studietnoekologimasyarakat dani-baliem dan …

18
Berita Biologi Volume 6, Nomor 5, Agustus 2003 Edisi Khusus Kebun Biologi Wamena dan Biodiversitas Papua STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN DILEMB AH B ALIEM, JAYAWIJAYA, IRIAN JAYA [Ethnoecological Study of the Dani-Baliem Society and the Environment Changes in Baliem Valley, Jay awij ay a, Irian Jay a] Y Purwanto Laboratorium Etnobotani, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Jl.Ir.H.Juanda22Bogor e-mail: puritvfaiindo.net.id ABSTRACT The objective of the ethnoecology study of the Dani-Baliem society is to know the relationship between Dani-Baliem society and their environment. This study covers the perception and traditional management system of environment by the Dani-Baliem society, and also the impact of their activities to the environment change in Baliem Valley. This study is expected to determine the change of plant diversty, which happened, and to reconstruct this change from pre-historic era to the present time. The methods used in this study based on anthropological, ecological, paleoecological and bibliography study. The result showed the ecosystem change in the Baliem valley since 26.000 BP. It was indicated by Carbon content as a result of fired activities in the base of valley sedimentation. Since 7000 years ago, the impact of human activities in the Baliem valley area is significant. It is indicated by organic material sedimentation. This environment change continue untill now and relate to the intensity of human activities intervention. These human activities cause many enironment units which has physical and biological characteristics. By using floristic analysis in each environment unit, it can be seen the change of plant diversity composition in this area. Kata kunci/Key words: Etnoekologi/ethnoecology, perubahan lingkungan/environment changes, masyarakat Dani-Baliem/Dani- Baliem Society, Jayawijaya, Irian Jaya. PENDAHULUAN Etnoekologi merupakan cabang ilmu yang kehadirannya relatif baru, karenanya beberapa ahli dalam menentukan terminologinya belum ada kesepakatan. Bidang ilmu ini muncul akibat dari adanya perspektif paradigma baru ilmu ekologi yaitu sustainability. Oleh karena itu ilmu ekologi berkembang tidak hanya mempelajari interaksi antara suatu bentuk kehidupan dengan bentuk kehidupan lainnya berikut kondisi lingkungannya, tetapi bersifat holistik hingga suatu analisis tentang sistim pengetahuan suatu kelompok masyarakat atau etnik dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungannya. Bertitik tolak dari fenomena di atas, maka bidang ilmu etnoekologi berasal dari 4 sumber utama yaitu bidang ilmu antropologi (etnosains), etnobiologi, agro-ekologi, dan geografi lingkungan. Oleh karena itu pengelolaan lingkungan suatu kawasan tidak mungkin berhasil tanpa melibatkan keberadaan masyarakat di kawasan tersebut. Peran masyarakat lokal sangat penting terutama sebagai salah satu komponen dari kawasan tersebut. Masyarakat lokal merupakan aktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan, terutama melalui aktivitasnya. Walaupun pada kawasan tertentu, pengaruh yang datang dari luar mempunyai pengaruh yang besar terhadap kerusakan lingkungan, namun kerusakan yang diakibatkannya tersebut dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat lokal. Titik awal studi etnoekologi: pendekatan dan analisisnya Sebenarnya titik awal studi etnoekologi adalah pemahaman terhadap alam, kebudayaan suatu kelompok masyarakat dan aspek produksi. Sehingga studi etnoekologi selain memperhatikan aspek alamiah juga mempertimbangkan aspek kebudayaan suatu kelompok masyarakat atau etnik dan otonomi produksi yang dilakukannya. Bertitik tolak dari ketiga aspek tersebut, maka etnoekologi merupakan disiplin ilmu yang secara menyeluruh menggabungkan aspek intelektual dan praktis. Sehingga dalam pendekatannya, meletakkan pusat analisisnya bukan pada terminologi bahasa, struktur kognitif, simbol-simbol, persepsi imaginasi, manfaat jenis dan berbagai teknologi dari suatu kelompok masyarakat atau etnik, tetapi merupakan proses konkrit secara menyeluruh dari suatu kelompok masyarakat atau komunitas atau kelompok budaya atau suatu etnik dalam proses produksi dan mereproduksi kondisi material dari alam. Oleh karena 661

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Berita Biologi Volume 6, Nomor 5, Agustus 2003Edisi Khusus Kebun Biologi Wamena dan Biodiversitas Papua

STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN PERUBAHANLINGKUNGAN DILEMB AH B ALIEM, JAYAWIJAYA, IRIAN JAYA

[Ethnoecological Study of the Dani-Baliem Society and the Environment Changes inBaliem Valley, Jay awij ay a, Irian Jay a]

Y Purwanto

Laboratorium Etnobotani, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPIJl.Ir.H.Juanda22Bogore-mail: puritvfaiindo.net.id

ABSTRACTThe objective of the ethnoecology study of the Dani-Baliem society is to know the relationship between Dani-Baliem society andtheir environment. This study covers the perception and traditional management system of environment by the Dani-Baliemsociety, and also the impact of their activities to the environment change in Baliem Valley. This study is expected to determine thechange of plant diversty, which happened, and to reconstruct this change from pre-historic era to the present time. The methodsused in this study based on anthropological, ecological, paleoecological and bibliography study.The result showed the ecosystem change in the Baliem valley since 26.000 BP. It was indicated by Carbon content as a result offired activities in the base of valley sedimentation. Since 7000 years ago, the impact of human activities in the Baliem valley areais significant. It is indicated by organic material sedimentation. This environment change continue untill now and relate to theintensity of human activities intervention. These human activities cause many enironment units which has physical and biologicalcharacteristics. By using floristic analysis in each environment unit, it can be seen the change of plant diversity composition in thisarea.

Kata kunci/Key words: Etnoekologi/ethnoecology, perubahan lingkungan/environment changes, masyarakat Dani-Baliem/Dani-

Baliem Society, Jayawijaya, Irian Jaya.

PENDAHULUANEtnoekologi merupakan cabang ilmu yang

kehadirannya relatif baru, karenanya beberapa ahlidalam menentukan terminologinya belum adakesepakatan. Bidang ilmu ini muncul akibat dari adanyaperspektif paradigma baru ilmu ekologi yaitusustainability. Oleh karena itu ilmu ekologi berkembangtidak hanya mempelajari interaksi antara suatu bentukkehidupan dengan bentuk kehidupan lainnya berikutkondisi lingkungannya, tetapi bersifat holistik hinggasuatu analisis tentang sistim pengetahuan suatukelompok masyarakat atau etnik dalam pengelolaansumber daya alam dan lingkungannya. Bertitik tolakdari fenomena di atas, maka bidang ilmu etnoekologiberasal dari 4 sumber utama yaitu bidang ilmuantropologi (etnosains), etnobiologi, agro-ekologi, dangeografi lingkungan. Oleh karena itu pengelolaanlingkungan suatu kawasan tidak mungkin berhasil tanpamelibatkan keberadaan masyarakat di kawasan tersebut.Peran masyarakat lokal sangat penting terutamasebagai salah satu komponen dari kawasan tersebut.Masyarakat lokal merupakan aktor yang mempengaruhikondisi lingkungan, terutama melalui aktivitasnya.Walaupun pada kawasan tertentu, pengaruh yang

datang dari luar mempunyai pengaruh yang besarterhadap kerusakan lingkungan, namun kerusakan yangdiakibatkannya tersebut dampaknya langsungdirasakan oleh masyarakat lokal.

Titik awal studi etnoekologi: pendekatan dananalisisnya

Sebenarnya titik awal studi etnoekologi adalahpemahaman terhadap alam, kebudayaan suatukelompok masyarakat dan aspek produksi. Sehinggastudi etnoekologi selain memperhatikan aspek alamiahjuga mempertimbangkan aspek kebudayaan suatukelompok masyarakat atau etnik dan otonomi produksiyang dilakukannya. Bertitik tolak dari ketiga aspektersebut, maka etnoekologi merupakan disiplin ilmuyang secara menyeluruh menggabungkan aspekintelektual dan praktis. Sehingga dalam pendekatannya,meletakkan pusat analisisnya bukan pada terminologibahasa, struktur kognitif, simbol-simbol, persepsiimaginasi, manfaat jenis dan berbagai teknologi darisuatu kelompok masyarakat atau etnik, tetapimerupakan proses konkrit secara menyeluruh dari suatukelompok masyarakat atau komunitas atau kelompokbudaya atau suatu etnik dalam proses produksi danmereproduksi kondisi material dari alam. Oleh karena

661

Page 2: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Purwanto - Etnoekologi Masyarakat Dani-Baliem

itu untuk mempelajari hubungan antara corpus (seluruhpenampilan simbol-simbol, konsep dan persepsi tentangalam) danprasis (serangkaian tindakan praktis secaramenyeluruh yang menempatkannya sesuai dengankondisi alam) dalam proses produksi secara konkrit,dilakukan dengan studi etnoekologi. Sehingga bidangilmu etnoekologi merupakan sebuah disiplin ilmu yangmencakup tiga aspek yang saling berinteraksi yaitukondisi alam, produksi, dan kebudayaan.

Dari bahasan tersebut di atas, maka studietnoekologi bertujuan untuk menganalisis danmengevaluasi secara ekologis aktivitas intelektual dantindakan praktis yang dilakukan sekelompok masyarakatatau suatu etnik sesuai dengan kondisi alamiahnya.Sehingga perspektif studi etnoekologi adalahmengeksplorasi bagaimana suatu kelompok masyarakatatau etnik sebagai produser (informan) menyusunpemikiran (corpus) dan selanjutnya memanfaatkan(praxis) tentang produktivitas sumber daya alam (1),kemudian peneliti mempunyai analisis yang didasarkanpada kedua aspek tersebut di atas secara ilmiah untukmenilai sistim pengetahuan dari kelompok masyarakatatau etnik tersebut (2). Sehingga analisis dariperbandingan dan konfrontasi antara sistim pengetahuanlokal dengan sistim pengetahuan ilmiah akan diperolehsuatu pembuktian keilmiahan dari sistim pengelolaanlingkungan oleh suatu kelompok masyarakat atau etnik.

Melalui studi etnoekologi masyarakat Dani-Baliem diharapkan kita mampu mengungkapkan danmemahami hubungan masyarakat Dani di LembahBaliem dengan lingkungannya. Sehingga diharapkanhasil penelitian ini dapat dijadikan titik tolakpengelolaan kawasan Lembah Baliem.

METODE PENELITIANDalam studi etnoekologi masyarakat Dani di

Lembah Baliem ditempuh melalui empat tahap yaitu:

1. Membuat deskripsi serinci mungkin tentang kondisi

ekosistem yang mempengaruhi produktivitasnya

sesuai dengan yang diamati, misalnya tipevegetasinya, jenis dan sifat tanah, kekayaan flora

dan fauna, kondisi topografi, kondisi iklim, siklus

air, dan lain-lainnya. Untuk mendapatkan data-data

tersebut dengan menggunakan metode baku dalampenelitian ekologi dan pedologi.

