studi permukiman penduduk di kecamatan tanjung …digilib.unila.ac.id/30939/21/skripsi tanpa bab...

49
STUDI PERMUKIMAN PENDUDUK DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh: Tia Angelia Putri PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2018

Upload: lengoc

Post on 30-Jul-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

STUDI PERMUKIMAN PENDUDUK DI KECAMATAN TANJUNGKARANG PUSAT KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh:Tia Angelia Putri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFIJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

2018

ABSTRAK

Oleh

TIA ANGELIA PUTRI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi permukiman kumuh di daerah

kepadatan penduduk tinggi dan penduduk rendah di Kecamatan Tanjungkarang

Pusat, dengan objek penelitian, kondisi fisik lingkungan, tata letak bangunan,

kondisi fisik bangunan dan kepadatan bangunan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah

seluruh wilayah di Kecamatan Tanjungkarang Pusat. daerah sampel Kelurahan

Kaliawi, Kaliawi Persada, Pasir Gintung, dan Durian Payung. Pengumpulan data

dilakukan dengan teknik observasi dan dokumentasi. Analisis data dengan

menggunakan deskripsi.

Hasil penelitian ini menunjukkan : (1) Karakteristik kondisi permukiman

Penduduk di kepadatan penduduk tinggi di Kecamatan Tanjungkarang Pusat

memiliki karakteristik fisik lingkungan yang kotor, kumuh, tata letak bangunan

yang tidak teratur, kondisi fisik bangunan yang sebagian besar semi permanen

serta tidak meiliki kamar mandi sendiri, dan kepadatan bangunan yang tinggi

mencapai 76-102 rumah/ha serta karakteristik kondisi permukiman penduduk di

STUDI PERMUKIMAN PENDUDUK DI KECAMATAN TANJUNGKARANGPUSAT KOTA BANDAR LAMPUNG

kepadatan penduduk rendah di Kecamatan Tanjungkarang Pusat memiliki

karakteristik fisik lingkungan yang cukup bersih, tata letak bangunan yang cukup

teratur, kondisi fisik bangunan yang sebagian besar permanen, dan kepadatan

bangunan rendah sekitar 51 rumah/ha..(2) morfologi permukiman penduduk

kumuh yang ada di Kecamatan tanjungkarang Pusat termasuk dalam kategori

Slum Area.

Kata Kunci : permukiman, penduduk, kumuh

ABSTRACT

STUDY SETTLEMENT OF POPULATION IN TANJUNG KARANGCENTER DISTRICT OF BANDAR LAMPUNG CITY.

By

TIA ANGELIA PUTRI

This study aims to determine the condition of slum settlements in areas of high

population density and low population in Kecamatan Tanjungkarang Pusat, with the

object of research, physical condition of the environment, layout of buildings,

physical condition of buildings and building density.

This research uses a descriptive method. The population of this research is all areas in

Tanjungkarang Sub-district. sample areas Kaliawi, Kaliawi Persada, Pasir Gintung,

and Durian Payung. Methods of data collection used observation, and documentation.

Technique, data analysis used analysis descriptions.

The results of this study show: (1) Characteristic of settlement condition Population in

high population density in Kecamatan Tanjungkarang Pusat have physical

characteristic of dirty environment, slums, irregular building layout, physical

condition of building which mostly semi permanent and not own bathroom, and the

high building density reaches 76-102 houses / ha and the characteristics of population

condition in low population density in Kecamatan Tanjungkarang Pusat have clean

physical characteristic, fairly regular layout, physical condition of most permanent

buildings, and density of low buildings about 51 houses / ha. (2) morphology of slum

settlement in Kecamatan tanjungkarang Center included in Slum Area category.

Keywords: settlements, residents, slums

STUDI PERMUKIMAN PENDUDUK DI KECAMATAN TANJUNG

KARANG PUSAT KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh:

Tia Angelia Putri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 02

Maret 1993, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara,

pasangan Bapak Angky Ardinal dan Ibu Rostati Sirad.

Penulis telah menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri

2 Palapa tahun 2005, pendidikan menengah pertama di

SMP Negeri 25 Bandar Lampung tahun 2008, dan pendidikan menengah atas di

SMA Negeri 3 Bandar Lampung tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis diterima

menjadi mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung melalui jalur SNMPTN Tertulis.

MOTTO

“jangan pernah takut untuk memulai, dan mencoba lakukan yangterbaik dalam segala hal dengan diiringi doa ”

(Penulis)

PERSEMBAHAN

Ayahnda dan Ibunda TersayangAlmamater tercinta Universitas Lampung.

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat

untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis mengucapkan terimakasih kepada

Bapak Drs. Edy Haryono, M.Si., selaku Pembimbing Akademik serta selaku

Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,

memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi

terselesaikannya skripsi ini. Bapak Drs. Sudarmi, M.Si., selaku Dosen

Pembimbing II, dan Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Dosen Pembahas

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan

perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi

ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak. Dr. Abdurahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan

Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. H. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan

dan Umum Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi yang telah memberikan bimbingan, dan kemudahan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen program Studi Pendidikan Geografi di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmu pengetahuan

yang berharga bagi masa depan penulis.

8. Bapak dan Ibu tercinta, yang tak henti menyayangiku, memberikan do’a, dan

semangat untukku.

Semoga semua bantuan yang telah diberkan mendapat pahala dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, 26 Maret 2018Penulis,

Tia Angelia Putri

xv

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xix

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4

C. Rumusan Masalah .................................................................................. 5

D. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6

F. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Permukiman....................................................................................... 8

2. Permukiman Kumuh.......................................................................... 9

3. Ciri-ciri Permukiman Kumuh............................................................ 11

4. Faktor Penyebab Terjadinya Permukiman Kumuh ........................... 12

5. Morfologi Permukiman Kumuh ........................................................ 13

6. Klasifikasi Kepadatan penduduk ....................................................... 15

7. Klasifikasi Kepadatan Bangunan....................................................... 15

8. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Rumah dengan Masyarakat

Berpenghasilan Rendah...................................................................... 15

xvi

9. Persyaratan Kelayakan Rumah dan Kesehatan Rumah..................... 16

10. Penetapan Luas dan Ruangan Rumah yang Layak ....................... 17

11. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 18

B. Kerangka Pikir ....................................................................................... 19

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian................................................................................... 20

B. Populasi dan Sampel ............................................................................. 20

1.Populasi ............................................................................................... 20

2.Sampel ................................................................................................ 22

C. Lokasi Penelitian.................................................................................... 22

D. Definisi Operasional Variabel................................................................ 24

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 25

F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ..................................................... 27

