studi literasi media

23
Studi Literasi Media (Bagian I) Review by : Nisya Rifiani 1. Sejarah dan perkembangan literasi media Perkembangan literasi media tidak dapat dilepaskan dari perkembangan media itu sendiri.Center for Media Literacy (CML) memberikan ilustrasi mengenai perkembangan literasi media terutama di Amerika Serikat. Sejarah perkembangan literasi media sejatinya sudah dimulai sebelum dekade 1960-an. Perkembangan pada era ini tidak dapat dilepaskan dari tokoh Marshall McLuhan yang memberikan perspektif baru dalam memandang media, yakni sebuah konsep “the medium is the message” dalam bukunya yang berjudul Understanding Media: The Extensions of Man”. McLuhan menganggap media sebagai perluasan manusia dan bahwa media yang berbeda-beda mewakili pesan yang berbeda-beda. Media juga menciptakan dan mempengaruhi cakupan serta bentuk dari hubungan-hubungan dan kegiatan-kegiatan manusia. Pengaruh media telah berkembang dari individu kepada masyarakat. Dengan media setiap bagian dunia dapat dihubungkan menjadi desa global (The Global Village). Tokoh lainnya ialah John Culkin (1928 - 1993), merupakan seorang pendidik di Amerika yang pertama kali memasukkan literasi media ke dalam kurikulum pendidikan secara eksplisit. Pemikirannya adalah untuk membuat Amerika Serikat memiliki populasi yang media literate. Pada tahun 1964, Culkin menulis : "The attainment of (media) literacy involves more that mere warnings about the effects of the mass media and more even than constant exposure to the better offerings of these media. This is an issue demanding more than good will alone; it requires understanding. And training in understanding is the task of the school! " Dekade 1960 - 1970 Pada dekade ini dimulai uji coba yang mengintergrasikan literasi media ke dalam kurikulum. Berbagai penelitian dilakukan dalam usaha penggunaan media di sekolah. Misalnya, menggunakan televisi untuk mendukung kegiatan pendidikan dan mengintegrasikan pendidikan literasi media ke dalam kurikulum dengan modul yang disusun dengan baik.

Upload: faiz-rozi-muhammad

Post on 23-Nov-2015

154 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Studi Literasi Media (Bagian I)Review by :Nisya Rifiani

1.Sejarah dan perkembangan literasi mediaPerkembanganliterasi mediatidak dapat dilepaskan dari perkembangan media itu sendiri.Center forMedia Literacy(CML) memberikan ilustrasi mengenai perkembangan literasi media terutama di Amerika Serikat. Sejarah perkembangan literasi media sejatinya sudah dimulai sebelum dekade 1960-an. Perkembangan pada era ini tidak dapat dilepaskan dari tokohMarshall McLuhanyang memberikan perspektif baru dalam memandang media, yakni sebuah konsep the medium is the message dalam bukunya yang berjudul Understanding Media: The Extensions of Man.McLuhanmenganggap media sebagai perluasan manusia dan bahwa media yang berbeda-beda mewakili pesan yang berbeda-beda. Media juga menciptakan dan mempengaruhi cakupan serta bentuk dari hubungan-hubungan dan kegiatan-kegiatan manusia. Pengaruh media telah berkembang dari individu kepada masyarakat. Dengan media setiap bagian dunia dapat dihubungkan menjadi desa global (The Global Village).Tokoh lainnya ialah John Culkin (1928 - 1993), merupakan seorang pendidik di Amerika yang pertama kali memasukkan literasi media ke dalam kurikulum pendidikan secara eksplisit. Pemikirannya adalah untuk membuat Amerika Serikat memiliki populasi yangmedia literate. Pada tahun 1964, Culkin menulis :

"The attainment of (media) literacy involves more that mere warnings about the effects of the mass media and more even than constant exposure to the better offerings of these media. This is an issue demanding more than good will alone; it requires understanding. And training in understanding is the task of the school!"

Dekade 1960 - 1970Pada dekade ini dimulai uji coba yang mengintergrasikanliterasi mediake dalam kurikulum. Berbagai penelitian dilakukan dalam usaha penggunaan media di sekolah. Misalnya, menggunakan televisi untuk mendukung kegiatan pendidikan dan mengintegrasikan pendidikan literasi media ke dalam kurikulum dengan modul yang disusun dengan baik.Selanjutnya, UNESCO mengembangkan prototipe model programpendidikan mediayang hendak diterapkan di seluruh dunia(1). Pada saat itu hanya sedikit negara yang memberikan perhatiannya terhadap literasi media diantaranya Inggris dan Australia. Menyusul negara-negara di Eropa, Amerika Latin, Amerika Serikat, dan Afrika Selatan. Gerakan literasi media kemudian muncul di berbagai negara di dunia.

Dekade 1970 - 1980Langkah awal mengembangkanliterasi mediayang dirintis pada dekade sebelumnya tidak berkelanjutan dengan baik. Seperti ditulis dalam laporanEducational Policies Commission of the National Education Associationdalam kategori "Mass Communication and Education" :

"In light of the time spent by today's student with the media of mass communication, some study of these media and the communication process is essential. This means, first, the creation of an awareness of the place communication holds in the modern environment The necessity of these skills is not recognized as easily as the lack of ability to read There is a deceptive sense of effortless connected with reception of these channels The recognition that a picture can express editorial opinion even more easily than the written word can help build a wall against propaganda. A considerable body of research literature which provides the basis for teaching how to watch and listen is emerging, although established curriculum programs are still rare. The need for such teaching, however, is everywhere."

