studi morfometrik pendugaan bobot badan ayam … · penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara...

95
STUDI MORFOMETRIK PENDUGAAN BOBOT BADAN AYAM KAMPUNG DI CIAMIS TEGAL DAN BLITAR MELALUI ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA SKRIPSI INDAH NOVATRIAN PUTRI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Upload: danghanh

Post on 23-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i  

STUDI MORFOMETRIK PENDUGAAN BOBOT BADAN AYAM KAMPUNG DI CIAMIS TEGAL DAN BLITAR

MELALUI ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

SKRIPSI

INDAH NOVATRIAN PUTRI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 

i  

RINGKASAN

INDAH NOVATRIAN PUTRI. D1408079. 2012. Studi Morfometrik Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung CiamisTegaldanBlitar Melalui Analisis Regresi Komponen Utama. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing utama : Ir. Rini Herlina Mulyono, M.Si. Pembimbing anggota : Dr. Ir. Rukmiasih, MS.

Ayam Kampung merupakan jenis ayam lokal Indonesia yang tersebar di wilayah Indonesia. Penyebaran ayam Kampung di Ciamis, Tegal dan Blitar dapat memberikan gambaran tentang keragaman ukuran tubuh dan bobot badan ayam Kampung di pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan keterkaitan antara ukuran-ukuran linear permukaan tubuh terhadap bobot badan dan menduga bobot badan ayam Kampung berdasarkan ukuran-ukuran tersebut pada lokasi pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar. Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Manggu Sindangrasa, Imbanagara, Ciamis, Jawa Barat; di desa Dampyak, Mejasem Timur, Tegal, Jawa Tengah dan di desa Duren Talun, Blitar, Jawa Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur variabel-variabel linear tubuh ayam Kampung yang meliputi panjang femur (X1), panjang tibia (X2), panjang tarsometatarsus (X3), lingkar tarsometatarsus (X4), panjang jari ketiga (X5), panjang sayap (X6), tinggi jengger (X7) panjang maxilla (X8), panjang dada (X9), lebar dada (X10) dalam dada (X11) dan lebar pinggul (X12). Pengukuran bobot badan juga dilakukan untuk menduga berdasarkan ukuran-ukuran linear tubuh. Jumlah ternak yang diamati sebanyak 301 ekor yang terdiri atas 95 ekor ayam Kampung di lokasi pengamatan Ciamis (45 jantan dan 50 betina), 96 ekor ayam Kampung di lokasi pengamatan Tegal (20 jantan dan 76 betina) dan 110 ekor ayam Kampung di lokasi pengamatan Blitar (38 jantan dan 72 betina). Ayam Kampung yang diamati merupakan ayam Kampung dewasa tubuh dan ayam betina tidak sedang bertelur. Uji T2-Hotelling digunakan untuk mengetahui perbedaan ukuran-ukuran linear tubuh ayam Kampung yang diamati. Hasil uji T2-Hotelling menunjukkan bahwa ayam Kampung yang diamati sangat berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut karenaperbedaan lingkungan dan keputusan peternak dalam menyeleksi. Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU) digunakan untuk menduga bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran linear tubuh ayam Kampung yang diamati. Hasil perhitungan statistik menunjukkanke-12 variabel yang diamati sangat berpengaruh terhadap bobot badan ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar, baik pada jantan maupun betina. Persamaan pendugaan bobot badan melibatkan seluruh variabel yang diamati. Nilai elastisitas tertinggi tidak harus dijadikan patokan dalam pendugaan bobot badan lapang. Persamaan pendugaan bobot badan ayam Kampungjantan Ciamis;Y= 2.621,173+2,164X1+3,158X2+6,226X3+10,348X4+3,215X5 +10,176X6 0,067X7+3,560X8+3,576X9+4,732X10+4,473X11+4,051X12,sedangkan pada betinaCiamisY=2.055,540+0,770X1+2,350X2+4,482X3+11,824X4+2,496X5 +10,722X6 2,301X7+5,127X8+2,914X9+4,074X10+4,332X11+3,994X12 Persamaan pendugaan bobot badan ayam Kampung Tegal jantan didapatkan persamaan sebagai berikut: Y = 1.392,776+2,658X1 1,448X2 0,925X3+10,260X4

+3,775X5+1,824X6 2,229X7+4,832X6+0,908X9+8,225X10+5,056X11+5,779X12 pada jantansedangkan pada ayam Kampung betina diperoleh persamaan sebagai berikut ; Y= 682,681+1,153X1+1,722X2+3,498X3+1,355X4+1,483X5+2,090X6 0,766X7+5,692X8+1,613X9+3,050X10+1,629X11+2,922X12. Persamaan pendugaan bobot badan ayam Kampung Tegal jantan dan betina didapatkan masing masing: Y = 3.154,125+0,507X1+3,123X2+4,765X3+12,968X4 +1,086X5+13,785X6+9,164X7–3,435X8+5,625X9+12,045X10+5,488X11+ 11,079 X12; sedangkan pada betina Blitar diperoleh persamaan Y = 1.709,424+1,114X1 +1,675X2+3,940X3+11,829X4+2,645X5+4,076X6+7,963X7+6,307X8+2,079X9+4,353X10+2,614X11 +3,762X12 . Nilai elastisitas tertinggi yang diperoleh pada ayam Kampung Ciamis jantan adalah panjang shank sebesar 0,311; sedangkan pada ayam Kampung jantan Tegal dan Blitar terdapat pada variabel lebar dada masing-masing sebesar 0,378 dan 0,437. Ayam Kampung Ciamis dan ayam Kampung Blitar betina memiliki nilai elastisitas tertinggi pada variabel lingkar shank; yang masing-masing diperoleh sebesar 0,327; 0,333; sedangkan pada ayam Kampung Tegal betina nilai elastisitas tertinggi terdapat pada variabel panjang jari ketiga sebesar 0,228. Kata-kata Kunci: Ayam Kampung, T2-Hotelling, Analisis Regresi Komponen

Utama, Elastisitas

ABSTRACT

Study Morphometric Estimation Body Weight of Kampong Chicken In Ciamis Tegal and Blitar by Using Principal

Component Regression Analysis

Putri, I. N., R. H. Mulyono, and Rukmiasih

Kampong chicken is one of the local chicken in Indonesia which spread across the region. The spread of Kampong chicken in Ciamis, Tegal and Blitar can give andescriptionthe diversity of body size and body weight Kampong chicken on the island of Java. This study aims to determine the relationship between linear measures of body surface to body weight and body weight of chickens suspected Kampung based measurements at the observation site Ciamis, Tegal and Blitar. T2-Hotelling statistic is used to determine the difference in linear measures of body Kampong chickens were observed. T2-Hotelling statistic results showed that Kampong chickens are observed very different from one another. Difference is due to differences environment and the decision of farmers selecting. Principal Component Regression Analysis (ARKU) was used to estimate weight based on linear measures of body Kampong chickens were observed. The results of statistical calculations show that the 12 variables observed to be very influential on the weight of Kampong chicken Ciamis, Tegal and Blitar, both in males and females. The highest elasticity values obtained in the village of Ciamis male chicken is a shank length of 0,311, while the male village of Tegal chicken and Blitar contained in the variable width of the chest amounted to 0,378 and 0,437. Kampong chicken in location Blitar and Ciamis, females have the highest elasticity value in the variable shank circumference;, each of which is obtained for 0,327; 0,333, while in the village of Tegal chicken females have the highest elasticity value in the variable length of the third finger of 0,228. The highest elasticity values should not be used as reference in the estimation of body weight. increase in the % of variable can be used to predict the observed increase in body weight percentage of the value of elasticity obtained. Practicality of estimating body weight in the field are preferred.

Keywords: Kampong Chicken, T2-Hotelling, Principal Component Regression Analysis, Elasticity

STUDI MORFOMETRIK PENDUGAAN BOBOT BADAN AYAM KAMPUNG DI CIAMIS TEGAL DAN BLITAR

MELALUI ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

INDAH NOVATRIAN PUTRI

D14080079

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Judul : Studi Morfometrik Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung di Ciamis, Tegal dan Blitar Melalui Analisis Regresi Komponen Utama

Nama : Indah Novatrian Putri

NIM : D14080079

Menyetujui,

Pembimbing Utama

(Ir. Rini Herlina Mulyono, M.Si) NIP. 19621124 198803 2 002

Pembimbing Anggota

(Dr. Ir. Rukmiasih, MS) NIP. 19570405198303 2 001

Mengetahui Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Pakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr. Sc)

NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian: 3 Juli 2012 Tanggal lulus:

i  

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Nopember 1990 di Bekasi, Jawa Barat.

Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak H.

Suwarno Saleh dan Ibu Istriningsih Rahayu.

Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 2002 di SDN Jakasampurna

III Bekasi Selatan, pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2005 di

SLTPN 139 Jakarta Timur dan pendidikan menengah tingkat atas diselesaikan pada

tahun 2008 di SMAN 91 Jakarta Timur.

Penulis diterima sebagai mahasiswi Program studi Teknologi Produksi

Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada

tahun 2008. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Badan Eksekutif

Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D) periode 2009-2010 dan 2010-2011.

Penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Genetika Ternak pada tahun 2012.

Penulis menyelasaikan penelitian yang berjudul “Studi Morfometrik

Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung di Beberapa Daerah di Pulau Jawa Melalui

Analisis Regresi Komponen Utama” pada tahun 2012. Tugas akhir dalam bentuk

skripsi ini dibuat guna memperoleh gelar Sarjana Peternakan di IPB.

ii  

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya serta pertolongan dan kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “Studi Morfometrik Pendugaan

Bobot Badan Ayam Kampung di Beberapa Daerah di PulauJawa Melalui Analisis

Regresi Komponen Utama”. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada

Nabi Besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi tauladan bagi umat

manusia yang senantiasa berada di jalan Allah SWT.

Penyediaan bibit ayam Kampung masih memerlukan informasi mengenai

karakteristik morfometrik yang berhubungan dengan ukuran-ukuran linear

permukaan tubuh. Pengukuran morfometrik ukuran tubuh ayam Kampung

merupakan karakter yang secara genetik diwariskan. Pengukuran bagian-bagian

permukaan linear tubuh ayam Kampung dikaitkan dengan pendugaan bobot badan

yang merupakan acuan bagi peternak untuk penjualan ayam Kampung dalam bentuk

hidup. Penentuan keterkaitan antara ukuran dan bobot badan serta pendugaan bobot

badan pada ayam Kampungdilakukan berdasarkan Analisis Regresi Komponen

Utama (ARKU).

Pada kesempatan kali ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu, saran

dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna memperbaiki kekurangan dan

kemajuan penulis. Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para

pembaca. Amin.

Bogor, Juli 2012

Penulis

iii  

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN…………………………………………………………........ ii

ABSTRACT………………………………………………………………... iv

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………... v

RIWAYAT HIDUP………………………………………………………... vi

KATA PENGANTAR……………………………………………………... vii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….. viii

DAFTAR TABEL………………………………………………………….. x

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. xii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xiii

PENDAHULUAN……………………..…………………….…………….. 1

Latar Belakang……………………………………………………... 1 Tujuan…………..………………..…………………………........ 1

TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………... 2

Klasifikasi Penyebaran Ayam Kampung ……….…………………. 2 Pertumbuhan……………..………………………………………… 3 Ukuran Bentuk Tubuh Ayam Kampung…………………………… 3 Morfometrik……………………………………………………….. 4

Panjang Tibia...…………………………………………….. 5 Panjang Femur.…………………………………………….. 5 Panjang Sayap…………………………………................... 6 Panjang Tarsometatarsus..………………………………… 7 Lingkar Tarsometatarsus.…………………………………. 7 Panjang Maxilla……...……………………………………. 7 Panjang Jari Ketiga..………………………………………. 7 Jengger…………………………………………………….. 8 Panjang Dada………………………………………………. 9 Lebar Dada………………………………………………… 9 Dalam Dada……………………………………………….. 9

Bobot Badan………………………………………………………. 9 Statistik Deskriptif dan T2-Hotelling….…...……………….…….... 10 Analisis Komponen Utama……………...…………………………. 10 Analisis Regresi Komponen Utama……………………………….. 11

MATERI DAN METODE…………………………………………………. 12

Lokasi dan Waktu………………………………………………….. 12 Materi……………………………………………………………… 12

Ternak……………………………………………………… 12 Alat dan Bahan…………………………………………….. 12

iv  

Prosedur…………………………………………………….……… 13 Pengambilan Data..………………………………………… 13

RancangandanAnalisis Data……………………………………… 17 Statistik Deskriptif…………………………………………. 17 Statistik T2-Hotelling ……………………………………... 18 Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU)……………… 19 Korelasi antara Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh dan Bobot Badan

21

HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………. 22 Keadaan Umum Lokasi Pengamatan …………………..…………. 22 Analisis Deskriptif Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal, dan Blitar........... 26

Statistik T2-Hotelling pada Ayam Kampung yang Diamati …….. 33 Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Variabel-Variabel Pengukuran Tubuh pada Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar 35

KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. 52 Kesimpulan…………………………………………………………. 52 Saran ……………………………………………………………….. 52

UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………. 53

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 54

LAMPIRAN……………………………………………………………….. 58

v  

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rataan Ukuran Kerangka Tubuh Ayam Kampung Jantan dan Betina di Indonesia..................................................................... 4

2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan …………………... 12

3. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung Jantan dan Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis …………........ 27

4. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung Jantan dan Betina di Lokasi Pengamatan Tegal ……………….. 28

5. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung Jantan dan Betina di Lokasi Pengamatan Blitar……………….. 29

6. Korelasi antara Bobot Badan dan Beberapa Variabel Linear Permukaan Tubuh yang Berhubungan dengan Produksi pada Ayam Kampung di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar…………………………………………………………….

30

7. Rekapitulasi Hasil Analisis T2-Hotelling Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Jantan dan Betina antara Lokasi Penelitian………………………………………………..

33

8. Rekapitulasi Hasil Analisis T2-Hotelling Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Jantan antara Lokasi Penelitian ……………………………………………………….

34

9. Rekapitulasi Hasil Analisis T2-Hotelling Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Betina antara Lokasi Penelitian ……………………………………………………….

34

10. Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung Ciamis pada Jantan dan Betina ……………………..……………………………….. 36

11. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh Terhadap Bobot Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Ciamis Jantan.. 37

12. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh Terhadap Bobot Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Ciamis Betina……………………………………………………………

39

13. Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung Tegal pada Jantan dan Betina ……………………………………………………… 41

14. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh Terhadap Bobot Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Tegal Jantan… 42

15. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap Bobot Badan Ayam Kampung Ciamis Betina Tegal Jantan……. 43

16. Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung Blitar pada Jantan dan Betina ……………………………………………………… 44

vi  

17. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh Terhadap Bobot Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Blitar Jantan… 45

18. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh Terhadap Bobot Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Blitar Jantan… 47

vii  

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Ayam Kampung Betina dan Ayam Kampung Jantan ….…….. 2

2. Letak Tulang Sayap Pada Ayam Kampung ……..…………… 6

3. Bentuk Jengger pada Ayam ……................………………….. 8

4. Pengukuran Panjang Femur (A), Panjang Tibia (B), Panjang Shank (C) dan Lingkar Shank (D)……………………………. 14

5. Pengukuran Panjang Sayap(E), Panjang Maxilla (F), Tinggi Jengger (G) dan Panjang Jari Ketiga (H)…………………….. 15

6. Pengukuran Panjang Dada(I), Lebar Dada (J), Dalam Dada (K) dan Lebar Pinggul (L)……………………………………. 16

7. Peta Lokasi Desa Tanjung Manggu, Sindangrasa, Imbanagara, Kabupaten Ciamis ….………………………………………… 22

8. Kandang Ternak Ayam Kampung di Desa Tanjung Manggu Ciamis…………………………………………………………. 23

9. Peta Lokasi Desa Dampyak, Mejasem Timur, Kabupaten Tegal ………………………………………………………….. 24

10. Kandang Ayam Kampung Desa Dampyak Tegal ……………. 24

11. Peta Lokasi Desa Duren Talun, Blitar ………………………... 25

12. Kandang Ayam Kampung di Lokasi Penelitian Blitar ……….. 26

viii  

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Koefisien Keragaman Ukuran-ukuran Tubuh Ayam Kampung Jantan dan Betina pada Lokasi Ciamis, Tegal dan Blitar ……..

58

2. Korelasi antara Bobot Badan dan Beberapa Variabel Linear Permukaan Tubuh yang Berhubungan dengan Produksi pada Ayam Kampung Jantan di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar………………………………………………………..

58

3. Korelasi antara Bobot Badan dan Beberapa Variabel Linear Permukaan Tubuh yang Berhubungan dengan Produksi pada Ayam Kampung Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar………………………………………………………..

59

4. Urutan Ukuran Panjang Maxilla, Tinggi Jengger dan Panjang Jari Ketiga pada Ayam Kampung Jantan Ciamis, Tegal dan Blitar…………………………………………………………….

59

5. Urutan Ukuran Panjang Maxilla, Tinggi Jengger dan Panjang Jari Ketiga pada Ayam Kampung Betina Ciamis, Tegal dan Blitar.............................................................................................

59

6. Perhitungan Manual Statistik T2-Hotelling pada Ayam Kampung Jantan Ciamis dan Ayam Kampung Jantan Tegal …..

60

7. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung Jantan pada Lokasi Pengamatan Ciamis Berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama..….…..................................

63

8. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung Betina pada Lokasi Pengamatan Ciamis Berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama ……………………………

63

9. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung Jantan pada Lokasi Pengamatan Tegal Berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama.............................................

64

10. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung Betina pada Lokasi Pengamatan Tegal Berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama.............................................

64

11. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung pada Lokasi Pengamatan Blitar Berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama ……………………………

65

12. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung Betina pada Lokasi Pengamatan Blitar Berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama…………………………….

65

13. Perhitungan Analisis Regresi Komponen Utama Ayam Kampung Jantan di Lokasi Penelitian Ciamis…………………..

66

15. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam 72

ix  

Kampung Ciamis Jantan………………………………………..

16. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung Ciamis Betina……………….……………………….

72

17. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung Tegal Jantan …………………………………………

73

18. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung Tegal Betina …………………………………………

73

19. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung Blitar Jantan …………………………………………

74

20. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung Blitar Betina …………………………………………

74

21. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam Kampung Ciamis Jantan …………………………..

75

22. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam Kampung Ciamis Betina …………………………..

75

23. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam Kampung Tegal Jantan ………………………………….

76

24. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam Kampung Tegal Betina …………………………….

76

25. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam Kampung Blitar Jantan …………………………….

77

26. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam Kampung Blitar Betina ……………………………

77

27. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap Bobot Badan Ayam Kampung Ciamis Jantan ………………….

78

28. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap Bobot Badan Ayam Kampung Ciamis Betina …………………

78

29. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap Bobot Badan Ayam Kampung Tegal Jantan ………………….

79

30. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap Bobot Badan Ayam Kampung Tegal Betina……………………

79

31. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap Bobot Badan Ayam Kampung Blitar Jantan……………………

80

32. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap Bobot Badan Ayam Kampung Blitar Betina……………………

80

33. Formulir Isian Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung………………………………………………………..

81

 

1  

PENDAHULUAN

Latar Belakang Ayam Kampung merupakan ayam asli (native chicken) Indonesia yang telah

didomestikasi sejak dulu. Ayam Kampung memiliki produktivitas yang relatif rendah

dibandingkan dengan ayam ras luar negeri. Hal ini dikaitkan dengan sistem

pemeliharaan yang masih tradisional yang merupakan faktor penghambat, seperti

penyediaan bibit unggul dan pakan berkualitas. Penyebaran ayam Kampung di

seluruh pelosok Indonesia mencerminkan bahwa jenis ayam ini sangat beradaptasi

baik dengan lingkungan tropis Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (2010)

jumlah populasi ayam Kampung ditemukan sebesar 268.957.000 ekor pada tahun

2010.

Data Badan Pusat Statistik (2010) menyatakan bahwa lokasi pengamatan

Ciamis dapat mewakili pengambilan sampel berdasarkan jumlah populasi yang

cukup tinggi di Jawa Barat. Hal yang demikian juga berlaku pada lokasi pengamatan

Tegal di Jawa Tengah dan Blitar di Jawa Timur.

Upaya pembentukan bibit unggul pada ayam Kampung memerlukan

informasi rinci mengenai sifat-sifat morfometrik yang bersifat mewaris. Pendugaan

bobot badan ayam Kampung berdasarkan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh

melalui Analisis Regresi Komponen Utamadapat mempermudah peternak

menentukan bobot badan tanpa harus menggunakan alat timbang, disamping dapat

dijadikan acuan dalam upaya pemulia untuk meningkatkan bobot badan.

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan keterkaitan antara ukuran-ukuran

linear permukaan tubuh terhadapbobot badan danmenduga bobot badan ayam

Kampungberdasarkan ukuran-ukuran tersebut pada lokasi pengamatan Ciamis, Tegal

dan Blitar. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan informasi mengenai

sensitivitas variabel ukuran linear permukaan tubuh terhadap sifat bobot badan yang

dapat digunakan sebagai acuan pada program seleksi terhadap bobot badan ayam

Kampung.

2  

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Penyebaran Ayam Kampung

Ayam Kampung jenis ayam asli Indonesia. Ayam Kampung dikelompokkan

ke dalam 31 galur ayam lokal (Nataamijaya, 2008). Ayam lokal dapat digolongkan

sebagai tipe pedaging (ayam Pelung, ayam Nagrak, ayam Gaok, dan ayam Sedayu),

petelur (ayam Kedu Hitam, ayam Kedu Putih, ayam Nusa Penida, ayam Nunukan,

ayam Merawang, ayam Wareng, dan Ayam Sumatera) dan dwiguna (ayam Sentul,

ayam Bangkalan, ayam Olagan, ayam Kampung, ayam Ayunai, ayam Melayu, dan

ayam Siem). Selain itu dikenal pula ayam tipe petarung (ayam Banten, ayam

Ciparage, ayam Tolaki, dan ayam Bangkok) dan ayam kegemaran atau hias, seperti

ayam Pelung, ayam Gaok, ayam Tukung, ayam Burgo, ayam Bekisar dan ayam

Walik.

