terlihat dari adanya dua akar pohon di sisi kanan dan kiri, lalu sulur tumbuhannya menyatu ditengah. Ornamen binatang lainnya ikut digambarkan terbalik antara kanan dan kiri, hal ini menceritakan adanya gerakan berkeliling dari hewan-hewan tersebut.

Bentuk dinamis,

blabar ekspresif

Garis yang digambar pada kain batik gendongan lasem, adalah garis dinamis dan ekspresif. Terlihat dari penggambaran kaki kerbau yang tidak lurus namun melengkung, hal ini menceritakan bahwa hewan ini sedang menggerakkan kakinya untuk berlari. Gestur yang ditampilkan adalah gestur berlari kencang. Sebagian besar wimba binatang yang ada di dalam batik tersebut digambarkan dengan dinamis. Begitu juga dengan garis pada sulur batang pohon yang digambarkan sangat dinamis, artinya pohon ini senantiasa bergerak.

Bentuk tubuh relatif

statis Terdapat pula beberapa wimba yang digambarkan relatif statis, salah satunya adalah wimba ornament gajah. Kaki depan gajah nampak statis dan terdiam, hal ini dapat diartikan bahwa pergerakan gajah tidak banyak atau gajah sedang kelelahan dan berhenti sejenak. Gerakan gajah tidak terlihat lebih dinamis dengan gambar kerbau, burung dan binantang lainnya.

Kejadian

Bukan still picture, namun pada kesatuan komposisi batik menceritakan sebuah adegan dan proses, terdapat ukuran waktu. Pada ornament kain batik gendongan ada ceriita tentang alam, cerita tentang pohon hayat yang hidup dikelilingi oleh banyak hewan, mulai dari hewan darat (kerbau, gajah, bebek dan ayam), hewan tanah (kalajengking) , hingga hewan udara (burung dan kupu-kupu). Hal ini mengisahkan tentang keharmonisan hidup di alam.

Tampak karakteristik

Semua bagian wimba pada kain batik gendongan digambarkan dengan tampak karakteristiknya, sesuai dengan cara wimba yang digambarkan dengan aneka tampak. Kerbau, gajah, bebek, ayam dan sulur pohon digambarkan dengan tampak samping, tampak yang paling mudah dikenali. Kupu-kupu, kalajengking, dan bunga digambarkan dalam tampak atas.

Page 7: KAJIAN BAHASA RUPA PADA BATIK GENDONGAN LASEM MOTIF …

Jurnal Seni Budaya

22 Volume 18 Nomor 1, Juli 2020

pada masanya, menggambarkan setiap ornamendengan tata ungkapan wimba pada kain batikgendongan lasem dengan maksud menyusun ceritatentang keharmonisan alam sehingga menjadi doa danharapan baik bagi pemakainya.

C. Kesimpulan

Kain batik gendongan lasem motif pohon hayatdan satwa merupakan kain batik klasik yang saat inisudah tidak diproduksi lagi oleh para pembatik diLasem. Kekuatan kain batik gendongan Lasemtersebut salah satunya ada pada keunikan dankekayaan ornamen yang digambarkan di keseluruhanpermukaan batiknya, khususnya ada bagianpelemahan (bagian tengah kain gendongan). Kesatuanornamen pada kain batik gendongan Lasem motifpohon hayat dan satwa, memiliki karaktertistik bahasarupa primitif dimana didalamnya mengandung ceritayang tidak bebatas ruang, tempat, dan waktu. Parapembatik pada masa tersebut bermaksudmenceritakan sebuah kisah tentang keindahan alam,dimana pohon hayat tumbuh dengan harmonis denganhewan-hewan lainnya. Ini adalah sebuah bentukkomunikasi dari para pembatik pada jamannya untukmemberikan pengharapan yang baik bagi parapemakainya, khususnya bagi ibu dan anak yangmenggunakan kain gendongan tersebut.

Dari cara isi wimba, cara wimba, tataungkapan yang ada pada kain batik lasem tersebutdapat djadikan inspirasi berkarya bagi para desainerbatik lainnya untuk dapat menghasilkan karya yangtidak sekedari baik secara estetis namun memilikimakna kuat. Diharapkan hasil analisa ini dapatdigunakan sebagai pertimbangan bagi para pembatikdan desainer lainnya dalam merancangan desain motifbaru. Bagi para pembatik Lasem tidak hanya untukmengungkapkan sejarah, namun juga mengungkapmakna dan maksud cerita dari para pembatik masalalu, serta diharapkan dapat meneruskan dan

mengenalkan keunikan dari kain batik gendonganLasem, serta harapan untuk semakin meramaikanindustri batik di Lasem.

KEPUSTAKAAN

Hout, I.C. Van. 2015. Beloved Burden : BabywearingAround the World. LM Publisher.

Ishwara, Helen. Yahya, L.R. Supriyapto. Moeis, Xe-nia. 2011. Batik Pesisir Pusaka Indonesia.Jakarta : KPG.

Kusrianto, Adi. 2013. Batik Filosofi, Motif danKegunaan. Yogyakarta : C.V Andi Offset.

Maulany, Nazala Noor. Masruroh, Nur Naelil. 2017.“Kebangkitan Industri Lasem di awal AbadXXI”. Jurnal Patrawidya, Vol. 18. No 1 (April20017 : 1-12.

Pujiyanto. 2003. “Mitologi Jawa dalam Motif BatikUnsur Alam”. Jurnal Bahasa dan Seni. Tahun31, Nomor 1. (Februari 2003) : 128-141.

Rahayu, Murniasih Dwi. Alrianingrum, Septina. 2014.“Perkembangan Motif Batik Lasem CinaPeranakan Tahun 1900-1960”. AVATARA,e-journal Pendidikan Sejarah. Vol. 2, No. 2(Juni 2014): 36-49.

Rahayu, Kanti. 2008. Upaya Perlindungan BatikLasem oleh Pemerintah KabupatenRembang. Tesis S2. Pascasarjana IlmuHukum. Universitas Dipeonegoro.

Sumarsono, H. 2011. Batik Pesisir Pustaka. Jakarta:KPG.

Tabrani, Primadi. 2005. Bahasa Rupa. Bandung: Kelir.