sumber belajar penunjang plpg 2017 mata …sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/modul...

18
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB XII. PANEN DAN PASCAPANEN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017

Upload: danglien

Post on 28-Mar-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BAB XII. PANEN DAN PASCAPANEN

Rizka Novi Sesanti

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

2017

1

BAB XII. PANEN DAN PASCAPANEN

A. Kompetensi Inti: Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu

B. Kompetensi Dasar:

- Menangani panen tanaman pangan dan hortikultura

- Menangani pascapanen hasil tanaman pangan dan hortikultura\

C. Uraian Materi

1. Panen

Panen merupakan rangkaian kegiatan pengambilan hasil budidaya berdasarkan

umur, waktu, dan cara sesuai dengan sifat dan atau karakter produk. Istilah biasanya

digunakan sebagai penanda berakhirnya kegiatan budidaya di lahan. Penanganan saat

panen sangat penting diperhatikan agar produk dari budidaya yang dihasilkan dapat

maksimal.Penanganan saat panen yang salah dapat mengakibatkan kehilangan hasil

hingga mencapai 20%. Kehilangan hasil tersebut umumnya disebabkan karena

penentuan waktu panen dan cara panen yang kurang tepat.

a. Identifikasi ciri-ciri tanaman siap panen

Waktu dan cara pemanenan hasil budidaya sangat bergantung spesies tanaman

dan menjadi faktor penting yang akan mempengaruhi mutu produk hasil panen. Panen

yang dilakukan terlalu dini atau terlambat dari waktu yang seharusnya akan

mengakibatkan penurunan kualitas produk. Penentuan saat panen berperan penting bagi

kegiatan selanjutnya terhadap penangana pascapanen produk.Secara umum untuk

menentukan waktu panen dapat dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu (1)

perhitungan, (2) sifatisik, dan (3) sifatkimia

2

1) Perhitungan: Penentuan saat panen berdasarkan perhitungan dapat dilakukan

dengan menghitung hari setelah terjadi antesis.Yaitu terjadinya penyerbukan pada

bunga betina oleh bunga jantan.Namun untuk menentukan kapan waktu terjadi

penyerbukan bunga betina oleh bunga jantan sulit dideteksi, sehingga banyak orang

menggunakan perhitungan berdasarkan hari setelah bunga mekar atau berdasarkan

hari setelah tanam.Untuk tanaman tahunan (perennial plant) umumnya

perhitungan yang digunakan adalah berdasarkan hari setelah antesis atau setelah

bunga mekar.Namun untuk tanaman setahun (annual plant) penentuan saat panen

banyak menggunakan perhitungan hari setelah tanam.

Masing-masing tanaman memiliki batasan perhitungan yang berbeda dalam

menentukan waktu panen.Berbeda spesies berbeda penentuan waktu

panennya.Selain jenis tanaman, lokasi budidaya juga berpengaruh terhadap

penentuan waktu panen.Sebagai contoh tanaman duku di Lampung dipanen pada

umur buah antara 120—123 HSA (hari setelah antesis) (Widodo et al., 2000),

sedangkan duku di Palembang dapat dipanen pada pada umur 118 HSA.Pada

tanaman semangka penentuan saat panen dapat dihitung berdasarkan hari setelah

tanam, yaitu berkisar antara 60—100 HST (hari setelah tanam) tergantung dari

varietas dan lokasi penanaman.Sedangkan pada tanaman melon dapat dipanen

pada umur 90 hari atau 3 bulan HST.Pada tanaman cabe yang ditanam di dataran

rendah dapat dipanen pada umur 75—80 HST, sedangkan tanaman cabe yang

ditanam di dataran tinggi dipanen pada umur 90—200 HST.