Ayam Kampung betina memiliki bulu leher, punggung, dan sayap yang

berwarna lurik abu-abu, bulu dada berwarna putih, dan bulu ekor berwarna hitam

keabuan (Moniharapon, 1997). Sartika (2000) menyatakan bahwa keragaman

karakteristik fenotipik (kinerja produktivitas,kualitas telur, ukuran dan jengger

tinggi) pada ayam Kampung masih tinggi pada populasi dasar sehingga untuk

program seleksi dapat dilakukan.

Gambar 1. Ayam Kampung Betina dan Ayam Kampung Jantan

Mansjoer (1985) menyatakan bahwa nenek moyang ayam Kampung adalah

ayam hutan merah (Gallus gallus). Dilaporkan bahwa jarak genetik antara ayam

Kampung dengan ayam hutan merah (Gallus gallus) lebih dekat dibandingkan

dengan ayam hutan hijau (Gallus varius). Berdasarkan hasil penelitian Sartika et al.

3  

(2004), ayam Kampung dan ayam Sentul mempunyai hubungan kekerabatan yang

paling dekat (satu kelompok) kemudian diikuti oleh ayam Kedu Hitam dan ayam

Pelung. Ilustrasi ayam Kampung disajikan pada Gambar 1.

Pertumbuhan

Herren (2000) menyatakan bahwa ternak mengalami pertumbuhan secara cepat

sejak lahir hingga ternak mencapai dewasa kelamin. Pada periode ini, ternak mengalami

pertumbuhan jaringan dan otot secara cepat. Setelah mencapai dewasa kelamin, ternak

akan tetap mengalami pertumbuhan, namun kecepatan pertumbuhan semakin berkurang

sampai dengan pertumbuhan tulang dan otot berhenti. Soeparno (1992) menyatakan

bahwa pertumbuhan diawali dengan pertumbuhan tulang yang cepat setelah pubertas,

laju pertumbuhan otot menurun dan deposisi lemak mulai meningkat. Pertambahan besar

tulang berperanan penting karena berguna untuk melindungi perkembangan organ-organ

tubuh yang lunak, organ-organ reproduksi disamping sebagai tempat pertautan otot

(Sisson dan Grossman, 1953).

Ukuran Bentuk Tubuh Ayam Kampung

Menurut Hutt (1949) pengukuran pada tulang ternak unggas merupakan suatu

cara yang akurat untuk menentukan ukuran tubuh. Hasil penelitian Nishida et al.

(1980) menyatakan bahwa bentuk tubuh ayam Kampung di Indonesia dapat

dibedakan berdasarkan panjang sayap dan tinggi jengger. Ukuran tulang paha, betis

dan shank serta perbandingan antara panjang shank dengan lingkar shank, efektif

digunakan dalam menduga konformasi tubuh (Nishida et al. ,1982). Ukuran tubuh

ayam Kampung jantan dan betina dewasa di Indonesia, disajikan pada Tabel 1

(Nishida et al.,1982).

Pengukuran ukuran linear permukaan tubuh ternak sebagai sifat kuantitatif

dapat digunakan dalam seleksi (Mulliadi, 1996). Dijelaskan lebih lanjut bahwa

pengukuran ukuran linear permukaan tubuh tersebut dilakukan untuk memperoleh

perbedaan ukuran-ukuran tubuh dalam populasi ternak. Menurut Scanes (2003)

perbedaan ukuran tubuh pada saat dewasa kelamin dapat memberikan penampakan

yang berbeda pada setiap ternak.

4  

Tabel 1. Rataan Ukuran Kerangka Tubuh Ayam Kampung Jantan dan Betina di Indonesia

Sumber : Nishida et al. (1982)

Morfometrik

Morfometrik diartikan sebagai suatu cara yang mencakup pengukuran bentuk

atau suatu cara pengukuran yang memungkinkan sesuatu untuk diuji. Berdasarkan

pengertian diatas, maka terdapat dua komponen besar mengenai morfometrik, yaitu size

atau ukuran dan shape atau bentuk. Size dapat diartikan sebagai dimensi, besar, volume,

ukuran relatif, sedangkan shape atau bentuk diartikan sebagai model, pola, karakteristik

sebagai pembeda panampilan eksternal (Biology Online Team, 2005). Ayam kampung

(Gallus-gallus) diklasifikasikan ke dalam ternak yang memiliki berbagai organ tubuh

yang dapat diukur. Penelitian morfometrik pada ayam Kampung telah banyak

dilakukan di berbagai daerah (Kendal, Pemalang, Brebes dan Sukaharjo,).

Bagian-bagian linear permukaan tubuh yang diamati meliputi panjang tibia,

panjang femur, panjang tarsometatarsus, panjang sayap, lingkar tarsometatarsus,

panjang maxilla, tinggi jengger dan panjang jari ketiga. Berikut ini disajikan definsi

bagian-bagian linear permukaan tubuh ayam Kampung. Menurut Herren (2000)

tubuh hewan akan mengalami pertumbuhan cepat dimulai sejak hewan lahir sampai

dewasa kelamin. Beberapa sifat yang berhubungan dengan produktivitas unggas

yaitu panjang shank (betis), lingkar tarsometatarsus, lingkar dada, panjang paha dan

Variabel Jantan Betina

-----------------(mm)------------------

Panjang Shank 102,26 87,25

Panjang Tibia 150,06 128,69

Panjang Femur 95,22 86,41

Lingkar Shank 41,72 36,45

Panjang Jari Ketiga 73,42 65,98

Tinggi Jengger 25,76 12,24

Panjang Maxilla 65,77 61,61

Panjang Sayap 216,58 196,10

5  

dada, sedangkan pertambahan ukuran tubuh ditentukan oleh besar ukuran dari organ-

organ tubuh, otot dan pertumbuhan tulang (Hutt, 1949). Ukuran dari tulang paha, betis

dan shank serta perbandingan antara panjang shank dengan lingkar shank menunjukkan

nilai-nilai yang efektif untuk pendugaan konformasi tubuh. Ukuran tubuh ayam

dipengaruhi oleh jengger, panjang tibia, panjang sayap dan panjang femur (Nishida et

al., 1980)

Panjang Tibia

Tulang tibia adalah bagian anggota badan yang sering disebut dengan

drumstick yang terdiri atas balutan fibula dan tibia yang bergabung dengan baris

proksimal dari tulang tarsal ke bentuk tibiotarsus (McLelland, 1990). Menurut

Budipurwanto (2001) panjang tibia ayam Kampung betina di empat lokasi penelitian

yang berbeda (Kendal, Pemalang, Brebes dan Sukaharjo) adalah 11,90-12,87 cm

pada umur 4-6 bulan, sedangkan pada jantan sebesar 12,44–14,12 cm.

Candrawati (2007) menyatakan bahwa ayam Kampung jantan memiliki

panjang tibia sebesar 15,30 cm; sedangkan betina sebesar 12,31 cm. Panjang tulang

betis (tibia) didapatkan jantan 16,29 cm dan 12,86 cm pada betina (Mansjoer et al.,

1996). Sartika (2000) menyatakan bahwa panjang tibia memiliki korelasi positif

dengan bobot badan.

Panjang Femur

Tulang femur berbentuk agak melengkung, kuat serta silindrikal. Bagian ujung

distal berartikulasi dengan tibia, fibula dan patella (Sisson dan Grossman, 1953).

McLelland (1990) menyatakan bahwa tulang femur merupakan tulang yang terdapat

diantara tulang pelvis bagian atas dan tulang tibia di bagian bawah. Bagian ujung distal

dari femur miring secara kranioteral yang membawa banyak anggota badan bagian

belakang mendekat ke pusat gravitasi tubuh.

Menurut Candrawati (2007) panjang femur pada ayam Kampung adalah

10,23 cm pada jantan dan 8,35 cm pada betina. Panjang tulang paha (femur) pada

ayam Kampung jantan didapatkan 10,93 cm dan 9,12 cm pada betina (Mansjoer et

al., 1996).

6  

Panjang Sayap

Tulang sayap ayam terdiri atas dua tulang yaitu radius dan ulna merupakan

bagian dari proximal dari hewan. Radius adalah tulang yang terkecil dari sayap yang

berbentuk silinder dan melengkung dengan permukaan konkaf terhadap ulna; sedangkan

tulang ulna memiliki ukuran yang lebih besar daripada radius, bentuknya melengkung

dan menghadap ke radius serta kedua jaraknya cukup luas (Sisson and Grossman, 1975).

Mitra unggas (2008) menambahkan bahwa sayap juga berperan dalam pengeraman telur.

Sayap yang panjang akan mengindikasikan bahwa ayam mampu bertelur banyak dan

mampu mengerami telur dalam jumlah yang banyak pula.

Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa ulna, femur, tibia,fibula dan tarsus

merupakan salah satu tempat penimbunan kalsium yang sangat diperlukan oleh ayam

untuk memproduksi telur. Gambar 2 menunjukkan letak tulang sayap pada ayam

Kampung.

Keterangan: 1= Tulang jari 1 ; 2 = Tulang jari 2 ; 3= Tulang jari 3; 4= Metacarpus 5= Radius; 6= Ulna; 7= Humerus

Sumber: Mc Henry (2008) Gambar 2. Letak Tulang Sayap Pada Ayam Kampung

Produksi telur memerlukan CaCO3 untuk membentuk kerabang dan untuk

memenuhi kebutuhan ini, terdapat suatu struktur tulang yang disebut medulla bones atau

tulang pipa yang salah satunya terdapat pada ulna. Candrawati (2007) menyatakan

bahwa ayam Kampung jantan memiliki panjang sayap sebesar 23,48 cm dan pada

betina sebesar 19,21 cm.

Panjang Tarsometatarsus

Menurut Sisson dan Grossman (1975) tarsometatarsus diwakili oleh sebuah

tulang yang panjang dan dibentuk oleh persatuan metatarsal yang kedua, ketiga dan

7  

keempat. Pada ayam dewasa, tulang metatarsus terdiri atas satu tulang yang dibentuk

dari penggabungan dari tulang metatarsus kedua, ketiga, keempat dan tarsal pada

proximal Panjang tarsometatarsus (shank) merupakan bagian dari pengukuran

morfometrik pada ayam Kampung.

Hasil penelitian. Nugraha (2007) menyatakan bahwa panjang shank pada

ayam Kampung jantan adalah 110,04±9,11 mm, sedangkan pada betina 85,81±4,82

mm. Menurut Kurnia (2011) rataan panjang shank ayam Kampung 81,56±2,93 mm

pada jantan dan 73,19±5,76 mm pada betina. Pertumbuhan ayam Kampung

dipengaruhi jenis kelamin dan panjang shank yang merupakan penduga yang paling

valid dibandingkan dengan panjang paruh, lebar dada dan lingkar dada karena

memiliki korelasi tinggi dan nyata terhadap bobot badan pada umur 4-12 minggu

(Kurnia, 2011).

Lingkar Tarsometatarsus

Lingkar metatarsus merupakan keliling dari shank yang dapat dijadikan acuan

mengetahui bentuk kerampingan dari shank (Mansjoer,1981). Menurut Mulyono et

al. (2009) menyatakan bahwa lingkar shank dihubungkan dengan kemampuan

unggas untuk menopang tubuh. Menurut Candrawati (2007) rataan ukuran lingkar

tarsometatarsus pada ayam Kampung adalah 5,33 ± 0,74 cm pada jantan, sedangkan

pada betina sebesar 3,96 ± 0,30 cm.

Panjang Maxilla(Ossa maxillaria)

Hasil penelitian Candrawati (2007) menyatakan bahwa panjang maxilla pada

ayam Kampung diperoleh sebesar 3,60 ± 0,37 cm pada jantan dan 3,17 ± 0,19 cm

pada betina.Panjang maxilla pada ayam lokal Indonesia pada jantan sebesar 63,40

mm, sedangkan pada betina sebesar 58,10 mm (Nishida et al., 1980).

Panjang Jari Ketiga

Menurut McLelland (1990) pada kebanyakan burung termasuk ayam lokal

ditemukan digit 1 sampai IV. Tulang ini memperlihatkan suatu variasi yang baik

dalam struktur. Posisi dari jari-jari menyatakan kepentingan dalam taksonomi yang

dihubungkan dengan posisi saat bertengger ataupun tidak bertengger. Badriah (2011)

menyatakan jari ketiga berfungsi untuk menyeimbangkan tubuh saat bertengger.

Panjang jari ketiga ayam Kampung sebesar 6,37 ± 0,33 cm pada jantan dan 5,28 ±

8  

0,49 cm pada betina diperoleh pada penelitian Candrawati (2007). Menurut

Kurniawati (2008) panjang jari ketiga ayam Kampung ditemukan sebesar 5,32±0,44

cm pada jantan dan 4,59±0,4 cm pada betina.

Jengger (Pecten oculli capilaries)

Warna dari jengger dapat digunakan sebagai penanda dari jenis unggas

(McLelland, 1990). Jengger sangat berperan dalam sistem sirkulasi darah karena

berfungsi sebagai termoregulator tubuh terhadap suhu lingkungan. Saat suhu

lingkungan dingin, aliran anastomoses Artery-Venous (A-V) mengirimkan darah

arteri menuju 32 vena untuk menghangatkan sebagian darah yang dingin dari kapiler

(Lucas dan Stettenheim, 1972). Nishida et al. (1982) menyatakan bahwa ukuran

jengger dipengaruhi oleh kerja hormon yang timbul sebagai salah satu karakter

kelamin sekunder. Gambar 3 mengilustrasikan bentuk jengger menurutMc

Henry(2008).

Sumber: Mc Henry (2008) Gambar 3. Bentuk Jengger pada Ayam

Hutt (1949) menyatakan bahwa ukuran tinggi jengger dipengaruhi oleh

aktivitas testis. Semua bangsa ayam memiliki jengger dan beberapa jengger berukuran

kecil (Lucas dan Stettenheim, 1972). Menurut Sulandari et al. (2007) ayam Kampung

memiliki bentuk jengger yang sangat bervariasi. Hasil penelitian Candrawati (2007)

ayam Kampung jantan memiliki tinggi jengger sebesar 6,98 cm dan sebesar 2,79 cm

9  

pada betina. Ukuran jengger pada ayam dipengaruhi kerja hormon yang merupakan

salah satu karakter kelamin sekunder (Nishida et al., 1980).

Panjang Dada

Panjang dada merupakan panjang tulang sternum (Kusuma, 2002). Panjang

dada ayam Kampung sebesar 13,08 ± 1,03 cm pada jantan dan 10,51 ± 0,81 cm pada

betina diperoleh dari hasil penelitian Candrawati (2007). Lebih lanjut dijelaskan

dalam penelitian ini jumlah jantan yang digunakan 28 ekor dan betina 96 ekor.

Lebar Dada

Lebar dada adalah peubah terbaik pada ayam Sentul betina untuk menduga

bobot badan (Kurnia, 2011). Menurut Mansjoer (1985) lebar dada mempunyai

korelasi positif dengan bobot badan. Lebar dada yang lebar menunjukkan adanya

ruangan yang cukup bagi kerja organ-organ dalam (Kusuma, 2002).

Dalam Dada

Pernomo (2011) menyatakan dalam dada merupakan peubah yang dapat

digunakan untuk mengetahui bobot badan ternak yang memiliki korelasi linear

terhadap bobot badan. Dalam dada merupakan diameter vertikal dari badan ternak

yang dianggap volume ruang tabung sehingga dalam dada memiliki korelasi yang

positif terhadap bobot badan ternak (Utami, 2008).

Bobot Badan

Bobot badan merupakan salah satu sifat kegenetikan ternak yang memiliki

nilai ekonomis tinggi, dan merupakan indikator untuk menduga poduksi daging

ternak (Mansjoer, 1985). Ayam Kampung memiliki rataan bobot badan sebesar

1.171,0-1.555,6 g (Mansjoer,1995). Menurut Alfahriani (2003) rataan bobot ayam

Kampung ditemukan sebesar 1.148,49 g pada jantan dan 1.132,22 g pada betina di

kecamatan Leuwiliang Bogor. Dijelaskan lebih lanjut bahwa keragaman bobot badan

disebabkan sistem pemeliharaan yang tidak seragam diantara peternak yang

dijadikan responden. Budipurwanto (2001) menyatakan bahwa rataan bobot badan

ayam Kampung pada jantan umur 4-6 bulan sebesar 1,47-1,78 kg.

Hasil penelitian Mulyono dan Pangestu (1996) menyatakan bahwa

pemeliharaan ayam Kampung secara intensif dapat menghasilkan bobot badan

sebesar 1.815 ± 353 g pada jantan dan sebesar 1.382 ± 290 g pada betina. Hasil

10  

penelitian Kurnia (2011) menyatakan penyebab terjadinya perbedaan bobot badan

pada ayam Kampung dipengaruhi faktor genetik dari ayam Kampung, kualitas

pakan, dan lingkungan sekitar. Hasil penelitian Mansjoer et al. (1996) rataan bobot

badan ayam Kampung jantan yang telah dewasa sebesar 2,24 kg dan 1,67 kg pada

betina. Perubahan ukuran yang meliputi perubahan pada berat hidup, bentuk, dimensi

linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh dan

organ serta komponen-komponen kimia terjadi pada fase pertumbuhan (Soeparno,

1998). Mulliadi (1996) menyatakan bahwa bobot badan dipengaruhi kondisi

pemeliharaan dan pengaruh pemberian pakan.

Statistik Deskriptif dan T2-Hotelling

Statistik deskriptif meliputi nilai tengah, ragam, simpangan baku dan

koefisien keragaman (Mattjik et al., 2002). Nilai tengah atau rataan adalah ukuran

pemusatan data yang menimbang data menjadi dua kelompok yang memiliki massa

yang sama. Ragam atau variance menurut Mattjik et al. (2002) yaitu ukuran

penyebaran data yang mengukur rata-rata jarak kuadrat semua titik pengamatan

terhadap titik pusat (rataan), sedangkan simpangan baku (standard deviation)

populasi yaitu akar dari ragam. Koefisien keragaman atau coefficient of variation

merupakan simpangan baku yang dinyatakan sebagai persentase dari rata-rata

(Walpole, 1993).

Gaspersz (1992) menyatakan bahwa statistik T2-Hotelling bertujuan untuk

mendapatkan perbedaan vektor nilai rata-rata diantara dua populasi. Pengujian

statistik ini dapat dilakukan sekaligus atau secara bersamaan pada banyak variabel

pengukuran. Hasil T2-Hotelling jika diperoleh nyata, maka dapat dilanjutkan untuk

pengujian lebih lanjut seperti Analisis Komponen Utama dan Analisis Diskriminan.

Analisis Komponen Utama

Analisis Komponen Utama (AKU) bertujuan untuk menerangkan struktur

ragam-peragam melalui kombinasi linier variabel-variabel. AKU secara umum

bertujuan mereduksi data dan mencoba untuk menterjemahkannya (Gaspersz, 1992).

Hasil penelitian Nishida et al. (1982) vektor eigen pada komponen utama pertama

sebesar 0,544 untuk panjang tibia dan 0,429 untuk panjang sayap yang dapat

digunakan sebagai pembeda dalam hal ukuran (size) tubuh ayam Kampung. Gaspersz

(1992) menyatakan bahwa komponen utama pertama merupakan kombinasi linear

11  

terbobot variabel asal yang dapat menerangkan keragaman data dalam persentase

(proporsi) terbesar.

Keunggulan teknik komponen utama yaitu suatu teknik analisis untuk

mengatasi masalah multikolinearitas dalam analisis regresi klasik yang melibatkan

banyak variabel bebas (Gaspersz, 1992). Hasil analisis ini dapat ditampilkan dalam

diagram kerumunan berdasarkan skor komponen utama pertama (skor ukuran) dan

skor komponen utama kedua (skor bentuk) (Otsuka et al. 1982).

Analisis Regresi Komponen Utama

Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU) merupakan kombinasi dari

teknik Analisis Regresi dengan Analisis Komponen Utama, yang pada dasarnya

merupakan teknik analisis regresi yang dikombinasikan dengan teknik analisis

komponen utama. Tujuan ARKU adalah untuk menyederhanakan variabel yang

diamati dengan cara mereduksi dimensinya. Penggunaan ARKU biasanya dilakukan

dalam studi penelitian yang melibatkan variabel bebas dan saling bergantung satu

sama lain (Gaspersz, 1992). ARKU dapat dilakukan melalui proses komputasi

dengan aplikasi MICROSTAT, STATGRAPHICS, SAS, SPSS dan

STATPRO(Gaspersz, 1992).

12  

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Manggu Sindangrasa,

Imbanagara, Ciamis, Jawa Barat; di desa Dampyak, Mejasem Timur, Tegal, Jawa

Tengah dan di desa Duren Talun, Blitar, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan pada

bulan Desember 2011 sampai Januari 2012. Pengolahan data dilakukan selama satu

bulan pada bulan Pebruari 2012-Maret 2012.

Materi

Ternak

Ayam Kampung yang digunakan pada penelitian ini telah dewasa tubuh dan

pada ayam betina dalam kondisi tidak sedang bertelur. Ayam Kampung yang

digunakan berjumlah 301 ekor. Tabel 2 menyajikan distribusi ayam Kampung yang

diamati pada tiga lokasi penelitian.

Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan

Jenis Kelamin Ayam Kampung

Ciamis Ayam Kampung

Tegal Ayam Kampung

Blitar

-------------------------(ekor)--------------------------

♂ 45 20 38

♀ 50 76 72

Jumlah 95 96 110

Keterangan : ♂ = Jantan; ♀ = betina

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan berkapasitas 2,5

kg dengan skala minimum 0,5 kg dan jangka sorong dengan kapasitas ukur 200 mm

dan skala terkecil 0,01 mm dan kamera. Pengolahan data dibantu dengan peranti

lunak statistika MINITAB® versi 15.1.20.0.

