_sulit tidur_
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
1/32
BAB I
PENDAHULUAN
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan.
Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan
adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang
serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67
%. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan
bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV),mendefinisikan insomnia sebagai kesulitan memulai tidur,
mempertahankan tidur, merasa tidak fresh pada waktu bangun pagi dan
mengalami kualitas tidur yang buruk.
Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang
untuk dapat berfungsi dengan baik. Pada saat tidur biasanya tubuh
menjadi tidak sadar dan kita pun tidak menyadari keadaan sekitarnya.
Tidur sendiri terdiri dari 5 fase, yaitu perasaan mengantuk, tidur ringan, 2
tahap tidur lelap dan yang terakhir tahap REM (rapid eye movement).
Pada tahap REM ini pernafasan, detak jantung dan gerakan mata menjadi
lebih kencang dan otot-otot di anggota badan menjadi lumpuh sementara,
pada tahapan inilah biasanya mimpi terjadi.
Tiap orang bisa jadi berbeda kebutuhan tidurnya dan seringkali orang
dengan usia yang berbeda membutuhkan lama tidur yang berbeda pula.
Bayi membutuhkan waktu tidur sekitar 17 jam, sedangkan anak yang
lebih besar membutuhkan waktu tidur sebanyak 10 jam. Untuk orang
dewasa kebanyakan membutuhkan waktu tidur 7-8 jam.
Orang cenderung untuk tidur lebih sedikit pada saat semakin tua.
Orang tua biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk tidur,
dengan jumlah dan panjang fase mengantuk yang semakin meningkat
maka waktu untuk tidur lelap pun menjadi berkurang.
1 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
2/32
BAB II
ISI
FISIOLOGI TIDUR NORMAL
Rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7 jam untuk tidur
setiap malam. Walaupun demikian, ada beberapa orang yang
membutuhkan tidur lebih atau kurang. Tidur normal dipengaruhi oleh
beberapa faktor misalnya usia. Seseorang yang berusia muda cenderung
tidur lebih banyak bila dibandingkan dengan lansia. Waktu tidur lansia
berkurang berkaitan dengan faktor ketuaan.
Fisiologi tidur dapat dilihat melalui gambaran ekektrofisiologik sel-sel
otak selama tidur. Polisomnografi merupakan alat yang dapat mendeteksi
aktivitas otak selama tidur. Pemeriksaan polisomnografi sering dilakukan
saat tidur malam hari. Alat tersebut dapat mencatat aktivitas EEG,
elektrookulografi, dan elektromiografi. Elektromiografi perifer berguna
untuk menilai gerakan abnormal saat tidur. Stadium tidur - diukur dengan
polisomnografi - terdiri dari tidur rapid eye movement (REM) dan tidur non-
rapid eye movement (NREM). Tidur REM disebut juga tidur D atau
bermimpi karena dihubungkan dengan bermimpi atau tidur paradoks
karena EEG aktif selama fase ini. Tidur NREM disebut juga tidur ortodoks
atau tidur gelombang lambat atau tidur S. Kedua stadia ini bergantian
dalam satu siklus yang berlangsung antara 70 120 menit. Secara umum
ada 4-6 siklus NREM-REM yang terjadi setiap malam. Periode tidur REM I
berlangsung antara 5-10 menit. Makin larut malam, periode REM makin
panjang. Tidur NREM terdiri dari empat stadium yaitu stadium 1,2,3,4.
STADIUM TIDUR NORMAL PADA DEWASA
2 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
3/32
Stadium 0 adalah periode dalam keadaan masih bangun tetapi mata
menutup. Fase ini ditandai dengan gelombang voltase rendah, cepat, 8-12
siklus per detik. Tonus otot meningkat. Aktivitas alfa menurun dengan
meningkatnya rasa kantuk. Pada fase mengantuk terdapat gelombangalfa campuran.
Stadium 1 disebut onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium NREM.
Stadium 1 NREM adalah perpindahan dari bangun ke tidur. Ia menduduki
sekitar 5% dari total waktu tidur. Pada fase ini terjadi penurunan aktivitas
gelombang alfa (gelombang alfa menurun kurang dari 50%), amplitudo
rendah, sinyal campuran, predominan beta dan teta, tegangan rendah,
frekuensi 4-7 siklus per detik. Aktivitas bola mata melambat, tonus otot
menurun, berlangsung sekitar 3-5 menit. Pada stadium ini seseorang
mudah dibangunkan dan bila terbangun merasa seperti setengah tidur.
Stadium 2 ditandai dengan gelombang EEG spesifik yaitu didominasi
oleh aktivitas teta, voltase rendah-sedang, kumparan tidur dan kompleks
K. Kumparan tidur adalah gelombang ritmik pendek dengan frekuensi 12-
14 siklus per detik. Kompleks K yaitu gelombang tajam, negatif, voltase
tinggi, diikuti oleh gelombang lebih lambat, frekuensi 2-3 siklus per menit,
aktivitas positif, dengan durasi 500 mdetik. Tonus otot rendah, nadi dan
tekanan darah cenderung menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur
dangkal. Stadium ini menduduki sekitar 50% total tidur.
Stadium 3 ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta, frekuensi 1-2
siklus per detik, amplitudo tinggi, dan disebut juga tidur delta. Tonus otot
meningkat tetapi tidak ada gerakan bola mata.
Stadium 4 terjadi jika gelombang delta lebih dari 50%. Stadium 3 dan
4 sulit dibedakan. Stadium 4 lebih lambat dari Stadium 3 Rekaman EEG
berupa delta. Stadium 3 dan 4 disebut juga tidur gelombang lambat atau
tidur dalam. Stadium ini menghabiskan sekitar 10%-20% waktu tidur total.
Tidur ini terjadi antara sepertiga awal malam dengan setengah malam.