2. Menyusun kembali pola pemikiran (corpus) darimasyarakat (informan) dan melakukan dialogdengan para informan. Untuk mengungkapkansistim pengetahuan dan pola pikir masyarakat Danidigunakan metode baku penelitian antropologi,misalnya dengan cara melakukan pengamatanlangsung dan turut serta dalam aktivitas kehidupanmasyarakat serta dengan menggunakan berbagaiteknik wawancara (wawancara bebas atau open

ended, semi struktural dan struktural).

3. Menganalisis bentuk-bentuk produktivitas sumberdaya alam sesuai dengan pandangan masyarakat(praxis). Caranya adalah dengan mendiskripsibentuk aktivitas masyarakat dalam mengelolasumber daya alam berikut teknologinya, produk-produk yang dihasilkan, pengaruhnya terhadapkondisi lingkungan dan aspek lainnya.

4. Melakukan penilaian secara ekologis sebuahpraxis melalui analisis dampak pemanfaatansumber daya alam terhadap struktur dan dinamikaekosistem yang telah dimanfaatkan tersebut.Penilaian tersebut didasarkan pada pengamatanlangsung di lapangan dengan menggunakanmetode baku dalam penelitian ekologi. Misalnyauntuk mengetahui komposisi dan dinamikavegetasinya dilakukan dengan cara membuattransek di setiap satuan lingkungan yang terbentukdi kawasan tersebut yang ukuran dan carapengamatannya disesuaikan dengan bentuk dankondisi satuan lingkungannya.

Sedangkan data palaeoekologi didasarkan hasilpenelitian Haberle et al. (1991) yang melakukananalisis karbon dan polinik di kawasan LembahBaliem.

HASIL

Kondisi Lingkungan Lembah Baliem

Lingkungan FlslkLembah Baliem terletak pada ketinggian

sekitar 1600 m di atas permukaan laut berukuranpanjang sekitar 60-80 km dan lebar 15-20 km.Kawasan ini terletak pada zona stratigrafi gugusanpegunungan tengah Irian Jaya hasil dari suatufenomena proses geologi terangkat daratan akibat

662

Page 3: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Berita Biologi Volume 6, Nomor 5, Agustus 2003Edisi Khusus Kebun Biologi Wamena dan Biodiversitas Papua

tekanan secara suksesif pada awal masa Oligosinsampai akhir masa Neogen dan masa Quaterner(Bemmelen, 1970).

Berdasarkan hasil penelitian Soepraptohardjoet al. (1971) dan Tim Peneliti Puslitbang Geoteknologi-LIPI (1991), kawasan ini memiliki 9 jenis tanah, antaralain: Organosol, Alluvial, Glei Humus, Hidromorfkelabu, Regosol, Podzolik merah kuning, Renzina,Listosol dan jenih tanah hutan kecoklatan.

Berdasarkan data pengamatan klimatologi diStasiun Klimatologi dan Geofisika Cabang Wamenadan Kurulu, iklim di Lembah Baliem termasuk kedalam tipe iklim tropik pegunungan. Temperatur rata-rata tahunan 19,5°C dengan variasi harian temperaturminimu 14,2°C dan temperatur maksimum sebesar26,5°C. Secara umum kondisi temperatur di LembahBaliem terasa dingin di malam hari (14,2°C) dan panasdi siang hari hingga mencapai (26,5°C).

Sedangkan berdasarkan data curah hujan,menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson (1951)kawasan Lembah Baliem termasuk ke dalam kategoritipe A dan menurut klasifikasi Koopen, termasuk tipeAfa dengan nilai Q = 0 %. Jumlah curah hujan rata-rata tahun berkisar antara 1100 mm-3500 mm, dengankondisi curah hujan harian hampir kontans sepanjangtahunnya. Musim hujan terjadi selama 8 bulan ditandaidengan curah hujan yang tinggi yaitu terjadi padabulan Oktober hingga bulan Juni tahun berikutnya.Sedangkan musim kemarau hanya berlangsung selama3 bulan yaitu pada bulan Juli-Spetember (lihatGambar). Sedangkan kondisi kelembaban udara relatifmoderat berkisar antara 70-90%.

Lingkungan BiologiKawasan lembah disusun oleh beberapa satuan

lingkungan hasil aktivitas manusia yangmengekploitasinya untuk memenuhi kebutuhanhidupnya, antara lain kawasan budidaya (kebun hiperel

ubijalar, tipe baru kebun tanaman pangan), hutansekunder, tempat keramat dan kawasan pemukiman.Diantara satuan lingkungan tersebut kebun ubijalardan hutan sekunder mendominasi di kawasan lembah.Tipe baru kebun tanaman pangan merupakan bentuksatuan lingkungan yang relatif masih baru hasilintroduksi para pendatang berupa kawasan budidaya

berbagai jenis tanaman pangan, seperti kebun untuktanaman sayuran, kebun untuk tanaman palawija(jagung, kacang tanah, kedelai, dan lain-lainnya), danpesawahan.

Vegetasi kawasan Lembah Baliem terdiri atasjenis-jenis antropogenik seperti Casuarina oligodon,

Acalypha amentacea, Macaranga mappa, Dodonaea

viscosa didominasi dan beberapa jenis herba sepertiPhragmites karka, Mischanthus floribundus,

Fimbrystylis sp., dan lain-lainnya. Beberapa jenistumbuhan yang menjadi indikasi adanya perkampunganantara lain Casuarina oloigodon, Pandanus conoideus,

dan Musa paradisiaca. Jenis Araucaria cuninghamii

yang tumbuh terisolasi merupakan kawasan yang seringdigunakan sebagai tempat seremonial adat. Sedangkanpopulasi Paraserianthes falcataria dan Casuarina

oligodon yang tumbuh secara alami di suatu lahan akandipelihara pemiiiknya untuk digunakan sebagai bahanpersediaan kayu bakar, bahan bangunan, bahan pembuatpagar dan lahan persediaan kebun ubijalar. Demikianjuga populasi Imperata cylindrica di suatu lahandibiarkan tumbuh untuk keperluan pembuatan ataprumah dan atap kandang ternak babi.

Hutan sekunder di kawasan Lembah Baliemmerupakan bekas kebun ubijalar yang ditinggalkan danbukan merupakan hutan sekunder akibat eksploitasihasil hutan. Hutan sekunder ini merupakan salah satutahapan sistim pertanian perladangan berpindahsebagai upaya untuk mengembalikan kesuburantanahnya. Apabila kondisi hutan sekunder tersebutdianggap telah pulih kembali kesuburannya, makahutan sekunder tersebut akan dibuka kembali untukdijadikan lahan pertanian. Jenis tumbuhan yangmendominasi kawasan hutan sekunder di kawasanlembah adalah berbagai jenis tumbuhan sepertiDodonaea viscosa, Pittosporum ramiflorum,

Pittosporum ferrugenium, Homalanthus papuanus,

dan Grevillea papuana. Sedangkan hutan sekunderdi kawasan pegunungan atau di lereng gunungditumbuhi oleh jenis-jenis tumbuhan sepertiRhododendron macgregoriae, R bayerinckianum, R.

hellvigii, Vaccinium angustifolium, Medinilla

speciosa, Melastoma malabarica, Baeckeafrutescens,

dan lain-lainnya. Selain itu kitajumpai pula jenis-jenistumbuhan hutan primer yang masih muda seperti jenis

663

Page 4: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Purwanto - Etnoekologi Masyarakat Dani-Baliem

Nothofagus rubra, Nothofagus sp., Wendlandia

paniculata, Gardenia lamingtonii, dan sebagainya.Vegetasi alami kawasan Lembah Baliem terdiri

dari jenis tumbuhan hutan pegunungan dan hutanpegunungan subalpine. Kawasan hutan di sekitarLembah Baliem yang terletak pada ketinggian 1500-2400 m, jenis tumbuhan hutan yang mendominasiadalah jenis Castanopsis accuminata, Nothofagus

rubra dan Kania eugenioides. Sedangkan jenistumbuhan lainnya yang tumbuh di kawasan hutanprimer adalah jenis-jenis Elaeocarpus, Prunus, danbeberapa jenis dari suku Cunoniaceae, serta jenisGimnospermae seperti Podocarpus, Dacryocarpus,

Phyllocladus, Araucaria dan Libocedrus. Jenistumbuhan lain yang terdapat di strata dibawahnya terdiridari jenis-jenis seperti Pandanus, Schefflera, Ardisia,

Eugenia, Vaccinium, Timonius, Dimorpanthera,

Polygala, Planchonella, dan sebagainya.

Masyarakat suku Dani-Baliem

Masyarakat Dani secara garis besar terbagi atassuku Dani di Lembah Baliem dan suku Dani Barat.Batas antara masyarakat Dani-Baliem dengan DaniBarat tidak saja mengacu kepada pengertian daerahlembah dan daerah bukan lembah, tetapi juga mengacukepada perbedaan dialek bahasa Dani Sentral yangterbagi menjadi bahasa Dani Barat dan Dani LembahBaliem. Daerah Lembah Baliem mengacu kepadadaerah lembah yang dialiri sungai Baliem dari daerahAsologoima hingga mencapai daerah kecamatanKurima.

Pembahasan tentang masyarakat Danidititikberatkan pada pengetahuan tentang aspekorganisasi sosial dan organisasi teritorial yang eratkaitannya dengan pengelolaan lingkungan. Dari sudutpandang ini, masyarakat Dani-Baliem dibentukberdasarkan : (1) satuan tempat tinggal (sili danoumd); (2) satuan teritorial isa-eak (genitrice-enfant

atau ibu/induk-anak) dimana setiap isa-eak kitatemukan satu perkampuangan (ouma) yangdidalamnya terdapat beberapa komplek perumahan(sili) yang memiliki beberapa bangunan seperti rumahkaum lelaki (pilamo), rumah kaum perempuan dananak-anak (ebeai), dapur (hunila), kandang babi(wamdabu), kebun pekarangan untuk tanaman pangan

(ukutlu), tempat keramat (wadlolegei), halaman(silimo), dan tempat tanaman pisang (wikioma) yangsecara keseluruhan komplek sili tersebut dikelilingioleh pagar (leget) dan hanya memiliki satu pintu(mokarai) untuk keluar dan masuk ke komplek sili

tersebut; (3) satuan patrilinier exogami (ukul-oak).

