suaa r pmebauran selasa, 18 oktober 2016 wujud nyata impian...

1
5 Suara Pembaruan Selasa, 18 Oktober 2016 [ACEH JAYA] Pada akhir tahun 2008 Cuncun yang kini ganti nama menjadi Muhammad Afdal atau yang lebih akrab dipang- gil Afdal memutuskan un- tuk berhenti menggeluti dunia mekanik dan bera- lih ke bidang pertanian, khususnya ke bidang usahatani padi. Tekad ini diawali dengan mem- buka lahan sawah baru di daerah Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Aceh Timur. Belajar sampai ke Taiwan Tidak tanggung-tang- gung keinginannya un- tuk belajar bertani khu- susnya menanam padi Afdal lakukan sampai di Negeri Taiwan, tepat- nya di Tai Chung hingga Chiayi. Di negara tersebut hamparan padi masih tersedia sangat luas dan dikerjakan secara mo– dern (full mekanisasi). Ke- san yang pertama mun- cul dibenaknya adalah ternyata tanam padi itu indah, tenang dan me– nyenangkan. Moh. Afdal belajar sekitar 2 musim di Taiwan, selanjutnya Afdal pulang ke Indonesia dan mencoba membuka lahan dengan mencetak sawah baru di Provinsi Nangro Aceh Darusalam, secara bertahap dari lua- san 50 ha hingga 200 ha. Setelah membuka lahan baru, terbersit da– lam pikirannya bahwa ternyata menanam padi itu tidak semudah yang dibayangkan, banyak ken– dala yang harus dihadapi, seperti teknik budidaya yang belum dipahami se- cara benar, pemupukan, serangan hama penyakit yang beragam, pena– nganan gulma yang sulit, kondisi iklim yang tidak menentu, termasuk tenaga kerja yang langka sehing– ga berdampak pada biaya tenaga yang mahal dan faktor lain. Terus belajar Dari pengalaman awal- nya dalam usaha tani padi, Afdal menceritakan hampir setiap musim mengalami kerugian, biaya produksi tidak se- banding dengan hasil panen yang didapat. Saat itu setiap panen hasilnya tidak lebih dari kisaran 4-5 ton/ha GKP. Afdal tidak menyerah untuk belajar, dan pada musim tanam tahun 2016 mulailah be- lajar dengan pendampi– ngan dari Badan Peneli- tian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian. Berbekal anjuran dari Kementan, Afdal meng– awali tanam padi dengan menanam varietas unggul baru Inpari 22, Inpari 30 CI- herang Sub 1, Inpari 32 HDB dengan menggunakan teknik budidaya yang be- nar. Terselesaikan masalah benih lalu ada kesulitan tenaga kerja. Namun, Afdal tidak kehilangan cara untuk menggarap sawahnya, pagi-pagi dia berangkat ke lahan sawah bukaan barunya dengan mengendarai traktor roda empat dan sampai dilokasi traktor mulai melumpur untuk meratakan tanah- nya. Setelah lahan siap un- tuk ditanami padi, mulailah tanam dengan alat tanam transplanter. Keseluruah- nya Afdal lakukan sendiri hingga pemeliharaan tan- aman pada setiap fase per- tumbuhan pun dia jalani dengan penuh ketekunan. Ketekukan inilah yang akhirnya membuahkan hasil panen yang sung- guh menggembirakan, hasil panen yang awalnya hanya berkisar 4-5 ton, kini bisa mencapai 8-10 ton/ha. Teknik Budidaya Jarwo Super Diakuinya hasil yang tinggi tersebut berkat ke- sungguhanannya mene– rapkan teknik budidaya yang benar, seperti yang direkomendasi Balitbang- tan, Kementan berupa Teknologi Jajar Legowo (Jarwo) Super dengan komponen-komponen teknologinya. Komponen teknologi tersebut yaitu: a) Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) po- tensi hasil tinggi; (b) Bio- dekomposer, diberikan sebelum pengolahan tanah; (c) Pupuk hayati se- bagai seed treatment dan pemupukan berimbang berdasarkan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS); (d) Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) menggunakan pes- tisida nabati dan pestisida anorganik mengikuti am- bang kendali; dan (e) Alat mesin pertanian (alsintan), khususnya untuk tanam (jarwo transplanter) dan panen (combine har- vester). Dijelaskan oleh Kepala Balai Besar Padi, Dr. Ismail Wahab memperkuat bahwa keseluruhan kom- ponen