Durasi tidur ini meningkat bila seseorang mengalami deprivasi tidur. Tidur
REM ditandai dengan rekaman EEG yang hampir sama dengan tidur
3 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
4/32
stadium 1. Pada stadium ini terdapat letupan periodik gerakan bola mata
cepat. Refleks tendon melemah atau hilang. Tekanan darah dan nafas
meningkat. Pada pria terjadi ereksi penis. Pada tidur REM terdapat mimpi-
mimpi. Fase ini menggunakan sekitar 20%-25% waktu tidur. Latensi REMsekitar 70-100 menit pada subyek normal tetapi pada penderita depresi,
gangguan makan, skizofrenia, gangguan kepribadian ambang, dan
gangguan penggunaan alkohol durasinya lebih pendek. Sebagian tidur
delta (NREM) terjadi pada separuh awal malam dan tidur REM pada
separuh malam menjelang pagi. Tidur REM dan NREM berbeda dalam hal
dimensi psikologik dan fisiologik. Tidur REM dikaitkan dengan mimpi-
mimpi sedangkan tidur NREM dengan pikiran abstrak. Fungsi otonom
bervariasi pada tidur REM tetapi lambat atau menetap pada tidur NREM.
Jadi, tidur dimulai pada stadium 1, masuk ke stadium 2, 3, dan 4.
Kemudian kembali ke stadium 2 dan akhirnya masuk ke periode REM 1,
biasanya berlangsung 70-90 menit setelah onset. Pergantian siklus dari
NREM ke siklus REM biasanya berlangsung 90 menit. Durasi periode REM
meningkat menjelang pagi. Kondisi tidur siang hari dapat dinilai dengan
multiple sleep latency test (MSLT). Subyek diminta untuk berbaring di
ruangan gelap dan tidak boleh menahan kantuknya. Tes ini diulang
beberapa kali (lima kali pada siang hari). Latensi tidur yaitu waktu yang
dibutuhkan untuk jatuh tidur. Waktu ini diukur untuk masing-masing tes
dan digunakan sebagai indeks fisiologik tidur. Kebalikan dari MSLT yaitu
maintenance of wakefulness test (MWT). Subyek ditempatkan di dalam
ruangan yang tenang, lampu suram, dan diinstruksikan untuk tetap
terbangun. Tes ini juga diulang beberapa kali. Latensi tidur diukur sebagai
indeks kemampuan individu untuk mempertahankan tetap bangun.
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
I. Gangguan tidur primer
Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan disebabkan
oleh gangguan mental lain, kondisi medik umum, atau zat. Gangguan
tidur ini dibagi dua yaitu disomnia dan parasomnia. Disomnia ditandaidengan gangguan pada jumlah, kualitas, dan waktu tidur. Parasomnia
4 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
5/32
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
6/32
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
7/32
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
8/32
Apakah Anda mengonsumsi makanan atau minuman berkafein
seperti kopi, soft drink, dan sebagainya ?
Pertanyaan selanjutnya adalah:
Berapa lama biasanya Anda tertidur ?
Apakah Anda sering terbangun untuk ke kamar mandi ?
Apakah Anda terbangun lebih dini ?
Apakah Anda mengalami sensasi tidak enak di tungkai/kaki yang
menyebabkan Anda tidak bisa tidur ?
Apakah gangguan tidur Anda mempengaruhi fungsi Anda di siang
hari ?
Apakah Anda mengantuk di siang hari ?
II.2.4 Keluhan tambahan.
Keluhan yang menyertai keluhan utama. Setiap perubahan dan
masalah/gangguan kesehatan yagn dialami oleh usia lanjut akandisertai gejala gejala yagn khas.
II.2.5 Riwayat keluarga, psikososial, orang orang terdekat.
II.2.6 Status kesehatan terakhir, penggunaan obat - obatan tradisional, obat
obat tanpa resep, suplemen / vitamin.
II.2.7 Ada atau tidak alergi,
Baik terhadap makanan maupun obat obat tertentu
II.2.8 Penggunaan obat untuk penyakit yang dideritanya maupun untuk
penyakit lain
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dapat memberikan petunjuk untuk komorbiditas
insomnia.
8 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
9/32
Leher besar ukuran dari 18 inci atau lebih besar pada laki-laki,
peningkatan BMI dari 30 kg/m2, pembesaran amandel, Mallampati
Airway skor 3 atau 4 (lihat Media file 2), langit-langit lunak
berbaring rendah terutama pada pasien dengan hipertensi ataupenyakit jantung, dan apnea tidur obstruktif / hypopnea sindrom
harus dipertimbangkan. Fitur lain termasuk diperbesar lidah,
retrognathia, micrognathia, atau sudut rahang yang curam.
Jika pasien memiliki neuropati perifer bukti (yaitu, distribusi stok
hilangnya sensasi suhu) dengan atau tanpa perubahan trophic,
mereka harus bertanya tentang gejala yang menyakitkan (yaitu,
sensasi terbakar) di kaki mereka, dan sejarah diabetes,
penyalahgunaan alkohol, dan neurologis konsultasi harus diminta.
Jika pasien mengeluhkan gejala sindrom kaki gelisah atau gejala
dari suatu kelainan neurologis, seperti kejang malam hari, penyakit
Parkinson, atau gangguan neuromuskuler, konsultasi saraf harus
diminta.
Pada pasien dengan sindrom rasa sakit kronis atau sindrom
rheumatologic, rujukan ke spesialis manajemen rasa sakit dan /
atau rheumatologist harus dipertimbangkan.
Jika dada pemeriksaan menunjukkan suara napas berkurang;
clubbing atau mengi dalam pengaturan tanda-tanda klinis dan
gejala dari penyakit paru obstruktif kronik, asma, atau sindrom
hipoventilasi obesitas, paru konsultasi harus diminta.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Polysomnography
Memberikan informasi mengenai tidur / bangun otak, dan merupakan
'standar emas' untuk penilaian diagnostik. Kendali polysomnography
(PSG) terdiri electroencephalography (EEG), electrooculography (EOG),
dagu dan tibialis anterior Elektromiografi (EMG), upaya pernapasan, aliran
9 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
10/32
udara, oksimetri dan elektrokardiografi (EKG). Sebagian besar penilaian
adalah berbasis laboratorium dan malam pertama rekaman biasanya
dibuang sebagai artefak yang terdiri dari hal-hal baru karena prosedur
dan lingkungan. Anda mungkin mengatakan prinsip-prinsip kontrolstimulus diakui dalam praktek. Karena orang-orang tidur dengan cara
yang berbeda di laboratorium, dan mungkin attributions berbeda tentang
tidur mereka, rumah PSG telah dikembangkan sebagai naturalistik
alternatif. PSG portabel pertama rekaman digambarkan pada 1970-an tapi
sejak itu rumah perekaman telah menjadi lebih sederhana dan lebih
handal. Dalam penelitian insomnia, sangat penting bahwa orang tidur di /
tempat tidurnya sendiri (Edinger et al., 1997). PSG adalah penting untuk
diagnosis dalam kasus-kasus yang kompleks, dan untuk memantau
dampak intervensi, seperti hidung tekanan udara kontinu (nCPAP),
dimana tingkat kejenuhan oksigen / desaturation, kejadian apnea dan
arousal dari tidur sering harus dinilai sebelum dan selama pengobatan.