1.Letak Geografis dan Batas Wilayah.................................................... 27

2.Topografi ............................................................................................ 29

3.Administrasi Pemerintahan ................................................................. 29

4.Demografi .......................................................................................... 30

5.Sosial Budaya...................................................................................... 31

a.Pendidikan ...................................................................................... 31

b.Agama............................................................................................. 31

c.Kesehjateraan Sosial ...................................................................... 32

d.Pariwisata........................................................................................ 33

6.Perekonomian...................................................................................... 34

7.Pemerintahan....................................................................................... 35

8.Permasalahan ...................................................................................... 36

a.Kemacetan Lalu Lintas ................................................................... 36

xvii

b.Anak Jalanan................................................................................... 37

c.Pedagang Kaki Lima ...................................................................... 37

d.Kebersihan ...................................................................................... 37

B. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian ................................................................................ 37

a. Kondisi Permukiman Penduduk di Kecamatan TanjungkarangPusat ............................................................................................ 37

1) Kondisi Permukiman Penduduk Tinggi di KecamatanTanjungkarang Pusat ............................................................... 37a) Kondisi Fisik Lingkungan ............................................... 37

b) Tata Letak Bangunan....................................................... 43

c) Kondisi Fisik Bangunan .................................................. 45

d) Kepadatan Bangunan....................................................... 49

2) Kondisi Permukiman Penduduk Rendah di Kecamatan

Tanjungkarang Pusat ............................................................. 53

a. Kondisi Fisik Lingkungan ............................................... 53

b. Tata Letak Bangunan....................................................... 56

c. Kondisi Fisik Bangunan .................................................. 57

d. Kepadatan Bangunan....................................................... 61

b. Morfologi Permukiman Penduduk di Kecamatan Tanjungkarang

Pusat.............................................................................................. 63

2. Pembahasan...................................................................................... 64

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 68

B. Saran.............................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas Ruang per Jenis Ruangan ..................................................................... 17

2. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 18

3. Tinggi Rata-rata dari Permukaan Laut dan Luas Daerah menurut Kelurahan

di Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Tahun 2016......................................... 29

4. Jumlah Penduduk menurut Kelurahan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat

Tahun 2016 .................................................................................................... 30

5. Jumlah Penduduk menurut kelurahan, Jenis Kelamin, dan Sex Ratio

Di Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Tahun 2016........................................ 30

6. Jumlah Tempat Peribadatan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat ................ 31

7. Jumlah Sarana Layanan Keluarga Berencana di Kecamatan Tanjungkarang

Pusat ............................................................................................................... 32

8. Sarana Pariwisata di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2016 ............ 33

9. Pasar Tradisional menurut Lokasi di Kecamatan Tanjungkarang Pusat

Tahun 2016 ..................................................................................................... 34

10. Pasar Modern/Swalayan/Mall menurut Lokasi di Kecamatan

TanjungKarang Pusat Tahun 2016.................................................................. 35

11. Kepadatan Bangunan/ha.................................................................................. 49

12. Kepadatan Bangunan/ha.................................................................................. 61

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ......................................................................................... 19

2. Populasi ..................................................................................................... 21

3. Sampel ...................................................................................................... 23

4. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 28

5. Kondisi Lingkungan di Kelurahan Kaliawi ............................................. 38

6. Kondisi Parit di Kelurahan Kaliawi ......................................................... 39

7. Kondisi Lingkungan Permukiman yang Menjadi di Kelurahan Kaliawi

Satu dengan Pasar Tempel di Kelurahan Kaliawi .................................... 39

8. Keadaan Lingkungan Gang di Kelurahan Kaliawi .................................. 40

9. Kondisi Lingkungan Jalan di Kelurahan Kaliawi .................................... 41

10. Kondisi Jalan yang Dijadikan Tempat Pembuangan sampah

di Kelurahan Kaliawi Persada.................................................................. 42

11. Kondisi Ruang Terbuka yang di jadikan Tempat Pembuangan barang

Tidak Terpakai di Kelurahan Pasir Gintung ............................................. 42

12. Kondisi Tata Letak Bangunan di Kelurahan Kaliawi persada ................. 43

13. Kondisi Tata Letak bangunan di Kelurahan Pasir Gintung .................... 44

14. Kondisi Fisik Bangunan di Kelurahan Pasir Gintung .............................. 45

15. Kondisi Fisik Bangunan MCK di Kelurahan Pasir Gintung..................... 46

16. Kondisi Fisik Bangunan di Kelurahan Kaliawi ........................................ 47

17. Kondisi Fisik Bangunan di Dalam Rumah di Kelurahan Kaliawi ............ 47

18. Kondisi MCK di Kelurahan Kaliawi......................................................... 48

19. Kondisi Fisik Bangunan Toilet Umum di Kelurahan Kaliawi.................. 48

20. Kepadatan Bangunan di Kelurahan Pasir Gintung Menyebabkan Atap

Rumah berhimpit....................................................................................... 50

xx

21. Kepadatan Bangunan di Kelurahan Pasir Gintung.................................... 50

22. Kepadatan Bangunan di Kelurahan Kaliawi Persada dari Atas ................ 51

23. Kondisi Fisik Bangunan di Kaliawi Persada Dilihat dari Samping ......... 51

24. Kepadatan Bangunan di Kelurahan Pasir Gintung muka depan Rumah

Berhadapan Langsung dengan Atap rumah Lain ...................................... 52

25. Kepadatan Bangunan di Kelurahan Kaliawi di Sekitar Pasar Tempel..... 52

26. Kondisi Fisik Lingkungan di Kelurahan durian Payung........................... 53

27. Kondisi Fisik Lingkungan Jalan di Kelurahan Durian Payung................. 54

28. Kondisi Fisik Lingkungan Kali di Kelurahan Durian Payung .................. 55

29. Kondisi Lingkungan Parit di Kelurahan Durian Payung .......................... 55

30. Kondisi Fisik Lingkungan Rumah di Kelurahan Durian Payung ............. 56

31. Kondisi Tata Letak Bangunan di Kelurahan Durian Payung.................... 57

32. Kondisi Fisik Bangunan Permanen di Kelurahan Durian Payung ............ 58

33. Kondisi Fisik Bangunan Semi Permanen di Kelurahan Durian Payung... 59

34. Kondisi Bangunan di Kelurahan Durian Payung ...................................... 60

35. Kondisi Kepadatan Bangunan di Kelurahan Durian Payung .................... 62

36. Permukiman di Sepanjang Kali................................................................. 63

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota merupakan suatu daerah yang memiliki jumlah penduduk yang padat,

masyarakat yang heterogen, mata pencaharian masyarakat dibidang non agraris,

sebagai pusat pemerintahan. Hal ini sesuai dengan pengertian kota menurut

Bintarto dalam Rinaldi Mirsa (2012:11).

Dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu system jaringan kehidupanyang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnaidengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis ataudapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yangcukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen danmaterialistis dibandingkan dengan daerah di belakangnya.

Kota memiliki kegiatan ekonomi yang sangat beragam dengan dominasi di sektor

nonpertanian, seperti perdagangan, perindustrian, pelayanan jasa, perkantoran,

pengangkutan. Perbedaan tingkat sosial ekonomi misalnya tingkat penghasilan,

tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.

Masyarakat di daerah perkotaaan memiliki persaingan yang tinggi dalam

mendapatkan pekerjaan orang yang memiliki skill dan pengetahuan dapat berkerja

di sektor formal yang memiliki pendapatan tinggi dan sebaliknya orang yang

2

tidakmemiliki pengetahuan dan skill berkerja di sektor non formal dengan

pendapatan yang tidak tetap.

Di daerah perkotaan yang padat penduduk dengan lahan permukiman yang sempit

mengakibatkan permintaan akan rumah meningkat dan menjadikan tingginya

harga tanah dan rumah, untuk para masyarakat yang berkerja di sektor formal

mendapatkan rumah yang layak memang mudah, namun untuk para masyarakat

yang berkerja di sektor non formal mereka mencari cara untuk dapat memiliki

tempat tinggal. Mereka mendirikan tempat tinggal di daerah illegal seperti

bantaran sungai, bantaran rel kereta api. Sebagian lagi mendirikan rumah di

daerah legal yaitu pusat kota sehingga pusat kota menjadi suatu kawasan

permukiman akan menerima beban yang melebihi kemampuan daya dukung

lingkungannyadan cenderung menjadi kumuh.Hadi Sabari Yunus (2008:237)

mengemukakan :

Ketiadaan tata ruang permukiman mikro dalam hal arsitektur, tata letakbangunan, kepadatan bangunan, ukuran bangunan, tinggi bangunanperimbangan lahan terbuka dan terbangun dalam tiap persil lahan akanmenghasilkan permukiman kumuh dan permukiman ini telahmenghiasi kota-kota negara berkembang. Permukiman kumuhdimaksud adalah suatu permukiman yang secara fisikal material,fasilitas permukiman, dan lingkungannya berada di bawah standardkelayakan.

Salah satu perkotaan yang memiliki presentase penduduk yang persebarannya

kurang sesuai dengan jumlah lahan yang ada, yaitu kota Bandar Lampung.

Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus ibu kota provinsi

Lampung.Bandar Lampung merupakan kota terbesar dan terpadat ketiga di

Sumatera setelah Medan, Palembang menurut jumlah penduduk, dan merupakan

salah satu kota terpadat dan terbesar di luar Pulau Jawa.

3

Kota Bandar Lampung memiliki jumlah penduduk sebesar 1.166.761 jiwa, dengan

luas wilayah 165 km2 dan kepadatan penduduk 8.965 jiwa/km2. Kota Bandar

Lampung merupakan pintu gerbang utama menuju ke Pulau Sumatera, sehingga

merupakan jalur transportasi antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Sehingga

memiliki jalur lalu lintas yang ramai,

Kota Bandar Lampung memiliki wilayah administratif yang terbagi dalam 20

kecamatan dan 126 kelurahan. Dengan jumlah penduduk yang terus tumbuh pesat

kenaikannya, bahkan pertumbuhan penduduk mencapai 1,1%/tahun.

Mengakibatkan kebutuhan akan lahan sebagai tempat tinggal semakin tinggi,

sehingga harga tanah dan perumahan melonjak naik. Terlebih harga tanah yang

berada di pusat-pusat Kota Bandar Lampung.

Kecamatan Tanjungkarang Pusat merupakan salah satu kecamatan yang berrada

di pusat Kota Bandar Lampung. Kecamatan Tanjungkarang pusat juga sebagai

pusat perdagangan di kota Bandar Lampung yang juga sebagai pusat

perbelanjaan di Kota Bandar Lampungdi mana banyak terdapat supermarket,

pasar bambu kuning yang merupakan pasar terbesar di Kota Bandar Lampung

juga ruko-ruko yang berjajar dihampir setiap bagian-bagian yang ada di jalan-

jalan utama kota Bandar Lampung.

Kepadatan Penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan

luas wilayah suatu daerah. Kepadatan penduduk di Kecamatan Tanjungkarang

Pusat terbesar berada di Kelurahan Kaliawi Persada, kepadatan penduduk yang

tinggi di Kelurahan Kaliawi Persada disebabkan luas wilayah yang digunakan

untuk permukiman penduduk yang kecil, yaitu 0,13KM2. Sedangkan kelurahan

4

yang paling rendah kepadatan penduduknya berada di Kelurahan Kelapa Tiga

yang merupakan kelurahan yang memiliki luas terbesar dibanding kelurahan yang

lainnya. Luas Kelurahan Kelapa Tiga memiliki luas hampir 30% dari luas wilayah

kecamatan Tanjungkarang Pusat.

Permukiman penduduk di kecamatan Tanjungkarang Pusat yang memiliki jumlah

penduduk yang tinggi dan merupakan daerah yang berada di pusat kota

menjadikan harga lahan/tanah yang sangat mahal mengakibatkan terjadinya

permasalahan permukiman dan kependudukan.Bangunan-bangunan yang

didirikan untuk permukiman di Kecamatan Tanjungkarang Pusat merupakan

kawasan permukiman yang terbentuk tidak direncanakan, karena kebanyakan

rumah-rumah yang ada bukan wilayah perumahan yang direncanakan

pembentukannya, Sehingga, memiliki permasalahan-permasalahan permukiman

di dalamnya.

Berdasarkan latar belakang masalah tentang permukiman penduduk di kecamatan

Tanjungkarang Pusat Kota Bandar Lampung tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengangkat masalah ini dalam bentuk penelitian skripsi dengan judul “Studi

Permukiman Penduduk di Kecamatan Tanjungkarang Pusat Kota Bandar

Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat

diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Kepadatan Pendudukang tinggi

5

2. Permukiman pendudukyang kurang memadai

3. Kondisi fisik lingkungan yang kurang memadai, tidak memiliki sarana dan

prasarana yang lengkap dan tidak memenuhi standar teknis lingkungan yang

sehat

4. Tata Letak bangunanyang tidak teratur, di mana muka rumah berhadapan

dengan belakang rumah orang lain.

