industri batik lasem di kabupaten rembang sebagai industri unggulan indonesia

22
INDUSTRI BATIK LASEM DI KABUPATEN REMBANG SEBAGAI INDUSTRI UNGGULAN INDONESIA Dibuat untuk Memenuhi Tugas Manajemen Strategi Oleh : YUNISCA WIJAYA (1453001) ALTANA OSHADA (1453012) JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Upload: yuniscawijaya

Post on 08-Nov-2015

249 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

lmnkmk

TRANSCRIPT

INDUSTRI BATIK LASEM DI KABUPATEN REMBANG SEBAGAI INDUSTRI UNGGULAN INDONESIA

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Manajemen Strategi

Oleh :

YUNISCA WIJAYA (1453001)ALTANA OSHADA (1453012)

JURUSAN MAGISTER MANAJEMENFAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHABANDUNG2015

7

1. PendahuluanKabupaten Rembang memiliki berbagai jenis potensi industri kecil dan kerajinan yang sangat unik dan menarik untuk dapat dikembangkan sehingga dapat dijadikan obyek yang dapat menarik investor untuk dapat masuk di Kabupaten Rembang. Banyak potensi industri yang berbasis pada sumber daya alam yang dapat dikembangkan sehingga dapat dijadikan keunggulan komperatif yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Industri tersebut antara lain Garam Rakyat, Pengolahan Ikan, Mebel Antiq, Batik, Bordir, Kuningan, Kerajinan Kerang, Terasi, Genteng, Industri pembuatan tas dan dompet, sabuk dan lain-lain sehingga diharapkan dapat mendongkrak sektor ekonomi riil dalam era otonomi daerah sekarang ini. Kerajinan batik di Kabupaten Rembang merupakan klaster industri yang baru terbentuk pada tahun 2004, walaupun telah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Namun, perkembangan kerajinan batik Lasem hingga saat ini stagnan serta pengaruhnya terhadap ekonomi lokal yang tidak terlalu besar. Kerajinan batik tulis di kabupaten Rembang mempunyai ciri khas tersendiri,yang terkenal dengan nama batik Lasem. Ada beberapa tempat kerajinan batik tulis, yaitu di kecamatan Pancur dan kecamatan Lasem. Hasil produksi batik tulis disamping dipasarkan lokal, juga telah dieksport. Batik Lasem merupakan salah satu jenis batik pesisiran, tepatnya pesisiran Utara Laut Jawa, yang dihasilkan oleh para pengrajin batik di Kabupaten Rembang, khususnya di Kecamatan Lasem, Pancur, Pamotan dan Rembang. Batik Lasem sudah dikenal luas sejak abad ke-19 dengan jangkauan pemasaran meliputi pulau Jawa, pulau Sumatra, Semenanjung Malaka, pulau Bali, pulau Sulawesi, wilayah-wilayah Asia Timur, Suriname dan benua Eropa. Batik Lasem merupakan seni batik tulis yang memiliki ciri multikultural (keragaman budaya), akibat akulturasi aneka budaya, khususnya budaya Cina/ Tionghoa dan budaya Jawa di kota Lasem yang dulu merupakan salah satu dari tiga kota pelabuhan terbesar sejak jaman kerajaan Majapahit. Melalui pengamatan terhadap sehelai batik Lasem, kita dapat mengenali hasil silang budaya (multikultur) tersebut antara lain Terjadi silang budaya dalam motif batik Lasem. Motif Cina yaitu fauna (burung, naga, ikan, ayam, kelelawar dll), flora (seruni, delima, magnolia, sakura dll), geometris, benda alam (gunung, rembulan dll), dan motif lainnya (mata uang, gulungan surat), bersilang dengan motif Jawa yaitu geometris khas batik vorstenlanden (Solo dan Yogya) ceplok, parang, lereng dan sebagainya.