Fluiddan Tissue Analysis
Metabolic atau drug screening
Neuropsychological Tests
Dementia, depression, anxiety, atau gangguan psikiatrik lainnya. Other Tests
Sleep wake-diaryuntuk melihat pola tidur
10 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
11/32
Gambar 1 sleep-wake diary
DIAGNOSIS : KERJA DAN BANDING
Diagnosis Kerja : Insomnia
Diagnosis Banding :Periodic limb movements of sleep
TABLE 1 Evaluation of the Patient with the Complaint of Excessive Daytime Somnolence4
Findings onHistory and
PhysicalExamination
DiagnosticEvaluation
Diagnostic Therapy
Restless legssyndrome,
disturbed sleep,
predisposingmedical
condition (e.g.,anemia or
renal failure)
Polysomnography
with bilateral
anterior tibialis
EMG monitoring
Periodic limb
movements of
sleep
Treatment ofpredisposing
condition, ifpossible;
dopamineagonists (e.g.,
pramipexole);
benzodiazepines
(e.g.,
clonazepam)
Disturbed sleep,predisposingmedicalconditions (e.g.,asthma)
and/orpredisposing
medicaltherapies (e.g.,
theophylline)medical therapies(e.g.,
Sleep-wake diary
recording
Insomnias Treatment ofpredisposing
condition and/orchange in
therapy, ifpossible;behavioral
therapy; short-acting
benzodiazepinereceptor agonist
(e.g., zolpidem)
GANGGUAN TIDUR DAN IRAMA SIRKADIAN
11 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
12/32
Menggambarkan ritme sirkadian sekitar 24-jam siklus yang dihasilkan
oleh suatu organisme. Kebanyakan sistem fisiologis menunjukkan variasi
sirkadian. Sistem dengan variasi yang paling menonjol adalah siklus tidur-
bangun, suhu, dan sistem endokrin. Gangguan ritme sirkadian dapatdikategorikan menjadi 2 kelompok utama: gangguan sementara
(misalnya, jet lag; mengubah jadwal tidur karena bekerja, tanggung jawab
sosial, penyakit) dan gangguan kronis. Kronis yang paling umum
gangguan tidur antara lain sindrom fase tidur tertunda (DSPS), sindrom
fase tidur lanjut (ASPS), dan siklus tidur-bangun tidak teratur. Katzenberg
et al menyarankan korelasi genetik (yaitu, jam polimorfisme) untuk ritme
sirkadian patterns.
* Sindrom fase tidur lanjut :
Pasien merasa mengantuk lebih awal dari waktu tidur yang diinginkan
mereka (yaitu, 8 malam) dan mereka bangun lebih awal daripada yang
mereka inginkan (yaitu, 4-5 am). Kondisi ini lebih umum pada orang tua.
Para pasien biasanya mengeluhkan tidur perawatan insomnia.
* Sindrom fase tidur tertunda :
Pasien tidak merasa mengantuk sampai jauh kemudian daripada waktu
tidur yang diinginkan, dan ia bangun lebih lambat dari yang dikehendaki
atau diterima secara sosial. Pada buku harian atau actigraphy tidur,
pasien ini menunjukkan waktu tidur yang konsisten dengan bangun lebih
awal kali yang sesuai dengan sekolah atau hari kerja, dan terlambat
bangun kali di akhir pekan, waktu istirahat, dan liburan. Kondisi ini sering
dimulai pada masa remaja dan dapat dikaitkan dengan sejarah keluarga
sampai dengan 40% pasien. Laporan pasien ini sulit tidur pada waktu
tidur yang diinginkan biasanya secara sosial, dan mengeluh mengantuk
berlebihan di siang hari selama sekolah atau bekerja minggu.
* Gangguan tidur karena shift kerja:
Sebuah keluhan insomnia atau mengantuk yang berlebihan biasanya
temporal berkaitan dengan jadwal kerja yang berulang yang tumpang
12 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
13/32
tindih waktu tidur yang biasa. Hal ini dapat terjadi dengan pergeseran
pagi (4-6 pm), di mana pasien cemas bangun di waktu pergeseran awal
mereka terutama ketika mereka memiliki jadwal pergeseran berputar.
Malam pergeseran yang berakhir pada 11 dapat menyebabkan insomniapada bahwa pasien mungkin perlu beberapa waktu untuk angin turun dari
pekerjaan sebelum tidur. Shift malam dapat dikaitkan dengan kedua tidur
onset dan perawatan insomnia karena paparan sinar matahari pada
perjalanan pulang dari kantor, siang eksposur di kamar tidur mereka, dan
isyarat-isyarat sosial dan lingkungan (mengambil anak-anak di sekolah,
membayar tagihan, pekerjaan rumah tangga, dll) .
* Ritme tidur-bangun irregular:
Hal ini biasanya terlihat pada pasien dengan kurang tidur kebersihan,
pasien yang tinggal atau bekerja sendiri dengan sedikit paparan cahaya,
aktivitas, dan isyarat-isyarat sosial. Pasien tersebut secara acak tidur
sepanjang hari sehingga sulit, kalau bukan mustahil, untuk jatuh tertidur
pada waktu tidur kebiasaan tidur dengan konsolidasi periode
ETIOLOGI
Menurut data International Classification of Sleep Disorder,
prevalensi penyebab gangguan tidur adalah:
Penyakit asma (61-74%)
Gangguan pusat pernafasan (40-50%)
Kram kaki malam hari (16%)
Psikologis (15%)
Sindroma gelisah (5-15%)
Ketergantungan alkohol (10%)
Sindroma terlambat tidur (5-10%)
Depresi (65%)
13 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
14/32
Pikun (5%)
Gangguan perubahan jadwal kerja (2-5%)
Gangguan obstruksi atau sesak saluran nafas (1-2%)
Penyakit lambung ( yang kayak gini
disebutnya pelor (nempel molor) atau tumor (tukang molor)
atau sailor (dikira pingsan ternyata molor).