2) Sifat fisik: Selain berdasarkan perhitungan, pemanenan hasil budidaya juga dapat

dilakukan dengan melihat berdasarkan perubahan sifat fisik yang terjadi, seperti

ukuran buah (bobot, diameter, panjang, dan volume), sifat fisik permukaan buah,

atau bentuk khusus yang terdapat pada buah.Penentuan saat panen berdasarkan

sifat fisik buah membutuhkan kejelian, mengingat setiap komoditas memiliki

karakter fisik yang berbeda-beda.Penentuan waktu panen berdasarkan ukuran buah

sangat berisiko menghasilkan produk dengan mutu yan tidak optimal. Hal tersebut

karena ukuran buah akan mencapai maksimal sebelum proses pematangan bagian

3

dalamnya mencapai maksimal. Sebagai contoh untuk melakukan pemanenan buah

melon dapat dilakukan dengan melihat cirii fisik berupa net pada permukaan kulit

tampak jelas dan kasar, warna kulit hijau kekuningan dan mengeluarkan aroma,

dan daun terdekat dengan buah telah mengering. Sedangkan ciri buah semangka

non-biji siap dipanen, antara lain warna dan tekstur kulit buah terlihat bersih dan

jelas, karena lapisan lilin telah hilang, warna ujung buah sudah coklat kekuningan

atau tangkai buah tampak retak-retak, sulur kecil yang terletak di belakang tangkai

buah telah berubah dari hijau menjadi coklat tua dan mongering, bila buah ditepuk

terdengar suara berat. Adapun ciri buah semangka yang belum masak adalah bila

buah diketuk terasa tegang, berirama atau nyaring.Sedangkan ciri buah semangka

terlalu masak, antara lain, kulit buah berwarna seperti lumpur serta bergaris-garis

seperti jaring, buah ditepuk terdengar suara berat dan bergetar.

Sumber: http://tokonasa.net/teknik-budidaya-buah-melon/ http://demak-ku.blogspot.co.id/2012/06/menanam-semangka-dalam-2-bulan.html

Gambar 1. Net yang telah terbentuk sempurna menandakan buah melon siap panen (kiri) dan buah dengan ukuran maksimal menandakan buah semangka siap panen

Pada beberapa tanaman buah memiliki ciri fisik khusus yang menandakan

bahwa buah tersebut layak panen, seperti pada tanaman nangka, sejalan dengan

perkembangan kematangan buahnya dengan ukuran buahnya yang semakin

membesar, duri-duri buah nangka akan turut membesar dan melebar. Pada buah

mangga Arumanis ciri khusus yang menandakan buah siap panen adalah seiring

dengan peningkatan kematangan buahnya ujung buah mangga arumanis akan

membentuk dagu yang semakin nyata.

4

Sumber: http://infobuahmangga.blogspot.co.id/2013/03/si-manis-mangga-arumanis.html

Gambar 2. “Dagu” pada ujung buah menandakan buah mangga arumanis siap panen

Sumber:http://tehnik-budidaya.blogspot.co.id/2013_11_01_archive.html

Gambar 3. Duri yang membesar menandakan buah nangka siap panen

3) Sifat kimia: Penggunaan sifat kimia produk sebagai indikator waktu panen sangat

penting peranannya pada pemrosesan buah daripada sayuran, di dalamnya

merupakan perbandingan asam dan gula, kandungan bahan padatan terlarut, serta

kandungan pati dan minyak. Kandungan asam malat pada buah apel akan menurun

dan kandungan gula akan meningkat saat buah memasuki masak optimum.

5

Secara umum untuk memudahkan penentuan saat panen produk dapat

menggunakan panca indra manusia, diantaranya adalah:

- Penglihatan untuk menentukan panen dengan dasar warna, ukuran dan

bentuk

- Rabaan untuk menentukan panen dengan dasar tekstur, kekerasan, dan

kelunakannya

- Penciuman untuk menentukan panen dengan dasar aroma

- Rasa untuk menentukan saat panen dengan dasar rasa, seperti manis, asam,

atau pahit

- Pendengaran untuk menentukan saat panen dengan dasar suara atau bunyi

saat dipukul atau digerakkan.

