_sulit tidur_

Upload: riska-uly

Post on 03-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    1/32

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan.

    Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan

    adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang

    serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67

    %. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan

    bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter.

    Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV),mendefinisikan insomnia sebagai kesulitan memulai tidur,

    mempertahankan tidur, merasa tidak fresh pada waktu bangun pagi dan

    mengalami kualitas tidur yang buruk.

    Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang

    untuk dapat berfungsi dengan baik. Pada saat tidur biasanya tubuh

    menjadi tidak sadar dan kita pun tidak menyadari keadaan sekitarnya.

    Tidur sendiri terdiri dari 5 fase, yaitu perasaan mengantuk, tidur ringan, 2

    tahap tidur lelap dan yang terakhir tahap REM (rapid eye movement).

    Pada tahap REM ini pernafasan, detak jantung dan gerakan mata menjadi

    lebih kencang dan otot-otot di anggota badan menjadi lumpuh sementara,

    pada tahapan inilah biasanya mimpi terjadi.

    Tiap orang bisa jadi berbeda kebutuhan tidurnya dan seringkali orang

    dengan usia yang berbeda membutuhkan lama tidur yang berbeda pula.

    Bayi membutuhkan waktu tidur sekitar 17 jam, sedangkan anak yang

    lebih besar membutuhkan waktu tidur sebanyak 10 jam. Untuk orang

    dewasa kebanyakan membutuhkan waktu tidur 7-8 jam.

    Orang cenderung untuk tidur lebih sedikit pada saat semakin tua.

    Orang tua biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk tidur,

    dengan jumlah dan panjang fase mengantuk yang semakin meningkat

    maka waktu untuk tidur lelap pun menjadi berkurang.

    1 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    2/32

    BAB II

    ISI

    FISIOLOGI TIDUR NORMAL

    Rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7 jam untuk tidur

    setiap malam. Walaupun demikian, ada beberapa orang yang

    membutuhkan tidur lebih atau kurang. Tidur normal dipengaruhi oleh

    beberapa faktor misalnya usia. Seseorang yang berusia muda cenderung

    tidur lebih banyak bila dibandingkan dengan lansia. Waktu tidur lansia

    berkurang berkaitan dengan faktor ketuaan.

    Fisiologi tidur dapat dilihat melalui gambaran ekektrofisiologik sel-sel

    otak selama tidur. Polisomnografi merupakan alat yang dapat mendeteksi

    aktivitas otak selama tidur. Pemeriksaan polisomnografi sering dilakukan

    saat tidur malam hari. Alat tersebut dapat mencatat aktivitas EEG,

    elektrookulografi, dan elektromiografi. Elektromiografi perifer berguna

    untuk menilai gerakan abnormal saat tidur. Stadium tidur - diukur dengan

    polisomnografi - terdiri dari tidur rapid eye movement (REM) dan tidur non-

    rapid eye movement (NREM). Tidur REM disebut juga tidur D atau

    bermimpi karena dihubungkan dengan bermimpi atau tidur paradoks

    karena EEG aktif selama fase ini. Tidur NREM disebut juga tidur ortodoks

    atau tidur gelombang lambat atau tidur S. Kedua stadia ini bergantian

    dalam satu siklus yang berlangsung antara 70 120 menit. Secara umum

    ada 4-6 siklus NREM-REM yang terjadi setiap malam. Periode tidur REM I

    berlangsung antara 5-10 menit. Makin larut malam, periode REM makin

    panjang. Tidur NREM terdiri dari empat stadium yaitu stadium 1,2,3,4.

    STADIUM TIDUR NORMAL PADA DEWASA

    2 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    3/32

    Stadium 0 adalah periode dalam keadaan masih bangun tetapi mata

    menutup. Fase ini ditandai dengan gelombang voltase rendah, cepat, 8-12

    siklus per detik. Tonus otot meningkat. Aktivitas alfa menurun dengan

    meningkatnya rasa kantuk. Pada fase mengantuk terdapat gelombangalfa campuran.

    Stadium 1 disebut onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium NREM.

    Stadium 1 NREM adalah perpindahan dari bangun ke tidur. Ia menduduki

    sekitar 5% dari total waktu tidur. Pada fase ini terjadi penurunan aktivitas

    gelombang alfa (gelombang alfa menurun kurang dari 50%), amplitudo

    rendah, sinyal campuran, predominan beta dan teta, tegangan rendah,

    frekuensi 4-7 siklus per detik. Aktivitas bola mata melambat, tonus otot

    menurun, berlangsung sekitar 3-5 menit. Pada stadium ini seseorang

    mudah dibangunkan dan bila terbangun merasa seperti setengah tidur.

    Stadium 2 ditandai dengan gelombang EEG spesifik yaitu didominasi

    oleh aktivitas teta, voltase rendah-sedang, kumparan tidur dan kompleks

    K. Kumparan tidur adalah gelombang ritmik pendek dengan frekuensi 12-

    14 siklus per detik. Kompleks K yaitu gelombang tajam, negatif, voltase

    tinggi, diikuti oleh gelombang lebih lambat, frekuensi 2-3 siklus per menit,

    aktivitas positif, dengan durasi 500 mdetik. Tonus otot rendah, nadi dan

    tekanan darah cenderung menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur

    dangkal. Stadium ini menduduki sekitar 50% total tidur.

    Stadium 3 ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta, frekuensi 1-2

    siklus per detik, amplitudo tinggi, dan disebut juga tidur delta. Tonus otot

    meningkat tetapi tidak ada gerakan bola mata.

    Stadium 4 terjadi jika gelombang delta lebih dari 50%. Stadium 3 dan

    4 sulit dibedakan. Stadium 4 lebih lambat dari Stadium 3 Rekaman EEG

    berupa delta. Stadium 3 dan 4 disebut juga tidur gelombang lambat atau

    tidur dalam. Stadium ini menghabiskan sekitar 10%-20% waktu tidur total.

    Tidur ini terjadi antara sepertiga awal malam dengan setengah malam.

