pengaruh pelatihan literasi media terhadap...

114
PENGARUH PELATIHAN LITERASI MEDIA TERHADAP PEMAHAMAN KONTRA NARASI EKSTREMIS (Studi Terhadap Peserta Pelatihan Kontra Narasi Ekstremis yang Diselenggarakan oleh Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) dan Konrad Adenauer Stiftung (KAS)) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Disusun Oleh : Humaida Fatwati 43010 15 0030 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PELATIHAN LITERASI MEDIA

    TERHADAP PEMAHAMAN KONTRA NARASI EKSTREMIS

    (Studi Terhadap Peserta Pelatihan Kontra Narasi Ekstremis yang

    Diselenggarakan oleh Center for the Study of Religion and Culture

    (CSRC) dan Konrad Adenauer Stiftung (KAS))

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

    Disusun Oleh :

    Humaida Fatwati

    43010 15 0030

    PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS DAKWAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2019

  • i

    PENGARUH PELATIHAN LITERASI MEDIA

    TERHADAP PEMAHAMAN KONTRA NARASI EKSTREMIS

    (Studi Terhadap Peserta Pelatihan Kontra Narasi Ekstremis yang

    Diselenggarakan oleh Center for the Study of Religion and Culture

    (CSRC) dan Konrad Adenauer Stiftung (KAS))

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

    Disusun Oleh :

    Humaida Fatwati

    43010 15 0030

    PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS DAKWAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2019

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    لٍَة ا بَِجَهَٰ ۟ا أَن تُِصيبُو۟ا قَْوه ٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوَٰٓ۟ا إِن َجآََٰءُكْن فَاِسق ٌۢ أَيَُّها ٱلَِّذيَن َءاَهنُوَٰٓ

    َٰٓ يََٰ

    ِدِهين فَتُْصبُِحو۟ا َعلَىَٰ َها فَعَْلتُْن نََٰ

    Artinya:

    “Wahai orang-orang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu

    membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak

    mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu

    menyesali perbuatan itu”.

    (Al-Hujurat/49: 6)

    فِكّْر قَْبَل أَْن تَْعِزمَ

    Artinya:

    “Berfikir Sebelum Bertindak”

    (Mahfudzot)

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang tak pernah lelah

    mengasihiku secara berturut-turut:

    Orangtuaku, Almh. Mamak Khudziyah, dan Alm. Bapak Al-Muhtasib yang

    lebih dahulu menantiku di surga. Yang selama keberadaannya telah menginspirasi

    dan memotivasiku untuk selalu berproses menjadi lebih baik. Dan ketiadaannya

    mengajarkanku arti bagaimana tetap kuat, sabar, ikhlas dan menerima takdir Allah

    dengan lapang dada.

    Untuk Ibu Zulaikha, orangtua kedua setelah orangtuaku lebih dahulu ke

    surga. Wanita dambaan yang tak pernah lelah mengajarkanku bagaimana menjadi

    perempuan tangguh secara utuh.

    Untuk kakak-kakakku, Kang Qosim, Mas Lizam dan Mbak Eva, Mbak Iffy

    dan Mas Ali yang telah membersamaiku melalui masa-masa sulitku dengan tulus

    dan sabar.

    Untuk sahabatku, Mbak Isnaini dan Iffa yang tidak pernah lelah memberiku

    semangat ketika aku sedang pada titik jenuh.

    Dan untuk keluarga sekaligus teman-temanku, Dik Iffah, Dik Lilis, Mbak

    Safira, Mas Adit, Hafizh, Mbak Elisa, Mbak Anilta, Tiyak dan semua teman-

    temanku yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih telah menjadi

    bagian dari terselesaikannya skripsi ini dan menjadi bagian dari cerita di

    kehidupanku.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

    hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

    judul PENGARUH PELATIHAN LITERASI MEDIA TERHADAP

    PEMAHAMAN KONTRA NARASI EKSTREMIS PADA

    USTADZ/USTADZAH PONDOK PESANTREN DI SURAKARTA DAN

    SEKITARNYA (Studi terhadap Pelatihan Kontra Narasi Ekstremis yang

    Diselenggarakan oleh Center of Study Religion and Culture (CSRC) dan Kornard

    Adenaur Stiftung (KAS)).

    Penulis menyadari, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak akan

    terselesaikan tanpa adanya motivasi, bimbingan, dan bantuan baik yang bersifat

    moril maupun materil dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini

    penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada:

    1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.

    3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

    Isalam IAIN Salatiga.

    4. Ibu Dr. Muna Erawati, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

    meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penulisan skripsi.

    5. Bapak Dr. Rifqi Aulia Erlangga, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing

    Akademik.

    6. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

    membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi.

  • ix

    7. Kepada Bapak dan Ibu penulis, Alm. Bapak Al-Muhtasib dan Ibu Khudziyah

    yang segala kebaikannya masih sangat membekas di hati saya.

    8. Kepada Ibu Siti Zulaikha, ibu ke dua saya setelah orang tua kandung saya.

    9. Kepada kakak-kakakku, Mas Lizam dan Mbak Eva, Mbak Iphy dan Mas Ali,

    Kang Qosim yang selalu memberikan dukungan.

    10. Kepada Ifadatul Habibah, Mbak Isnaini, Mbak Safiera, Mbak Anilta, Dik Eva

    dan Dik Lilis.

    11. Kepada teman-teman Fakultas Dakwah Khususnya angakatan 2015 jurusan

    Komunikasi dan Penyiaran Islam.

    12. Kepada para senior dan trainer Pesantren for Peace, CSRC UIN Syarif

    Hidayatullah.

    13. Kepada teman-teman Pondok Pesantren Al Muntaha.

    14. Kepada semua pihak yang telah mendukung penulis yang tidak dapat

    disebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa dalam menulis skripsi ini masih jauh dari kata

    sempurna, baik dari segi bahasa maupun penyusunannya. Oleh karena itu, penulis

    meminta maaf apabila dalam penulisan laporan ini banyak kesalahan dan

    kekeliruan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Salatiga, 15 Maret 2019

    Penulis

    Humaida Fatwati

    NIM. 43010150030

  • x

    ABSTRAK

    Fatwati, Humaida. 2019. Pengaruh Literasi Media Terhadap Pemahaman Kontra

    Narasi Ekstremis (Studi Terhadap Peserta Pelatihan Kontra Narasi

    Ekstremis yang Diselenggarakan oleh Center for the Study of Religion and

    Culture (CSRC) dan Konrad Adenauer Stiftung (KAS)). Skripsi. Jurusan

    Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam

    Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna Erawati, M.Si.

    Kata Kunci: Pelatihan Literasi Media, Pemahaman Kontra Narasi Ekstremis,

    Pesantren.

    Berkembangnya media massa yang menyajikan segala informasi dengan

    jangkauan yang mudah, semakin banyak pula konten-konten yang lahir tanpa ada

    yang membatasinya. Maka tidak jarang apabila banyak konten pemikiran yang

    ekstrem dan penuh propaganda lahir diantara perkembangan media massa saat ini.

    Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyangkal atau meminimalisir narasi

    propaganda yang beredar salah satunya adalah literasi media. Tujuan yang hendak

    dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan literasi

    media terhadap pemahaman kontra narasi ekstremis pada peserta pelatihan.

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat kuantitatif.

    Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan desan quasi-

    eksperimental yang bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat pemahaman

    sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Sumber data dalam penelitian ini

    meliputi data primer dan pengumpulan datanya menggunakan tes. Data dianalisis

    menggunakan formula paired sample t test dengan bantuan SPSS ver. 24.

    Hasil uji statistik menunjukkan terdapat peningkatan mean pre-test

    dibandingkan post-test sebesar 2,23; t=5,452; p=0,000 sehingga dapat

    disimpulkan terdapat pengaruh pelatihan literasi media terhadap pemahaman

    kontra narasi ekstremis pada peserta pelatihan.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    LOGO INSTITUT ................................................................................................... ii

    NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ iv

    PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... v

    MOTTO .......................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

    ABSTRAK........................................................................................................ x

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi

    BAB I: PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7

    C. Tujuan Penelitian................................................................................... 7

    D. Manfaat Penelitian................................................................................. 7

    E. Sistematika Judul................................................................................... 8

    BAB II: LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 9

    1. Penelitian Terdahulu .................................................................. 9

  • xii

    B. Landasan Teori .................................................................................... 11

    1. Pemahaman Narasi Ekstremis .................................................. 11

    2. Radikalisme dan Ekstremisme ................................................. 18

    3. Literasi Media………………………………………………...20

    4. Media Massa………………………………………………….28

    5. Profil KAS dan CSRC………………………………………..34

    6. Teori Use and Gratification…………………………..………39

    C. Kerangka Berfikir….………………………………………………...42

    D. Hipotesis…………….……………………………………………….44

    BAB III: METODE PENELITIAN

    A. Identifikasi dan Operasional Variabel ................................................. 45

    B. Populasi, Sampel dan Objek Penelitian............................................... 46

    C. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 47

    D. Desain dan Prosedur Eksperimen ........................................................ 48

    E. Validitas dan Reliabilitas .................................................................... 49

    F. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................... 50

    G. Sumber Data ........................................................................................ 51

    H. Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 51

    I. Metode Analisis Data Data ................................................................. 53

    J. Uji Hipotesis Data ............................................................................... 53

    BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ................................................. 55

    B. Subjek Penelitian ................................................................................. 59

  • xiii

    C. Analisis data dan Interpretasi ............................................................. 61

    D. Pembahasan ......................................................................................... 72

    BAB V: PENUTUP

    A. Kesimpulan.......................................................................................... 76

    B. Saran .................................................................................................... 76

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Tujuan Literasi Media ........................................................................... 25

    Tabel 2.2. Model-model Efek Media .................................................................... 33

    Tabel 2.3. Model Uses and Gratification ........................................................ 41

    Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 45

    Tabel 3.2. Metode Skoring Kuesioner ............................................................ 48

    Tabel 4.1. Jenis Kelamin Responden .............................................................. 59

    Tabel 4.2. Usia Responden ............................................................................. 59

    Tabel 4.3 Pendidikan Terakhir Responden ..................................................... 60

    Tabel 4.4. Reliability Statistics ....................................................................... 62

    Tabel 4.5. Hasil pre-test ................................................................................. 63

    Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi pre-test ......................................................... 64

    Tabel 4.7. Hasil post-test ................................................................................ 65

    Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi post-test ........................................................ 66

    Tabel 4.9. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test .............................................. 68

    Tabel 4.10. Coefficients ......................................................................................... 69

    Tabel 4.11. Paired Samples Statistics .................................................................... 70

    Tabel 4.12. Paired Samples Test ............................................................................ 71

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Unsur-unsur Narasi Ekstremis .......................................................... 15

    Gambar 2.2. Kerangka Berfikir ............................................................................. 42

    Gambar 4.1. Histogram pre-test ..................................................................... 64

    Gambar 4.2. Histogram post-test .................................................................... 67

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Riwayat Hidup Penulis

    Lampiran 2 Lembar Konsultasi

    Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen

    Lampiran 4 Kuesioner

    Lampiran 5 Kunci Jawaban Instrumen

    Lampiran 6 Data Penelitian

    Lampiran 7 Foto Hasil Penelitian

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Interaksi antar manusia yang didukung dengan teknologi saat ini akan

    terus berkembang melalui media massa khususnya melalui media online,

    internet. Keberadaan internet seolah menjadi peran penting bagi masyarakat

    dalam berbagai aspek. Baik aspek pendidikan, bisnis, kebudayaan, ekonomi,

    politik, sosial dan budaya. Masyarakat membutuhkannya sebagai sarana

    untuk berkomunikasi, berinteraksi, mencari informasi atau hanya hiburan

    semata.