teknologi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, jika menginginkan hasil yang optimal, jelasnya. Kendala OPT utama yang dihadapi Afdal dan tenaga kerja yang mem- bantu kesehariannya adalah serangan hama tikus. Namun demikian, hama ini perlahan-la- han berhasil juga diken- dalikan. Pengendalian hama tikus dilakukan- nya dengan pemagaran plastik dan pemasangan perangkap tikus meng- gunakan bubu perangkap di beberapa titik. Teknik ini dirasakan Afdal cukup berhasil, terbukti selama satu musim hampir 3000 lebih tikus terperangkap. Hasil Ubinan 9,3 ton/ha Penerapan teknologi budidaya padi “Jarwo Super” pada demfarm di lahan bukaan baru milik Afdal tersebut terbukti berhasil dan hal ini ditun- jukkan dengan hasil ubi- nan rata-rata 9.3 t/ha GKP untuk varietas Inpari 30, dan 8.3 t/ha GKP untuk varietas Inpari 22. Hasil ini lebih tinggi dari hasil rata- rata varietas pembanding Situpatenggang (6 t/ha) yang biasa ditanam di lo- kasi ini. Teknologi Jajar Lego– wo Super sangat ber- potensi sebagai pen- dongkrak produksi padi nasional lebih dari 6 ton/ ha, jelas Ali Jamil, Kapus- litbang Tanaman Pangan. Sehingga bila teknologi ini diimplementasikan pada minimal 10% saja dari sawah irigasi yang ada di Indonesia maka produksi nasional akan berpotensi meningkat. Berkat dukungan teknologi tersebut, ki– ni Afdal mulai punya mimpi besar untuk men- jadi produsen pangan (padi) dan produsen be- nih padi di Kabupaten Aceh Jaya, umumnya di Provinsi Aceh. “Harapan lain, tanam padi dengan teknologi yang terbaik tanpa mengambil resiko yang tidak perlu, artinya jika bisa dilakukan dengan mesin tidak perlu tergan- tung tenaga kerja yang terlalu banyak sehingga bisa menghemat biaya produksi,” ungkap Afdal. Semangat dan tekad yang kuat untuk selalu belajar seorang Afdal ini patut ditiru petani lain, dengan motto hidup yang selalu terucap dari pria yang kini berusia 40 tahun ini adalah “Mau belajar dan mau tanam Insha Allah ada harapan,” cetusnya optimis. Strategi Peningkatan Produksi Strategi peningkatan produksi dapat ditempuh melalui peningkatan pro- duktivitas (intensifikasi), serta upaya-upaya pe– ningkatan luas tanam baik melalui peningkatan In- dek Pertanaman (IP) mau- pun perluasan lahan baku sawah. Upaya-upaya tersebut masih memung– kinkan dengan terse- dianya berbagai inovasi dan teknologi hasil-hasil penelitian Badan Peneli- tian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang belum secara opti- mal diimplementasikan di tingkat petani. 13 Lokasi menyusul ke– suksesan Jarwo Super Sukses Afdal tidak sendiri akan disusul de- ngan wilayah lain yang saat ini sedang menanti masa panen hingga November nanti dan keseluruhan demfarm tersebut dilaksanakan dihampir 13 provinsi dengan dukungan pen- danaan SMARTD terma- suk di areal pertanaman seluas 100 ha di Desa Trayu dan Desa Tanjung- sari Kecamatan Banyu- dono, Kabupaten Boyo– lali yang direncanakan akan menjadi areal per- contohan petani dalam rangka Hari pangan Sedunia (HPS) 2016. 13 provinsi tersebut adalah Sumut, Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, Ja- bar, Jateng, Jatim, NTB, Kalsel, Kalbar, Sulsel dan Papua. Proyek SMARTD (Sus- tainable Management of Agricultural Research and Technology Dissemi- nation) merupakan salah satu proyek penting dari Kementerian Pertanian, Republik Indonesia guna meningkatkan kapasi- tas sumberdaya lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Perta- nian dalam kurun waktu 2012 - 2016, khususnya sumberdaya manusia dan infrastruktur serta fasilitas penelitian dan pendukungnya. Kegia– tan SMARTD dibiayai Bank Dunia dan APBN se- bagai dana pendamping. (Suharna & Priatna Sas- mita) Wujud Nyata Impian dari Jarwo Super Dr. Ali Jamil, MP Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Balitbang Ke- mentan saat meninjau lokasi tanam Jarwo super. Afdal dan hasil pertanamannya.

