summary of manajerial accounting

16
ANALISIS PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERNAL, PERSEPSI KESESUAIAN KOMPENSASI, MORALITAS MANAJEMEN TERHADAP PERILAKU TIDAK ETIS DAN KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI I. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis? 2. Apakah keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi? 3. Apakah sistem kompensasi berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis? 4. Apakah sistem kompensasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi? 5. Apakah moralitas manajemen berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis? 6. Apakah moralitas manajemen berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi? II. Hipotesis Penelitian Pengendalian internal merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya organisasi. Pengendalian internal yang efektif dapat mengurangi adanya suatu perilaku tidak etis. Pengendalian internal yang efektif dapat membuat peluang untuk melakukan suatu perilaku tidak etis menjadi tertutup. Page 1

Upload: titie27

Post on 11-Aug-2015

50 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

methodology

TRANSCRIPT

Page 1: summary of manajerial accounting

ANALISIS PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERNAL,

PERSEPSI KESESUAIAN KOMPENSASI,

MORALITAS MANAJEMEN TERHADAP PERILAKU TIDAK ETIS

DAN KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI

I. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap

perilaku tidak etis?

2. Apakah keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi?

3. Apakah sistem kompensasi berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak

etis?

4. Apakah sistem kompensasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi?

5. Apakah moralitas manajemen berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak

etis?

6. Apakah moralitas manajemen berpengaruh negatif terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi?

II. Hipotesis Penelitian

Pengendalian internal merupakan suatu cara untuk mengarahkan,

mengawasi, dan mengukur sumber daya organisasi. Pengendalian internal

yang efektif dapat mengurangi adanya suatu perilaku tidak etis. Pengendalian

internal yang efektif dapat membuat peluang untuk melakukan suatu perilaku

tidak etis menjadi tertutup. Oleh karena itu, perilaku tidak etis dapat dicegah

dengan sistem pengendalian internal yang baik dan efektif.

III. Landasan Teori

1. Teori Atribusi

Teori atribusi dikembangkan oleh Kelley (1967), kemudian Green serta

Mitchell (1979). Mereka berpandangan bahwa perilaku kepemimpinan

disebabkan oleh atribut penyebab. Jadi teori kepemimpinan atribut

Page 1

Page 2: summary of manajerial accounting

menjelaskan mengapa perilaku kepemimpinan terjadi. Teori atribusi

dikembangkan dengan beberapa pendapat berikut:

a) Teori Kepemimpinan Karismatik

Teori atribusi ikut menjelaskan kepemimpinan karismatik. Para

pengikut membuat atribut pada pemimpin yang heroik atau yang

memiliki kemampuan yang luar biasa yang mereka amati dan dapati.

b) Teori Kepemimpinan Transaksional

Para pemimpin transaksional, adalah pemimpin yang membimbing

atau mendorong bawahan mereka mengarah pada tujuan yang telah

diletakkan, dengan cara menjelaskan peranan dan tugas yang

dipersyaratkan.

c) Teori Kepemimpinan Transformasional

Terdapat juga para pemimpin yang transformasional. Teori ini melihat

pemimpin yang menyediakan pertimbangan individual dan stimulasi

intelektual serta mereka yang memiliki karisma (Waworuntu, 2003).

2. Teori Perkembangan Moral

Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral

seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang

diungkapkan Kohlberg (1969) . Teori ini berpandangan bahwa penalaran

moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam

perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti pekembangan dari

keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget

(1958), yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui

tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg (1969) memperluas pandangan

dasar ini dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada

prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut

selama kehidupan.

IV.Variabel

A. Variabel Dependen

1. Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

IAI (2001) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai salah saji

yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah

saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva

(seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan)

berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan

Page 2

Page 3: summary of manajerial accounting

keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia.

2. Perilaku tidak etis

Perilaku tidak etis diukur dengan instrumen yang

dikembangkan oleh Robinson (1995), dan Tang et al., (2003) dan

diukur dengan tiga item pertanyaan. Karena pada penyalahgunaan

sumber daya organisasi sudah termasuk dalam item pada

kecenderungan kecurangan akuntansi. Skala Likert 1 – 5 digunakan

untuk mengukur respons dari responden. Nilai yang ditunjukan

semakin tinggi maka perilaku semakin etis.

