summary of the case

14
Slavery in the Chocolate Industry | 1 A. Summary Of The Case Perkembangan industri coklat di Amerika dan di beberapa belahan dunia terbilang cukup pesat. Berdasarkan dari data yang diperoleh 55 % coklat yang dikonsumsi masyarakat tersebut disupply dari daerah pertanian di Ivory Coast, Afrika Barat. Dapat dilihat dari grafik dibawah ini kurang lebih sekitar 25% pendapatan daerahnya berasal dari usaha cocoa beans. Pada tahun 2008-2009 (Oktober sampai September) terdapatada 3,54 juta ton biji kakao (cocoa beans) yang dihasilkan negara Afrika memproduksi 2,45 juta ton (69%) (sumber: International Cocoa Organization-ICCO Press release 30 November 2011). Dengan kondisi demikan menunjukkan jika mayoritas pendapatan daerah tersebut berasal dari sektor pertanian cocoa beans. Untuk menunjang kelancaran proses dan panen maka digunakanlah tenaga kasar yang berasal dari anak laki-laki dengan rentan usia antara 12-16 tahun, terkadang menggunakan usia anak yang lebih muda, misalnya usia 9 tahun. Anak-anak tersebut didapatkan dari hasil traffickers agent yang menjualnya kepada pemililik lahan cocoa beans. Anak-anak itu diculik dan dijual dari desa terpencil di Pantai Gading maupun negara sekitarnya seperti Benin, Burkina Faso, Mali dan Togo. Anak-anak tersebut dipaksa untuk bekerja

Upload: zairi

Post on 24-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Slavery in the Chocolate Industry | 9

A. Summary Of The CasePerkembangan industri coklat di Amerika dan di beberapa belahan dunia terbilang cukup pesat. Berdasarkan dari data yang diperoleh 55 % coklat yang dikonsumsi masyarakat tersebut disupply dari daerah pertanian di Ivory Coast, Afrika Barat. Dapat dilihat dari grafik dibawah ini kurang lebih sekitar 25% pendapatan daerahnya berasal dari usaha cocoa beans. Pada tahun 2008-2009 (Oktober sampai September) terdapatada 3,54 juta ton biji kakao (cocoa beans) yang dihasilkan negara Afrika memproduksi 2,45 juta ton (69%) (sumber: International Cocoa Organization-ICCO Press release 30 November 2011).

Dengan kondisi demikan menunjukkan jika mayoritas pendapatan daerah tersebut berasal dari sektor pertanian cocoa beans. Untuk menunjang kelancaran proses dan panen maka digunakanlah tenaga kasar yang berasal dari anak laki-laki dengan rentan usia antara 12-16 tahun, terkadang menggunakan usia anak yang lebih muda, misalnya usia 9 tahun. Anak-anak tersebut didapatkan dari hasil traffickers agent yang menjualnya kepada pemililik lahan cocoa beans. Anak-anak itu diculik dan dijual dari desa terpencil di Pantai Gading maupun negara sekitarnya seperti Benin, Burkina Faso, Mali dan Togo. Anak-anak tersebut dipaksa untuk bekerja dari matahari terbit sampai matahari tenggelam. Tempat tinggal untuk mereka pun tidaklah manusiawi dan terisolir. Mereka yag berusaha melarikan diri dan biasanya tertangkap, dipukuli sebagai contoh untuk yang lainnya dan kemudian dikurung di ruang isolasi dalam kurun waktu yang lama. Setiap tahun tidak terhitung berapa banyak anak yang mati atau dibunuh di pertanian kakao di Pantai Gading dan Ghana.Beberapa media internasional berhasil mendapatkan informasi mengenai tindakan tersebut.Misalnya: True Vision, boardcast televisi milik negara Inggris mengambil video anak laki-laki yang sedang bekerja di Ivory Coast. Pada tahun 2001 Dewan HAM Amerika melaporkan data berisikan kasus penjualan anak sekitar 15.000 yang berasal dari Benin, Burkina Faso, Mali, Togo dipekerjakan sebagai tenaga buruh di Pertanian Coklat, Ivory Coast. Kemudian pada tahun yang sama ILO (International Labor Organization) juga melaporkan bahwa kasus slavery tersebar luas di daerah Ivory Coast. The New York Time melaporkan jika child slavery menjadi sebuah permasalahandi Afrika Barat. Hal yang sama dilakukan oleh Fortune Magazine dan BBC documentary. Slavery sebenarnya sudah dianggap ilegal dipantai gading, namun payung hukum tidak bisa diterapkan secara tegas di Ivery Coast. Permasalahan semakin kompleks dengan rendahnya integritas penegak hukum yang dapat dengan mudah untuk disuap. Selain itu fluktuasi harga cocoa beans di global market yang mengalami tekanan sejak tahun 1996, kemudian mengalami fase naik turun. Pada akhir tahun 2010 harga cocoa beans mulai naik kembali.