Penentuan panen selain melalui perhitungan, sifat fisik, dan sifat kimia dapat juga

dilakukan dengan pertimbangan indeks ketuaan.Indeks ketuaan adalah suatu ukuran yang

dapat digunakan untuk menentukan waktu panen, yaitu apakah suatu produk sudah

dapat dipanen atau belum. Ada beberapa macam indeks ketuaan yang dapat digunakan

untuk menentukan waktu panen, dan untuk beberapa jenis hortikultura biasanya akan

lebih baik bila digunakan lebih dari satu macam indeks ketuaan, karena hasilnya akan

lebih akurat. Indeks ketuaan panen dapat bersifat subyektif (S) atau obyektif (O), dan

dapat digolongkan ke dalam metoda destruktif (D) atau non-destruktif (N). Sedangkan

berdasarkan obyek pengamatannya, penggolongan indeks ketuaan panen adalah sebagai

berikut:

a. Indeks ketuaan visual (bersifat S dan N)

- Berdasarkan warna kulit: misalnya jeruk, duku, manggis, pepaya, nenas,

rambutan, tomat, semangka.

- Berdasarkan ukuran: mislanya asparagus, ketimun, jeruk, bunga potong

- Berdasarkan bentuk: mislanya lengkungan pada buah pisang dan lekukan

pada buah mangga.

- Berdasarkan karakteristik permukaan: formasi kutikel pada buah tomat dan

anggur, pola jaring-jaring pada buah melon, semburat warna kuning/merah

pada buah mangga.

6

- Berdasarkan bagian tanaman yang mengering: daun yang mengering pada

tanaman pisang, pucuk yang mengering pada bawang merah, bawang

putih, jahe, dan kentang.

b. Indeks ketuaan fisik (bersifat S dan N)

- Berair: jagung manis

- Mudah terbuka: jenis kacang polong

- Mudah dilepaskan dari tanamannya: belewah

- Kekerasan, kepadatan, kekompakan: melon, kubis, selada

- Berat jenis: mangga, durian, kentang

- Bunyi bergaung bila diketuk: semangka, nangka, durian

- Mempunyai aroma kuat: nangka, durian

- Struktur daging: seperti jeli pada tomat, berwarna tua pada beberapa buah

c. Indeks kimia (bersifat O dan D)

- Jumlah padatan terlarut: apokat, melon, anggur

- Kadar lemak: apokat

- Kadar air: jeruk

- Kadar asam: jeruk, mangga

- Kadar karbohidrat: apel, pear, mangga

- Kadar gula: apel, pear, mangga, anggur

d. Indeks fisiologis (bersifat O, N, dan D)

- Laju respirasi dan produksi etilen: pisang, mangga, pepaya, tomat, markisa

- Konsentrasi etilen: apel, pear, markisa

e. Indeks perhitungan (bersifat O dan N)

- Unit panas: mangga, kacang kapri, jagung manis

- Hari sejak pembungaan: mangga, manggis

- Hari sejak pembentukan buah: durian, melon, rambutan

- Hari sejak bunga mekar: jeruk, mangga

- Hari sejak penanaman: jenis umbi

7

b. Teknik Panen

Cara pemanenan produk sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan.Cara

pemanenan produk pertanian berbeda0beda tergantung dari jenis tanaman. Secara

umum penentuan cara panen dapat dilakukan berdasarkan (1) sifat fisik buah, (2)

ketinggian tanaman, dan (3) sifat khusus lainnya.

1) Sifat fisik buah: Masing-masing jenis tanaman memiliki karakter yang berbeda

sehingga penentuan cara panen berbeda pula. Sifat fisik yang dimiliki dapat berupa

bentuk buah, tebal atau tipisnya kulit, ada atu tidaknya getah, ada atau tidaknya

tandan buah, dan lainnya. Buah dengan bentuk kulit berduri seperti durian dan

angka akan toleran jika saat panen dijatuhkan dari pohonya. buah dengan kulit

tebal akan toleran jika dijatuhkan dari pohon, namun buah yang memiliki kulit tipis