B. Variabel independen

1. Keefektifan Pengendalian Internal

Sistem pengendalian internal merupakan proses yang dijalankan untuk

memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian keandalan

laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum, dan efektivitas dan

efisiensi operasi (Mulyadi dan Puradiredja, 1998). Instrumen yang

digunakan untuk mengukur keefektifan pengendalian internal terdiri

dari lima item pertanyaan yang dikembangkan oleh Wilopo (2006) dari

IAI (2001) perihal pengendalian internal. Respons dari responden

diukur dengan skala Likert 1 – 5, semakin tinggi nilai yang ditunjukan

maka pengendalian internal semakin efektif.

2. Kesesuaian Kompensasi

Menurut Mangkuprawira (2004), dalam Shopiadewi (2006), sistem

kompensasi adalah sistem penghargaan financial (upah pembayaran)

dirancang agar mampu menarik perhatian, mempertahankan, dan

mendorong karyawan agar bekerja dengan produktif. Kesesuaian

kompensasi diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Wilopo

(2006) dari Gibson, (1997: 182 – 185) perihal reward serta terdiri dari

enam item pertanyaan. Respons dari responden diukur dengan skala

Likert 1 – 5, semakin tinggi nilai yang ditunjukan maka semakin tidak

sesuai kompensasi yang didapat.

3. Moralitas Manajemen

Moral management is not coincident with profit or value

maximization because of the cost of addressing the externality or the

corporate redistribution (Baron, 2006). Dengan kata lain, moralitas

Page 3

Page 4: summary of manajerial accounting

manajemen merupakan tindakan manajemen untuk melakukan hal

yang benar dan tidak berkaitan dengan keuntungan atau nilai.

Pengukuran moralitas manajemen berasal dari model pengukuran

moral yang dikembangkan oleh Kohlberg (1969) dan Rest (1979)

dalam bentuk instrumen Defining Issues Test. Instrumen ini berbentuk

kasus dilema etika. Moralitas manajemen diukur melalui 6 (enam) butir

instrumen yang mengukur tinggi rendahnya moralitas manajemen

melalui kasus dilema etika akuntansi. Hasil pengukuran atas dilema

etika akuntansi ini merupakan cerminan moralitas manajemen

organisasi. Dalam penelitian ini variabel moralitas manajemen

merupakan observed variabel. Nilai yang ditunjukan pada kuesioner

menunjukan semakin tinggi nilai moral manajemen semakin tinggi.

V. Kesimpulan

Perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi ternyata

dipengaruhi oleh keefektifan pengendalian internal, kesesuaian Kompensasi,

dan moralitas Manajemen. Ketika pengendalian internal manajemen kurang

baik dan selalu ingin menerima kompensasi atas kinerja yang dilakukan maka

tentunya hal ini akan meningkatkan kecurangan akuntansi yang berasal dari

kurangnya moralitas manejeman.

Page 4

Page 5: summary of manajerial accounting

KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI MEDIASI

HUBUNGAN PROFESIONALISME DENGAN INTENSI KELUAR

(STUDI EMPIRIS PADA INTERNAL AUDITOR PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA)

I. Rumusan Masalah

1. Apakah kepuasan kerja yang tinggi memberikan pengaruh terhadap komitmen organisasi

dan sebaliknya apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

2. Apakah dimensi profesionalisme mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja dan

komitmen organisasi Internal Auditor.

3. Apakah hubungan profesionalisme dengan kepuasan kerja dan komitmen organisasi

berpengaruh tidak langsung terhadap intensi keluar

II. Hipotesis Penelitian

Setelah melalui proses analisis konfirmatori faktor dan analisis terhadap full model dari SEM

keseluruhan model dapat diterima dengan baik.Berdasarkan hasil analisis terhadap indeks

goodness- of- fit, model ini telah memenuhi kriteria yang disyaratkan Langkah selanjutnya

adalah menguji hipotesis-hipotesis penelitian yang diajukan berdasarkan hasil analisis statistik

yang didapat dari output program AMOS.