13  

Prosedur Ayam Kampung baik jantan maupun betina dipilih secara tidak acak

(purposive sampling). Penimbangan dilakukan pada pengukuran bobot badan dan

ukuran linear permukaan tubuh. Pengukuran bobot badan dilakukan dengan

menggunakan alat timbang, sedangkan pengamatan ukuran-ukuran linear permukaan

tubuh menggunakan jangka sorong. Pita ukur digunakan untuk mengukur lingkar

shank.

Pengukuran dilakukan pada setiap individu ayam. Variabel-variabel yang

diukur meliputi panjang femur (X1), panjang tibia (X2), panjang tarsometatarsus

(X3), lingkar tarsometatarsus (X4),panjang sayap (X5), panjang maxilla (X6), tinggi

jengger (X7), panjang jari ketiga (X8), panjang dada (X9), lebar dada (X10) dalam

dada (X11) dan lebar pinggul (X12)serta bobot badan (X13). Gambar 3 menyajikan

bagian linear permukaan tubuh ayam yang diukur.

Panjang Femur

Pengukuran panjang tulang femur dilakukan sepanjang tulang paha.

Pengukuran panjangfemurdilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan

pada Gambar 3.

Panjang Tibia

Pengukuran panjang tulang tibia dilakukan dari patella sampai ujung tibia.

Pengukuran panjang tibia dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan

pada Gambar 3.

Panjang Shank

Pengukuran panjang tarsometatarsus (shank) dilakukan sepanjang tulang

tarsometatarsus (shank). Pengukuran panjang tarsometatarsus (shank) dilakukan

dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 3.

Lingkar Shank

Pengukuran lingkar tarsometatarsus dilakukan dengan cara melingkari pita

ukur pada bagian tengah tulang tarsometatarsus (shank). Pengukuran lingkar

tarsometatarsus (shank) dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan

pada Gambar 3.

14  

Gambar 3. Pengukuran Panjang Femur (A), Panjang Tibia (B), Panjang Shank (C) dan Lingkar Shank (D)

Panjang Sayap

Tulang sayap terdiri atas tulang humerus, radius dan ulna. Pengukuran

panjang sayap dilakukan dari pangkal humerus sampai ujung phalanges. Pengukuran

panjang sayap dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada

Gambar 4.

Panjang Maxilla

Pengukuran panjang maxilla (Ossa maxillaria) ini dilakukan mulai dari

pangkal sampai ujung paruh bagian atas. Pengukuran panjang maxilla dilakukan

dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 4.

A B

C D

15  

Tinggi Jengger

Pengukuran tinggi jengger (Pecten oculi capilaries) dilakukan dari bagian

atas jengger sampai bagian bawah jengger.Pengukuran tinggi jengger dilakukan

dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 4.

Panjang Jari Ketiga

Pengukuran panjang jari ketiga dilakukan pada jari ketiga, yaitu jari dengan

ukuran terpanjang. Pengukuran panjang jari ketiga dilakukan dalam satuan mm. Hal

tersebut seperti disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengukuran Panjang Sayap(E), Panjang Maxilla (F), Tinggi Jengger (G) dan Panjang Jari Ketiga (H)

Panjang Dada

Pengukuran panjang dada (sternum) dilakukan dari ujung dada bagian depan

sampai ujung bagian belakang. Pengukuran panjang tulang dada dilakukan dalam

satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 5.

E F 

H G

16  

Lebar Dada

Pengukuran lebar dada diperoleh dengan mengukur jarak antara tulang

sternum bagian kiri dan bagian kanan. Pengukuran lebar dada dalam satuan mm. Hal

tersebut seperti disajikan pada Gambar 5.

Dalam Dada

Pengukuran dalam dada (sternum) dilakukan dari jarak antara titik tinggi

pundak dan tulang dada. Pengukuran dalam dada dilakukan dalam satuan mm. Hal

tersebut seperti disajikan pada Gambar 5.

Lebar Pinggul

Pengukuran lebar pinggul dilakukan dari lumbar vertebrae kanan hingga

lumbar vertebrae kiri. Pengukuran lebar pinggul dilakukan dalam satuan mm. Hal

tersebut seperti disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengukuran Panjang Dada(I), Lebar Dada (J), Dalam Dada (K) dan

Lebar Pinggul (L)

I J 

L K

17  

Bobot Badan

Penimbangan bobot badan dilakukan dengan menimbang tubuh ayam secara

keseluruhan. Penimbangan bobot badan dilakukan dalam satuan gram (g). Hal

tersebut seperti disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Penimbangan Bobot Badan pada Ayam Kampung

Rancangan dan Analisis Data

Statistik Deskriptif

Data yang diperoleh kemudian diolah secara deskriptif . Nilai rataan,

simpangan baku, dan koefisien keragaman pada masing-masing variabel diolah

berdasarkan rumus Walpole (1993) sebagai berikut:

X = Σi=1N Xi

n = X X X … X

S = Σi=0N (Xi-X )

2

n-1

KK = S x 100%

Keterangan:

X = Rataan data contoh

Xi = Data contoh

n = Banyak data sampel

S = Simpangan baku atau ragam contoh

KK = Koefisien keragaman

18  

Statistik T2-Hotelling

Statistik T2-Hotelling digunakan untuk membedakan ukuran-ukuran tubuh

ayam Kamung antara lokasi penelitian. Pengujian dilakukan terhadap setiap dua

lokasi penelitian. Hipotesis statistik T2-Hotelling ini adalah:

H0 : U1 = U2; artinya vektor nilai rata-rata lokasi 1 sama dengan lokasi 2

H1: U1 ≠ U2; artinya vektor nilai rata-rata lokasi 1 berbeda dengan lokasi 2

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji T2-Hotelling

menurut Gaspersz (1992):

T2 = n1n2n1+n2

(X1-X2)’SG-1 (X1-X2)

Selanjutnya besaran

F =n1+n2-p-1(n1+n2-2)

T2

akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 –p 1.

Keterangan :

T2 = Nilai T2-Hotelling

F = Nilai hitung untuk T2-Hotelling

n1 = Jumlah data pengamatan pada lokasi 1

n2 = Jumlah data pengamatan pada lokasi 2

X1 = Vektor nilai rata-rata variabel acak pada lokasi 1

X2 = Vektor nilai rata-rata variabel acak pada lokasi 2

SG-1 = Invers matriks peragam gabungan (invers dari matriks SG)

P = Jumlah variabel ukur

Secara empiris, dibuktikan bahwa bila ditemukan perbedaan diantara dua

lokasi penelitian melalui uji T2-Hotelling, maka pengolahan data dilanjutkan dengan

Analisis Komponen Utama (AKU) (Gaspersz, 1992). Bila ukuran-ukuran linear

permukaan tubuh ayam Kampung pada dua lokasi penelitian sama maka kedua

kelompok tersebut digabung dan dianalisis sebagai satu kelompok.

Analisis Regresi Komponen Utama

Analisis Regresi Komponen Utama merupakan perpaduan antara analisis

regresi linear dan analisis komponen utama. Variabel bebas X pada persamaan

19  

regresi linear disetarakan dengan persamaan komponen utama ke-1 atau persamaan

ukuran yang diperoleh berdasarkan Analisis Komponen Utama.

Model Komponen Utama menurut Gaspersz (1992) adalah:

Y1 = a11X1+a21X2+…+a121X12

Keterangan:

Y = Ukuran

X = Panjang femur

X2 = Panjang tibia

X3 = Panjang shank

X4 = Lingkar shank

X5 = Panjang sayap

X6 = Panjang maxilla

X7 = Tinggi jengger

X8 = Panjang jari ketiga

X9 = Panjang dada

X10 = Lebar dada

X11 = Dalam pinggul

X12 = Lebar pinggul

a a : Vektor ciri atau vektor eigen ke-P untuk P = 1, 2, … , 12 Model Regresi Komponen Utama menurut Gaspersz (1992) adalah:

Y= b0+b1X1+b2X2+ b3X3+b4X4 +b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+b10X10+b11X11+b12X12

Keterangan:

Y = Bobot badan

X1 = Panjang femur

X2 = Panjang tibia

X3 = Panjang tarsometatarsus

X4 = Lingkar tarsometatarsus

X5 = Panjang jari Ketiga

X6 = Panjang sayap

X7 = Tinggi jengger

X8 = Panjang maxilla

X9 = Panjang dada

20  

X10 = Lebar dada

X11 = Dalam dada

X12 = Lebar pinggul

b0 = Konstanta

b1 = Koefisien regresi dari panjang femur (X1)

b2 = Koefisien regresi dari tibia (X2)

b3 = Koefisien regresi dari tarsometatarsus (X3)

b4 = Koefisien regresi dari lingkar tarsometatarsus (X4)

b5 = Koefisien regresi dari panjang jari ketiga (X5)

b6 = Koefisien regresi dari panjang sayap (X6)

b7 = Koefisien regresi dari tinggi jengger (X7)

b8 = Koefisien regresi dari panjang maxilla (X8)

b9 = Koefisien regresi dari panjang dada (X9)

b10 = Koefisien regresi dari lebar dada (X10)

b11 = Koefisien regresi dari dalam dada (X11)

b12 = Koefisien regresi dari lebar pinggul (X12)

Penentuan seberapa jauh pengaruh variabel yang diamati terhadap bobot

badan; diperoleh berdasarkan nilai elastisitas,. Rumus elastisitas menurut Gaspersz

(1992) yang digunakan adalah:

Ei = bi / ; I =(1,2,3…12)

Keterangan:

Ei = Nilai elastisitas ke-i (1,2,3….12)

bi = Koefisien regresi ke-i

Xi = Nilai rata-rata ke-i

Y = Nilai rata-rata bobot badan

Korelasi antara Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh dan Bobot Badan

Korelasi antara variabel ukuran linear permukaan tubuh dan bobot badan

dihitung berdasarkan rumus menurut Gaspersz (1992) sebagai berikut:

∑ ∑ ∑∑ ∑ ² ∑ ∑ ²

21  

Keterangan:

= Korelasi Pearson

X = Ukuran linear permukaan tubuh

Y = Bobot badan

22  

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Pengamatan

Desa Tanjung Manggu, Sindangrasa, Imbanaraga (Kabupaten Ciamis, Jawa Barat) Desa Tanjung Manggu, Sindangrasa,Imbanagara, Ciamis, Jawa Barat

merupakan salah satu dari tiga populasi penyebaran ayam Kampung yang besar di

Jawa Barat. Kabupaten Ciamis mempunyai luas wilayah sekitar 244.479 ha yang

secara geografis terletak padakoordinat 1080 20"-1080 40" BTdan70 40' 20"-70 41'

20" LS. Rata-rata curah hujan Kabupaten Ciamis sekitar 2.987 mm/tahun(Pemerintah

Daerah Propinsi Jawa Barat, 2010) pada ketinggian 731 m dpl. Rataan suhu udara

sekitar 21-310C dan kelembaban 58%-93% (Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika, 2012). Kabupaten Ciamis memiliki dua Kawasan Andalan yaitu Kawasan

Andalan Priangan Timur dengan arahan pengembangan untuk kegiatan pertanian,

kehutanan, perikanan, kelautan dan pariwisata serta Kawasan Andalan Pangandaran

dengan kegiatan unggulan pengembangan kepariwisataan dan bisnis kelautan.

Gambar 7menyajikan peta lokasi desa Tanjung Manggu, Sindangrasa, Imbanagara,

Kabupaten Ciamis.

Sumber : Google Earth (2012)

Gambar 7. Peta Lokasi Desa Tanjung Manggu, Sindangrasa, Imbanagara, Kabupaten Ciamis

Pemeliharaan ayam Kampung di Ciamis dilakukan secara semi intesif. Pakan

yang diberikan pada ternak tersebut berupa limbah dapur dan dedak padi. Pemberian

vitamin sebagai anti stress diberikan untuk pencegahan terhadap penyakit. Peternak

23  

memberikan pakan pada pagi dan sore hari. Pemberian pagi hari diberikan sebelum

ayam dilepas (diumbar) dan ketika ayam kembali ke kandang pada sore hari.

Peternak ayam Kampung Kabupaten Ciamis berada di bawah pengawasan HIMPULI

(Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia). Organisasi ini diketuai oleh Nur

Muttaqin, SH.I yang merupakan ketua HIMPULI wilayah Ciamis. Ayam Kampung

yang dipelihara masyarakat Ciamis sebagian besar digunakan sebagai tabungan

hidup untuk menopang keperluan hidup mereka. Pemasaran ayam Kampung hidup

dan telurnya difasilitasi oleh HIMPULI.Gambar 8 menyajikan keadaan

perkandangan di daerah Ciamis, Jawa Barat.

Gambar 8. Kandang Ternak Ayam Kampung di Desa Tanjung Manggu Ciamis

Tipe kandang di lokasi penelitian berbentuk kandang individu bertingkat

yang dibuat dari bambu dan naungan genteng. Tiap kandang dapat diisi lebih dari

satu ekor ayam.Kandang individu yang diisi dengan satu ekor ayam biasanya

digunakan hanya untuk betina yang sedang mengeram.

Desa Dampyak, Mejasem Timur (Kabupaten Tegal, Jawa Tengah)

Desa Dampyak, Kecamatan Mejasem Timur, Tegal, Jawa Tengah memiliki

populasi ayam Kampung yang besar untuk propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Tegal

memiliki luasan wilayah daratan sebesar 87.879 ha dan lautan 121,50 km2. Secara

geografis terletak antara 1080 57'6"-1090 21'30" BT dan antara 60 50'41"-70 15'30"

LS, (Pemerintah DaerahPemerintah Kabupaten Tegal, 2011) pada ketinggian 1.200-

24  

2.050 m dpl. Rataan suhu harian 23-320C dengan kelembaban 55%-88% (Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012). Gambar 9 menyajikan lokasi desa

Dampyak, Mejasem, Tegal, Jawa Tengah.

Sumber : Google Earth (2012)

Gambar 9. Peta Lokasi Desa Dampyak, Mejasem Timur, Kabupaten Tegal

Pemeliharaan ayam Kampung di Tegal dilakukan dengan sistem semi

intensif. Kepemilikan ayam Kampung masing-masing kepala keluarga berkisar 3-10

ekor. Jenis pakan yang diberikan berupa limbah dapur dan dedak padi. Gambar

10 menyajikan ilustrasi kandang di desa Dampyak, Tegal.

Gambar 10. Kandang Ayam Kampung Desa Dampyak Tegal

25  

Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari sebelum ayam dikeluarkan dan pada sore

hari ketika ayam kembali ke kandang untuk istirahat. Ayam Kampung memiliki

kandang dan ditemukan yang tidak dikandangkan khusus, tetapi ditempatkan pada

bangunan yang tidak digunakan seperti rumah kosong yang sudah tidak digunakan

pemiliknya atau di atas pohon yang diberi naungan plastik. Ayam Kampung juga

ditempatkan pada sudut dapur dengan menggunakankurungan ayam. Ayam dibiarkan

bebas mencari makan di luar bangunan kandang sepanjang hari, dari pagi sampai

sore hari.

Bangunan kandang khusus didirikan di halaman belakang rumah dengan

pembatas berupa tembok supaya ayam dapat dikontrol peternak. Ayam dibiarkan

beraktivitas di lahan sekeliling kandang yang dibatasi tembok.

Desa Duren Talun, Blitar, Jawa Timur

Desa Duren Talun, Blitar, Jawa Timur merupakan salah satu lokasi

penelitian ayam Kampung yang mewakili populasi ayam Kampung di provinsi Jawa

Timur. Kabupaten Blitar memiliki ketinggian sekitar 167 m dpl. Luasan Kabupaten

Blitar adalah 1.588,79 km2. Kabupaten Blitar terletak di sebelah selatan garis

khatulistiwa yaitu pada 111040'-112010' BT dan 78058'-809' LS(Pemerintah

DaerahPemerintah Kabupaten Blitar, 2011)pada ketinggian 150 m dpl. Rataan suhu

20-300C dengan kelembaban 60%-92% (Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika, 2012).Gambar 11 menyajikan lokasi desa DurenTalun, Blitar, Jawa

Timur.

Sumber : Google Earth (2012)

26  

Gambar 11. Peta Lokasi Desa Duren Talun, Blitar

Kepemilikan ayam Kampung sekitar 3-15 ekor per kepala keluarga. Gambar

menyajikan peta lokasi desa Duren Talun, Blitar, Jawa Timur. Sistem pemeliharaan

dilakukan secara semi intensif. Ayam dikandangkan dan diberi makan pada pagi dan

sore hari. Pemberian pakan pada pagi hari dilakukan sebelum ternak dikeluarkan dari

kandang untuk mencari makan dan pada sore hari pada saat ternak kembali ke

kandang untuk beristirahat. Pakan terdiri atas limbah dapur, dedak padi dan jagung

pipilan yang telah dikeringkan. Gambar 12 menyajikan kandang ayam Kampung di

lokasi Blitar.

Gambar 12. Kandang Ayam Kampung di Lokasi Penelitian Blitar

Kandang dibuat dari bahan kayu atau bambu dengan naungan dari genteng

atau asbes.Gambar 10 menyajikan ilustrasi tipe kandang ayam Kampung di desa

Duren Talun. Tipe kandang individu dan kelompok yang digunakan peternak desa

Duren Talun. Kandang individu yang dilengkapi dengan wadah berjerami, digunakan

untuk betina yang sedang mengeram, kandang kelompok diisi paling sedikit dengan

lima ekor ayam jantan dan betina.

Analisis Deskriptif Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal, dan Blitar

Tabel 3, 4 dan 5 menyajikan hasil pengukuran variabel yang diamati pada

ayam Kampung di Ciamis, Tegal dan Blitar. Koefisien keragaman ukuran linear

permukaan tubuh yang diamati kecuali tinggi jengger berkisar antara7,68%-

18,59%.Kisaran tersebut menurut Syahid (2009) dikategorikan ke dalam kisaran

keragaman sedang pada kondisi heterogen yaitu antara 10%-20%. Tabel 3

27  

menyajikan Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung

Jantandan Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung Jantan dan Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis

Variabel Pengukuran Jenis Kelamin

♂ (45 ekor) ♀ (50 ekor)

-----------------------------(g)-------------------------

Bobot Badan 2.064,4±501,9 (24,31%) 1.618±342,1 (21,14%)

-------------------------------(mm)----------------------------

Panjang Femur 127,39±15,53 (12,19%) 121,57±18,31 (15,06%)

Panjang Tibia 162,11±16,12 (9,95%) 142,80±20,16 (14,12%)

Panjang Shank 103,22±10,82 (10,48%) 85,07±12,52 (14,71%)

Lingkar Shank 52,63± 7,03 (13,36%) 44,760±3,67 (8,21%)

Panjang Sayap 163,55±18,55 (11,34%) 154,81±21,35 (13,79%)

Panjang Maxilla 36,36±5,05 (13,89%) 32,82±3,76 (11,46%)

Tinggi Jengger 26,55±15,10 (56,87%) 10,89±6,37 (58,53%)

Panjang Jari Ketiga 62,16±7,55 (12,15%) 54,06±7,15 (13,22%)

Panjang Dada 151,75±15,27 (10,06%) 143,05±17,76 (12,42%)

Lebar Dada 82,89±9,16 (11,06%) 77,81±8,41 (10,81%)

Dalam Dada 79,10±9,54 (12,06%) 73,14±7,91 (10,81%)

Lebar Pinggul 75,63±8,17 (10,81%) 73,30±9,25 (12,61%) Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman

Koefisien keragaman dihubungkan dengan upaya seleksi. Produk seleksi

adalah keragaman yang rendah yang dicerminkan dengan nilai koefisien keragaman

yang rendah. Seleksi menurut Noor (2004) meliputi seleksi alam dan seleksi buatan.

Dijelaskan bahwa pada seleksi buatan, peran manusia sangat dominan dalam

menentukan ternak yang boleh bereproduksi berdasarkan sifat-sifat yang sesuai

dengan keinginan dan kebutuhan. Ayam Kampung lebih dominan mengalami seleksi

alam dibandingkan seleksi buatan sehingga memberikan keleluasaan kerangka tubuh

untuk berkembang secara optimal. Seleksi yang dilakukan peternak pada ayam

Kampung adalah bobot badan dan produksi telur sehingga dikategorikan sebagai

ayam tipe dwiguna (Sulandari et al., 2007). Perolehan koefisien keragaman pada

ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung yang diamati secara tidak langsung

28  

mencerminkan bahwa seleksi terhadap sifat bobot badan dan produksi telur telah

dilakukan peternak.

Ayam Kampung merupakan ayam tipe dwiguna, karena peternak menyeleksi

ke arah pedaging dan petelur (Sulandari et al., 2007). Keragaman lingkar shank ayam

Kampung betina pada lokasi pengamatan Ciamis memiliki nilai koefisien yang lebih

rendah dibandingkan dengan jantan. Keseragaman yang tinggi pada ukuran lingkar

shank ayam Kampung betina menunjukkan bahwa ukuran lingkar shank telah

terseleksi. Hal tersebut disajikan pada Tabel 3.