2. Pendekatan Klaster IndustriPendekatan klaster industri merupakan sebuah konsentrasi geografis perusahaan dan institusiyang saling berhubungan pada sektor tertentu,yang saling berhubungan karena kebersamaan dansaling melengkapi. Klaster industri mendorong perusahaan-perusahaan didalamnya untuk bekerjasama dan bersaing satu sama lain. Kementerian Koperasi dan UKM dalam buku Pemberdayaan UKM Melalui Pemberdayaan SDM dan Klaster Bisnis, menunjukkan pengertian klaster sebagai kelompok kegiatan yang terdiri atas industri inti, industri terkait, industri penunjang, dan kegiatan-kegiatan ekonomi (sektor-sektor) penunjang dan terkaitlain, yang dalam kegiatannya akan saling terkaitdan saling mendukung. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa klaster industri merupakansalah satu pendekatan yang dapatdigunakan dalam peningkatan daya saing industri. Oleh karena itu, untuk menganalisis daya saing klaster industri batik Lasem, penelitian ini menggunakan pendekatan klaster industri. mengadopsi pada model konseptual yang diadopsi dari buku porter terdapat beberapa model yaitu faktor kondisi, kondisi permintaan,industri pendukung dan terkait, strategi perusahaandan persaingan, peran pemerintah. Model konseptual pada paper ini akan dibahas secara lengkap pada gambar dibawah ini.

Berdasarkan model konseptual pada gambar diatas dapat dibahas dengan beberapa faktor, yang akan dibahas pada tabel dibawah ini : NOFAKTORANALISA

1Faktor KondisiBahan Baku

Sumber Daya Manusia

Modal

Penelitian dan pengembangan

Peralatan Produksi

Budaya

2Kondisi PermintaanPengembangan segmen pasar dan produk

Pemarasan

3Industri Terkait dan Industri PendukungKeberadaan industri terkait

Keberadaan industri pendukung

4Strategi, Struktur, dan Persainganstruktur

Tingkat Persaingan

5PemerintahInfrastruktur

Birokrasi

A. Faktor Kondisi1. Bahan BakuBiaya produksi yang sangat tinggi, menyebabkan sebagian besar pengrajin batik mengimpor bahan baku dari luar. Ketika harga bahan baku tersebut dinaikkan mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Karena harga bahan baku di dalam negeri juga mahal. Bahkan industri tekstil dalam negeri tidak memprioritaskan bahan baku yang ada untuk unit usaha kecil seperti industri batik tetapi lebih untuk industri besar. Sementara itu pasar domestik juga bersaing dengan batik printing dari Cina yang lebih murah.Masalah lain yang dihadapi oleh industri batik Indonesia adalah hak paten. Kebanyakan desain dan corak batik Indonesia ditiru oleh Cina, Malaysia dan Vietnam. Apalagi saat ini Malaysia telah mempatenkan batik sebagai produk Malaysia dan mempunyai hak untuk ekspor. Ini sangat merugikan industri batik di Indonesia. Sehingga masalah hak cipta ini membuat para pengrajin batik dirugikan. Dan lagi selama ini batik telah dikenal sebagai identitas bangsa Indonesia. Dan ini menjadi polemik jika para pengrajin tidak diarahkan untuk mempatenkan desain yang mereka buat untuk menghindari penjiplakan.2. Sumber Daya ManusiaPeran sumberdaya manusia dalam perekonomian nasional dan potensi pasar bagi pelaku bisnis harus diimbangi dengan kualitasnya. Sumberdaya manusia akan menjadi asset yang bernilai dan merupakan kekuatan bangsa jika hal tersebut diimbangi dengan kualitas yang ada. Sebaliknya, sumber daya yang besar akan menjadi beban bagi suatu negara jika keahlian yang dimiliki sangat rendah. Peran pendidikan dalam meningkatkan keahlian sumberdaya manusia merupakan modal dasar bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Dalam industri batik jumlah tenaga kerja yang cukup besar dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi sangat diperlukan. Minimal sebagai konsultan ataupun fasilitator untuk mengembangkan inovasi desain. Masalah sumber daya manusia yang sangat kurang menyebabkan industri batik tersendat-sendat. Sebagian pembatik yang mengerjakan batik tulis sangat sedikit dan kebanyakan dari mereka usianya sudah tua. Sehingga dikhawatirkan jika tidak ada regenerasi seni batik tulis lasem akan hilang atau bisa dikatakan punah. Jadi menurut kami yang menjadi salah satu yang menyebabkan pudarnya industri batik Lasem adalah sumber daya manusia. Karena kebanyakan jenis batik Lasem adalah batik tulis yang proses pembuatannya rumit sehingga tidak ada regenerasi.3. ModalKeterbatasan modal membuat sebagian pengrajin tidak dapat memenuhi permintaan apalagi ketika krisis moneter melanda Indonesia, pengrajin batik semakin kesulitan, impor kain dan obat-obatan untuk pewarna melonjak tajam. Karena sulit bagi usaha kecil menengah seperti industri batik jika tidak ada dukungan pemerintah apalagi bersaing dengan industri tekstil yang mempunyai modal besar. Selain itu dengan adanya dukungan mitra usaha dapat membantu industri kecil menghidupi usaha-usaha yang digelutinya. Bagi beberapa pengusaha batik lasem masih merasa kurangnya dukungan bantuan modal bagi usaha mereka dikarenakan bank-bank pemerintah memberikan pinjaman dengan suku bunga yang cukup tinggi, sehingga dirasa berat oleh mereka yang hanya memiliki usaha kecil.