    Durasi tidur ini meningkat bila seseorang mengalami deprivasi tidur. Tidur

    REM ditandai dengan rekaman EEG yang hampir sama dengan tidur

    3 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    4/32

    stadium 1. Pada stadium ini terdapat letupan periodik gerakan bola mata

    cepat. Refleks tendon melemah atau hilang. Tekanan darah dan nafas

    meningkat. Pada pria terjadi ereksi penis. Pada tidur REM terdapat mimpi-

    mimpi. Fase ini menggunakan sekitar 20%-25% waktu tidur. Latensi REMsekitar 70-100 menit pada subyek normal tetapi pada penderita depresi,

    gangguan makan, skizofrenia, gangguan kepribadian ambang, dan

    gangguan penggunaan alkohol durasinya lebih pendek. Sebagian tidur

    delta (NREM) terjadi pada separuh awal malam dan tidur REM pada

    separuh malam menjelang pagi. Tidur REM dan NREM berbeda dalam hal

    dimensi psikologik dan fisiologik. Tidur REM dikaitkan dengan mimpi-

    mimpi sedangkan tidur NREM dengan pikiran abstrak. Fungsi otonom

    bervariasi pada tidur REM tetapi lambat atau menetap pada tidur NREM.

    Jadi, tidur dimulai pada stadium 1, masuk ke stadium 2, 3, dan 4.

    Kemudian kembali ke stadium 2 dan akhirnya masuk ke periode REM 1,

    biasanya berlangsung 70-90 menit setelah onset. Pergantian siklus dari

    NREM ke siklus REM biasanya berlangsung 90 menit. Durasi periode REM

    meningkat menjelang pagi. Kondisi tidur siang hari dapat dinilai dengan

    multiple sleep latency test (MSLT). Subyek diminta untuk berbaring di

    ruangan gelap dan tidak boleh menahan kantuknya. Tes ini diulang

    beberapa kali (lima kali pada siang hari). Latensi tidur yaitu waktu yang

    dibutuhkan untuk jatuh tidur. Waktu ini diukur untuk masing-masing tes

    dan digunakan sebagai indeks fisiologik tidur. Kebalikan dari MSLT yaitu

    maintenance of wakefulness test (MWT). Subyek ditempatkan di dalam

    ruangan yang tenang, lampu suram, dan diinstruksikan untuk tetap

    terbangun. Tes ini juga diulang beberapa kali. Latensi tidur diukur sebagai

    indeks kemampuan individu untuk mempertahankan tetap bangun.

    KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR

    I. Gangguan tidur primer

    Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan disebabkan

    oleh gangguan mental lain, kondisi medik umum, atau zat. Gangguan

    tidur ini dibagi dua yaitu disomnia dan parasomnia. Disomnia ditandaidengan gangguan pada jumlah, kualitas, dan waktu tidur. Parasomnia

    4 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    5/32

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    6/32

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    7/32

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    8/32

    Apakah Anda mengonsumsi makanan atau minuman berkafein

    seperti kopi, soft drink, dan sebagainya ?

    Pertanyaan selanjutnya adalah:

    Berapa lama biasanya Anda tertidur ?

    Apakah Anda sering terbangun untuk ke kamar mandi ?

    Apakah Anda terbangun lebih dini ?

    Apakah Anda mengalami sensasi tidak enak di tungkai/kaki yang

    menyebabkan Anda tidak bisa tidur ?

    Apakah gangguan tidur Anda mempengaruhi fungsi Anda di siang

    hari ?

    Apakah Anda mengantuk di siang hari ?

    II.2.4 Keluhan tambahan.

    Keluhan yang menyertai keluhan utama. Setiap perubahan dan

    masalah/gangguan kesehatan yagn dialami oleh usia lanjut akandisertai gejala gejala yagn khas.

    II.2.5 Riwayat keluarga, psikososial, orang orang terdekat.

    II.2.6 Status kesehatan terakhir, penggunaan obat - obatan tradisional, obat

    obat tanpa resep, suplemen / vitamin.

    II.2.7 Ada atau tidak alergi,

    Baik terhadap makanan maupun obat obat tertentu

    II.2.8 Penggunaan obat untuk penyakit yang dideritanya maupun untuk

    penyakit lain

    PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan fisik dapat memberikan petunjuk untuk komorbiditas

    insomnia.

    8 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    9/32

    Leher besar ukuran dari 18 inci atau lebih besar pada laki-laki,

    peningkatan BMI dari 30 kg/m2, pembesaran amandel, Mallampati

    Airway skor 3 atau 4 (lihat Media file 2), langit-langit lunak

    berbaring rendah terutama pada pasien dengan hipertensi ataupenyakit jantung, dan apnea tidur obstruktif / hypopnea sindrom

    harus dipertimbangkan. Fitur lain termasuk diperbesar lidah,

    retrognathia, micrognathia, atau sudut rahang yang curam.

    Jika pasien memiliki neuropati perifer bukti (yaitu, distribusi stok

    hilangnya sensasi suhu) dengan atau tanpa perubahan trophic,

    mereka harus bertanya tentang gejala yang menyakitkan (yaitu,

    sensasi terbakar) di kaki mereka, dan sejarah diabetes,

    penyalahgunaan alkohol, dan neurologis konsultasi harus diminta.

    Jika pasien mengeluhkan gejala sindrom kaki gelisah atau gejala

    dari suatu kelainan neurologis, seperti kejang malam hari, penyakit

    Parkinson, atau gangguan neuromuskuler, konsultasi saraf harus

    diminta.

    Pada pasien dengan sindrom rasa sakit kronis atau sindrom

    rheumatologic, rujukan ke spesialis manajemen rasa sakit dan /

    atau rheumatologist harus dipertimbangkan.

    Jika dada pemeriksaan menunjukkan suara napas berkurang;

    clubbing atau mengi dalam pengaturan tanda-tanda klinis dan

    gejala dari penyakit paru obstruktif kronik, asma, atau sindrom

    hipoventilasi obesitas, paru konsultasi harus diminta.

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Polysomnography

    Memberikan informasi mengenai tidur / bangun otak, dan merupakan

    'standar emas' untuk penilaian diagnostik. Kendali polysomnography

    (PSG) terdiri electroencephalography (EEG), electrooculography (EOG),

    dagu dan tibialis anterior Elektromiografi (EMG), upaya pernapasan, aliran

    9 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    10/32

    udara, oksimetri dan elektrokardiografi (EKG). Sebagian besar penilaian

    adalah berbasis laboratorium dan malam pertama rekaman biasanya

    dibuang sebagai artefak yang terdiri dari hal-hal baru karena prosedur

    dan lingkungan. Anda mungkin mengatakan prinsip-prinsip kontrolstimulus diakui dalam praktek. Karena orang-orang tidur dengan cara

    yang berbeda di laboratorium, dan mungkin attributions berbeda tentang

    tidur mereka, rumah PSG telah dikembangkan sebagai naturalistik

    alternatif. PSG portabel pertama rekaman digambarkan pada 1970-an tapi

    sejak itu rumah perekaman telah menjadi lebih sederhana dan lebih

    handal. Dalam penelitian insomnia, sangat penting bahwa orang tidur di /

    tempat tidurnya sendiri (Edinger et al., 1997). PSG adalah penting untuk

    diagnosis dalam kasus-kasus yang kompleks, dan untuk memantau

    dampak intervensi, seperti hidung tekanan udara kontinu (nCPAP),

    dimana tingkat kejenuhan oksigen / desaturation, kejadian apnea dan

    arousal dari tidur sering harus dinilai sebelum dan selama pengobatan.