III. Landasan Teori

Konsep Profesionalisme

Konsep profesionalisme yang dikembangkan oleh Hall (1968) banyak digunakan oleh

para peneliti untuk mengukur profesionalisme dari profesi internal auditor yang tercermin dari

sikap dan perilaku. Hall (1968) menjelaskan bahwa ada hubungan timbal balik antara sikap

dan perilaku, yaitu perilaku profesionalisme adalah refleksi dari sikap profesionalisme dan

demikian sebaliknya. Konsep profesionalisme Hall banyak digunakan oleh para diantaranya

Morrow dan Goetz (1988) menguji profesionalisme para akuntan publik, Goetz, Morrow dan

Me Elroy (1991) untuk mengukur profesionalisme para akuntan publik yang ditambah dengan

variabel yang dikembangkan, serta Kalbers dan Fogarty (1995) yang menggunakan pandangan

profesionalisme yang lebih kompleks daripada ketiga tersebut. an tersebut menunjukkan bukti

empiris hubungan variabel antesenden (pengalaman) internal auditor dengan profesionalisme,

juga dengan variabel konsekuensiya. Sedangkan di Indonesia an Kalbers dan Fogarty di

replikasi oleh Winowo (1996) dan Rahmawati (1997), Sumardi (2001). Serta Yohanes Sri

Guntur (2001) yang mengunakan sampel internal auditor dengan menggunakan instrumen

profesionalisme di lingkungan internal auditor perusahaan manufaktur, dari Hall (1968).

Page 5

Page 6: summary of manajerial accounting

Lima konsep profesionalisme dari Hall (1968) adalah sebagai berikut :

1) Afiliasi komunitas (community affiliation) yaitu menggunakan ikatan profesi sebagai

acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal

sumber ide utama pekerjaan. Malalui ikatan profesi ini para profesional membangun

kesadaran profesi.

2) Kebutuhan untuk mandiri (Autonomy demand) merupakan suatu pandangan bahwa

seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari

pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi). Setiap adanya campur

tangan (intervensi) yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap

kemandirian secara profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan yang memberikan

hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara ketat.

Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut

karyawan yang bersangkutan dalam situasi khusus. Dalam pekerjaan yang terstruktur

dan dikendalikan oleh manajemen secara ketat, akan sulit menciptakan tugas yang

menimbulkan rasa kemandirian dalam tugas.

3) Keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation) dimaksud bawah

yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi,

bukan “orang luar” yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan

mereka.

4) Dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional dengan

menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap

melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik berkurang. Sikap ini merupakan

ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefiniskan

sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama

yang diharapkan ari pekerjaan adalah kepuasan rohani dan setelah itu baru materi.

5) Kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan tentang pentingnya profesi

serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya

pekerjaan tersebut.

IV.Variabel

1. Kepuasan Kerja.

Kepuasan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu sikap umum seorang

individu terhadap pekerjaannya (Robins, 1996). Dalam model kepuasan kerja dimaksud

adalah kepuasan kerja secara intrinsik. Kepuasan kerja dipandang sebagai perasaan

menikmati, tantangan dan kepuasan yang diperoleh seseorang dari kesuksesan

pemenuhan tugas pekerjaannya (Ferguson, 1997). Kepuasan kerja diukur dengan

Page 6

Page 7: summary of manajerial accounting

menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Brayfield dan Rothe (1951) dan

dipergunakan juga oleh LP. Kalbers dan TJ. Fogarty (1995).

2. Komitmen Organisasi.

Komitmen organisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 1).Sebuah kepercayaan

dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari organisasi dan atau profesi, 2)

Sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi dan atau profesi, 3)

sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan

organisasi dan atau profesi (Aranya dkk, 1981). Komitmen organisasi diukur dengan

menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Meyer dan Allen (1984) dan juga

dipergunakan oleh LP. Kalbers dan TJ. Fogarty (1995).

3. Profesionalisme

Profesionalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dedikasi, kewajiban sosial,

kebutuhan akan otonomi pribadi, self-regulation, dan afiliasi komunitas (Hall, 1968).

Profesionalisme diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Hall

(1968) dan juga dipakai oleh Kalbers dan Fogarty (1995) dalam penelitiannya.