4. Penelitian dan pengembanganProduk batik yang dihasilkan oleh industri batik di Indonesia ada 3 (tiga) yaitu, batik tulis, batik cap dan batik printing. Proses pembuatan ketiga batik ini berbeda. Pada masa jayanya, pengrajin batik hanya membuat batik tulis yang menggunakan pewarna dari alam seperti jati, pohon mengkudu, soga, nila. Disebut batik tulis karena proses penggambaran motifnya menggunakan tangan. Proses pembuatan batik tulis agak lama memakan waktu bermingguminggu bahkan bulanan bila desain motifnya memang sulit sehingga harga jualnya juga relatif mahal. Karena tingkat kesulitan pengerjaan atau lama tidaknya pengerjaan menentukan harga batik. Sehingga produksi batik tulis ini hanya diproduksi sesuai pesanan. Jenis batik yang kedua adalah batik cap. Disebut batik cap karena motif batik dibentuk dengan cap, biasanya dibuat dari tembaga. Batik cap juga disebut dengan batik cetak. Sehingga pada pengembangannya muncul jenis produksi sablon yaitu penggunanan klise atau hand print untuk mencetak motif diatas kain. Dengan proses produksi menggunakan sistem cap ini, para pengrajin dapat menghasilkan produksi batik lebih banyak. Karena proses pembuatannya tidak terlalu lama. Pada perkembangan selanjutnya muncul jenis printing yaitu produksi batik melalui mesin. Jika dengan teknik tulis produksi untuk satu kain batik tulis membutuhkan waktu yang lama maka dengan mesin printing hanya dengan sehari bisa menghasilkan puluhan bahkan ratusan kain batik. Tetapi kemunculan batik printing ini banyak dipertanyakan oleh para seniman batik. Sebab batik printing dianggap merusak tatanan dalam seni batik apalagi proses pembuatannya tidak menggunakan proses pembuatan batik pada umumnya yaitu menggunakan lilin atau malam.5. Peralatan Produksi1.Wajan.Wajan terbuat dari besi cor dan tebal. Wajan ini sebagai wadah saat mendidihkan malam/lilin agar selalu dalam kondisi cair.2.Kompor.Kompor cocok untuk perapian/memanas malam/lilin , panasnya bisa diatur dengan dengan mudah sesuai kebutuhan.

3.Gawangan.Alat untuk meletakan kain yang sedang dibatik.