    Fluiddan Tissue Analysis

    Metabolic atau drug screening

    Neuropsychological Tests

    Dementia, depression, anxiety, atau gangguan psikiatrik lainnya. Other Tests

    Sleep wake-diaryuntuk melihat pola tidur

    10 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    11/32

    Gambar 1 sleep-wake diary

    DIAGNOSIS : KERJA DAN BANDING

    Diagnosis Kerja : Insomnia

    Diagnosis Banding :Periodic limb movements of sleep

    TABLE 1 Evaluation of the Patient with the Complaint of Excessive Daytime Somnolence4

    Findings onHistory and

    PhysicalExamination

    DiagnosticEvaluation

    Diagnostic Therapy

    Restless legssyndrome,

    disturbed sleep,

    predisposingmedical

    condition (e.g.,anemia or

    renal failure)

    Polysomnography

    with bilateral

    anterior tibialis

    EMG monitoring

    Periodic limb

    movements of

    sleep

    Treatment ofpredisposing

    condition, ifpossible;

    dopamineagonists (e.g.,

    pramipexole);

    benzodiazepines

    (e.g.,

    clonazepam)

    Disturbed sleep,predisposingmedicalconditions (e.g.,asthma)

    and/orpredisposing

    medicaltherapies (e.g.,

    theophylline)medical therapies(e.g.,

    Sleep-wake diary

    recording

    Insomnias Treatment ofpredisposing

    condition and/orchange in

    therapy, ifpossible;behavioral

    therapy; short-acting

    benzodiazepinereceptor agonist

    (e.g., zolpidem)

    GANGGUAN TIDUR DAN IRAMA SIRKADIAN

    11 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    12/32

    Menggambarkan ritme sirkadian sekitar 24-jam siklus yang dihasilkan

    oleh suatu organisme. Kebanyakan sistem fisiologis menunjukkan variasi

    sirkadian. Sistem dengan variasi yang paling menonjol adalah siklus tidur-

    bangun, suhu, dan sistem endokrin. Gangguan ritme sirkadian dapatdikategorikan menjadi 2 kelompok utama: gangguan sementara

    (misalnya, jet lag; mengubah jadwal tidur karena bekerja, tanggung jawab

    sosial, penyakit) dan gangguan kronis. Kronis yang paling umum

    gangguan tidur antara lain sindrom fase tidur tertunda (DSPS), sindrom

    fase tidur lanjut (ASPS), dan siklus tidur-bangun tidak teratur. Katzenberg

    et al menyarankan korelasi genetik (yaitu, jam polimorfisme) untuk ritme

    sirkadian patterns.

    * Sindrom fase tidur lanjut :

    Pasien merasa mengantuk lebih awal dari waktu tidur yang diinginkan

    mereka (yaitu, 8 malam) dan mereka bangun lebih awal daripada yang

    mereka inginkan (yaitu, 4-5 am). Kondisi ini lebih umum pada orang tua.

    Para pasien biasanya mengeluhkan tidur perawatan insomnia.

    * Sindrom fase tidur tertunda :

    Pasien tidak merasa mengantuk sampai jauh kemudian daripada waktu

    tidur yang diinginkan, dan ia bangun lebih lambat dari yang dikehendaki

    atau diterima secara sosial. Pada buku harian atau actigraphy tidur,

    pasien ini menunjukkan waktu tidur yang konsisten dengan bangun lebih

    awal kali yang sesuai dengan sekolah atau hari kerja, dan terlambat

    bangun kali di akhir pekan, waktu istirahat, dan liburan. Kondisi ini sering

    dimulai pada masa remaja dan dapat dikaitkan dengan sejarah keluarga

    sampai dengan 40% pasien. Laporan pasien ini sulit tidur pada waktu

    tidur yang diinginkan biasanya secara sosial, dan mengeluh mengantuk

    berlebihan di siang hari selama sekolah atau bekerja minggu.

    * Gangguan tidur karena shift kerja:

    Sebuah keluhan insomnia atau mengantuk yang berlebihan biasanya

    temporal berkaitan dengan jadwal kerja yang berulang yang tumpang

    12 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    13/32

    tindih waktu tidur yang biasa. Hal ini dapat terjadi dengan pergeseran

    pagi (4-6 pm), di mana pasien cemas bangun di waktu pergeseran awal

    mereka terutama ketika mereka memiliki jadwal pergeseran berputar.

    Malam pergeseran yang berakhir pada 11 dapat menyebabkan insomniapada bahwa pasien mungkin perlu beberapa waktu untuk angin turun dari

    pekerjaan sebelum tidur. Shift malam dapat dikaitkan dengan kedua tidur

    onset dan perawatan insomnia karena paparan sinar matahari pada

    perjalanan pulang dari kantor, siang eksposur di kamar tidur mereka, dan

    isyarat-isyarat sosial dan lingkungan (mengambil anak-anak di sekolah,

    membayar tagihan, pekerjaan rumah tangga, dll) .

    * Ritme tidur-bangun irregular:

    Hal ini biasanya terlihat pada pasien dengan kurang tidur kebersihan,

    pasien yang tinggal atau bekerja sendiri dengan sedikit paparan cahaya,

    aktivitas, dan isyarat-isyarat sosial. Pasien tersebut secara acak tidur

    sepanjang hari sehingga sulit, kalau bukan mustahil, untuk jatuh tertidur

    pada waktu tidur kebiasaan tidur dengan konsolidasi periode

    ETIOLOGI

    Menurut data International Classification of Sleep Disorder,

    prevalensi penyebab gangguan tidur adalah:

    Penyakit asma (61-74%)

    Gangguan pusat pernafasan (40-50%)

    Kram kaki malam hari (16%)

    Psikologis (15%)

    Sindroma gelisah (5-15%)

    Ketergantungan alkohol (10%)

    Sindroma terlambat tidur (5-10%)

    Depresi (65%)

    13 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    14/32

    Pikun (5%)

    Gangguan perubahan jadwal kerja (2-5%)

    Gangguan obstruksi atau sesak saluran nafas (1-2%)

    Penyakit lambung ( yang kayak gini

    disebutnya pelor (nempel molor) atau tumor (tukang molor)

    atau sailor (dikira pingsan ternyata molor).