Dekade 1980 - 1990Pada dekade ini perkembanganliterasi mediadi Amerika Serikat berlangsung dengan cepat dan luas, demikian pula yang terjadi di Eropa. Negara-negara di Eropa mengembangkan literasi media dengan memasukkannya ke dalam kurikulum mulai dari level sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Pemerintah Perancis mengembangkan literasi media dengan tujuan mencegah cara menonton yang pasif (passive viewing) dan manipulasi. Inilah mengapa siswa harus mempelajari bagaimana sebuah gambaran (image) diproduksi, diorganisasikan, dan bagaimana untuk mengkombinasikannya dengan bentuk pembelajaran yang lain, misalnya tulisan dan lisan, serta pengalaman langsung.Pemerintah Finlandia mengembangkanliterasi mediauntuk melatih siswa meneliti dan menginterpretasi pesan media massa, untuk menumbuhkan analisis kritis, dan mengajari siswa bagaimana mengembangkan opini mereka sendiri tentang pesan yang disampaikan media massa.Pemerintah Inggris bahkan menyusun program pendidikanliterasi mediadalam skala luas yang meliputi empat bahasan pokok.Pertama, sumber, asal, dan determinan dari konstruksi media.Kedua, teknik dan koding yang dominan digunakan media untuk meyakinkan kita kebenaran representasi mereka, misalnya bagaimana media menggunakan teknologi untuk mengedit informasi dalam bentuk yang paling kuat dan meyakinkan.Ketiga, sifat dasar realitas yang dibentuk oleh media, misalnya nilai implisit yang ada dalam pesan media, karakteristik dunia yang direpresentasikan media, dan sebagainya.Keempat, bagaimana konstruksi media tentang realitas diterima dan dipahami oleh masyarakat umum.

Dekade 1990 - 2000Literasi media kemudian dipahami sebagai sebuah pemberdayaan dalam menentukan sikap atas pilhan, bukan mekanisme untuk melindungi diri dari bahaya tertentu.Literasi mediamerupakan kemampuan, cara berpikir, dan selalu berkembang. Apa yang penting dalam literasi media bukanlah menyampaikan jawaban yang benar tetapi mengemukakan pertanyaan yang tepat. Berbagai organisasi pemerhati literasi media mulai bermunculan terutama di Amerika Serikat.Organisasi pemerhatiliterasi mediadi Amerika mengembangkan media literasi yang meliputi cara berfikir tentang pengaruh media massa pada era modern dan sumber-sumber kurikulum baru untuk mendidik orang dewasa dan generasi muda untuk menjadi lebih berpengetahuan dan selektif sebagai pengguna media. Selain itu organisasi mengembangkan program visioner dan praktis bagi perkembangan literasi media di Amerika Serikat.

Dekade 2000 - sekarangPada awal abad ke-21 menandakan perkembanganliterasi mediadi beberapa negara. Kurikulum literasi media berlangsung pada hampir semua sekolah. Literasi media diarahkan untuk mengakomodasi dan menciptakan perubahan pada skala global. Perkembangan media dan teknologikomunikasiyang sudah mendunia. Seperti dikatakan oleh Thoman dan Joll (2) :

Konvergensimediadanteknologidalambudayaglobaltelah mengubahcarakita belajartentangdunia dan juga tantangan pendidikan. Tidak lagicukupuntukdapatmembacakatatercetak;anak-anak,remaja,dandewasa,jugaperlukemampuan kritis dalam menanfsirkan presentasi pesan dan makna dari berbagai budaya media. Pendidikan literasi media menyediakan kerangka kerja yang dibutuhkan untuk hidup, bekerja dan berkewarganegaraan di abad 21 ini.

Literasi Mediadi IndonesiaPerkembanganliterasi mediadi Indonesia masih sebatas gerakan-gerakan yang belum terstruktur (3). Gerakan-gerakan tersebut dilakukan melalui seminar,road show, dan kampanye literasi media. Contohnya seperti yang dilakukan oleh Yayasan Jurnal Perempuan pada tahun 2005, Komunitas Mata Air tahun 2004, Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2005,Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi tahun 2006, Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) tahun 2011, dan beberapa organisasi pemerhati media lainnya. Namun, gerakan-gerakan ini baru bisa dilakukan dalam skala kecil. Pendidikan melek media tidak cukup bila disampaikan hanya dalam seminar berdurasi dua jam, atau dalam kampanye danroadshowselama seminggu.Pembelajaranliterasi mediamemiliki peluang yang besar untuk dikembangkan, salah satunya melalui jalur pendidikan. Kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia saat ini memberikan peluang kepada pendidikan literasi media untuk masuk ke dalam satuan kurikulum. Pendidikan literasi media dapat dijadikan satu mata pelajaran baru ataupun disubstitusikan menjadi bagian integral dalam, beberapa mata pelajaran yang memungkinkan - meski idealnya pendidikan literasi media menjadi satu subyek pelajaran tersendiri. Hal tersebut dilakukan agar transfer pendidikan melek media dapat lebih optimal dan guru dapat lebih mudah memantau perkembangan siswa tentang pemahaman melek media. Pelaksanaan pendidikan literasi media dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Sekolah bersama dengan komite sekolah dapat bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi lingkungan sekolah.Sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang kesejahteraan anak dan pemerhati media telah memulai sebuah proyek percontohan PembelajaranLiterasi Media yang dilaksanakan pada sebuah sekolah dasar tepilih di kawasan Ibu Kota pada tahun 2002. Sebelum melaksanakan model pertama ini yayasan tersebut melakukan pelatihan terhadap para guru dalam rangka mempersiapkan guru, agar dapat maksimal dalam mengajarkan pendidikan melek media terhadap anak didik. Selain itu diadakan seminar bagi orang tua murid tentang pendidikan melek media untuk menyampaikan pentingnya pendidikan melek media.Selanjutnya, yayasan tersebut menyelenggarakan beberapa pelatihan dan pembelajaranliterasi mediauntuk guru sekolah dasar dan menengah dalam cakupan wilayah yang lebih luas. Yayasan tersebut juga mengembangkanstimulantatau alat bantu pengajaran untuk memudahkan guru dalam memberikan materi Pembelajaran Literasi Media kepada siswa dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Pengembangan itu juga mencakup pembuatan buku pegangan (modul) untuk guru dan siswa serta pengembangan lembar kerja siswa.Literasi mediamenjadi sesuatu yang esensial dan tak terhindarkan ketika ia berada dalam suatu masyarakat media. Lebih lanjut, masyarakat media tidak hanya cukup memahami media saja. Adiputra mengutip padaThe Interplay of Influence: News, Advertising, Politics, and Mass Mediayang ditulis oleh Jamieson dan Campbell, sebaiknya masyarakat juga tidak hanya memahami media dengan baik. Pada ujung memahami media sebaiknya masyarakat juga tahu cara berinteraksi atau berhubungan dengan media bila media melakukan kesalahan. Masyarakat juga harus tahu cara mempengaruhi media, bila perlu melakukan boikot dan beragam gerakan masyarakat yang lalin untuk memaksa media memperbaiki kesalahan yang dilakukannya (4).Media literasiadalah sebuah keterampilan yang diperlukan oleh masyarakat guna berinteraksi secara layak dengan media khususnya media televisi. Literasi media merupakan salah satu upaya menangkap dampak negatif media televisi. Media literasi menjadikan khalayak media mampu mengevaluasi dan berfikir kritis terhadap pesan yang disampaikan oleh media televisi.