Sekitar 627.000 ton hasil produksi kakao tersebut dijual ke Amerika Serikat dengan nilai transaksi mencapai US$ 31 Milyar melalui perusahaan jasa penggilingan kakao untuk selanjutnya dijual ke produsen cokelat di Amerika Serikat. 4 besar perusahaan cokelat Amerika yang menggunakan bahan baku kakao dari Pantai Gading yaitu:Nama PerusahaanProduk

Hershey Food Corpssusu cokelat Hershey , Reeses dan Almond Joy

Mars, IncM&M, Mars,Twix,Dove, dan Milky Ways

Nestley USANestley Crunch, Kit Kat, Baby Ruth dan Butterfingers

Kraft Foodcokelat untuk baking dan produk lain

Archer Daniels Midland CoPerusahaan Jasa Penggilingan dan Pemrosesan biji kakao yang dijual ke produsen cokelat

Barry Callebaut

Cargill Ins

Asosiasi perusahaan industri coklat akhirnya merespon tekanan dari komunitas anti slavery untuk aware terhadap permasalahan yang ada. US Representative Eliot Engel mengusulkan penggunaan label freeslave hal ini menunjukkan konsumen yang membeli coklat,mendukung gerakan anti perbudakan anak.Namun beberapa pihak merasa dengan adanya sistem labeling tersebut akan menurunkan tingkat penjualan, menurunkan harga cocoa. Beberapa perusahaan besar seperti Mars, Hershy, Kraft foods, Archer Daniels Midland melobi pihak yang berwenang agar tidak menyetujui sistem labeling.

Pada tahun 2002, Asosiasi Chocolate Manufacture dan World Chocolate Foundation bersama-sama menandatangani perjanjian dengan nama Harkin-Engel Protocol dimana didalam perjanjian tersebut terdapat pernyataan jika cocoa beans yang digunakan untuk membuat coklat tidak berasal dari child slaves, adanya bantuan program pelatihan penanaman & sosialisasi informasi pelarangan penggunaan pekerja dibawah umur (anak-anak)pada petani coklat.

Di awal tahun 2008, perusahaan-perusahaan tersebut tidak kunjung merealisasikan certification sistem atau metode lain yang bisa memastikan jika tindakan perbudakan anak tidak terlibat dalam proses produksi cocoa beans. Perusahaan tersbut menjanjikan deadline realisasi certification akan diperpanjang hingga 2010. Berbeda dengan janji yang diberikan oleh pihak perusahaan mengenai certification, pada tahun 2008 Fortune Magazine melaporkan hasil investigasinya menemukan suatu fondation yang bekerja di Ivory Coast dengan jumlah karyawan (staff member) satu orang. Foundation ini berkewajiban untuk memberikan program pelatihan penanaman & sosialisasi informasi pelarangan penggunaan pekerja dibawah umur (anak-anak) pada petani coklat. Selain itu foundation tersebut harus memastikan adanya housing / shelter yang layak, pendidikan.

Permasalahan certifiation sistem merupakan pekerjaan rumah yang tidak terselesaikan sampai pada tahun 2011. Pihak representative cocoa companies berargumen mengenai permasalahan tersebut yang disebabkan oleh banyaknya petani cocoa (600.000 jiwa), yang tersebar di daerah pelosok/terisolir. Akhirnya tanpa adanya sistem certification yang efektif, besar kemungkinannya coklat yang kita konsumsi berasal dari Afrika Barat dimana didalamnya masih terkontaminasi dengan tindakan perbudakan anak-anak.

B. Exiting Problems

Berdasarkan uraisan permasalahan diatas, maka menarik untuk mengulas beberapa pertanyaan dalam kasus tersebut, diantaranya :

1. Apakah isu-isu etis sistemik, perusahaan dan individu yang diangkat dalam kasus ini?

2. Di dalam pandangan Anda, apakah jenis perbudakan anak dibahas dalam kasus ini benar-benar salah apapun itu, atau hanya relatif salah, yaitu jika salah satu terjadi pada kehidupan bermasyarakat (seperti kita) yang tidak menyetujui perbudakan?