    Penyebab dari gangguan tidur ini biasanya dibagi menjadi 3 kondisi,

    yakni kondisi medis, kondisi psikiatri dan kondisi lingkungan.

    Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan gangguan tidur

    adalah :

    Gangguan pada jantung seperti gagal jantung dan iskemia pada

    pembuluh koroner

    Stroke, kondisi degenerative, demensia, gangguan tidur karenagangguan CNS

    Hipotiroid, menopause, siklus menstruasi, kehamilan, dan

    hipogonadism

    Gangguan paru obstruktif, asma, Pickwikian sindrom (Obstructive

    sleep apnea syndrome).

    Penyakit muntahan cairan lambung

    Gangguan pada darah

    Penggunaan obat seperti dekongestan, koritokosteroid, dan

    bronkodilator

    Kondisi lainnya seperti Demam, nyeri dan infeksi

    14 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    15/32

    Beberapa kondisi psikologis yang dapat menyebabkan gangguan

    tidur :

    Depresi dapat menyebabkan gangguan dalam REM (rapid eye

    movement)

    Sindrom Post Trauma

    Obat-obatan psikotropika

    Pikiran yang membebani atau stress

    Tegang-cemas

    Beberapa kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan gangguan

    tidur :

    Kejadian yang mengancam nyawa atau kejadian yang memiliki

    stress tinggi

    Gangguan siklus tidur akibat waktu kerja yang tidak tetap (malam

    dan pagi)

    Lingkungan yang bising, dingin, ataupun terlalu panas.

    Mekanisme tidur belum banyak diketahui. Pada malam hari otak

    mengeluarkan hormon melantonin yang diduga dapat merangsang

    keinginan untuk tidur. Tidur terdiri dari 2 fase yaitu REM (rapid eye

    movement) dan non REM. Pada fase REM pergerakan bola mata dan

    detak jantung akan meningkat, kurang lebih 20 menit dan terjadisebanyak 3 - 4 kali sepanjang masa tidur.

    Pada fase non REM seluruh anggota tubuh menjadi relaks. fase ini

    terbagi menjadi 4 stadium. Pada stadium 3 seseorang akan masuk pada

    keadaan sangat lelap sehingga susah untuk dibangunkan. Pada stadium 4

    tubuh mengeluarkan hormon somatostatin yang diduga menjadi zat yang

    membantu perbaikan pada tubuh. Pada insomnia terjadi gangguan-

    gangguan atau pemendekan waktu dari fase tidur yang normal.

    15 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    16/32

    PATOFISIOLOGI

    Tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi proses de-aktivitasi

    susunan saraf pusat. Jadi, seorang yang tertidur bukannya karena

    susunan sarafnya tidak aktif, melainkan giat dalam mengadakan

    sinkronisasi terhadap neuron neuron substansia retikularis dari batang

    otak. Bagian susunan saraf yang berfungsi untuk melakukan sinkronisasi

    kegiatan neural adalah substansia retikularis di bagian rostral batang otak

    dan dinamakanpusat tidur. Bagian susunan saraf yang menghilangkan

    sinkronisasi ( de-sinkronisasi ) adalah substansia retikularis di bagian

    rostral batang otak dan dinamakan pusat penggugah (arousal centre ).

    Insomnia dianggap sebagai gangguan dari kerja hyperarousal pada

    saat ini.

    Gambar 3 Gangguan Sistem Arousal pada Insomnia

    Mengenai hyperarousal ini dapat dibuktikan dengan tingkat

    kewaspadaan berlebih selama siang hari dan susahnya memulai dan

    menjaga untuk tidur di malam hari. Arousal ini sekarang menjelaskan

    bagian kognitif dan fisiologikal dari insomnia. Bagian dari kognitif

    memperlihatkan bahwa cemas dan pemikiran yang mendalam tentang

    16 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    17/32

    tekanan hidup dapat menggangu tidur, menimbulkan keadaan insomnia

    akut, khususnya dalam memulai tidur dan tidur kembali setelah

    terbangun. Kemudian sekali seseorang mendapat pengalaman dalam

    kesusahan tidur, mencemaskan dan terlalu melakukan pemikiran pemikiran mendalam hingga bergeser kepada hidup untuk mencemaskan

    tentang tidur itu sendiri dan tentangkonsekuensi di siang hari akibat tidak

    mendapat cukup tidur. Keadaan kognitif aktif yang buruk ini selanjutnya

    semakin bertambah buruk jika dapat ditemukan keadaan yang

    berhubungan dengan tidur yang bisa menjadi suatu tanda bahaya atau

    kurang tidur telah menjadi suatu perhatian.

    Selaras dengan bagian kognitf , bagian lain dari perkembangan

    insomnia menunjukkan bahwa hyperarousal adalah bagian yang terutama

    dari faktor fisiologi atau neurofisiologi. Arousal fisiologi telah dievaluasi

    melalui pengukuran seluruh tingkat metabolik tubuh, variabilitas heart

    rate, pengukuran neuroendokrin dan fungsi neuroimaging. Seluruh body

    metabolic rate bisa diukur oleh jumlah konsumsi oksigen (VO2). Penelitian

    baru baru ini membandingkan antara good sleepers dengan pasien yang

    di diagnosis menderita insomnia. Pasien dengan insomnia menunjukkan

    tingkat metabolik yang sangat tinggi ( pengukuran pada interval melewati

    24 jam ) dibandingkan dengan health control. Variabilitas heart rate bisa

    memberikan pengukuran tentang arousal yang mengatur aktivitas nervus

    simpatik dan parasimpatik. Penelitian 36 jam menemukan bahwa rata

    rata heart rate yang peningkatan dan variabilitas yang mengalami

    penurunan pada semua stadium tidur dari pasien insomnia dibandingkan

    dengan healthy normal sleepers.