harus dihindari cara panen dengan menjatuhkan buah secara langsung dari pohon

karena akan menyebabkan buah rusak. Bagaimanapun pemanenan buah dengan

cara dijatuhkan secara langsung dari pohoon harus dihindari untuk menghindari

kerusakan buah. Buah yang memiliki getah seperti mangga mutlak harus

memerlukan perlakuan khusus saat panen untuk menghindari getah menempel

pada kulit buah yang dapat mengurangi kualitas buah. Perlakuan untuk

menghindari getah menempel di kulit buah adalah dengan memetik buah dengan

tangkainya atau sesegera mungkin memasukkan buah yang telah dipanen kedalam

air untuk menghilangkan getah. Sedangkan buah yang bertandan seperti rambutan

mutlak harus dipanen keseluruhannya dalam satu tandan, tidak boleh dirontokkan

buahnya hanya meninggalkan tandannya saja. Pada tanaman cabe yang mudah

sekali mengalami penurunan bobot dan kerusakan, pemanenan buah cabe

sebaiknya dipetik sekaligus dengan tangkainya untuk memperpanjang umur simpan.

Buah yang dipetik adalah yang berwarna oranye hingga merah.

2) Ketinggian tanaman: Tanaman yang memiliki pohon tinggi sehingga sulit untuk

melakukan pemanenan.Pemanenan dapat dilakukan dengan menggunakan galah,

tangga, atau dengan memanjat pohonnya.Yang harus diperhatikan adalah

semaksimal mungkin menghindari buah rusak.Hindari menjatuhkan buah secara

langsung dari pohon untyuk menghindari kerusakan buah.

8

3) Sifat khusus lainnya: Tanaman buah yang memiliki sifat khusus diantaranya adalah

duku. Pohon duku yang tinggi menyulitkan petani untuk memanen buahnya,

sehingga cara yang efektif adalah dengan memanjat pohon. Namun tanaman duku

memiliki sifat khusus, yaitu bunga tanaman duku muncul di cabang atau batang,

baik di sisi bawah atau di sisi atas. Kondisi demikian cara panennya mutlak tidak

boleh dipanjat karena dikhawatirkan akan merusak bakal bunga. Cara panen yang

tepat adalah dengan menggunakan tangga sehingga cabang atau batang tidak

rusak.

Sumber: http://beritadaerah.co.id/tag/mangga/

Gambar 4. Penggunaan galah dengan keranjang dapat menghindari buah mangga jatuh saat pemanenan

c. Penanganan panen

Produk hortikultura dicirikan dengan kandungan air di vakuola selnya yang tinggi.

karena sifat air yang mampu menyerap energi dalam bentuk panas, energi panas tersebut

dapat mempercepat kerusakan produk, diperlukan waktu yang lama untuk

menghilangkan panas yang telah telanjur terjerap di dalam produk. Oleh karena itu

upaya untuk mencegah banyaknya energi panas yang terjerap di dalam produk,

pemanenan produk hortikultura sebaiknya dilakukan dalam kondisi cuaca tidak panas,

misalnya pada pagi hari. Pemanenan buah yang telah terpapar sinar matahari patut untuk

dihindari. Selain panas, yang harus dihindari dalam pemanenan produk hortikultura

adalah saat buah masih dalam kondisi basah, misalnya memanen buah segera setelah

9

turun hujan. Hal tersebut akan menyebabkan penyakit pascapanen mudah berkembang

dan buah mudah rusak

2. Pascapanen

Pascapanen merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari kegiatan

pengumpulan hasil panen, proses penanganan hingga produk siap dikonsumsi oleh

konsumen.Pascpanen menjadi faktor penting yang hars dilakukan, karena penanganan

pascapanen yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan produk yang berarti

kerugian bagi petani.Penanganan pascapanen produk tanaman pangan berbeda dengan

penanganan produk hortikultura.Penanganan produk tanaman pangan umumnya relatif

lebih mudah dibandingkan dengan penangan produk hortikultura. Produk hortikultura

umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar, sehingga untuk mempertahankan kesegaran

tersebut membutuhkan penangan yang lebih rumit dibandingkan dengan penangan

pascapanen tanaman pangan.

a. Penanganan pascapanen tanaman pangan

Tanaman pangan meskipun pada umumnya dikonsumsi melalui pengolahan

setelah produk dikeringkan tetap memerlukan penangan pascapanen yang baik agar

kehilangan hasil dapat diminimalisir. Penangan pascapanen tanaman pangan antar

komoditi relatif berbeda, namun secara umum penangan pascapanen utama adalah

melalui pengeringan.