5. Kondisi fisik bangunanyang bersifat non permanen (dinding bukan tembok)

dan semi permanen.

6. Kepadatan bangunan yang mencapai death point/saturated point di mana

kondisi rumah yang permanen dan bagus tampak terlihat kumuh karena

lingkungan sekitarnya.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kondisi Permukiman Penduduk di Kecamatan Tanjungkarang

Pusat Kota Bandar Lampung?

2. Bagaimana Morfologi Permukiman Penduduk di Kecamatan Tanjungkarang

Pusat Kota Bandar Lampung?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui kondisi permukiman penduduk di kecamatan

Tanjungkarang Pusat Kota Bandar Lampung

2. Untuk mengetahui morfologi permukiman di kecamatan Tanjungkarang Pusat

Kota Bandar Lampung

6

E. Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

2. Sebagai aplikasi ilmu mengetahui masalah permukiman kumuh di perkotaan

khususnya di kecamatan Tanjungkarang Pusat

3. Sebagai masukkan kepada pemerintah yang berwenang dalam menyusun dan

menentukkan kebijakan pemerataan kesehjateraan masyarakat.

4. Sebagai masukkan gambaran kepada pemerintah tentang kondisi permukiman

penduduk di kecamatan Tanjungkarang Pusat kota Bandar Lampung

F. Ruang Lingkup Penelitian

a. Ruang lingkup subjek penelitian

permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,

baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

b. Ruang lingkup objek penelitian

Kondisi permukiman penduduk

c. Tempat penelitian yaitu di kecamatan Tanjungkarang Pusat kota Bandar

Lampung daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, Kelurahan Kaliawi,

Kelurahan Kaliawi Persada, dan Kelurahan Pasir Gintung. Daerah kepadatan

penduduk rendah yaitu, Kelurahan Durian Payung

d. Waktu penelitian yaitu tahun 2016

7

e. Bidang Ilmu

Permukiman Penduduk merupakan suatu permasalahan yang terjadi hampir di

setiap perkotaan. Permukiman merupakan salah satu kajian dalam Geografi

Desa Kota, di mana permukiman merupakan tempat tinggal masyarakat baik

di daerah pedesaan maupun perkotaan.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Permukiman

Permukiman adalah suatu tempat tinggal penduduk di suatu daerah dengan

lingkungan dan pola kehidupan penduduk yang berbeda-beda. Permukiman

memiliki karakteristik fisik dan karakteristik sosial didalamnya.

Pengertian permukiman yang dikemukakan oleh Feriza Masra (2001: 71), yaitu

suatu keadaan atau tempat di mana manusia dapat menetap/tinggal pada

kedudukan yang tetap sehingga keluarga dapat berkembang secara harmonis

dalam keadaan yang menguntungkan.

Permukiman berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1982

tentang perumahan dan permukiman, permukiman adalah bagian dari lingkungan

hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun

pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

[[[[

Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 2011 (2011:3) tentang perumahan dan

kawasan permukiman, permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang

terdiri atas lebih dari satu satuan rumah yang mempunyai prasarana, sarana,

9

fasilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan

perkotaan atau kawasan pedesaan.

Koestoer dikutip dari Aulianis (2009:6) mengkategorikan permukiman sebagai

berikut :

1. Permukiman teratur, yaitu permukiman yang dibangun secara berencana,dengan bangunan dan jaringan jalan yang berkualitas baik.

2. Permukiman tidak teratur, yaitu permukiman yang dibangun secara tidakberencana, bangunan dan jaringan jalannya pun bervariasi, ada yangberkualitas baik, sedang, ataupun kurang baik.

Elemen-elemen permukiman menurut Endy Suparno (2006:39) sebenarnya

permukiman terdiri dari beberapa unsur antara lain :

1. Alam yang terdiri dari geologi, topografi, tanah, air, tumbuh-tumbuhan,hewan, dan iklim.

2. Manusia yang merupakan pelaku utama kehidupan3. Masyarakat merupakan kesatuan sekelompok orang (keluarga) dalam

suatu permukiman yang membentuk suatu komunitas tertentu.4. Bangunan (rumah) merupakan wadah bagi manusia (keluarga)5. Networks merupakan sistem buatan maupun alam yang menyediakan

fasilitas untuk operasional suatu wilayah permukiman. Contoh : sistemjaringan air bersih, sistem jaringan listrik, drainase, sistem transportasi,sistem komunikasi, dan sebagianya.

Jadi, permukiman adalah tempat bermukimnya manusia dan memiliki batas-batas

wilayah tertentu. Permukiman memiliki beberapa unsur, yaitu manusia sebagai

subjek dan rumah sebagai objek selain itu terdapat unsur alam, masyarakat dan

jaringan (jaringan telepon, jaringan listrik, jaringan jalan, jaringan aliran air).

2. Permukiman Kumuh

Menurut UU No. 1 Tahun 2011 (2011:4)Tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak

hunikarena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,

10

dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Permukiman kumuh menurut Endy Suparno (2006:36) : Permukiman kumuh

dapat mengakibatkan kehidupan sosial yang tidak teratur, tingkat ketersediaan

fasilitas umum dan fasilitas sosial yang rendah, kurangnya Infrastruktur, tata guna

lahan yang tidak teratur, kondisi rumah yang kurang sehat diakibatkan

terhalangnya sinar matahari yang masuk ke dalam rumah.

Permukiman kumuh menurut BianpoendalamAulianis (2009-8):

permukiman kumuh merupakan Lingkungan permukiman yang kondisi tempattinggal atau huniannya berdesakkan, luas rumah tidak sebanding dengan jumlahpenghuni, rumah berfungsi sebagai tempat istirahat dan melindungi diri daripanas, dingin dan hujan, lingkungan dan tata permukimannya tidak teratur,bangunan sementara, tanpa perencanaan, prasarana kurang (MCK air bersih,saluran buangan, listrik, gamg lingkungan jorok dan menjadi sarang penyakit),fasilitas sosial kurang (sekolah, rumah ibadah, balai pengobatan), matapencaharian tidak tetap dan usaha non-formal, tanah bukan milik penghuni,pendidikan rendah, penghuni sering tidak tercatat sebagai warga setempat, rawankebakaran, banjir dan rawan terhadap timbulnya penyakit.

Penduduk yang tinggal di permukiman kumuh (slum area) umumnya mereka

adalah pekerja lepas, buruh, pedagang tidak tetap , pegawai golongan rendah,

yang tidak memiliki gaji cukup untuk memenuhi kebutuhan akan rumah.Rumah

dilahan sekitar perkotaan atau di pusat kota memiliki harga yang sangat tinggi

sedangkan, Gaji mereka hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari dan biaya

pendidikan. Penduduk yang memiliki gaji rendah tidak memiliki ckup uang untuk

ongkos transportasi jika mereka memiliki rmah yang jauh dari pusat kota.