4.Canting.Canting berfungsi untuk menempelkan malam/lilin pada kain. Canting terbuat dari tembaga tipis yang tebalnya kurang dari 0,5 mm. Bentuknya dibuat sedemkian rupa sehingga mudah untuk mengambil dan menuangkan malam/lilin panas. Bentuk mulut canting dibuat lonjong yang lebih sempit dari bandannya. Lobang ujung canting berdiameter antara o,25mm hingga 3mm.

6. BudayaBudaya Tiongkok terlihat dari motif burung phoenix (Hong), naga (Liong), unicorn (kilin) ikan mas, figur dewa-dewi, swastika, kelelawar, bunga pheony, bunga seruni, buah delima banyak ditemukan sekitar tahun 1800-1942. Pembatik sekaligus konsumennya sendiri sebelum tahun 1990an adalah Tionghoa selain komunitas Minangkabau, Palembang, Jambi, Bali dan Suriname. Warna budaya Jawa dalam batik Lasem terjadi dalam dua cara (1) kombinasi motif dan warna Jawa-Tiongkok pada desain batik Lasem, misalnya batik tiga negara yang memiliki warna merah, biru dan coklat/ soga. (2) diproduksi batik bernuansa Jawa di beberapa tempat sekitar Lasem, yaitu Kauman dan Warugunung. Batik jenis ini dihiasi dengan motif Jawa pedalaman (udan liris, kaung, ) yang dikombinasikan dengan motif khas Lasem seperti burung Hong dan tumbuh-tumbuhan lokal. Warna yang dipakai adalah coklat, biru dan putih/bledag. Pengaruh budaya Champa tertulis dalam buku Serat Badrasanti. Menyebutkan bahwa putri Na Li Ni dari Champa mengajarkan teknik pembatikan di Lasem kepada anak-anak dan tetangganya di daerah Kemandhung. Putri Na Li Ni adalah istri dari Bi Nang Un seorang nakhoda kapal dalam armada laut laksamana Ceng Ho dari dinasti Ming Tiongkok yang mendarat di pantai Regol lasem pada tahun 1413. Kajian terhadap gambar keramik Hoi Anh (Champa) abad 15 yang diangkat dari reruntuhan kapal di lepas pantai Vietnam. Motif tujuh titik (nyuk pitu), sisik, dan segi tiga (untu walang dan tumpal pucuk rebung). Beberapa peneliti barat memperkirakan batik Lasem dipengaruhi oleh motif kain Chintz asal Coromandel India. Perkiraan ini didasarkan bentuk stilisasi sulur tanaman berbunga pada Chintz amat mirip dengan motif Lung-lungan dan buket Lasem. Belanda memberi pengaruhnya sendiri pada motif Buketan walaupun tidak digambar secara naturalis sebagaimana pengusaha Belanda di Pekalongan. Buketan Lasem dibuat sekedarnya untuk menggambarkan kumpulan bunga tertentu. Penyederhanaan dilakukan karena efesiensi waktu dan biaya proses pembuatan. Awalnya konsumen dari batik Lasem adalah perempuan etnis suku Tionghoa, berubahnya segment pasar akibat dari pakaian gaya barat dengan perhitungan lebih praktis. Pengusaha batik terpaksa mengalihkan pasar kepada non Tionghoa. Untuk menghormatinya mayoritas konsumen baru yang beragama Islam perubahan desain dilakukan seperti penggunaan warna hijau sebagai warna dasar kain. Dikurangi motif hewan dan ditambahkan motif flora lokal seperti cipiran, latoha, lombokan dsb. Jadi Industri batik yang ada di Indonesia merupakan ciri khas budaya yang merupakan peninggalan sejarah. Sehingga sudah menjadi tanggung jawab semua masyarakat Indonesia untuk menjaga kelestarian batik. Hal ini yang menjadi salah satu ciri khas dari indonesia yaitu dengan hanya mengenal batik, kita sudah mengetahui bahwa batik merupakan dari indonesia, selain itu terdapat motif batik yang berbeda-beda tegantung dari asal daerah batik tersebut, contohnya ketika kita melihat corak batik lasem, kita langsung mengetahui bahwa batik tersebut berasal dari rembang yang terkenal dengan motif yang terletak pada warna merah darah ayam pada motif kain batik lasem rembang. Kekhasan warna dan motif yang menjadi jejak sejarah inilah yang membuat Batik Lasem diburu oleh para kolektor batik. Industri batik di Lasem merupakan usaha home industry yang mengandung nilai ketahanan budaya yang strategis dilihat dari sudut integrasi antar etnis, agama yang ada di daerah tersebut sebab baik dari motif yang diciptakan, proses produksi yang ada merupakan ekspresi dari adanya simbiose multualistis antara warga pribumi dan warga keturunan tionghoa, Oleh karena itu Lasem yang mempunyai sejarah asimilasi budaya yang sangat panjang merupakan area yang dapat digunakan pemerintah untuk model pembauran antar etnis dan agama berbasis kerajinan rakyat bagi daerah lain di Indonesia.