Lingkarshank ayam Kampung betina pada lokasi pengamatan Tegal

memiliki nilai koefisien keragaman yang lebih rendah dibandingkan dengan jantan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkar shank telah terseleksi lebih ketat pada

ayam Kampung betina Tegal. Hal tersebut disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung Jantan dan Betina di Lokasi Pengamatan Tegal

Variabel Pengukuran Jenis Kelamin

♂ (20 ekor) ♀ (76 ekor)

-----------------------------(g)-------------------------

Bobot Badan 1.825±432,7 (23,71%) 1.368,4±239 (17,47%)

-------------------------------(mm)----------------------------

Panjang Femur 129,45±16,32 (12,61%) 116,69±16,05 (13,76%)

Panjang Tibia 152,70±17,75 (11,62%) 138,21±15,81 (11,44%)

Panjang Shank 99,10±10,59 (10,68%) 82,03±7,95 (9,69%)

Lingkar Shank 48,85±5,70 (11,66%) 41,85±4,02 (9,60%)

Panjang Sayap 154,06±15,06 (9,77%) 140,16±15,62 (11,14%)

Panjang Maxilla 32,46±6,04 (18,59%) 30,34±4,66 (15,31%)

Tinggi Jengger 19,23±9,70 (50,42%) 10,45±5,78 (55,32%)

Panjang Jari Ketiga 64,33±7,43 (11,54%) 54,89±5,70 (10,39%)

Panjang Dada 145,30±13,03 (8,97%) 134,92±13,10 (9,71%)

Lebar Dada 83,82±7,06 (8,43%) 77,06±8,83 (11,46%)

Dalam Dada 70,73±9,20 (13,00%) 66,95±8,16 (12,18%)

Lebar Pinggul 71,68±7,06 (9,84%) 67,40±6,29 (9,33%) Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman

29  

Ayam Kampung betina pada lokasi pengamatan Blitar memiliki nilai

koefisien keragaman lingkar shank yang lebih rendah dibandingkan dengan jantan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ayam Kampung betina Blitar telah terseleksi ketat

pada sifat lingkar shank. Hal tersebut disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung Jantan dan Betina di Lokasi Pengamatan Blitar

Variabel Pengukuran Jenis Kelamin

♂ (38 ekor) ♀ (72 ekor)

-----------------------------(g)---------------------------

Bobot Badan 2.323,7±534,5 (23,00%) 1.534,7±329,4 (21,46%)

-------------------------------(mm)-----------------------------

Panjang Femur 129,57±17,29 (13,34%) 117,64±16,75 (14,24%)

Panjang Tibia 170,02±16,31 (9,59%) 145,92±13,10 (8,98%)

Panjang Shank 114,95±10,42 (9,06%) 88,42 ±9,12 (10,31%)

Lingkar Shank 53,34±6,70 (12,55%) 43,24±3,66 (8,46%)

Panjang Sayap 151,75±19,70 (12,98%) 148,19±15,55 (10,49%)

Panjang Maxilla 37,11±4,44 (11,97%) 32,54±3,98 (12,23%)

Tinggi Jengger 18,79 ±8,36 (44,47%) 7,94±3,33 (41,93%)

Panjang Jari Ketiga 71,35±5,482 (7,68%) 60,98±7,160 (11,74%)

Panjang Dada 146,71±13,81 (9,41%) 136,02±13,46 (9,89%)

Lebar Dada 84,33 ±7,16 (8,49%) 76,17±6,45 (8,47%)

Dalam Dada 73,58 ±12,75 (17,34%) 65,01±8,31 (12,79%)

Lebar Pinggul 71,65±5,930 (8,28%) 67,13 ±6,00 (8,94%) Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman

Tabel 6 menyajikan korelasi antara bobot badandan variabel linear

permukaantubuh ayam Kampung dilokasipengamatan. Tabel6

menyatakan bahwa sebanyak dua variabel berkorelasi nyata terhadap bobot badan

ayam Kampung Ciamis jantan, yaitudalam dadadan lebar dada; sedangkan pada

betina sebanyak enam variabel, yaitu panjang tibia, panjang sayap, panjang dada,

lebar dada, dalam dada dan lebar pinggul. Bobot badan ayam Kampung Tegal jantan

berkorelasi positif dengan satu variabel yaitu dalam dada; sedangkan pada betina

dengan empat variabel, yaitupanjang sayap, panjang dada, dalam dada dan panjang

tibia. Pada ayam Kampung Blitar, bobot badan jantan berkorelasi positif dengan dua

30  

variabel yaitu lebar dadadan panjang sayap; sedangkanpada betina dengan empat

variabel, yaitu panjang sayap, panjang dada, lebar dada dan dalam dada.Tabel 6

menjelaskan bahwa jumlah variabel ukuran linear tubuh terbanyak yang berkorelasi

nyata terhadap bobot badan adalah ayam Kampung Ciamis (dua buah pada jantan

dan enam buah pada betina); sedangkan yang tersedikit pada ayam Kampung Tegal

(satu buah pada jantan dan empat buah pada betina). Jumlah variabel ukuran linear

permukaan tubuh Ayam Kampung Blitar yang berkorelasi nyata dengan bobot badan,

ditemukan sebanyak dua buah pada jantan dan empat buah pada betina. Berdasarkan

Tabel 6, disimpulkan bahwa ayam Kampung Ciamis dikategorikan sebagai ayam tipe

dwiguna yang mengarah ke sifat pedaging; ayamKampung Tegal sebagai ayam tipe

dwiguna yang mengarah kesifat petelur; sedangkan ayam Kampung Blitar sebagai

ayam tipe dwiguna yang mengarah ke sifat pedaging dan petelur.

Tabel 6. Korelasi antara Bobot Badan dan Beberapa Variabel Linear Permukaan Tubuh yang Berhubungan dengan Produksi pada Ayam Kampung di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar

Variabel Ciamis Tegal Blitar

♂ (n= 45) ♀ (n=50) ♂ (n= 20) ♀ (n= 76) ♂ (n= 38) ♀ (n= 72)

Panjang Femur

0,020tn 0,108 tn 0,088 tn 0,200 tn 0,254 tn 0,132 tn

(0,896) (0,455) (0,713) (0,083) (0,124) (0,268)

Panjang Tibia

0,218tn 0,344 * 0,207 tn 0,327 ** 0,150 tn 0,168 tn

(0,150) (0,014) (0,380) (0,004) (0,369) (0,158)

Panjang Sayap

0,277 tn 0,497 ** 0,426 tn 0,333 ** 0,391 * 0,383 **

(0,066) (0,000) (0,061) (0,003) (0,015) (0,001)

Panjang Dada

0,182 tn 0,444 ** 0,374 tn 0,452 ** 0,227 tn 0,301 *

(0,232) (0,001) (0,104) (0,000) (0,170) (0,010)

Lebar Dada

0,433 ** 0,336 * 0,283 tn 0,195 tn 0,681 ** 0,395 **

(0,003) (0,017) (0,226) (0,092) (0,000) (0,001)

Dalam Dada

0,457 ** 0,336 * 0,595 ** 0,292 * 0,252 tn 0,272 *

(0,002) (0,017) (0,006) (0,010) (0,127) (0,021)

Lebar Pinggul

0,265 tn 0,445 ** 0,442 tn 0,166 tn 0,220 tn 0,063 tn

(0,079) (0,001) (0,051) (0,151) (0,185) (0,600) Keterangan: * = nyata (P<0,05); ** = sangat nyata (P<0,01); tn= tidak nyata (P>0,05); angka dalam

tanda kurung menyatakan nilai P

31  

Panjang maxilla, tinggi jengger, panjang jari ketiga, panjang shank dan

lingkar shank merupakan variabel-variabel ukuran tubuh yang tidak berhubungan

dengan produksi, tetapi alam menyeleksi variabel-variabel tersebut. Hasil seleksi

alam menentukan ke arah mana alam menyeleksi sehingga ayam beradaptasi baik

dengan lingkungan tempat hidup. Ayam yang beradaptasi baik memperlihatkan

perkembangan ukuran panjang maxilla, tinggi jengger panjang jari ketiga panjang

shank dan lingkar shank. Ciamis, Tegal dan Blitar memiliki lingkungan yang

berbeda.Nilai koefisien keragaman yang rendah pada variabel tersebut,

mengindikasikan variabel tersebut telah terseleksi alam. Seleksi alam menurut

Martojo (1992) merupakan seleksi yang ditentukan alam. Dijelaskan lebih lanjut

bahwa akibat seleksi akan meningkatkan suatu sifat ke arah yang lebih baik sehingga

mutu genetik ternak meningkat. Dalam hal ini ayam Kampung Ciamis, Tegal dan

Blitar telah beradaptasi baik dengan lingkungan masing-masing. Sifat adaptasi ini

merupakan produk dari interaksi antara genetik dan lingkungan.

Tabel 3, 4 dan 5 mengindikasikan bahwa alam tidak menyeleksi jantan

maupun betina terhadap sifat tinggi jengger dan panjang jari ketiga. Tinggi jengger

ditemukan paling besar pada ayam Kampung Ciamis, karena faktor suhu lingkungan

tempat hidup. Suhu Ciamis ditemukan paling tinggi.Jengger berfungsi sebagai alat

untuk membantu proses pendinginan tubuh, karena ayam tidak memiliki kelenjar

keringat (Zeffer et al., 2003). Menurut Lucas dan Stettenheim (1972) jengger

berperanan dalam sistem sirkulasi darah. Jengger berfungsi sebagai termoregulator

tubuh terhadap suhu lingkungan. Suhu lingkungan Tegal diantara Ciamis dan Blitar,

sehingga hanya ayam Kampung dengan ukuran tinggi jengger sedang yang dapat

beradaptasi. Panjang jari ketiga pada ayam Kampung Blitar ditemukan paling tinggi

karena lingkungan pada saat ayam beristirahat dengan akitivitas bertengger paling

banyak ditemukan di Blitar karena faktor ketidaktersediaan kandang. Ayam

Kampung ditemukan banyak beristirahat pada malam hari di luar bangunan kandang

dengan menggunakan segala sesuatu sebagai tempat bertengger. Hal yang sebaliknya

ditemukan pada ayam Kampung Ciamis, jari ketiga tidak berkembang sebaik ayam

Kampung Blitar, karena fungsi jari ketiga tidak terlalu digunakan untuk bertengger.

Pada saat beristirahat, ayam Kampung Ciamis dikandangkan. Ayam Kampung Tegal

sebagian beristirahat di kandang dan sebagian ditemukan bertengger di luar

32  

bangunan kandang. Hal tersebut mengakibatkan rataan panjang jari ketiga ayam

Kampung Tegal antara ayam Kampung Blitar dan Ciamis.Jari kaki ayam berfungsi

sebagai alat pencekram saat bertengger, mengais makanan, dan pada saat bertarung

dengan musuh. Badriah (2011) menyatakan bahwa fungsi jari ketiga sebagai

penyeimbang tubuh burung pada saat bertengger. Adaptasi tinggi terhadap

lingkungan dapat menentukan keberhasilan ternak untuk bertahan (survive) dan

menghasilkan keturunan (Noor, 2004).

Panjang maxilla berhubungan dengan ukuran tubuh yang dikaitkan tujuan

atau arah seleksi peternak. Ayam Kampung yang lebih diarahkan ke sifat pedaging

memiliki ukuran badan yang besar sehingga memiliki panjang maxilla yang besar

pula, seperti yang ditemukan pada ayam Kampung jantan Blitar yang ditemukan

tertinggi diantara ayam Kampung jantan yang diamati dan ayam Kampung betina

Ciamis diantara ayam Kampung betina yang diamati. Hal ini memperjelas bahwa

ayam Kampung Blitar merupakan tipe dwiguna dengan penekanan arah yang sama

terhadap sifat pedaging dan petelur, sedangkan ayam Kampung Ciamis arah seleksi

lebih ditekankan pada sifat pedaging. Seleksi alam dalam hal ini sifat panjang

maxilla bersinergi dengan seleksi buatan. Maxilla merupakan bagian dari paruh.

Rusdin (2007) menyatakan bahwa salah satu fungsi paruh adalah sebagai alat

pengambil pakan. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut bahwa ukuran paruh yang

panjang pada ayam petelur tidak diinginkan karena mempengaruhi efektivitas dan

efisiensi pakan yang dikonsumsi. Pada penelitian ini panjang paruh ayam Kampung

Tegal berukuran paling kecil. Hal tersebut mendukung kesimpulan bahwa ayam

Kampung Tegal termasuk ayam Kampung yang diarahkan untuk petelur.

Mulyono et al. (2009) menyatakan bahwa lingkar shank dihubungkan dengan

kemampuan unggas untuk menopang tubuh. Ukuran badan yang besar berkorelasi

dengan bobot badan. Ukuran lingkar shank yang besar juga berhubungan dengan

bobot badan yang besar pula, sehingga lingkar shank berkorelasi positif terhadap

bobot badan. Hal tersebut bersesuaian dengan hasil penelitian. Pada penelitian ini

lingkar shank berkorelasi positif dengan bobot badan. Hasil penelitian menyatakan

bahwa korelasi antara lingkar shank dan bobot badan pada ayam Kampung jantan

Ciamis, Tegal dan Blitar; sedangkan pada betina korelasi sangat nyata ditemukan

hanya pada ayam Kampung Ciamis dan Blitar.Hasil penelitian ini menyatakan

33  

bahwa seluruh ayam Kampung betina telah terseleksi lebih ketat pada lingkar

shank. Bobot badan ayam Kampung betina lebih ringan (Tabel 3, 4 dan 5), sehingga

dapat dinyatakan seleksi ke arah sifat petelur telah dilakukan. Mufti (2003)

menyatakan bahwa ayam Kampung jantan memiliki ukuran-ukuran tubuh yang lebih

besar daripada ayam Kampung betina. Rasyaf (2002) menyatakan bahwa bobot

badan ayam yang ringan dikategorikan sebagai ayam tipe petelur. Hasil penelitian ini

juga bersesuaian dengan pernyataan Sulandari et al. (2007) bahwa ayam Kampung

merupakan tipe dwiguna.

Lingkar shank berfungsi menopang bobot badan ayam Kampung. Bobot

badan dipengaruhi panjang femur, panjang tibia, panjang shank, panjang sayap,

panjang dada, lebar dada, dalam dada dan lebar pinggul (Hutt 1949; Mansjoer,

1985;Suryarman, 2001; Kusuma, 2002; Soeroso et al., 2008).

Statistik T2-Hotelling pada Ayam Kampung yang Diamati Ukuran-ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung jantan berbeda

dengan betina (P<0,01) pada masing-masing lokasi pengamatan berdasarkan hasil

uji T2-Hotelling (Tabel 7). Ukuran-ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung

jantan berbeda antara lokasi pegamatan (P<0,01) (Tabel 8). Tabel 9 menyajikan hasil

T2-Hotelling pada ayam Kampung betina antara lokasi pengamatan yang berbeda.

Hasil menunjukkan bahwa perbedaan ukuran-ukuran tubuh juga ditemukan pada

ayam Kampung betina antara lokasi pengamatan yang berbeda (P<0,01).

Perbedaan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh pada jantan dan betina

ayam Kampung di masing-masing lokasi pengamatan; menurut Noor (2004)

perbedaan ini disebabkan pengaruh genetik dan lingkungan serta interaksi genetik

dengan lingkungan. Martojo (1992) menyatakan bahwa lingkungan internal ternak

jantan berbeda dengan betina.

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Analisis T2-Hotelling Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Jantan dan Betina antara Lokasi Penelitian

Ayam Kampung Statistik T2

Hotelling Nilai F Nilai P Kesimpulan

♂ Ciamis vs♀ Ciamis 1,78042 12,166 0,000 **

♂ Tegal vs♀ Tegal 1,68716 11,670 0,000 **

♂ Blitar vs♀ Blitar 3,16778 25,606 0,000 ** Keterangan : ** = sangat nyata (P<0,01); ♂ = jantan; ♀ = betina ; vs = versus

34  

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Analisis T2-Hotelling Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Jantan antara Lokasi Penelitian

Ayam Kampung Statistik T2

Hotelling Nilai F Nilai P Kesimpulan

♂ Ciamis vs ♂ Tegal 1,00601 4,359 0,000 **

♂ Ciamisvs♂ Blitar 1,42227 8,297 0,000 **

♂ Tegal vs ♂ Blitar 1,14310 4,287 0,000 ** Keterangan : ** = sangat nyata (P<0,01); ♂ = jantan; ♀ = betina ; vs = versus

Soeparno (1992) menyatakan bahwa hormon testosteron yang merupakan

lingkungan internal pada jantan mempengaruhi pertumbuhan. Dijelaskan lebih lanjut

bahwa testosteron memiliki fungsi sebagai steroid dari androgen yang

mengakibatkan pertumbuhan ternak jantan lebih cepat dibandingkan betina. Hal ini

bersesuaian juga dengan pernyataan Mufti (2003) bahwa ayam Kampung jantan

memiliki ukuran-ukuran tubuh lebih besar dibandingkan ayam Kampung betina.

Herren (2000) menjelaskanjika kadar hormon testosteron rendah dapat meningkatkan

pelebaranepiphysis tulang dan membantu hormon pertumbuhan, sedangkan hormon

estrogen menghambat pertumbuhan. Pertumbuhan pada ternak berlangsung cepat

sejak lahir sampai mencapai dewasa tubuh. Setelah mencapai dewasa tubuh,

pertumbuhan tulang dan otot akan berhenti dan dilanjutkan dengan perkembangan

lemak.

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Analisis T2-Hotelling Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Betina antara Lokasi Penelitian

Ayam Kampung Statistik T2

Hotelling Nilai F Nilai P Kesimpulan

♀ Ciamis vs♀ Tegal 0,62895 5,923 0,000 **

♀ Ciamisvs♀ Blitar 1,15431 10,485 0,000 **

♀ Tegal vs ♀ Blitar 0,49351 5,552 0,000 ** Keterangan : ** = sangat nyata (P<0,01); ♂ = jantan; ♀ = betina ; vs = versus Ukuran-ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung Ciamis, Tegal dan

Blitar yang berbeda disebabkan lingkungan dan keputusan peternak dalam

menyeleksi. Lingkungan tempat ayam Kampung hidup berbeda. Menurut

PemerintahDaerah Propinsi Jawa Barat (2010) desa Tanjung Manggu, Ciamis, Jawa

Barat bersuhu sekitar 20-30 0C. Lahan kosong yang ditanami masih banyak

35  

ditemukan. Di desa tersebut juga didirikan pabrik tahu yang mengalirkan limbah

pabrik ke anak sungai yang mengalir di desa tersebut. Menurut Pemerintah Daerah

Kabupaten Tegal (2011) desa Dampyak, Tegal, Jawa Tengah bersuhu sekitar 26,9 0C

dengan kelembaban 82%. Lahan perkebunan dan sawah masih banyak ditemukan.

Menurut Pemerintah Kabupaten Blitar (2011) desa Duren Talun, Blitar, Jawa Timur

bersuhu sekitar 18-30 0C dengan kelembaban 60%-94%. Menurut Gunawan et al

(2004)suhu lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan aktivitas metabolisme

berkurang sehingga menurunkan aktivitas makan dan minum. Hal ini bersesuaian

dengan pernyataan Rumondor (1980) bahwa kondisi daerah sangat menentukan

performa ayam Kampung. Ayam Kampung merupakan ayam lokal yang tahan

terhadap penyakit (Sulandari et al., 2007). Yani et al. (2006) menyatakanpenampilan

produksi ternak dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor keturunan (genetik), pakan,

pengelolaan, perkandangan, pemberantasan dan pencegahan penyakit serta faktor

lingkungan lain.

Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Variabel-Variabel Pengukuran Tubuh pada Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar

Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa panjang femur (X1), panjang

tibia (X2), panjang tarsometatarsus (X3), lingkar tarsometatarsus (X4),panjang sayap

(X5), panjang maxilla (X6), tinggi jengger (X7), panjang jari ketiga (X8), panjang

dada (X9), lebar dada (X10), dalam dada (X11) dan lebar pinggul (X12); sangat

berpengaruh terhadap bobot badan ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar, baik

pada jantan maupun betina (P<0,01). Dengan demikian, persamaan pendugaan bobot

badan melibatkan seluruh variabel yang diamati. Hal tersebut bersesuaian dengan

Budipurwanto (2001) bahwa hasil pengujian persamaan regresi yang sangat nyata

(P<0,01) dapat digunakan untuk memprediksi bobot badan pada ayam buras betina di

Kabupaten Kendal. Hasil pengamatan disajikan terlebih dahulu untuk kemudian

dibahas. Tabel 10 menyajikan persamaan pendugaan bobot badan ayam Kampung

Ciamis pada jantan dan betina.

Perhitungan elastisitas memberikan gambaran variabel yang berpengaruh

terhadap pendugaan bobot badan.Elastisitas berfungsi untuk menunjukkan seberapa

besar pengaruh kepekaan atau sensivisitas suatu variabel tersebut terhadap bobot

badan. Setiap variabel memberikan pengaruh terhadap bobot badan. Nilai elastisitas

36  

Setiap kenaikan satu % variabel yang diamati akan menaikkan persentase bobot

badan ayam Kampung atau ternak yang diamati.

Tabel 10. Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung Ciamis pada Jantan dan Betina

Jenis Kelamin Persamaan Regresi Komponen Utama R2

(n = 45)

Y = 2.621,173+2,164X1+3,158X2+6,226X3 +10,348X4+3,215X5+10,176X6 0,067X7 +3,560X8+3,576X9+4,732X10 +4,473X11 +4,051X12

34,0 %

(n = 50)

Y = 2.055,540+0,770X1+2,350X2+4,482X3 +11,824X4+2,496X5+10,722X6 2,301X7 +5,127X8+2,914X9+4,074X10+4,332X11 + 3,994X12

55,2 %

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul; R2 = Koefisien Determinasi

Kepraktisan pendugaan bobot badan di lapang lebih diutamakan. Shank

merupakan bagian tubuh ayam Kampung yang paling mudah diukur, karena posisi

ayam tidak mudah berubah pada saat dilakukan pengukuran. Panjang atau lingkar

shank dapat digunakan sebagai patokan pada penentuan bobot badan pada individu

jantan lain dalam populasi ayam Kampung. Hal tersebut bukan berarti hanya bagian

shank yang dijadikan patokan.Pada kondisi tertentu yaitu pada saat pembeli

menginginkan bobot badan yang tinggi, maka bagian dada dapat dijadikan patokan

pada pendugaan bobot badan.

Pengukuranke-12 variabel linear permukaan tubuh hanya dilakukan pada satu

ekor ayam Kampung yang dipilih acak sebagai sampel. Bobot badan dapat diduga

berdasarkan model persamaan regresi komponen utama, hanya pada ayam sampel.

Pendugaan bobot badan individu lain dalam populasi, dapat ditentukan dengan hanya

memilih salah satu variabel yang paling mudah diukur.Nilai koefisien determinasi

(R2) yang ditemukan pada persamaan pendugaan bobot badan yang diperoleh pada

penelitian ini berkisar antara 26,3%-55,2%. Menurut Soeroso et al. (2008) nilai

koefisien determinasi (R2) ini merujuk kepada seberapa besar kemampuansemua

variabel bebas (X) dalam menjelaskanvariabel terikatnya (Y).