(1) Penanganan pascapanen padi

Penanganan pascapanen padi yang baik akan berdampak positif terhadap

kualitas gabah konsumsi, benih, dan beras. Oleh karena itu, penanganan

pascapanen padi mutlak perlu dilakukan agar kualitas produk yang dihasilkan tertap

terjaga.Secara umum penanganan pascapanen padi meliputi perontokan,

pengeringan, pengangkutan, penggilingan, dan penyimpanan.

- Perontokan

Perontokan bertujuan untuk melepaskan gabah dari malainya, dengan cara

memberikan tekanan atau pukulan terhadap malai. Malai dapat dirontok secara

10

manual atau menggunakan alat dan mesin perontok. Proses perontokan gabah

memberikan kontribusi cukup besar terhadap kehilangan hasil padi. Cara

perontokan gabah dapat dikelompokkan menjadi iles/injak-injak, pukul/gedig,

banting/gebot, menggunakan pedal thresher, dan menggunakan mesin perontok.

Perontokan gabah dengan cara iles/injak-injak, pukul/gedig, banting/gebot,

menggunakan pedal thresher dapat dengan mudah dilakukan oleh petani, namun

melalui cara itu kehilangan hasil yang disebabkan perontokan padi dengan cara

tersebut masih tergolong tinggi.

Penggunaan mesin perontok menghasilkan gabah rontok sebesar

99%.Kapasitas mesin perontok bervariasi antara 523-1.125 kg/jam, bergantung

pada spesifikasi atau pabrik pembuatnya.Penggunaan mesin perontok dapat

menekan tingkat kehilangan hasi.Namun demikian alat mesin perontok harganya

masih tergolong mahal, sehingga tidak semua petani mampu membeli msin

perontok tersebut.

- Pengeringan

Secara biologis, gabah yang baru dipanen masih hidup sehingga masih

berlangsung proses respirasi yang menghasilkan CO2 , uap air, dan panas sehingga

proses biokimiawi berjalan cepat. Jika proses tersebut tidak segera dikendalikan

maka gabah menjadi rusak dan beras bermutu rendah. Salah satu cara perawatan

gabah adalah melalui proses pengeringan dengan cara dijemur atau menggunakan

mesin pengering

- Pengangkutan

Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan gabah setelah panen dari sawah

ke rumah atau ke unit penggilingan padi untuk dikeringkan atau memindahkan

beras dari penggilingan ke gudang atau ke pasar. Tingkat kehilangan hasil dalam

tahapan pengangkutan cukup rendah, berkisar antara 0,5-1,5%, meskipun demikian

penanganan gabah selama pengangkutan tetap harus hati-hati.

- Penggilingan

Kehilangan hasil dalam proses penggilingan disebabkan oleh gabah ikut

terbuang bersama sekam, gabah dan beras tercecer, beras menjadi hancur, atau

tersangkut pada mesin penggilingan. Untuk mengurangi kehilangan hasil pada saat

11

penggilingan maka proses pengeringan harus sempurna, sehingga padi saat digiling

tidak rusak.

- Penyimpanan

Sebelum dikonsumsi atau dijual, beras disimpan dalam jangka waktu

tertentu.Penyimpanan dengan teknik yang baik dapat memperpanjang daya simpan

dan mencegah kerusakan beras.Penyimpanan beras umumnya menggunakan

pengemas, yang berfungsi sebagai wadah, melindungi beras dari kontaminasi, dan

mempermudah pengangkutan.