4. Intensi keluar

Intensi keluar atau intensi keluar merupakan variabel yang paling berhubungan dan lebih

banyak menjelaskan perilaku turnover. Dalam penelitian ini intensi keluar di ukur dengan

menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Lum et al (1998), terdiri 3 item

pertanyaan yang menujukkan niat untuk meninggalkan pekerjaan, niat untuk mencari

serta pernyataan tentang alaternatif kesempatan pekerjaan lain, dengan memilih skala 1

sampai dengan 5. Skala kecil menunjukkan rendahnya niat untuk meninggalkan

organisasi dan sebaliknya skala tinggi menggambarkan kuatnya niat untuk keluar dari

organisasi tempat kerja

5. Kesimpulan

Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi dan sebaliknya

komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja semuannya menghasilkan

temuan yang positif dan signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa temuan penelitian

ini dapat menjawab temuan-temuan penelitian yang masih inkonklusif misalnya Gregson (1992)

melaporkan bahwa kepuasan kerja adalah pertanda awal terhadap komitmen, sedangkan

Bateman dan Strasser (1984) melaporkan komitmen menjadi pertanda awal terhadap

kepuasan kerja.William dan Hazer (1986) melaporkan timbal balik yang mungkin antara

kepuasan kerja dan komitmen organisasi, tetapi tidak dapat diuji untuk model identifikasi

masalah. Curry et al (1986) melaporkan bahwa tidak ada pendukung untuk keterkaitan sebab

akibat atau komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja, maupun kepuasan kerja terhadap

komitmen organisasi. Mathieu (1991) menyatakan bahwa hasil-hasil dari studinya tidak dapat

Page 7

Page 8: summary of manajerial accounting

mendukung suatu hubungan sebab akibat yang mana satu konsep adalah preseden bagi yang

lain, meski terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

I. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada pengaruh ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan top manajer dan strategi

kompetitif yang diterapkan perusahaan terhadap hubungan sistem kontrol akuntansi dengan

kinerja perusahaan (apakah ada hubungan negatif antara kinerja perusahaan dengan nilai

residual dari sistem kontrol akuntansi dan ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan /

strategi kompetitif ?

Page 8

Page 9: summary of manajerial accounting

II. HIPOTESIS PENELITIAN

Penelitian Mak (1989) menghipotesiskan bahwa deviasi (residual) sistem kontrol akuntansi dan

ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan berhubungan (korelasi) negatif terhadap kinerja

perusahaan. Hal tersebut menunjukkan dugaan bahwa ada pengaruh positif ketidakpastian

lingkungan yang dipersepsikan terhadap hubungan sistem kontrol akuntansi dengan kinerja

perusahaan sebagaimana yang dihipotesiskan oleh Sim dan Teoh (1999). Penelitian

Govindarajan dan Gupta (1985) dalam Smith (1997) menguji hipotesis yang menyatakan

bahwa strategi kompetitif berpengaruh positif terhadap hubungan sistem kontrol akuntansi

dengan kinerja perusahaan. Dalam logika analisis residual maka dapat diartikan bahwa adanya

hubungan negatif antara kinerja perusahaan dengan residual sistem kontrol akuntansi dan

strategi kompetitif

III. LANDASAN TEORI

1. Teori Kontinjensi

Sistem kontrol berhubungan erat dengan sistem informasi akuntansi dalam hal penyediaan informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengambil keputusan kontrol perusahaan (Binberg dan Shield,1989; Merchant, 1981). Caillout dan Lapeyre (1992) menegaskan bahwa sistem informasi menyediakan data penting tentang aktivitas perusahaan untuk manajer pada semua level. Manajer dapat menggunakan informasi untuk membuat kebijakan rasional dan tepat dalam proses pengambilan keputusan. Sistem kontrol yang menggunakan informasi akuntansi kemudian disebut Simons (1987) sebagai sistem kontrol berbasis akuntansi atau sistem kontrol akuntansi.

2. Ketidakpastian Lingkungan yang Dipersepsikan, Sistem Kontrol Akuntansi, dan Kinerja Perusahaan Miliken (1987) menjelaskan bahwa ketidakpastian lingkungan terdiri dari tiga tipe (effect uncertainty, response uncertainty, dan stated uncertainty). Effect uncertainty adalah ketidak mampuan memprediksi pengaruh lingkungan di masa akan datang terhadap organisasi. Response uncertainty adalah ketidak mampuan memprediksi konsekwensi dari pilihan-pilihan keputusan untuk merespon lingkungan. Stated uncertainty merupakan suatu hal selalu dihubungkan dengan ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan (perceived environmental uncertainty). Walaupun stated uncertainty menggambarkan ketidakpastian lingkungan yang dirasakan, namun operasionalisasi ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan meliputi pengukuran tipe-tipe ketidakpastian lingkungan secara menyeluruh sehingga memberikan hasil-hasil riset yang informatif (Gerloff et al 1991).