Bila dipandang dari sudut struktur sosial, setiapisa-eak disusun oleh dua patrilinier ukul-oak (kepala-tulang) yang mempunyai nama sesuai dengan namanenek moyang cikal bakal (fondateur). Seluruh ukul-

oak yang berada di Lembah Baliem terbagi ke dalamparuh atau moiti exogami atau ebe atau tubuh, yaituebe wita dan ebe waya. Sehingga setiap isa-eak

tersusun oleh dua patrilinier ukul-oak yang berbedaparuhnya. Dasar pembentukan organisasi sosial sukuDani-Baliem terletak pada hubungan isa-eak yaitupasangan ukul-oak yang dibangun oleh nenek-moyangmereka. Dalam struktur kepemimpinan, isa-eak sangatpenting untuk mengetahui susunan adat kaneke yangsecara fisik dapat dilihat dalam satuan honai adat ataupilamo kanekela yang menjadi pusat dari berbagairitual dan ikatan kerabat adat kanekela.

Setiap isa-eak memiliki tiga strukturkepemimpinan yaitu (I) ap metek kanekela, yaitustruktur kepemimpinan yang berhubungan dengankegiatan pertanian, pembagian lahan pertanian, ritual-ritual dan kegiatan lain yang berhubungan denganbenda-benda adat lainnya; (2) ap metek wimaela,

merupakan struktur kepemimpinan yang berhubungandengan konflik yaitu peperangan; dan (3) ap metek

uwaela atau struktur kepemimpinan yang berhubungandengan teknik pengobatan. Dari ketiga strukturkepemimpinan tersebut yang mengatur kehidupanmasyarakat Dani di Lembah Baliem. Secara lengkapaspek sosial budaya masyarakat Dani-Baliem dapatdilihat tulisan Purwanto (2002).

Pengetahuan Masyarakat Dani - Baliem TentangLingkungan . ,

Masyarakat Dani-Baliem berpandangan bahwatumbuhan dan lingkungan merupakan sumberkehidupan sehari-hari. Masyarakat Dani-Baliem dansumber daya alam tersebut, keduanya salingmempengaruhi, oleh karenanya masyarakat Dani-Baliem mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

664

Page 5: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Berita Biologi Volume 6, Nomor S, Agustus 2003Edisi Khusus Kebun Biologi Wamena dan Biodiversitas Papua

lingkungannya, sehingga mereka mempunyaipengetahuan yang baik untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan di sekitarnya. Tercatat 588jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dalam kehidupansehari-hari, terdiri dari 58 jenis tanaman budidaya dan530 jenis tumbuhan liar. Secara rinci pemanfaatankeanekaragaman jenis tumbuhan tersebut dapat dilihatpada Purwanto (1997, 1999, 2002). Pengetahuanmasyarakat tersebut dimanifestasikan dalam tata caramengelola sumber daya alam dan lingkungannya.Sebagai konsekuensi dari intervensi masyarakat

terhadap sumber daya dan lingkungannya tersebut,terjadi perubahan ciri dan karakter lingkungannya.Perubahan tersebut ada yang menguntungkan secaraekonomi saja, menguntungkan secara ekologi saja,atau menguntungkan secara ekonomi dan ekologi.Namun intervensi masyarakat terhadap lingkungantersebut telah menyebabkan perubahan permanenlingkungan alami Lembah Baliem.

Secara ringkas sistim pengelolaan sumber dayaalam dan lingkungan alami serta lingkunganantropisasi disajikan dalam Gambar 2 di bawah.

WEN OLILU WEN UKUTLU

WENKULAMA

WAKUNMOWESAMA

OKAMA WEN HIPERELEGET

WEN KULAMA

UKUL-OAKWAYA

UKUL-OAKWITA

WENKULAMA

1WEN HIPERE

LEGET

\

WILEHOMAWIKIOMA

WEN KULAMA

WEN OLILU WEN UKUTLU

Keterangan:

= Hubungan antara 2 ukul-oakdalam Isa-eak

= Pengelolaan Intensif

= Pengelolaan Extensif

; = Pengelolaan Extensif danproteksi

= Berhubungan dengan tranformasilingkungan

Gambar 2. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Oleh Masyarakat Dani-Baliem.

665

Page 6: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Purwanto - Etnoekologi Masyarakat Dani-Baliem

•J. , Dari gambar tersebut tampak bahwa aktivitasmasyarakat Dani-Baliem mengakibatkan terbentuknyatipe-tipe ekosistem baru yang masing-masing dicirikanoleh karakteristik floristik yang membentuk setiapsatuan lingkungan tersebut. Selain itu digambarkanpula bahwa masyarakat Dani-Baliem memodifikasiligkungannya bertujuan untuk mencukupi kebutuhanhidupnya. Bentuk satuan lingkungan hasil modifikasimasyarakat Dani-Baliem adalah : ^ : w?

1. Sili (tempat tinggal atau komplek rumah satukeluarga) berupa beberapa bangunan antara lainhonai pilamo (rumah kaum lelaki), honai ebeai

(rumah para wanita dan anak-anak), hunila

(dapur), wamdabu (kandang babi), wen ukutlu

(kebun kecil di sekitar honai), leget (pagar yangmengelilingi sili), mukarai (pintu gerbang keluarmasuk sili), wadloleget (tempat keramat) dansilimo (halaman 5/// tempat berlangsungnya ritual,bermain anak-anak, masak bakar batu/sem). v .-= •

2. Ou/na (perkampungan);perkampungan masyarakatDani di Lembah Baliem ditandai dengan adanyabeberapa sili (dua atau lebih) dan ditumbuhibeberapa jenis tumbuhan yang menjadi indikatoradanya perkampungan, antara lain: Casuarina

oligodon (berfungsi sebagai pelindung), Pcmdanus

conoideus, Musa spp. (sumber bahan pangan), danCordyline spp. (bahan ritual adat).

3. Wen hipere leget (kebun ubi jalar); wen = kebun,hipere = ubi jalar dan leget = pagar. MasyarakatDani adalah masyarakat petani dan ubi jalar adalahjenis tanaman utama dan merupakan bahan makananpokok. Beberapa jenis tanaman budidaya lainyayang ditanam di kebun ubi jalar sebagai tanamansela maupun tumpang sari adalah Setariapalmifolia,

Psophocarpus tetragonolobus, Dioscorea spp.,Colocasia esculenta dan Nicotina tabaccum. Kebunubi jalar pada masa sekarang ini selain ditanamijenis-jenis tumbuhan tersebut juga ditanamibeberapa jenis tanaman budidaya yang relatif barudiintroduksi ke kawasan tersebut antara lain: Zeamays, Manihot esculenta, Brassica oleracea var.

capitata, dan jenis tanaman sayuran lainnya.

4. Wen het (kebun baru dengan tanaman introduksi),kebun ini mengacu pada sistim kebun masyarakatpendatang. Kebun ini juga baru dikenalkankepada

masyarakat Dani-Baliem sekitar 20-30 tahun yanglalu dan pengenalan secara intensif terjadi pada

tahun 1990 hingga kini. Beberapa jenis tanamanyang diusahakan diantaranya adalah Glycinemax,

•'••• Arachis gypogaea, Phaseolus lunatus, dan; rt berbagai jenis tanaman sayuran {Brassica oleracea

' var capitata, Brassica oleracea var. botrytis,

•"' Brassica chinensis, Sechium edule, Daucus

""' carota, Amaranthus spp., Allium cepa, Allium

sativum, Lycopersicon escelentum, Solanum

leongena, Solanum tuberosum, Momordica

charantia, Phaseolus vulgaris, dan Iain-lain).5. Wen nasi (sawah), merupakan bentuk budidaya

tanaman pangan yang paling baru diintroduksiuntuk masyarakat Dani-Baliem. Tanaman padiyang dibudidayakan dari kultivar lokal padi Toraja.Jenis tanaman ini pertama kali dikembangkan olehseorang guru yang berasal dari Toraja sekitar tahun

» 1974. Selanjutnya tanaman ini diperkenalkankepada masyarakat Dani oleh Dinas Pertanian padatahun 1980 an dan selanjutnya dikembangkan olehLIPI tahun 1990 hingga akhir tahun 1995.Tanaman ini sekarang berkembang dengan baikdengan dibangunnya saluran irigasi yang melintasilembah oleh Dinas PU Kabupaten Jayawijaya.Introduksi tanaman padi ke wilayah LembahBaliem bertujuan untuk meningkatkan pendapatanmasyarakat lokal dan memanfaatkan lahan yangtidak dapat ditanami ubi jalar yaitu yang beruparawa-rawa seluas 1883 ha. Selain itu juga untukmengurangi pasokan beras yang bearsal dari luarKabupaten Jayawijaya sebanyak 180 sampai 200ton setiap bulannya. Oleh karena itu untukmemenuhi kebutuhan beras di kawasan inidiperlukan lahan pesawahan antara 800-1000 ha.Luas lahan pesawahan di Lembah Baliem sampaisekarang tidak lebih dari 400 ha.

6. Wenkulama(bekas kebun); bekas kebun atau kebunyang diberakan mempunyai peran penting dalamsistim pertanian masyarakat Dani-Baliem. Padamasa lalu pemberaan bervariasi antara 20-30 tahun,tergantung dari kemampuan lahan untukmemulihkan kembali kesusuburannya. Menurutmasyarakat Dani-Baliem, hutan sekunder bisadibuka kembali menjadi kebun apabila beberapa

666

Page 7: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Berita Biologi Volume 6, Nomor 5, Agustus 2003Edisi Khusus Kebun Biologi Wamena dan Biodiversitas Papua

jenis tumbuhan yang tumbuh di hutan sekundertersebut telah mempu menghasilkan biji, dan bijitersebut telah jatuh ke tanah dan tumbuh menjadiindividu yang tumbuh subur. Pada masapenghutanan kembali ini diharapkan akan terjadipemulihan kesuburan baik fisik, kimia dan biologidari lahan tersebut. Pada masa dua dekade terakhirini, masa pemberaan menjadi lebih pendek (10-13tahun) yang disebabkan oleh berbagai hal antaralain keterbatasan lahan, peningkatan jumlahpenduduk, dan peningkatan pemanfaatan lahanuntuk usaha pertanian jenis tanaman panganintroduksi baru. Akibatnya terjadi penurunankualitas lahan. Terdapat dua tipe wen kulama yaituwen kulama kitma (hutan sekunder muda, 0-5 tahun)dan wen kulama alekma (hutan sekunder tua lebihdari 5 tahun. Jenis-jenis tumbuhan yangmendominasi hutan sekunder wen kulama kitma

antara lain jenis-jenis Imperata cylindrica, Leersia

hexandra, Wendlandia paniculata, Dodonaea

viscosa, Alphitonia excelsa, Pittosporum

ramiflorum, Polygonum capathifolium, Grevillea

papuana dan lain-lainnya. Hutan sekunder wen

kulama alekma berumur 5-10 tahun didominasi olehjenis Melastoma malabarica, Wendlandia

paniculata, Pittosporum ramiflorum, P.

ferrugenium, Grevillea papuana, Schefflera

macrostachya, Glochidion vinkianum, danDodonaea viscosa. Hutan sekunder berumur 10-15 tahuan, jenis tumbuhan yang dijumpai antara lainWendlandia paniculata, Dodonaea viscosa,