(2) Penanganan pascapanen jagung

Kerusakan jagung akibat penanganan pasca panen yang salah dapat terjadi

pada setiap tahapan kegiatan karena Jagung membutuhkan penanganan yang cepat

setelah panen. Kegiatan pascapanen jagung meliputi beberapa hal, yaitu

pemisahan tongkol,

- Pemisahan tongkol dilakukan untuk memisahkan tongkol yang baik dan

kurang baik. Dengan tujuan untuk menghindari penularan hama penyakit,

menjaga kualitas jagung pipilan yang dihasilkan, dan memudahkan

penanganan selanjutnya

- Pengupasan dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat

diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji

atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan

atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan.

- Pengeringan merupakan kegiatan kritis selama urutan pemanenan

pengeringan yang kurang baik mengakibatkan turunnya mutu jagung. Tujuan

pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air biji sehingga aktivitas

biologis terhenti dan mikroorganisme serta serangga tidak bisa hidup di

dalamnya, meningkatkan daya simpan biji jagung, pengangkutan lebih ringan,

sehingga biaya pengangkutan dapat dikurangi, jagung yang akan digunakan

sebagai benih, pengeringan dapat meningkatkan viabilitas benih,

meningkatkan nilai ekonomi jagung, menghindari kontaminasi biji jagung dari

12

cendawan. Pada pengringan jagung, kadar air yang diinginkan adalah berkisar

9-12%.

- Penyortiran dan Penggolongan Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji

jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki,

sehingga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan

dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran

selama petik ataupun pada waktu pengumpulan.

- Pengemasan bertujuan untuk memudahkan penanganan (pemindahan dan

penyimpanan), erlindungan dari cuaca diharapkan pengemasan dapat

melindungi biji jagung dari cuaca luar yang merugikan misalnya kelembaban

udara yang tinggi, bocoran hujan.

- Penyimpanandilakukan hingga jagung siap untuk digunakan.

b. Penaganan pascapanen tanaman hortikultura

Produk hortikultura merupakan produk yang umumnya dikonsumsi dalam

keadaan segar, sehingga membutuhkan penanganan yang ekstra hingga produk

dikonsumsi. Produk hortikultura yang telah dipanen hanya dapat dipertahankan

kualitasnya, atau setidaknya meminimalisir kerusakan hingga produk dikonsumsi.

Penanganan produk hortikultura secara umum meliputi (1) panen, (2) sortasi, (3) grading,

(4) pengemasan, (5) penyimpanan, dan (6) pengangkutan.

1) Panen: Waktu dan cara panen yang tepat dapat menekan kerusakan. Untuk produk

hortikultura waktu pemanenan yang baik adalah pada saat produk belum terpapar

sinar matahari, yaitu pada pagi hari atau pada saat kondisi produk tidak

basah.Setelah dipanen diusahakan produk sesegera mungkin diletakkan di tempat

yang tidak terkena sinar matahari langsung.

2) Sortasi : Setelah produk dipanen dan diletakkan di tempat bersih dan teduh,

selanjutnya dilakukan sortasi dan grading pada produk. Sortasi dilakukan untuk

memisahkan produk-produk yang tidak diinginkan, seperti busuk, terlalu muda atau

terlalu tua, memar, terserang hama atau penyakit. Sortasi dapat dilakukan saat

13

produk masih berada di kebun atau setelah diangkut ke gudang penyimpanan

sementara.

Sebagai contoh untuk sortasi pada buah cabe. Setelah panen buah

dikulpulkan di tempat yang sejuk kemudian cabe dipisahkan antara cabe yang sehat

dan terserang hama atau penyakit, dipisahkan antara cabe yang bentuknya normal

dan tidak normal, dan dpisahkan jika ada tercampur dengan cabe varietas lain,

seperti cabe kriting tercampur dengan cabe besar. Sortasi tersebut untuk

mendapatkan produk yang benar-benar sesuai dengan yang diinginkan.