3. Siapakah yang bertanggung jawab atas terjadinya membagi tanggung jawab moral untuk perbudakan yang terjadi di chocolate industry ini: petani Afrika? Pemerintah Afrika? perusahaan-perusahaan cokelat Amerika seperti Hershey, Mars, Nestle dan Kraft? Distributor seperti Archer Daniels Midland Co, Barry Callebaut, dan Cargill Inc? Konsumen seperti Anda dan saya yang tahu tentang situasi ini tetapi terus membeli cokelat tercemar?

C. Analyis

1. Apakah isu-isu etis sistemik, perusahaan dan individu yang diangkat dalam kasus ini?

a. Isu IndividuAntara 1996 dan 2000, harga biji kakao menurun. Penurunan ini didikte oleh kekuatan global dimana petani tidak punya kendali. Dengan harga rendah, petani beralih ke perbudakan untuk mencoba memotong biaya tenaga kerja demi kelangsungan hidup mereka dalam situasi ini. Ada masalah sistemik lain berkaitan dengan aspek hukum perbudakan di industri coklat. Membuka perbatasan, kekurangan aparat penegak dan kesediaan para pejabat lokal untuk menerima suap dari anggota perdagangan budak semuanya berkontribusi terhadap masalah. Mereka secara sadar dan bebas melakukan perbudakan kepada anak-anak itu untuk memanen hasil kakao mereka. Di artikel ini pula dijelaskan bahwa mereka dengan sengaja berusaha agar tindakan mereka tidak diketahui walaupun tindakan tersebut ilegal.b. Isu Corporate Ecthics1) Perusahaan DistributorPerusahaan penggilingan dan pemrosesan hasil biji kakao dari para petani tentunya mengetahui secara langsung asal muasal biji kakao yang akan di produksinya, baru setelah adanya pemberitaan dan desakan dari berbagai pihak, mereka mau melakukan nota kerjasama. Selain itu juga bersedia membantu system sertifikasi, namun ternyata mereka tidak bisa berbuat banyak karena 1 juta perkebunan kakao dimiliki oleh keluarga kecil di desa terpencil.2) Perusahaan Coklat

Sebagai pengguna utama dari pengguna hasil kakao, masalah etika yang terkait adalah bagimana tindakan perusahan setelah mengetahui akan adanya perbudakan ini. Langkah yang sudah diambil antara lain ikut mendanai penelitian tentang hal ini, mendirikan Chocolate Manufacturers Association dan World Kakao Foundation dan memberikan pelatihan bagi para petani.2. Di dalam pandangan Anda, apakah jenis perbudakan anak dibahas dalam kasus ini benar-benar salah apapun itu, atau hanya relatif salah, yaitu jika salah satu terjadi pada kehidupan bermasyarakat (seperti kita) yang tidak menyetujui perbudakan?

a. Egoisme TheoryEgoisme Theory menyatakan bahwa erilaku yang dapat diterima tergantung pada konsekuensinya. Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri tanpa merugikan orang lain. Maka analisis dalam kasus perubudakaan anak ini pihak yang sangat diuntungkan adalah petani dan perusahaan coklat di Afrika. Dari persepektif petani adalah mereka memperkerjakan para anak-anak dibawah umur untuk memanen hasil kakao mereka dengan upah yang sangat rendah dengan perlakuan seperti budak. Kemudian dari persepektif perusahaan penggilingan biji coklat hal ini sangat mengutungkan karena mereka membeli biji coklat yang kemudian dijual kembali dalam bentuk serbuk coklat kepada perusahaan pembuatan aneka ragam produk coklat dengan harga yang tinggi. Dengan demikian, pihak yang sangat dirugikan adalah para pekerja yang notabene mereka yang dibawah umur dengan tidak diberikan hak kesejahteraan dan hak untuk memperoleh pendidikan. Maka dapat kami simpulkan pada kasus perbudakan anak dalam industry coklat ini tidak tertika ditinjau dari egoism theory.b. Right theoryTeori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Dalam kasus perbudakan anak dalam industry coklat telah melanggar HAM diantaranya adalah adanya Hak hidup, hak memperoleh keadilan, hak memperoleh pendidikan,dan masih banyak lagi hak-hak yang telah dirampas. Hal ini dengan jelas melanggar hak untuk hidup dan keadilan bahwa dalam kasus adanya penyekapan, penyiksaan, perbudakan bahkan pembunuhan yang dilakukan oleh para petani kakao. Kemudian pada usia antara 9-12 tahun mereka dipekerjakan paksa oleh petani kakao demi tujuan sepihak, sedangkan pada usia 9-12 tahun ini adalah usia dimana anak-anak itu harus memperoleh pendidikan untuk mendapatkan kebahagiaan dimasa yang akan datang. Dengan demikian, kami menyimpulkan berlandaskan toeri hak maka kasus perbudakan anak pada industry coklat ini tidak beretika.3. Siapakah yang bertanggung jawab atas terjadinya tanggung jawab moral untuk perbudakan yang terjadi di chocolate industry ini ? Berdasarkan Corporate Responsibility yang dijelaskan oleh Velasquez bahwa tanggungjawab moral diukur dari : Dilakukan secara sadar dan bebas melakukan suatu tindakan Tanggungjawab atas tindakan itu diringankan ketika ada ketidakmampuan dan ketidaktahuan Tanggungjawab moral atas kesalahan atau kerugian dapat menjadi ringan karena kondisi ketidakpastian dan bobot keterlibatan yang kecil.NoPihakKomponenTanggungjawab Moral