Upload: phamthuan

Post on 19-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5Sua ra Pem ba ru an Selasa, 18 Oktober 2016

[ACEH JAYA] Pada akhir tahun 2008 Cuncun yang kini ganti nama menjadi Muhammad Afdal atau yang lebih akrab dipang-gil Afdal memutuskan un-tuk berhenti menggeluti dunia mekanik dan bera-lih ke bidang pertanian, khususnya ke bidang usahatani padi. Tekad ini diawali dengan mem-buka lahan sawah baru di daerah Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Aceh Timur.

Belajar sampai ke Taiwan

Tidak tanggung-tang-gung keinginannya un-tuk belajar bertani khu-susnya menanam padi Afdal lakukan sampai di Negeri Taiwan, tepat-nya di Tai Chung hingga Chiayi. Di negara tersebut hamparan padi masih tersedia sangat luas dan dikerjakan secara mo–dern (full mekanisasi). Ke-san yang pertama mun-cul dibenaknya adalah ternyata tanam padi itu indah, tenang dan me–nyenangkan. Moh. Afdal belajar sekitar 2 musim di Taiwan, selanjutnya Afdal pulang ke Indonesia dan mencoba membuka lahan dengan mencetak sawah baru di Provinsi Nangro Aceh Darusalam, secara bertahap dari lua-san 50 ha hingga 200 ha.

Setelah membuka lahan baru, terbersit da–lam pikirannya bahwa ternyata menanam padi itu tidak semudah yang dibayangkan, banyak ken–dala yang harus dihadapi, seperti teknik budidaya yang belum dipahami se-cara benar, pemupukan, serangan hama penyakit yang beragam, pena–nganan gulma yang sulit, kondisi iklim yang tidak menentu, termasuk tenaga kerja yang langka sehing–ga berdampak pada biaya tenaga yang mahal dan faktor lain.

Terus belajarDari pengalaman awal-

nya dalam usaha tani padi, Afdal menceritakan hampir setiap musim mengalami kerugian, biaya produksi tidak se-banding dengan hasil panen yang didapat. Saat itu setiap panen hasilnya tidak lebih dari kisaran 4-5 ton/ha GKP. Afdal tidak menyerah untuk belajar, dan pada musim tanam tahun 2016 mulailah be-lajar dengan pendampi–ngan dari Badan Peneli-tian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian.

Berbekal anjuran dari

Kementan, Afdal meng–awali tanam padi dengan menanam varietas unggul baru Inpari 22, Inpari 30 CI-herang Sub 1, Inpari 32 HDB dengan menggunakan teknik budidaya yang be-nar. Terselesaikan masalah benih lalu ada kesulitan tenaga kerja. Namun, Afdal tidak kehilangan cara untuk menggarap sawahnya, pagi-pagi dia berangkat ke lahan sawah bukaan barunya dengan mengendarai traktor roda empat dan sampai dilokasi traktor mulai melumpur untuk meratakan tanah-nya. Setelah lahan siap un-tuk ditanami padi, mulailah tanam dengan alat tanam transplanter. Keseluruah-nya Afdal lakukan sendiri hingga pemeliharaan tan-aman pada setiap fase per-tumbuhan pun dia jalani dengan penuh ketekunan. Ketekukan inilah yang akhirnya membuahkan hasil panen yang sung-guh menggembirakan, hasil panen yang awalnya hanya berkisar 4-5 ton, kini bisa mencapai 8-10 ton/ha.

Teknik Budidaya Jarwo Super

Diakuinya hasil yang tinggi tersebut berkat ke-sungguhanannya mene–rapkan teknik budidaya yang benar, seperti yang direkomendasi Balitbang-tan, Kementan berupa Teknologi Jajar Legowo (Jarwo) Super dengan

komponen-komponen teknologinya. Komponen teknologi tersebut yaitu: a) Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) po-tensi hasil tinggi; (b) Bio-dekomposer, diberikan sebelum pengolahan tanah; (c) Pupuk hayati se-bagai seed treatment dan pemupukan berimbang berdasarkan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS); (d) Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) menggunakan pes-tisida nabati dan pestisida anorganik mengikuti am-bang kendali; dan (e) Alat mesin pertanian (alsintan), khususnya untuk tanam (jarwo transplanter) dan panen (combine har-vester). Dijelaskan oleh Kepala Balai Besar Padi, Dr. Ismail Wahab memperkuat bahwa keseluruhan kom-ponen teknologi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, jika menginginkan hasil yang optimal, jelasnya.