Schefflera ischnoasia, Glochidion rubrum,

Pittosporum ramiflorum, Homalanthus novo-

guinensis, dan Acalypha amentacea. Sedangkanhutan sekunder berumur lebih dari 15 tahun, jenistumbuhan yang mendominasi antara lainWendlandia paniculata, Dodonaea viscosa,

Schefflera ischnoasia, Glochidion rubrum,

Pittosporum ramiflorum, Homalanthus novo-

guinensis, Acalypha amentacea dan munculnyabeberapa jenis tumbuhan hutan primer seperti Ilex

spicata, Vaccinium angulata, Nothofagus, Ardisia

sp., Eugenia sp. dan lain-lainnya.7. Okama (hutan primer); o = kayu, ka atau eka =

daun atau rumput, dan ma = tempat. Menurut

masyarakat Dani-Baliem, hutan adalah tempatbertumbuhnya berbagai jenis kayu dan rumput-rumputan. Hutan mempunyai peranan pentingdalam kehidupan masyarakat Dani-Baliem.Mereka memanfaatkan untuk kegiatanekstraktivisme berbagai jenis tumbuhan bergunauntuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.Sangat disayangkan bahwa di kawasan lembah saatini sudah tidak dapat ditemukan kembali hutanyang dikategorikan hutan primer, kecuali beberapahektar yang digunakan sebagai tempat keramat(wakunmo atau wesama). Masyarakat Dani-Baliem mempunyai sudut pandang yang ambivalenterhadap hutan primer, di satu sisi hutan primersebagai tempat bersemayamnya roh nenek moyangmereka dan disisi lain hutan primer sebagai tempatbersemayamnya roh-roh jahat {mogat). Sudutpandang pertama kemungkinan mempunyaipengaruh positif terhadap aspek konservasikawasan hutan, karena mereka menghormati arwahnenek moyangnya sehingga mereka tidak akanmerusak tempat tinggalnya dan mereka anggapsebagai tempat keramat. Sebaliknya sudut pandangkedua dapat menyebabkan kerusakan hutan, karenamereka menganggap bahwa roh jahat harusdikeluarkan dari kawasan hutan tersebut. Untukmengeluarkan roh jahat tersebut dari hutan, merekaharus membabat dan membakar hutan. Menurutbeberapa kepala suku Dani-Baliem, Sebenarnyasudut pandang yang kedua tersebut ditujukan untukmencegah masyarakat merusak hutan. Namunkenyataan sekarang masyarakat Dani-Baliem tidaklagi merasa takut masuk ke hutan kecuali tempat-tempat yang dikeramatkan saja. Vegetasi hutanprimer di kawasan lereng pegunungan (padaketinggian 1600-2300 m dpi) di sekitar LembahBaliem didominasi oleh jenis-jenis Microcos sp.,Flacourtia rukam, Sloanea archboldiana, Bassia

eugenioides, Castanopsis acuminatissima,

Saphium sp., Nothofagus starkenborghii,

Flacourtia rukam, Nothofagus rubra, Memecyclon

sp., dan Eugenia sp.

8. Wakunmo dan wesama (tempat keramat) ; berasaldari kata wakun = keramat atau sakral, dan mo =

tempat, yang artinya tempat yang dikeramatkan.

667

Page 8: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Purwanto - Etnoekologi Masyarakat Dani-Baliem

Sedangkan wesama berasal dari kata wesa =rahasia, dan ma = mo = tempat yaitu merupakantempat yang dirahasiakan. Wakunmo merupakantempat yang digunakan untuk meletakkan tandaseseorang yang telah meninggal yang dinamakansegajilik yaitu berupa sege kecil (tombak kecil)yang dibungkus siluk {Imperata cylindrica)

dengan tali terbuat dari mul (Calamus prattianus)

dan sebuah buah isoak (Lagenaria siceraria).

Tempat meletakkan untuk meletakkan segajilik

tersebut dinamakan helukone wadloleget.

Sedangkan tempat yang disebut wesama

merupakan tempat yang dikeramatkan dandirahasiakan dan digunakan sebagai tempatmenyimpan apwarek (ap = orang, warek = mati,yaitu benda yang diambil dari musuh yangdibunuhnya, lihat Purwanto, 1997) pada masapeperangan. Kedua tempat keramat tersebutdilindungi dan dijaga dengan seksama oleh isa-

eak yang memilikinya. Perlindungan kedua tempatkeramat tersebut tidak saja melarang semua oranguntuk memasukinya, tetapi juga melarang untukmengganggu atau mengambil kekayaan sumberdaya alam yang ada di atasnya. Hanya orang-orangtertentu (kepala suku atau apmetek) atau orangyang mendapat ijin dari ap metek yang dapatmemasuki kawasan tersebut. Luas tempat keramatini sangat bervariasi antara 0,1-3 ha dan memilikikeanekaragaman jenis tumbuhan lebih tinggidibandingkan dengan keanekaragaman jenistumbuhan hutan di sekitarnya. Keberadaan tempatkeramat ini di kawasan Lembah Baliem sangatmenguntungkan dari segi konservasi dan merupakanbenteng dan bukti terakhir kekayaan jenis tumbuhanyang pernah dimiliki oleh kawasan lembah. Perludiketahui bahwa di kawasan lembah sudah tidakdapat ditemukan lagi hutan primer. Hutan primeryang masih tersisa adalah hutan yang menjaditempat keramat tersebut. Umumnya tempat keramatini ditandai dengan adanya karakteristik spesifikalam seperti terdapatnya sumber mata air tawar,sumber mata air asm, pohon yang besar dan tinggiseperti jenis Papuacedrus sp., Ficus drupacea,

Araucaria cunninghamii dan lain-lainnya.Sedangkan jenis tumbuhan yang mendominasi

kawasan tersebut antara lain: Castanopsis

acuminatissima, Gardenia lamingtonii, Gardenia

sp., Bassia eugenioides, Ilex spicata, Eugenia sp.,dan Ardisia sp.

9. Yelesimo (rawa-rawa), yelesi = tergenang, dan mo

= tempat; kawasan rawa-rawa terletak di sekitaraliran sungai Baliem. Kawasan ini rawan tergenangdan banjir, sehingga kurang cocok untuk digunakansebagai kebun ubijalar, walaupun masyarakatDani-Baliem mempunyai teknologi adaptasi untukmembuat kebun di lahan-lahan yang memilikipermukaan air tanah sangat tinggi. Kawasan inibiasanya digunakan sebagai tempat melepaskanternak babinya. Jenis tumbuhan yang mendominasikawasan ini adalah Pragmites karka danEchinochloa colona. Berdasarkan hasil pemetaanTim Peneliti Geoteknologi-LIPI, di kawasanLembah Baliem terdapat 1.883 ha lahan yangtergolong sebagai yelesimo. Berdasarkan hasilstudi lapangan, kawasan ini sangat baik untukdigunakan sebagai lahan pesawahan.

10. Wilehoma (bekas kebun didominasi pohon wileh,

Casuaria oligodon) dan Wikioma (bekas kebundidominasi oleh Paraserianthesfalcataria). Suatuareal bekas kebun ubijalar yang setelahditinggalkan ditumbuhi oleh dominasi jenisCasuarina oligodon (wilehoma) atau olehParaserianthesfalcataria (wikioma) Selanjutnyabekas kebun tersebut dipelihara dan dijagapertumbuhannya hingga menj adi pohon yang besaryang digunakan untuk keperluan cadangan kayubakar, kayu bahan bangunan rumah dan pagarkebun ubijalarnya (lihat Purwanto, 1997).

Sebenarnya hubungan antara masyarakat Dani-Baliem dengan lingkungannya sangat tergantung darijenis eksploitasi sumber daya yang dilakukannya. Bagimasyarakat Dani-Baliem yang hidup di dekat hutan,selain melakukan kegiatan berladang ubijalar secaraberpindah juga melakukan peramuan berbagai jenistumbuhan untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar, kayubahan bangunan (rxxm&hlhonai, pagar), dan bahanmakanan tambahan seperti buah-buahan {Eugenia sp.,Garcinia sp., Flacourtia sp., dan Iain-lain) dan sayuran(Cyclosorus sp., Pteridium sp., Cyathea cooperi dan

668

Page 9: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Berita Biologi Volume 6, Nomor 5, Agustus 2003Edisi Khusus Kebun Biologi Wamena dan Biodiversitas Papua

lain-lainnya) dan berbagai jenis tumbuhan obat (lihatPurwanto, 2002). Kegiatan peramuan selain bersifatsubsisten juga untuk tujuan komersial. Beberapa jenistumbuhan hasil peramuan yang dikomersialkan adalahberbagai jenis kayu dan rotan serta buah pandan (buahmerah atau salt, Pandanus conoideus dan buah kelapahutan atau tuke, Pandanus brosimos, Pandanus

julianettii). Tetapi bagi masyarakat Dani-Baliem yanghidup di daerah lembah, aktivitas pokok adalah kegiatanpertanian (berladang ubijalar, tanaman sayuran, kacang-kacangan dan jenis tanaman budidaya lainnya) danusaha peramuan hanya bersifat sambilan untukkonsumsi rumah tangganya dan dilakukan di hutansekunder yang sudah tua umurnya. Perbedaanlingkungan pegunungan dan lembah tersebutmemberikan nilai yang berbeda bagi masyarakat yangtinggal di dalamnya. Masyarakat Dani yang tinggal dipegunungan mempunyai teknik yang berbeda dalammelakukan kegiatan pertaniannya, kultivar ubi jalartersendiri dan peramuan dilakukan di hutan primer.Sebaliknya masyarakat Dani yang tinggal di lembah,lebih intensif melakukan eksploitasi terhadap lahannya,hal ini selain karena tidak terdapatnya hutan primeruntuk tempat meramu, juga hutan sekunder yang biasatempat meramu mulai berkurang umurnya sehinggakeanekaragaman jenis yang bermanfaat bagikehidupannya mulai berkurang keberadaannya.

PalaeoekologiBerdasarkan hasil penelitian Haberle et al.

(1991) di situs penggalian di Supulah dan di kawasanKelela (4°05'LS, 138°56'BT), Kecamatan Kurulu,Kabupaten Jayawijaya, melalui analisis polinikberhasil diidentifikasi beberapa jenis tumbuhan yangdikelompokkan ke dalam 6 kelas yaitu (a) polen darikomunitas tumbuhan hutan primer; (b) polen darikomunitas jenis tumbuhan hutan sekunder; (c) polenjenis tumbuhan hutan rawa; (d) polen jenis tumbuhanpadang rumput (prairi); (e) polen jenis Cyperaceaeyang mendominasi tanah rawa; dan (f) polen jenis-jenis paku-pakuan, khususnya jenis epifit hutan primerdan sangat sedikit jenis epifit jenis rawa-rawa.