Akhirnya, penduduk yang memiliki gaji kecil mendirikan rumah di lahan-lahan

terbuka dengan fasilitas seadanya, tanpa memikirkan kenyamanan,

pencahayaandan kesehatan.Selain itu, biasanya mereka mendirikan rumah bukan

11

di lahan mereka sendiri, melainkan di lahan-lahan orang lain atau lahan milik

pemerintah.

3. Ciri-ciri Permukiman Kumuh

Ciri-ciri permukiman kumuh Hadi Sabari Yunus(2008:238) kampung atau

permukiman kumuh memiliki ciri-ciri :

1) Kondisi fisik Lingkungana. Tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatanb. Prasarana, fasilitas dan utilitas lingkungan sangat kurangc. Kondisi fisik lingkungannya berada di bawah standard

2) Tata Letak BangunanSangat tidak teratur dan hal ini dapat terjadi karenaperkembangan/pertambahan bangunan berjalan dengan sendirinya tanpamengikuti pedoman tetentu. Di samping tata letak bangunan, tataarsitekturalnya, tata persilnya juga sangat tidak beraturan. Tiadanya tataruang permukiman mikro menjadi penyebab utamanya

3) Kondisi fisik bangunan sangat buruk dan bahan bangunan atau materialbangunan bersifat non permanen dan semi permanen. Namun demikianperlu ingat bahwa pada wilayah permukiman yang telah mencapai deathpoint/saturated point dalam hal kepadatan bangunannya jugamenunjukkan gejala taudifikasi walaupun bahan bangunannya bersifatpermanen. Di samping itu penyebab eksternal seperti penggenangan danpenuaan bangunan juga berpotensi menyebabkan terciptanya permukimankumuh walaupun bahan bangunannya permanen.

4) Kepadatan penduduk sangat tinggi di mana melebihi 500 jiwa per hektar5) Kepadatan bangunan juga sangat tinggi bahkan di beberapalokasi sudah

mencapai death point/saturated point6) Fungsi-fungsi kekotaan di dalamnya sangat bercampur baur satu sama lain

dalam tatanan yang sangat tidak beraturan

Ciri-ciri permukiman kumuh menurut James C. Synder dan Anthony J. Catanase

(1992:128) didefinisikan:

a. Padat bangunannya atau padat orangnya dalam satu bangunan ataukeduanya

b. Miskin fasilitas dan pelayanan sosial, bangunan rumah yang tidak baiksanitasinya, tidak memiliki mck, dan terbuat dari bahan tidak baik

c. Pada umumnya kotor dengan tingkat kesehatan masyarakat rendahd. Penduduk memiliki kebiasaan menyimpang

12

Jadi, berdasarkan ciri-ciri permukiman kumuh menurut para ahli dapat

disimpulkan, ciri-ciri permukiman kumuh terbagi menjadi dua yaitu ciri-ciri fisik

dan ciri-ciri sosial ekonominya. Ciri-ciri fisik permukiman kumuh, kurangnya

fasilitas dan utilitas lingkungan, kepadatan bangunan yang tinggi, lingkungan

yang kotor, kondisi fisik bangunan yang kurang layak, dan tata letak bangunan

yang tidak teratur. Sedangkan, ciri-ciri sosial ekonomi masyarakat permukiman

kumuh tingkat kesadaran kebersihan yang rendah, tingkat kesehatan masyarakat

yang rendah, dan penduduk memiliki kebiasaan yang menyimpang.

4. Faktor Penyebab Terbentuknya Permukiman Kumuh

Penyebab permukiman kumuh Endy Suparno (2006:44) antara lain :

1. Faktor ekonomi dan sosial

2. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali

3. Tingginya angka urbanisasi

4. Laju inflasi yang tinggi

Penyebab keberadaan permukiman kumuh menurut khomarudin dikutip dari

RahardjoAdi Sasmita (2012:14) antara lain :

a. Tingkat urbanisasi dan migrasi yang tinggi, terutama kelompokmasyarakat berpenghasilan rendah

b. Sulitnya mencari pekerjaan, sulitnya mencicil atau menyewa rumahc. Kurang tegasnya pelaksana peraturan perundang-undangand. Perbaikan lingkungan yang hanya dilakukan oleh para pemilik rumah dan

dispin warga yang lemahe. Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah

Permukiman kumuh umumnya banyak terbentuk di kota-kota besar akibat dari

besarnya migrasi dari desa ke kota. Umumnya urbanisasi tersebut mencari

kehidupan yang layak di kota, namun karena tidak memiliki keterampilan dan

13

keahlian khusus menjadikan para migrasi tersebut tidak dapat bersaing dalam

kehidupan kota dan akhirnya mereka menjadi buruh, pedagang kali lima ataupun

pemulung yang memiliki penghasilan kecil sehingga tidak dapat membeli rumah

yang layak. Biasanya mereka mendirikan gubuk-gubuk kecil di daerah milik

orang lain atau milik pemerintah seperti bantaran sungai, bantaran rel.

5. Morfologi Permukiman kumuh

Berdasarkan pola morfologinya Bintartodikutip dari Wahyuni (2012:16),

permukiman kumuh dapat dibedakan menjadi enam kategori, yaitu :

a. Memanjang di sepanjang jalan

b. Memanjang di aliran sungai

c. Memanjang di lereng gunung (Radial)

d. Tersebar

e. Memnajang di pinggir pantai

f. Memanjang di sepanjang jalan rel kereta api

Tipologi permukiman kumuh menurut Saraswati dalam Aulianis (2009:10) dapat

dibedakan dalam dua tipe, yaitu squatter area dan slum area.

a. Squater Area

Squatter area merupakan permukiman kumuh yang dibangun di suatu

kawasan atau daerah permukiman atau tempat-tempat terlarang dan bersifat

illegal atau liar. Permukiman kumuh yang termasuk tipe squatter area

mempunyai kondisi fisik, geografis dan status berikut:

1. Kondisi fisik squatter area antara lain ;

14

a. Permukiman tidak layak menuerut peruntukan ruangb. Permukiman yang padat penduduknyac. Permukiman dengan prasarana sanitasi tidak berfungsi baikd. Permukiman yang belum tersentuh oleh program peremajaan kota atau

program perbaikan kampunge. Permukiman dengan tata letak tidak teraturf. Permukiman yang kondisi fisik bangunannya buruk

2. Kondisi geografis squatter area, antara laina. Permukiman kumuh yang berlokasi di kawasan bantaran sungai atau

area selebar 15 meter di kiri dan kanan sungai. Kawasan bantaransungai dilarang untuk didirikan bangunan atau sebagai lokasipermukiman, karena daerah kawasan rawan banjir. Penduduk padapermukiman. Karena daerah kawasan rawan banjir. Penduduk padapermukiman di bantaran sungai biasanya membuang sampah rumahtangga ke sungai, sehingga menyebabkan polusi air sungai.

b. Permukiman kumuh yang berlokasi di pinggiran rel kereta api, dibawah jaringan listrik tegangan tinggi, di daerah jalur hijau, di tempatfasilitas umum, baik yang sudah terbangun maupun belum terbangun.