3) Grading: Setelah disortasi perlakuan selanjutnya adalah dilakukan grading. Grading

merupakan pemisahan produk berdasarkan mutu yang telah ditetapkan, misalnya

berdasarkan ukuran, warna, diameter, dan tingkat kemasakan. Sebagai contoh

untuk buah semangka grading dilakukan berdasarkan bobot buah menjadi beberapa

tingkatan.Buah semangka dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu A, B,

dan C. Buah semangka dikelompok kelas A apabila mempunyai ciri-ciri berat buah

lebih dari 4 kg, kondisi fisik buah tidak cacat (sempurna), dan tingkat kemasakan

bagus (tidak terlalu masak dan tidak terlalu muda). Kelas B apabila mempunyai ciri-

ciri berat buah antara 2 - 4 kg, kondisi fisik buah tidak cacat (sempurna), dan tingkat

kemasakan bagus (tidak terlalu masak dan tidak terlalu muda).Kelas C apabila

mempunyai ciri-ciri berat buah kurang dari 2 kg, kondisi fisik buah tidak cacat

(sempurna), dan tingkat kemasakan bagus (tidak terlalu masak dan tidak terlalu

muda).

Pelaksanaan grading dapat dilakukan baik secara manual dengan memisahkan

satu per satu atau degan menggunakan mesin pemisah.Pada komoditas tertentu

dengan volume produksi yang besar, pelaksanaan grading dilakukan dengan

menggunakan mesin.Grading menggunakan mesin biasanya berasarkan ukuran

bobt produk. Sebagai contoh grading pada jambu kristal grading dilakukan dengan

menggunakan mesin yang dapat memisahkan buah jambu berdasarkan bobotnya.

14

Gambar 5. Grading buah jambu kristal dengan menggunakan mesin berdasarkan berat

4) Pengemasan: kerusakan yang sering terjadi pada produk hortikultura adalah

penurunan bobot akibat transpirasi, perubahan kandungan kimia produk akibat

terjadinya respirasi, dan kerusakan produk akibat serangan hama atau penyakit.

Untuk menghindari kerusakan maka laju transpirasi dan respirasi produk harus

ditekan semaksimal mungkin, begitu juga dengan serangan ahma atau penyakit.

Upaya untuk mengurangi laju transpirasi, respirasi, dan serangan hama atau

penyakit dapat dilakukan dengan penggunaan kemasan produk.

Pengemasan produk pada dasarnya dilakukan untuk melindungi produk dari

kerusakan atau kehilangan, memudahkan penanganan, meningkatkan pelayanan

dalam pemasaran, dan membuat produk lebih menarik.Pada dasarnya Pengemasan

harus mampu melindungi produk dari kerusakan yang terjadi selama distribusi dan

pemasaran.Kemasan yang digunakan harus menyesuaikan dengan bentuk fisik

produk, dapat berupa keranjang, kotak, atau plastik.Pengemasan produk

hortikultura dapat dilakukan secara individu atau secara berkelompok tergantung

dari bentuk fisik produk dan tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan fungsinya kemasan dibedakan menjadi dua, yaitu kemasan

terbuka dan kemasan tertutup.Pada kemasan terbuka produk masih dapat

berinteraksi dengan udara disekelilingnya.Kemasan terbuka bertujuan untuk

memberikan perlindungan fisik produk dari benturan yang dapat menyebabkan

15

kerusakan produk.Contoh kemasan terbuka adalah kotak kayu untuk mengemas

buah-buahan.Sedangkan kemasan tertutup produk tidak dapat berinteraksi secara

langsung dengan udara di sekelilingnya.Hal tersebut bertujuan untuk menurunkan

laju respirasi yang terjadi di dalam produk.Dalam proses respirasi sangat dibutuhkan

O2, sehingga untuk mengurangi laju respirasi kadar O2 harus dibatasi. Melalui

kemasan tertutup O2 dari luar kemasan tidak dapat masuk kedalam kemasan

sehingga produk yang ada di dalam kemasan dalam melakukan respirasi hanya

mengandalkan kadar O2 yang ada di dalam kemasan. Setelah O2 banyak digunakan

untuk respirasi maka kadar O2 di dalam kemasan lama-lama akan menipis. Dengan

menipisnya kadar O2 di dalam kemasan maka laju respirasi akan ikut menurun juga.