    Awalnya internet hanya dimanfaatkan untuk mengakses email dan situs

    berbasis website, kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat luas untuk

    berjejaring sosial dengan berbagai situs yang disediakan seperti teks, video,

    gambar televisi internet, konferensi video, game online dan lain sebagainya.

    Melihat hal tersebut, saat ini media online seolah menjadi kebutuhan yang

    tidak dapat terlepas dari masyarakat. Terlebih saat ini semakin berkembang

    pula teknologi laptop, ipad, smartphone dan lain sebagainya sebagai media

    untuk mengakses ke media online atau internet, semakin menjamur pula

    masyarakat penggunanya. Selain itu pula semakin mudah bagi seseorang

    untuk menjelajah internet untuk mendapatkan informasi (Adiarsi, Yolanda,

    dan Martha, 2015: 471-472).

    Kehadiran internet dan kemudahan dalam mengaksesnya seakan-akan

    telah membuat masyarakat saling menyatu dan tidak ada batasan lagi. Apabila

  • 2

    dahulu seseorang mengirim surat dari suatu tempat ke tempat lain

    menggunakan surat dan membutuhkan waktu yang lama, saat ini melalui

    email atau jejaring sosial dapat diterima langsung oleh penerima. Internet

    dapat memberikan kemudahan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dalam

    jangkauan yang luas sehingga memperluas pergaulan dan terpacu untuk

    mengekspresikan kreativitas yang mereka miliki kepada orang lain. Selain

    itu dapat juga memberikan manfaat bagi penggunanya seperti memudahkan

    saling bertukar informasi seputar apa saja sehingga dapat memberikan

    wawasan luas.

    Internet yang saat ini dengan mudahnya diakses sering kali membuat

    seseorang menjadi lupa diri dan tidak mengenal waktu dalam mengaksesnya.

    Selain itu, semakin bebasnya informasi yang disebar luaskan melalui internet

    tanpa batasan membuat oknum-oknum penyebar berita tidak bertanggung

    jawab semakin memanfaat kemudahan tersebut. Misalnya saja golongan

    penganut islam radikal yang mengarahkan seseorang pada gerakan

    ekstremisme memanfaatkan internet untuk menyebarkan pemahamannya.

    Ekstrimisme sendiri sering diartikan sebagai keadaan atau tindakan penganut

    sebuah paham yang berlebihan dan menantang berdasar pada agama, politik,

    dan sebagainya (Afifah, Nurul. 2017, Membangun Kontra Narasi

    Ekstremisme Melalui Literasi Media.

    http://www.lpmmissi.com/2017/11/membangun-kontra-narasi-

    ekstrimisme.html, diakses pada 14 Oktober 2018)

    http://www.lpmmissi.com/2017/11/membangun-kontra-narasi-ekstrimisme.htmlhttp://www.lpmmissi.com/2017/11/membangun-kontra-narasi-ekstrimisme.html

  • 3

    Berdasarkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia diperoleh

    data statistik pengguna internet di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 132,7

    juta pengguna dan tahun 2017 telah meningkat menjadi 143,26 juta

    pengguna. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengguna internet di

    Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

    Kekuatan media baru tidak bisa dilepaskan dari perkembangan

    teknologi informasi dan komunikasi. Semakin berkembangnya media baru

    saat ini seperti media berbasis internet, maka semakin memudahkan

    masyarakat dalam mengoperasikannya. Hasil survey APJII komposisi

    pengguna internet berdasarkan usia mengungkapkan bahwa sebanyak 75,50%

    pengguna internet berusia 13-18 tahun, 74,23% berusia 19-34 tahun, 44,06%

    berusia 35-54 tahun dan 15,72% berusia lebih dari 54 tahun. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa kebanyakan dari pengguna internet adalah remaja

    berusia 13-18 tahun. Apalagi dengan teknologi yang mendukung dalam

    mengoperasikannya seperti adanya smartphone, laptop yang memiliki akses

    wi-fi dan lain sebagainya (APJII, 2017,

    https://apjii.or.id/content/read/39/342/Hasil-Survei-Penetrasi-dan-Perilaku-

    Pengguna-Internet-Indonesia-2017 diakses pada 14 Oktober 2018)

    Berkembangnya internet, menyajikan segala informasi yang akan kita

    cari dengan mudahnya. Semakin banyak pula konten-konten yang lahir di

    media online tanpa ada yang membatasi. Maka tidak jarang apabila banyak

    konten pemikiran yang ekstrem dan penuh propaganda lahir diantara

    berkembang pesat seperti di era mobile digital ini. Tidak sedikit pula kaum

    https://apjii.or.id/content/read/39/342/Hasil-Survei-Penetrasi-dan-Perilaku-Pengguna-Internet-Indonesia-2017https://apjii.or.id/content/read/39/342/Hasil-Survei-Penetrasi-dan-Perilaku-Pengguna-Internet-Indonesia-2017

  • 4

    ekstremis yang memanfaatkan media untuk menyebarkan paham radikal

    tersebut.

    Golongan ekstremis seakan mencari berbagai upaya untuk

    menyebarkan pemahamannya dengan pengguna internet. Apalagi melihat

    banyaknya pengguna internet adalah remaja seakan menjadi sasaran empuk

    bagi penyebar narasi ekstremis. Hal tersebut disebabkan karena pola pikir

    remaja dinilai masih labil. Kadang yakin dengan pendirian, tiba-tiba berubah

    tanpa sebab, penuh keragu-raguan. Seakan labilnya kondisi psikologis

    seseorang akan menyebabkan ia mudah terpengaruh oleh rangsangan dari

    luar, sekalipun itu merupakan hal-hal baru atau asing baginya, termasuk saat

    menerima informasi (Afifah, Nurul, 2017, Membangun Kontra Narasi

    Ekstremisme Melalui Literasi Media,

    http://www.lpmmissi.com/2017/11/membangun-kontra-narasi-

    ekstrimisme.html, diakses pada 14 Oktober 2018).

    Hal-hal yang berdampak tidak menyenangkan dari kemudahan

    mengakses internet tersebut menjadikan literasi media menjadi suatu hal yang

    penting terlebih bagi remaja. Karena mau tidak mau, pengakses internet

    terlebih pada remaja harus diedukasi untuk dapat memanfaatkan internet

    dengan baik (Adrianto, Elvinaro; Lukiati, 2017: 211).

    Kemampuan literasi media khususnya media internet, wajib dimiliki

    pelajar khususnya pelajar usia remaja. Karena jika tidak ingin tertinggal dan

    menjadi asing di antara lingkungan yang sudah diterpa arus informasi digital.

    Diharapkan, literasi media bagi penggunaan media internet dapat mengurangi

    http://www.lpmmissi.com/2017/11/membangun-kontra-narasi-ekstrimisme.htmlhttp://www.lpmmissi.com/2017/11/membangun-kontra-narasi-ekstrimisme.html

  • 5

    efek buruk dari penggunaan media tersebut dan juga informasi yang tidak

    dapat dipungkiri merembet pada hal negatif seperti: konsumerisme, budaya

    kekerasan, budaya ngintip pribadi orang, bahkan kematangan seksual lebih

    cepat terjadi pada usia anak-anak (Rahmi, 2013: 266).

    Oleh karena itu remaja diharapkan dapat dengan bijak menggunakan

    media internet untuk menambah dan memperluas wawasannya, bukan

    sekadar media hiburan untuk mengakses media sosial dan hal lainnya.

    Menurut Blake dalam Potter, literasi media sangat dibutuhkan oleh pelajar

    karena (1) hidup di lingkungan bermedia; (2) literasi media menekankan pada

    pemikiran kritis; (3) menjadi literat terhadap media merupakan bagian dari

    pembelajaran terhadap warga negara, membuat dapat berperan aktif dalam

    lingkungan yang dipenuhi dengan media; dan (5) pendidikan media

    membantu dalam memahami teknologi komunikasi (Adiarsi, Yolanda, Marth:

    2015: 472).

    Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk bisa menangkal atau

    meminimalisir gerakan radikalisme yang disebarkan melalui media massa,

    salah satunya yakni dengan literasi media. Gerakan literasi media sangat

    penting dan mendesak untuk dikampanyekan sebagai sebuah gerakan sosial

    kemasyarakatan guna mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya

    memahami, menggunakan dan menilai media secara benar dan tepat.

    Salah satunya adalah gerakan literasi media yang dilakukan oleh Center

    for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta bekerja sama dengan Konrad-Adenaur-Stiftung (KAS) dalam program

  • 6

    Penguatan Peran Pesantren dalam Promosi HAM Melaui Kontra Narasi

    Ekstremis. Program tersebut dikuatkan pada tahun 2018 dengan

    mengembangkan sebuah program “Voice of Pesantren: Messaging Peace and

    Countering Extremism a Project Enhancing the Role of Indonesia Islamic

    Schools (Pesantren) in Promoting Peace and Tolerance”.

    Berdasarkan uraian tersebut, gambaran mengenai literasi media baru di

    kalangan pemuda muslim menjadi suatu hal yang menarik untuk diteliti.

    Penelitian ini berjudul ―Pengaruh Literasi Media Terhadap Pemahaman

    Kontra Narasi Ekstremis (Studi Terhadap Peserta Pelatihan Kontra Narasi

    Ekstremis yang Diselenggarakan oleh Center for the Study of Religion and

    Culture (CSRC) dan Konard Adenauer Stiftung (KAS))‖.