Peran TahuSadarBobot Keterlibatan

1Petani AfrikaBerperan menggunakan tenaga anakTahu bahwa itu tindakan ilegalDilakukan dengan sadarBesarBertanggung jawab

2Pemerintah AfrikaGagal mencegah terjadinya perbudakan (penegakan hukum, keterbatasan pegawai, KKN)Tahu bahwa itu illegalTerjadi karena kesadaran penuhBesarBertanggung jawab

3Produsen CokelatGagal mencegah perbudakan walau sudah berupaya sertifikasi dan LebellingTahu setelah ada pemberitaanSadar bahwa itu salah, selanjutnya melakukan upaya pencegahanBesarBertanggung jawab

4Distributor Biji CoklatDistributor coklat langsung menjadi penerima dari petani coklatTahu lebih awal dari produsenDengan sadar memanfaatkan rendahnya hargaBesarBertanggung jawab

5KonsumenMembeli produk cokelatTahu setelah publikasiTidak sepenuhnya sadarKecilBertanggungjawab (ringan)

D. Recomended SolutionsSolusi yang lain bisa diterapkan antara lain:1. Penerapan standar harga/ harga dasar yang sama untuk komoditi biji kakao

2. Penegakkan dan penyusunan kembali peraturan mengenai perbudakan

3. Peningkatan peran dan tanggungjawab perusahaan coklat dalam bidang sosial ekonomi dan pendidikan dalam lingkungan masyarakat Afrika barat.E. ImplementationsPenerapan solusi atau langkah upaya mengatasi perbudakan harus dilakukan oleh seluruh stakeholder (bukan hanya produsen cokelat). Masing-masing punya tanggungjawab secara moral untuk mengatasi hal ini. Implementasi dari solusi tadi antara lain melalui :

1. Worl Trade Organitation bersama dengan pemerintah di afrika, AS dan para pengusaha dibidang industry cokelat berunding untuk mewujudkan harga standar yang diakui oleh seluruh dunia akan hasil biji kakao. Dengan standar harga yang layak diharapkan para petani dapat menjual hasil produksinya pada tingkat yang lebih menguntungkan dengan memproduksi biji kakao sehingga dapat memberikan upah yang layak dan tenaga kerja yang terdidik.2. Meskipun pemerintah afrika dan para perusahaan coklat telah memberlakukan peraturan berupa setifikasi dan lebelling anti perbudakan namun pada realisasiya belom juga efektif untuk mengahapuskan perbudakan di pantai gading. Maka perlu adanya peninjauan kembali mengenai peraturan yang telah disyahkan dan mempertegas kembali pelaksanaan peraturan anti perubadakan baik dari PBB, Pemerintah Afrika dan seluruh stakeholder perusahaan coklat.

3. Tanggungjawab sosial peruhaaan pada seluruh prusahaan coklat baik produsen maupun distributor mempunyai tanggungjawab sosial ekonomi, hukum dan lingkungan terhadap para petani dan masyarakat sekitar harus dijalankan secara berkelanjutan dengan substainablility perusahaan. F. Conclusions