Penyebab dari gangguan tidur ini biasanya dibagi menjadi 3 kondisi,
yakni kondisi medis, kondisi psikiatri dan kondisi lingkungan.
Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan gangguan tidur
adalah :
Gangguan pada jantung seperti gagal jantung dan iskemia pada
pembuluh koroner
Stroke, kondisi degenerative, demensia, gangguan tidur karenagangguan CNS
Hipotiroid, menopause, siklus menstruasi, kehamilan, dan
hipogonadism
Gangguan paru obstruktif, asma, Pickwikian sindrom (Obstructive
sleep apnea syndrome).
Penyakit muntahan cairan lambung
Gangguan pada darah
Penggunaan obat seperti dekongestan, koritokosteroid, dan
bronkodilator
Kondisi lainnya seperti Demam, nyeri dan infeksi
14 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
15/32
Beberapa kondisi psikologis yang dapat menyebabkan gangguan
tidur :
Depresi dapat menyebabkan gangguan dalam REM (rapid eye
movement)
Sindrom Post Trauma
Obat-obatan psikotropika
Pikiran yang membebani atau stress
Tegang-cemas
Beberapa kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan gangguan
tidur :
Kejadian yang mengancam nyawa atau kejadian yang memiliki
stress tinggi
Gangguan siklus tidur akibat waktu kerja yang tidak tetap (malam
dan pagi)
Lingkungan yang bising, dingin, ataupun terlalu panas.
Mekanisme tidur belum banyak diketahui. Pada malam hari otak
mengeluarkan hormon melantonin yang diduga dapat merangsang
keinginan untuk tidur. Tidur terdiri dari 2 fase yaitu REM (rapid eye
movement) dan non REM. Pada fase REM pergerakan bola mata dan
detak jantung akan meningkat, kurang lebih 20 menit dan terjadisebanyak 3 - 4 kali sepanjang masa tidur.
Pada fase non REM seluruh anggota tubuh menjadi relaks. fase ini
terbagi menjadi 4 stadium. Pada stadium 3 seseorang akan masuk pada
keadaan sangat lelap sehingga susah untuk dibangunkan. Pada stadium 4
tubuh mengeluarkan hormon somatostatin yang diduga menjadi zat yang
membantu perbaikan pada tubuh. Pada insomnia terjadi gangguan-
gangguan atau pemendekan waktu dari fase tidur yang normal.
15 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
16/32
PATOFISIOLOGI
Tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi proses de-aktivitasi
susunan saraf pusat. Jadi, seorang yang tertidur bukannya karena
susunan sarafnya tidak aktif, melainkan giat dalam mengadakan
sinkronisasi terhadap neuron neuron substansia retikularis dari batang
otak. Bagian susunan saraf yang berfungsi untuk melakukan sinkronisasi
kegiatan neural adalah substansia retikularis di bagian rostral batang otak
dan dinamakanpusat tidur. Bagian susunan saraf yang menghilangkan
sinkronisasi ( de-sinkronisasi ) adalah substansia retikularis di bagian
rostral batang otak dan dinamakan pusat penggugah (arousal centre ).
Insomnia dianggap sebagai gangguan dari kerja hyperarousal pada
saat ini.
Gambar 3 Gangguan Sistem Arousal pada Insomnia
Mengenai hyperarousal ini dapat dibuktikan dengan tingkat
kewaspadaan berlebih selama siang hari dan susahnya memulai dan
menjaga untuk tidur di malam hari. Arousal ini sekarang menjelaskan
bagian kognitif dan fisiologikal dari insomnia. Bagian dari kognitif
memperlihatkan bahwa cemas dan pemikiran yang mendalam tentang
16 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
17/32
tekanan hidup dapat menggangu tidur, menimbulkan keadaan insomnia
akut, khususnya dalam memulai tidur dan tidur kembali setelah
terbangun. Kemudian sekali seseorang mendapat pengalaman dalam
kesusahan tidur, mencemaskan dan terlalu melakukan pemikiran pemikiran mendalam hingga bergeser kepada hidup untuk mencemaskan
tentang tidur itu sendiri dan tentangkonsekuensi di siang hari akibat tidak
mendapat cukup tidur. Keadaan kognitif aktif yang buruk ini selanjutnya
semakin bertambah buruk jika dapat ditemukan keadaan yang
berhubungan dengan tidur yang bisa menjadi suatu tanda bahaya atau
kurang tidur telah menjadi suatu perhatian.
Selaras dengan bagian kognitf , bagian lain dari perkembangan
insomnia menunjukkan bahwa hyperarousal adalah bagian yang terutama
dari faktor fisiologi atau neurofisiologi. Arousal fisiologi telah dievaluasi
melalui pengukuran seluruh tingkat metabolik tubuh, variabilitas heart
rate, pengukuran neuroendokrin dan fungsi neuroimaging. Seluruh body
metabolic rate bisa diukur oleh jumlah konsumsi oksigen (VO2). Penelitian
baru baru ini membandingkan antara good sleepers dengan pasien yang
di diagnosis menderita insomnia. Pasien dengan insomnia menunjukkan
tingkat metabolik yang sangat tinggi ( pengukuran pada interval melewati
24 jam ) dibandingkan dengan health control. Variabilitas heart rate bisa
memberikan pengukuran tentang arousal yang mengatur aktivitas nervus
simpatik dan parasimpatik. Penelitian 36 jam menemukan bahwa rata
rata heart rate yang peningkatan dan variabilitas yang mengalami
penurunan pada semua stadium tidur dari pasien insomnia dibandingkan
dengan healthy normal sleepers.