37  

Tabel 11. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh terhadap Bobot Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Ciamis Jantan

Urutan Elastisitas Ukuran Variabel * Elastisitas (Ei)

Peningkatan Bobot Badan pada Setiap 1 cm Ukuran Variabel

-------------(g)-----------

Panjang Shank 0,311 44,823

Lingkar Shank 0,264 118,231

Panjang Dada 0,263 29,137

Panjang Sayap 0,255 24,964

Panjang Tibia 0,248 23,500

Lebar Dada 0,190 40,741

Panjang Maxilla 0,179 107,222

Dalam Dada 0,171 43,316

Lebar Pinggul 0,148 39,937

Panjang Femur 0,134 7,701

Panjang Jari Ketiga 0,107 51,273

Tinggi Jengger 0,001 23,010 Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi

Pada penelitian ini, variabel linear permukaan tubuh hanya mampu

menjelaskan bobot badan antara 26,3%-55,2%; yang berarti faktor lain selain

variabel linear permukaan tubuh mempengaruhi perolehan bobot badan dugaan. Hal

ini kemungkinan disebabkan jumlah sampel yang digunakan tidak banyak.

Persamaan bobot badan yang diperoleh, menurunkan nilai elastisitas. Berikut

ini akan diuraikan perolehan nilai elastisitas variabel ukuran linear permukaan tubuh

terhadap bobot badan.

Tabel 11 menunjukkan tingkat sensitivitas yang diperlihatkan dengan nilai

elastisitas terhadap variabel ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung Ciamis

jantan. Semua varibel dapat digunakan untuk menduga bobot badan. Misal

elastisitas variabel tertinggi pada ayam Kampung jantan Ciamis adalah panjang

shank; digunakan untuk menduga bobot badan. Hal tersebut berarti penambahan 1%

panjang shank ayam Kampung jantan Ciamis dapat meningkatkan bobot badan

sebesar 0,331%; berdasarkan perolehan nilai elastisitas sebesar 0,331. Hasil statistik

deskriptif menyatakan bahwa rataan panjang shank ayam Kampung jantan Ciamis

38  

ditemukan sebesar 103,220 mm (Tabel 3); sehingga penambahan satu % panjang

shank diartikan sebagai penambahan panjang shank sebesar 1,032 mm. Hasil statistik

deskriptif menyatakan bahwa rataan bobot badan ayam Kampung jantan Ciamis

ditemukan sebesar 2.064,400 g (Tabel 3). Peningkatan bobot badan sebesar 0,331%

diartikan sebagai peningkatan bobot badan sebesar 6,833 g. Hasil perhitungan ini

menyimpulkan bahwa penambahan panjang shank sebesar 1,032 mm akan

meningkatkan bobot badan sebesar 6,833 g atau setiap kenaikan satu cm panjang

shank, maka akan meningkatkan bobot badan ayam Kampung jantan Ciamis yaitu

sebesar 62,263 g. Tabel 11 menjelaskan juga arti dari setiap perolehan nilai

elastisitas.

Teknik pendugaan bobot badan ayam Kampung jantan disajikan pada uraian

berikut ini. Pemilihan ayam Kampung jantan Ciamis sampel dilakukan acak.

Bilaayam Kampung jantan Ciamis sampel memiliki ukuran panjang femur (X1)

149,920 mm; panjang tibia (X2) 171,980 mm; panjang tarsometatarsus (X3) 99,310

mm; lingkar tarsometatarsus (X4) 50,000 mm;panjang sayap (X5) 150,920 mm;

panjang maxilla (X6) 33,730 mm; tinggi jengger (X7) 24,250 mm; panjang jari ketiga

(X8) 66,060 mm; panjang dada (X9) 154,910 mm; lebar dada (X10) 87,110 mm;

dalam dada (X11) 83,630 mm dan lebar pinggul (X12) 70,460 mm; maka bobot

badannya dapat diduga. Berdasarkan persamaan ayam Kampung jantan Ciamis pada

Tabel 10, maka diduga perolehan bobot badan sebesar 2.069,720 g. Ayam Kampung

jantan Ciamis sampel dijadikan standar untuk pengukuran ayam Kampung jantan

Ciamis lain dalam populasi. Bila panjang shank dijadikan patokan dalam penentuan

pendugaan bobot badan, maka panjang shank ayam Kampung jantan Ciamis sampel

yang telah diukur dibandingkan dengan ayam jantan lain. Bila ditemukan panjang

shank ayam jantan lain yang lebih kecil, maka selisih yang diperoleh dalam satuan

cm dikalikan 62,263 g sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan

pengurang dari nilai bobot badan dugaan (2.069,720 g).

Nilai elastisitas terhadap variabel ukuran linear permukaan tubuh ayam

Kampung Ciamis betina disajikan pada Tabel 12. Semua varibel dapat digunakan

untuk menduga bobot badan karena berkorelasi nyata terhadap bobot badan

(P<0,01). Elastisitas variabel tertinggi pada ayam Kampung betina Ciamis adalah

lingkar shank.

39  

Tabel 12. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh terhadap Bobot Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Ciamis Betina

Urutan Elastisitas Ukuran Variabel * Elastisitas (Ei)

Peningkatan Bobot Badan pada Setiap 1 cm Ukuran Variabel

-------------(g)---------

Lingkar Shank 0,327 118,231

Panjang Dada 0,258 29,137

Panjang Sayap 0,239 24,964

Panjang Shank 0,236 44,823

Panjang Maxilla 0,217 107,222

Panjang Tibia 0,207 23,500

Lebar Dada 0,196 40,741

Dalam Dada 0,196 43,316

Lebar Pinggul 0,181 39,937

Panjang Jari Ketiga 0,171 51,273

Panjang Femur 0,058 7,701

Tinggi Jengger 0,015 23,010 Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi.

Lingkar shank dapat digunakan untuk menduga bobot badan yang dapat

diartikan sebagai penambahan satu % lingkar shank ayam Kampung betina Ciamis

dapat meningkatkan bobot badan sebesar 0,327%; karena nilai elastisitas lingkar

shank ditemukan sebesar 0,327 (Tabel 12). Hasil statistik deskriptif menyatakan

bahwa rataan lingkar shank ayam Kampung betina Ciamis ditemukan sebesar 44,760

mm (Tabel 3); sehingga penambahan 1% lingkar shank diartikan sebagai

penambahan lingkar shank sebesar 0,448 mm. Hasil statistik deskriptif menyatakan

bahwa rataan bobot badan ayam Kampung betina Ciamis ditemukan sebesar 1.618 g

(Tabel 3). Peningkatan bobot badan sebesar 0,327% diartikan sebagai peningkatan

bobot badan sebesar 5,291 g.Hasil perhitungan ini menyimpulkan bahwa

penambahan lingkar shank sebesar 0,448 mm akan meningkatkan bobot badan

sebesar 5,291 g atau setiap kenaikan satu cm lingkar shank, maka akan

meningkatkan bobot badan ayam Kampung betina Ciamis yaitu sebesar 118,231 g.

Begitu pula sebaliknya bila lingkar shank ditemukan lebih kecil, maka setiap

penurunan satu cm lingkar shank akan menurunkan bobot badan sebesar 118,231 g.

40  

Teknik pendugaan bobot badan ayam Kampung betina Ciamis disajikan pada

uraian berikut ini. Pemilihan ayam Kampung betina Ciamis sampel dilakukan acak.

Bilaayam Kampung betina Ciamis sampel yang akan dijadikan betina standar,

memiliki ukuran panjang femur (X1) 125,040 mm; panjang tibia (X2) 151,840 mm;

panjang tarsometatarsus (X3) 86,450 mm; lingkar tarsometatarsus (X4) 40,000

mm;panjang sayap (X5)150,570 mm; panjang maxilla (X6)35,040 mm; tinggi jengger

(X7) 18,650 mm; panjang jari ketiga (X8)61,670 mm; panjang dada (X9) 161,520

mm; lebar dada (X10)72,680 mm; dalam dada (X11) 68,320 mm dan lebar pinggul

(X12) 68,780 mm; maka bobot badannya dapat diduga. Berdasarkan persamaan ayam

Kampung betina Ciamis pada Tabel 10, maka diduga perolehan bobot badan sebesar

1.620,220 g. Lingkar shank dijadikan patokan dalam penentuan pendugaan bobot

badan, dengan mengukur lingkar shank pada betina lain populasi yang sama. Lingkar

shank ayam Kampung betina Ciamis sampel dibandingkan dengan ayam betina lain

yang akan diduga bobot badannya. Bila ditemukan lingkar shank ayam betina lain

yang lebih besar, maka selisih yang diperoleh dalam satuan cm dikalikan 118,231 g

sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan penambah dari nilai

bobot badan dugaan ayam Kampung betina sampel. Bila ditemukan lingkar shank

ayam betina lain yang lebih kecil, maka selisih yang diperoleh dalam satuan cm

dikalikan 118,231 g sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan

pengurang dari nilai bobot badan dugaan ayam Kampung betina sampel.

Persamaan regresi pendugaan bobot badan jantan dan betina pada ayam

Kampung di Tegal ditunjukkan pada Tabel 13. Panjang femur (X1), panjang tibia

(X2), panjang tarsometatarsus (X3), lingkar tarsometatarsus (X4),panjang sayap (X5),

panjang maxilla (X6), tinggi jengger (X7), panjang jari ketiga (X8), panjang dada

(X9), lebar dada (X10), dalam dada (X11) dan lebar pinggul (X12)sangat berpengaruh

sangat nyata terhadap bobot badan baik pada jantan maupun betina (P<0,01).

Elastisitas terbesar ditemukan pada lebar dada pada ayam Kampung Tegal

jantan. Lebar dada dapat digunakan sebagai patokan pada penentuan bobot badan

pada individu jantan lain dalam populasi ayam Kampung Tegal. Hal tersebut bukan

berarti hanya bagian lebar dada yang dijadikan sebagai patokan, karena variabel

lain dapat juga digunakan untuk menduga bobot badan.

Tabel 13. Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung Tegal pada Jantan dan Betina

41  

Jenis Kelamin Persamaan Regresi Komponen Utama R2

(n = 20)

Y = 1.392,776+2,658X1 1,448X2 0,925X3 +10,260X4+3,775X5+1,824X6 2,229X7 +4,832X8+0,908X9+8,225X10+5,056X11 +5,779X12

31,0 %

(n = 76 )

Y = 682,681+1,153X1+1,722X2+3,498X3 +1,355X4+1,483X5+2,090X6 0,766X7 +5,692X8+1,613X9+3,050X10+1,629X11 +2,922X12

26,3 %

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul; R2 = Koefisien Determinasi

Hal tersebut disajikan pada Tabel 14 mengenai elastisitas variabel linear permukaan

tubuh terhadap bobot badan pada ayam Kampung jantan Tegal.

Nilai elastisitas variabel tertinggi pada ayam Kampung jantan Tegal adalah

lebar dada. Bila lebar dada digunakan untuk menduga bobot badan pada ayam

Kampung jantan Tegal, maka diartikan bahwa penambahan satu % lebar dada ayam

Kampung jantan Tegal dapat meningkatkanbobotbadansebesar 0,378%; berdasarkan

perolehan nilai elastisitas sebesar 0,378 (Tabel 14). Hasil perhitungan statistik

deskriptif menyatakan bahwa rataan lebar dada ayam Kampung jantan Tegal

ditemukan sebesar 83,820 mm (Tabel 4); sehingga penambahan 1% lebar dada

diartikan sebagai penambahan lebar dada sebesar 0,838 mm. Tabel 4 menyajikan

hasil statistik deskriptif menyatakan bahwa rataan bobot badan ayam Kampung

jantan Tegal sebesar 1.825 g. Peningkatan bobot badan sebesar 0,378% diartikan

sebagaipeningkatanbobotbadan sebesar6,898g.Hasil perhitungan ini menyimpulkan

bahwa penambahan lebar dada sebesar 0,838 mm akan meningkatkan bobotbadan

sebesar 6,898 g atau setiap kenaikan satu cm lebar dada, akan meningkatkan bobot

badan ayam Kampung jantan Tegal yaitu sebesar 8,255 g.

Teknik pendugaan bobot badan ayam Kampung jantan Tegal, disajikan pada

uraian berikut ini. Pemilihan ayam Kampung jantan Tegal sampel dilakukan acak.

Bilaayam Kampung jantan Tegal sampel memiliki ukuran panjang femur (X1)

119,400 mm; panjang tibia (X2) 163,510 mm; panjang tarsometatarsus (X3) 101,950

mm; lingkar tarsometatarsus(X4) 52,000 mm;panjang sayap (X5)153,520 mm;

42  

Tabel 14. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh terhadap Bobot Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Tegal Jantan

Urutan Elastisitas Ukuran Variabel * Elastisitas (Ei)

Peningkatan Bobot Badan pada Setiap 1 cm Ukuran Variabel

----------(g)---------

Lebar Dada 0,378 8,255

Panjang Sayap 0,319 37,748

Lingkar Shank 0,275 102,597

Lebar Pinggul 0,227 57,790

Dalam Dada 0,196 50,557

Panjang Femur 0,189 26,583

Panjang Jari Ketiga 0,170 48,323

Panjang Dada 0,072 9,081

Panjang Shank 0,050 9,247

Panjang Maxilla 0,032 18,238

Tinggi Jengger 0,023 22,293

Panjang Tibia 0,121 14,481 Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi.

panjang maxilla (X6) 37,410 mm; tinggi jengger (X7) 26,580 mm; panjang jari ketiga

(X8) 61,340 mm; panjang dada (X9) 153,620 mm; lebar dada (X10) 95,690 mm;

dalam dada (X11) 90,670 mm dan lebar pinggul (X12) 79,990 mm; maka bobot

badannya dapat diduga. Berdasarkan persamaan ayam Kampung jantan Tegal pada

Tabel 13, maka diduga perolehan bobot badan sebesar 1.859,190 g. Ayam Kampung

jantan Tegal sampel dijadikan standar untuk pengukuran ayam Kampung jantan

Tegal lain dalam populasi. Variabel lebar dada dijadikan patokan dalam penentuan

pendugaan bobot badan, maka lebar dada ayam Kampung jantan Tegal sampel yang

telah diukur dibandingkan dengan ayam jantan lain. Bila ditemukan lebar dada ayam

jantan lain yang lebih kecil, maka selisih yang diperoleh dalam satuan cm dikalikan

8,255 g sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan pengurang dari

nilai bobot badan dugaan (1.859,190 g). Hal yang sebaliknya dilakukan pada ayam

jantan lain dengan ukuran lebar dada yang lebih kecil dari ayam standar pada ayam

Kampung jantan Tegal.

43  

Tabel 15 menunjukkan tingkat sensitivitas yang diperlihatkan dengan nilai

elastisitas terhadap variabel ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung Tegal

betina. Setiap variabel memiliki nilai elastisitas yaitu kemampuan sensitivitas

varaiabel terhadap pendugaan bobot badan. Elastisitas variabel tertinggi pada ayam

Kampung betina Tegal adalah panjang jari ketiga. Penambahan 1% panjang jari

ketiga ayam Kampung betina Tegal dapat meningkatkan bobot badan sebesar

0,228%; berdasarkan perolehan nilai elastisitas sebesar 0,228.

Tabel 15. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh terhadap Bobot Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Tegal Betina

Urutan Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh* Elastisitas (Ei)

Peningkatan Bobot Badan pada Setiap 1 cm Ukuran Variabel

-----------(g)---------- Panjang Jari Ketiga 0,228 56,924

Panjang Shank 0,210 34,976 Panjang Tibia 0,174 17,220 Lebar Dada 0,172 30,504

Panjang Dada 0,159 16,127 Panjang Sayap 0,152 14,827 Lebar Pinggul 0,144 29,220 Panjang Femur 0,098 11,535

Dalam Dada 0,080 16,290 Panjang Maxilla 0,046 20,899 Lingkar Shank 0,041 13,548 Tinggi Jengger 0,006 7,662

Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi

Hasil statistik deskriptif menyatakan bahwa rataan panjang jari ketiga ayam

Kampung betina Tegal ditemukan sebesar 54,890 mm (Tabel4); sehingga

penambahan satu % panjang jari ketiga diartikan sebagai penambahan panjang jari

ketiga sebesar 0,549 mm. Hasil statistik deskriptif menyatakan bahwa rataan bobot

badan ayam Kampung betina Tegal ditemukan sebesar 1.368,4 g (Tabel 4).

Peningkatan bobot badan sebesar 0,228% diartikan sebagai peningkatan bobot

badan sebesar 3,119 g. Hasil perhitungan ini menyimpulkan bahwa penambahan

44  

panjang jari ketiga sebesar 0,549 mm akan meningkatkan bobot badan sebesar 3,119

g atau setiap kenaikan satu cm panjang jari ketiga, maka akan meningkatkan bobot

badan ayam Kampung betina Tegal yaitu sebesar 56,924 g. Hal tersebut berlaku

sebaliknya bila ditemukan ukuran panjang jari ketiga yang lebih kecil dari ayam

standar.

Teknik pendugaan bobot badan ayam Kampung betina disajikan pada uraian

berikut ini. Pemilihan ayam Kampung betina Tegal sampel dilakukan acak. Bila

Ayam Kampung betina Tegal sampel memiliki ukuran panjang femur (X1) 99,740

mm; panjang tibia (X2) 145,570 mm; panjang tarsometatarsus (X3) 86,280 mm;

lingkar tarsometatarsus (X4) 47,000 mm;panjang sayap (X5)130,210 mm; panjang

maxilla (X6) 31,520 mm; tinggi jengger (X7) 28,190 mm; panjang jari ketiga (X8)

53,040 mm; panjang dada (X9) 141,190 mm; lebar dada (X10) 69,770 mm; dalam

dada (X11) 90,020 mm dan lebar pinggul (X12) 66,580 mm; bobot badannya dapat

diduga. Berdasarkan persamaan ayam Kampung betina Tegal pada Tabel 13, maka

diduga perolehan bobot badan sebesar 1.369,500 g. Ayam Kampung betina Tegal

sampel dijadikan standar untuk pengukuran ayam Kampung betina Tegal lain dalam

populasi. Bila panjang jari ketiga dijadikan patokan dalam penentuan pendugaan

bobot badan, maka betina Tegal ayam Kampung betina Tegal sampel yang telah

diukur dibandingkan dengan ayam betina lain. Bila ditemukan panjang jari

ketigaayam betina lain yang lebih kecil, maka selisih yang diperoleh dalam satuan

cm dikalikan 62,263 g sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan

Tabel 16. Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung Blitar pada Jantan dan Betina

Jenis Kelamin Persamaan Regresi Komponen Utama R2

(n = 38 )

Y = 3.154,125+0,507X1+3,123X2+4,765X3 +12,968X4+1,086X5+13,785X6+9,164X7 –3,435X8+5,625X9+12,045X10+5,488X11 + 11,079 X12

46,4 %

(n =72 )

Y = 1.709,424+1,114X1+1,675X2+3,940 X3 +11,829X4+2,645X5+4,076X6+7,963X7 + 6,307 X8+2,079 X9+4,353X10 +2,614X11 +3,762X12

29,4 %

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul; R2 = Koefisien Determinasi

45  

pengurang dari nilai bobot badan dugaan (1.369,500 g). Hal yang sebaliknya berlaku

juga pada ayam betina lain dengan ukuran panjang jari ketiga yang lebih besar.

Tabel 16 memberikan gambaran bahwa semua variabel berpengaruh terhadap

pendugaan bobot badan.Berdasarkan persamaan pada Tabel 16, nilai elastisitas dapat

diturunkan.Hal tersebut disajikan pada Tabel 17.

Bobot badan dapat diduga berdasarkan model persamaan regresi komponen

utama, hanya pada ayam sampel. Pendugaan bobot badan individu lain dalam

populasi, dapat ditentukan kemudian dengan teknik yang berbeda.

Elastisitas variabel tertinggi pada ayam Kampung jantan Blitar adalah lebar

dada (Tabel 17); yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan. Hal tersebut

berartipenambahan satu % lebar dada ayam Kampung jantan Blitar dapat

meningkatkan bobot badan sebesar 0,437%; berdasarkan perolehan nilai elastisitas

sebesar 0,437.Hasil statistik deskriptif menyatakan bahwa rataan lebar dada ayam

Kampung jantan Blitar ditemukansebesar 84,330mm (Tabel 5); sehingga

Tabel 17. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh terhadap Bobot Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Blitar Jantan

Urutan Elastisitas Ukuran Variabel *

Elastisitas (Ei) Peningkatan Bobot

Badan pada Setiap 1 cm Ukuran Variabel

-----------(g)---------

Lebar Dada 0,437 120,450

Panjang Dada 0,355 56,251

Lebar Pinggul 0,342 110,790

Lingkar Shank 0,298 129,678

Panjang Shank 0,236 47,647

Panjang Tibia 0,229 31,228

Panjang Maxilla 0,220 137,847

Dalam Dada 0,174 54,885

Tinggi Jengger 0,074 91,641

Panjang Sayap 0,071 10,863

Panjang Femur 0,028 5,075

Panjang Jari Ketiga 0,106 34,352 Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi

46  

penambahan satu % lebar dada diartikan sebagai penambahan lebar dada sebesar

0,843 mm. Hasil statistik deskriptif menyatakan bahwa rataan bobot badan ayam

Kampung jantan Blitar ditemukan sebesar 2.323,700 g (Tabel 5). Peningkatan bobot

badan sebesar 0,437% diartikan sebagai peningkatan bobot badan sebesar 10,155 g.

Hasil perhitungan ini menyimpulkan bahwa penambahan lebar dada sebesar 0,843

mm akan meningkatkan bobot badan sebesar 10,155 g atau setiap kenaikan satu cm

lebar dada, maka akan meningkatkan bobot badan ayam Kampung jantan Blitar

sebesar 120,450g.