#

DAFTAR PUSTAKA1. Hobbs dalam Iriantara. 2006. Hal. 88.2. Thoman, Elizabeth dan Thomas Joll dalamMedia Awareness Network. 2007. Dapat diakses dalam:www.mediaawareness.ca/english/teachers/media_literacy/what_is_media_literacy.cfm/3. Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA).Loc cit.4. Adiputra, Wisnu Martha. 2008.MenyoalKomunikasiMemberdayakan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit Fisipol UGM. Hal. 164.

Studi Literasi Media (Bagian II)

1.Literasi media sebagai sebuah konsepPadanan katamedia literacydalam Bahasa Indonesia ditransliterasi sebagai literasi media. Dalam dunia akademis kerap disebut dengan istilah keaksaraan bermedia ; atau dalam masyarakat lebih dikenal dengan istilah populer melek media. Meski diartikan secara sederhana, untuk dapat memahami konsep literasi media kita memerlukan definisi yang lebih luas mengenai arti dari literasi media itu sendiri.Berbicara tentangliterasi mediaberarti berbicara tentang kecerdasan bermedia. Ada demikian banyak definisi literasi media ditemukan dalam literatur. Akan ditemukan beragam pengertian yang dikemukakan antara satu akademisi dengan akademisi lainnya. Namun secara umum literasi media dipahami sebagai: kemampuan mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan media dalam pelbagai bentuk. Definisi ini lazim digunakan di Amerika Serikat; dinyatakan pertama kali diAspenMedia LiteracyLeadership Institutepada tahun 1992. Sedangkan padaNational Leadership Conferencedefinisi literasi media ditetapkan sebagai kemampuan penduduk mengakses, menganalis, dan memproduksi infomasi untuk tujuan yang spesifik.James William Pottermengidentifikasi literasi media sebagai: kumpulan perspektif yang digunakan individu secara aktif untuk mengungkap diri sendiri pada media untuk menafsirkan pemaknaan pesan-pesan yang diterima. Perspektif yang dipakai oleh individu tersebut berasal dari struktur pengetahuan (knowledge structure). Dalam membangun struktur pengetahuan kita membutuhkan keterampilan dan informasi. Struktur pengetahuan membentukplatformtempat kita memandang berbagai fenomena dalam media (1).Lebih jauh terdapat beberapa pengertian yang lebih spesifik tentangliterasi mediayang dapat dirujuk untuk memahami konsep ini.Tapio Varis dalamAproaches to Media Literacy and e-Learningmenyatakan bahwa :

Media Literacyis the ability to communicate competently in all media, print and electronic, as well as to access, analyze and evaluate the powerful images, words and sounds that make up our contemprorary mass media culture. These skills of media literacy are essential for our future as individuals and as members of a democratic society. (2)

Sementara itu Hobbs dan Frost dalamThe Acquisition of Media Literacy Skills among Australian AdolescentsdalamJournal of Broadcasting and Electronic Media, menyatakan:

Media Literacy is the ability to access, analyze, evaluate and communicate messages in wide variety of forms.

Selanjutnya, Allan Rubin menawarkan tiga definisi literasi media.Pertama, dariNational Leadership Conference onMedia Literacy yaitu kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan pesan.Kedua, dari ahli media Paul Messaris, yaitu pengetahuan tentang bagaimana fungsi media dalam masyarakat.Ketiga, dari peneliti komunikasi massa, Justin Lewis dan Shut Jally, yaitu pemahaman akan batasan-batasan budaya, ekonomi, politik, dan teknologi terhadap kreasi, produksi, dan transmisi pesan.Rubin juga menambahkan bahwa definisi-definisi tersebut menekankan pada pengetahuan spesifik, kesadaran, dan rasionalitas, yaitu proses kognitif terhadap informasi. Fokus utamanya adalah evaluasi kritis terhadap pesan. Literasi media merupakan sebuah pemahaman akan sumber-sumber dan teknologi komunikasi, kode-kode yang digunakan, pesan-pesan yang dihasilkan serta seleksi, interpretasi, dan dampak dari pesan-pesan tersebut (3).Pakar media Art Silverbalt mengidentifikasikan lima elemen penting dalamliterasi mediayaitu :a.Kesadaran akan pengaruh media massa pada individu dan masyarakat. Media telah membentuk cara kita berpikir akan kita, satu sama lain dan dunia kita.b.Pemahaman terhadap proses komunikasi massa. Literasi media memberikan pemahaman terhadap komunikasi massa yang melibatkan produksi, transmisi, dan konteks interpretasinya. Dengan memahami proses ini kita dapat menentukan ekspektasi kita pada media.c.Pengembangan strategi untuk menganalisis dan mendiskusikan pesan media. Untuk menjadi audiens media yang cakap, sebelumnya harus dikembangkan dulu strategi bagi analisis sistematik akan isi media.d.Pemahaman akan isi media sebagai teks yang memberikan wawasan bagi budaya kontemporer dan diri kita. Kesadaran terhadap isi media mempunyai andil membentuk perilaku, nilai, sikap, pola pikir, dan mitos yang kemudian membentuk budaya.e.Kemampuan untuk menikmati, memahami, dan mengapresiasi isi media. Presentasi media yang baik dapat memberikan banyak manfaat bagi khalayak seperti rasa senang kepada media, pemahaman dan penghargaan akan isi media.

