substitusi aromatik
DESCRIPTION
SUBSTITUSI AROMATIKTRANSCRIPT
SUBSTITUSI AROMATIK ELEKTROFILIK
April 8, 2008 at 1:33 am Tinggalkan Komentar
Reaksi substitusi elektrofilik terjadi pada senyawa aromatis, tidak hanya pada senyawa
monosiklik seperti benzena, tetapi juga terjadi pada senyawa aromatis polisiklik seperti naftalena
dan senyawa heteroaromatis seperti furan, pirol, dan tiofena. Reaksi substitusi aromatik
elektrofilik pada benzena sudah sering kali dibahas. Sekarang, bagaimana reaksi ini terjadi pada
senyawa aromatis polisiklik seperti naftalena dan senyawa heteroaromatis seperti furan, pirol,
dan tiofena?.
1. Reaksi Substitusi Elektrofilik pada Naftalena.
Sistem cincin senyawa aromatik polisiklik mempunyai nama individual. Berbeda dengan
penomoran benzena, yang dimulai pada posisi suatu substituen. Penomoran suatu cincin
polisiklik ditetapkan berdasarkan perjanjian dan tidak berubah bagaimanapun posisi
substituennya.
Sistem cincin aromatik polisiklik lebih reaktif terhadap serangan elektrofilik daripada benzena.
Naftalena mengalami reaksi substitusi aromatik elektrofilik terutama pada posisi-1. Mekanisme
untuk substitusi naftalena serupa dengan mekanisme substitusi benzena. Akan kita periksa reaksi
brominasi bertahap untuk mengetahui mengapa substitusi pada posisi–1 lebih disukai dan
mengapa reaksi ini lebih mudah terjadi daripada brominasi benzena.
Struktur-struktur resonansi dari zat-antara untuk substitusi pada posisi–1 menunjukkan
dua penyumbang yang mana cincin benzena utuh. Karena stabilisasi-resonansi aromatik, kedua
struktur ini berenergi lebih rendah daripada struktur-struktur resonansi lainnya dan merupakan
penyumbang utama pada struktur real zat-antara. Inilah sebabnya mengapa naftalena lebih
mudah bereaksi substitusi elektrofilik daripada benzena. Agar benzena menjadi ion
benzenonium, diperlukan hilangnya aromatisitas sebesar kurang lebih 36 kkal/mol. Agar
naftalena berubah menjadi zat-antaranya, hanya diperlukan hilangnya sebagian dari aromatisitas,
kurang lebih 25 kkal/mol (selisih energi resonansi antara naftalena dan benzena). Karena
Eakt yang menuju zat-antara itu lebih rendah, maka laju brominasi naftalena lebih cepat daripada
benzena.
Mengapa substitusi–1 lebih disukai daripada substitusi-2 untuk naftalena?. Kita periksa
struktur resonansi untuk zat-antara yang menuju ke substitusi–2 :
Zat-antara–2 hanya mempunyai satu struktur resonansi penyumbang yang suatu cincin
benzenoidnya utuh, sedangkan zat-antara-1 menunjukkan dua struktur semacam itu. Zat-antara–1
lebih distabilkan oleh resonansi, dan keadaan-transisinya berenergi lebih rendah. Inilah sebabnya
mengapa Eakt lebih rendah dan laju pembentukannya lebih cepat.
Sulfonasi naftalena, yang merupakan reaksi reversibel, lebih rumit daripada brominasi.
Pada 80 ̊ C, asam 1-naftalenasulfonat yang diharapkan, merupakan produknya. Namun pada
temperatur yang lebih tinggi (160 – 180 ̊ C), produknya adalah asam 2-naftalenasulfonat. Pada
temperatur rendah, reaksi itu berada dalam kendali kinetik, artinya laju relatif reaksi menentukan
nisbah atau rasio produk. Pada temperatur tinggi, reaksi berada dalam kendali termodinamik,
atau kendali kesetimbangan, dimana kestabilan relatif produk menetukan nisbah produk. Telah
diketahui mengapa substitusi-1 naftalena lebih cepat daripada substitusi-2. Pada temperatur di
bawah 80 ̊ C, laju pembentukan asam naftalenasulfonat yang manapun relatif lambat; reaksi itu
berlangsung lewat zat-antara-1 yang berenergi lebih rendah tepat seperti untuk brominasi.
Meskipun pada temperatur rendah terbentuk asam 1-naftalenasulfonat, isomer ini kurang
stabil daripada isomer-2 karena tolak menolak antara gugus –SO3H dan hidrogennya pada posisi-
8.
Pada temperatur yang lebih tinggi laju kedua reaksi itu dan kedua reaksi–balik semuanya
meningkat. Meskipun produk-1 mungkin lebih mudah terbentuk, tetapi juga lebih cepat kembali
ke naftalena. Produk-2 terbentuk lebih lambat, tetapi reaksi–baliknya lebih lambat lagi karena
produk–2 lebih stabil dan berenergi lebih rendah. Pada temperatur tinggi, produk-2 menumpuk
dalam campuran reaksi dan dijumpai sebagai produk.
Diagram energi untuk sulfonasi naftalena
2. Reaksi Substitusi Elektrofilik pada Furan, Pirol, dan Tiofena
Furan, pirol dan tiofena, jauh lebih reaktif dibandingkan benzena terhadap substitusi
elektrofilik.
Masing-masing senyawa tersebut terutama bereaksi pada posisi-2 (dan jika posisi tersebut telah
tersubstitusi, terjadi pada posisi-5). Berikut ini adalah contohnya :
Alasan menonjolnya serangan pada C-2 (bukan pada kemungkinan lain, yaitu C-3) menjadi jelas
jika kita periksa intermediet karbokation dalam setiap kasus berikut :
Serangan elektrofili pada C-2 (X= NH, O, atau S) :
Serangan elektrofili pada C-3 :
Serangan pada C-2 disukai karena dalam intermediet karbokation, muatan positif dapat
didelokalisasi pada tiga atom, sementara pada C-3 menyebabkan delokalisasi muatan hanya
pada dua posisi.