    Sistem neuroendorin juga dapat menunjukkan fakta fakta arousal

    sebagai pengaktif terus menrus sistem respons stress. Beberapa

    penetilian pengukuran urin 24 jam yang bebas ekskresi kortikol

    ditemukan dalam jumlah yang banyak pada poor sleepers. Urinaria yang

    bebas kortisol juga berkolerasi positif dengan total waktu terjaga, dan

    katekolamin urin berkolerasi dengan persentase stadium 1 dan waktu

    bangun setelah waktu tidur. Pengukuran untuk kortisol dan

    17 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    18/32

    adrenokortikotropik hormone ( ACTH) dari plasma telah dievaluasi pada

    pasien insomnia dan healthy normal sleepers. Meskipun keterangan agak

    tercampur, insomnia primer memperlihatkan tingkat komponen yang

    tinggi dalam plasma mereka, dengan yang peling berbeda terlihat padamalam dan setengah malam pertama. Pengukuran kortisol dan ACTH dari

    urinaria dan plasma menunjukkan bahwa hypothalamic-pituitary-adrenal

    (HPA) axis berasosiasi dengan patologi dari insomnia kronik.

    Terakhir, positron emission tomography (PET) digunakan untuk

    menilai metabolism glukosa darah, pengukuran tidak langsung seluruh

    metabolisme glukosa otak pada pasien insomnia. Dibandingkan orang

    sehat, pasien dengan insomnia menunjukkan lebih besar jumlah

    metabolism glukosa otak selama bangun dan stadium tidur REM. Lebih

    lanjut, pasien insomnia menunjukkan penurunan relatif metabolisme dari

    bangun hingga stadium tidur NREM dalam bagian wake-promoting dari

    otak. Ini memperlihatkan interaksi jaringan kerja neural meliputi

    ketidakmampuan untuk jatuh tertidur, yang termasuk di dalamnya sistem

    arousal, sistem regulasi emosi dan sistem kognitif.

    Berdasarkan skenario, maka etiopatofisiologi ibu tersebut adalah

    karena stress (ditinggal suami keluar kota, dan sendiri harus merawat

    anak yang masih kecil, dan juga harus bekerja, sedangkan pekerjaan

    menjadi ibu rumah tangga dan wanita karir menjadi terganggu akibat

    mengantuk berlebih di siang hari (( excessive daytime sleepiness),

    ditambah lagi ibu tersebut sudah berusaha dengan mengkonsumsi obat

    tidur tetapi tidak efektif sehingga makin stresslah ibu tersebut dan

    akhirnya bertambah parahlah insomnianya).

    MANIFESTASI KLINIS

    Gejala insomnia adalah susahnya seorang individu untuk jatuh

    kedalam tidur, sehingga terjadi peningkatan waktu antara tidur. Sulitnya

    mempertahankan tidur dan tidak dapat tidur secukupnya, hal ini

    mengakibatkan seorang pasien terbangun sebelum dia mendapatkan

    tidur yang cukup. Gangguan dari siklus tidur dapat disebabkan oleh irama

    18 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    19/32

    sikardian (gannguan dalam irama tidur bangun) yang terganggu oleh

    karena jet-lag atau pekerjaan. Hipersomnia atau tidur yang berlebih

    adalah gejala dari kurangnya kualitas dari tidur seseorang sehingga

    seringkali dibutuhkan waktu tidur yang lebih lama dari normal.

    Beberapa gejala lain dari gangguan tidur adalah Sonambulisme atau

    tidur berjalan, dan Mimpi buruk (nightmares).

    Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-

    IV), menunjukkan beberapa gejala dimana seseorang dapat didiagnosis

    sedang menderita insomnia karena faktor psikologis, yaitu:

    1. Kesulitan untuk memulai, mempertahankan tidur, dan tidak dapat

    memperbaiki tidur selama sekurangnya satu bulan merupakan

    keluahan yang paling banyak terjadi.

    2. Insomnia ini menyebabkan penderita menjadi stres sehingga dapat

    mengganggu fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting yang

    lain.

    3. Insomnia karena faktor psikologis ini bukan termasuk narkolepsi,gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan, gangguan

    ritme sirkadian atau parasomnia.

    4. Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena gangguan

    mental lain seperti gangguan depresi, delirium.

    5. Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena efek fisiologis

    yang langsung dari suatu zat seperti penyalahgunaan obat ataukondisi medis yang umum.

    Dengan adanya gejela-gejala yang disebutkan oleh Diagnostic and

    Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV), maka insomnia karena

    faktor psikologis dapat mengganggu berbagai fungsi sosial.

    FAKTOR RESIKO

    19 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    20/32

    Pada kehamilan khususnya pada minggu-minggu menjelang kelahiran

    seringkali ibu hamil tidak dapat tidur sama sekali. Orang-orang dengan

    gangguan fisik lain dapat pula menderita insomnia seperti : sering buang

    air kecil, kram pada kaki, sesak karena asma atau menderita nyeri sepertipada reumatik atau artritis.

    Hal-hal lain yang dapat menyebabkan susah tidur adalah umur lanjut,

    menonton TV terlalu malam, mengkonsumsi minuman yang mengandung

    kafein atau alkohol terlalu banyak, makan dalam jumlah besar sebelum

    tidur dan latihan berat dalam waktu 6 jam sebelum tidur. Dalam banyak

    kasus insomnia banyak disebabkan oleh hal-hal psikis seperti kecemasan,

    depresi atau rasa stress yang tidak terungkapkan.

    PENATALAKSANAAN

    Insomnia yang terjadi karena faktor psikologis lebih baik diobati dengan

    psikoterapi karena penyebabnya adalah faktor-faktor psikologis. Penting

    bagi penderita insomnia untuk secara terbuka mengatakan pada psikolog,

    terapis atau konselor tentang awal mula penyebab insomnia sehingga

    dapat ditentukan terapi apa yang sebaiknya diberikan. Selain itu, keluarga

    si penderita insomnia juga harus memberi dukungan pada penderita agar

    insomnia yang dialaminya perlahan-lahan dapat diturunkan sampai

    sembuh.

    MEDIKA MENTOSA

    Obat-obatan jenis hipnotik seperti diazepam dan lorazepam dapat

    diresepkan oleh dokter secara jangka pendek untuk mengatasi masalah

    insomnia atau susah tidur yang berat. Tetapi obat-obatan ini mempunyai

    efek samping perasaan mengantuk keesokan harinya dan menimbulkan

    gejala kecanduan.

    Obat anti alergi yang bersifat sedative seperti difenhidramin dan

    promethazin juga dapat digunakan untuk mengatasi insomnia atau susah

    tidur. Tetapi obat-obatan ini dapat berada di dalam tubuh untuk waktu

    yang lama serta menimbulkan efek hangover di pagi hari.