B. Kondisi Permintaan1. Pengembangan segmen pasar dan produkDalam perkembangannya, terdapat beberapa inovasi yang dilakukan oleh salah satu pengrajin batik lasem tersebut, salah satu inovasi yang dilakukan perajin batik Lasem tersebut adalah membuat motif yang lebih gaul, yang dimana motif ini lebih disukai oleh kaum muda. Selain merangkul pasar yang lebih luas, diharapkan juga bisa mengajak generasi muda untuk mencintai produk khas dalam negeri. Upaya pengrajin membuat batik tulis Lasem tampil lebih trendi ternyata turut mendongkrak omzet penjualan.2. PemarasanLasem khususnya dan Rembang pada umumnya memiliki potensi pariwisata yang dapat dikembangkan. Posisi geografis, budaya yang hidup di masyarakat dan sejarah kota yang panjang dan unik memungkinkan Lasem dan Rembang untuk memiliki kelengkapan dan keragamam obyek wisata yang tidak bisa dimiliki daerah lain. Semua obyek wisata yang ada saat ini sangat mudah untuk diakses wisatawan. Hal ini karena sarana dan prasarana yang telah tersedia dengan cukup, Hanya sayangnya sampai saat ini pemerintah daerah belum mempunyai pusat informasi pariwisata yang memadai yang mudah diakses sehingga dapat memudahkan masuknya Rembang dan Lasem dalam paket wisata yang berskala nasional dan internasional. Batik Lasem yang memiliki ciri khas dan sudah terkenal sejak lama belum diolah menjadi obyek wisata yang menarik. Demikian juga sebaliknya produk batik Lasem belum diolah menjadi produk yang mampu menyedot wisatawan.C. Industri Terkait dan Industri Pendukung1. Keberadaan industri terkaitKeberadaan industri-industri batik yang lain keadaanya tidak terlalu menggembirakan. Bahkan untuk mendapatkan batik tertentu seperti batik Lasem sangat sulit, khususnya batik tulis. Demikian juga dengan batik Yogya dan batik Solo, walaupun tidak separah batik Lasem, tapi produksinya sangat menurun. Pengrajin batin Yogya dan Solo semakin berkurang. Demikian juga dengan batik-batik yang lain seperti batik Ciamisan, batik Banyumas, batik Indramayu dan batik Tasik. Kalaupun ada produksi biasanya berdasarkan pesanan dalam partai kecil dan dititipkan pada pemilik merek terkenal seperti Batik Keris atau Danar Hadi. Untuk jenis Batik Yogyakarta, motif batik Yogya terdiri dari motif klasik dan modern. Motif klasik seperti parang, geometri, banji, tumbuhan menjalar, motif tumbuhan air, bunga, satwa dan lain-lain. Warna batik Yogya umumnya dasar putih, dengan warna hitam dan coklat. Sedangkan untuk jenis Batik dari Pekalongan memiliki ciri khas tersendiri dari warnanya yang natural dan motifnya beragam hias. Gaya batik Pekalongan gaya pesisiran jadi lebih bebas dan banyak mendapat pengaruh dari luar. Jenis-jenis batik dari Pekalongan yaitu batik pecinan yang memiliki ciri khas warnanya variatif dan cerah. Dalam selembar kain terdapat beberapa macam warna. Motif yang digunakan banyak memasukkan unsur budaya cina seperti motif burung hong atau merak dan naga. Biasanya motif batik pecinan lebih sulit dan halus.2. Keberadaan industri pendukungUntuk mendapatkan bahan baku yang berupa kain, malam/lilin dan obat pewarna para pengusaha melakukan kontak bisnis dengan pedagang dari Solo, Semarang dan Pekalongan, kontak dengan para pedagang dari daerah-daerah tersebut sudah terjadi sejak lama, generasi pengusaha yang sekarang tinggal meneruskan hubungan yang sudah dibangun oleh generasi sebelumnya. Demikian