Beberapa pemikiran memandangliterasi medialebih sebagai sebuah pemikiran kritis ketika berhadapan dengan media. Konsep ini kemudian mendorong munculnya suatu konsep baru yang disebut dengancritical media literacyatau literasi media kritis. Aktivitas literasi media kritis lebih kritis mengenai pemilihan media dan pembelajaran tentang proses teknis menggunakan alat media (media tools) dan konstruksi isi media (media content), serta mengkombinasikan kedua poin tersebut dalam kegiatan bermedia. Definisi literasi media dikemukakan oleh Sheperd berikut ini menunjukkan literasi media merupakan cara berpikir kritis ketika berhadapan dengan media :

An informed, critical understanding of the mass media. It involves examining the techniques, technologies and institutions involved in media production; being able to critically analyze media messages; and recognizing the role audiences play in making meaning from those messages. (4)

Literasi mediamembutuhkan kemampuan yang spesifik yang kerap dinamakan denganmedia literacy skillsatau kemampuan literasi media.Center for Media Literacy(CML) mendefinisikan literasi media sebagai suatu kerangka kerja untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan media (5).Kemampuan literasi media mencakup :Pertama, kemampuan mengkritik media.Kedua, kemampuan memproduksi media.Ketiga, kemampuan mengajarkan tentang media.Keempat, kemampuan mengeksplorasi sistem pembuatan pesan media.Kelima, kemampuan mengeskplorasi berbagai posisi.Keenam, kemampuan berfikir kritis (6).

#

DAFTAR PUSTAKA1. Adiputra, Wisnu Martha. 2008.MenyoalKomunikasiMemberdayakan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit Fisipol UGM.2. Tapio Varis, Aproaches to Media Literacy and e-Learning. 2000. Dikutip oleh W.S Mulyana dalam :http://wsmulyana.wordpress.com/2008/12/22/perkembangan-media-massa-dan-media-literasi/ Diakses Selasa, 12 April 2011. Pukul 11.20 WIB.3. Baran & Davis. 2003.Mass Communication Theory3rdEdition.Wadsworth, USA.4. Sheperd, 2002 : 1 dalam Susanto, Ifan Endi. 2008.Program Literasi Media untuk Anak-Anak ; Studi Kasus rogram Kritis! Media untuk Anak oleh Yayasan Pengembangan Media Anak. Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM. Tidak dipublikasikan.5. Center for Media Literacy.Http://www.medialit.org/6. Center for Media Literacy. Http://www.medialit.org/

Studi Literasi Media (Bagian III)Review by :Nisya Rifiani

Literasi Mediadan Pendidikan Media (Media Education)Pengertianliterasi mediakerap dipertukarkan denganmedia educationatau pendidikan media. Sesungguhnya, literasi mediaperlu dibedakan pengertiannya dari pendidikan media.Beberapa pendapat membedakan dengan tegas pengertian literasi media dan pendidikan media. Seperti dikutip dari situs Communicare dalam karya tulisnya yang berjudulMedia Literacy: Mendidik Masyarakat Cerdas di Era Informasi:Literasi mediabukanlah media pendidikan media, kendati yang terakhir ini kerap menjadi bagian dari yang pertama. Pendidikan media memandang media dalam fungsi yang senantiasa positif, yaitu sebagaia site of pleasuredalam berbagai bentuk. Sedangkan literasi media yang memakai pendekataninocculationistberupaya memproteksi anak-anak dari apa yang dipersepsi sebagai efek buruk media massa. Penggunaan media dan produk media sebagai bagian dari proses belajar mengajar, misalnya mempelajari cara memproduksi film independen atau menggunakan surat kabar sebagai sumber penelusuran data, tergolong dalam pendidikan media. Adapun literasi media bergerak lebih jauh dari itu. Dengan pendekatan yang lebih kritis, literasi media tidak hanya mempelajari segi-segi produksi, tetapi juga mempelajari kemungkinan apa saja yang bisa muncul akibat kekuatan media. Literasi media mengajari publik memanfaatkan media secara kritis dan bijak.(1)Pendidikan mediamerupakan salah satu proses agar individu dapat menjadi lebihliterate. Artinya, dapat memahami secara kritis sifat dasar, teknik, dan efek pesan media dan produksinya. Pendidikan media mengakui dan membangun dimensi yang positif kreatif, dan menyenangkan dari budaya populer ; yang meliputi produksi teks media dan pemikiran kritis yaknidecoding,analyzing,synthesizing, danevaluating. Hal ini dapat membimbing kita dalam memahami medialandscapeyang semakin kompleks (2).Pendidikan mediabukanlah soal memiliki jawaban yang benar, namun pendidikan media adalah tentang mengajukan pertanyaan yang benar. Isu tentang media adalah kompleks dan seringkali kontradiktif serta kontroversial. Peran pendidik bukanlah memberikan pengetahuan, tetapi memfasilitasi proses penyelidikan (inquiry) dan dialog. Peran guru dan fasilitator sebagai mitra belajar dalam pembelajaran berbasis siswa (student centered learning) ini tidak hanya menjadi model untuk pendidikan media, tetapi juga diterima dalam sistem pedagogi kritis yang baru. Hari ini, tantangan yang dihadapi adalah menempatkan dan mengevaluasi informasi yang tepat bagi kebutuhan seseorang dan menyatukannya menjadi sebuah pengetahuan yang bermanfaat (3).Pendidikanliterasi mediasebagai pendidikan publik sudah menjadi agenda yang penting dengan memasukkannya ke dalam satuan kurikulum pendidikan. Inggris, Jerman, Kanada, Perancis, dan Australia merupakan contoh negara yang telah melaksanakan pendidikan literasi media di sekolah. Namun demikian, pengembangan literasi media lewat kurikulum pendidikan bukanlah sesuatu yang mudah baik proses maupun prakteknya.Brown dalam Potter menyatakan bahwa jikaliterasi mediaingin bertahan dan sukses, literasi media yang diterapkan dalam satuan kurikulum pendidikan harus dikembangkan melalui kolaborasi antara guru, administrator, spesialis, dan orang tua secara bersama-sama dalam membangun literasi media dengan proses edukasi yang sistematis (4). Pelatihan literasi media untuk guru menjadi hal yang penting dan membutuhkan komitmen. Setidaknya usaha untuk memasukkan literasi media ke dalam sekolah memerlukan dua tahun atau lebih pengembangan staf untuk membangun pemahaman yang jernih terhadap konsep literasi media mengingat hal tersebut berkaitan dengan kegiatan di dalam kelas.#