    20 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    21/32

    Kloralhidrat dapat pula bermanfaat dan cenderung tidak

    disalahgunakan. Antihistamin, prekursor protein seperti l-triptofan yang

    saat ini tersedia dalam bentuk suplemen juga dapat digunakan.

    Penggunaan jangka panjang obat hipnotik tidak dianjurkan. Obat hipnotikhendaklah digunakan dalam waktu terbatas atau untuk mengatasi

    insomnia jangka pendek. Dosis harus kecil dan durasi pemberian harus

    singkat.

    Benzodiazepin paling sering digunakan dan tetap merupakan pilihan

    utama untuk mengatasi insomnia, baik primer maupun sekunder.

    Benzodiazepin dapat direkomendasikan untuk dua atau tiga hari dan

    dapat diulang tidak lebih dari tiga kali. Penggunaan jangka panjang dapat

    menimbulkan masalah tidur atau dapat menutupi penyakit yang

    mendasari. Penggunaan benzodiazepin harus hati-hati pada pasien

    penyakit paru obstruktif kronik, obesitas, gangguan jantung dengan

    hipoventilasi. Benzodiazepin dapat mengganggu ventilasi pada apnea

    tidur. Efek samping berupa penurunan kognitif dan terjatuh akibat

    gangguan koordinasi motorik sering ditemukan. Oleh karena itu,

    penggunaan benzodiazepin pada lansia harus hati-hati dan dosisnya

    serendah mungkin. Benzodiazepin dengan waktu paruh pendek (triazolam

    dan zolpidem) merupakan obat pilihan untuk membantu orang-orang

    yang sulit masuk tidur. Sebaliknya, obat yang waktu paruhnya panjang

    (estazolam, temazepam, dan lorazepam) berguna untuk penderita yang

    mengalami interupsi tidur. Benzodiazepin yang kerjanya lebih panjang

    dapat memperbaiki anksietas di siang hari dan insomnia di malam hari.

    Sebagian obat golongan benzodiazepin dimetabolisme di hepar. Oleh

    karena itu, pemberian obat-obat yang menghambat oksidasi sitokrom

    (seperti simetidin, estrogen, INH, eritromisin, dan fluoxetine) dapat

    menyebabkan sedasi berlebihan di siang hari.

    Antidepresan yang bersifat sedatif seperti trazodone dapat diberikan

    bersamaan dengan benzodiazepin pada awal malam. Antidepresan

    kadang-kadang dapat memperburuk gangguan gerakan terkait tidur (RLS)

    21 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    22/32

    Triazolam tidak menyebabkan gangguan respirasi pada pasien COPD

    ringan-sedang yang mengalami insomnia. Neuroleptik dapat digunakan

    untuk insomnia sekunder terhadap delirium pada lansia. Dosis rendah-

    sedang benzodiazepin seperti lorazepam digunakan untuk memperkuatefek neuroleptik terhadap tidur.

    Mirtazapine merupakan antidepresan baru golongan noradrenergic and

    specific serotonin antidepressant (NaSSA). Ia dapat memperpendek onset

    tidur, stadium 1 berkurang, dan meningkatkan dalamnya tidur. Latensi

    REM, total waktu tidur, kontinuitas tidur, serta efisiensi tidur meningkat

    pada pemberian mirtazapine. Obat ini efektif untuk penderita depresi

    dengan insomnia tidur

    Tidak dianjurkan menggunakan imipramin, desipramin, dan monoamin

    oksidase inhibitor pada lansia karena dapat menstimulasi insomnia.

    Lithium dapat menganggu kontinuitas tidur akibat efek samping poliuria.

    Khloralhidrat dan barbiturat jarang digunakan karena cenderung

    menekan pernafasan. Antihistamin dan difenhidramin bermanfaat untuk

    beberapa pasien tapi penggunaannya harus hati-hati karena dapat

    menginduksi delirium

    Melatonin merupakan hormon yang disekresikan oleh glandula pineal.

    Ia berperan mengatur siklus tidur. Efek hipnotiknya terlihat pada pasien

    gangguan tidur primer. Ia juga memperbaiki tidur pada penderita depresi

    mayor. Melatonin juga dapat memperbaiki tidur, tanpa efek samping,

    pada lansia dengan insomnia. Melatonin dapat ditambahkan ke dalam

    makanan.

    Selain obat-obatan resep di atas, ada beberapa penelitian yang

    menunjukkan bahwa herba valerian juga efektif untuk mengatasi

    insomnia atau susah tidur. Selain itu Passiflora dan ekstrak wild lettuce

    serta Lavender dan chamomile juga secara tradisional sering digunakan

    untuk mengatasi insomnia atau susah tidur, walaupun belum ada

    penelitian untuk membuktikannya. Sebaiknya konsultasikan dahulu

    22 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    23/32

    dengan dokter atau apoteker apabila ingin menggunakan bahan herbal

    tersebut untuk mengatasi insomnia atau susah tidur.

    NON MEDIKA MENTOSA

    Apa saja terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia? Ada

    beberapa terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi insomnia, yaitu:

    1. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

    CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam

    memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk

    meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya

    atau merasa bahwa dirinya masih berharga.

    2. Sleep Restriction Therapy

    Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si

    penderita insomnia. Terapi ini bermanfaat untuk pasien yang berbaring di

    tempat tidur tanpa bisa tertidur. Misalnya, bila pasien mengatakan bahwa

    ia hanya tertidur lima jam dari delapan jam waktu yang dihabiskannya di

    tempat tidur, waktu di tempat tidurnya harus dikurangi. Tidur di siang hari

    harus dihindari. Lansia dibolehkan tidur sejenak di siang hari yaitu sekitar

    30 menit. Bila efisiensi tidur pasien mencapai 85% (rata-rata setelah lima

    hari), waktu di tempat tidurnya boleh ditambah 15 menit. Terapi

    pembatasan tidur, secara berangsur-angsur, dapat mengurangi frekuensi

    dan durasi terbangun di malam hari.

    3. Stimulus Control Therapy

    Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun

    pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur

    malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski

    hanya sesaat.

    4. Relaxation Therapy

    23 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    24/32

    Relaxation Therapy berguna untuk membuat si penderita rileks pada

    saat dihadapkan pada kondisi yang penuh ketegangan. Terapi ini harus

    dilakukan dan dipelajari dengan baik. Menghipnosis diri sendiri, relaksasi

    progresif, dan latihan nafas dalam sehingga terjadi keadaan relaks cukupefektif untuk memperbaiki tidur. Pasien membutuhkan latihan yang cukup

    dan serius. Biofeedback yaitu memberikan umpan-balik perubahan

    fisiologik yang terjadi setelah relaksasi. Umpan balik ini dapat

    meningkatkan kesadaran diri pasien tentang perbaikan yang didapat.