pula dengan hasil produknya, diambil oleh pedagang yang telah lama menjadi pelanggan. Sampai saat ini belum ada lembaga sejenis koperasi yang dapat membantu pengusaha batik mengatasi masalah penyediaan bahan baku dan bahan pendukung serta pasar. Keterlibatan pemerintah dan instansi terkait sangat dibutuhkan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif dan sekaligus menjadi pendorong untuk melakukan/membentuk forum rembuk klaster. Umumnya pengusaha sulit disatukan terutama jika pengusaha tersebut sudah besar dan kuat, peran pemerintah dapat memaksa pengusaha tersebut untuk bergabung sehingga transfer pengalaman dapat diciptakan.D. Strategi, Struktur, dan Persaing1. StrukturPada saat ini struktur pada industri batik lasem memiliki Jaringan internal antar pelaku UKM yang berupa berbentuk pemasok bahan baku untuk pembuatan batik lasem yang menurut kami jaringan ini harus diperkuat agar jaringan internal pada industri batik lasem, sehingga dapat menghadapi pasar yang lebih luas.2. Tingkat PersainganMotif yang ditawarkan oleh batik lasem yang diantaranya corak berwarna ayam jago merah, memberikan nilai yang lebih menarik dibandingkan dengan kompetitor batik asal daerah lainya, hal ini yang membuat batik lasem mampu bersaing didalam pasar batik nasional. Selain motif yang berwarna ayam merah, batik lasem mampu membidik pasar segmen kaum generasi muda yang membuat pangsa pasar batik lasem mampu menjangkau pasar yang lebih luas. Selain membidik pasar persaingan sesama industri batik, terdapat juga beberapa pasar tekstil diluar industri batik yang menjadi pesaing dari batik lasem.E. Pemerintah1. InfrastrukturKebijakan pemerintah untuk mendukung usaha kecil dituang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 127 tahun 2001 tentang bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang /jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau besar dengan syarat kemitraan. Karena sulit bagi usaha kecil menengah seperti industri batik jika tidak ada dukungan pemerintah apalagi bersaing dengan industri tekstil yang mempunyai modal besar. Selain itu dengan adanya dukungan mitra usaha dapat membantu industri kecil menghidupi usaha-usaha yang digelutinya khususnya pada industry batik lasem, karena pada umunya sektor yang bergerak pada pengrajin industri batik adalah jenis pengarjin dari usaha kecil menengah.2. BirokrasiSaat ini yang menjadi ancaman bagi industri batik adalah persaingan di tingkat internasional dalam hal harga dan hak paten. Dan industri yang sulit berkembang akibat iklim usaha yang kurang mendukung seperti peraturan, birokrasi, keamanan dan sosial politik. Meskipun pada awalnya Malaysia telah mempatenkan batik sebagai bagian dari budaya, namun pada akhirnya dunia mengakui bahwa batik adalah warisan dari budaya Indonesia. Hal ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah, pemerintah harus tegas didalam membuat peraturan yang ketat dalam melestarikan budaya batik indonesia, khususnya batik lasem agar dunia international mengetaahui batik berasal dari indonesia bukan dari negara lain. Tanpa infrastruktur maupun birokrasi yang mengatur kebijakan pendukung yang baik, perkembangan klaster batik lasem mungkin tidak akan sebagus sekarang. Dengan demikian, hasil pengujian memperlihatkan bahwa konstruk pemerintah mempengaruhi potensi pengembangan klaster industri.