DAFTAR PUSTAKA

1. Communicare. 2007. Media Literacy: Mendidik Masyarakat Cerdas di Era Informasi. Dapat diakses dalam :communicare-santi.com/2007/08/media-literacy-mendidikmasyarakat.html2. What is Media Education dalamMedia Awareness Network. 2008.http://www.media-awareness.ca/english/teachers/media_literacy/what_is_media_literacy.cfm/3. What is Media Education dalamMedia Awareness Network. 2008.http://www.media-awareness.ca/english/teachers/media_literacy/what_is_media_literacy.cfm/4. Brown (1998) dalam Potter, James W.Op Cit. Hal. 321.

\

Studi Literasi Media (Bagian IV)Review by :Nisya Rifiani

1.Literasi Media-James William PotterJames William Potterdalam bukunya berjudulMedia Literacymenjelaskan tiga ide fundamental dalam konsepliterasi media(1).Pertama, literasi media merupakan sebuahcontinuum. Bukan sebuah kategori -seperti sebuah kotak- dimana seseorang termasuk dalam kategori tersebut ataukah tidak. Pada dasarnya setiap individu memiliki pemahaman mengenai media meski berbeda tingkatan antara satu individu dengan individu lainnya. Kita tidak dapat menyatakan seseorang sama sekali tidakliterateataupun menyatakan seseorangliteratesecara sempurna. Artinya, tidak ada seorang pun yang tidak memahami media dan tidak ada seorang pun yang memahami media secara lengkap. Selalu terdapat ruang untuk perbaikan, peningkatan dan pengembangan kemampuanliterasi media. Kekuatan perspektif seorang individu ditentukan oleh kualitas dari struktur pengetahuannya. Sedangkan kualitas struktur pengetahuan seorang individu ditentukan oleh keahlian dan pengalaman yang dimiliki individu tersebut ketika berinteraksi dengan media.Kedua,literasi mediabersifat multi-dimensional. Struktur pengetahuan seorang individu terdiri dari informasi yang berasal dari empat domain yaitu domain kognitif, emosional, estetik, dan moral. Domain kognitif berhubungan dengan fakta yang terdapat pada informasi. Domain emosional mengandung informasi yang berkaitan dengan perasaan seperti cinta, kemarahan, kebencian, dan sebagainya. Domain estetik mengandung informasi yang berkaitan dengan bagaimana produksi suatu pesan. Domain moral mengandung informasi yang berkaitan dengan nilai, basis untuk mengambil keputusan tentang benar dan salah.Ketiga, tujuanliterasi mediaadalah memberikan kontrol lebih dalam terhadap audiens dalam melakukaninterpretasi dan/atau penafsiran suatu pesan. Hal ini bukan berarti individu dapat mengubah isi atau pesan dari media. Kontrol lebih mengarah pada makna kemampuan individu untuk menghadapai terpaan media dan mengendalikan dampak dari terpaan media terhadap individu. Semakin tinggi kontrol yang dimiliki individu semakin bagus apresiasinya.Seseorang dengan tingkatliterasi mediayang rendah akan cenderungmenerima begitu saja informasi dari media tanpa melakukan refleksi lebih kritis.Iatidak menyadari bahwa informasi yang disampaikan mengandung banyak makna dan merupakan sebuah interpretasi. Semakin rendah tingkat literasi media yang dimiliki seseorang semakin dangkal makna yang didapatnya. Sebaliknya, seseorang dengan tingkat literasi media yang tinggi berarti semakin banyak pilihan yang dimilikinyauntuk menafsirkan pesan. Semakin tinggi tingkat literasi media yang dimiliki seseorang semakin banyak makna yang dapat digalinya.Selanjutnya Potter mendefinisikanmedia literacysebagai kumpulan perspektif yang digunakan individu secara aktif untuk mengungkap diri sendiri pada media untuk menafsirkan pemaknaan pesan-pesan yang diterima. Perspektif yang dipakai oleh individu tersebut berasal dari struktur pengetahuan (knowledge structure). Dalam membangun struktur pengetahuan kita membutuhkan keterampilan dan informasi. Sruktur pengetahuan membentukplatformtempat kita memandang berbagai fenomena dalam media. Aktif dalam menggunakan media bertujuan supaya kita sadar tentang pesan dan secara cepat saling berinteraksi dengan media-media tersebut. Semakin baik struktur pengetahuan yang kita miliki, semakin banyak fenomena media yang kita lihat. Perspektif ini menjadikan kita memandang media dengan lebih lengkap dan mendalam sehingga media benar-benar berguna bagi kehidupan kita.Terdapat dua proses dalam membangunliterasi media.Pertama, membangun strukur pengetahuan yang kuat sehingga seseorang menjadi lebihmedia literate.Kedua, bertindak dalam cara media literate selama berhubungan dengan media. Tujuannya adalah memperoleh lebih banyak kontrol selama dipapar oleh media dan mengkonstruksi makna dari pesan media tersebut. Tujuan pendidikan literasi media adalah agar masyarakat dapat memahami media. Memberikan pengetahuan pada khalayak dan pengguna media untuk bersikap kritis dalam menganalisis pesan yang disampaikan oleh media massa.1.Struktur pengetahuan (Knowledge Structure)Struktur pengetahuan merupakan fondasi utama dalam membangunliterasi media, karenanya struktur pengetahuan ini menjadi sangat penting dalam membangun perspektif literasi media bagi audiens media massa. Potter menyatakan bahwa struktur pengetahuan merupakan seperangkat informasi yang terorganisasi dalam memori seseorang. Struktur pengetahuan seseorang tidak terbangun sendirinya melainkan memerlukan perhatian dan ketepatan. Struktur pengetahuan bukan hanya sekedar timbunan fakta, melainkan dibentuk dengan menyusun kepingan informasi secara hati-hati sehingga menjadi sebuah desain yang utuh. Potter mengidentifikasi struktur pengetahuan ini menjadi tiga alur, yakni struktur pengetahuan isi media, industri media, dan efek media.a.Struktur pengetahuan isi media (Media Content)Struktur pengetahuan isi media adalah salah satu elemenliterasi mediayang penting karena pesan media tidak selalu seperti apa yang terlihat. Potter menyebutkan bahwa manusia pada dasarnya tengah hidup dalam dua dunia yaitu dunia nyata (real world) dan dunia media (media world). Dunia nyata di mana kita berada dalam interaksi langsung dengan orang lain. Sebagian besar dari kita merasa bahwa dunia nyata ini terlalu terbatas. Kita tidak bisa mendapatkan berbagai pengalaman dan informasi hanya dari dunia nyata.Oleh karenanya kita memasuki dunia media untuk mendapatkan pengalaman dan informasi yang tidak bisa didapatkan dari dunia nyata. Bila telah menemukan pengalaman dan informasi maka kita akan kembali ke dunia nyata. Begitu seterusnya kita akan melintasi perbatasan antara dunia nyata dan dunia media untuk memperluas perspektif yang kita miliki. Namun kini batasan antara dunia nyata dan dunia media menjadi semakin sulit dilihat dengan jelas.Media tidak lagi menunggu kita untuk berpetualang di dunianya tetapi media-lah yang kemudian membawa pesan-pesannya kepada kita. Paparan media (exposure) kepada kita tidak pernah direncanakan, maka kita tidak menyadari betapa besarnya paparan media kepada kita. Pesan media tidak selalu seperti apa yang terlihat, maka untuk memahami pesan media dengan baik kita memerlukan struktur pengetahuan isi media. Selanjutnya, struktur pengetahuan isi media dapat dikategorikan dalam tiga golongan yaitu pengetahuan tentang berita, hiburan, dan iklan.