Selanjutnya hasil analisis polinik tersebutdikelompokkan ke dalam 3 strata untuk memudahkanpemahamannya:

1. Strata I, penggalian pada kedalaman lebih dari365 cm

Dari strata ini diperkirakan berumur sekitar 7000tahun yang lalu dan dari hasil identifikasi fosil polen,pada kurun waktu tersebut jenis tumbuhan yangmendominasi meliputi jenis-jenis tumbuhan hutan sepertiNothofagus, Castanopsis dan Syzigium. Jenis-jenistumbuhan lain yang teridentifikasi adalah jenis-jenispioner seperti Celtis, Schefflera, Saurauia, Trema danPsychotria. Sedangkan suku-suku Cyperaceae,Lycopodiaceae dan jenis paku-pakuan seperti Cyatheadan jenis paku-pakuan lainnya jumlah meningkat secarasporadik pada lapisan di atasnya. Jumlah polen terbanyakdari jenis Nothofagus, disusul jenis Castanopsis danSyzygium. Karakter lain dari periode ini adalah kepadatanpopulasi jenis tumbuhan mulai kurang.

2. Strata II, penggalian pada kedalaman 210-360cm

Hasil analisis sedimentasi diperkirakanberumur sekitar 5200 - 2900 tahun yang lalu. Padaperiode ini terjadi perubahan sedimentasi yang jelasdari lapisan lempung ke lapisan gambut padakedalaman sekitar 365 cm. Hasil analisis polinik padastrata ini ditandai dengan menurunnya jumlah jenistumbuhan hutan primer seperti Castanopsis, sukuElaeocarpaceae, Proteaceae dan tidak ditemukan lagijenis Syzygium. Sedangkan jenis tumbuhan hutanprimer lainnya seperti Notofagus, Phylocladus,

Araucaria, dan Decaspermum jumlahnya masih cukupbanyak. Pada lapisan sedimen strata ini jumlah jenistumbuhan hutan sekunder meningkat, misalnya jenisSchefflera. Selain itu pada strata ini mulai banyakditemukan polen dari jenis tumbuhan suku Poaceaedan paku-pakuan. Dari hasil analisis polinik tersebutdapat diperkirakan bahwa pada periode ini telahdikenal sistem perladangan dengan waktu pemberaanlama. Fenomena ini dibuktikan dengan ditemukannyasejumlah polen dari jenis tumbuhan sekunder danjumlahnya semakin meningkat dengan semakinmudanya sedimen yang diamati.

3. Strata III, penggalian pada kedalaman 0-210cm

Hasil analisis sedimentasi lapisan iniditenggarai berumur antara 2900 tahun yang lalu.Sedangkan hasil analisis polinik, jenis-jenis seperti

669

Page 10: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Purwanto - Etnoekologi Masyarakat Dani-Baliem

Castanopsis dan Nothofagus masih ditemukan dansampai sekarang kedua jenis tersebut masih dapatditemukan di kawasan lembah. Sedangkan jenis-jenispioner seperti Macaranga, Casuarina, Celtis,Schefflera, Saurauia, Psychotria dan Pandanusjumlahnya meningkat Mengenai jenis Macaranga danCasuarina tampak meningkat jumlahnya mulai darisedimen kedalaman 120 cm, diperkirakan berumursekitar 1100 tahun yang lalu. Pada periode ini tampakaktivitas manusia lebih intensif dengan ditemukanpolen jenis-jenis tanaman budidaya seperti Pandanus

dan tanaman semi domestikasi seperti Casuarina.

Kedua jenis tanaman ini pada saat ini menjadi ciri khaskeberadaan pemukiman di Lembah Baliem. Indikasi lainyang dapat diamati adalah mulai berkurangnya jumlahjenis dari suku Poaceae, disebabkan oleh semakinseringnya pembukaan lahan untuk kepentinganpertanian dan pemukiman.

Dari hasil analisis partikel karbon diperkirakanberumur lebih kurang 7000 tahun yang lalu danjumlahnya meningkat terus sampai sekarang.Peningkatan partikel karbon seiring dengan penampilanjenis-jenis tumbuhan dari suku Poaceae. Suatu indikasibahwa aktivitas masyarakat Dani-Baliem dalammempersiapkan kebun atau kemungkinan berburudengan melakukan pembakaran hutan telah berlangsungsekitar 7000 tahun yang lalu. Sedangkan menurutGolson (1977) yang melakukan penelitiannnya didataran tinggi Papua Nugini memperkirakan bahwaaktivitas pertanian di pulau Irian telah dimulai sekitar9000 tahun yang lalu.

Perubahan Lingkungan Di Lembah BaliemRekonstruksi perubahan vegetasi dan lansekap

di kawasan Lembah Baliem didasarkan pada

pengamatan langsung di lapangan dan didukung oleh

hasil penelitian Haberle et al. (1991).

Pengaruh manusia terhadap lansekap dan

vegetasi di Lembah Baliem kemungkinan terjadi pada

kurun waktu sekitar 28000 tahun yang lalu. Hal ini

dibuktikan oleh hasil analisis endapan arang yang

tercuci di kaki perbukitan kawasan tersebut yang

menunjukkan umur pengendapannya. Berdasarkan

rekonstruksi perubahan temperatur selama masa

Pleistocene dan analisis polinik, diperkirakan di

kawasan dataran tinggi pegunungan Jayawijayamemiliki temperatur 2-4°C lebih dingin dibandingkandengan sekarang (Walker & Hope, 1982). Dominasihutan pada kurun waktu 28000 tahun yang lalu diLembah Baliem memberikan indikasi bahwa kawasantersebut terus-menerus berawan dan berkabut.Selanjutnya terdapatnya aliran udara dingin melaluilereng-lereng menuju ke kawasan lembah memberikanbukti adanya pengaruh cuaca dingin di kawasantersebut. Tidak ditemukannya polen dari jenisCastanopsis dan Lithocarpus di kawasan penggalianSupulah membuktikan bahwa kawasan tersebutdipengaruhi oleh cuaca dingin pada masa tersebut(Hope, 1982). Kawasan yang terletak pada ketinggianlebih 2200 m dpi yang didominasi oleh jenis semakdan rerumputan diperkirakan akibat pengaruhpenggunaan oleh manusia pada kurun waktu 10500tahun yang lalu (Hope & Peterson, 1976). Sedangkanpenelitian Hope & Hope (1976) membuktikan adanyakegiatan perburuan Wallabi pada kurun waktu 5.000tahun yang lalu.

Penurunan luas kawasan hutan di LembahBaliem akibat dari aktivitas manusia yang membukakawasan tersebut untuk keperluan usaha pertaniandiperkirakan terjadi pada waktu 7000 tahun yang lalu.Hal ini teridentifikasi dari hasil pengendapan yangterjadi di kawasan lembah. Jenis tumbuhan yangmendominasi kawasan ini pada waktu itu adalah jenisNothofagus, beberapa jenis pohon berukuran kecil,herba dan jenis-jenis tumbuhan sekunder. Selanjutnyadiakhir dari masa ini ditemukan polen dari jenis-jenisseperti Syzygium dan Castanopsis yang mulaimenginvasi kawasan ini.

Kurun waktu antara 7000-5200 tahun yang lalu,diperkirakan telah terjadi pembukaan hutan yangmenyebabkab peningkatan aliran air permukaan danerosi sehingga terjadi akumulasi sedimentasi dikawasan lembah. Pada kurun waktu 5.200 tahun yanglalu, mulai ditemukan berbagai jenis rumput (sedge

grass) dan populasi jenis-jenis tumbuhan sekunderseperti Macaranga, Dodonaea, Saurauia dan jenissekunder lainnya. Hal ini membuktikan bahwa padakurun waktu tersebut telah terjadi pembukaan hutanyang cukup signifikan dibandingkan dengan masasebelumnya.

670

Page 11: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Berita Biologi Volume 6, Nomor 5, Agustus 2003Edisi Khusus Kebun Biologi Wamena dan Biodiversitas Papua

Pada masa antara 5200 - 2900 tahun yang lalu,pembukaan hutan berlangsung terus yang ditengaraioleh terjadinya penurunan jumlah jenis tumbuhanhutan primer yang ditemukan dan meningkatnya jenis-jenis tumbuhan sekunder. Selanjutnya pada kurunwaktu 2900-1100 tahun yang lalu, pembukaan hutansemakin intensif untuk usaha pertanian. Sistimperladangan berpindah dengan masa pemberaan lamamemberikan gambaran terjadinya ketidakteraturanproses regenerasi hutan. Jenis tumbuhan yangmendominasi kawasan ini telah mengalami perubahanyang cukup signifikan dengan ditemukannya dominasijenis-jenis tumbuhan sekunder seperti Macaranga,

Celtis, Trema, Dodonaea, Schefflera, Psychotria danjenis-jenis tanaman budidaya seperti Casuarina danPandanus. Selanjutnya pada masa itu sistim pertaniantradisional yang mengintroduksi cara-cara pengolahantanah telah menyebabkan muncumya berbagai jenisherba seperti jenis dari suku Cyperacea, Poaceae,Asteraceae, dan jenis paku-pakuan. Pada masa 1.100tahun yang lalu diperkirakan telah terjadi perubahanjumlah polen dari jenis tanaman yang secara ekonomipenting seperti jenis Pandanus dan Casuarina sertajenis-jenis tumbuhan sekunder seperti Macaranga danCeltis yang ditemukan di situs penggalian. Perubahanjumlah polen tersebut berhubungan erat dengan sistimsilvikultur dan adopsi sistim pertanian perladanganberpindah dengan tanaman ubijalar sebagai tanamanutama. Introduksi tanaman ubijalar ke pulau Iriandiperkirakan sekitar 400 tahun yang lalu (Yen, 1974).Namun hingga saat ini tidak ada bukti yang jelastentang kapan ubijalar mulai ditanam di Irian. Hal inidisebabkan tidak ditemukannya bukti yang jelas dan

pasti mengenai kapan tanaman ubijalar dibudidayakandi pulau Irian.

Hasil inventarisasi keanekaragaman jenistumbuhan di Lembah Baliem yang dilakukan oleh Brass(1941), menunjukkan bahwa kawasan lembah padawaktu itu dicirikan oleh hutan pegunungan campuranyang didominasi oleh jenis Castanopsis dan jenisNothofagus. Sedangkan jenis herba dan jenis sekunderlainnya tumbuh di kawasan tertentu seperti di kawasansekitar sungai dan kawasan lereng-lereng pegunungan.

Proses antropisasi terhadap lingkungan olehmasyarakat Dani-Baliem dari dulu hingga kini adalahdalam bentuk suatu upaya eksploitasi sumber daya alamtumbuhan dan lingkungannya untuk memenuhikebutuhan hidupnya. Berbagai jenis tumbuhan yangdiramu digunakan untuk memenuhi kebutuhanhidupnya sehari-hari. Sedangkan aktivitas pertaniannyamenyebabkan terjadinya perubahan ekosistem yangmembentuk satuan lingkungan tersendiri yang memilikikarakteristik dan dinamika floristik tersendiri sepertiyang telah diuraikan di atas.