3. Alasan Pemilihan Batik Lasem RembangMenurut kami, sejarah batik mulai berkembang di bumi nusantara sejak terpecahnya Kerajaan Mataram, menjadi Kasunan (Surakarta) dan Kasultanan (Yogyakarta). Secara umum, desain batik dari Jawa ini menjadi cikal bakal desain batik di Indonesia. Batik dari Jawa dan dari pulau-pulau lain memiliki beragam filosofi dan makna simbolis yang biasanya dikaitkan dengan sejarah, agama, pemerintahan, kekuasaan kerajaan, dan edukasi pada masa itu. Selain itu kami berdua adalah pecinta dan pengagum batik. Meskipun kami belum mengenal dengan dalam tentang batik namun kami ingin terus belajar memperdalam wawasan tentang batik. Oleh karena itu alasan kami mengambil topik batik lasem didaerah rembang sebagai salah satu industri unggulan indonesia, kami menganggap batik rembang ini mampu bersaing dengan batik dari daerah lainya. Karena motif pada batik Rembang memiliki daya saing yang unggul karena dipengaruhi oleh beberapa budaya seperti Jawa, Arab, Cina, India, dan Eropa yang memiliki ciri khasnya tersendiri yaitu terletak pada warna merah darah ayam pada motif kain batik lasem rembang. Warna merah ini, dikarenakan air di wilayah Lasem memiliki senyawa yang khas yang tidak dimiliki oleh wilayah lain. Seperti halnya kekhasan tanaman atau makanan di wilayah lain. Kekhasan warna dan motif yang menjadi jejak sejarah inilah yang membuat Batik Lasem diburu oleh para kolektor batik.4. KesimpulanFaktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan klaster industri batik Lasem di Kabupaten Rembang, adalah: 1) Faktor kondisi perusahaan yang meliputi sumber daya manusia, bahan baku, peralatan, permodalan, penelitian dan pengembangan, produktivitas dan motivasi bergabung dalam klaster. Diantara dimensi faktor kondisi ini yang paling berpengaruh adalah sumber daya manusia;2) Kondisi permintaan yang meliputi pengembangan segmen dan pemasaran. Dimensi yang paling berpengaruh adalah pengembangan segmen yang berkaitan dengan desain dan inovasi produk; 3) Faktor pemerintah yang meliputi birokrasi maupun kebijakan serta infrastruktur yang disediakan pemerintah. Sehingga Batik Lasem didaerah rembang ini, mampu bersaing pada industri batik nasional dan merupakan salah satu unggulan indonesia.5. Sumber Penulisan1) http://dmacpamsimasrembang.blogspot.com/2010/04/industri-kecil-dan-kerajinan-kabupaten.html 2) http://economy.okezone.com/read/2010/06/16/22/343455/sempat-mati-suri-batik-tulisnya-kini-tembus-rp150-juta-bulan3) http://www.perpustakaan.depkeu.go.id/FOLDERJURNAL/Kajian%20Pembiayaan%20dalam%20rangka%20Pengembangan%20Klaster.pdf 4) http://lppm.uns.ac.id/pengembangan-industri-batik-di-lasem-sebagai-upaya-revitalisasi-seni-rupa-tradisional-dan-peningkatan-ketahanan-budaya-berbasis-pariwisata-universitas-sebelas-maret.html