Sistem neuroendorin juga dapat menunjukkan fakta fakta arousal
sebagai pengaktif terus menrus sistem respons stress. Beberapa
penetilian pengukuran urin 24 jam yang bebas ekskresi kortikol
ditemukan dalam jumlah yang banyak pada poor sleepers. Urinaria yang
bebas kortisol juga berkolerasi positif dengan total waktu terjaga, dan
katekolamin urin berkolerasi dengan persentase stadium 1 dan waktu
bangun setelah waktu tidur. Pengukuran untuk kortisol dan
17 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
18/32
adrenokortikotropik hormone ( ACTH) dari plasma telah dievaluasi pada
pasien insomnia dan healthy normal sleepers. Meskipun keterangan agak
tercampur, insomnia primer memperlihatkan tingkat komponen yang
tinggi dalam plasma mereka, dengan yang peling berbeda terlihat padamalam dan setengah malam pertama. Pengukuran kortisol dan ACTH dari
urinaria dan plasma menunjukkan bahwa hypothalamic-pituitary-adrenal
(HPA) axis berasosiasi dengan patologi dari insomnia kronik.
Terakhir, positron emission tomography (PET) digunakan untuk
menilai metabolism glukosa darah, pengukuran tidak langsung seluruh
metabolisme glukosa otak pada pasien insomnia. Dibandingkan orang
sehat, pasien dengan insomnia menunjukkan lebih besar jumlah
metabolism glukosa otak selama bangun dan stadium tidur REM. Lebih
lanjut, pasien insomnia menunjukkan penurunan relatif metabolisme dari
bangun hingga stadium tidur NREM dalam bagian wake-promoting dari
otak. Ini memperlihatkan interaksi jaringan kerja neural meliputi
ketidakmampuan untuk jatuh tertidur, yang termasuk di dalamnya sistem
arousal, sistem regulasi emosi dan sistem kognitif.
Berdasarkan skenario, maka etiopatofisiologi ibu tersebut adalah
karena stress (ditinggal suami keluar kota, dan sendiri harus merawat
anak yang masih kecil, dan juga harus bekerja, sedangkan pekerjaan
menjadi ibu rumah tangga dan wanita karir menjadi terganggu akibat
mengantuk berlebih di siang hari (( excessive daytime sleepiness),
ditambah lagi ibu tersebut sudah berusaha dengan mengkonsumsi obat
tidur tetapi tidak efektif sehingga makin stresslah ibu tersebut dan
akhirnya bertambah parahlah insomnianya).
MANIFESTASI KLINIS
Gejala insomnia adalah susahnya seorang individu untuk jatuh
kedalam tidur, sehingga terjadi peningkatan waktu antara tidur. Sulitnya
mempertahankan tidur dan tidak dapat tidur secukupnya, hal ini
mengakibatkan seorang pasien terbangun sebelum dia mendapatkan
tidur yang cukup. Gangguan dari siklus tidur dapat disebabkan oleh irama
18 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
19/32
sikardian (gannguan dalam irama tidur bangun) yang terganggu oleh
karena jet-lag atau pekerjaan. Hipersomnia atau tidur yang berlebih
adalah gejala dari kurangnya kualitas dari tidur seseorang sehingga
seringkali dibutuhkan waktu tidur yang lebih lama dari normal.
Beberapa gejala lain dari gangguan tidur adalah Sonambulisme atau
tidur berjalan, dan Mimpi buruk (nightmares).
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-
IV), menunjukkan beberapa gejala dimana seseorang dapat didiagnosis
sedang menderita insomnia karena faktor psikologis, yaitu:
1. Kesulitan untuk memulai, mempertahankan tidur, dan tidak dapat
memperbaiki tidur selama sekurangnya satu bulan merupakan
keluahan yang paling banyak terjadi.
2. Insomnia ini menyebabkan penderita menjadi stres sehingga dapat
mengganggu fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting yang
lain.
3. Insomnia karena faktor psikologis ini bukan termasuk narkolepsi,gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan, gangguan
ritme sirkadian atau parasomnia.
4. Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena gangguan
mental lain seperti gangguan depresi, delirium.
5. Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena efek fisiologis
yang langsung dari suatu zat seperti penyalahgunaan obat ataukondisi medis yang umum.
Dengan adanya gejela-gejala yang disebutkan oleh Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV), maka insomnia karena
faktor psikologis dapat mengganggu berbagai fungsi sosial.
FAKTOR RESIKO
19 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
20/32
Pada kehamilan khususnya pada minggu-minggu menjelang kelahiran
seringkali ibu hamil tidak dapat tidur sama sekali. Orang-orang dengan
gangguan fisik lain dapat pula menderita insomnia seperti : sering buang
air kecil, kram pada kaki, sesak karena asma atau menderita nyeri sepertipada reumatik atau artritis.
Hal-hal lain yang dapat menyebabkan susah tidur adalah umur lanjut,
menonton TV terlalu malam, mengkonsumsi minuman yang mengandung
kafein atau alkohol terlalu banyak, makan dalam jumlah besar sebelum
tidur dan latihan berat dalam waktu 6 jam sebelum tidur. Dalam banyak
kasus insomnia banyak disebabkan oleh hal-hal psikis seperti kecemasan,
depresi atau rasa stress yang tidak terungkapkan.
PENATALAKSANAAN
Insomnia yang terjadi karena faktor psikologis lebih baik diobati dengan
psikoterapi karena penyebabnya adalah faktor-faktor psikologis. Penting
bagi penderita insomnia untuk secara terbuka mengatakan pada psikolog,
terapis atau konselor tentang awal mula penyebab insomnia sehingga
dapat ditentukan terapi apa yang sebaiknya diberikan. Selain itu, keluarga
si penderita insomnia juga harus memberi dukungan pada penderita agar
insomnia yang dialaminya perlahan-lahan dapat diturunkan sampai
sembuh.
MEDIKA MENTOSA
Obat-obatan jenis hipnotik seperti diazepam dan lorazepam dapat
diresepkan oleh dokter secara jangka pendek untuk mengatasi masalah
insomnia atau susah tidur yang berat. Tetapi obat-obatan ini mempunyai
efek samping perasaan mengantuk keesokan harinya dan menimbulkan
gejala kecanduan.
Obat anti alergi yang bersifat sedative seperti difenhidramin dan
promethazin juga dapat digunakan untuk mengatasi insomnia atau susah
tidur. Tetapi obat-obatan ini dapat berada di dalam tubuh untuk waktu
yang lama serta menimbulkan efek hangover di pagi hari.