    Alasan peneliti memilih judul ini karena peneliti ingin menelusuri

    adakah perbedaan atau pengaruh literasi media yang diselenggarakan oleh

    CSRC UIN Syarif Hidayatullah terhadap peserta pelatihan sebagai

    penggunaan media. Selain itu, apakah peserta yang sebagian besar adalah

    guru aktif atau ustadz/ustadzah pondok pesantren tersebut dapat bersikap

    kritis dengan konten media yang dibaca atau dikonsumsi setelah

    mendapatkan literasi media. Penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan

    bagi para pengelola perguruan tinggi komunikasi agar dapat merancang

    pendidikan melek media.

  • 7

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

    permasalahan penelitian sebagai berikut, ―Apakah pelatihan literasi media

    berpengaruh terhadap pemahaman kontra narasi ekstremis pada peserta

    pelatihan?‖

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

    pelatihan literasi media terhadap pemahaman kontra narasi ekstremis pada

    peserta pelatihan.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak,

    antara lain:

    1. Manfaat Teoretis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

    pengembangan ilmu komunikasi, khusunya di bidang literasi media.

    Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan referensi dan

    literatur untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

    literasi media baru.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

    pentingnya literasi media. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat

    berkontribusi terhadap semua pengguna media sebagai pengontrol pada

    saat menggunakan media khususnya saat mengakses internet.

  • 8

    E. Sistematika Penulisan

    Dalam penelitian ini, penulis menyusun kerangka skripsi secara

    sistematis yang terdiri dari lima bab. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab

    yang terperinci sebagai berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

    penelitian, kerangka berfikir, dan sistematika penulisan skripsi.

    BAB II : LANDASAN TEORI

    Bab ini memuat tentang kajian pustaka penelitian terdahulu, teori-teori

    tentang literasi media dan pengaruhnya, serta

    BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini berisi tentang identifikasi dan definisi operasional variabel, populasi,

    sampel dan subjek penelitian, metode pengumpulan data, desan dan prosedur

    eksperimen, validitas dan reliabilitas, pendekatan penelitian dan jenis

    penelitian, sumber data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.

    BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bab ini berisi tentang persiapan dan pelaksanaan penelitian, subjek penelitian,

    hasil analisis data, interpretasi, dan pembahasan.

    BAB V : PENUTUP

    Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah

    dilakukan, keterbatasan penelitian, beserta saran-saran yang berkaitan

    dengan kesimpulan yang diperoleh.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Penelitian Terdahulu

    Telah banyak penelitian terdahulu yang mengkaji mengenai literasi

    media yang peneliti gunakan sebagai kajian pustaka atau rujukan. Kajian

    pustaka dilakukan untuk membandingkan, menyatakan bahwa skripsi ini

    perumusan masalahnya berbeda, sehingga dapat menghindari terjadinya

    pengulangan dalam penelitian (Jauhari, 2001: 55) atau dengan kata lain

    penelitian ini tidak melakukan plagiasi pada penelitian sebelumnya.

    Maka dalam tinjauan pustaka ini dijelaskan mengenai perbedaan dan

    kesamaan antara penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang

    pernah dilakukan sebagai acuan penelitian ini yaitu:

    Pertama, skripsi Ana Mutmainah yang meneliti tentang tingkat

    literasi media mahasiswa komunikasi Surakarta, tentang pemberitaan

    kopi beracun sianida di TV One (Studi kasus Mahasiswa Komunikasi

    UNS, UMS, dan IAIN Surakarta). Penelitian tersebut bertujuan untuk

    mengetahui tingkat literasi media mahasiswa Komunikasi Surakarta

    ketika dihadapkan pada terpaan pemberitaan kasus kopi beracun sianida

    di TV One. Penelitian tersebut menggunakan responden mahasiswa

    jurusan Komunikasi dari tiga perguruan tinggi ternama di Surakarta

    angkatan 2013 dan 2014, yaitu UNS, UMS, dan IAIN Surakarta dengan

    waktu penelitian yang dilakukan pada tahun 2017. Selain itu, teori yang

  • 10

    digunakan oleh Ana Mutmainah menggunakan teori masyarakat massa,

    sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Uses

    and Gratification. Adapun kesamaan antara penelitian yang Ana

    Mutmainah dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti mengenai

    literasi media dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

    Kedua, Adiarsi; Yolanda; dan Martha. (2015) yang meneliti tentang

    penggunaan internet dikalangan mahasiswa dan sikapnya dalam

    mengakses konten media yang dibaca atau dikonsumsi. Pada penelitian

    tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan Internet

    sehubungan dengan literasi media dengan metode pengumpulan data

    deskriptif kualitatif dengan teori literasi media (media literacy).

    Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan Focus Group Discussion

    (FGD) dengan 8 orang mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi swasta

    jurusan komunikasi di Jakarta. Disisi lain, penelitian tersebut memiliki

    persamaan dengan penelitian ini dalam hal topik penelitian, yaitu tentang

    literasi media.

    Ketiga, Fitryarini (2016) yang meneliti tentang tahapan literasi

    media dikalangan mahasiswa. Tujuan dari penelitian tersebut adalah

    untuk menggambarkan dan menganalisis tahapan literasi media di

    kalangan 9 remaja Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas

    Mulawarman. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut

    adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode penelitian

    analisis data. Sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian tersebut

  • 11

    adalah teori masyarakat massa (Mass Society Theory). Sementara itu,

    persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai

    literasi media.

    Keempat, Kurniawati dan Siti (2016) penelitian tersebut meneliti

    tentang tingkat pemahaman mahasiswa Universitas Muhammadiyah

    Bengkulu terkait literasi media digital dengan hasil berada pada kategori

    sedang. Penelitian tersebut menggunakan metode survei deskriptif dan

    menggunakan teknik analisis data statistik untuk menganalisis data

    penelitian.

    Kelima, Maksl, Adam; Ashley, Seth; Craft, Stephanie (2015)

    penelitian ini menguji tentang tingkat literasi media berita dan memeriksa

    karakteristik individu dengan tinggi dan rendahnya tingkat melek huruf.

    Penelitian ini mengambil responden sebanyak 500 khususnya pada

    remaja yang berusia 14 hingga 17 tahun yang tinggal di daerah

    metropolitan besar. Mengadaptasi dari model literasi media Potter

    (2004), untuk menguji penelitian ini yaitu dengan menggunakan analisis

    cluster.

    B. Landasan Teori

    1. Pemahaman Narasi Ekstremis

    a) Pemahaman Narasi Ekstremis

    Dikutip dari modul Pesan Damai Pesantren yang disusun oleh

    CSRC UIN Syarif Hidayatullah, narasi ekstremis sering diidentikkan

    dengan cerita (story). Penyamaan narasi dengan cerita tidak

  • 12

    sepenuhnya salah karena di dalam setiap narasi terkandung cerita.

    Namun, di dalam cerita belum tentu terkandung narasi. Yang berarti

    cakupan narasi lebih luas dibandingkan dengan cerita.

    Sebuah cerita merupakan ―urutan peristiwa yang berhubungan

    yang terjadi pada masa lalu dan dikisahkan kembali untuk maksud

    retoris ataupun ideologis.‖ Misalnya cerita tentang hijrah Nabi

    Muhamad dari Makkah ke Madinah. Peristiwa Nabi yang

    berlangsung pada tahun 622 Masehi dikisahkan kembali menurut

    urutan peristiwa yang terekam dalam dokumen sejarah hidup Nabi

    atau Shirah Nabawiyah.

    Halverson, dkk (2011) dalam modul Pesan Damai Pesantren

    merumuskan definisi narasi yaitu cerita-cerita yang disusun secara

    terpadu dan saling berhubungan, memiliki hasrat(retoris/persuasif)

    yang sama untuk mengakhiri sebuah konflik, dengan cara

    menciptakan harapan pendengarnya menurut alur cerita yang

    bentuknya (sastra dan retorikanya) sudah dikenal umum‖.

    Dari definisi tersebut, terungkap beberapa unsur penting sebuah

    narasi. Selain cerita-cerita yang salah berhubungan, sebuah narasi

    selalu mengandung peristiwa konflik di dalamnya. Di dalam narasi

    juga terdapat hasrat dan harapan tentang bagaimana konflik itu

    harusnya diatasi. Terakhir, guna meyakinkan audiens tentang

    bagaimana konflik seharusnya diakhiri, narrator memanfaatkan

    bentuk alur cerita yang sudah dikenal umum. Misalnya, alur cerita

  • 13

    Fir‘aun yang digambarkan sebagai penguasa zhalim (thagut). Fir‘aun

    menghujat Tuhan dan menindas rakyat yang lemah. Tuhan mengirim

    Nabi Musa untuk mengingatkan Fir‘aun akibat yang akan dia

    rasakan bila masih terus bersikap zhalim. Namun Fir‘aun tetap

    membangkang dan menolak untuk bertaubat. Akibat dari

    pembangkangan ini, Allah menghukup Fir‘aun dan bala tentaranya

    dengan cara menenggelamkan mereka semua di Laut Merah.

    Halverson (2011) dalam modul Pesan damai Pesantren

    mengungkapkan pada dasarnya narasi itu tergantung pada

    kepentingan narratornya. Apabila narratornya menginginkan agar

    situasi konflik yang sedang dihadapi dapat diselesaikan dengan cara-

    cara damai dan tanpa kekerasan, maka narrator akan mengkonstruksi

    narasi yang terkandung ke tujuan tersebut. Narrator kelompok

    ekstremis bertujuan untuk mengatasi konflik dengan cara-cara

    kekerasan, dimana mereka tidak segan-segan melakukan

    penyerangan, pembunuhan, pembantaian, pengrusakan fasilitas

    umum, dan bahkan teror bob bunuh diri. Untuk melegitimasi cara-

    cara kekerasan tersebut, mereka memanfaatkan narasi sebagai alat

    unutk memengaruhi audiensnya. Misalnya Hilter dengan NAZI-nya

    menyebarkan propaganda ideologi ekstremisnya melalui narasi.