    Teknik ini dapat dikombinasi dengan higene tidur dan terapi pengontrolon

    tidur.

    5. Cognitive Therapy

    Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan

    kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.

    6. Imagery Training

    Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita

    yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.

    Banyak di antara para penderita insomnia karena factor psikologis yang

    menggunakan obat tidur untuk mengatasi insomnianya. Namun

    penggunaan yang terus menerus tentu menimbulkan efek samping yang

    negative, baik secara fisiologis (efek terhadap organ dan fungsi organ

    tubuh) serta efek psikologis. Logikanya, insomnia yang disebabkan factor

    psikologis, berarti factor psikologis itu lah yang harus di atasi, bukan

    symtomnya. Kalau kita hanya focus mengatasi simtom-nya denganminum berbagai obat tidur, maka ketika mata terbuka, masalah akan

    datang kembali, bahkan akan dirasa lebih berat karena dibiarkan berlarut-

    larut tanpa solusi pada akar masalah.

    7. Terapi apnea tidur obstruktif

    Apnea tidur obstruktif dapat diatasi dengan menghindari tidur telentang,

    menggunakan perangkat gigi (dental appliance), menurunkan beratbadan, menghindari obat-obat yang menekan jalan nafas, menggunakan

    24 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    25/32

    stimulansia pernafasan seperti acetazolamide (Diamox), nasal

    continuous positive airway pressure (NCPAP), upper airway surgery (UAS).

    Nasal continuous positive airway pressure ditoleransi baik oleh sebagian

    besar pasien. Metode ini dapat memperbaiki tidur pasien di malam hari,rasa mengantuk di siang hari, dan keletihan serta perbaikan fungsi

    kognitif.

    8. Uvulopalatopharyngeoplasty (UPP)

    Merupakan salah satu teknik pembedahan yang digunakan untuk terapi

    apnea tidur. Efikasi metode ini kurang.

    Beberapa cara untuk menghilangkan insomnia adalah :

    1. Lakukan hal-hal rutin sebelum waktu tidur seperti minum susu

    hangat, berjalan-jalan sebentar sebelum tidur atau mandi air

    hangat.

    2. Pada beberapa orang melakukan hubungan seksual dapat

    memberikan efek relaks

    3. Lakukan beberapa tehnik relaksasi seperti relaksasi otot atau

    meditasi

    4. Beberapa jenis obat-obatan dapat membantu mereka yang

    menderita insomnia khususnya mereka yang menderita nyeri yang

    sangat atau permasalahan psikis seperti cemas atau stress, namun

    mengkonsumsi obat-obatan jenis ini harus tetap dibawah

    pengawasan dokter.

    5. Sebaiknya segera konsultasi ke dokter bila insomnia :

    6. Berlangsung terus tiap malam

    7. Mulai menggangu kerja atau aktifitas harian

    8. Dokter bisa membantu menemukan penyebab insomnia dan akan

    mengobati seperlunya.

    25 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    26/32

    9. Jangan minum obat tidur tanpa nasihat dokter. Obat tersebut

    mungkin akan mengurangi sedikit keluhan tetapi penggunaan yang

    rutin dan jangka lama bisa menyebabkan adiksi.

    PENCEGAHAN

    Insomnia karena faktor psikologis dapat dicegah dengan cara

    memanage stres secara positif dan jika ada mengalami masalah

    sebaiknya sharing pada seseorang yang dapat Anda percaya. Semoga

    dengan pembahasan tentang insomnia ini, dapat memberikan manfaat

    bagi Anda. Dengan informasi ini, diharap kita pun bisa memahami

    penderita insomnia dan dapat memberikan bantuan yang tepat. Perhatiandan empati terhadap penderita insomnia, bisa sedikit mengobati

    kegalauan emosi jiwanya. Semoga bermanfaat.

    Untuk mengatasi masalah susah tidur atau insomnia ini biasanya

    dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara psikologi dan melalui bantuan obat-

    obatan. Penanganan pertama biasanya akan terlebih dahulu dibantu

    melalui cara psikologi, apabila kemudian dirasa perlu baru akan diberikan

    tambahan berupa obat-obatan. Berikut uraian dari kedua cara tersebut :

    Terapi Psikologi

    Konsultan psikolog biasanya dapat mengajarkan teknik relaksasi

    mudah yang dapat membantu mengatasi insomnia. Mereka juga biasanya

    menyediakan jasa konsultasi bicara (psikoterapi) yang dapat membantu

    orang-orang untuk menghadapi kejadian-kejadian seperti kehilangan

    orang terdekat ataupun masalah rumah tangga yang dapat menyebabkan

    terjadinya susah tidur atau insomnia.

    Cognitive Behaviour Therapy (CBT)

    Selain hal di atas, ada juga terapi tentang tidur, yang termasuk di

    dalamnya cognitive behaviour therapy (CBT) yang dapat mengatasi

    masalah kecemasan yang menganggu tidur dan juga membantu

    membangun pandangan positif mengenai tidur.

    26 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    27/32

    Terapi cognitive behaviour ini meliputi :

    1. Pengetahuan mengenai kebiasaan tidur yang baik. Kebersihan saat

    tidur yang dijadikan kebiasaan dapat membantu untuk

    meningkatkan kualitas tidur.

    2. Teknik relaksasi, seperti latihan pelemasan otot dan latihan

    pernafasan dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan

    menjelang tidur. Teknik ini membuat kita dapat mengontrol

    pernafasan, detak jantung, ketegangan otot serta suasana hati.

    3. Terapi kognitif, ini termasuk dengan menggantikan kecemasan

    mengenai tidak bisa tidur dengan hal lain yang positif.

    4. Kontrol stimulus, termasuk di dalamnya untuk membatasi aktivitas

    yang dilakukan di dalam kamar tidur hanya untuk istirahat saja.

    5. Pembatasan tidur, terapi ini membatasi waktu anda di tempat tidur,

    sehingga menjadi tidur pun berkurang dan menjadi lebih lelah

    keesokan malamnya. Begitu kualitas tidur sudah meningkat, maka

    waktu tidur pun akan meningkat kembali secara bertahap.

    Gangguan tidur dapat diatasi dengan hal-hal sederhana seperti

    :

    Kebiasaan tidur yang baik.