Teknik pendugaan bobot badan ayam Kampung jantan disajikan pada uraian

berikut ini. Pemilihan ayam Kampung jantan Blitar sampel dilakukan acak. Bila

ayam Kampung jantan Blitar sampel memiliki ukuran panjang femur (X1) 123,410

mm; panjang tibia (X2) 172,240 mm; panjang tarsometatarsus (X3) 122,550 mm;

lingkar tarsometatarsus (X4)52,000 mm;panjang sayap (X5)149,000 mm;panjang

maxilla (X6) 38,930 mm; tinggi jengger (X7) 18,500 mm; panjang jari ketiga (X8)

76,410 mm; panjang dada (X9) 134,310 mm; lebar dada (X10) 83,760 mm; dalam

dada (X11) 86,420 mm dan lebar pinggul (X12) 70,800 mm; maka bobot badannya

daat diduga. Berdasarkan persamaan ayam Kampung jantan Blitar pada Tabel 15,

maka diduga perolehan bobot badan sebesar 2.333,210 g. Sampel dijadikan standar

pada ayam Kampung jantan Blitar untuk pengukuran ayam Kampung jantan Blitar

lain dalam populasi. Bila lebar dada dijadikan patokan dalam penentuan pendugaan

bobot badan, maka lebar dada ayam Kampung jantan Blitar sampel yang telah diukur

dibandingkan dengan ayam jantan lain. Bila ditemukan lebar dada ayam jantan lain

yang lebih kecil, maka selisih yang diperoleh dalam satuan cm dikalikan 120,450g

sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan pengurang dari nilai

bobot badan dugaan (2.333,210 g).

Tabel 18 menyajikan nilai elastisitas terhadap variabel ukuran linear

permukaan tubuh ayam Kampung Blitar betina. Hasil perhitungan menunjukkan

bahwa semua varibel yang diamati dapat digunakan untuk menduga bobot

badan.Lingkar shank memiliki nilai elastisitas variabel tertinggi pada ayam

Kampung betina Ciamis. Lingkar shank dapat digunakan untuk menduga bobotbadan

yang dapat diartikan sebagai penambahan satu % lingkar shankayamKampung

betina

47  

Blitar dapat meningkatkan bobot badan sebesar 0,333%; berdasarkan perolehan

nilai elastisitas sebesar 0,333.

Tabel 18. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh terhadap Bobot Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Blitar Betina

Urutan Elastisitas Ukuran Variabel *

Elastisitas (Ei) Peningkatan Bobot

Badan pada Setiap 1 cm Ukuran Variabel

----------(g)---------

Lingkar Shank 0,333 118,293

Panjang Sayap 0,255 26,449

Panjang Jari Ketiga 0,251 63,067

Panjang Shank 0,227 39,401

Lebar Dada 0,216 43,530

Panjang Dada 0,184 20,790

Lebar Pinggul 0,165 37,617

Panjang Tibia 0,159 16,750

Dalam Dada 0,111 26,140

Panjang Maxilla 0,086 40,760

Panjang Femur 0,085 11,138

Tinggi Jengger 0,041 79,627 Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi

Hasil statistik deskriptif menyatakan bahwa rataan lingkar shank ayam

Kampung betina Blitar sebesar 43,240 mm (Tabel 5); sehingga penambahan satu %

lingkar shank diartikan sebagai penambahan lingkar shank sebesar 0,432 mm. Hasil

statistik deskriptif menyatakan bahwa rataan bobot badan ayam Kampung betina

Blitar ditemukan sebesar 1.534,700 g (Tabel 5). Peningkatan bobot badan sebesar

0,333% diartikan sebagai peningkatan bobot badan sebesar 5,111 g. Hasil

perhitungan ini menyimpulkan bahwa penambahan lingkar shank sebesar 0,432 mm

akan meningkatkan bobot badan sebesar 5,111 g atau setiap kenaikan satu cm

lingkar shank, maka akan meningkatkan bobot badan ayam Kampung betina Blitar

yaitu sebesar 118,293 g.

Teknik untuk menduga bobot badan ayam Kampung betina Blitar, disajikan

pada uraian berikut ini. Pemilihan ayam Kampung betina Blitar sampel dilakukan

acak. Bila ayam Kampung betina Blitar sampel memiliki ukuran panjang femur (X1)

48  

129,590 mm; panjang tibia (X2) 138,980 mm; panjang tarsometatarsus (X3) 76,830

mm; lingkar tarsometatarsus (X4) 42,000 mm;panjang sayap (X5)159,320 mm;

panjang maxilla (X6) 33,540 mm; tinggi jengger (X7) 6,840 mm; panjang jari ketiga

(X8) 55,340 mm; panjang dada (X9) 147,89mm; lebar dada (X10) 78,640 mm; dalam

dada (X11) 77,320 mm dan lebar pinggul (X12) 67,270 mm; maka bobot badannya

dapat diduga. Berdasarkan persamaan ayam Kampung betina Blitar pada Tabel 16,

maka diduga perolehan bobot badan sebesar 1.633,990 g. Ayam Kampung betina

Blitar sampel dijadikan standar untuk pengukuran ayam Kampung betina Blitar lain

dalam populasi. Lingkar shank dijadikan patokan dalam penentuan pendugaan bobot

badan, maka lingkar shank ayam Kampung betina Blitar sampel yang telah diukur

dibandingkan dengan ayam betina lain. Bila ditemukan lingkar shank ayam betina

lain yang lebih kecil, maka selisih yang diperoleh dalam satuan cm dikalikan

118,293 g sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan pengurang

dari nilai bobot badan dugaan (1.633,990 g). Hal yang sebaliknya terjadi bila lingkar

shank ditemukan lebih kecil, maka setiap penurunan satu cm lingkar shank akan

menurunkan bobot badan sebesar 118,293 g pada ayam Kampung betina Blitar.

Ukuran kerangka ayam bagi peternak merupakan indikator produksi ternak

karena dapat menentukan produktivitas antara lain untuk menduga bobot badan ayam

yang dihasilkan (Suryaman, 2001). Pada penelitian ini, ukuran linear permukaan

tubuh dapat dianalogikan dengan ukuran kerangka ayam. Korelasi yang tinggi antara

bobot tubuh dengan setiap ukuran tubuh memberikan indikasi bahwa setiap ukuran

tubuh dapat digunakan sebagai penduga bobot badan (Rumondor, 1980; Soeroso et

al., 2008).Pada penelitian ini, korelasi yang tinggi (P<0,01) ditemukan antara ukuran

linear permukaan tubuh dan bobot badan, melalui Analisis Regresi Komponen

Utama; yang ditemukan pada setiap kelompok ayam Kampung yang diamati.

Mansjoer (1981) menyatakan bahwa panjang paha dam panjang betis

merupakan tempat perletakan daging. Panjang paha pada penelitian merupakan

panjang femur, sedangkan panjang betis merupakan panjang tibia. Dijelaskan oleh

Mansjoer (1981) bahwa panjang tulang paha dan betis menunjukkan produksi

daging, karena berkorelasi positif terhadap bobot badan. Berdasarkan Analisis

Regresi Komponen Utama pada penelitian ini; panjang femur dan panjang tibia,

berkorelasi positif terhadap bobot badan (P<0,01).

49  

Mansjoer (1981) menyatakan panjang shank yang besar menunjukkan

pertumbuhan atau kecepatan tumbuh yang tinggi. Menurut Kurnia (2011) ayam

Kampung memiliki korelasi positif dan nyata dengan bobot badan adalah panjang

shank. Kusuma (2002) menyatakan bahwa panjang shank merupakan variabel yang

paling cocok untuk menduga bobot badan pada ayam Kampung.

Akibat seleksi alam dan buatan (peternak) bentuk ayam Kampung berbeda di

antara Ciamis, Tegal dan Blitar. Hal tersebut dibuktikan dengan kerampingan ayam

Kampung Blitar yang berdasarkan analisis deskriptif. Kerampingan yang dimiliki

ayam Kampung Blitar disertai dengan bobot badan yang cukup besar, yang

diperlihatkan dengan lingkar shank yang diperoleh paling tinggi di antara ayam

Kampung kelompok lain. Mansjoer (1981) dan Mulyono et al. (2009) menyatakan

bahwa kerampingan shank dapat ditentukan dengan lingkar metatarsus; yang

dihubungkan dengan kemampuan ayam untuk menopang tubuh. Budipurwanto

(2001) menyatakan korelasi antara bobot badan dan lingkar shankpada ayam

Kampung sebesar 0,96. Bobot badan ayam Kampung jantan Blitar ditemukan

tertinggi di antara ayam Kampung jantan lokasi lain, sedangkan ayam Kampung

betina Ciamis ditemukan tertinggi di antara ayam Kampung betina lokasi lain.

Kusuma (2002) menyatakan lebar dada yang tinggi menyediakan ruangan

yang cukup bagi kerja organ-organ dalam pada tubuh ayam.Pada penelitian ini,

panjang dada dan dalam dada merupakan bagian dada. Mansjoer (1981) menyatakan

bahwa bagian dada merupakan tempat perletakan daging sehingga perkembangan

dari tulang dada dapat menunjukkan produksi daging.Kusuma (2002) menyatakan

lebar dada dan lingkar dada berkorelasi nyata terhadap bobot badan pada ayam

Kampung.

Tulang pinggul dan panjang sayap merupakan bagian dari kerangka tubuh

ayam. Suryaman (2001) menyatakan bahwa ukuran kerangka tubuh ayam bagi

peternak merupakan indikator produksi ternak. Berdasarkan Analisis Regresi

Komponen Utama pada penelitian ini; tulang pinggul dan panjang sayap berkorelasi

positif terhadap bobot badan (P<0,01).

Pakan yang dikonsumsi, pertama kali digunakan untuk kebutuhan hidup

pokok (Rasyaf, 2011). Kebutuhan hidup pokok ayam dikaitkan dengan ketahanan

hidup (survive) sampai pada saat tertentu yaitu pada saat kebutuhan pokok terpenuhi,

50  

ayam bersiap untuk berproduksi. Lingkungan tempat hidup berkaitan erat dengan

zona nyaman ayam untuk survive lalu berproduksi. Menurut Lucas dan Stettenheim

(1972) jengger berperanan dalam sistem sirkulasi darah. Jenggerberfungsi sebagai

termoregulator tubuh terhadap suhu lingkungan. Meskipun tinggi jengger berkaitan

dengan upaya fisiologis ayam untuk bertahan hidup pada lingkungan dengan suhu

tertentu, tinggi jengger ayam Kampung pada masing-masing lokasi memiliki ukuran

yang berbeda, yang secara tidak disadari telah diseleksi alam. Tinggi jengger yang

rendah yang telah terseleksi ketat pada ayam Kampung Blitar, berdasarkan Analisis

Regersi Komponen Utama menunjukkan bahwa bila ukuran tinggi jengger

bertambah maka bobot badan akan bertambah. Hal yang sebaliknya ditemukan pada

kelompok ayam Kampung Ciamis dan Tegal. Pada kelompok ayam Kampung

Ciamis dan Tegal, peningkatan ukuran tinggi jengger akan menurunkan bobot badan,

sebagai upaya ayam untuk tetap berada pada zona nyaman untuk bertahan hidup dan

berproduktivitas.

Jari ketiga berkembang baik pada ayam Kampung betina Blitar, karena

digunakan untuk bertengger pada saat ayam beristirahat. Lingkungan ayam

Kampung di Blitar dengan tempat beristirahat ayam tidak pada kandang, yang

berakibat pada perkembangan panjang jari ketiga yang cepat; sehingga ayam

Kampung Blitar memiliki ukuran panjang jari ketiga tertinggi diantara ayam

Kampung Ciamis dan Tegal. Perolehan nilai elastisitas pada ayam Kampung Blitar

memberikan hasil yang bertentangan antara jantan dan betina. Nilai elastisitas Ayam

Kampung panjang jari ketiga terhadap bobot badan pada jantan bernilai negatif,

sedangkan pada betina positif. Respon adaptasi ayam Kampung jantan Blitar berbeda

dengan kelompok ayam lain, karena seleksi alam terhadap panjang jari ketiga

sebagai upaya ayam jantan Blitar untuk menyeimbangkan posisi ayam pada saat

bertengger tidak memberikan respon positif terhadap bobot badan. Ayam Kampung

jantan Blitar bertahan (survive) pada kondisi bobot badan yang semakin besar

dengan panjang jari ketiga yang semakin kecil. Noor (2004) menyatakan daya

adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dapat menentukan keberhasilan ternak

untuk dapat bertahan (survive).

Kusuma (2002) menyatakan bahwa panjang paruh (maxilla) memiliki

korelasi yang tinggi dan nyata terhadap bobot badan pada ayam Kampung. Paruh

51  

berfungsi sebagai alat pengambil pakan (Rusdin, 2007). Dijelaskan lebih lanjut

bahwa ukuran paruh yang panjang pada ayam petelur akan mempengaruhi

efektivitas dan efisiensi pakan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Perbedaan ditemukan diantara jantan maupun betina ayam Kampung Ciamis,

ayam Kampung Tegal dan ayam Kampung Blitar.Perbedaan ukuran-ukuran linear

52  

permukaan tubuh ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar disebabkan faktor

lingkungan (seleksi alam) dan keputusan peternak (seleksi buatan) dalam menyeleksi

sehingga ayam Kampung Ciamis dikategorikan sebagai ayam tipe dwiguna yang

mengarah ke sifat pedaging; ayam Kampung Tegal sebagai ayam tipe dwiguna yang

mengarah ke sifat petelur; sedangkan ayam Kampung Blitar sebagai ayam tipe

dwiguna yang mengarah ke sifat pedaging dan petelur.

Pengaruh yang sangat nyata antara ukuran-ukuran linear tubuh terhadap

bobot badan ditemukan sehingga peningkatanukuran-ukuranlinear tubuh maka akan

meningkatkan bobot badan ayam Kampung yang diamati. Nilai elastisitas tertinggi

tidak harus dijadikan patokan dalam pendugaan bobot badan ayam dilapang. Setiap

kenaikan satu % variabel yang diamati akan menaikkan persentase bobot badan ayam

Kampung atau ternak yang diamati sebesar nilai elastisitas.Kepraktisan pendugaan

bobot badan di lapang lebih diutamakan. Pada penelitian, elastisitas tertinggi

ditemukan pada panjang shank (ayam Kampung jantan Ciamis), lingkar shank (ayam

Kampung betina Ciamis dan betina Blitar), lebar dada (ayam Kampung jantan Tegal

dan jantan Blitar) dan panjang jari ketiga (ayam Kampung betina Tegal).

Saran

Pendugaan bobot badan berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama

(ARKU) dapat dilakukan pada lokasi pengamatan lain mempertimbangkan

penyebaran ayam Kampung yang tinggi di Indonesia dengan penggunaan sampel

yang lebih banyak berdasarkan persentase populasi penyebaran ayam Kampung di

tiap-tiap wilayah yang diamati. Persamaan pendugaan bobot badan dapat dibentuk

berdasarkan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh yang memiliki nilai elastisitas

tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Alfahriani. 2003. Tanggap kebal terhadap virus new castle disease dan hubungannya dengan bobot badan pada ayam Kampung tanpa vaksin di desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Bogor. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

53  

Badan Pusat Statistik. 2010. Populasi ternak tahun 2010. http://bps.go.id. [Disunting terakhir 2010] [8 April 2011].

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Prakiraan cuaca Indonesia. http://www.bmkg.go.id [Disunting terakhir 2012]. [3 Juli 2012]

Badriah, S.2011. Studi morfometrik tubuh burung dara laut (LARIDAE) melalui Analisis Komponen Utama dan jarak minimum D2-Mahalanobis. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Budipurwanto, T. 2001. Studi tentang fenotip ayam buras berdasarkan sifat kuantitatif dan kualitatif ayam. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Biology Online Team. 2005a. Shape. http://www.biology-online.org/dictionary/ Shape. [Last modified in October 3rd, 2005] [6 April 2012].

Biology Online Team. 2005b. Size. http://www.biology-online.org/dictionary/Size. [Last modified in October 3rd, 2005] [6 April 2012].

Biology Online Team. 2005c. Morphology. http://www.biology-online.org/ dictionary/Morphology. [Last modified in October 3rd, 2005][4 April 2011].

Candrawati, V.Y.2007. Studi ukuran dan bentuk tubuh ayamKampung, ayam Sentul dan ayam Wareng Tangerang.Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Volume II. Tarsito, Bandung.

Gunawan, et al. 2004. SISKA (Sistim Integrasi Sapi Kelapa Sawit) di perkebunan rakyat Bengkulu. Badan Litbang Provinsi Bengkulu.

Herren, R. 2000. The Science of Animal Agriculture. 2nded. Delmar, New York.

Hutt, F.B. 1949. Genetics of the Fowl. McGraw-Hill Book Company, Inc., New York.

Kurniawati, A. 2008.Ukuran dan bentuk tubuh ayam Arab,ayam Kampung dan ayam Pelungberdasarkan Analisis Komponen Utama. Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Kurnia,Y. 2011. Morfometrik ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada fase pertumbuhan dari umur 1-12 minggu. Skripsi.Fakultas Peternakan.Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Kusuma, A.S. 2002. Karakteristik sifat kuantitatif dan kualitatif ayam Merawang dan ayam Kampung Umur 5-12 Minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lucas, A. M., & P. R. Stettenheim. 1972. Avian anatomy. Integument. Agriculture Handbook 362, U.S. Dept. Agric., Washington, D.C.

Mansjoer S.S. 1996. Studi karakteristik dan sifat-sifat genetik melalui polimorfisme protein pada ayam Sentul, Pelung dan Kampung. Bogor. Laporan Penelitian ARMP-Project, Kerjasama IPB-Balitnak.

54  

Mansjoer, S. S. 1985. Pengkajian sifat-sifat produksi ayam Kampung serta persilangannya dengan Rhode Island Red. Disertasi. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mansjoer S.S. 1981. Studi Sifat-sifat Ekonomis yang Menurun pada Ayam Kampung. Laporan Penelitian No 15/Penelitian/PUT/IPB/1979-1980. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.

Martojo, H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas

Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mattjik, A. A. & M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan AplikasiSAS dan Minitab. Jilid I. Edisi ke-2. Institut Pertanian Bogor (IPB) Press,

Bogor.

Mc. Henry. 2008. Incubation and Embryology. U.S. Department of Agriculture. University of Illinois Extension.

Mc Lelland, J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolfe Publishing Ltd., London.

Mitra Unggas. 2008. Bisnis DOC ayam buras. http://www.mitraunggas.com [2008].

Moniharpon, M.1997. Studi sifat-sifat biologis ayam Kampung dan ayam Gemba di Maluku sampai dewasa kelamin. Tesis. Bogor: Program Pascasarjana, IPB.

Moreng,R.E & J.S Avens.1985. Poultry Science and Production Reston Publishing Company, Inc, Reston. Virginia.

Mufti, R. 2003. Studi ukuran dan bentuk tubuh ayam Kampung, ayam Pelung dan persilangannya. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mulliadi, D. 1996. Sifat fenotipik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mulyono,R.H, T Sartika & R.D Nugraha 2009. A Study of Morphometric Phenotypic Characteristic of Indonesian Chicken : Kampong, Sentul and Wareng-Tangerang, Based on Discriminant Analysis, Wald-Anderson Criteria and Mahalanobis Minimum Distance. The 1st International Seminar on Animal Industry Faculty of Animal Science. Bogor Agricultural University.

Mulyono, R.H. & R.B. Pangestu.1996. Analisis statistik ukuran-ukuran tubuh dan analisis karakter-karakter genetic eksternal pada ayam Kampung, Pelung, dan Kedu. SeminarHasil-Hasil Penelitian Institut Pertanian Bogor. Hal : 17-21.

Nataamijaya, A.G. 2008. The native chicken of Indonesian. Buletin Plasma Nutfah. 14(2) :85-89.

Noor, R.R. 2004. Ilmu Genetika Ternak Cetakan ketiga. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nugraha,R. D.2007.Perbandingan morfometrik ayam Kampung, Wereng Tanggerang dan Sentul melalui analisis diskriminan. Skripsi. Fakultas Peternakan.Institut Pertanian Bogor.Bogor.

55  

Nishida, T., K. Nozawa, Y. Hayashi, T. Hashiguchi & S.S. Mansjoer. 1982. Body measurement and analysis of external genetic characters of Indonesian native fowl. The origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Page : 73-83.

Nishida, T., K. Nozawa, K. Kondo, S.S. Mansjoer & H. Martojo. 1980. Morphological and genetical studies on the Indonesian native fowl.The Origin and Phylogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Hal : 47-70.

Otsuka, J., T. Namikawa, K. Nozawa, & H. Martojo. 1982. Statistical analysis on the body measurements of East Asian Native Cattle and Bantengs. The Origin

and Philogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Tokyo. P: 7-18.

Pemerintah Daerah propinsi Jawa Barat. http://www.ciamiskab.go.id/teras/info-ciamis/tentang-ciamis. [Disunting terakhir 2011] [10 April 2012].

Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal. http://www.tegalkab.go.id/page.php?id=8 [Disunting terakhir 2011] [10 April 2012].

Pemerintah Kabupaten Blitar. http://www.blitarkab.go.id/sekilas-kab-blitar/132.html [Disunting terakhir 2011] [10 April 2012].

Pernomo,S. 2011. Pendugaan bobot badan jantan sapi bali dan sapi Peranakan Ongole (PO) berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Petelur. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M. 2011. Manajemen Peternakan Ayam Broiler, Jakarta.

Rumondor, F.F. 1980. Hubungan antara beberapa sifat produksi ayam Kampung di desa Cigombong, kecamatan Cijeruk, kabupaten Bogor. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rusdin, M. 2007. Analisis fenotipe, genotipe dan suara ayam Pelung di Kabupaten Cianjur. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sartika, T., S. Iskandar, L. H. Prasetyo, H. Takahashi, & M. Mitsuru. 2004. Karakteristik genetik ayam Kampung, Pelung, Sentul dan Kedu Hitam dengan menggunakan penanda DNA mikrosatelit: I. Grup pemetaan pada makro kromosom. J. Ilmu Ternak dan Veteriner. 9 (2) : 81-86.

Sartika, T. 2000. Studi keragaman fenotipik dan genetik ayam kampung (Gallus gallus domesticus) pada populasi dasar seleksi. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Scanes, C. G. 2003. Biology of Growth of Domestic Animals. 1st Ed. Iowa StatesPress, Iowa.