20 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
21/32
Kloralhidrat dapat pula bermanfaat dan cenderung tidak
disalahgunakan. Antihistamin, prekursor protein seperti l-triptofan yang
saat ini tersedia dalam bentuk suplemen juga dapat digunakan.
Penggunaan jangka panjang obat hipnotik tidak dianjurkan. Obat hipnotikhendaklah digunakan dalam waktu terbatas atau untuk mengatasi
insomnia jangka pendek. Dosis harus kecil dan durasi pemberian harus
singkat.
Benzodiazepin paling sering digunakan dan tetap merupakan pilihan
utama untuk mengatasi insomnia, baik primer maupun sekunder.
Benzodiazepin dapat direkomendasikan untuk dua atau tiga hari dan
dapat diulang tidak lebih dari tiga kali. Penggunaan jangka panjang dapat
menimbulkan masalah tidur atau dapat menutupi penyakit yang
mendasari. Penggunaan benzodiazepin harus hati-hati pada pasien
penyakit paru obstruktif kronik, obesitas, gangguan jantung dengan
hipoventilasi. Benzodiazepin dapat mengganggu ventilasi pada apnea
tidur. Efek samping berupa penurunan kognitif dan terjatuh akibat
gangguan koordinasi motorik sering ditemukan. Oleh karena itu,
penggunaan benzodiazepin pada lansia harus hati-hati dan dosisnya
serendah mungkin. Benzodiazepin dengan waktu paruh pendek (triazolam
dan zolpidem) merupakan obat pilihan untuk membantu orang-orang
yang sulit masuk tidur. Sebaliknya, obat yang waktu paruhnya panjang
(estazolam, temazepam, dan lorazepam) berguna untuk penderita yang
mengalami interupsi tidur. Benzodiazepin yang kerjanya lebih panjang
dapat memperbaiki anksietas di siang hari dan insomnia di malam hari.
Sebagian obat golongan benzodiazepin dimetabolisme di hepar. Oleh
karena itu, pemberian obat-obat yang menghambat oksidasi sitokrom
(seperti simetidin, estrogen, INH, eritromisin, dan fluoxetine) dapat
menyebabkan sedasi berlebihan di siang hari.
Antidepresan yang bersifat sedatif seperti trazodone dapat diberikan
bersamaan dengan benzodiazepin pada awal malam. Antidepresan
kadang-kadang dapat memperburuk gangguan gerakan terkait tidur (RLS)
21 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
22/32
Triazolam tidak menyebabkan gangguan respirasi pada pasien COPD
ringan-sedang yang mengalami insomnia. Neuroleptik dapat digunakan
untuk insomnia sekunder terhadap delirium pada lansia. Dosis rendah-
sedang benzodiazepin seperti lorazepam digunakan untuk memperkuatefek neuroleptik terhadap tidur.
Mirtazapine merupakan antidepresan baru golongan noradrenergic and
specific serotonin antidepressant (NaSSA). Ia dapat memperpendek onset
tidur, stadium 1 berkurang, dan meningkatkan dalamnya tidur. Latensi
REM, total waktu tidur, kontinuitas tidur, serta efisiensi tidur meningkat
pada pemberian mirtazapine. Obat ini efektif untuk penderita depresi
dengan insomnia tidur
Tidak dianjurkan menggunakan imipramin, desipramin, dan monoamin
oksidase inhibitor pada lansia karena dapat menstimulasi insomnia.
Lithium dapat menganggu kontinuitas tidur akibat efek samping poliuria.
Khloralhidrat dan barbiturat jarang digunakan karena cenderung
menekan pernafasan. Antihistamin dan difenhidramin bermanfaat untuk
beberapa pasien tapi penggunaannya harus hati-hati karena dapat
menginduksi delirium
Melatonin merupakan hormon yang disekresikan oleh glandula pineal.
Ia berperan mengatur siklus tidur. Efek hipnotiknya terlihat pada pasien
gangguan tidur primer. Ia juga memperbaiki tidur pada penderita depresi
mayor. Melatonin juga dapat memperbaiki tidur, tanpa efek samping,
pada lansia dengan insomnia. Melatonin dapat ditambahkan ke dalam
makanan.
Selain obat-obatan resep di atas, ada beberapa penelitian yang
menunjukkan bahwa herba valerian juga efektif untuk mengatasi
insomnia atau susah tidur. Selain itu Passiflora dan ekstrak wild lettuce
serta Lavender dan chamomile juga secara tradisional sering digunakan
untuk mengatasi insomnia atau susah tidur, walaupun belum ada
penelitian untuk membuktikannya. Sebaiknya konsultasikan dahulu
22 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
23/32
dengan dokter atau apoteker apabila ingin menggunakan bahan herbal
tersebut untuk mengatasi insomnia atau susah tidur.
NON MEDIKA MENTOSA
Apa saja terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia? Ada
beberapa terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi insomnia, yaitu:
1. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya
atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
2. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si
penderita insomnia. Terapi ini bermanfaat untuk pasien yang berbaring di
tempat tidur tanpa bisa tertidur. Misalnya, bila pasien mengatakan bahwa
ia hanya tertidur lima jam dari delapan jam waktu yang dihabiskannya di
tempat tidur, waktu di tempat tidurnya harus dikurangi. Tidur di siang hari
harus dihindari. Lansia dibolehkan tidur sejenak di siang hari yaitu sekitar
30 menit. Bila efisiensi tidur pasien mencapai 85% (rata-rata setelah lima
hari), waktu di tempat tidurnya boleh ditambah 15 menit. Terapi
pembatasan tidur, secara berangsur-angsur, dapat mengurangi frekuensi
dan durasi terbangun di malam hari.
3. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun
pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur
malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski
hanya sesaat.
4. Relaxation Therapy
23 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
24/32
Relaxation Therapy berguna untuk membuat si penderita rileks pada
saat dihadapkan pada kondisi yang penuh ketegangan. Terapi ini harus
dilakukan dan dipelajari dengan baik. Menghipnosis diri sendiri, relaksasi
progresif, dan latihan nafas dalam sehingga terjadi keadaan relaks cukupefektif untuk memperbaiki tidur. Pasien membutuhkan latihan yang cukup
dan serius. Biofeedback yaitu memberikan umpan-balik perubahan
fisiologik yang terjadi setelah relaksasi. Umpan balik ini dapat
meningkatkan kesadaran diri pasien tentang perbaikan yang didapat.