Kendala OPT utama yang dihadapi Afdal dan tenaga kerja yang mem-bantu kesehariannya adalah serangan hama tikus. Namun demikian, hama ini perlahan-la-han berhasil juga diken-dalikan. Pengendalian hama tikus dilakukan-nya dengan pemagaran plastik dan pemasangan perangkap tikus meng-gunakan bubu perangkap di beberapa titik. Teknik ini dirasakan Afdal cukup

berhasil, terbukti selama satu musim hampir 3000 lebih tikus terperangkap.

Hasil Ubinan 9,3 ton/haPenerapan teknologi

budidaya padi “Jarwo Super” pada demfarm di lahan bukaan baru milik Afdal tersebut terbukti berhasil dan hal ini ditun-jukkan dengan hasil ubi-nan rata-rata 9.3 t/ha GKP untuk varietas Inpari 30, dan 8.3 t/ha GKP untuk varietas Inpari 22. Hasil ini lebih tinggi dari hasil rata-rata varietas pembanding Situpatenggang (6 t/ha) yang biasa ditanam di lo-kasi ini.

Teknologi Jajar Lego–wo Super sangat ber-potensi sebagai pen-dongkrak produksi padi nasional lebih dari 6 ton/ha, jelas Ali Jamil, Kapus-litbang Tanaman Pangan. Sehingga bila teknologi ini diimplementasikan pada minimal 10% saja dari sawah irigasi yang ada di Indonesia maka produksi nasional akan berpotensi meningkat.

Berkat dukungan teknologi tersebut, ki–ni Afdal mulai punya mimpi besar untuk men-jadi produsen pangan (padi) dan produsen be-nih padi di Kabupaten Aceh Jaya, umumnya di Provinsi Aceh. “Harapan lain, tanam padi dengan teknologi yang terbaik tanpa mengambil resiko

yang tidak perlu, artinya jika bisa dilakukan dengan mesin tidak perlu tergan-tung tenaga kerja yang terlalu banyak sehingga bisa menghemat biaya produksi,” ungkap Afdal.

Semangat dan tekad yang kuat untuk selalu belajar seorang Afdal ini patut ditiru petani lain, dengan motto hidup yang selalu terucap dari pria yang kini berusia 40 tahun ini adalah “Mau belajar dan mau tanam Insha Allah ada harapan,” cetusnya optimis.

Strategi Peningkatan Produksi

Strategi peningkatan produksi dapat ditempuh melalui peningkatan pro-duktivitas (intensifikasi), serta upaya-upaya pe–ningkatan luas tanam baik melalui peningkatan In-dek Pertanaman (IP) mau-pun perluasan lahan baku sawah. Upaya-upaya tersebut masih memung–kinkan dengan terse- dianya berbagai inovasi dan teknologi hasil-hasil penelitian Badan Peneli-tian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang belum secara opti-mal diimplementasikan di tingkat petani.

13 Lokasi menyusul ke–suksesan Jarwo Super

Sukses Afdal tidak sendiri akan disusul de- ngan wilayah lain yang

saat ini sedang menanti masa panen hingga November nanti dan keseluruhan demfarm tersebut dilaksanakan dihampir 13 provinsi dengan dukungan pen-danaan SMARTD terma-suk di areal pertanaman seluas 100 ha di Desa Trayu dan Desa Tanjung-sari Kecamatan Banyu-dono, Kabupaten Boyo–lali yang direncanakan akan menjadi areal per-contohan petani dalam rangka Hari pangan Sedunia (HPS) 2016. 13 provinsi tersebut adalah Sumut, Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, Ja-bar, Jateng, Jatim, NTB, Kalsel, Kalbar, Sulsel dan Papua.

Proyek SMARTD (Sus-tainable Management of Agricultural Research and Technology Dissemi-nation) merupakan salah satu proyek penting dari Kementerian Pertanian, Republik Indonesia guna meningkatkan kapasi-tas sumberdaya lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Perta-nian dalam kurun waktu 2012 - 2016, khususnya sumberdaya manusia dan infrastruktur serta fasilitas penelitian dan pendukungnya. Kegia–tan SMARTD dibiayai Bank Dunia dan APBN se-bagai dana pendamping. (Suharna & Priatna Sas-mita)

Wujud Nyata Impian dari

Jarwo Super

Dr. Ali Jamil, MP Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Balitbang Ke-mentan saat meninjau lokasi tanam Jarwo super.Afdal dan hasil pertanamannya.