a.Pengetahuan tentang berita (News)Potter menyatakan bahwa terdapat beberapa strategi dalam mengakses berita sehingga kita dapat menjadi lebihmedia literateyakni:1)Menganalisis perspektif beritaSesungguhnya berita merupakan hasil rekonstruksi dari realitas sosial yang ditulis oleh jurnalis berdasarkan perspektif yang mereka miliki. Pada saat kita melihat sebuah berita selain melihat berita yang dilaporkan hendaknya kita melihat institusi yang melaporkan berita tersebut. Dengan pemikiran semacam ini kita akan terhindar dari kepercayaan yang salah bahwa suatu institusi selalu membawa pesan yang benar. Tidak ada berita yang lengkap, akurat, dan menggambarkan dunia secara seimbang.2)Mencari konteks beritaIstilahberitadaninformasicenderung dipandang sebagai hal yang sama. Padahal penting untuk membedakan antara keduanya. Berita (news) adalah sesuatu yang mengandung unsur baru (new). Sementara itu, informasi memberikan kita sesuatu yang bernilai tentang dunia. Dalam level literasi media yang tinggi, orang akan membedakan secara jelas antara berita dan informasi, serta menginginkan lebih banyak informasi.3)Mengembangkan sumber informasi alternatifPada saat menonton tayangan di televisi, seseorang juga harus mengakses sumber informasi dari media lainnya seperti siaran di radio atau bacaan di media cetak. Sumber informasi alternatif ini akan memperkaya informasi dari sebuah pesan media yang kerap kali tidak menyediakan konteks secara lengkap. Namun, kita juga harus memperhatikan bahwa hal itu perlu dilakukan terhadap sudut pandang yang berbeda-beda karena pemahaman konteks adalah sesuatu yang lebih daripada sekedar mengakses satu perspektif tunggal.4)Bersikap skeptis terhadap opini publikPermasalahan dalam opini publik bukanlah tentang masalah akurasinya, dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, akurasi dapat mencapai level yang tinggi. Namun seringkali orang tidak memiliki opini terhadap sesuatu atau tidak yakin dengan opini mereka. Sementara itu, tingkat literasi media yang tinggi memerlukan kesinambungan antara struktur pengetahuan dan kemampuan diantaranya kemampuan untuk beropini.5)Mengakses lebih banyak beritaOrang perlu untuk mengakses berita yang lebih banyak dari organisasi berita yang beragam. Dengan cara itu, orang akan dapat menemukan sisi positif sekaligus sisi negatif dan menemukan liputan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan lebih banyak informasi, orang akan dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dalam menentukan fakta mana yang lebih akurat.b.Pengetahuan tentang hiburan (Entertainment)Pesan hiburan yang ditampilkan dalam media mempunyai elemen yang berbeda dengan pesan yang ada dalam dunia nyata. Pesan hiburan yang ditampilkan dalam media dibuat sangatrealseolah-olah seperti dalam dunia nyata. Sesungguhnya dalam pesan hiburan terdapat elemen yang berbeda dengan dunia nyata, terutama yang berhubungan dengan penggambaran karakter, isi pesan yang kontroversial (sex, kekerasan fisik maupun verbal), kesehatan, dan nilai. Hal ini perlu dipahami secara mendalam sebab dengan memahaminya kita dapat mencegah distorsi dunia media dalam mempengaruhi ekspetasi kita terhadap dunia nyata.c.Pengetahuan tentang iklan (Advertising)Pada umumnya ketika kita berhadapan dengan pesan berita dan pesan hiburan, kita lebih aktif dalam menentukan paparan (exposure) dan memproses informasi. Namun pada saat kita berhadapan dengan pesan iklan kita sering kali tidak terlalu menyadari dengan efek keotomatisan pesan iklan. Artinya kita terlalu menyadari seberapa besar paparan iklan yang terjadi. Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan ketika berhadapan dengan iklan.Pertama, hal yang sebenarnya dijual oleh iklan. Iklan dirancang untuk menghadirkan klaim produk tertentu. Klaim ini dihadirkan sebagai alasan agar kita membeli produk tertentu, yaitu produk tersebut akan memberikan sesuatu yang bernilai kepada kita. Nilai tersebut dapat bersifat fisik, fungsional, atau karakteristik. Nilai fisik terfokus kepada produk itu sendiri dan kandungan yang dimiliki. Nilai fungsional terfokus kepada bagaimana produk digunakan. Nilai karakteristik memfokuskan perhatian kepada konsekuensi psikologis setelah mengkonsumsi produk.Kedua, efek yang diharapkan oleh sebuah iklan. Pada awalnya iklan dirancang untuk meyakinkan seseorang agar membeli produk yang diinginkan. Kini, iklan lebih ditujukan untuk menciptakan kesadaran (awareness) masyarakat akan adanya produk tersebut. Iklan dirancang untuk menciptakan emosi dalam diri kita dan menghubungkan emosi tersebut dengan produk yang diiklankan. Tujuan pemasangan iklan yang paling lazim adalah penguatan kembali (reinforcement) yang ditujukan kepada mereka yang memang sudah memakai produk yang diiklankan. Dengan demikian, iklan digunakan untuk mengingatkan konsumen bahwa produk tersebut masih ada dan memiliki kualitas yang baik. Sementara beberapa iklan dirancang untuk membuat konsumen kebal terhadap klaim yang dikemukakan oleh produk pesaing.Ketiga, kebutuhan terhadap iklan. Seperti dikatakan oleh Potter, semakin kita sadar dengan kebutuhan kita, maka semakin kita dapat menggunakan iklan untuk mengontrol hidup kita. Namun jika kita tidak memiliki kesadaran terhadap kebutuhan kita, maka derasnya iklan akan menciptakan dan membentuk kebutuhan kita, seringkali tanpa kita ketahui.#