Teknik ini dapat dikombinasi dengan higene tidur dan terapi pengontrolon
tidur.
5. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
6. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita
yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
Banyak di antara para penderita insomnia karena factor psikologis yang
menggunakan obat tidur untuk mengatasi insomnianya. Namun
penggunaan yang terus menerus tentu menimbulkan efek samping yang
negative, baik secara fisiologis (efek terhadap organ dan fungsi organ
tubuh) serta efek psikologis. Logikanya, insomnia yang disebabkan factor
psikologis, berarti factor psikologis itu lah yang harus di atasi, bukan
symtomnya. Kalau kita hanya focus mengatasi simtom-nya denganminum berbagai obat tidur, maka ketika mata terbuka, masalah akan
datang kembali, bahkan akan dirasa lebih berat karena dibiarkan berlarut-
larut tanpa solusi pada akar masalah.
7. Terapi apnea tidur obstruktif
Apnea tidur obstruktif dapat diatasi dengan menghindari tidur telentang,
menggunakan perangkat gigi (dental appliance), menurunkan beratbadan, menghindari obat-obat yang menekan jalan nafas, menggunakan
24 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
25/32
stimulansia pernafasan seperti acetazolamide (Diamox), nasal
continuous positive airway pressure (NCPAP), upper airway surgery (UAS).
Nasal continuous positive airway pressure ditoleransi baik oleh sebagian
besar pasien. Metode ini dapat memperbaiki tidur pasien di malam hari,rasa mengantuk di siang hari, dan keletihan serta perbaikan fungsi
kognitif.
8. Uvulopalatopharyngeoplasty (UPP)
Merupakan salah satu teknik pembedahan yang digunakan untuk terapi
apnea tidur. Efikasi metode ini kurang.
Beberapa cara untuk menghilangkan insomnia adalah :
1. Lakukan hal-hal rutin sebelum waktu tidur seperti minum susu
hangat, berjalan-jalan sebentar sebelum tidur atau mandi air
hangat.
2. Pada beberapa orang melakukan hubungan seksual dapat
memberikan efek relaks
3. Lakukan beberapa tehnik relaksasi seperti relaksasi otot atau
meditasi
4. Beberapa jenis obat-obatan dapat membantu mereka yang
menderita insomnia khususnya mereka yang menderita nyeri yang
sangat atau permasalahan psikis seperti cemas atau stress, namun
mengkonsumsi obat-obatan jenis ini harus tetap dibawah
pengawasan dokter.
5. Sebaiknya segera konsultasi ke dokter bila insomnia :
6. Berlangsung terus tiap malam
7. Mulai menggangu kerja atau aktifitas harian
8. Dokter bisa membantu menemukan penyebab insomnia dan akan
mengobati seperlunya.
25 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
26/32
9. Jangan minum obat tidur tanpa nasihat dokter. Obat tersebut
mungkin akan mengurangi sedikit keluhan tetapi penggunaan yang
rutin dan jangka lama bisa menyebabkan adiksi.
PENCEGAHAN
Insomnia karena faktor psikologis dapat dicegah dengan cara
memanage stres secara positif dan jika ada mengalami masalah
sebaiknya sharing pada seseorang yang dapat Anda percaya. Semoga
dengan pembahasan tentang insomnia ini, dapat memberikan manfaat
bagi Anda. Dengan informasi ini, diharap kita pun bisa memahami
penderita insomnia dan dapat memberikan bantuan yang tepat. Perhatiandan empati terhadap penderita insomnia, bisa sedikit mengobati
kegalauan emosi jiwanya. Semoga bermanfaat.
Untuk mengatasi masalah susah tidur atau insomnia ini biasanya
dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara psikologi dan melalui bantuan obat-
obatan. Penanganan pertama biasanya akan terlebih dahulu dibantu
melalui cara psikologi, apabila kemudian dirasa perlu baru akan diberikan
tambahan berupa obat-obatan. Berikut uraian dari kedua cara tersebut :
Terapi Psikologi
Konsultan psikolog biasanya dapat mengajarkan teknik relaksasi
mudah yang dapat membantu mengatasi insomnia. Mereka juga biasanya
menyediakan jasa konsultasi bicara (psikoterapi) yang dapat membantu
orang-orang untuk menghadapi kejadian-kejadian seperti kehilangan
orang terdekat ataupun masalah rumah tangga yang dapat menyebabkan
terjadinya susah tidur atau insomnia.
Cognitive Behaviour Therapy (CBT)
Selain hal di atas, ada juga terapi tentang tidur, yang termasuk di
dalamnya cognitive behaviour therapy (CBT) yang dapat mengatasi
masalah kecemasan yang menganggu tidur dan juga membantu
membangun pandangan positif mengenai tidur.
26 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
27/32
Terapi cognitive behaviour ini meliputi :
1. Pengetahuan mengenai kebiasaan tidur yang baik. Kebersihan saat
tidur yang dijadikan kebiasaan dapat membantu untuk
meningkatkan kualitas tidur.
2. Teknik relaksasi, seperti latihan pelemasan otot dan latihan
pernafasan dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan
menjelang tidur. Teknik ini membuat kita dapat mengontrol
pernafasan, detak jantung, ketegangan otot serta suasana hati.
3. Terapi kognitif, ini termasuk dengan menggantikan kecemasan
mengenai tidak bisa tidur dengan hal lain yang positif.
4. Kontrol stimulus, termasuk di dalamnya untuk membatasi aktivitas
yang dilakukan di dalam kamar tidur hanya untuk istirahat saja.
5. Pembatasan tidur, terapi ini membatasi waktu anda di tempat tidur,
sehingga menjadi tidur pun berkurang dan menjadi lebih lelah
keesokan malamnya. Begitu kualitas tidur sudah meningkat, maka
waktu tidur pun akan meningkat kembali secara bertahap.
Gangguan tidur dapat diatasi dengan hal-hal sederhana seperti
:
Kebiasaan tidur yang baik.
Jam tidur yang rutin, usahakan untuk pergi tidur pada waktu yang
sama setiap malam
Pastikan tempat tidur nyaman dengan suhu ruangan sesuai yang
dikehendaki.