3. Status permukiman kumuh yang termasuk squatter area biasanyamenempati daerah yang dilarang atau illegal, sehingga tidak ada statuskepemilikan rumah. Contoh permukiman yang menempati tanahatau miliknegara atau badan-badan usaha lain baik pemerintah maupun swasta yangbelum dibangun atau lahannya masih kosong.

4. Penyebab terjadinya squatter area diantaranya :a. Faktor sosial ekonomi yang kurang menguntungkanb. Kesempatan kerja/pengangguranc. Perbedaan antara khayalan dan kenyataan kaum pendatang dan ada

keengganan kembali ke desa karena malud. Pertambahan penduduk yang tidak seimbang dengan sarana ruang

yang )

e. Tenaga kerja tanpa keterampilan dan pengetahuan atau pendidikankurang memadai

bSlum Area

Slum area merupakan permukiman kumuh dalam kaitannya dengan masalah

permukiman perkotaan. Apabila dilihat dari kondisi fisik lingkungan tidak

memadai, sedangkan kondisi geografisnya layak untuk dihuni. Slum area

bersifat legal secara hukum diakui kepemilikannya. Karakteristik/ciri

permukiman kumuh yang termasuk tipe Slum area menurut Bintarto

15

dalampengelolaan persampahan di daerah permukiman kumuh sebagai berikut

:

1. Daerah permukiman dengan lingkungan yang tidak sehat2. Daerah permukiman yang dihuni oleh warga kota yang gagal dalam

bidang ekonomi3. Daerah permukiman yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan negative4. Daerah permukiman yang masyarakatnya mempunyai emosi tidak stabil

6. Klasifikasi Kepadatan Penduduk

Klasifikasi kepadatan penduduk menurut BPS (2010) :

1. Kepadatan tinggi : Kepadatan penduduk > 250 jiwa/Ha

2. Kepadatan sedang : Kepadatan penduduk 150 s/d 250 jiwa/Ha

3. Kepadatan rendah : Kepadatan penduduk < 150 jiwa/Ha

7.Klasifikasi Kepadatan Bangunan

Kepadatan Bangunan memiliki pengertian bahwa rumah-rumah yang ada

memenuhi hampir semua ruang yang memungkinkan, juga termasuk kepadatan

dalam tiap-tiap oleh penghuninya. Klasifikasi Kepadatan Bangunan Menurut PU

(2012 : 9) :

a. Tinggi untuk kawasan yang kepadatan bangunan lebih dari 100 rumah per

hektar

b. Sedang untuk kawasan yang kepadatan bangunnya mencapai antara 60

rumah sampai 100 rumah per hektar

c. Rendah untuk kawasan dengan kepatan bangunannya kurang dari 60 rumah

per hektar.

8.Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Rumah dengan Masyarakat

Berpenghasilan Rendah

16

Menurut Turner dikutip dari Wahyuni (2012:9) dalam memenuhi kebutuhan akan

perumahan manusia memiliki pertimbangan yang berkaitan dengan kondisi

ekonominya. Lebih lanjut Turner menyatakan bahwa bagi penduduk dengan

berpenghasilan rendah, terdapat tiga tingkatan prioritas dalam memenuhi

kebutuhan akan perumahan, yaitu :

1. Prioritas utama adalah faktor jarak, di mana keluarga dengan pendapatanrendah cenderung meletakkan prioritas utama lokasi rumah yangberdekatan dengan tempat-tempat yang dapat memberikan merekakesempatan kerja. Kesempatan kerja ini mereka butuhkan untuk dapatbertahan hidup dan menopang kebutuhan hidup sehari-hari

2. Prioritas kedua adalah factor status lahan dan rumah3. Dan prioritas ketiga adalah bagi penduduk yang berpenghasilan rendah

dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan adalah bentuk dan kualitasrumah.

bentuk dan kualitas rumah bagi penduduk berpenghasilan rendah menjadi

prioritas terakhir dalam memenuhi kebutuhan perumahan karenabagi mereka

yang terpenting adalah tersedianya rumah sebagai tempat berlindung dan

beristirahat dalam rangka mempertahankan hidup.

9. Persayaratan Kelayakan Rumah dan Kesehatan Rumah

Rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung/bernaung dan tempat untuk

beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik rohani,

maupun sosial Imam Renaldi Mirsa (2011:22).

Persyaratan kelayakan rumah menurut Ditjen Cipta dalam Imam Renaldi Mirsa

(2011:22)

komponen yang harus dimiliki rumah sehat adalah:Fondasi yang kuat untukmeneruskan beban bangunan ke tanah dasar memberi kestabilan bangunandan

17

merupakan konstruksi penghubung bangunan dengan tanah, lantai kedap air dantidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari perkaranagn dan 25 cm dari badanjalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atauanyaman, memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi danmasuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% dari luas lantai., Dindingrumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahanangin dan air hujan, melindungidari panas dan debu dari luar serta menjagakerahasiaan penghuninya, Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terikmatahari, atap rumah yang berfungsi sebagai penahan sinar matahari.

10. Penetapan Luas dan Ruangan Rumah yang layak

Menurut Regional Housing Centre dalam Feriza Masra (2011:127) luas rumah

dan jumlah ruangan di dalam rumah yang layak untuk satu keluarga yang

terdiri dari 5 orang adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Luas Ruangan per jenis Ruangan

N Jenis Ruangan Luas Minimal(m2)

Luas Maksimal(m2)

1. Ruang Tidur 15 202. Ruang Makan 10 153. Ruang Duduk 10 154. Ruang Mandi 2 35. Dapur 4 46. Kakus 1 1,57. Gudang 2 38. Tempat Cuci 1 1,59. Serambi/Ruang Tamu 5 7

Jumlah Luas 50 70

Sumber : Feriza Masra (2011:128)

Jadi, luas minimal rumah yang layak dalam satu keluarga yang terdiri dari lima

orang anggota keluarga harus memiliki luas rumah 50 m2, sedangkan luas

maksimal adalah 70 m2 bahkan bisa lebih dari luas tersebut sesuai dengan

kemampuan keuangan sebuah keluarga. Artinya, luas rumah minimal untuk satu

orang adalah 10 m2. Luas minimal ini diperlukan untuk mendapatkan

18

kenyamanan, serta kesehatan yang memadai. Selain itu, rumah juga harus

memiliki ventilasi udara sebagai tempat pertukaran udara serta sebagai tempat

masuknya sinar matahari sehingga udara di dalam rumah menjadi bersih dan

sehat..kondisi rumah yangbersih, sehat dan memadai akan membuat kenyamanan

bagi penghuni di dalam rumah.

11. Penelitian Terdahulu

Dalam menulis penelitian ini, penelitimengacu pada penelitian-penelitian

terdahulu yang telah dibuat. Penelitian-penelitian tersebut sepert yang ada di

bawah ini :

Tabel 2. Penelitian Terdahulu

No Pengarang(Tahun)

Judul Hasil Penelitian

1. Arsalan(2006)

“PermukimanKumuh diProvinsi DKIJakarta”

permukiman kumuh di daerahpenelitian memiliki pola persebaranbergerombol dan tersebar dengankarakteristik permukiman kumuh berat,sedang, dan rendah yang dipengaruhioleh lokasi di bantaran sungai, relkereta api, gang sempit, sekitar pusatkegiatan utama, pelabuhan laut dan dibawah jalan tol.

2. Auliannis(2009)

“PermukimanKumuh di KotaBandung”

permukiman kumuh yang ada di KotaBandung tersebar secara mengelompokdan acak.

3. Wahyuni(2012)

Pola KeruanganPermukimanKumuh di KotaDepok”

Tingkatan permukiman kumuh di KotaDepok di mana permukiman kumuhberat dan sedang pada umumnya beradapada lokasi yang berjarak dekat denganbadan air dan aktifitas ekonomi

19

B. Kerangka Pikir

Penggunaan lahan di Kecamatan Tanjungkarang Pusat digunakan menjadi non

permukiman dan permukiman. Kepadatan penduduk yang tinggi di Kecamatan

Tanjungkarang Pusat mengakibatkan terbentuknya permukiman padat penduduk

dan permukiman penduduk rendah..

Dalam penelitian ini terdapat dua karakteristik pemukiman penduduk yaitu,

permukiman penduduk padat, dan permukiman penduduk rendah. permukiman

penduduk padat yaitu, permukiman dengan kepadatan penduduk lebih dari 250

jiwa/Ha Permukiman penduduk rendah dengan kepadatan penduduk kurang dari

150 jiwa/Ha. Karakteristik permukiman kumuh penduduk dapat dilihat dari,

kondisi fisik lingkungan, tata letak bangunan, kondisi fisik bangunan, dan

kepadatan bangunan. Hal ini dapat dilihat dari bagan di bawah:

Gambar 1. Kerangka Pikir

KecamatanTanjungkarang

Pusat

NonPemukiman

Tata LetakBangunan

Permukimanpenduduk

tinggi

PermukimanPenduduk

rendah

KondisiFisik

Bangunan

KondisiFisik

Lingkungan

Kepadatan

Bangunan

Pemukiman

20

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:3): Penelitian deskriptif ini

merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yangterdapat atau

terjadi di dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Dalam arti

penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data besar dalam cara deskripti semata-

mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan, mentest,

hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna atau implikasi.

Penelitian deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

permukiman kumuh yang berada di Kecamatan Tanjungkarang Pusat Kota

Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh areal Kecamatan Tanjungkarang

yang merupakan permukiman penduduk.

21

22

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel menggunakan purposive

sample yaitu, sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan

didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu

(Suharsimi, 2010;183) Teknik Purposive Sample digunakan dengan alasan bahwa

penelitian ini menitikberatkan perbedaan karakteristik permukiman kumuh di

kepadatan penduduk tinggi dan permukiman kumuh di kepadatan penduduk

rendah. Kecamatan Tanjungkarang Pusat terdapat tiga wilayah dengan wilayah

kepadatan penduduk tinggi, kepadatan penduduk sedang, dan kepadatan penduduk

rendah. Berdasarkan peta kepadatan penduduk di Kecamatan Tanjungkarang

Pusat dapat dapat diambil sampel dengan wilayah :

1. Kelurahan Durian Payung yang mewakili permukiman kumuh di kepadatan

penduduk rendah.

2. Kelurahan Kaliawi, Kelurahan Kaliawi Persada, Pasir Gintung yang mewakili

permukiman kumuh di kepadatan penduduk tinggi

C. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Kelurahan Kaliawi, Kelurahan Pasir Gintung,

dan Kelurahan Kelapa Tiga di Kecamatan Tanjungkarang Pusat Kota Bandar

Lampung.

23

24

D. Definisi Operasional Variabel

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:99), variabel adalah objek penelitian, atau apa

yang menjadi titik penelitian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah

kondisirumah, luas rumah, jumlah anggota keluarga dalam satu rumah, drainase,

kebersihan lingkungan sekitar, kondisi sarana dan prasarana lingkungan,

pekerjaan kepala keluarga,dan pendapatan kepala keluarga. Batasan-batasan

dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Permukiman dalam penelitian ini adalah permukiman penduduk yang ada di

Kecamatan Tanjungkarang Pusat Kota Bandar Lampung.

b. permukiman kumuh dalam penelitian ini adalah permukiman yang tidak layak

huni karena ketidakteraturan bangunan.

c. Kepadatan penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepadatan

penduduk tinggi dengan jumlah penduduk >250 jiwa/ha, dan kepadatan

penduduk sedang 150-250 jiwa/ha dan kepadatan penduduk rendah rendah

dengan jumlah penduduk <150 jiwa/ha.

d. Kondisi fisik lingkungan yang dimaksud yaitu, tidak memenuhi persyaratan

teknis dan kesehatan, prasarana, fasilitas, dan utilitas lingkungan sangat

kurang, dan kondisi fisik lingkungannya di bawah standar terlihat dari

lingkungan yang kotor, badan air yang banyak sampah dan berbau, lingkungan

terbuka dipenuhi barang-barang bekas, dan gang-gang yang sempit.

e. Tata Letak bangunanyang dimaksud dalam penelitian ini yaitu, tata letak yang

tidak teratur, di mana muka rumah berhadapan dengan belakang rumah orang

lain.