3. Strategi Kompetitif, Sistem Kontrol Akuntansi, dan Kinerja Perusahaan Penelitian ini menggunakan strategi kompetitif sebagai variabel kontinjensi sebagaimana yang direkomendasikan oleh Fisher (1998) dan Anthony dan Govindarajan (1998). Anthony dan Govindarajan (1998) menjelaskan bahwa sistem kontrol merupakan alat untuk mengimplementasikan strategi sedangkan strategi adalah rencana untuk pencapaian tujuan organisasi. Porter (1987) menyebutkan dua bentuk strategi yang diterapkan perusahaan, yaitu strategi korporat dan strategi unit bisnis. Strategi korporat fokus pada dua pertanyaan yang berbeda; bisnis apa yang akan dikelola perusahaan dan bagaimana mengelola sekumpulan unit bisnis. Sedangkan strategi kompetitif, fokus pada penciptaan keunggulan kompetitif pada masing-masing unit bisnis perusahaan yang berkompetisi dalam suatu industri. Perusahaan–perusahaan berkompetisi dalam pasar industrinya dengan menggunakan keunggulan produk-produk yang diciptakan masing-masing unit

Page 9

Page 10: summary of manajerial accounting

bisnis yang dimiliki perusahaan bukan pada level korporat (Anthony dan Govindarajan, 1998).

IV. Variabel 1. Sistem kontrol akuntansi

Sistem kontrol akuntansi (SKA) adalah sistem kontrol formal yang digunakan perusahaan untuk melakukan aktivitas dalam rangka pencapaian kinerja perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Simons (1987) dengan 33 item pertanyaan. Responden diminta mengukur penggunaan 10 dimensi sistem kontrol akuntansi yang diterapkan perusahaan. Jawaban yang mendekati 1 menunjukkan responden menilai perusahaan kurang menggunakan secara intensif sistem kontrol akuntansi sedangkan jika jawaban responden mendekati 7 maka responden menilai perusahan menggunakan sistem kontrol akuntansi lebih intensif.

2. Strategi kompetitif Strategi kompetitif (Strat) adalah strategi bisnis yang digunakan perusahaan untuk bersaing dalam industrinya. Variabel ini diukur dengan instrumen yang dikembangkan Govindarajan dan Fisher (1990) berdasarkan konsep tipologi strategi kompetitif Porter (Cost leadership - Differentiation). Salah satu keunggulan instrumen ini dibandingkan dengan instrumen strategi kompetitif lainnya adalah tersedianya instrumen untuk uji validitas konstruk, sehingga dapat menghasilkan data yang valid pengukurannya Instrumen terdiri pilihan dua tipe strategi kompetitif (Cost leadership (A) atau Differentiation (B)) yang diterapkan perusahaan

V. Kesimpulan1. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan dan

strategi kompetitif tidak berpengaruh positif terhadap hubungan sistem kontrol akuntansi dengan kinerja perusahaan. Walaupun temuan ini menolak hipotesis penelitian namun karakteristik data dimana kecenderungan responden mengidentifikasi perusahaannya menggunakan strategi differentiation dan berada dalam lingkungan yang ketidakpastiannya tinggi maka hal ini menunjukkan dukungan terhadap teori yang dipaparkan Mak (1989) ; Miles dan Snow (1978); Porter (1980).

2. Mak (1989) ; Miles dan Snow (1978); Porter (1980) menyimpulkan bahwa perusahaan yang menerapkan strategi differentiation dan berada dalam ketidakpastian lingkungan yang tinggi akan kurang intensif (tidak sesuai ) menggunakan sistem kontrol akuntansi untuk mengendalikan kinerja perusahaannya. Perusahaan-perusahaan yang menerapkan strategi differentiation memfokuskan pada pengembangan produk untuk memenuhi selera konsumen, pelayanan purna jual,dan perluasan pangsa pasar lebih mengutamakan kinerja non finansial sehingga membutuhkan sistem kontrol yang lebih adaptif dengan selera konsumen dan kompetisi di pasar produknya (Smith, 1997). Sistem kontrol akuntansi yang bersifat formal tidak cukup untuk meningkatkan kinerja perusahaan differentiation karena sistem kontrol akuntansi tersebut hanya untuk mengatasi masalah-masalah perusahaan yang telah terencana sedangkan lingkungan yang dihadapi tidak dapat diprediksi.

Page 10