Jangan memikirkan masalah dan tanggung jawab sehari-hari.
Hindari konsumsi kafein di sore/malam hari (teh, kopi, coke, dsb).
Hindari mengkonsumsi alkohol pada malam hari.
27 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
28/32
Hindari banyak makan pada malam hari terutama yang banyak
mengandung lemak.
Hindari kebiasaan tidur siang.
Berjalan-jalanlah sebentar sebelum tidur atau lakukan latihan ringan
seperti yoga.
Jangan gunakan ruang tidur anda sebagai tempat bekerja.
Minumlah susu hangat sebelum tidur karena dapat meningkatkan
kadar serotonin dalam otak.
Mandi air hangat sebelum tidur dapat membantu.
Jika telah berbaring 20-30 menit namun masih susah untuk jatuh
tidur, bangun dan lakukanlah sesuatu sampai anda merasa
mengantuk.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari susah tidur atau insomnia dapat berupa :
1. Depresi
2. Kesulitan untuk berkonsentrasi
3. Aktivitas sehari-hari menjadi terganggu
4. Prestasi kerja atau belajar mengalami penurunan
5. Mengalami kelelahan di siang hari
6. Hubungan interpersonal dengan orang lain menjadi buruk
7. Menyebabkan kecelakaan karena mengalami kelelahan yang
berlebihan
8. Memunculkan berbagai penyakit fisik
9. Menurunnya performa baik di pekerjaan ataupun sekolah.
28 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
29/32
10. Dapat timbul masalah psikis, seperti depresi atau kecemasan.
11. Berat badan berlebih atau obesitas.
12. Menurunnya fungsi sistem kekebalan tubuh.
13. Meningkatan resiko terjadinya penyakit jangka panjang,
seperti tekanan darah yang tinggi, penyakit jantung dan diabetes.
14. Meningkatkan risiko kematian
Dampak insomnia tidak dapat di anggap remeh, karena bisa
menimbulkan kondisi yang lebih serius dan membahayakan kesehatan
dan keselamatan. Oleh karenanya, setiap penderita insomnia perlu
mencari jalan keluar yang tepat.
PROGNOSIS
Respon terhadap pengobatan tergantung pada etiologi insomnia.
"Rebound insomnia" dapat terjadi pada penghentian tiba-tiba dan obat
sedatif hipotik. Beberapa penderita mungkin memberikan respon
terhadap cara-cara tanpa obat setelah masalah didiskusikan dan
etiologinya ditemukan.
29 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
30/32
Bab III
PENUTUP
Kesimpulan
Tidur merupakan suatu proses di otak yang dibutuhkan seseorang
untuk dapat berfungsi dengan baik. Insomnia merupakan gangguan tidur
yang paling sering ditemukan. Sekitar 67% lansia mengalami gangguan
tidur. Gangguan tidur yang paling sering ditemukan pada lansia yaitu
insomnia, gangguan ritmik tidur, dan apnea tidur.
Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat
kelompok yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan
mental lain, gangguan tidur akibat kondisi medik umum, dan gangguan
tidur yang diinduksi oleh zat.
Beberapa kondisi medik umum seperti penyakit kardiovaskuler,
penyakit paru, neurodegenerasi, penyakit endokrin, kanker, dan penyakit
saluran pencernaan, serta penyakit muskuloskeletal sering menimbulkan
gangguan tidur.
Gangguan mental seperti depresi, anksietas, demensia serta delirium
dapat pula menimbulkan gangguan tidur. Pola gangguan tidur pada
penderita depresi berbeda dengan yang tidak menderita depresi; pada
depresi terjadi gangguan pada setiap stadium gangguan tidur. Langkahpertama mengobati gangguan tidur adalah mengoptimalkan terapi
terhadap penyakit yang mendasarinya. Terapi farmakologik seperti
benzodiazepin merupakan pilihan utama untuk mengatasi gangguan tidur;
walaupun demikian, lama penggunaannya harus dibatasi karena
penggunaan jangka lama malah dapat menimbulkan masalah tidur atau
dapat menutupi gangguan yang mendasarinya. Efek samping sedasi
dapat menyebabkan kecelakaan seperti terjatuh. Obat-obat seperti
antidepresan, neuroleptik dapat pula digunakan untuk gangguan tidur.
30 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
-
7/28/2019 _Sulit Tidur_
31/32
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber: Dewanto George, dkk. Insomnia. Panduan Praktis Diagnosis
dan Tata Laksana Penyakit Saraf .Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta;2009:188-92.
2. Sumber : Victor Maurice, Ropper Allan H., D Raymond. Insomnia.
Adams & Victor's Principles Of Neurology. 7th Ed. McGraw-Hill
Professional. Dec 19, 2000; 26.
3. Sumber: Kasper, dkk. Evaluation of Insomnia. Harrison's Principles of
Internal Medicine. 16th Ed. McGraw-Hill Companies. 2005; 184.
4. Sidharta Priguna. Gangguan Tidur. Neurologi Klinis dalam Praktek
Umum. Cetakan ke 13. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta, 2008; 178-98.
5. Kasper, dkk. Evaluation of the Patient with the Complaint of Excessive
Daytime Somnolence. Harrison's Principles of Internal Medicine. 16th
Ed. McGraw-Hill Companies. 2005; 184.
6. McPhee Stephen J., Papadakis Maxine A. Sleep Disorder. Lange 2010
Current Medical Diagnosis and Treatment. 49th Ed. The McGraw-Hill
Companies. Amerika Serikat,2010;973-5.
7. Passaro Erasmo A. Insomnia. Diunduh dari
www.emedicine.medscape.com. Aug 3, 2009.
8. Internasional Classification of Sleep Disorder. Diunduh dari
www.google.com, 2010.
9. Roth Thomas. Insomnia: Definition, Prevalence, Etiology, and
Consequences. Diunduh dari www.PubMed.org. August, 200715; 3(5Suppl): S7S10.
31 | P a g e N e u r o l o g y a n d B e h a v i o r S c i e n c e _ B l o k 2 2
http://www.emedicine.medscape.com/http://www.google.com/http://www.pubmed.org/http://www.emedicine.medscape.com/http://www.google.com/http://www.pubmed.org/ -
7/28/2019 _Sulit Tidur_
32/32