Sebenarnya pengaruh aktivitas manusia adalahmemodifikasi keanekaragaman hayati yang adasehingga menimbulkan terganggunya sistem ekosistemalami yang dicirikan oleh suatu populasi jenistumbuhan tertentu sesuai dengan kondisi habitatnya.Formasi floristik dari satuan lingkungan antropiktersebut bisa mengalami regresif atau sebaliknyaprogresif atau dalam kondisi kurang lebih stabil. Tabelberikut memberikan gambaran pengaruh yangditimbulkan oleh aktivitas masyarakat suku Dani-Baliem terhadap lingkungannya yang menyebabkanperubahan komposisi floristiknya.

Tabel 1. Aktivitas masyarakat Dani-Baliem terhadap lingkungan

Aktivitas masyarakat Dani-Baliem terhadap hutan primer

Akibat yang diitmbulkan

Kegiatan peramuan, ekstraktivismeberbagai jenis tumbuhan bahanpangan dan bahan obat-obatantradisional.

Eksploitasi jenis kayu (pohon), rotandan berbagai jenis tumbuhan untukmemenuhi kebutuhan subsisten dankeperluan ekonomi (dijual).

Hutan primer tidak mengalami gangguan, namun aktivitas masyarakattersebut menyebabkan proses regenerasi jenis-jenis tertentu sepertiPandanus brosimus, Pandanus julianettii, , Vaccinium varingiaefolium,dan lain-lainnya mengalami gangguan sehingga menyebabkan kapasitashidup jenis-jenis tertentu mengalami gangguan

Berkurangnya atau bahkan musnahnya jenis-jenis penting seperti jenis-jenis Eugenia sp., Engelhardia rigida, Bassia eugenioides, Glochidionvinkianum, Tristania obovata, Calamus spp., Nothofagus dan jenis-jenislmainnya yang mempunyai potensi ekonomi dari hutan primer tersebut.

671

Page 12: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Purwanlo - Etnoekologi Masyarakat Dani-Baliem

Lanjutan Tabel 1.

Hutan primer dikonversi menjadilahan pertanian, pemukiman danlain-lainnya

Terjadi perubahan yang sangat signifikan baik komposisi floristik maupunkondisi ekosistemnya. Umumnya jenis tumbuhan yang mendominasikawasan hutan sekunder adalah jenis-jenis pioner atau jenis-jenis sekunderseperti Dodonaea viscosa, Alphitonia excelsa, Wendlandia paniculata,Grevillea papuana, Pittosporum ramiflorum, P. ferrugineum, Homalanthusnovo-guinensis dan lain-lainnya. Sedangkan kawasan pemukiman beberapajenis yang ditemukan antara lain : Pandanus conoideus, Musa spp.,Casuarina oligodon, Araucaria cunninghamii, Cordyline terminalis,Flacourtia rukam, Ficus spp., dan lain-lainnya (lihat Punvanto, 2002).

Tabel 2. Antropisasi dan formasi vegetasi di Lembah Baliem

Tipe aktivitas Tipe lingkungan Formasi vegetasi utama

Pertanian inisial

Sistem pertanian tradisionalperladangan berpindah dengan masapemberaan lama lebih dari 20 tahun

Hutan primer, sekarang hanyadapat ditemukan di daerah-daerah pegunungan atau dikawasan tempat keramatHutan sekunder tua (lebih dari20 tahun)

Sistem pertanian tradisionalperladangan berpindah dengan masapemberaan relatif pendek kurangdari 20 tahun terdapat di kawasanlembah dan di pegunungan

Hutan sekunder kurang dari 20tahun (10-20 tahun)

Sistim pertanian tradisionalperladangan berpindah dengan masapemberaan kurang dari 10 tahun

Hutan sekunder umur kurangdari 10 tahun

Hutan primer didominasi oleh jenis-jenispohon seperti Castanopsis acuminatissima,Bassia eugenioides, Sloanea archboldiana,Nothofagus starkenburgii, dan Iain-lain.a. Hutan sekunder tua didominasi oleh jenis-

jenis tumbuhan hutan primer seperti:Ficus spp., Nothofagus sp., Ardisia sp.,Wendlandia paniculata, Glochidionvinkianum, dan Iain-lain.

b. Hutan sekunder di kawasan berawa-rawadan tergenang, jenis tumbuhan yangmendominasi antara lain jenis-jenistumbuhan herba: Mischanthusfloribundus, Pragmites karka, Imperatacylindrica dan tumbuhan air sepertiEchinochloa colona

a. Hutan sekunder umur 10-20 tahun dikawasan lembah jenis tumbuhan yangmendominasi: Wendlandia paniculata,Dodonaea viscosa, Schefflera ischonoasia,Homalanthus novo-guinensis, Glochidionrubrum, Pittosporum ramiflorum,Medinilla speciosa, Alphitonia excelsa,dan Iain-lain.

b. Hutan sekunder (10-20 tahun) di kawasanpegunungan, jenis tumbuhan yangmendominasi antara lain : Grevilleapapuana, Pittosporum ramiflorum,Wendlandia paniculata, Vacciniumangulata, Araucaria cunninghamii,Acalypha amentacea, Macaranga sp.,Alphitonia excelsa, dan Iain-lain.

a. Hutan sekunder umur kurang dari 10 tahundi daerah berawa-rawa atau tergenangdidominasi oleh jenis tumbuhan seperti:Mischanthus floribundus, Pragmites karka,Melastoma malabarica, Medinillaspeciosa, Cyperaceae dan Enchinochloacolona.

672

Page 13: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Berita Biologi Volume 6, Nomor 5, Agustus 2003Edisi Khusus Kebun Biologi Wamena dan Biodiversitas Papua

Lanjutan Tabel 2....

Sistim pertanian tradisionalperladangan berpindah dengan masapemberaan kurang dari 10 tahun

Hutan sekunder umur kurangdari 10 tahun

Sistim pertanian tradisional yangberasosiasi dengan populasi spontanjenis wileh (Casuarina oligodon)dan jenis wiki (Paraserianthesfalcataria).

Hutan sekunder dengan masapemberaan bervariasi antara 10-30 tahun.

Sistim pertanian baru, perkebunantanaman kopi (Coffea spp.). Jenistanaman lain yang ditemukan dilahan perkebunan kopi tersebutantara lain : Caliandra, Leucaena,Musa, dan jenis tumbuhanpelindung lainnya atau beberapajenis pohon yang memiliki nilaiguna bagi kehidupan masyarakat,misalnya Paraserianthesfalcataria.

Sistim pertanian menetap tanamanlahan kering berupa tanamanpalawija dan tanaman hortikultura.Jenis tanaman yang diusahakanantara lain : hupak (Zea mays),wenyale (Psophocarpustetragolobus), wenyale eken

Bekas kebun, bekasperkampungan dan hutansekunder

Bekas kebun ubi jalar atauhutan sekunder muda kurangdari 5 tahun.

a. Hutan sekunder umur kurang dari 10 tahundi daerah berawa-rawa atau tergenangdidominasi oleh jenis tumbuhan seperti:Mischanthus floribundus, Pragmites karka,Melastoma malabarica, Medinillaspeciosa, Cyperaceae dan Enchinochloacolona.

b. Hutan sekunder umur kurang dari 10 tahundi daerah datar dengan sistim drainasebaik, jenis tumbuhan yang banyakditemukan adalah Imperata cylindrica,Ischaemum sp., Dodonaea viscosa, danbeberapa jenis tumbuhan pioner lainnya.

c. Hutan sekunder umur kurang 10 tahun didaerah pegunungan, jenis tumbuhan yangsering dijumpai adalah jenis Imperatacylindrica, jenis paku-pakuan, danbeberapa jenis pohon pioner seperti:Dodonaea viscosa, Wendlandiapaniculata, Glochidion sp., Acalyphaamentacea, Schefflera ischonoasia,Rhododendron spp., dan lain-lainnya.

d. Hutan sekunder berumur kurang dari 10tahun di kawasan yang memiliki tingkaterosi tinggi. Jenis tumbuhan yang mampubertahan hidup di kawasan ini adalah jenisherba dan paku-pakuan.

a. Hutan sekunder yang didominasi oleh jenisCasuarina oligodon disebut sebagaiwilehoma. Tumbuhan lain yang tumbuh dikawasan ini adalah Imperata cylindrica,Mischanthus floribundus, dan Pragmiteskarka, bambu dan beberapa jenis herbalainnya.

b. Hutan sekunder yang didominasi oleh jenisParaserianthes falcataria (> 60 %). Jenistumbuhan lain yang sering ditemukanadalah Imperata cylindrica, Leersiahexandra, Ischaemum sp., dan jenis pionerlainnya seperti Homalanthus novo-guinensis, Acalypha amentacea,Pittosporum spp., dan lain-lainnya.

Jenis tumbuhan herba mendominasi bekaskebun. Untuk bekas perkampungan ditemukanjenis tanaman yang menjadi tanda adanyaperkampungan seperti Casuarina oligodon,Pandanus conoideus, Musa spp., Cordyline,beberapa jenis pohon seperti Araucariacunninghamii, Paraserianthes falcataria, danbeberapa jenis tumbuhan hutan primer lainnya.

Bekas kebun ubi jalar didominasi oleh jenistumbuhan herba seperti Imperata cylindrica,Leersia hexandara, Cyperaceae, dan beberapajenis tumbuhan pioner seperti Dodonaeaviscosa, Wendlandia paniculata, Polygonum,Pittosporum, dan lain-lainnya.

673

Page 14: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Purwanlo - Etnoekologi Masyarakat Dani-Baliem

Lanjutan Tabel 2....

(Glycine max), wenyale agat(Arachis hypogaea), wenyale mili(Phaseolns lunatus), kilu {Solariummelongena, Lycopersiconesculentum, Cypomandra betacea),wenyale-wenyale (Phaseolusvulgaris, Vigna unguiculata),koleka (Brassicaoleracea var.botrytis), koleken (Brassicaoleracea var. capitata), dan lain-lainnya (lihat Purwanto, 2002).

Sistim pertanian menetap, sistimpertanian lahan basah (pesawahan).Jenis padi yang diusahakan adalahkultivar lokal yang berasal dariSulawesi Selatan yaitu kultivarToraja.

Tempat keramat, lingkungan sakral(wusanma atau wesama atauwakunmo)

Hutan sekunder di kawasantergenang atau berawa-rawadan bekas kebun yangberdekatan dengan sumber air.

Suatu tempat yangdikeramatkan mempunyai cirikhas adanya tanda-tandaalamiah seperti adanya gua,batu besar, sumber mata air,pohon besar dan lain-lainnya.