DAFTAR PUSTAKA1.Potter, James W.Ibid. Hal. 23.Studi Literasi Media (Bagian V)Review by :Nisya Rifiani

a.Struktur pengetahuan industri media (Media Industries)Potter menyatakan bahwa dalam berhadapan dengan industri media, kita dapat menggunakandefault strategyataupunmedia literacystrategy.Default strategymemiliki tujuan untuk membangun kepuasan dengan level interupsi minimal. Dalam level ini berarti seseorang mengakses media dalam konteks pola kebiasaan (habitual pattern) yang berkembang pada masa lalu. Ketika kita mencoba sesuatu yang baru dan merasakan kepuasan, maka kita melanjutkannya tanpa berpikir terlalu banyak. Kita jarang untuk mencoba mengakses tipe pesan yang lain, entah itu karena kita tidak terlalu yakin bahwa jenis pesan yang lain akan memberi kepuasan juga ataupun karena kita memandang bahwa akses terhadap jenis pesan lain tersebut memerlukan usaha yang lebih besar dibanding nilainya.Sedangkanmedia literacystrategymemiliki tujuan untuk memahami dunia ekonomi dalam industri media. Hal ini berarti mereka memiliki ekspektasi yang lebih tinggi terhadap hasil yang didapat dibanding sumber daya yang dikeluarkan. Orang-orang semacam itu menginginkan lebih dari kepuasan minimal dari mengakses media. Mereka berpikir matang tentang sumber daya yang dimiliki dan menginginkan negosiasi untuk mendapatkan hasil yang lebih bernilai.b.Struktur pengetahuan efek media (Media Effect)Pengetahuan ini berkaitan dengan empat aspek perspektif dimensional.Pertama,Timing of effectberhubungan dengan efek yang terjadi ketika kita berinteraksi dengan media. Efek media dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Efek jangka pendek merupakan efek yang terjadi selama paparan media. Efek tersebut hanya berlangsung dalam periode yang singkat. Efek jangka panjang hanya terlihat setelah terjadi banyak paparan. Tidak ada paparan tunggal atau pesan tunggal yang dapat menyebabkan efek tersebut. Efek jangka pendek biasanya lebih mudah dilihat daripada efek jangka panjang. Efek jangka pendek umumnya memperlihatkan diri dalam suatu perubahan. Kita dapat dengan mudah melihat perubahan dalam perilaku atau emosi kita. Sementara itu, perubahan yang disebabkan efek jangka panjang bersifatgradualdan lebih sulit untuk dikenali. Efek jangka pendek terjadi karena disebabkan paparan jenis pesan tertentu, sehingga mudah untuk menghubungkan pesan media dengan efek tertentu yang dihasilkan.Kedua,Type of effect, terdapat lima tipe efek media yaitu efek kognitif (cognitive-type effect) bergerak pada tataran perubahan kognisi - media dapat mempengaruhi apa yang kita ketahui dengan menanamkan ide dan informasi ke dalam pikiran kita. Hal ini merupakan efek yang paling sering terjadi, karena terjadi sepanjang waktu dan kita pun secara konstan menambahkan informasi setiap kali mengakses media. Pembelajaran kognitif ini tidak hanya terbatas kepada informasi faktual, tetapi juga informasi sosial. Efek sikap (attitudinaltype effect) bergerak pada tataran perubahan sikap - media dapat menciptakan dan membentuk opini, kepercayaan, dan nilai yang kita miliki. Efek ini dapat berlangsung dalam jangka waktu pendek, ketika kita memberikan sikap positif terhadap pesan media tersebut. Namun juga dapat bersifat jangka, panjang ketika kita terlalu banyak terpapar efek media (cultivation).Efek emosi (emosional-type effect), bergerak pada tataran reaksi emosi - media dapat membuat kita merasakan sesuatu misalnya memicu emosi marah, sedih, bosan, dan lain-lain. Reaksi emosi ini berkaitan dengan perubahan psikologis. Selama mengakses media kita berpeluang mengalami perubahan psikologis dan kadang efek emosi jangka panjang. Efek psikologis (psychological-type effect) - media dapat mempengaruhi sistem otomatis dalam tubuh (automatic bodily system) yang terjadi di luar kesadaran kita. Efek