    Ribuan pengikut NAZI berhasil diyakinkan betapa pentingnya

    mempertahankan kemurnian Ras Arya bahkan bila perlu dengan

    kekerasan. Sejarah merekam dengan jelas pembantaian 6 juta orang

  • 14

    Yahudi di Eropa oleh pasukan NAZI karena Yahudi dianggap

    sebagai penghambat ambisi mereka untuk berkuasa.

    b) Unsur-unsur Utama Narasi Ekstremis

    Kelompok ekstremis yang tengah marak di era ini seperti ISIS,

    Al-Qaeda, JAT, dan lainnya dikenal handal dalam menyebarluaskan

    ideologinya melalui narasi sebagaimana yang telah dijelaskan di

    atas. Adapun unsur-unsur utama narasi ekstremis menurut Van

    Eerten (2017) dalam modul Pesan Damai Pesantren merumuskan

    paling tidak terdapat tiga unsur utama. Pertama, narasi ISIS selalu

    mengeksploitasi penderitaan dan kemalangan yang dialami sebagian

    muslim di beberapa negara. Kedua, sebagai respon terhadap

    penderitaan tersebut, ISIS menyerukan jidhad memerangi kekuatan

    yang dianggap telah menyebabkan penderitaan dan kemalangan

    tersebut. Ketiga, agar penderitaan dan kemalangan umat Islam tidak

    akan terulang di masa depan, mereka harus bersatu di bawah sistem

    Khilafah Islamiyah yang dibentuk oleh ISIS. Unsur keempat yang

    tidak kalah pentinnya untuk digarisbawahi bahwa narasi ekstremis

    selalu menggunakan model tafsir ideologis terhadap ayat-ayat al-

    Qur‘an dan Hadith Nabi (Abubakar, dkk. 2018: 61-63).

    Adapun Abubakar, dkk (2018: 63) merangkum unsur-unsur

    utama narasi ekstremis (ISIS, Al Qaeda, Salafi Jihadi) dengan bagan

    sebagai berikut:

  • 15

    Gambar 2.1 Unsur-unsur Narasi Ekstremis (Sumber: Modul

    Pesan Damai Pesantren)

    1) Eksploitasi Penderitaan dan Ancaman

    Dengan cara mengeksploitasi penderitaan, situasi konflik

    yang melibatkan komunitas Muslim di beberapa negara, dengan

    menframing konflik tersebut sebagai konflik agama, dan

    menutup mata terhadap fakta konflik yang membawa identitas

    agama pada dasarnya diebabkan oleh perebutan sumber-sumber

    ekonomi daripada karena perbedaan aliran ataupun akidah

    (Abubakar, dkk. 2018:64).

    Eroll Southers, (2014) dalam Modul Pesan Damai Santri

    mengungkapkan dengan demikian, narasi ekstremis membuka

    pikiran (cognitive opening) audiens-nya agar bersedia menerima

    ajakan ideologi ekstremis untuk bergabung dan berjuang

    bersama dengan mereka. Eksploitasi penderitaan dan

    keterancaman akan lebih efektif sebagai alat membuka pikiran

    Eksploitasi

    Penderitaan dan

    Ancaman

    Propaganda

    Jihad Perang

    (Qital)

    Menyerukan Hijrah

    ke Khilafiyah

    Islamiyah

    Mengkafirkan

    sesama muslim

    Menafsirkan

    kitab suci secara

    ideologis

  • 16

    manakala audiens merasakan situasi psikologis yang sama dari

    pengalaman pribadinya.

    2) Propaganda Jihad Perang (Qital)

    Zeiger (2016) dalam Modul Pesan Damai Pesantren

    berpendapat narasi jihad perang (qital) biasanya menyertai

    narasi penindasan atas kaum Muslim. Dalam narasi jihad perang

    kaum Muslim digambarkan sebagai korban kejatan dan

    kelicikan kaum kafir dan munafik yang tidak akan berhenti

    memusuhi kaum Muslim. Karena rongrongan kejahatan tersebut

    diyakini terjadi di seluruh wilayah dunia, maka setiap muslim

    diwajibkan (fardu „ain) untuk angkat senjata demi membela dan

    mempertahankan diri mereka dimanapun, meski itu diwilayah

    damai. Pasalnya, dimata mereka wilayah perang tidak lagi

    sebatas Palestina, Israel, dan Suriah, tapi meluas di seluruh

    dunia.

    3) Menyerukan Hijrah ke Khilafah Islamiyah

    Van Erten (2017) mengungkapkan, menghidupkan kembali

    khilafah islamiyyah merupakan narasi kedua yang sering

    muncul dalam penyebaran ideologi ekstermis baik itu Salafi,

    Jihadi maupun yang lain. Bagi pengukut ISIS mereka meyakini

    bahwa Khilafah yang dibentuk ISIS merupakan Daulah

    Islamiyyah yang paling mendekati dengan apa yang dicontohkan

  • 17

    Nabi dan para sahabatnya. Karena itu mereka mewajibkan setiap

    Muslim untuk mendukungnya.

    Narasi jihad perang yang dipropagandakan oleh Salafi

    Jihadi dan yang melibatkan aksi-aksi kekerasan bombunih

    dirisemuanya ditujukan demi mewujudkan cita-cita

    pembentukan kembali Khilafah Islamiyyah dimana syari‘ah

    islam dapat ditegakkan secara menyeluruh (kaffah) (Abubakar,

    dkk. 2018: 67)

    4) Mengkafirkan Sesama Muslim

    Al-Ruhaily, tt dalam Modul Pesan Damai Pesantren Ciri

    lain yang menonjol dari narasi ekstremis adalah muda

    mengkafirkan sesama Muslim. Dalam tradisi sunni, hanya kaum

    khawarij yang bersikap demikian dimana mereka memutlakkan

    vonis kafir terhadap kaum muslimin yang tidak mendukung

    ideologi mereka. Kaum khawarij modern ini, cap yang sering

    diberikan kepada ekstremis al-Qaeda dan ISIS, gampang

    mengkafirkan penguasa Muslim. Bahkan terhadap ulama yang

    diterima di kalangan umat Islam pun tidak luput dari cap kafir

    mereka.

    5) Menafsirkan kitab Suci secara Ideologis

    Seperti yang telah disinggung di atas ciri lain yang kenal

    dari narasi ekstremis ISIS dan Salafi Jihadi adalah menggunakan

    dalil-dalil al-Qur‘an dan Hadits Nabi untuk membenarkan

  • 18

    ideologi mereka. Mereka berulang0ulang mengutip ayat-ayat al-

    Qur‘an yang berkaitan dengna perang pada zaman Nabi. Untuk

    melegitimasi propaganda perang yang mereka lancarkan hari ini.

    Dengan cara seperti itu, al-Qur‘an ditampilkan sebagai semata-

    mata Kitab Suci perang. Mereka seolah-olah menutup mata

    ayat-ayat damai yang menganjurkan umat Islam untuk

    mempromosikan islah sebagai cara mengatasi konflik

    (Abubakar, dkk. 2018: 71)

    2. Radikalisme dan Ekstremisme

    a. Definisi Radikalisme

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V aplikasi android,

    Radikal berarti, 1) secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip);

    2) amat keras menuntut perubahan (undang-undang pemerintahan); 3)

    maju dalam berpikir atau bertindak. Radikalisme berarti 1) Paham

    atau aliran yang radikal dalam politik; 2) Paham atau aliran yang

    menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan

    cara kekerasan atau drastic; 3) sikap ekstrem dalam aliran politik.

    Apabila dilihat dari sudut pandang keagamaan radikalisme

    dapat diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada

    fondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme

    keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari

    paham/aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang

    berbeda paham/aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan

  • 19

    yang dianut dan dipercayainya untuk diterima secara paksa

    (Yunus. 2017: 80)

    Menurut Tarmidzi Taher Ketua umum Dewan Masjid

    Indonesia dalam (Yunus. 2017: 81) memberikan komentarnya

    tentang radikalisme bemakna positif, yang memiliki makna tajdid

    (pembaharuan) dan islah (peerbaikan), suatu spirit perubahan

    menuju kebaikan. Hingga dalam kehidupan berbangsa dan

    bernegara para pemikir radikal sebagai seorang pendukung

    reformasi jangka panjang.

    b. Definisi Ekstremisme

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V aplikasi android,

    Ekstrem berarti, 1) Paling ujung (paling tinggi, paling keras); 2)

    Sangat keras dan teguh, fanatik. Ekstremisme berarti keadaan atau

    tingakan menganut paham ekstrem berdasarkan pandangan agama,

    politik, dan sebagainya. Sedangkan menurut Ibnu Hajar al-Asqolani

    (1985) dalam (Abubakar, dkk. 2018: 38) berdasarkan terminologi

    syariat, ekstrem sering juga disebut ghuluw yang bermakna berlebih-

    lebihan dalam suatu perkara. Atau bersikap ekstrem pada satu

    masalah dengan melampaui batas yang telah disyariatkan.

    Terkait ghuluw ini, Ibn Qayyim Al-Jauziyah (1992) mengatakan

    bahwa Allah tidak memerintahkan sesuatu melainkan setan

    mempunyai dua bisikan, kepada keteledoran dan pengabaian atau

  • 20

    kepada berlebih-lebihan dengan ghuluw. Agama Allah ada di antara

    keduanya, antara yang teledor dan yang ghuluw.

    Ibnu Manzur (1995) Ghuluw sendiri secara istilah adalah model

    atau tipe keberagamaan yang mengakibatkan seseorang melenceng

    dari agama tersebut. Selain dengan kata ghuluw, padanan lain kata

    ―ekstrem‖ dalam bahasa arab adalah at-Tatarruf. Menurut etimologis

    bahasa Arab bermakna berdiri di tepi, jauh dari tengah. dalam bahasa

    Arab awalnya digunakan untuk hal yang materil, misalnya dalam

    berdiri, duduk atau berjalan. kemudian digunakan juga pada yang

    abstrak seperti sikap menjauh dari pusat atau bersikap ekstrem dalam

    beragama, pikiran atau kelakuan. Beberapa istilah lain yang

    berkonotasu serupa dengan ghuluw antara lain tanattu‟ (sikap yang

    keras), ifrat (mempersempit), tashaddud (menyusahkan sesuatu) atau

    takalluf (memaksakan diri) (Abubakar, dkk. 2018: 38-39).

    3. Literasi Media

    a. Definisi dan Tujuan Literasi Media

    Literasi media berasal dari bahasa inggris yaitu Media Literacy,

    terdiri dari dua suku kata Media berarti media tempat pertukaran

    pesan dan Literacy berarti melek. Kemudian dikenal dalam istilah

    literasi media. Hal tersebut merujuk terhadap kemampuan khalayak

    yang melek terhadap media dan pesan media massa dalam konteks

    komunikasi massa (Tamburaka, 2013: 13). Dalam atrian ini antara

  • 21

    literasi media dengan melek media memiliki maksud yang sama,

    yaitu kemampuan dalam menerima pesan dari media massa.

    Menurut Hobbs (1999) dalam Iriantara (2009:17), pada dasarnya

    definisi tersebut bisa diringkaskan seperti definisi yang menyatakan

    literasi media sebgai kemampuan untuk mengakses, menganalisa,

    mengevaluasi dan mengomunikasikan pesan dalam pelbagai

    bentuknya.

