subsidi minyak goreng curah umi hanik

3

Click here to load reader

Upload: umi-hanik

Post on 07-Jun-2015

497 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Subsidi minyak goreng curah umi hanik

umihanik.blogspot.com

umihanik.blogspot.com

Subsidi Minyak Goreng Curah, Siapa Diuntungkan? Umi Hanik*

Melambungnya harga minyak goreng dalam beberapa minggu belakangan serta langkanya stok minyak goreng di pasaran yang sempat membuat masyarakat panik turut memicu pemerintah untuk melahirkan keputusan guna memberikan subsidi bagi produsen minyak goreng curah, tidak bermerek, dan non kemasan berupa pajak PPN yang ditanggung oleh pemerintah senilai Rp 300 Miliar. Sebagaimana disampaikan oleh Menko Perekonomian Budiono Senin lalu (24/9) pemberian subsidi ini selain diharapkan mampu untuk menekan harga minyak goreng hingga Rp 8000 per kilogram (dari Rp 8800 per kilogram) upaya tersebut juga diharapkan mampu menarik minat produsen untuk meningkatkan jumlah produksi minyak gorengnya. Kebijakan untuk memberikan subsidi berupa pembebasan PPN tersebut dinilai kurang tepat mengingat permintaan minyak goreng terhadap perubahan harga cenderung inelastis, artinya berapapun harga berubah maka permintaan terhadap minyak goreng cenderung akan tetap. Dan dengan adanya subsidi tersebut pemerintah secara optimis juga mematok harga minyak goreng akan mampu turun secara signifikan hingga Rp 8000 per kilogram. Patokan harga ini juga dinilai tanpa perhitungan yang mendasar, karena perilaku konsumen untuk mengkonsumsi barang-barang kebutuhan pokok yang cenderung tetap dan pergerakan harga yang mengikuti pasar tidak bisa dipatok begitu saja. Oleh karena itu (berapapun subsidi yang diberikan) produsen akan cenderung untuk tidak menambah jumlah produksinya karena menambah jumlah produksi sudah tidak menarik dan menguntungkan lagi bagi produsen. Ditambah lagi dengan adanya patokan harga atas sebesar Rp 8000 akan semakin mengurangi minat produsen untuk meningkatkan produksi minyaknya. Yang justru perlu dikhawatirkan adalah jika terdapat produsen ‘nakal’ dan mencoba memanfaatkan peluang dengan menimbun dan menahan stok barang dalam waktu tertentu, sementara produsen minyak goreng lainnya pada umumnya akan cenderung untuk tidak menambah jumlah produksinya (karena asumsi permintaan yang tetap tadi) hingga menyebabkan terbatas bahkan langkanya stok minyak goreng dipasaran. Kelangkaan stok minyak goreng dipasaran ini akan menimbulkan excess of demand terhadap minyak goreng dan harga akan cenderung bergerak naik mendekati harga asal (harga minyak kena pajak). Bahkan harga akan melambung tinggi jika produsen ‘nakal’ banyak bermain dan pemerintah tidak segera melakukan campur tangan dengan penetrasi pasar secara massal maupun razia produsen dimaksud. Selain itu kecenderungannya selama ini adalah penetrasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah sudah tidak kompetitif lagi dan tidak mampu menggerakkan harga untuk turun sementara disisi lain pemerintah cenderung tidak berdaya untuk menertibkan para produsen yang tidak tertib sebagaimana disebut di atas. Secara ilustratif pergerakan permintaan minyak goreng dan implikasi perubahannya dapat dijelaskan dalam kurva berikut.

P

Q

S

S’

D

Excess of Demand

Q0 Q1 Q2

P0=8800

P1=8000

P2=xxxx

O

Kurva Permintaan dan Penawaran Minyak GorengSetelah Insentif Pajak

Page 2: Subsidi minyak goreng curah umi hanik

umihanik.blogspot.com

umihanik.blogspot.com

Kebijakan untuk memberikan subsidi berupa pembebasan PPN minyak goreng ini lagi-lagi dinilai tidak tepat karena momennya yang kurang pas, yakni dimana permintaan terhadap minyak goreng sampai dengan akhir tahun 2007 ini diperkirakan mencapai titik tertinggi. Permintaan minyak goreng sampai dengan akhir 2007 diperkirakan cukup tinggi karena bertepatan dengan bulan puasa, lebaran, natal, dan tahun baru. Satu-satunya harapan pemerintah dengan adanya kebijakan subsidi berupa pembebasan PPN minyak goreng ini adalah dengan turunnya harga produsen diharapkan harga minyak goreng yang harus dibayar oleh konsumen juga turun. Menurut perhitungan di atas kertas, hal ini mungkin saja bisa terjadi, namun mekanisme pasar (meskipun kemasan minyak goreng bersubsidi telah di beri cap khusus) akan berkata lain mengingat harga akan cenderung bergerak naik seiring naiknya jumlah permintaan atas barang tersebut dan jika sampai pada titik tertentu dimana kurva permintaan dan penawaran minyak goreng akan bergerak dan saling berpotongan, maka pada harga tersebutlah titik optimum dari podusen maupun konsumen terjadi. Jika kita analisis lebih dalam lagi selama ini penetapan pajak terhadap barang-barang kebutuhan pokok atau barang-barang yang permintaannya cenderung inelastic sangat merugikan konsumen karena produsen akan cenderung untuk pass on kewajibannya kepada konsumen. Dalam hal mengalihkan kewajiban membayar pajak ini memang tidak sepenuhnya dialihkan kepada konsumen namun ‘hanya’ sebagian kecil proporsi dari total pajak yang harus ditanggung sendiri oleh produsen. Oleh karena itu bukan suatu prestasi atau wujud ketaatan untuk membayar pajak jika berapapun pajak yang dibebankan kepada produsen atas barang-barang kebutuhan pokok disambut oleh produsen dengan riang gembira karena dalam implementasinya sebagian besar proporsi dari total pajak yang ada akan dibebankan kepada konsumen. Jadi, mengacu pada penjelasan di atas, secara umum kebijakan pemerintah untuk menanggung beban PPN ini tidak akan merubah harga pasar yang sudah terlanjur tinggi dan pemerintah juga kehilangan opportunity untuk mendapatkan pajak sebesar Rp 300 Miliar. Selain itu harga minyak goreng yang cenderung bergerak mengikuti pasar akan membuat produsen happy karena margin yang didapat dan keuntungan yang didulang dari kebijakan ini dengan hilangnya kewajiban (proporsi produsen) untuk membayar pajak. Berdasarkan data Departemen Perdagangan harga rata-rata nasional minyak goreng sempat mencapai Rp 9.096 per kilogram. Dari data tersebut diinformasikan pula bahwa harga minyak goreng pada bulan Agustus tahun lalu hanya Rp 5433 per kilogram, dengan demikian selama setahun ini telah terjadi lonjakan yang cukup signifikan yakni sebesar 67.4%. Oleh karena itu sesuai dengan fakta di atas solusi yang diperlukan adalah adanya suatu pemikiran jangka panjang dan menyelesaikan masalah. Solusi yang ditawarkan oleh pemerintah saat ini yakni dengan menanggung beban PPN tidak akan menyelesaikan masalah utama justru akan melahirkan masalah baru karena hanya bersifat ‘memadamkan kebakaran’. *) Penulis adalah pemerhati kebijakan publik