Daerah terdegradasi akibat aktivitas Kawasan lereng pegununganeksploitasi yang salah dan yang gundulberlebihan

Hutan sekunder di kawasan berawa-rawa atausering tergenang, jenis tumbuhan yangmendominasi antara lain : Mischanthusfloribundus, Pragmites karka, Melastomamalabarica, Medinilla speciosa, Cyperaceaedan Enchinochloa colona. Sedangkan bekaskebun di kawasan ini selain ditemukan jenistumbuhan tersebut juga ditemukan jenistumbuhan pioner seperti Dodonaea viscosa,Pittosporum, Grevillea papuana dan lain-lainnya.Tempat keramat ditumbuhi oleh berbagai jenistumbuhan yang secara adat dilindungi. Jenistumbuhan yang mendominasi kawasan iniadalah Ficus sp., Harpulia ramiflora, Bassiaeugenioides, Lithocarpus ruffovillosus,Microcos sp., Nothofagus rubra, Octamycetespleiopetala, Prunus sp., Scleropyrumleptostachyum, dan Sloanea aechboldianaJenis tumbuhan yang mendominasi kawasanini antara lain : Dicranopteris liniaris,Imperata cylindrica, Cyclosorus, Leersaihexandra, Pteridium, Erechtites sp., Bidensbiternata, Cleome sp., dan ditemukan pulajenis pohon yang berukuran kecil dari jenisRhododendron spp., Acafypha sp., Melastomaspp., Pittosporum spp., dan lain-lainnya.

Proses antropisasi terhadap lingkungan alami

yang dilakukan oleh masyarakat Dani-Baliem untuk

jenis tumbuhan di kawasan Lembah Baliem. Secara

ringkas tabel berikut memberikan gambaran formasi

vegetasi di setiap satuan lingkungan yang ada di Lembah

Baliem pada saat ini.

Aktivitas masyarakat Dani-Baliem telah

mengakibatkan perubahan komposisi floristik dan

struktur vegetasinya yang ditandai dengan hilangnya

jenis-jenis tumbuhan hutan primer (jenis sciaphile)

yang digantikan oleh jenis-jenis tumbuhan pioner

(heliophile).

Kegiatan pertanian tradisional dengan

perladangan berpindah yang dilakukan di kawasan

hutan sekunder maupun pembukaan hutan primer telah

mengakibatkan munculnya populasi jenis alelopati

seperti Imperata cylindrica yang mengakibatkan

kemunduran kualitas kesuburan tanah. Namun,

Imperata cylindrica bagi masyarakat Dani-Baliem

dianggap tidak merugikan tetapi justru sebaliknya

menguntungkan dan digunakan sebagai bahan atap

rumah. Demikian juga yang terjadi pada pembukaan

lahan di kawasan lereng perbukitan telah menimbulkan

tumbuhnya jenis paku-pakuan khususnya

Dicranopteris liniaris yang dapat menyebabkan

674

Page 15: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Berita Biologi Volume 6, Nomor 5, Agustus 2003Edisi Khusus Kebun Biologi Wamena dan Biodiversitas Papua

penurunan kualitas lahan. Jenis ini bagi masyarakatDani-Baliem juga merupakan jenis tumbuhan bergunayang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan berupasekan atau gelang dan bentuk anyaman lainnya.

Sistim pertanian tradisional perladanganberpindah menstimulir munculnya koloni herba setelahkebun ditinggalkan. Pemunculan strata herba inimemberikan kontribusi keanekaragaman jenis dankeanekaragaman ekologi, namun pada strata ini telahmenghambat proses regenerasi jenis-jenis tumbuhanhutan. Meningkatnya aktivitas pengambilan jenis pohonpenghasil kayu bahan bangunan telah memicumusnahnya jenis tumbuhan penghasil kayu berkualitasdari kawasan lembah. Hal ini dapat dibuktikan denganhasil analisis floristik di kawasan adat atau tempat sakralatau tempat keramat yang secara tradisi kawasantersebut dilindungi mempunyai keanekaragaman jenistumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengankeanekaragaman jenis tumbuhan di lingkungan hutansekitarnya (Purwanto, 1997). Selain itu terdapatbeberapa jenis tumbuhan yang ditemukan di kawasantempat keramat sudah jarang atau bahkan tidakditemukan lagi di kawasan hutan di sekitarnya, misalnyajenis Papuacedrus, Harpulia ramiflora, danPodocarpus sp. Sebenarnya pembentukan tempatkeramat oleh masyarakat Dani-Baliem tidak memilikitujuan secara ekologi untuk melindungikeanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, tetapilebih bertujuan untuk menunjukkan eksistensipenguasaan oleh ukul-aoknya atau isa-eaknya dikawasan tersebut. Namun demikian perlindunganterhadap tempat keramat tersebut secara ekologis sangatbaik sebagai kawasan konservasi keanekaragamanhayati.

PEMBAHASANStudi etnoekologi masyarakat Dani di Lembah

Baliem merupakan suatu upaya untuk memahamisistim pengetahuan dan hubungan masyarakat Danidengan sumber daya alam dan lingkungannya.Pemahaman terhadap sistim pengetahuan danhubungan masyarakat Dani-Baliem dengan sumberdaya alam tersebut sangat penting untuk dikuasai danbahkan menjadi syarat utama yang harus dipenuhidalam rangka mengembangkan dan membangun

kawasan tersebut. Salah satu aspek dalam pemahamansistim pengetahuan tradisional masyarakat Dani adalahmelakukan analisis mengenai proses pembentukandan pembagian tata ruang yang ada di Lembah Baliem.Studi selanjutnya adalah melakukan analisis berbagaibentuk aktivitas masyarakat Dani dalam rangkamemanfaatkan sumber daya alam dan lingkungannyayang telah mempengaruhi dan merubah kondisilingkungan kawasan tersebut. Studi ini diikuti dengananalisis pengaruh aktivitas masyarakat Dani terhadapsumber daya alam dan lingkungannya denganmelakukan karakterisasi setiap bentuk satuanligkungan yang ada di kawasan Lembah Baliem.Melalui pencirian setiap satuan lingkungan atau tataruang tersebut, maka kita mengetahui secara rincikeunggulan dan kelemahannya. Sebagai contoh studimengenai pengaruh aktivitas pertanian (kebun ubijalar) telah menyebabkan terjadinya perubahanekosistem yang membentuk satuan lingkungantersendiri yang memiliki karakteristik dan dinamikafloristik tersendiri (lihat Tabel 1 dan 2).

Untuk memperjelas pengaruh aktivitasmasyarakat Dani-Baliem terhadap keanekaragamanhayati pada masa kini, maka pada kesempatan inidibahas pengaruhnya terhadap tiga tingkatankeanekaragaman hayati, yaitu:

1. Pada tingkatan intraspesifik atau genetikKita dapat melihat pengaruhnya melalui upaya

seleksi pada tingkat kultivar ubi jalar yang ada dikawasan tersebut yang diadaptasikan pada kondisilingkungan. Sebagai contohnya pembagian kultivarlokal ubi jalar yang khusus ditanam di lahan yangterletak di pegunungan dan kultivar yang ditanam dilahan di kawasan lembah yang datar. Selain itumasyarakat Dani-Baliem dalam mengusahakanlahannya menggunakan tidak hanya satu atau duakultivar, tetapi untuk setiap kebunnya ditanami rata-rata sekitar 50-60 kultivar. Oleh karena itudimungkinkan terjadi persilangan secara alami diantara kultivar tersebut, sehingga hal ini dapatmenjawab kenapa di Lembah Baliem ditemukankeanekaragaman di tingkat varietas ubi jalar begitutinggi. Selanjutnya masyarakat Dani-Baliem membagikultivar lokal tersebut sesuai dengan pemanfaatannya,

675

Page 16: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Purwanto - Etnoekologi Masyarakat Dani-Baliem

misalnya : kultivar yang digunakan untuk bahanmakanan sehari-hari, untuk bahan pangan anak balita,orang sakit, untuk keperluan ritual, untuk pakan ternakdan lain-lainnya. Pembagian berdasarkan pemanfaatanini didasarkan pada karakteristik spesifik dari masing-masing kultivar. Misalnya kultivar ubi jalar yangdigunakan untuk makanan anak balita, memiliki ubiyang lebih lunak, tidak berserat dan rasanya lebihmanis, demikian pula yang digunakan untuk orangsakit. Sebaliknya kultivar yang digunakan untuk pakanternak mempunyai umbi yang lebih keras, berserat danukurannya besar. Untuk mengetahui secara lebih rincikeanekaragaman kultivar lokal ubi jalar di LembahBaliem dapat dibaca Purwanto (1997).

Sedangkan pengaruhnya terhadapkeanekaragaman floristik pada tingkat spesifikditunjukkan oleh pemberian nama lokal yang berbeda.Pada tanaman budidaya jelas terlihat dalammembedakan berbagai kultivar, misalnya ubi jalar(hipere, Ipomoea batatas, 87 kultivar), talas {horn,

Colocasia esculenta, 22 kultivar), tebu (el, Saccharum

qfficinarum), sowa (Setaria palmifolia, 5 kultivar),kecipir (wenyale, Psophocarpus tetragonolobus, 5kultivar), tembakau (hanum, Nicotiana tabaccum, 5kultivar dan lain sebagainya, yang setiap kultivarmemiliki nama lokal tersendiri. Masyarakat Dani-Baliem membedakan kultivar tersebut berdasarkanpada kenampakan fenotipik.

2. Tingkat spesifikPengaruh pada tingkatan ini terlihat pada

proses domestikasi jenis-jenis tumbuhan yangmemiliki nilai kegunaannya yang ditanam di sekitartempat tinggalnya, misalnya jenis Casuarina oligodon,

Paraserianthes falcataria dan jenis Ficus sp.digunakan sebagai bahan bangunan dan kayu bakar;Pandanus conoideus, P. julianettii, P. brossimos

dimanfaatkan sebagai bahan makanan; dan Dodonaea

viscosa digunakan sebagai bahan obat luka.

Keanekaragaman jenis tumbuhan bagimasyarakat Dani-Baliem diungkapkannya melaluipengenalan terhadap suatu jenis tumbuhan tersebutdengan penggunaan istilah dasar yang berlainan yangdidasarkan pada jenisnya. Namun demikianadakalanya istilah dasar yang sama menggambarkan

dua atau tiga jenis dari marga yang sama atau darimarga yang berbeda dalam suku yang sama. Alasanpenggunaan nama dasar yang sama tersebut karenamemiliki kenampakan fenotipik yang hampir samaatau terdapat kemiripan atau bahkan dengan alasanmemiliki pemanfaatan yang sama. Terdapat 65 namadasar tanpa determinan yang menggambarkan lebihdari 1 jenis tumbuhan (lihat Purwanto, 1997).