    Jam tidur yang rutin, usahakan untuk pergi tidur pada waktu yang

    sama setiap malam

    Pastikan tempat tidur nyaman dengan suhu ruangan sesuai yang

    dikehendaki.

    Jangan memikirkan masalah dan tanggung jawab sehari-hari.

    Hindari konsumsi kafein di sore/malam hari (teh, kopi, coke, dsb).

    Hindari mengkonsumsi alkohol pada malam hari.

    27 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    28/32

    Hindari banyak makan pada malam hari terutama yang banyak

    mengandung lemak.

    Hindari kebiasaan tidur siang.

    Berjalan-jalanlah sebentar sebelum tidur atau lakukan latihan ringan

    seperti yoga.

    Jangan gunakan ruang tidur anda sebagai tempat bekerja.

    Minumlah susu hangat sebelum tidur karena dapat meningkatkan

    kadar serotonin dalam otak.

    Mandi air hangat sebelum tidur dapat membantu.

    Jika telah berbaring 20-30 menit namun masih susah untuk jatuh

    tidur, bangun dan lakukanlah sesuatu sampai anda merasa

    mengantuk.

    KOMPLIKASI

    Komplikasi dari susah tidur atau insomnia dapat berupa :

    1. Depresi

    2. Kesulitan untuk berkonsentrasi

    3. Aktivitas sehari-hari menjadi terganggu

    4. Prestasi kerja atau belajar mengalami penurunan

    5. Mengalami kelelahan di siang hari

    6. Hubungan interpersonal dengan orang lain menjadi buruk

    7. Menyebabkan kecelakaan karena mengalami kelelahan yang

    berlebihan

    8. Memunculkan berbagai penyakit fisik

    9. Menurunnya performa baik di pekerjaan ataupun sekolah.

    28 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    29/32

    10. Dapat timbul masalah psikis, seperti depresi atau kecemasan.

    11. Berat badan berlebih atau obesitas.

    12. Menurunnya fungsi sistem kekebalan tubuh.

    13. Meningkatan resiko terjadinya penyakit jangka panjang,

    seperti tekanan darah yang tinggi, penyakit jantung dan diabetes.

    14. Meningkatkan risiko kematian

    Dampak insomnia tidak dapat di anggap remeh, karena bisa

    menimbulkan kondisi yang lebih serius dan membahayakan kesehatan

    dan keselamatan. Oleh karenanya, setiap penderita insomnia perlu

    mencari jalan keluar yang tepat.

    PROGNOSIS

    Respon terhadap pengobatan tergantung pada etiologi insomnia.

    "Rebound insomnia" dapat terjadi pada penghentian tiba-tiba dan obat

    sedatif hipotik. Beberapa penderita mungkin memberikan respon

    terhadap cara-cara tanpa obat setelah masalah didiskusikan dan

    etiologinya ditemukan.

    29 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    30/32

    Bab III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Tidur merupakan suatu proses di otak yang dibutuhkan seseorang

    untuk dapat berfungsi dengan baik. Insomnia merupakan gangguan tidur

    yang paling sering ditemukan. Sekitar 67% lansia mengalami gangguan

    tidur. Gangguan tidur yang paling sering ditemukan pada lansia yaitu

    insomnia, gangguan ritmik tidur, dan apnea tidur.

    Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat

    kelompok yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan

    mental lain, gangguan tidur akibat kondisi medik umum, dan gangguan

    tidur yang diinduksi oleh zat.

    Beberapa kondisi medik umum seperti penyakit kardiovaskuler,

    penyakit paru, neurodegenerasi, penyakit endokrin, kanker, dan penyakit

    saluran pencernaan, serta penyakit muskuloskeletal sering menimbulkan

    gangguan tidur.

    Gangguan mental seperti depresi, anksietas, demensia serta delirium

    dapat pula menimbulkan gangguan tidur. Pola gangguan tidur pada

    penderita depresi berbeda dengan yang tidak menderita depresi; pada

    depresi terjadi gangguan pada setiap stadium gangguan tidur. Langkahpertama mengobati gangguan tidur adalah mengoptimalkan terapi

    terhadap penyakit yang mendasarinya. Terapi farmakologik seperti

    benzodiazepin merupakan pilihan utama untuk mengatasi gangguan tidur;

    walaupun demikian, lama penggunaannya harus dibatasi karena

    penggunaan jangka lama malah dapat menimbulkan masalah tidur atau

    dapat menutupi gangguan yang mendasarinya. Efek samping sedasi

    dapat menyebabkan kecelakaan seperti terjatuh. Obat-obat seperti

    antidepresan, neuroleptik dapat pula digunakan untuk gangguan tidur.

    30 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    31/32

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sumber: Dewanto George, dkk. Insomnia. Panduan Praktis Diagnosis

    dan Tata Laksana Penyakit Saraf .Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Jakarta;2009:188-92.

    2. Sumber : Victor Maurice, Ropper Allan H., D Raymond. Insomnia.

    Adams & Victor's Principles Of Neurology. 7th Ed. McGraw-Hill

    Professional. Dec 19, 2000; 26.

    3. Sumber: Kasper, dkk. Evaluation of Insomnia. Harrison's Principles of

    Internal Medicine. 16th Ed. McGraw-Hill Companies. 2005; 184.

    4. Sidharta Priguna. Gangguan Tidur. Neurologi Klinis dalam Praktek

    Umum. Cetakan ke 13. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta, 2008; 178-98.

    5. Kasper, dkk. Evaluation of the Patient with the Complaint of Excessive

    Daytime Somnolence. Harrison's Principles of Internal Medicine. 16th

    Ed. McGraw-Hill Companies. 2005; 184.

    6. McPhee Stephen J., Papadakis Maxine A. Sleep Disorder. Lange 2010

    Current Medical Diagnosis and Treatment. 49th Ed. The McGraw-Hill

    Companies. Amerika Serikat,2010;973-5.

    7. Passaro Erasmo A. Insomnia. Diunduh dari

    www.emedicine.medscape.com. Aug 3, 2009.

    8. Internasional Classification of Sleep Disorder. Diunduh dari

    www.google.com, 2010.

    9. Roth Thomas. Insomnia: Definition, Prevalence, Etiology, and

    Consequences. Diunduh dari www.PubMed.org. August, 200715; 3(5Suppl): S7S10.

    31 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2

    http://www.emedicine.medscape.com/http://www.google.com/http://www.pubmed.org/http://www.emedicine.medscape.com/http://www.google.com/http://www.pubmed.org/
  • 7/28/2019 _Sulit Tidur_

    32/32