perilaku (behavioraltype effect) - media dapat memicu terjadinya tindakan. Misalnya setelah melihat iklan sebuah produk, kita segera bergegas ke toko untuk membelinya. Efek perilaku tersebut juga dapat bersifat jangka panjang.Ketiga,Valence of effect, menunjukkan arah efek media dapat menuju ke arah yang positif maupun negatif. Arah positif adalah ketika efek media membantu seseorang mencapai tujuan personal. Ia menggunakan media secara strategis untuk mencapai tujuan tersebut. Sementara itu, efek negatif terjadi ketika media menggunakan kita sebagai alat untuk mencapai tujuan mereka, jika tujuan mereka bertentangan dengan tujuan kita.Keempat,Intentionality of effect, ketika berinteraksi dengan media sesungguhnya kita pun mengharapkan efek media yang sesuai dengan harapan kita. Secara sadar kita mencari pesan-pesan tertentu dari media yang dapat memberikan efek tersebut. Misalnya menonton tayangan televisi untuk mendapatkan hiburan. Namun ada pula efek yang tidak diharapkan misalnya ketika menonton tayangan komedi dengan tujuan memperoleh hiburan, kita juga harus berhadapan dengan iklan danjingleyang menginterupsi.

Tabel 1Struktur Kemampuan dan Pengetahuan dalamLiterasi Media(James William Potter/2001)DomainKemampuan (Skills)Pengetahuan (Knowledge)

1.Kognitif-Mampu mengidentifikasi kunci informasi.-Mampu membandingkan kunci informasi yang satu dengan yang lainnya.-Mampu mengevaluasi kejujuran/kebenaran informasi.-Mampu mengevaluasi keseimbangan.-Mempunyai pengetahuan atas topik tertentu dari berbagai sumber (media dan dunia nyata).

2.Emosional-Mampu menganalisis perasaan orang yang diberitakan.-Mampu memposisikan diri di posisi orang lain.-Mampu berempati.-Mempunyai pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman personal yang sesuai atau senada dengan situasi yang diberitakan.

3.Estetik-Mampu menganalisis seni dan elemen artistik dalam cerita.-Mampu membandingkan dan membedakan nilai artistik yang digunakan untuk satu cerita dengan cerita yang lain.-Mempunyai pengetahuan akan tulisan, grafis, fotografi, hingga produksi berita TV.-Mempunyai pengetahuan akan kualitas cerita, mana cerita yang disampaikan dengan baik dan mana yang tidak, termasuk di dalamnya elemen-elemen yang mempengaruhi kualitas tersebut.

4.Moral-Mampu menganalisis elemen-elemen moral yang ada di cerita.-Mampu membandingkan cerita satu dengan lainnya.-Mampu mengevaluasi tanggung jawab etis dari para jurnalis dalam setiap cerita.-Mempunyai pengetahuan tentang kritik atas berita.-Mempunyai pengetahuan akan arti bias, objektif, keberimbangan, kejujuran/kebenaran.-Mempunyai pengetahuan akan cerita lain yang temanya sama dan bagaimana jurnalis dalam berita tersebut mempraktekkan keberimbangan dan kebenaran.-Mengembangkan kode moral jurnalisme.

Literasi Media sebagai Pemikiran KritisBeberapa pemikiran memandangliterasi medialebih sebagai sebuah pemikiran kritis ketika berhadapan dengan media. Konsep ini kemudian mendorong munculnya suatu konsep baru yang disebut dengancritical media literacyatau literasi media kritis. Aktivitas literasi media kritis lebih kritis mengenai pemilihan media dan pembelajaran tentang proses teknis menggunakan alat media (media tools) dan konstruksi isi media (media content), serta mengkombinasikan kedua poin tersebut dalam kegiatan bermedia. Definisi literasi media dikemukakan oleh Sheperd berikut ini menunjukkanliterasi mediamerupakan cara berpikir kritis ketika berhadapan dengan media :

An informed, critical understanding of the mass media. It involves examining the techniques, technologies and institutions involved in media production; being able to critically analyze media messages; and recognizing the role audiences play in making meaning from those messages(1).#

DAFTAR PUSTAKA1.Sheperd, 2002 : 1 dalam Susanto, 2008.Loc cit.