P

Q

S

S’

D

Pajak dibayar konsumen

Q1 Q2

P1

P2

Pajak dibayar produsen

Kurva Permintaan Barang Inelastis Setelah Pajak

Page 3: Subsidi minyak goreng curah umi hanik

Email Address : [email protected] Instant Messaging (with appointment) : [email protected] Online Page : http://umihanik.blogspot.com/ Facebook : http://www.facebook.com/umi.hanik1 Twitter : http://twitter.com/umihanik Citizenship : Indonesian

Professional Histories 1. The World Bank, Jakarta Office, May 2009 – Present; Monitoring & Evaluation (M&E)

Specialist for BOS KITA (Knowledge Improvement for Transparency and Accountability) Program 2. The House Of Representatives (DPR RI), November 2007 – June 2009; Expert Staff for

Commission VI, XI, and Budget Committee, In charge for National Awakening Party 3. National Development Planning Agency (Bappenas), April 2008 – March 2009; M&E Specialist

as a Technical Assistance for the Deputy of Development Performance Evaluation (DPE); under the AusAID-World Bank and GRS II CIDA activities

4. National Development Planning Agency (Bappenas), February 2006 – February 2008; M&E Specialist for PMU (Project Management Unit) of PNPM SPADA (Support for Poor and Disadvantage Area) Program

5. PT. Sinergi Pakarya Sejahtera (Sinergi Consulting), November 2005 – present; Associate Researcher for strategic project concerning planning and public policy research

6. National Development Planning Agency (Bappenas), March 2002 – October 2005; Assistant Specialist for State Minister Advisor on Macro Economics Studies

Educational Background Aug 1997 - Nov 2001, Bachelor of Economics, Faculty of Economics, University of Jember Aug 2007-Jan 2010, Master of Economics, Faculty of Economics, University of Indonesia

Summary Of Economics Legislation Advisory Experiences 1. Government Budget-Adjustment 2008 (APBN-P 2008) Law Draft, 2008 2. Transformation of Indonesian Export Bank to Export Financing Board (LPEI) Law Draft, 2008 3. Interruption material submission for the legislators during the interpellation of BLBI, 2008 4. Research development to support the inisiation of the interpellation for food inflation, 2008 5. Tax Package Draft Law (RUU KUP, PPh, PPN and PPn BM), 2008 6. Economic Crisis Mitigation Package Draft Law (Perpu 2, 3, 4/2008), 2008 7. RAPBN 2009 Law Draft, 2008 8. Fiscal stimulus package Law Draft to mitigate the economic crisis for the budget year of 2009 9. Free Trade Zone Law Draft, 2009 10. Research development to support the substance of interpellation for BBM subsidy issue in the

Budget Year of 2009, 2009 11. Other research and writing activities to support press conferences, discussion, public hearing.

Organization Background, Social And Community Involvement 1. 2009 – Present, Board of Forming Committee for the Indonesian Development Evaluation

Community (InDEC) 2. 2009-present, member of Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) 3. 2009–present, Treasurer for Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Hidayah Batu 4. 2004-present, Tresurer for The University of Jember Alumni Association, Jakarta Branch 5. March 2008-Present, Committee for the Indonesian Moslem Student Movement (PMII) Alumni

Association, National Committee 6. April 2008-June 2009, General Secretary for Expert Forum FKB DPR RI (FORTA) 7. August 2000–July2001, Chairman of Student Executive Board Faculty of Economic (FoE),

University of Jember (UoJ) 8. 2000-2001, Member of Indonesian Economics Student Senate Association (ISMEI) 9. 2000–2001, Head of External Affairs for the University Student English Forum (USEF), UoJ 10. 1999–2000, Head of Women Empowerment, Indonesian Moslem Student Movement (PMII),

Economics Branch, UoJ 11. 1998–2001, Reporter and writer for Campus Magazine ‘Tegalboto’ and News Paper ‘Tawang

Alun’, UoJ 12. 1997–2000, Presidium Committee for Islam and Environment Research Forum, FoE, UoJ

Personal Information Single, Moslem, Interested in writing, teaching, blogrolling-walking, and listening to top 40 music