3. Tingkat Fungsional atau EkologisPengaruh aktivitas masyarakat Dani-Baliem

terhadap keanekaragaman ditingkat ekologis sangatjelas. Sebagai akibat dari intervensi masyarakatterhadap lingkungan alami menimbulkan terbentuknyasatuan-satuan lingkungan yang secara ekologismemiliki tipe ekosistem berbeda-beda. Misalnya hutansekunder (wen kulama), kebun (wen): kebun ubi jalar(wen hipere); kebun baru/kebun dengan tanamanbudidaya introduksi (wen het); dan satuan lingkunganlainnya yang masing-masing memiliki karakteristiktersendiri dan setiap satuan lingkungan tersebutdicirikan oleh jenis-jenis tumbuhan yangmendominasinya (Purwanto, 1997).

Intervensi dan tekanan yang semakin intensifterhadap kawasan Lembah Baliem telah memberikanperubahan yang sangat signifikan terutama terhadapperubahan keanekaragaman hayati baik padatingkatan intraspesifik, spesifik dan fungsional(ekosistem). Introduksi teknologi baru dibidangpertanian seperti sistim pertanian menetap turut sertamempercepat musnahnya jenis-jenis tanaman bahanpangan kultivar lokal dan juga jenis-jenis tumbuhanhutan sekunder dan hutan primer dari kawasanLembah Baliem.

KESIMPULANPenelitian etnoekologi masyarakat Dani-

Baliem ini mengungkapkan pengetahuan tradisionalmasyarakat Dani-Baliem tentang sumber daya alamtumbuhan dan lingkungannya serta membahashubungan timbal balik antara masyarakat Dani denganlingkungan. Dari penelitian ini berhasil diidentifikasiberbagai pengaruh yang ditimbulkan oleh aktivitasmasyarakat Dani-Baliem terhadap kekayaan dan

676

Page 17: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Berita Biologi Volume 6, Nomor 5, Agustus 2003Edisi Khusus Kebun Biologi Wamena dan Biodiversitas Papua

keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan LembahBaliem dan sekitamya.

Berdasarkan hasil penelitian Haberle et al.

(1991) memberikan indikasi bahwa pengaruh manusiapertama kali di Lembah Baliem sekitar 28000 tahunyang lalu dengan ditemukannya endapan arang hasilpembakaran yang terjadi waktu itu. Menurut Gorecki(1986), keberadaan manusia di kawasan dataran tinggipulau Papua diperkirakan sekitar 25000 tahun yanglalu. Pengaruh aktivitas masyarakat Dani-Baliemdimulai sejak sekitar 7000 tahun yang lalu yangmelakukan pembukaan hutan dan hal ini masihberlangsung hingga kini. Pengaruh aktivitasmasyarakat Dani-Baliem terus bertambahintensitasnya dengan diadopsinya berbagai teknologipertanian. Kegiatan pertanian tradisional menetaptelah menyebabkan musnahnya berbagai jenistumbuhan hutan primer dari kawasan lembah Baliem.

Intervensi masyarakat Dani-Baliem terhadapsumber daya alam tumbuhan tidak saja melakukankonversi hutan primer menjadi lahan pertanian,pemukiman dan lain-liannya, tetapi masyarakat Dani-Baliem juga melakukan kegiatan pemanfaatankeanekaragaman jenis tumbuhan yang dimanfaatkandalam kehidupan sehari-harinya. Hasil pengamatan dilapangan teridentifikasi 588 jenis tumbuhan bergunabagi masyarakat Dani-Baliem, meliputi 57 jenistanaman budidaya dan 531 jenis sisanya merupakanjenis tumbuhan liar. Dari sejumlah jenis tumbuhanberguna tersebut yang digunakan dalam kehidupansehari-hari tidak lebih dari 10 %. Pemanfaatan jenistumbuhan hutan semakin berkurang jumlahnya denganmasuknya berbagai jenis tanaman pangan. Namunsebaliknya untuk jenis tumbuhan penghasil kayu bahanbangunan dan kerajinan, intensitas dan kuantitaspengambilan dari hari ke hari semakin tinggi yangmenyebabkan kerusakan hutan di sekitar LembahBaliem. Hal ini dipicu oleh pertambahan jumlahpenduduk, migrasi, tekanan ekonomi dan terbukanyakawasan Lembah Baliem dari keterisolasiannya.

Kerusakan lingkungan terutama hilangnyahutan primer dari kawasan Lembah Baliem, padaprinsipnya disebabkan oleh dua hal yaitu : pertama,disebabkan oleh aktivitas pertanian tradisional yang

semakin hari memerlukan lahan yang lebih luas untukmemenuhi kebutuhan akan pangan, sedangkan luaslahan di Lembah Baliem sangat terbatas ; kedua,disebabkan oleh kegiatan eksploitasi sumber dayatumbuhan. Terdapatnya indikasi terjadinyapeningkatan upaya eksploitasi jenis tumbuhanberpotensi ekonomi secara berlebihan, hal ini dipicuoleh permintaan akibat upaya pembangunan kawasanperkotaan dan sekitarnya.

Aktivitas pertanian tradisional masyarakatDani-Baliem, memberikan pengaruh pada dua halyang saling berlawanan terhadap keanekaragamanjenis tumbuhan di kawasan lembah. Di satu sisikegiatan pertanian menyebabkan degrasi dankepunahan beberapa jenis tumbuhan hutan terutamajenis-jenis tumbuhan yang memiliki potensi ekonomi.Di sisi lain kegiatan pertanian juga dapatmengakibatkan adanya peningkatan keanekaragamanjenis tanaman budidaya, baik pada tingkat jenismaupun kultivarnya.

Aktivitas masyarakat Dani-Baliem selain dapatmemberikan pengaruh terhadap penurunankeanekaragaman jenis tumbuhan alami dan dapat pulameningkatkan keanekaragaman pada tingkat jenis dankultivar tanaman budidaya, juga dapat memperkayakeanekaragaman di tingkat ekosistem. Artinya aktivitastersebut mengakibatkan terbentuknya beberapasatuan lingkungan baru yang memiliki komposisifloristik spesifik. Akan tetapi aktivitas masyarakattersebut dapat pula menyebabkan kemundurankualitas lingkungan ditinjau dari aspek fisik, kimia danbiologinya, misalnya kemunduran kesuburan lahan,terjadinya erosi, dan berkurangnya dan bahkanhilangnya jenis-jenis tumbuhan alami. Bentuk satuanlingkungan yang terdapat di kawasan Lembah Baliempada saat ini seperti hutan primer, hutan sekunder,mintakat peralihan, tempat keramat, lingkunganpemukiman, dan lingkungan pertanian (kebun ubi jalar,lahan kering, pesawahan, kebun sayur) merupakanfaktor penting dalam membentuk keanekaragaman diwilayah Lembah Baliem. Keanekaragaman tersebutmerupakan modal awal untuk mengembangkanwilayah tersebut melalui strategi inovatif yang lebihkomprehensif bagi masyarakat Dani-Baliem.

677

Page 18: STUDIETNOEKOLOGIMASYARAKAT DANI-BALIEM DAN …

Purwanto - Etnoekologi Masyarakat Dani-Baliem

Secara garis besar masyarakat Dani-Baliemsecara tradisional belum mampu melestarikankekayaan keanekaragaman yang ada di lingkungannya.Strategi terbaik usaha pengelolaan sumber daya hayati(pengembangan, pemanfaatan dan konservasi) dikawasan ini adalah mengikutsertakan peran kulturalmasyarakat Dani-Baliem. Penguasaan pengetahuanlingkungan fisik, biologis dan lingkungan manusia dikawasan Lembah-Baliem dapat menunjang cara-carapengelolaan keanekaragaman hayati yangberkelanjutan di wilayah ini.

DAFTARPUSTAKABemmelen RW van. 1970. The Geology of Indonesia.

Vol IA, Edisi Kedua. Martinus Nijhoff.Brass LJ. 1941. Stone age agriculture in New Guinea.

Geographic Revue 31 (1941), 555-569 p.Golson J. 1977. No room at the top: agricultural

intensification in the New Guinea Highlands.In Allen, J., J. Golson and R. Jone (eds.). 1977.Sunda and Sahul: prehistoric studies inisland Southeast Asia, Melanesia, andAustralia. Academic. London.

Haberle SG, S Hope and Y Defretes. 1991. Environmentalchange in the Baliem Valley, montane Irian Jaya,Republic of Indonesia. Journal ofBiogeography 18, 25-40.

Hope G.S. 1982. Pollen from archaeological sites: acomparison of swamp and archaeological sitepollen spectra at Kosipe Mission, Papua NewGuinea. In: Ambrose W and P Duerden (Eds.).Archaeometry: an Australasian perspective.Department of Prehistory, Research School ofPacific Studies, ANU, Canberra.

Hope G.S and JH Hope. 1976. Man on Mt Jaya. TheEquatorial glaciers of New Guinea. Balkema,Rotterdam.

Hope GS and JA Peterson. 1976. Palaeoenvironments.In: Hope, G.S et al (Eds.). The EquatorialGlaciers of New Guinea. Balkema, Rotterdam.

Purwanto Y. 1997. Gestion de la biodiversity :Realations aux plantes et dynamiquesve"ge"tales chez les Dani de la valle'e de laBaliem en Irian Jaya, Indonlsie. These deDoctorat de I'Universite Pierre et MarieCurie (Paris VI). Paris. France.

Purwanto Y. 1999. Pengaruh Aktivitas MasyarakatDani-Baliem Terhadap Dinamika danKeanekaragaman Flora. Makalahdipresentasi dalam Workshop dan PromosiFlora Kawasan Timur Indonesia. KebunRay a Eka Karya Bali, 15-17 Juli 1999.UPT Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI.

Purwanto Y. 2002. The Evaluation of The CulturalSignificance of Plants in EthnobotanicalStudy of Dani-Baliem, Irian Jaya, Indonesia.Paper Presented on Internationalsymposium on Land Management andBiodiversity in Southeast Asia, Kuta, Bali,18-20 September 2002. Puslit Biologi-LIPI,Hokkaido University, Sapporo, Japan.

Schmidt FR and JA Ferguson. 1951. Rainfall typebased on wet and dry period ratios forIndonesia with Western New Guinea.Verhandelingen 42. Djawatan Meteorologidan Geofisika. Jakarta.

Soepraptohardjo, M Ismangun dan IJ Soepangat.1971. Peta tanah wilayah Wamena-Tulem(Lembah Baliem, Irian Barat). Jilid III.Departemen Pertanian. Jakarta.

Tim Peneliti Geoteknologi-LIPI. 1991. Penelitianuntuk trase jalan Wosiala-Dombomi danpengembangan wilayah daerah LembahBaliem, Wemena, Kabupaten Jayawijaya,Irian Jaya. Puslitbang Geoteknologi-LIPI.

Walker D and GS Hope. 1982. Late quaternaryvegetation history. In: JL Gressitt (Ed.).Biogeography and ecology of New Guine.Junk, The Haque.

Yen DE. 1974. The sweet potato and Oceania: anessay in ethnobotany. Bishop Museum,Honolulu, Bulletin 236.

678