Sumber: https://kpricitrus.files.wordpress.com/2011/02/penyimpanan.jpg http://emarket.incubie.ipb.ac.id/index.php/viewlist/category/4

Gambar 6. Pengemasan buah jeruk secara terbuka (kiri) dan pengemasan buah tomat secara tertutup (kanan)

5) Penyimpanan: Setelah dipanen dan menunggu produk untuk dikonsumsi maka

produk tersebut harus disimpan terlebih dahulu.Semakin lama produk menunggu

untuk dikonsumsi maka ancaman kerusakan produk akan semakin besar karena

proses metabolesme di dalam produk masih terus berjalan meskipun produk telah

16

lama dipanen. Untuk menghindari kerusakan, selama penyimpanan kualitas produk

harus dipertahankan semaksimal mungkin hingga produk dikonsumsi.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kualitas produk selama

penyimpanan adalah dengan memodifikasi ruang penyimpanan agar produk tidak

cepat rusak.Modifikasi ruang simpan yang dapat dilakukan adalah dengan

memodifikasi suhu. Suhu di ruang penyimpanan dibuat rendah agar proses

metabolesme yang terjadi di dalam produk dapat berkurang. Dalam prosesnya

respirasi menghasilkan energi, energi tersebut biasanya berupa panas. Sehingga

semakin tinggi suhu disekitar hingga batas tertentu akan membuat laju konsumsi

O2 akan semakin besar sehingga mengakibatkan laju respirasi semakin cepat.

Demikian juga sebaliknya semakin rendah suhu disekelilingnya maka laju

respirasinya akan semakin rendah. Oleh karena itu modifikasii ruang simpan dengan

suhu dingin seringkali digunakan untuk membuat produk lebih tahan lama dalam

penyimpanan. Sebagai contoh pada penyimpanan buah semangka pada suhu

rendah sekitar 4,4 derajat C, dan kelembaban udara antara 80-85%.

Sumber: https://cdns.klimg.com/newshub.id/news/2015/09/01/15599/46207-rahasia-

supermarket.jpg

Gambar 7. Penyimpanan buah dengan perlakuan suhu dingin

Kendala yang sering dihadapi dalam penyimpanan dengan menggunakan suhu

dingin adalah tidak semua produk hortikultra tahan terhadap suhu dingin, selain itu

suhu minimal tiap-tiap ptoduk juga tidak sama, sehingga harus dicari suhu ideal

17

untuk menyimpanan tiap-tiap produk. Produk yang tidak tahan terhadap suhu

rendah jurtru akan mengalami kerusakan yang diakibatkan suhu rendah, yang

disebut dengan chilling injury.

6) Pengangkutan: Pengangkutan dilakukan bisa saja dari kebun ke tempat

penyimpanan atau dari tempat penyimpanan ke pasar. Pengangkutan juga

memegang peranan penting dalam mempertahankan kualitas produk hortiultura

setelah panen hingga dikonsumsi.Dalam mempertahankan kualitas produk setelah

panen maka hendaknya transportasi yang dilakukan harus segera mungkin agar

mencapai lokasi tujuan.Pengangkutan yang baik adalah yang dapat menghindari

timbulnya faktor yang merugikan yang muncul akibat pengangkutan.Dalam

mempertahankan kualitas, armada yang digunakan dalam pengakutan sebaiknya

menggunakan mesin pendingin.

Jenis armada yang dipilih, jarak tempuh, dan kondisi jalan sangat berpengaruh

terhadap kualitas produk yang dibawa. Semakin dekat jarak tempuh maka akan

semakin cepat sampai ke lokasi tujuan, semakin bagus kondisi jalan maka akan

semakin cepat sampai ke lokasi tujuan. Jika kondisi jalan kurang baik, selain lama

untuk sampai ke lokasi tujuan juga akan meningkatkan resiko kerusakan produk

yang dibawa akibat benturan sesama produk.

Gambar 8. Moda transportasi berpendingin sangat ideal digunakan dalam pengangkutan