Sisson, S & J. D. Grossman. 1953. The Anatomy of the Domestic Animals. 4th Revised Edition. W. B. Saunders Company, Philadelphia.

56  

Sisson, S & J. D. Grossman. 1975. The Anatomy of the Domestic Animals. 5th Revised Edition. W. B. Saunders Company, Philadelphia.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Madha University Press, Yogyakarta.

Soeroso, Awaluddin & S. Mozin. 2008. Studi dimensi tubuh dan korelasinya dengan bobot badan pada ayam Kampung di Sigi Biromaru. J. Agri Sains 9 (3) : 160-161.

Sulandari, S., M. S. A. Zein., S. Paryanti, T. Sartika, M. Astuti, T. Widjastuti, E. Sudjana, S. Darana, I. Setiawan & D. Garnida. 2007. Sumberdaya genetik ayam lokal Indonesia. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ayam Lokal 50 Indonesia: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Hal : 45-67.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono & R. Kartosudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suryaman, A. 2001. Perbandingan morfometri ayam Kampung, ayam Pelung dan ayam keturunan pertama (F1) persilangan Pelung Kampung umur 5-12minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Syahid, A. 2009. Koefisien keragaman. http://abdulsyahid-forum.blogspot.com. Blog Edukasi. Disunting terakhir pada 2 April 2009. [12 Mei 2012].

Utami., T. 2008. Pola pertumbuhan berdasarkan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh domba Lokal di Unit Pendidikan dan penelitian Peternakan Jonggol UP3J). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistika. Cetakan ke-3. PT Gramedia, Jakarta.

Yani,A. Purwanto. 2006. Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respons Fisiologis Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi Lingkungan untuk Meningkatkan Produktivitasnya. Media Peternakan. IPB. Bogor.

Zeffer, A., L.C. Johanson & A. Marmebro. 2003. Functional correlation between habitat use and leg morphology in birds (Aves). Gotenborg. Biological Journal of the Linnean Society; 79, 461–484.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi,

57  

seminar, penelitian dan skripsi dengan lancar. Shalawat dan salam tak lupa Penulis

curahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat-sahabatnya sehingga kita

semua senantiasa memperoleh perlindungan Allah SWT.

Terima kasih yang sedalam-dalamnya Penulis ucapkan kepada Ir. Rini H.

Mulyono, M.Si. dan Dr. Ir. Rukmiasih, MSsebagai dosen Pembimbing Skripsi yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran dalam

penyusunan serta penyelesaian skripsi, dan Prof.Ir.Muladno, MSA; Dr.Ir. Ibnu Katsir

Amarullah,MS; Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si sebagai penguji yang telah

memberikan saran yang membangun. Terima kasih Penulis ucapkan kepada Nur

Muttaqin,S.Hi dan segenap masyarakat desa Tanjung Manggu, Ciamis, Jawa Barat;

Bapak Jaenudin dan segenap masyarakat desa Dampyak, Tegal, Jawa Tengah serta

Bapak Ribut dan Mulyanto yang telahmengijinkan, memberikan fasilitas dan

membantu dalam pelaksanaan penelitian, kepada Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu, MS

sebagai Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ayah bunda tercinta bapak H.

Suwarno Saleh, dan ibu Istriningsih Rahayu; Kakak tercinta (Anitha, Indra,

Hendriyanto dan Eni) serta Eyang kakung dan Eyang putri yang senantiasa

memberikan kasih sayang dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi. Penulis

sampaikan terima kasih kepada Yayang Sophiyan yang telah memberikan motivasi

dan semangat dalam penyelesaian skripsi dan kepada teman seperjuangan Sita, Fitria,

Alexandra, Yenny, teman satu bimbingan (Ika, Dini, Bedi, Restu, Ester, Mban, Indah

Permata),Pipih Suningsih, A.Md, Dadang yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi. Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman kandang ABC

(Kuswanto dan Ari) dan IPTP 45yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

Terakhir Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh civitas akademika Fakultas

Peternakan Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Bogor, Juli 2012

Penulis

Lampiran 1. Koefisien Keragaman Ukuran-ukuran Tubuh Ayam Kampung Jantan dan Betina pada Lokasi Ciamis, Tegal dan Blitar

Variabel Ciamis Tegal Blitar

58  

Keterangan: n = jumlah sampel

Lampiran 2. Korelasi antara Bobot Badan dan Beberapa Variabel Linear Permukaan Tubuh yang Berhubungan dengan Produksi pada ayam Kampung Jantan di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar

Variabel Jantan Ciamis Jantan Tegal Jantan Blitar

Panjang Femur 0,020 tn (0,896)

0,088 tn (0,713)

0,254 tn (0,124)

Panjang Tibia 0,218 tn (0,150)

0,207 tn (0,380)

0,150 tn (0,369)

Panjang Shank 0,505 ** (0,000)

0,207 tn (0,381)

0,298 tn (0,069)

Lingkar shank 0,486 ** (0,001)

0,740 ** (0,000)

0,822 ** (0,000)

Panjang Sayap 0,277 tn (0,066)

0,426 tn (0,061)

0,391 * (0,015)

Panjang Dada 0,182 tn (0,232)

0,374 tn (0,104)

0,227 tn (0,170)

Lebar Dada 0,433 ** (0,003)

0,283 tn (0,226)

0,681 ** (0,000)

Dalam Dada 0,457 ** (0,002)

0,595 ** (0,006)

0,252 tn (0,127)

Lebar Pinggul 0,265 tn (0,079)

0,442 tn (0,051)

0,220 tn (0,185)

Keterangan: ** = sangat nyata (p<0,01); ; tn = tidak nyata (p>0,05) angka dalam tanda kurung menyatakan nilai P

Lampiran 3. Korelasi antara Bobot Badan dan Beberapa Variabel Linear Permukaan Tubuh yang Berhubungan dengan Produksi pada ayam Kampung Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar

♂ n = 45

♀ n = 50

♂ n = 20

♀ n = 76

♂ n = 38

♀ n = 72

Panjang Femur (X1) 12,19% 15,06% 12,61% 13,76% 13,34% 14,24%

Panjang Tibia (X2) 9,95% 14,12% 11,62% 11,44% 9,59% 8,98%

Panjang Shank (X3) 10,48% 14,71% 10,68% 9,69% 9,06% 10,31%

Lingkar Shank (X4) 13,36% 8,21% 11,66% 9,60% 12,55% 8,46%

Panjang Sayap (X5) 11,34% 13,79% 9,77% 11,14% 12,98% 10,49%

Panjang Maxilla (X6) 13,89% 11,46% 18,59% 15,31% 11,97% 12,23%

Tinggi Jengger (X7) 56,87% 58,53% 50,42% 55,32% 44,47% 41,93%

Panjang Jari Ketiga (X8) 12,15% 13,22% 11,54% 10,39% 7,68 % 11,74%

Panjang Dada (X9) 10,06% 12,42% 8,97% 9,71% 9,41% 9,89%

Lebar Dada (X10) 11,06% 10,81% 8,43% 11,46% 8,49% 8,47%

Dalam Dada (X11) 12,06% 10,81% 13,00% 12,18% 17,34% 12,79%

Lebar Pinggul (X12) 10,81% 12,61% 9,84% 9,33% 8,28% 8,94%

59  

Variabel Ciamis Tegal Blitar

Panjang Femur 0,108 tn (0,455)

0,200 tn (0,083)

0,132 tn (0,268)

Panjang Tibia 0,344 * (0,014)

0,327 ** (0,004)

0,168 tn (0,158)

Panjang Shank 0,557 ** (0,000)

0,397 ** (0,000)

0,239 * (0,043)

Lingkar shank 0,439 ** (0,001)

0,108 tn (0,355)

0,398 ** (0,001)

Panjang Sayap 0,497 ** (0,000)

0,333 ** (0,003)

0,383 ** (0,001)

Panjang Dada 0,444 ** (0,001)

0,452 ** (0,000)

0,301 * (0,010)

Lebar Dada 0,336 * (0,017)

0,195 tn (0,092)

0,395 ** (0,001)

Dalam Dada 0,336 * (0,017)

0,292 * (0,010)

0,272 * (0,021)

Lebar Pinggul 0,445 ** (0,001)

0,166 tn (0,151)

0,063 tn (0,600)

Keterangan: ** = sangat nyata (p<0,01); ; tn = tidak nyata (p>0,05) angka dalam tanda kurung menyatakan nilai P

Lampiran 4. Urutan Ukuran Panjang Maxilla, Tinggi Jengger dan Panjang Jari Ketiga pada Ayam Kampung Jantan Ciamis, Tegal dan Blitar

Jantan Ciamis Tegal Blitar

Panjang Maxilla 2 3 1*

Tinggi Jengger 1 2 3*

Panjang Jari Ketiga 3 2 1*

Keterangan: 1=tinggi; 2=sedang; 3=rendah; *terseleksi ketat

Lampiran 5. Urutan Ukuran Panjang Maxilla, Tinggi Jengger dan Panjang Jari Ketiga pada Ayam Kampung Betina Ciamis, Tegal dan Blitar

Betina Ciamis Tegal Blitar

Panjang Maxilla 1* 3 2

Tinggi Jengger 1 2 3*

Panjang Jari Ketiga 3 2* 1

Keterangan: 1=tinggi; 2=sedang; 3=rendah; *terseleksi ketat

Lampiran 6. Perhitungan Manual Statistik T2 Hotelling pada Ayam Kampung Jantan Ciamis dan Ayam Kampung Jantan Tegal

Hipotesis

60  

Ho : U1 = U2 artinya vektor nilai rata-rata kelompok ternak Jantan Ciamis sama dengan kelompok ternak Jantan Tegal

H1 : U1 U2 artinya kedua vektor nilai rata berbeda

Rumus T2 Hotelling :

T2 = n1n2 X1-X2 ‘SG-1X1-X2

n1+n2

Selanjutnya besaran

F = T2

Akan berdistribusi dengan derajat bebas V1 = dan V2 = n1+n2-p-1

n1 = jumlah populasi ayam Kampung Jantan Ciamis

n2 = jumlah populasi ayam Kampung Jantan Tegal

Matriks Kovarian Ayam Kampung Jantan Ciamis (S1)

Matriks Kovarian Ayam Kampung Jantan Tegal (S2)

241,292 17,887 4,406 18,8273 59,7 4,6441 14,226 33,055 50,655 56,6577 53,3275 29,7915

17,887 259,951 60,785 38,8196 67,97 16,0001 8,157 2,563 74,467 7,5282 6,623 45,0989

4,406 60,785 117,11 36,3608 98,556 18,5357 0,111 12,9394 36,76 15,2929 19,5786 17,8834

18,827 38,82 36,361 49,4818 39,476 15,8737 26,413 6,1146 36,445 14,2174 14,9364 17,977

59,7 67,97 98,556 39,476 344,207 13,7763 12,148 2,3178 82,609 32,1448 42,9916 21,0705

4,644 16 18,536 15,8737 13,776 25,525 25,519 11,4932 23,222 3,5906 1,3973 14,3567

14,226 8,157 0,111 26,4129 12,148 25,5187 227,961 22,1593 15,886 6,0213 0,3279 6,8164

33,055 2,563 12,939 6,1146 2,318 11,4932 22,159 56,992 4,122 3,745 6,1569 0,2474

50,655 74,467 36,76 36,4449 82,609 23,2223 15,886 4,1217 233,075 11,5254 1,2757 39,1914

56,658 7,528 15,293 14,2174 32,145 3,5906 0,328 3,745 11,525 83,9948 82,3755 18,944

53,327 6,623 19,579 14,9364 42,992 1,3973 6,021 6,1569 1,276 82,3755 91,0396 21,0354

29,792 45,099 17,883 17,977 21,07 14,3567 6,816 0,2474 39,191 18,944 21,0354 66,7996

61  

Langkah 2

Membuat matriks gabungan (SG) dari rumus berikut :

SG =

Sehingga diperoleh hasil berupa matriks SG

248,842 3,17 4,971 18,6183 75,756 10,3544 19,843 39,9483 42,27 48,9428 40,1043 12,0633

3,17 276,565 64,795 25,6712 18,271 19,7382 4,407 6,1608 67,605 7,1936 11,0221 30,4522

4,971 64,795 115,603 29,4164 64,831 21,7076 4,051 14,3889 32,898 7,0026 12,5454 17,6793

18,618 25,671 29,416 44,3452 43,326 12,5996 17,852 5,4355 29,557 14,5079 20,8268 17,7503

75,756 18,271 64,831 43,326 308,764 5,4844 6,377 8,1598 50,544 33,3432 47,2376 24,9739

10,354 19,738 21,708 12,5996 5,484 28,8132 25,098 10,0333 19,27 1,0375 2,0556 8,7885

19,843 4,407 4,051 17,8521 6,377 25,098 187,566 21,7907 10,095 10,8178 2,2902 1,3992

39,948 6,161 14,389 5,4355 8,16 10,0333 21,791 56,4346 0,153 10,1773 2,1503 1,3316

42,27 67,605 32,898 29,5575 50,544 19,27 10,095 0,153 214,013 11,9125 0,6796 37,0356

48,943 7,194 7,003 14,5079 33,343 1,0375 10,818 10,1773 11,913 73,7164 66,0223 7,8247

40,104 11,022 12,545 20,8268 47,238 2,0556 2,29 2,1503 0,68 66,0223 89,0835 11,8516

12,063 30,452 17,679 17,7503 24,974 8,7885 1,399 1,3316 37,036 7,8247 11,8516 61,6703

266,324 51,933 26,688 18,1343 112,939 23,5784 32,85 55,9117 22,853 31,0767 9,4824 28,9915

51,933 315,039 74,082 4,7777 96,821 28,3951 4,279 26,3633 51,715 41,2863 21,2095 3,4663

26,688 74,082 112,113 13,3346 13,27 29,0531 13,1741 17,7459 23,955 12,1959 3,7418 17,2067

18,134 4,778 13,335 32,45 52,242 5,0176 1,9729 3,8626 13,608 15,1806 34,4677 17,2254

112,939 96,821 13,27 52,2417 226,685 13,7181 6,9893 21,6887 23,71 36,1184 57,0704 34,0133

23,578 28,395 29,053 5,0176 13,718 36,4279 24,1236 6,6527 10,117 21,9253 10,0518 4,1062

32,85 4,279 13,174 1,9729 6,989 24,1236 94,0185 20,9371 3,318 11,755 8,353 11,1457

55,912 26,363 17,746 3,8626 21,689 6,6527 20,9371 55,1439 9,038 25,0731 7,1281 3,8422

22,853 51,715 23,955 13,6076 23,71 10,1174 3,318 9,0379 169,868 12,809 0,7007 32,0432

31,077 41,286 12,196 15,1806 36,118 11,755 21,9253 25,0731 12,809 49,9137 28,1518 17,9251

9,482 21,209 3,742 34,4677 57,07 10,0518 8,353 7,1281 0,701 28,1518 84,5535 9,416

28,992 3,466 17,207 17,2254 34,013 4,1062 11,1457 3,8422 32,043 17,9251 9,416 49,7919

62  

Langkah 3

Menghitung matriks rataan dari kelompo

X1 = X2 =

Langkah 4

Hasil matriks gabungan (SG) digunakan untuk menghitung T2-Hotteling dengan rumus

T2 = n1n2 X1-X2 ‘SG-1X1-X2

n1+n2

Langkah 5

F :v1,v2 dimana V1 = p = 12 (banyaknya variabel X)

V2 = n1+n2-p-1 = 45 + 20 – 12 – 1 = 52

Apabila dipilih taraf nyata = 0,05 ; maka dari tabel distribusi F(52) diperoleh :

F0,05 : 1,952

Dengan demikian memiliki besaran :

F = T2 = (63,4472) = 4,364

Kesimpulannya : Tolak Ho jika F hitung > F tabel

4,364 > 1,952

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ayam Kampung Jantan Ciamis berbeda dengan Ayam Kampung Jantan Tegal.

127,39 162,11 103,22 52,63 163,55 36,361 26,55 62,16 151,75 82,89 79,1

75,63

129,45 152,7 99,1 48,85

154,06 32,46 19,23 64,33 145,3 83,82 70,73 71,68

63  

Lampiran 7. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung Jantan pada Lokasi Pengamatan Ciamis berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama

Kelas Bobot

Persamaan Regresi Komponen Utama R2

<2 kg (n = 19)

Y = 2226,335 0,105X1 0,097X2–0,181X3 0,454X4 0,071X5 0,965X6 0,0284X7

+0,973X8+0,223X9 0,770X10 0,715X11 +1,097X12

1,6 %

>2 kg (n = 26)

Y = 1039,451+1,055X1+0,712X2+1,659X3 +2,257X4+0,721X5+1,686X6+0,018X7 +1,581X8+1,088X9+2,360X10+2,472X11 0,573X12

6,5 %

Total (n = 45)

Y = 2621,173+2,164X1+3,158X2+6,226X3 +10,348X4+3,215X5+10,176X6 0,067X7 +3,560X8+3,576X9+4,732X10+4,473X11 +4,051X12

34 %

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul; R2 = Koefisien Determinasi

Lampiran 8. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung Betina pada Lokasi Pengamatan Ciamis berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama

Kelas Bobo

t Persamaan Regresi Komponen Utama R2

<2 kg

(n = 39 )

Y = 980,613+0,219X1+1,342X2+2,779X3 +7,423X4+1,618X5+7,778X6 1,294X7 +3,571X8+2,120X9+3,431X10+3,653X11 +2,573X12

45,9%

>2 kg

(n = 11)

Y = 1448,631+0,673X1+0,826X2+1,256X3 +2,936X4+0,298X5+2,772X6+1,896X7 0,179X8+0,414X9+0,477X10

0,508X11 +1,022X12

20,1 %

Total (n = 50)

Y = 2055,54+0,770X1+2,350X2+4,482X3 +11,824X4+2,496X5+10,722X 2,301X7 +5,127X8+2,914X9+4,074X10+4,332X11 +3,994X12

552 %

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul; R2 = Koefisien Determinas

64  

Lampiran 9. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung Jantan pada Lokasi Pengamatan Tegal berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama

Kelas

Bobot

Persamaan Regresi Komponen Utama R2

<2 kg

(n = 9)

Y = 1373,667 1,357X1 1,030X2 0,087X3 +0,469X4+0,546X6+0,168X6 0,867X7 +2,356X8+2,382X9+2,407X10 1,255X11 +1,790X12

0,3 %

>2 kg

(n = 11)

Y = 2821,852 0,601X1+0,688X2+0,462X3 2,775X4 1,012X5+1,540X6+0,192X7 0,993X8+0,624X9 2,160X10

1,116X11 2,010X12

11,6 %

Total

(n = 20)

Y = 1392,776+2,658X 1,448X2 0,925X3 +10,260X4+3,775X5+1,824X6 2,229X7 +4,832X8+0, 908X9+8,225X10+5,056X11 +5,779X12

31 %

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul; R2 = Koefisien Determinasi

Lampiran 10. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung Betina pada Lokasi Pengamatan Tegal berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama

Kelas Bobot

Persamaan Regresi Komponen Utama R2

<2 kg (n = 76 )

Y = 682,681+1,153X1+1,722X2+3,498X3 +1,355X4+1,483X5+2,090X6 0,766X7 +5,692X8+1,613X9+3,050X10+1,629X11 +2,922X12

26,3 %

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul; R2 = Koefisien Determinasi

65  

Lampiran 11. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung padaLokasi Pengamatan Blitar berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama

Kelas Bobo

t Persamaan Regresi Komponen Utama R2

<2 kg

(n = 9)

Y = 1404,183+0,144X1+0,373X2+1,285X3 +1,904X4+0,677X5 2,305X6 0,000947X7 +1,769X8 1,003X9 0,028X10 0,990X11 +0,663X12

13 %

>2 kg

(n = 29)

Y = 137,406 0,369X1+1,486X2+3,986X3 +8,139X4 1,209X5+8,531X6+5,814X7 8,605X8+3,358X9+5,064X10+2,993X11 +6,799 X12

28 %

Total (n = 38 )

Y = 3154,125+0,507X1+3,123X2+4,765X3 +12,968X4+1,086X5+13,785X6+9,164X7 3,435X8+5,625X9+12,045X1

0+5,488X11 +11,079 X12

46,4 %

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul; R2 = Koefisien DeterminasI

Lampiran 12. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung Betina pada Lokasi Pengamatan Blitar berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama

Kelas Bobot

Persamaan Regresi Komponen Utama R2

<2 kg (n = 62 )

Y = 861,014+0,864X1+1,433X2+2,947X3

+8,994X4+1,920X5 3,002X6 4,983X7

+4,630X8 1,175X9 2,387X10 1,534X11

+3,054X12

29,8 %

>2 kg (n = 10)

Y = 2058,171+0,056X1 0,092X2 0,049X3

+0,237X4+0,058X5 0,078X6+0,333X7

+0,210X8+0,091X9 +0,356X10+0,084X11

+0,0190X12

0,2 %

Total (n =72 )

Y = 1709,424+1,114X1+1,675X2+3,940X3

+11,829X4+2,645X5+4,076X6+7,963X7

+6,307X8+2,079X9+4,353X10+2,614X11

+3,762X12

29,4 %

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul; R2 = Koefisien Determinasi

66  

Lampiran 13. Perhitungan Analisis Regresi Komponen Utama Ayan Kampung Jantan di Lokasi Penelitian Ciamis