25

f. Kondisi fisik bangunan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rumah

permanen dinding tembok, memiliki kamar mandi sendiri di setiap rumah dan

bangunan di cat. Sedangkan semi permanen yang dimaksud dinding dari

papan, tidak memiliki kamar mandi sendiri, atau ada kamer mandi di setiap

rumah namun kondisi yang memprihatinkan dan bangunan tidak di cat.

g. Kepadatan bangunan dalam penelitian ini yaitu, kepadatan bangunan yang

mencapai death point/saturated point di mana kepadatan bangunan tinggi

yaitu kepadatan bangunan dengan jumlah lebih dari 100 bangunan rumah/ha.

Kepadatan bangunan sedang 60-100 bangunan rumah/ha. Kepadatan

bangunan rendah kurang dari 60 bangunan rumah/ha.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Menurut Soerjono Soekanto (1994: 12) data primer adalah data yang

diperoleh secara langsung.Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data yang didapat/diperoleh penulis dengan melakukan

survey langsung ke lapangan.

1. Teknik Observasi untuk mendapatkan data primer berupa hasil pengamatan

langsung yaitu gambaran kondisi lingkungan dan keseharian aktivitas

penduduk yang dilakukan oleh peneliti di daerah penelitian yaitu kecamatan

Tanjungkarang Pusat.

2. Teknik Dokumentasi untukmendapatkan data sekunder berupa gambar, foto,

gambar peta Kecamatan Tanjungkarang Pusat serta jumlah penduduk di

Kecamatan Tanjungkarang Pusat.

26

F. TeknikAnalisis Data

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis deskriptif merupakan

penggambarkan dan membandingkan informasi yang telah diperoleh dari hasil

survey lapangan. Deskripsi tersebut meliputi kondisi fisik lingkungan, tata letak

bangunan, kondisi fisik bangunan, dan kepadatan bangunan di permukiman

kepadatan penduduk tinggi dan di permukiman kepadatan penduduk rendah.

setelah mendeskripsikan hasil dari karakteristik permukiman penduduk padat dan

karakterisitik panduduk sedang dikaitkan dengan pendekatan geografi, yaitu

pendekatan keruangan. Pendekatan keruangan adalah upaya dalam mengkaji

rangkaian persamaan dari perbedaan fenomena geosfer dalam ruang. Di dalam

pendekatan keruangan ini yang perlu diperhatikan adalah persebaran penggunaan

ruang dan penyediaan ruang yang akan dimanfaatkan.

68

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai Studi Permukiman penduduk di

Kecamatan Tanjungkarang Pusat Kota Bandar Lampung, dengan menggunakan

pendekatan keruangan dapat disimpulkan bahwa:

1. Kondisi permukiman penduduk di Kecamatan Tanjungkarang Pusat terbagi

menjadi dua wilayah yaitu, permukiman penduduk di kepadatan penduduk

tinggi dan permukiman penduduk di kepadatan penduduk rendah. Kondisi

permukiman penduduk padat di Kecamatan tanjngkarang Pusat yaitu, wilayah

Kelurahan Kaliawi, Keluarahan Kaliawi Persada, dan Kelurahan Pasir

Gintung memiliki kondisi permukiman yang sebagian besar dapat dikatakan

termasuk permukiman kumuh, karena kondisi fisik lingkungan, kondisi fisik

bangunan yang kurang memadai, serta sarana mandi cuci kakus yang

digunakan bersama, serta tata letak bangunan yang tidak teratur dan

kepadatan bangunan yang tinggi.

Kondisi permukiman penduduk rendah di kelurahan Durian Payung sebagian

kecil wilayahnya juga terdapat permukiman kumuh, namun untuk kondisi

lingkungan dan kondisi bangunan sudah memadai ditandai dengan sarana

mandi cuci kakus setiap rumah memiliki. Tata letak bangunan di wilayah ini

69

juga terlihat lebih rapih dan memiliki ruang ang cukup untu dapat dilewati.

Kepadatan bangunan di wilaah ini masih termasuk kepadatan bangunan ang

rendah.

2. Morfologi permukiman kumuh yang ada di Kecamatan Tanjungkarang Pusat

termasuk dalam kategori permukiman kumuh di daerah aliran sungai.

Tipologi permukiman kumuh di Kecamatan Tanjungkarang Pusat termasuk

slum area yaitu permukiman kumuh yang merupakan masalah umum

permukiman di perkotaan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai

berikut :

1. Diharapkan kepada masyarakat yang berada di Kelurahan Kaliawi, Kelurahan

Pasir Gintung, dan Kelurahan Kaliawi Persada tidak membuang sampah ke kali

yang akan menyebabkan banjir ketika musim hujan tiba dan tidak menaruh

barang yang tidak terpakai di depan rumah agar lingkungan terlihat bersih.

2. Diharapkan kepada pemerintah terkait memberikan tempat untuk

memindahkan pasar tempel kaliawi agar sedikit mengurangi kekumuhan di

Kelurahan Kaliawi dan pemerintah juga diharapkan membangun kamar mandi

umum yang sesuai standar kebersihan di beberapa titik di sekitar Kelurahan

Kaliawi, Kelurahan Kaliawi Persada, dan Kelurahan Pasir Gintung.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Undang-undang Perumahan dan Kawasan Permukiman. UURepublik Indonesia

Anonim. 2012. Panduan Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh DaerahPenyangga Kota Metropolitan. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta

Anonim. 2016. Kecamatan Tanjung Karang Pusat dalam Angka 2016”. BPS kotaBandar Lampung. Lampung

Aulianis Dwiyangga. 2009. Permukiman Kumuh di Kota Bandung. Tesis ProgramStudi Geografi, Universitas Indonesia

Endy Suparno.2006. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. AndiOFFSET. Yogyakarta

Feriza Masra dan Suharno. 2011, Penyehatan Permukiman. Gosyen Publishing.Yogyakarta

Hadi Sabari Yunus.2008.Dinamika Wilayah Peri-Urban determinan Masa DepanKota. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

James C. syinder dan Anthony J. Catanase. 1992. Perencanaan Kota. Erlangga.Jakarta

Rahardjo Adi Sasmita. 2012. Analisis Tata Ruang Pembangunan. Graha IlmuYogyakarta

Renaldi Mirsa.2011.Elemen Tata Ruang Kota. Graha Ilmu.Yogyakarta

Rianto Adi. 2005. Metodolgi Penelitian Sosial dan Hukum. Granit:Jakarta

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT RinekaCipta. Jakarta

Wahyuni. 2012. Pola Keruangan Permukiman Kumuh di Kota Depok. TesisProgram Studi Geografi, Universitas Indonesia