    Literasi media berasal dari dua kata yaitu literasi dan media.

    Secara sederhana literasi dapat diartikan sebagai kemampuan

    membaca dan menulis atau dengan kata lain melek media aksara

    sedangkan media dapat diartikan suatu perantara baik dalam wujud

    benda, manusia, peristiwa, maka literasi media dapat diartikan sebgai

    kemampuan untuk mencari, mempelajari dan memanfaatkan

    berbagai sumber media dalam berbagai bentuk (Kurniawati dan

    Baroroh, 2016: 53).

    Sedangkan menurut Baran (2012: 43) literasi media atau melek

    media berarti kemampuan untuk memahami dan menggunakan

    berbagai bentuk komunikasi yang berbeda secara efektif dan efisien.

    Menurutnya, khalayak memiliki kecakapannya dalam memberikan

    penafsirarn dan pemahaman ketika berinteraksi dengan media yang

    digunakannya. Seperti kemampuan dalam mengidentifikasikan

    media seperti sikapnya yang dengan cepat mengecam penampilan

    media yang tidak layak, atau mengidentifikasi dan menyesali

  • 22

    dampak yang membahayakan namun jarang sekali mempertanyakan

    perannya dalam proses komunikasi massa. Akan tetapi seringkali

    khalayak masih memandang remeh kemampuan melek media

    tersebut.

    Center For Media Literacy (CML), seseorang yang telah

    memiliki atau menguasai ketrampilan dalam melek-media, maka

    orang tersebut akan memiliki kemampuan mengevaluasi dan cara

    berpikir kritis terhadap pesan-pesan yang disajikan oleh media

    massa. Apalagi dalam konsep literasi media yang dikembangkan

    CML mencakup (1) kemampuan mengkritik media, (2) kemampuan

    memproduksi media, (3) kemampuan mengajarkan tentang media,

    (4) kemampuan mengeksplorasi sistem pembuatan pesan media, (5)

    kemampuan mengeksplorasi berbagai posisi, dan (6) kemampuan

    berpikir kritis atas isi media (Iriantara, 2009: 18).

    Dua komponen yang paling umum dari definisi literasi media

    yaitu adanya kesadaran dari banyak pesan media dan kemampuan

    kritis dalam menganalisis dan mempertanyakan yang dilihat, dibaca,

    dan ditonton (Hobbs, 2001; Silverblatt, 1995; Singer & Singer,

    1998). Lima konsep tentang literasi media menurut Center of Media

    Literacy sebagai berikut: semua pesan media "dikonstruksikan";

    pesan media dikonstruksikan dengan bahasa yang kreatif sesuai

    dengan aturan mereka; individu memaknai pesan tergantung dari

    pemahamannya atas pesan yang ditangkapnya dari media; media

  • 23

    mempunyai sudut pandang dan mengandung nilai tersendiri; hampir

    semua pesan media memiliki kepentingan keuntungan ataupun

    kekuasaan (Adiarsi; Yolanda; Martha, 2015: 473).

    Sonia Livingstone (2003) menjelaskan bahwa literasi media

    adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi

    dan mengkomunikasikan pesan dalam berbagai bentuk medium.

    Melalui pendidikan bermedia diharapkan seseorang dapat

    merefleksikan nilai-nilai pribadinya, menguasai berbagai teknologi

    informasi, mendorong kemampuan berpikir kritis, memecahkan

    masalah dan kreatif, dan mendorong demokratisasi.

    Dalam hal ini, studi mengenai pendidikan media membahas

    kemungkinan pendidikan dalam hal menafsirkan,

    mempertimbangkan suatu masalah dan memproduksi berbagai jenis

    teks ini secara kritis dan kreatif, melalui penggunaan segala cara,

    bahasadan teknologi yang tersedia. Mengingat bahwa media tidak

    dapat dikecualikan dari program keaksaraan, maka penting saat ini

    untuk merefleksikan definisi literasi media atau melek media.

    Refleksi ini memeriksa pemahaman kembali konsep seperti melek

    huruf, melek media, melek digital, dan melek informasi.

    Literasi media ini dikembangkan bukan lagi dengan tujuan

    utama sebagai proteksi terhadap generasi muda, melainkan

    merupakan upaya mempersiapkan generasi berikut untuk bisa hidup

    di dunia yang sesak media. Oleh karena itu, agar bisa memanfaatkan

  • 24

    informasi yang diperoleh dari media massa sekaligus juga kritis

    dalam menerima informasi dari media massa maka kita perlu

    mempersiapkan warga masyarakat dengan memberi bekal

    ketrampilan melek media (Irianta, 2009: 15).

    Literasi media adalah kepedulian masyarakat terhadap dampak

    negated dari media massa, perkembangan teknologi komunikasi

    berkaitan dengan media massa, selain memberikan maslahat untuk

    kehidupan manusia juga menimbulkan mudarat. Adapun tujuan dari

    literasi media adalah mengajak khalayak dan pengguna media untuk

    menganalisis pesan yang disampaikan media massa,

    mempertimbangkan tujuan komersial dan politik dibalik suatu citra

    adtau pesan media, dan meneliti siapa yang bertanggungjawab atas

    pesan atau ide yang diimplikasikan oleh pesan atau citra itu

    (Ardianto; Lukiati; Siti, 2017: 222)

    Bajkiewcz (2003) dalam Iriantara (2009: 24)

    mengidentidikasikan tujuan pendidikan melek media ini kepada

    penyelenggara pendidikan. Hasil kajiannya menemukan tujuan

    pendidikan media pada dimensi individual, kreatif dan sosial-politik,

    seperti dikemukakan dalam tabel berikut:

  • 25

    Tabel 2.1 Tujuan Literasi Media

    No Dimensi

    Individual Kreatif Sosial/Politik

    1. Mengembangkan

    pemikiran kritis

    Memahami

    sejarah,

    kreativitas,

    pemanfaatan

    dan evaluasi

    atas media

    massa sebagai

    praktik kesenian

    Menyiapkan diri

    menjadi warga

    negara

    demokratis yang

    memiliki

    infgormasi

    2. Mengembangkan kesadaran

    kritis atas media

    Mengenali

    struktur dan

    pesan media

    massa

    Dipergunakan

    untuk advokasi

    sosial

    3. Mengembangkan ―otonomi

    kritis‖

    Memiliki

    apresiasi estetis

    Mengenali

    informasi sebagai

    landasan

    penyusunan

    pesan

    4.

    Menyandi-balik,

    mengevaluasi,

    menganalisis dan

    memproduksi media

    Terlibat aktif

    dalam proses

    produksi

    Mengenali

    informasi sebagai

    landasan

    penyusunan

    pesan

    5.

    Memilih makna, memirsa

    secara kritis, mengkaji

    authorship dan penalaran

    Sumber: Bajkiewcz (2003)

    b. Elemen Literasi media

    Menurut Art Silferblatt yang dikutip oleh Baran (2012: 34-38)

    mengidentifikasi 7 (tujuh) elemen dasar dan mengartikan melek

    media, dan ditambahkan satu elemen oleh Stanley J. Baran menjadi

    8 (delapan) elemen meliputi karakteristik sebagai berikut:

    1) Ketrampilan berfikir kritis memungkinkan anggota khalayak

    untuk mengembangkan penilaian yang indepeden terhadap isi

    media.

  • 26

    2) Pemahaman terhadap proses komunikasi massa.

    3) Kesadaran akan dampak media terhadap individu dan

    masyarakat.

    4) Strategi untuk menganalisis dan mengdiskusikan pesan-pesan

    media. Karena dalam menyerap media massa, kita

    membutuhkan fondasi yang dapat menjadi dasar pemikiran dan

    refleksi kita.

    5) Sebuah kesadaran akan isi media sebagai suatu teks yang

    menyediakan wawasan bagi budaya dan kehidupan kita.

    6) Kemampuan untuk menikmati, memahami dan menghargai isi

    media.

    7) Pengembangan ketrampilan produksi yang efektif dan

    bertanggung jawab.

    8) Pemahaman akan kewajiban etis dan moral para praktisi media

    untuk memberikan penilaian yang informatif tentang cara kerja

    media.

    Secara ringkas, elemen dasar dari melek media tersebut berfokus

    pada kesadaran terhadap informasi yang diperoleh melalui media.

    Sereta kemampuan berfikir kritis untuk menganalisis pesan media

    sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman melek media atau

    literasi media.

  • 27

    c. Ketrampilan Literasi Media

    Dalam mengakses media, diperlukan kemampuan untuk

    menyerap isi atau informasi yang telah didapat. Seperti yang

    diungkapkan oleh Baran (2012: 38-41) penyerapan media

    membutuhkan beberapa ketrampilan spesifik, meliputi:

    1) Kemampuan dan kemauan melakukan suatu usaha untuk

    memahami isi media, memberi perhatian dan menyaring

    berbagai gangguan.

    2) Pemahaman dan penghargaan pada kekuatan pesan-pesan

    media.

    3) Kemampuan untuk membedakan reaksi emosional dan rasional

    ketika merespon isi media atau bertindak sesuai isi media.

    4) Pengemangan ekspektasi yang lebih tinggi terhadap isi media.

    5) Pengetahuan terhadap kesepakatan akan aliran (genre) dan

    kemampuan untuk mengenali ketika genre dan kemampuan

    digabungkan dan kemampuan digabungkan dengan yang lain.

    6) Kemampuan untuk berpikir kritis tentang isi media, tidak peduli

    seberapa kredibel sumbernya.

    7) Kemampuan tentang bahasa yang dipakai di kalangan berbagai

    media dan kemampuan untuk memahami pengaruhnya,

    bagaimanapun kompleksnya bahasa tersebut.

    Sejumlah pakar menyebutkan dengan meakukan literasi media

    dapat menciptakan generasi literat yang merupakan jembatan untuk

  • 28

    menjutu masyarakat yang makmur, kritis dan peduli. Kritis terhadap

    segala informasi yang diterima, sehingga tidak bereaksi secara

    emosional dan peduli terhadap lingkungan sekitar (Ardianto; Lukiati;

    Siti, 2017: 220).

    4. Media Massa

    a) Definisi Media Massa

    Menurut Bittner dalam Ardianto; Lukiati; Siti, (2017: 3)

    Komunikasi massa adalah pesan yang dikonsumsikan melalui media

    massa pada sejumlah besar orang. Dalam pengertian tersebut dapat

    diketahui apabila komunikasi massa harus menggunakan media

    massa. Media masa yang digunakan massa adalah radio, televisi,

    surat kabar, majalah, internet dan lain sebagainya.

    Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), media dapat

    diartikan sebagai (1) alat, dan (2) alat atau sarana komunikasi seperti

    majalah, radio, televise, film, poster, dan spanduk. Association For

    Education and Communication Technologi (AECT) mendefinisikan

    media sebagai salah satu bentuk yang digunakan untuk suatu proses

    penyaluran informasi. Sedangkan Education Association

    mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat,

    didengar, dibaca atau dibincarakan beserta instrument yang

    dipergunakan dengan baik (Tamburaka, 2013: 39).

    Menurut pendapat lain, media massa sendiri berarti sarana untuk

    menyampaikan pesan atau informasi yang bersifat umum, kepada

  • 29

    sejumlah orang yang jumlahnya relative besar perhatiannya terpusat

    pada isi pesan yang sama, yaitu pesan dari Media Massa yang sama,

    dan tidak dapat memberikan arus balik secara langsung pada saat itu

    juga. Media massa harus disiarkan secara periodik, isi pesan harus

    bersifat umum menyangkut semua permasalahannya, mengutamakan

    aktualitas dan disajikan secara berkesinambungan. Termasuk dalam

    golongan ini adalah Surat Kabar, Majalah, Radio, Televisi dan Film.

    (Wahyudi. 1995: 35).

    Dapat diartikan apabila media massa adalah alat yang digunakan

    untuk menyampaikan pesan atau isi media kepada khalayak

    pengguna media.

    Katz, Gurevitch, dan Haas (1973) memandang media massa

    sebagai suatu alat yang digunakan oleh individu-individu untuk

    berhubungan (atau memutuskan hubungan) dengan yang lain. Para

    peneliti tersebut membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil

    ―(sebagai besar spekulatif) dari literatur tentang fungsi-fungsi sosial

    dan psikologis media massa‖ kemudian menggolongkan ke dalam

    lima kategori:

    1) Kebutuhan kognitif : memperoleh informasi, pengetahuan, dan

    pemahaman.

    2) Kebutuhan afektif: emosional, pengalaman menyenangkan, atau

    estetis.

  • 30

    3) Kebutuhan integratif personal: memperkuat kredibilitas, rasa

    percaya diri, stabilitas, dan status.

    4) Kebutuhan integratif sosial: mempererat hubungan dengan

    keluarga, teman, dan sebagainya.

    5) Kebutuhan pelepasan ketegangan: pelarian dan pengalihan

    b) Bentuk-bentuk Media Massa

    Media komunikasi merupakan semua sarana atau alat

    komunikasi dalam kehidupan manusia baik secara verbal (teks,

    gambar) maupun nonverbal (mimik muka, gerakan) maka media

    dalam komunikasi massa dapat berupa media cetak dan elektronik.

    Media massa cetak yaitu media yang menggunakan media cetak

    seperti surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yaitu

    media massa yang menggunakan gelombang elektromagnetik yang

    mengubahnya menjadi audio (suara) dan visual (gambar) atau

    keduanya secara bersamaan. Adapun bentuk-bentuk media menurut

    Baran (2012) adalah sebagai berikut:

    1) Buku, adalah media massa pertama yang, dalam banyak hal,

    menjadi media paling personal. Buku memberikan informasi,

    sekaligus menghibur. Buku adalah tempat pengumpulan

    masalalu serta agen pengembangan personal dan perubahan

    sosial.

  • 31

    2) Surat kabar, berfungsi untuk menyampaikan kepada para

    pembaca mengenai hal yang penting dan berarti melalui

    penempatan berita dalam dan pada setiap halaman-halamannya.

    3) Majalah, adalah medium pertama yang membuat spesialisasi

    menjadi ciri khas, dan majalah semakin berkembang saat ini

    karena majalah berbicara kepada kelompok pembaca yang

    terbatas secara lebih sempit lagi.

    4) Radio, adalah media massa elektronik pertama dan medium

    penyiaran nasional pertama namun hanya terbatas pada

    pengiriman suara saja.

    5) Televisi, adalah alat pengiriman gambar yang dilengkapi dengan

    audiovisual, yakni dapat dilihat dan didengar dalam waktu yang

    bersamaan.

    6) Film, adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual atau

    gambar bergerak yang ditemukan oleh Aguste bersaudara dan

    Louis Lumiere.

    7) Video Game, merupakan produk industry yang berkonsentrasi

    tinggi dan memikat orang dari media yang lebih tradisional, dan

    difungsikan untuk dimainkan dalam sejumlah teknologi dari

    game yang menggunakan konsol hingga yang menggunakan

    komputer, lalu ke internet sampai ke telepon seluler.

    8) Komputer dan internet, merupakan media massa yang

    menempati pusat semua konvergensi media yang ada. komputer

  • 32

    berfungsi untuk mengolah data dan menjalankan sistem multi

    media. Sedangkan internet adalah jaringan komunikasi

    elektronik yang menghubungkan komputer yang terorganisasi di

    seluruh dunia.

    c) Efek Media Massa

    Komunikasi massa serupa kekuatan sosial yang tidak dapat

    dihindarkan dalam proses sosial kearah suatu tujuan yang telah

    ditetapkan. Sedangkan untuk mengetahui secara tepat dan perinci

    mengenai kekuatan sosial dan hasil yang dapat dicapainya tersebut

    tidaklah mudah. Akan tetapi efek atau hasil yang dapat dicapai oleh

    komunikasi media massa perlu dikaji mealui media tertentu yang

    bersifat analisis psikologi dan analisis sosia. Analisis psikologi

    berkaitan dengan kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan

    berkaitan dengan watak serta kodrat manusia. Sedangkan analisis

    sosial berkaitan dengan peristiwa sosial yang terjadi akibat

    komunikasi massa dengan penggunaan media massa yang sangat

    unik serta kompleks (Ardianto; Lukiati; Siti, 2017: 49).

    McQuail (2011:210-211) beranggapan berbagai kondisi akan

    muncul dari efek yang telah dibawa media—sebagai contoh,

    konsistensi dan kesepakatan dalam sebuah pesan, integritas laporan

    berita dari sumber terpercaya digabungkan dengan khalayak yang

    luas dapat menyebabkan efek tertentu dalam pengetahuan publik.

    Akan tetapi, pengguna media massa belum tentu mengetahui dengan

  • 33

    pasti seberapa besar perubahan yang akan terjadi atau sektor mana

    yang akan direspon secara lebih besar oleh khalayak, bukan individu.

    Meskipun demikian, media bukanlah menjadi penyebab utama

    untuk dijadikan alasan satu-satunya efek yang telah ditimbulkan.

    Sebagian besar material media—seperti, media sebagai pembawa

    pesan, gambar, dan ide yang sangat besar dan bervariasi bukan

    hanya berasal dari media saja, tetapi ‗berasal dari masyarakat‘ dan

    dikirim kembali ke masyarakat oleh media. Hal tersebut

    mempertimbangkan bahwa efek ditentukan sama besarnya oleh

    penerima pesan dan pengirim pesan.

    Perse (2001) dalam McQuail (2011: 217) mengidentifikasikan 4

    (empat) model-model efek media kedalam tabel 2.2 sebagai berikut:

    Tabel 2.2 Model-model efek media

    Asal-usul efek Variabel isi

    Media

    Variabel

    Khalayak

    Langsung

    Segera, sama, dapat

    di amati,

    Jangka pendek,

    penekanan pada

    perubahan

    Memiliki ciri

    khas,

    merangsang,

    nyata

    Tidak relevan

    Bersyarat

    Individualis

    Memaksakan

    perubahan pemikiran

    Emosi dan tingkah

    laku

    Jangka panjang dan

    pendek

    Tidak relevan Kategori sosial

    Hubungan

    sosial

    Perbedaan

    individu

    Kumulatif

    Berdasarkan terpaan

    kumulatif

    Pikiran atau emosi

    Jangka berkaitan

    dengan perilaku;

    menahan efek

    Konsonan

    melewati

    saluran,

    pengulangan

    Tidak relevan

  • 34

    Pertukaran

    kognitif

    Segera dan jangka

    pendek

    Berdasarkan sekali

    Pikiran dan emosi;

    memungkinkan

    berdampak terhadap

    perilaku

    Tanda visual

    dianggap

    penting

    Skema buatan

    Suasana hati

    Tujuan

    5. Profil KAS dan CSRC

    Sejak tahun 2001 Konrad-Adenauer-Stiftung (KAS) Indonesia

    bekerjasama dengan Center fot the Study of Religion and Culture

    (CSRC) UIN Syarif Hiduayatullah Jakarta. Kerjasama kedua lembaga ini

    adalah untuk menjebatani negara muslim terbesar di dunia dengna dunia

    Barat. Menyelaraskan Hak Asasi Manusia yang sangat ditekankan di

    dunia Barat dengan keunikan budaya serta prinsip-prinsip agama Islam di

    Indonesia merupakan titik berat dari kerjasama tersebut. Adapun profil

    mengenai KAS dan CSRC (http://www.pesantrenforpeace.com, 2

    Desember 2018) sebagai berikut:

    a) Profil KAS

    Yayasan Konrad Adenauer adalah salah satu yayasan terkemuka

    di Jerman yang didirikan pada tahun 1964. Yayasan yang memiliki

    program di lebih dari 100 negara ini bertujuan untuk

    mempromosikan demokrasi, penegakan hukum, dan sistem ekonomi

    pasar sosial.

    KAS memiliki kepedulian untuk mendiskusikan dan

    berbagi pengalaman yang saling menguntungkan dengan

    partner-partner di luar negeri. Untuk memberikan

    kontribusi terhadap masa depan Indonesia, KAS banyak

    bekerjasama dengan pemerintah Indonesia, lembaga

    swadaya masyarakat (LSM), media, dan sebagainya.

    Fokus kegiatannya adalah civic education, policy advice,

    http://www.pesantrenforpeace.com/

  • 35

    dialog politik dan ekonomi, serta kegiatan untuk saling

    memahami antar agama.

    —KAS (http://pesantrenforpeace.com/index.php/tentang-

    pfp/tentang-kas diakses pada 2 Desember 2018 ).

    Kantor perwakilan KAS di Indonesia sudah berdiri sejak tahun

    1968 sehingga KAS sudah memiliki sejarah panjang dalam

    kerjasama bilateral dengan Indonesia. Saat ini, kantor perwakilan ini

    dipimpin oleh Dr. Jan Woischnik. Ia didampingi oleh seorang staf

    dari Jerman serta enam staf dari Indonesia.

    Titik berat kegiatan KAS di Indonesia dan Timor Leste saat

    ini atara lain ialah:

    1) Parlemen dan partai

    2) Demokrasi, negara hukum dan masyarakat sipil

    3) Ekonomi pasar sosial

    Ada tiga prinsip yang mengarahkan KAS dalam bekerja:

    Pertama, KAS mengusahakan untuk melakukan kegiatan di

    semua propisi (34 propinsi) yang ada di Indonesia. Pendekatan

    proyek yang desentral ini bertujuan untuk mengakomodasi serta

    memperhitungkan heterogenitas yang ada di Indonesia baik dari segi

    geografis, agama serta etnis dan budaya.

    Kedua, semua tahapan kegiatan (konsep, implementasi serta

    evaluasi) yang KAS lakukan ialah berdasarkan koordinasi serta

    perjanjian dengan mitra lokal seperti Think Tanks, LSM, universitas

    dan otoritas negara. Hal ini memungkinkan orientasi yang sesuai

    http://pesantrenforpeace.com/index.php/tentang-pfp/tentang-kashttp://pesantrenforpeace.com/index.php/tentang-pfp/tentang-kashttp://www.kas.de/indonesien/id/pages/12014/

  • 36

    dengan kebutuhan lokal dalam setiap aktifitas yang dilakukan serta

    meningkatkan efisiensi dari pekerjaan KAS Jakarta.

    Ketiga, perhatian utama KAS Jakarta yaitu pengembangan

    demokrasi, bukan dimengerti sebagai suatu penyalinan yang

    dipaksakan dari sebuah bentuk masyarakat tertentu di Eropa.

    Aktifitas serta kegiatan KAS Indonesia lebih merupakan

    sebuah penawaran yang memperhatikan karakter negara serta

    berdasarkan keinginan dan minat bersama untuk mengembangkan

    demokrasi dan negara hukum.

    b) Profil CSRC

    Center for the Study of Religion and Culture/ CSRC (Pusat

    Kajian Agama dan Budaya) adalah lembaga kajian dan riset di

    bidang agama dan sosial-budaya, didirikan berdasarkan SK Rektor

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 April tahun 2006.

    Pusat ini merupakan pengembangan dari bidang budaya pada Pusat

    Bahasa dan Budaya (PBB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1999-

    2006), mengingat semakin meningkatnya tuntutan untuk

    mengembangkan kajian dan penelitian agama (terutama Islam)

    dalam relasi-relasi sosial-budaya dan politik. Tujuannya adalah

    untuk mengetahui dan memahami apa saja peran penting yang dapat

  • 37

    disumbangkan agama guna mewujudkan tatanan masyarakat yang

    adil dan sejahtera, kuat, demokratis, dan damai.

    Pentingnya pengembangan ini dapat dicermati dari semakin

    meningkatnya peran dan pengaruh agama di ruang publik. Dari hari

    ke hari, agama tidak saja menjadi perbincangan berbagai lapisan

    masyarakat, di tingkat nasional maupun internasional, tetapi juga

    pengaruhnya semakin menguat di ruang publik, di tengah derasnya

    arus modernisasi dan sekulerisasi.

    Salah satu bukti menguatnya agama di ruang publik adalah

    tumbuhnya identitas, simbol, dan pranata-pranata sosial yang

    bercirikan keagamaan. Ekspresi Islam, harus diakui, mendapat

    tempat cukup kuat dalam ruang publik di tanah air. Namun

    demikian, Islam bukanlah satu-satunya entitas di dalam ruang

    tersebut; terdapat juga entitas-entitas lain yang ikut meramaikan

    wajah ruang publik kita. Sebagai ajaran, sumber etik, dan inspirator

    bagi pembentukan pranata-pranata sosial, Islam acap tampil dalam

    ekspresinya yang beragam, sebab ia dipraktikkan berdasarkan multi-

    interpretasi dari komunitas-komunitas Muslim yang memiliki latar-

    belakang yang berbeda. Alhasil, dari sumber yang beragam itu,

    lahirlah banyak tafsiran dan aliran Islam; karena itu pula ajaran dan

    nilai-nilai agama yang luhur ini seringkali diamalkan dalam warna

    dan nuansa yang khas. Adakalanya ia tampil dalam berbagai potret

    eksklusivisme, namun tidak jarang juga hadir sebagai sumber etika

  • 38

    sosial, inspirator bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi, mediator bagi integrasi sosial, serta motivator bagi

    pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat madani. Islam juga

    mempengaruhi pembentukan pranata-pranata sosial-politik,

    ekonomi, dan pendidikan yang sedikit banyak punya andil positif

    bagi pembangunan nasional. Dalam konteks ini, kehadiran Islam di

    ruang publik tidak perlu dirisaukan. Sebaliknya etika dan etos agama

    seperti itu perlu diapresiasi oleh masyarakat dan dukungan semua

    pihak, terutama pemerintah.

    Kehadiran CSRC bertujuan untuk merevitalisasi peran

    agama dalam konteks seperti itu. Agama harus

    diaktualkan dalam wujud etika dan etos sekaligus, guna

    mewarnai pembentukan sistem yang baik dan akuntabel.

    Ke depan, transformasi agama secara berhati-hati perlu

    dilakukan guna menjawab berbagai tantangan yang

    dihadapi umat, yang dari hari ke hari tampak semakin

    kompleks, di tengah derasnya gelombang perubahan

    sosial dan globalisasi. Mengingat arus perubahan

    berlangsung lebih cepat dari kemampuan umat untuk

    meng-upgrade kapasitasnya, maka perlu strategi yang

    tepat untuk menghadapinya. —Tujuann CSRC

    (http://pesantrenforpeace.com/index.php/tentang-csrc

    diakses pada 2 Desember 2018)

    Sesuai tugas dan perannya, CSRC mencoba memberi kontribusi

    di sektor riset, informasi, dan pelatihan serta memfasilitasi berbagai

    inisiatif yang dapat mendorong penguatan masyarakat sipil melalui

    pengembangan kebijakan (policy development) di bidang sosial-

    keagamaan dan kebudayaan. Kami berharap, ke depan, institusi-

    institusi Islam berkembang menjadi pusat produktivitas umat

    http://pesantrenforpeace.com/index.php/tentang-csrc

  • 39

    (production center), dan bukan malah menjadi beban sosial (social

    liability). Dengan demikian diharapkan umat Islam dapat

    meningkatkan perannya dalam kehidupan sosial-budaya dan

    ekonomi secara positif dan konstruktif

    6. Teori Use and Gratification

    Gagasan bahwa penggunaan media bergantung pada kepuasan,

    kebutuhan, keinginan, atau motif yang dirasakan dari anggota khalayak

    prospektif hampir setua penelitian media itu sendiri. Khalayak sering kali

    terbentuk berdasarkan kesamaan kebutuhan, kepentingan, dan selera

    individu. Banyak dari kesamaan terlihat memiliki asal mula sosial atau

    psikologis. Kebutuhan tersebut misalnya untuk memenuhi informasi,

    relaksasi, pertemanan, pengsalihan, atau ‗melarikan diri‘ (McQuail,

    2011: 173).

    Use and gratification (Model kegunaan dan kepuasan) menganggap

    khalayak dapat secara aktif menggunakan media untuk memenuhi

    kebutuhannya. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada

    penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratification)

    atas kebutuhan seseorang. Sedangkan perilaku khalayak akan dijelaskan

    melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan individu (Ardianto;

    Lukiati; Siti, 2017: 73).

    Konsep dasar model ini diringkas oleh para pendirinya (Katz,

    Blumer, dan Gurevitch, 1974) dalam Rakhmat dan Idi (2017: 118).

    Dengan model yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2)

  • 40

    kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa

    atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola

    terpaan media (atau keterlibatan dalam kegiatan lain), dan menghasilkan

    (6) pemenuhan kebutuhan dari (7) akibat-akibat lain, bahkan kerapkali

    akibat-akibat yang tidak dikehendaki.

    Pedekatan ini ditujukkan untuk menggambarkan proses penerimaan

    dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh

    individu atau agregrasi individu. Pendekatan ini telah memberikan

    kerangka kerja bagi berbagai jenis studi yang berbeda, beberapa

    diantaranya yaitu studi yang dilakukan oleh Katz dan Guerevitch (1977)

    untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan dari beberapa media yang

    berbeda, terutama mengenai fungsi dan karakteristik lainnya,

    menghasilkan suatu model sederhana dimana orang dapat melihat media

    mana yang menunjukkan kesamaan dengana media lainnya (Daryanto

    dan Muljo, 2016: 148).

    Rakhmat dan Idi (2017: 119-120) mengidentifikasikan model-model

    uses and gratification berdasarkan dari empat model yang telah dibuat

    oleh peneliti sebelumnya, antara lain model Linne dan van Felilitzen,

    model Windahl, model Rosengren, serta model McLeod dan Becker.

  • 41

    Tabel 2.3 Model Uses and Gratification

    Anteseden Motif Pengguna media efek

    -Variabel

    individual

    -Variabel

    lingkungan

    -Personal

    -Diversi

    -Personal

    Identity

    -Hubungan

    -Macam isi

    -Hubungan dengan isi

    -Kepuasan

    -Pengetahuan

    -Kepuasan

    Anteseden meliputi variable individual yang terdiri atas data

    demografis, seperti usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor psikologis

    komunikan, serta variable lingkungan, seperti organisasi, sistem sosial,

    dan struktur sosial. Motif dapat dioperasionalisasikan dengan berbagai

    cara antara lain:

    a) Unifungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial atau bermain).

    b) Bifungsional (informasi-edukasi, fantastescapis, atau gratifikasi

    segera tertangguhkan).

    c) Empat-fungsional (diversi, hubungan personal, identitas personal,

    dan surveillance; atau surveillance, korelasi, hiburan, transmisi

    budaya, dan multifungsional.

    Sedangkan dasar motif menurut Blumer (1980) untuk dijadikan

    petunjuk penelitian terdapat tiga orientasi, yaitu orientasi kognitif

    (kebutuhan bukan informasi, survwullance, atau eksplorasi realitas),

    diversi (kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan

    hiburan), serta identitas personal (yakni menggunakan isi media untuk

  • 42

    memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau

    situasi khalayak sendiri).

    C. Kerangka Berfikir

    Gambar 2.2 Kerangka berfikir penelitian

    Keberadaan media massa seakan menjadikan alat yang kuat dalam

    membentuk opini serta efek dalam perilaku seseorang. Apalagi

    perkembangan media massa memberikan penggunanya dengan leluasa

    mengambil kesan dan informasi secara penuh yang diambil dari media.

    Di era mobile digital ini, informasi melalui media massa khususnya

    internet akan semakin berkembang tanpa batasan dengan kemudahan

    aksesnya. Khalayak hidup di dunia yang penuh dengan gambar dan suara

    dari media, dimana politik, pemerintah, dan bisnis berjalan dengan

    asumsi apa yang terjadi di dunia luar. Kondisi tersebut sebagaimana

    dikatakan teori uses and gratification, yang mengatakan bahwa Khalayak

    sering kali terbentuk berdasarkan kesamaan kebutuhan, kepentingan, dan

    selera individu. Banyak dari kesamaan terlihat memiliki asal mula sosial

    atau psikologis. Kebutuhan tersebut misalnya untuk memenuhi informasi,

    relaksasi, pertemanan, pengsalihan, atau ‗melarikan diri‘.

    Pemahaman Kontra

    Narasi Ekstremis Pada

    Ustadz/ustadzah

    Pelatihan Literasi

    Media

  • 43

    Informasi yang didapatkan dari media seakan memudahkan langkah

    komunikator untuk menanamkan pemikiran khalayak dari pesan yang

    telah disampaikan. Dengan demikian khalayak akan semakin dipenuhi

    dengan kesan dan informasi yang diambil dari media dan membentuk

    opininya karena media. Didalamnya terdapat pengaruh yang sangat besar

    bagi khalayak pengguna media baik yang berdampak positif maupun

    negatif.Kondisi tersebut sebagaimana dikatakan teori uses and

    gratification, yang mengatakan bahwa Khalayak sering kali terbentuk

    berdasarkan kesamaan kebutuhan, kepentingan, dan selera individu.

    Banyak dari kesamaan terlihat memiliki asal mula sosial atau psikologis.

    Kebutuhan tersebut misalnya untuk memenuhi informasi, relaksasi,

    pertemanan, pengsalihan, atau ‗melarikan diri‘.

    Hal tersebut semakin memberikan peluang bagi penganut paham

    ekstremis untuk menyebarkan ideologinya kepada khalayak khususnya

    bagi pemuda muslim. Penganut paham ekstremis dengna lihai

    menggunakan symbol-simbol dan referensi Islam yang sebenarnya juga

    disebarkan oleh kalangna Islam secara umum namun mereka interpretasi

    secara ideologis. (Abubakar, 2018). Sementara itu, tidak sedikit khalayak

    yang sadar dan mampu mengidentifikasi dampak media yang

    membahayakan, namun jarang sekali mempertanyakan perannya dalam

    media massa dan bagaimana menyikapinya.

    Maka dari itu, dibutuhkan ketrampilan dalam mengakses media

    dengan meningkatkan kesadaran akan literasi media terhadap pemuda

  • 44

    muslim. Guru di pondok pesantren merupakan salah satu dari kalangan

    umat Islam yang dapat diandalkan untuk secara aktif berperan dalam

    menyampaikan kepada pemuda muslim atau santri didikannya. Dengan

    demikian, maka tingkat literasi guru di pondok pesantren sangat

    diperlukan sehingga dapat menjadi filter bagi murid, bahkan masyarakat

    secara umum.

    D. Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih

    bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Adapun

    hipotesis dalam penelitian ini adalah:

    Ha: Pelatihan literasi media berpengaruh terhadap pemahaman kontra

    narasi ekstremis pada peserta pelatihan.

  • 45

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

    1. Variabel Bebas (Independen)

    Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengaruh pelatihan

    literasi media yang dilakukan oleh CSRC UIN Syarif Hidayatullah dan

    KAS yang disimbolkan dengan huruf (X).

    2. Variabel Terikat (Deependen)

    Variabel depeenden dalam penelitian ini adalah pemahaman narasi

    ekstremis peserta pelatihan kontra narasi ekstremis yang disimbolkan

    dengan huruf (Y).

    Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

    No

    Variabel

    Penelitian Definisi Indikator

    1 Literasi Media

    Literasi media adalah

    kemampuan untuk

    mengakses, menganalisis,

    mengevaluasi dan

    mengkomunikasikan pesan

    yang telah diterima.

    1. Media yang dikonsumsi

    2. Pemahaman informasi yang didapatkan

    3. Sikap setelah menerima informasi

    2

    Pemahaman

    Narasi

    Ekstremis

    Narasi ekstremis berarti

    cerita-cerita yang disusun

    dengan tujuan untuk

    mengatasi konflik dengan

    cara-cara kekerasan

    1. Islam agama yang damai (Dien as-

    salaam)

    2. Ideologi ekstremis 3. Narasi ekstremis dan

    daya pikatnya

    4. Memahami kontra narasi

    5. Menyusun kontra narasi

  • 46

    B. Populasi, Sampel, dan Subjek Penelitian

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah ustadz/ustadzah atau guru aktif di

    Pondok Pesantren yang ada di Surakarta dan sekitarnya, yakni seluruh

    peserta pelatihan kontra narasi ekstremis yang berjumlah 30 orang.

    2. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian ini adalah perwakilan ustadz/ustadzah dari pondok

    pesantren di Surakarta dan sekitarnya yang mengikuti Training Menyusun

    Kontra Narasi Ekstremis: Suara Pesantren untuk Perdamaian dan

    Toleransi. Pelatihan dilakukan kepada ustadz/ustadzah sebagai guru atau

    pengajar di pondok pesantren karena pondok pesantren mendidik para

    santri dengan ajaran-ajaran inklusif, dan para santri datang dari latar

    belakang yang berbeda dan kultur budaya dan bahasa yang berbeda pula.

    Dengan adanya perbedaan dan juga pengajaran yang mengandung nilai-

    nilai inklusif, toleran, terbuka, dan saling menghargai, pondok pesantren

    dapat menjadi model dalam menyebarkan pesan damai dan hidup harmoni

    di tengah-tengah masarakat majemuk di Indonesia (Abubakar, dkk; 2018).

    Penelitian ini dilakukan di Hotel Novotel, Surakarta. Penelitian dilakukan

    mulai dari tanggal 17 sampai dengan 19 Oktober 2018.

  • 47

    C. Metode Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis angket tertutup yang

    berarti pertanyaan dan pernyataan sudah disusun secara berstruktur. Dengan

    kata lain, angket berstruktur adalah angket yang disajikan dalam bentuk

    sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban

    yang sesuai dengan dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau

    tanda checklist (√) (Sudaryono, 2016: 78). Dengan demikian responden

    tinggal memilih alternatif jawaban yang tersedia. Selain itu agar jawaban

    sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalamannya yang berbeda untuk

    menghindari informasi yang lebih meluas.

    Tahap awal dalam pembuatan kuesioner adalah mengumpulkan

    berbagai informasi yang ingin didapatkan dari berdasarkan kisi-kisi yang ada

    pada ―Modul Pesan Damai Pesantren: Menyusun Kontra Narasi‖ yang

    disusun oleh CSRC UIN Syarif Hidayatullah dengan KAS. Setelah itu baru

    disusun dengan pertanyaan atau pernyataan dari kisi-kisi yang telah ada.

    Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin

    mendapatkan jawaban yang tegas terdapat suatu permasalahan yang

    ditanyakan (Sugiyono, 2014: 96). Pada skala Guttman terdapat pertanyaan

    sikap tertentu dari sederetan pernyataan itu, ia akan menyatakan lebih dari

    tidak terhadap pernyataan berikutnya (Sekaran, 2006). Adapun skala Guttman

    untuk perhitungan skoring adalah sebagai berikut:

  • 48

    Tabel 3.2. Metode Skoring Kuesioner

    Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

    Benar 1

    Salah 0

    Pengukuran jawaban dari responden yaitu dengan perhitungan skor ―1‖

    untuk jawaban yang benar, dan skor ―0‖ untuk jawaban yang salah. Adapun

    kuesioner dibagikan kepada peserta pelatihan kontra narasi dengan

    memberikan tanda checklist untuk mengisi jawaban di kolom pernyataan

    yang dianggap benar.

    D. Desain dan Prosedur Eksperimen

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental. Metode

    eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari

    pengaruh perlakuan (treatment) tertentu (Sugiyono, 2014: 6). Desain yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design.

    Desain ini melibatkan satu kelompok yang diberi pre-test yang disimbolkan

    dengan (O1), sebelum diberi perlakuan treatment (X) kemudian memberikan

    post-test. Hal tersebut dilakukan untuk mengambil perbandingan keadaan

    sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan data yang lebih akurat.

    Dalam pengambilan eksperimen, peneliti menyebarkan pre-test (O1)

    kepada peserta sebelum mulai trining kontra narasi ekstremis bertujuan untuk

    mengetahui sejauh mana peserta telah memahami kontra narasi ekstemis.

    Tahap selanjutnya yaitu memberikan materi berupa training kontra narasi

  • 49

    ekstremis sebagai perlakuan (X) kepada peserta yang dilakukan oleh pihak

    CSRC UIN Syarif Hidayatullah. Kemudian sebagai tindakan akhir yaitu

    dengan menyebarkan post-test (O2) setelah proses trining tersebut selesai

    untuk mendapatkan perbandingan data dari pre-test dan post-test (Rakhmat

    dan Idi, 2017: 81-83) Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

    Nonequivalent control Group design

    O1 X O2

    O1 = nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)

    X = Perlakuan (treatment)

    O2 = nilai posttest (setelah diberi perlakuan)

    E. Validitas dan Reliabilitas

    Perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan

    instrumen yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid dan reliabel

    bila terdapat kesaman antara data yang terkumpul dengan data yang

    sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti (Sugiyono, 2014: 121).

    1. Validitas isi

    Pengujian validitas isi (content validity) untuk menguji validitas

    dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrument, atau menarik

    pengembangan instrument. Dalam kisi-kisi tersebut terdapat variabel yang

    diteliti dengan indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir soal (item)

    pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan di indikator. Untuk

    menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, dikonsultasikan

    dengan ahli dengan jumlah tenaga ahli minimal tiga orang. Para ahli

  • 50

    diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun, para ahli data

    memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada

    perbaikan, dan mungkin rombak total. (Sugiyono, 2014: 125-129).

    Setelah dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya diujicobakan dan

    dianalisis dengan menggunakan try out terpakai sebagai alat ukurannya.

    Sehingga butir soal diujicobakan langsung kepada peserta sebelum

    diberikan perlakuan (treatment).

    2. Uji Reliabilitas

    Uji realibilitas ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu

    hasil pengukuran relatif konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali

    atau lebih. Untuk mengukur reliabilitas menggunakan uji statistik

    cronbanch alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel atau handal jika

    jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari

    waktu ke waktu (Ghozali, 2018: 45). Suatu variabel dapat dikatakan

    reliabel dan memenuhi syarat jika nilai cronbanch alpha lebih besar dari

    0.600, sedangkan apabila kurang dari 0.600 maka realibilitas dinilai

    kurang baik.

    F. Pendekatan Pe