No.Ayam Kampung Y SK 1 atau X XY X2

1 1.700 0,60409 1.027 0,36492

2 1.600 0,89286 1.428,6 0,7972

3 1.800 0,93462 1.682,3 0,87351

4 1.200 1,36849 1.642,2 1,87276

5 1.600 0,98885 1.582,2 0,97782

6 1.700 0,11141 189,397 0,01241

7 1.500 0,0605 90,75 0,00366

8 1.900 1,32964 2.526,32 1,76794

9 1.300 1,99334 2.591,3 3,9734

10 1.500 0,90547 1358,2 0,81988

11 1.200 2,9912 3589,4 8,94728

12 1.600 1,64786 2636,6 2,71544

13 1.700 1,29273 2.197,6 1,67115

14 1.600 1,81192 2.899,1 3,28305

15 1.600 3,23044 5.168,7 10,4357

16 1.800 0,71421 1.285,6 0,5101

17 1.800 0,1604 288,72 0,02573

18 1.800 0,39179 705,22 0,1535

19 1.500 0,99229 1.488,4 0,98464

20 2.900 4,15846 12.060 17,2928

21 2.400 1,87921 4.510,1 3,53143

22 2.000 0,77821 1.556,4 0,60561

23 2.000 1,40018 2.800,4 1,9605

24 2.200 0,40613 893,49 0,16494

67  

25 2.400 4,86459 1.1675 23,6642

26 3.200 3,40589 10.898,8 11,6001

27 3.000 1,92078 5.762,34 3,6894

28 3.000 1,11918 3.357,54 1,25256

29 2.000 0,33519 670,38 0,11235

30 2.200 1,26846 2.790,61 1,60899

31 2.600 1,8675 4855,5 3,48756

32 2.600 1,79649 4.670,87 3,22738

33 2.800 0,1515 424,2 0,02295

34 2.600 0,95498 2.482,95 0,91199

35 2.200 0,63454 1.395,99 0,40264

36 2.500 1,57302 3.932,55 2,47439

37 2.200 0,6953 1.529,66 0,48344

38 2.000 0,60925 1.218,5 0,37119

39 2.600 2,56388 6.666,09 6,57348

40 2.100 1,94683 4.088,34 3,79015

41 2.200 0,73094 1.608,07 0,53427

42 2.000 0,03297 65,94 0,00109

43 2.200 −1,57267 −3.459,9 2,47329

44 2.600 1,29657 3.371,08 1,68109

45 2.000 −0,93903 −1.878,1 0,88178

Rata-rata 2.064,44

Jumlah 92.900 0,00 22.373 132,99

b = ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ = ∑∑ = ,

= 168

a = Y-b X = 2.064,44 (168)(0) = 2.064,44

Y = a + b X

68  

Y = 2.064,4 + 168 SK1

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut:

Y = 2.064,4 + 168 SK1

Bobot Badan (Y) = 2.064,4 + 168 SK1

R-Sq = 34%

S = 412,572

SS= 170.215,65518

Lampiran 14. Hasil Analisis Regresi Skor Komponen Utama Pertama terhadap Bobot Badan Ayam Kampung Jantan Ciamis

Sumber Keragaman

Derajat Bebas Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

P

Regresi 1

3.763.843 3.763.843 0,000

Kesalahan 43

7.319.268 170.216

Total 44 11.083.111

a11 = 0,200; a12 = 0,303; a13 = 0,401; a14= 0,433 ; a15 = 0,355 ; a16 = 0,306; a17 = 0,006; a18 = 0,160; a19 = 0,325 ; a110 = 0,258; a111 = 0,254; a112 = 0,197

Y = 2064,44 + 168 ((0,200 Z1+ 0,303 Z2 + 0,401 Z3 + 0,433 Z4 + 0,355 Z5 + 0,306 Z6 0,006 Z7 + 0,160 Z8 + 0,325 Z9 + 0,258 Z10 + 0,254 Z11 + 0,197 Z12)

= 3,0225

s*2 ∑ =

, = 0,01536

Formula :

Var (C1) = 0,05785 x ,,

= 0,000203

Var (C2) = 0,05785 x ,,

= 0,000467

69  

Var (C3) = 0,05785 x ,,

= 0,000817

Var (C4) = 0,05785 x ,,

= 0,000953

Var (C5) = 0,05785 x ,,

= 0,000640

Var(C6) = 0,05785 x ,,

= 0,000476

Var (C7) = 0,05785 x ,,

= 0,0000002

Var (C8) = 0,05785 x ,,

= 0,000130

Var (C9) = 0,05785 x , ,

= 0,000537

Var (C10) = 0,05785 x ,,

= 0,000338

Var (C11) = 0,05785 x ,,

= 0,000328

Var (C12) = 0,05785 x ,,

= 0,000197

Galat Baku dari koefisien regresi sebagai berikut:

S (C1) = =√0,000203 = 0,01426

S (C2) = =√0,000467 = 0,02160

S (C3) = =√0,000817 = 0,02858

S (C4) = = 0,000953= 0,03087

S (C5) = =√0,000640 = 0,02531

S (C6) = =√0,000476 = 0,02181

S (C7) = =√0,0000002 = 0,00043

S (C8) = =√0,000130 = 0,01141

S (C9) = = 0,000537 = 0,02317

S (C10) = =√0,000338 = 0,01839

70  

S (C11) = =√0,000328= 0,01811

S (C12) = = √0,000197= 0,01404

Mencari nila uji signifikan koefisien regresi

t(C1) = = ,,

= 2.356,241

t(C2) = = ,,

= 2.356,667

t(C3) = = ,,

= 2.357,173

t(C4) = = ,,

= 2.518,432

t(C5) = = ,,

= 2.356,381

t(C6) = = ,,

= 2.357,084

t(C7) = = ,,

= 2.344,186

t(C8) = = ,,

= 2.355,828

t(C9) = = ,,

= 2.356,495

t(C10) = = ,,

= 2.356,933

t(C11) = = ,,

= 2.356,267

t(C12) = = ,,

= 2.357,265

Mencari nilai Elastisitas :

Elastisitas variabel ukuran linear tubuh:

Ei= bi i =

i

E1= 2,164 ,,

= 0,1335

E2 = 3,158 ,,

= 0,2480

E3 = 6,226 ,,

= 0,3113

71  

E4 = 10,348 ,,

= 0,2638

E5 = 3,215 ,,

= 0,2547

E6 = 10,176 ,,

= 0,1792

E7 = 0,067 ,,

= 0,0009

E8 = 3,560 ,,

= 0,1072

E9 = 3,576 ,,

= 0,2628

E10 = 4,732 ,,

= 0,1900

E11 = 4,473 ,,

= 0,1714

E12 = 4,051 ,,

= 0,14884

E3 = = 0,3113 menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1% variabel Panjang Shank (X3) akan meningkatkan bobot badan rata-rata sebesar 0,3113%

x = x 103,22 = 1,0322 mm = 0,10322 cm

, x = , x 2064,4 g = 6,4264 g

Setiap peningkatan 0,10322 cm variabel Panjang Shank (X3) akan meningkatkan

bobot badan rata-rata Ayam Kampung Ciamis jantan sebesar 6,4264 g.

, x 6,4264 = 62,263 g

Setiap peningkatan 1 cm variabel panjang Shank (X3) akan meningkatkan bobot badan rata-rata ayam Kampung Ciamis jantan sebesar 62,263 g

72  

Lampiran 15. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung Ciamis Jantan

Variabel (Zi)

Koefisien Regresi (Ci)

Galat Baku s(Ci)

t-hitung t(Ci)

Taraf Signifikan (

Z1 33,600 0,01426 2.356,241 ** Z2 50,904 0,02160 2.356,667 ** Z3 67,368 0,02858 2.357,173 ** Z4 72,744 0,03087 2.518,432 ** Z5 59,640 0,02531 2.356,381 ** Z6 51,408 0,02181 2.357,084 ** Z7 1,008 0,00043 2.344,186 ** Z8 26,880 0,01141 2.355,828 ** Z9 54,600 0,02317 2.356,495 ** Z10 43,344 0,01839 2.356,933 ** Z11 42,672 0,01811 2.356,267 ** Z12 33,096 0,01404 2.357,265 **

Keterangan : Z1 = Panjang Femur; Z2 = Panjang Tibia; Z3 =Panjang Shank; Z4 = Lingkar Shank; Z5= Panjang Sayap; Z6 = Panjang Maxilla; Z7 = Tinggi Jengger; Z8 = Panjang Jari Ketiga; Z9 = Panjang Dada; Z10 = Lebar Dada; Z11 = Dalam Dada; Z12 = Lebar Pinggul; **= Sangat Nyata (P<0,0

Lampiran 16. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung Ciamis Betina

Variabel (Zi)

Koefisien Regresi (Ci)

Galat Baku s(Ci)

t-hitung t(Ci)

Taraf Signifikan (

Z1 14,100 0,00537 2.625,698 ** Z2 47,376 0,01804 2.626,164 ** Z3 56,118 0,02137 2.626,018 ** Z4 43,428 0,01653 2.627,223 ** Z5 53,298 0,02029 2.626,811 ** Z6 40,326 0,01535 2.627,101 ** Z7 14,664 0,00558 2.627,957 ** Z8 36,660 0,01396 2.626,074 ** Z9 51,747 0,01970 2.626,751 ** Z10 34,263 0,01305 2.625,517 ** Z11 34,263 0,01305 2.625,517 ** Z12 36,942 0,01407 2.625,586 **

Keterangan : Z1 = Panjang Femur; Z2 = Panjang Tibia; Z3 =Panjang Shank; Z4 = Lingkar Shank; Z5= Panjang Sayap; Z6 = Panjang Maxilla; Z7 = Tinggi Jengger; Z8 = Panjang Jari Ketiga; Z9 = Panjang Dada; Z10 = Lebar Dada; Z11 = Dalam Dada; Z12 = Lebar Pinggul; **= Sangat Nyata (P<0,01)

73  

Lampiran 17. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung Tegal Jantan

Variabel (Zi)

Koefisien Regresi (Ci)

Galat Baku s(Ci)

t-hitung t(Ci)

Taraf Signifikan (

Z1 43,384 0,03532 1.228,313 ** Z2 25,704 0,02093 1.228,094 ** Z3 9,792 0,00797 1.228,607 ** Z4 58,480 0,04761 1.228,313 ** Z5 56,848 0,04628 1.271,564 ** Z6 11,016 0,00897 1.228,093 ** Z7 21,624 0,01760 1.228,636 ** Z8 35,904 0,02923 1.228,327 ** Z9 11,832 0,00963 1.228,660 ** Z10 58,072 0,04728 1.228,257 ** Z11 46,512 0,03786 1.228,526 ** Z12 40,800 0,03321 1.228,545 **

Keterangan : Z1 = Panjang Femur; Z2 = Panjang Tibia; Z3 =Panjang Shank; Z4 = Lingkar Shank; Z5= Panjang Sayap; Z6 = Panjang Maxilla; Z7 = Tinggi Jengger; Z8 = Panjang Jari Ketiga; Z9 = Panjang Dada; Z10 = Lebar Dada; Z11 = Dalam Dada; Z12 = Lebar Pinggul; **= Sangat Nyata (P<0,01)

Lampiran 18. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung Tegal Betina

Variabel (Zi)

Koefisien Regresi (Ci)

Galat Baku s(Ci)

t-hitung t(Ci)

Taraf Signifikan (

Z1 18,513 0,01507 1.228,467 ** Z2 27,225 0,02216 1.228,564 ** Z3 27,806 0,02263 1.228,723 ** Z4 5,445 0,00443 1.229,120 ** Z5 23,159 0,01885 1.228,594 ** Z6 9,728 0,00792 1.228,283 ** Z7 4,429 0,00360 1.230,278 ** Z8 32,452 0,02641 1.228,777 ** Z9 21,127 0,01720 1.228,314 ** Z10 26,935 0,02192 1.228,786 ** Z11 13,286 0,01081 1.229,047 ** Z12 18,368 0,01495 1.228,629 **

Keterangan : Z1 = Panjang Femur; Z2 = Panjang Tibia; Z3 =Panjang Shank; Z4 = Lingkar Shank; Z5= Panjang Sayap; Z6 = Panjang Maxilla; Z7 = Tinggi Jengger; Z8 = Panjang Jari Ketiga; Z9 = Panjang Dada; Z10 = Lebar Dada; Z11 = Dalam Dada; Z12 = Lebar Pinggul; **= Sangat Nyata (P<0,01)

74  

Lampiran 19. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung Blitar Jantan

Variabel (Zi)

Koefisien Regresi (Ci)

Galat Baku s(Ci)

t-hitung t(Ci)

Taraf Signifikan (

Z1 8,774 0,00294 2.984,353 ** Z2 50,932 0,01709 2.980,222 ** Z3 49,648 0,01666 2.980,072 ** Z4 86,884 0,02915 2.980,583 ** Z5 21,400 0,00718 2.980,501 ** Z6 61,204 0,02054 2.979,747 ** Z7 76,612 0,02571 2.979,852 ** Z8 18,832 0,00632 2.979,747 ** Z9 77,682 0,02607 2.979,747 ** Z10 86,242 0,02894 2.980,028 ** Z11 69,978 0,02348 2.980,324 ** Z12 65,698 0,02205 2.979,501 **

Keterangan : Z1 = Panjang Femur; Z2 = Panjang Tibia; Z3 =Panjang Shank; Z4 = Lingkar Shank; Z5= Panjang Sayap; Z6 = Panjang Maxilla; Z7 = Tinggi Jengger; Z8 = Panjang Jari Ketiga; Z9 = Panjang Dada; Z10 = Lebar Dada; Z11 = Dalam Dada; Z12 = Lebar Pinggul; **= Sangat Nyata (P<0,01)

Lampiran 20. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung Blitar Betina

Variabel (Zi)

Koefisien Regresi (Ci)

Galat Baku s(Ci)

t-hitung t(Ci)

Taraf Signifikan (

Z1 18,656 0,01048 1.780,153 ** Z2 21,942 0,01233 1.779,562 ** Z3 35,934 0,02019 1.779,792 ** Z4 43,248 0,02430 1.779,753 ** Z5 41,128 0,02311 1.779,663 ** Z6 16,218 0,00911 1.780,241 ** Z7 26,500 0,01489 1.779,718 ** Z8 45,156 0,02537 1.779,898 ** Z9 27,984 0,01572 1.780,153 ** Z10 28,090 0,01578 1.780,101 ** Z11 21,73 0,01221 1.779,689 ** Z12 22,578 0,01269 1.779,196 **

Keterangan : Z1 = Panjang Femur; Z2 = Panjang Tibia; Z3 =Panjang Shank; Z4 = Lingkar Shank; Z5= Panjang Sayap; Z6 = Panjang Maxilla; Z7 = Tinggi Jengger; Z8 = Panjang Jari Ketiga; Z9 = Panjang Dada; Z10 = Lebar Dada; Z11 = Dalam Dada; Z12 = Lebar Pinggul; **= Sangat Nyata (P<0,01)

75  

Lampiran 21. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam Kampung Ciamis Jantan

Variabel Koefisien Regresi (bi) Nilai Rata-rata Elastisitas (Ei) Ranking

X1 2,164 127,39 0,1335 10 X2 3,158 162,11 0,2480 5 X3 6,226 103,22 0,3113 1 X4 10,348 52,63 0,2638 2 X5 3,215 163,55 0,2547 4 X6 10,176 36,361 0,1792 7 X7 0,067 26,55 0,0009 12 X8 3,560 62,16 0,1072 11 X9 3,576 151,75 0,2628 3

X10 4,732 82,89 0,1900 6 X11 4,473 79,1 0,1714 8 X12 4,051 75,63 0,1488 9

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5= Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul

Lampiran 22. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam Kampung Ciamis Betina

Variabel Koefisien Regresi (bi) Nilai Rata-rata Elastisitas (Ei) Ranking

X1 0,770 121,57 0,0579 11 X2 2,350 142,8 0,2074 6 X3 4,482 85,07 0,2357 4 X4 11,824 44,76 0,3271 1 X5 2,496 154,81 0,2389 3 X6 10,722 32,816 0,2175 5 X7 2,301 10,888 0,0155 12 X8 5,127 54,06 0,1713 10 X9 2,914 143,05 0,2576 2

X10 4,074 77,81 0,1959 7 X11 4,332 73,14 0,1958 8 X12 3,994 73,3 0,1809 9

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5= Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul

76  

Lampiran 23. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam Kampung Tegal Jantan

Variabel Koefisien Regresi (bi) Nilai Rata-rata Elastisitas (Ei) Ranking

X1 2,658 129,45 0,1886 6 X2 1,448 152,7 0,1212 12 X3 0,925 99,1 0,0502 9 X4 10,260 48,85 0,2746 3 X5 3,775 154,06 0,3187 2 X6 1,824 32,46 0,0324 10 X7 2,229 19,23 0,0235 11 X8 4,832 64,33 0,1703 7 X9 0,908 145,3 0,0723 8

X10 8,225 83,82 0,3778 1 X11 5,056 70,73 0,1959 5 X12 5,779 71,68 0,2270 4

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5= Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul

Lampiran 24. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam Kampung Tegal Betina

Variabel Koefisien Regresi (bi) Nilai Rata-rata Elastisitas (Ei) Ranking

X1 1,153 116,69 0,0984 8 X2 1,722 138,21 0,1739 3 X3 3,498 82,032 0,2097 2 X4 1,355 41,855 0,0414 11 X5 1,483 140,16 0,1519 6 X6 2,090 30,41 0,0464 10 X7 0,766 10,447 0,0058 12 X8 5,692 54,892 0,2283 1 X9 1,613 134,92 0,1590 5

X10 3,050 77,06 0,1718 4 X11 1,629 66,95 0,0797 9 X12 2,922 67,396 0,1439 7

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5= Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul

77  

Lampiran 25. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam Kampung Blitar Jantan

Variabel Koefisien Regresi (bi) Nilai Rata-rata Elastisitas (Ei) Ranking

X1 0,507 129,57 0,0283 11 X2 3,123 170,02 0,2285 6 X3 4,765 114,95 0,2357 5 X4 4,765 53,34 0,2977 4 X5 1,086 151,75 0,0709 10 X6 13,785 37,106 0,2201 7 X7 9,164 18,79 0,0741 9 X8 3,435 71,351 0,1055 12 X9 5,625 146,71 0,3551 2

X10 12,045 84,33 0,4371 1 X11 5,488 73,58 0,1738 8 X12 11,079 71,647 0,3416 3

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5= Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul

Lampiran 26. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam Kampung Blitar Betina

Variabel Koefisien Regresi (bi) Nilai Rata-rata Elastisitas (Ei) Ranking

X1 1,114 117,64 0,0854 11 X2 1,675 145,92 0,1593 8 X3 3,940 88,42 0,2270 4 X4 11,829 43,236 0,3333 1 X5 2,645 148,19 0,2554 2 X6 4,076 32,54 0,0864 10 X7 7,963 7,936 0,0412 12 X8 6,307 60,979 0,2506 3 X9 2,079 136,02 0,1843 6

X10 4,353 76,168 0,2160 5 X11 2,614 65,012 0,1107 9 X12 3,762 67,126 0,1645 7

Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank; X5= Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul

78  

Lampiran 27. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Ayam Kampung Ciamis Jantan

Ukuran Elastisitas*

Peningkatan Bobot Badan pada Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran

Variabel yang Diamati

------------(g)----------- Panjang Shank 62,263 Lingkar Shank 103,477 Panjang Dada 35,756 Panjang Sayap 32,151 Panjang Tibia 31,578 Lebar Dada 47,319

Panjang Maxilla 101,758 Dalam Dada 44,730

Lebar Pinggul 40,510 Panjang Femur 21,636

Panjang Jari Ketiga 35,603 Tinggi Jengger 0,668

Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi Lampiran 28. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot

Badan Ayam Kampung Ciamis Betina

Ukuran Elastisitas*

Peningkatan Bobot Badan pada Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran

Variabel yang Diamati

------------(g)----------- Lingkar Shank 118,231 Panjang Dada 29,137 Panjang Sayap 24,964 Panjang Shank 44,823

Panjang Maxilla 107,222 Panjang Tibia 23,500 Lebar Dada 40,741 Dalam Dada 43,316

Lebar Pinggul 39,937 Panjang Jari Ketiga 51,273

Panjang Femur 7,701 Tinggi Jengger 23,010

Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi

79  

Lampiran 29. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Ayam Kampung Tegal Jantan

Ukuran Elastisitas*

Peningkatan Bobot Badan pada Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran

Variabel yang Diamati

--------------(g)------------ Lebar Dada 8,255

Panjang Sayap 37,748 Lingkar Shank 102,597 Lebar Pinggul 57,790 Dalam Dada 50,557

Panjang Femur 26,583 Panjang Jari Ketiga 48,323

Panjang Dada 9,081 Panjang Shank 9,247

Panjang Maxilla 18,238 Tinggi Jengger 22,293 Panjang Tibia 14,481

Keterangan: * = Diukur dari yang tertinggi Lampiran 30. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot

Badan Ayam Kampung Tegal Betina

Ukuran Elastisitas*

Peningkatan Bobot Badan pada Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran

Variabelyang Diamati

----------------(g)---------------- Panjang Jari Ketiga 56,924

Panjang Shank 34,976 Panjang Tibia 17,220 Lebar Dada 30,504

Panjang Dada 16,127 Panjang Sayap 14,827 Lebar Pinggul 29,220 Panjang Femur 11,535

Dalam Dada 16,290 Panjang Maxilla 20,899 Lingkar Shank 13,548 Tinggi Jengger 7,662

Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi

80  

Lampiran 31. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Ayam Kampung Blitar Jantan

Ukuran Elastisitas*

Peningkatan Bobot Badan pada Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran

Variabel yang Diamati

-----------------(g)---------------- Lebar Dada 120,450

Panjang Dada 56,251 Lebar Pinggul 110,790 Lingkar Shank 129,678 Panjang Shank 47,647 Panjang Tibia 31,228

Panjang Maxilla 137,847 Dalam Dada 54,885

Tinggi Jengger 91,641 Panjang Sayap 10,863 Panjang Femur 5,075

Panjang Jari Ketiga 34,352 Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi Lampiran 32. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot

Badan Ayam Kampung Blitar Betina

Ukuran Elastisitas*

Peningkatan Bobot Badan pada Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran

Variabel yang Diamati

----------------(g)---------------- Lingkar Shank 118,293 Panjang Sayap 26,449

Panjang Jari Ketiga 63,067 Panjang Shank 39,401

Lebar Dada 43,530 Panjang Dada 20,790 Lebar Pinggul 37,617 Panjang Tibia 16,750 Dalam Dada 26,140

Panjang Maxilla 40,760 Panjang Femur 11,138 Tinggi Jengger 79,627

Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi