studi kuat tekan mortar dengan penggunaan...

10
Konferensi Nasional Teknik Sipil 12 Batam, 18-19 September 2018 ISBN: 978-602-60286-1-7 MT - 185 STUDI KUAT TEKAN MORTAR DENGAN PENGGUNAAN TANAH DIATOMAE SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN Muttaqin Hasan 1 , Taufiq Saidi 2 , Sarah Soraya 3 dan Dahrul Abida 4 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Kopelma Darusslam, Banda Aceh Email: [email protected] 2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Kopelma Darusslam, Banda Aceh Email: [email protected] 3 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Kopelma Darusslam, Banda Aceh Email: [email protected] 4 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Kopelma Darusslam, Banda Aceh Email: [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan tanah diatomae sebagai pengganti sebagian semen terhadap kuat tekan mortar. Jumlah semen yang diganti dengan tanah diatomae adalah 0%, 10%, 20%, 30% dan 40% berdasarkan perbandingan volume. Sebelum digunakan, tanah diatomae terlebih dahulu dikalsinasi pada suhu 500 o C selama 4 jam dan dihaluskan sehingga lolos saringan no. 200. Pasir yang digunakan adalah pasir sungai dengan diameter maksimum 4,75 mm. Dua jenis semen, yaitu Ordinary Portland Cement (OPC) dan Portland Composite Cement (PCC) digunakan dalam penelitian ini. Dua macam perbandingan campuran digunakan, yaitu 1 (semen + diatomae) : 2 pasir dan 1 (semen + diatomae) : 4 pasir berdasarkan perbandingan volume. Benda uji yang digunakan adalah kubus berukuran 5 x 5 x 5 cm 3 . Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat benda uji berumur 1, 3, 7 dan 28 hari. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan mortar dengan semen OPC menurun seiring dengan meningkatnya penggunaan tanah diatomae. Namun begitu, dengan menggantikan jumlah semen sampai 40% dengan tanah diatomae, mortar yang dihasilkan masih termasuk mortar tipe M menurut SNI-03-6882-2002 dengan kuat tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 MPa. Sedangkan mortar dengan semen PCC, kuat tekan tertinggi dicapai pada penggunaan 20 % tanah diatomae, yaitu sebesar 36,63 MPa untuk campuran 1:2 dan penggunaan 10 % tanah diatomae, yaitu sebesar 25,39 MPa untuk campuran 1:4. Kata kunci: tanah diatomae, mortar, kuat tekan, ordinary portland cement, portland composite cement 1. PENDAHULUAN Mortar adalah suatu campuran yang terdiri dari semen, agregat halus dan air. Mortar juga sering disebut mortel atau spesi yang merupakan bahan bangunan yang dibuat dari campuran bahan perekat (lumpur, kapur, semen), agregat halus dan air yang kemudian diaduk hingga homogen. Mortar mempunyai fungsi yang penting dalam suatu konstruksi. Mortar biasa digunakan untuk plesteran, pembuatan bata beton, pembuatan genteng beton, perekat antar bata merah, perekat antar bata beton pada pembuatan dinding tembok dan perekat antar batu pada pasangan batu (Bunganaen, et.al, 2016). Mortar merupakan salah satu material yang berperan penting dalam suatu konstruksi bangunan. Fungsi mortar adalah sebagai bahan perekat suatu konstruksi baik yang bersifat struktural maupun nonstruktural. Penggunaan mortar untuk konstruksi yang bersifat struktural salah satu contohnya yaitu pasangan batu belah untuk struktur pondasi, sedangkan untuk konstruksi yang bersifat nonstruktural yaitu pasangan batu bata. Mortar dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir sering digunakan untuk bahan perekat dan plesteran bata trasram, dinding kamar mandi dan pasangan bata yang berada di dalam tanah untuk kebutuhan kedap air, sedangkan mortar dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir sering digunakan untuk bahan perekat dan plesteran dinding biasa lainnya. Mengingat pentingnya mortar sebagai bagian dari konstruksi yang memikul beban, maka penggunaan mortar harus sesuai dengan standar spesifikasi SNI 03-6882-2002. Standar spesifikasi mortar mengacu pada kuat tekannya, yaitu kemampuan mortar dalam menerima beban. Sama halnya dengan beton, kekuatan tekan mortar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kepadatan, jenis semen, jumlah semen, sifat agregat dan juga umur mortar. Berdasarkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), pada tahun 2014 sampai 2019 Indonesia akan melakukan pembangunan infrastruktur dalam skala besar di berbagai bidang seperti pembangunan jembatan,

Upload: lethuan

Post on 17-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KUAT TEKAN MORTAR DENGAN PENGGUNAAN …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/MT-23.pdfpondasi, sedangkan untuk konstruksi yang bersifat nonstruktural yaitu pasangan batu

Konferensi Nasional Teknik Sipil 12 Batam, 18-19 September 2018

ISBN: 978-602-60286-1-7 MT - 185

STUDI KUAT TEKAN MORTAR DENGAN PENGGUNAAN TANAH DIATOMAE

SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN

Muttaqin Hasan1, Taufiq Saidi2, Sarah Soraya3 dan Dahrul Abida4

1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Kopelma Darusslam, Banda Aceh

Email: [email protected] 2Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Kopelma Darusslam, Banda Aceh

Email: [email protected] 3Program Studi Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Kopelma Darusslam, Banda Aceh

Email: [email protected] 4Program Studi Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Kopelma Darusslam, Banda Aceh

Email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan tanah diatomae sebagai

pengganti sebagian semen terhadap kuat tekan mortar. Jumlah semen yang diganti dengan tanah

diatomae adalah 0%, 10%, 20%, 30% dan 40% berdasarkan perbandingan volume. Sebelum

digunakan, tanah diatomae terlebih dahulu dikalsinasi pada suhu 500 oC selama 4 jam dan dihaluskan

sehingga lolos saringan no. 200. Pasir yang digunakan adalah pasir sungai dengan diameter

maksimum 4,75 mm. Dua jenis semen, yaitu Ordinary Portland Cement (OPC) dan Portland

Composite Cement (PCC) digunakan dalam penelitian ini. Dua macam perbandingan campuran

digunakan, yaitu 1 (semen + diatomae) : 2 pasir dan 1 (semen + diatomae) : 4 pasir berdasarkan

perbandingan volume. Benda uji yang digunakan adalah kubus berukuran 5 x 5 x 5 cm3. Pengujian

kuat tekan dilakukan pada saat benda uji berumur 1, 3, 7 dan 28 hari. Hasil pengujian menunjukkan

bahwa kuat tekan mortar dengan semen OPC menurun seiring dengan meningkatnya penggunaan

tanah diatomae. Namun begitu, dengan menggantikan jumlah semen sampai 40% dengan tanah

diatomae, mortar yang dihasilkan masih termasuk mortar tipe M menurut SNI-03-6882-2002 dengan

kuat tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 MPa. Sedangkan mortar dengan semen PCC, kuat

tekan tertinggi dicapai pada penggunaan 20 % tanah diatomae, yaitu sebesar 36,63 MPa untuk

campuran 1:2 dan penggunaan 10 % tanah diatomae, yaitu sebesar 25,39 MPa untuk campuran 1:4.

Kata kunci: tanah diatomae, mortar, kuat tekan, ordinary portland cement, portland composite cement

1. PENDAHULUAN

Mortar adalah suatu campuran yang terdiri dari semen, agregat halus dan air. Mortar juga sering disebut mortel

atau spesi yang merupakan bahan bangunan yang dibuat dari campuran bahan perekat (lumpur, kapur, semen),

agregat halus dan air yang kemudian diaduk hingga homogen. Mortar mempunyai fungsi yang penting dalam

suatu konstruksi. Mortar biasa digunakan untuk plesteran, pembuatan bata beton, pembuatan genteng beton,

perekat antar bata merah, perekat antar bata beton pada pembuatan dinding tembok dan perekat antar batu pada

pasangan batu (Bunganaen, et.al, 2016).

Mortar merupakan salah satu material yang berperan penting dalam suatu konstruksi bangunan. Fungsi mortar

adalah sebagai bahan perekat suatu konstruksi baik yang bersifat struktural maupun nonstruktural. Penggunaan

mortar untuk konstruksi yang bersifat struktural salah satu contohnya yaitu pasangan batu belah untuk struktur

pondasi, sedangkan untuk konstruksi yang bersifat nonstruktural yaitu pasangan batu bata. Mortar dengan

perbandingan 1 semen : 2 pasir sering digunakan untuk bahan perekat dan plesteran bata trasram, dinding kamar

mandi dan pasangan bata yang berada di dalam tanah untuk kebutuhan kedap air, sedangkan mortar dengan

perbandingan 1 semen : 4 pasir sering digunakan untuk bahan perekat dan plesteran dinding biasa lainnya.

Mengingat pentingnya mortar sebagai bagian dari konstruksi yang memikul beban, maka penggunaan mortar harus

sesuai dengan standar spesifikasi SNI 03-6882-2002. Standar spesifikasi mortar mengacu pada kuat tekannya, yaitu

kemampuan mortar dalam menerima beban. Sama halnya dengan beton, kekuatan tekan mortar dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain kepadatan, jenis semen, jumlah semen, sifat agregat dan juga umur mortar.

Berdasarkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), pada tahun 2014 sampai 2019 Indonesia akan

melakukan pembangunan infrastruktur dalam skala besar di berbagai bidang seperti pembangunan jembatan,

Page 2: STUDI KUAT TEKAN MORTAR DENGAN PENGGUNAAN …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/MT-23.pdfpondasi, sedangkan untuk konstruksi yang bersifat nonstruktural yaitu pasangan batu

MT - 186

ISBN: 978-602-60286-1-7

gedung, jalan, dan sebagainya (Bappenas, 2014). Seiring dengan perkembangan dunia konstruksi maka penggunaan

material semen juga semakin meningkat. Namun demikian Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi

gas rumah kaca sebagai upaya menghadapi pemanasan global yang ditindak lanjuti dengan adanya Rencana Aksi

penurunan Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) pada beberapa sektor (Damayanti dan Lestari, 2013). Industri semen

termasuk dalam sektor yang dianggap berperan besar menghasilkan emisi gas rumah kaca khususnya gas CO

(Hanle, et al. 2006). Oleh karena itu perlu dicari alternatif material lain yang dapat menggantikan fungsi mekanis

semen sebagai bahan pengikat yang lebih ramah lingkungan, seperti halnya tanah diatomae.

Tanah diatomae dengan rumus kimia (SiO, nH2O) merupakan batuan sedimen silika yang terdiri dari sisa kerangka

fosil tumbuhan air atau ganggang bersel tunggal. Komposisi kimia diatomae mengandung 86% silika, 5% natrium,

3% magnesium, dan 2% besi (Rahmah et al. 2011). Sebagaimana diketahui bahwa unsur utama penyusun tanah

diatomae adalah silika sehingga material tersebut memiliki sifat mekanis sebagai bahan pengikat. Hal ini dapat

menjadi salah satu alternatif pemilihan bahan pozzolan yang baik. Selain itu tanah diatomae juga mudah didapatkan

dengan harga yang relatif tidak mahal. Deposit tanah diatomae di Kabupaten Aceh Besar cukup tinggi dengan

estimasi 40.353.700.000 ton. (Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Aceh, 2012). Hal ini dapat menjadi salah

satu upaya pemanfaatan sumber daya alam di daerah Aceh. Tanah diatomae dikenal dengan berbagai istilah seperti

diatomit, kieselguhr, tripolit atau tepung fosil (Johnstone and Johnstone, 1961), atau tanah serap (Hoeve, 1984).

Berdasarkan uraian di atas, dalam paper ini dipresentasikan hasil pengujian kuat tekan mortar dengan menggunakan

tanah diatomae untuk mensubsitusikan sebagian semen. Jumlah tanah diatomae yang digunakan untuk mensubsitusi

semen ada 5 variasi, yaitu 0 %, 10 %, 20 %, 30 % dan 40 % berdasarkan perbandingan volume. Ada 2 macam

perbandingan (semen + tanah diatomae) dan pasir, yaitu 1:2 dan 1:4 berdasarkan perbandingan volume. Jenis semen

yang digunakan juga ada 2 macam, yaitu Ordinary Porland Cement (OPC) dan Portland Composite Cement (PCC)

2. STUDI LITERATUR

Mortar Semen

Mortar semen dibuat dari campuran air, semen Portland, dan agregat halus dalam perbandingan campuran yang

tepat. Perbandingan antara volume semen dan volume agregat halus berkisar antara 1 : 2 sampai 1 : 8. Mortar ini

biasa digunakan untuk tembok, pilar, kolom, bagian bangunan yang menahan beban dan juga digunakan pada bagian

luar bangunan atau bagian yang berada dibawah tanah (terkena air) karena mortar ini lebih rapat air.

Jenis mortar menurut kuat tekan

Berdasarkan SNI-03-6882-2002, mortar dispesifikasikan dalam 4 tipe menurut kekuatan mortar dan ketentuan

spesifikasi bahan yang terdiri dari bahan bersifat semen, agregat, dan air yang digunakan, yaitu:

1. Mortar tipe M merupakan campuran dengan kuat tekan yang tinggi yang direkomendasikan untuk pasangan

bertulang maupun tidak bertulang yang akan memikul beban tekan yang besar. Mortar tipe M adalah mortar

yang mempunyai kekuatan minimum 17,2 MPa;

2. Mortar tipe S adalah mortar yang mempunyai kekuatan minimum 12,4 MPa. Mortar tipe ini

direkomendasikan untuk struktur yang akan memikul beban tekan normal tetapi dengan kuat lekat lentur

yang diperlukan untuk menahan beban lateral besar yang berasal dari tekanan tanah, angin dan beban gempa.

Karena keawetannya yang tinggi mortar tipe S juga direkomendasikan untuk struktur pada/atau di bawah

tanah, serta yang selalu berhubungan dengan tanah, seperti pondasi, dinding penahan tanah, perkerasan, dan

saluran pembuangan;

3. Mortar tipe N adalah mortar yang mepunyai kekuatan minimum 5,2 MPa. Tipe N merupakan mortar yang

umum digunakan untuk konstruksi pasangan di atas tanah. Mortar ini direkomendasikan untuk dinding

penahan beban interior maupun eksterior. Mortar dengan kekuatan sedang ini memberikan kesesuaian yang

paling baik antara kuat tekan dan kuat lentur, workabilitas, dan dari segi ekonomi yang direkomendasikan

untuk aplikasi konstruksi pasangan umumnya;

4. Mortar tipe O adalah mortar yang mempunyai kekuatan minimum 2,4 MPa. Mortar tipe O merupakan mortar

dengan kandungan kapur tinggi dan kuat tekan yang rendah. Mortar tipe ini direkomendasikan untuk dinding

interior dan eksterior yang tidak menahan beban struktur. Mortar tipe ini sering digunakan untuk pekerj aan

setempat, memiliki workabilitas yang baik dan biaya yang ekonomis.

Ordinary Portland Cement dan Portland Composite Cement

Berdasarkan SNI 15-2049-2004 Ordinary Portland Cement (OPC) merupakan semen hidrolis yang dihasilkan

dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan

Page 3: STUDI KUAT TEKAN MORTAR DENGAN PENGGUNAAN …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/MT-23.pdfpondasi, sedangkan untuk konstruksi yang bersifat nonstruktural yaitu pasangan batu

MT - 187

ISBN: 978-602-60286-1-7

digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan

boleh ditambahkan dengan bahan tambahan lain. Menurut Ismail et al. (2008), hampir 60% dari semen yang sering

digunakan adalah OPC, karena semen tipe ini sangat cocok digunakan untuk berbagai macam pekerjaan konstruksi

yang bebas dari pengaruh sulfat. Semen Portland berfungsi sebagai bahan pengikat utama adukan beton dan

pasangan batu yang digunakan untuk menyatukan bahan menjadi satu kesatuan yang kuat. Jika ditambah air, semen

akan menjadi pasta semen, kemudian jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar, dan jika

digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton

keras (concrete). Semen Portland diproduksi dari pencampuran bahan baku kapur, besi, silika dan alumina. Kapur

diperoleh dari pembakaran batu kapur, marmer, marl dan karang. Besi, silika dan alumina diperoleh dari tanah liat

(Allen dan Iano, 2008).

Berdasarkan SNI 15-7064-2004 PCC atau Portland Composite Cement merupakan bahan pengikat hidrolis hasil

penggilingan bersama-sama terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil

pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan organik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain

terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozzolan, senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik

6%-35% dari massa semen portland komposit. Semen portland komposit dapat digunakan untuk konstruksi umum

seperti: pekerjaan beton, pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding, dan pembuatan elemen bangunan khusus

seperti beton pracetak, panel beton, bata beton (paving block), dan sebagainya (SNI 15-7064-2004).

Tanah diatomae

Tanah diatomae termasuk tipe Supplemtary Cementing Materials (SCM) atau bahan tambahan pengganti sebagian

semen alami berdasarkan ASTM C 618 Class N. Tanah diatomae memiliki sifat pozzolan yang mirip dengan bahan

pozzolan lainnya seperti fly ash dan metakaolin (Sanchez de Rojas et al., 1999). Diatomae memiliki sifat dasar yakni

strukturnya unik, berat jenisnya rendah (± 0,45), permukaannya luas dan berpori-pori, warnanya putih-coklat

(tergantung kontaminasinya), kemampuan daya hantar listrik atau panas rendah serta tidak abrasif (Rahmah, dkk,

2011).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa komponen utama tanah diatomae adalah silika yang tersusun atas satuan-

satuan tetrahedron. Menurut Clark (1960), Kirk dan Othmer (1979), silika sebagai komponen utama tanah diatome

adalah amorf (SiO2 nH2O), di mana atom-atom silikon dan oksigen dalam silika tersusun secara tetrahedron mirip

dengan silika kristal tetapi jaringan tersebut tidak terulang secara periodik dan simetri seperti halnya dalam kristal.

Tanah diatoame diketahui mengandung zat-zat organik dan oksida-oksida logam yang diduga mengganggu

kemampuan adsorpsi ion logam. Proses pemanasan akan menurunkan kadar zat-zat organik dan oksida-oksida

logam selain SiO2 sehingga kadar SiO2 makin dominan. Kemampuan adsorpsi tanah diatomae dipengaruhi oleh

adanya gugus siloksan (Si-O-Si) dan gugus silanol (Si-OH).

Fragoulis, et al. (2005), melakukan analisis uji mineral dan kimia terhadap diatomae yang berasal dari Samos dan

Ellasona. Hasilnya menunjukkan diatomae dari Samos terdiri dari kalsit dan opal-A, sedangkan diatomae dari

Elassona terdiri dari opal-A, mineral lempung, feldspars dan quartz. Sehingga diatomit Samos kaya CaO dan SiO2,

sedangkan yang Elassona kaya SiO2, Al2O dan Fe2O3. Hasil pengujian scanning electron microscopy (SEM) tanah

diatomae dari Ellasona, Yunani dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah.

Gambar 1. Struktur tanah diatomae berbentuk cakram dari Elassona,Yunani (Fragoulis et al., 2005)

Penelitian yang dilakukan oleh Stamatakis, et al (2003) membandingkan bentuk tanah diatomae dari daerah yang

berbeda, yaitu dari Hungaria, Rumania dan Yunani. Diatomae dari Hungaria mengandung SiO2 tertinggi (77,68%)

Page 4: STUDI KUAT TEKAN MORTAR DENGAN PENGGUNAAN …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/MT-23.pdfpondasi, sedangkan untuk konstruksi yang bersifat nonstruktural yaitu pasangan batu

MT - 188

ISBN: 978-602-60286-1-7

yang disebabkan oleh Opal-A, sedangkan dari Rumania mengandung sekitar 75 %, yang terendah diperoleh dari

Yunani (59,90%). Namun semua benda uji memenuhi syarat EN197-1 karena memiliki reactive silica (RS) diatas

25%. Semakin tinggi kandungan RS dari diatomae maka semakin tinggi kekuatan semen. Indentifikasi Opal-A dapat

dilihat pada Gambar 2 berikut.

(a) (b)

(c)

Gambar 2. (a) Tanah diatome dari Hungaria berbentuk piring kecil; (b) Tanah diatome dari Rumania dan (c) Tanah

diatomae dari Milos, Yunani (Stamatakis, et al., 2003)

Penggunaan tanah diatomae sebagai bahan semen

Penelitian penggunaan tanah diatomae untuk produksi semen campuran (blended cement) telah dilakukan oleh

Kastis et al. (2006). Dalam penelitiannya Kastis et al. (2006) membuat pasta semen dengan menggunakan tanah

diatomae sebanyak 0, 10, 20 dan 35% sebagai substitusi semen Portland berdasarkan perbandingan berat. Sifat fisis

pasta semen yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan kuat tekannya dapat dilihat pada Gambar 3.

Fragoulis et al. (2005) juga telah meneliti semen komposit dengan menggunakan tanah diatomae dari Yunani. Sifat

fisis dan mekanis pasta semen yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 5: STUDI KUAT TEKAN MORTAR DENGAN PENGGUNAAN …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/MT-23.pdfpondasi, sedangkan untuk konstruksi yang bersifat nonstruktural yaitu pasangan batu

MT - 189

ISBN: 978-602-60286-1-7

Tabel 1 Sifat fisis pasta semen dengan tanah diatomae (Kastis et al., 2006)

Sample Diatomite

(% w/w)

Water demand

(% w/w)

Setting time (min) Flow of normal mortar (%)

initial final

PC - 27.1 110 160 104.0

D-10 10 27.6 120 160 102.5

D-20 20 28.2 110 150 101.0

D-35 35 28.9 120 170 99.0

Gambar 3 Kuat tekan pasta semen dengan tanah diatomae (Kastis et al., 2006)

Tabel 2 Sifat fisis dan mekanis pasta semen dengan tanah diatomae dari Yunani (Fragoulis et al., 2005)

3. MATERIAL DAN METODOLOGI

Material

Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Cement Portland (OPC), Portland Composite Cement

(PCC), agregat halus, tanah diatomae dan air. OPC yang digunakan merupakan produksi PT. Semen Padang,

sedangkan PCC merupakan produksi PT. Semen Andalas Indonesia. Air yang digunakan adalah air PDAM.

Agregat halus yang digunakan adalah pasir sungai yang berasal dari sungai Krueng Aceh. Hasil pemeriksaan sifat

fisis agregat halus diperoleh berat volume sebesar 1,63 kg/liter; berat jenis kering permukaan sebesar 2,665; berat

jenis kering oven sebesar 2,617; absorpsi sebesar 1,81 % dan modulus kehalusan sebesar 3,128. Hasil analisa

saringan agregat halus dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 6: STUDI KUAT TEKAN MORTAR DENGAN PENGGUNAAN …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/MT-23.pdfpondasi, sedangkan untuk konstruksi yang bersifat nonstruktural yaitu pasangan batu

MT - 190

ISBN: 978-602-60286-1-7

Batas ASTM C33-99A

Gradasi pasir yang digunakan

Gambar 4 Hasil analisa saringan agregat halus (pasir)

Tanah diatomae yang digunakan berasal dari dari Desa Lambeurenut, Kecamatan Lampanah Leungah, Kabupaten

Aceh Besar. Sebelum digunakan, tanah diatomae terlebih dahulu dikalsinasi selama 4 jam pada suhu 500 oC untuk

selanjutnya dihaluskan dan diayak. Hanya butiran yang lolos saringan no. 200 yang digunakan. Dari hasil

pemeriksaan sifat fisis tanah diatomae yang digunakan diperoleh berat volume sebesar 0,767 kg/liter; berat jenis

kering permukaan sebesar 2,0; berat jenis kering oven sebesar 1,887; dan absorpsi sebesar 6,535 %. Hasil

pemeriksaan kandungan kimia tanah diatomae diperoleh komposisi kimianya adalah 58,87 % SiO2; 12,2 % CaO;

2,25 % Fe2O3 dan 0,39 % Al2O3.

Perbandingan campuran dan pembuatan benda uji

Untuk masing-masing jenis semen, baik OPC maupun PCC dibuat mortar dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir

dan 1 semen : 4 pasir berdasarkan perbandingan volume. Untuk setiap perbandingannya, jumlah semen

disubsitusikan dengan tanah diatomae sebanyak 0 %, 10 %, 20 %, 30 % dan 40 % berdasarkan perbandingan

volume, sehingga didapat 20 variasi campuran. Jumlah air yang digunakan disesuaikan dengan ketentuan ASTM

C109 / C109M-02, yaitu untuk setiap 1000 gram semen digunakan jumlah air sebanyak 484 ml.

Benda uji dibuat dengan mencampurkan semua material kedalam mixer berkapasitas 10 liter dan diaduk selama

lebih kurang 15 menit. Benda uji dicetak ke dalam cetakan yang telah disediakan. Pengisian campuran mortar

kedalam cetakan kubus dilakukan sebanyak dua kali dan dipadatkan setiap lapisannya dengan menggunakan mistar

baja, kemudian cetakan diketuk menggunakan palu karet. Setelah cetakan terisi penuh dengan campuran mortar

yang telah padat, kemudian permukaannya diratakan dengan menggunakan sendok perata. Benda uji berbentuk

kubus dengan sisi 50 mm sesuai dengan ASTM C109 / C109M-02 dan SNI 03-6825-2002. Untuk setiap variasi

campuran dibuat 25 benda uji, 5 diantaranya untuk pengujian absorpsi dan 20 lainnya untuk pengujian kuat tekan.

Setelah benda uji berumur 24 jam, benda uji dikeluarkan dari cetakan, setiap benda uji diberi nama atau kode.

Perawatan benda uji dilakukan dengan menempatkan benda uji mortar di dalam bak air tawar yang terlindung.

Benda uji dikeluarkan dari dalam air pada saat ingin dilakukan pengujian kuat tekan yang bertujuan untuk

dibersihkan dan dikeringkan air permukaannya.

Pengujian benda uji

Metode pengujian kuat tekan terhadap benda uji mengacu kepada SNI 03-6825-2002 dan ASTM C109 / C109M-02.

Pengujian dilakukan setelah benda uji berumur 1,3,7, dan 28 hari. Pengujian kuat tekan benda uji mortar dilakukan

di Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

menggunakan alat mesin uji tekan. Benda uji mortar yang telah dipersiapkan ditempatkan diantara dua pelat

pembebanan. Pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban arah vertikal terhadap benda uji mortar secara

perlahan-lahan dengan peningkatan pembebanan tertentu hingga benda uji hancur.

Page 7: STUDI KUAT TEKAN MORTAR DENGAN PENGGUNAAN …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/MT-23.pdfpondasi, sedangkan untuk konstruksi yang bersifat nonstruktural yaitu pasangan batu

MT - 191

ISBN: 978-602-60286-1-7

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Mortar dengan perbandingan 1:2

Besarnya kuat tekan mortar (rata-rata dari 5 benda uji) dengan perbandingan 1:2 sebagai fungsi dari persentase tanah

diatomae yang mensubstitusi semen untuk jenis semen OPC diperlihatkan pada Gambar 5. Dari gambar tersebut

terlihat bahwa kuat tekan mortar dengan semen OPC menurun seiring dengan meningkatnya jumlah semen yang

digantikan oleh tanah diatomae. Akan tetapi, kuat tekan mortar umur 28 hari untuk setiap campurannya masih di

atas kuat tekan mortar type M yang disyaratkan SNI-03-6882-2002, yaitu 17,2 MPa. Untuk persentase tanah

diatomae 10 %, 20 %, 30 % dan 40 %, kuat tekan mortar umur 28 hari berturut-turut sebesar 37,85 MPa, 33,91

MPa, 30,39 MPa dan 25,59 MPa, sedangkan kuat tekan mortar umur 28 hari dengan semen OPC saja (tanpa tanah

diatomae) adalah sebesar 38,58 MPa.

Gambar 5 Kuat tekan mortar 1:2 semen OPC Gambar 6 Kuat tekan mortar 1:2 semen PCC

Kuat tekan mortar (rata-rata dari 5 benda uji) dengan semen PCC sebagai fungsi persentase tanah diatomae yang

menggantikan semen diperlihatkan pada Gambar 6. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kuat tekan mortar dengan

10 % tanah diatomae terjadi penurunan sedikit dari kuat tekan mortar dengan semen saja. Pada persentase tanah

diatomae 20 % kuat tekan mortar kembali meningkat melebihi nilai kuat tekan mortar dengan semen saja. Untuk

persentase tanah diatomae 30 % dan 40 % kuat tekan mortar kembali menurun. Kuat tekan mortar tertinggi dicapai

pada persentase tanah diatomae 20 % untuk semua umur pengujian. Nilai kuat tekan umur 28 hari pada persentase

tanah diatomae 20% adalah sebesar 36,63 MPa melebihi kuat tekan mortar dengan semen saja yang besarnya adalah

35,33 MPa. Kuat tekan terendah dicapai pada persentase tanah diatomae 40 %, yaitu sebesar 24,59 MPa. Nilai ini

masih lebih tinggi dari kuat tekan mortar type M yang disyaratkan SNI-03-6882-2002, yaitu 17,2 MPa.

Pertumbuhan kuat tekan mortar dari umur 1 hari sampai umur 28 hari untuk semua campuran mortar 1:2 untuk jenis

semen OPC dan PCC masing-masing diperlihatkan pada Gambar 7 dan 8. Dari kedua gambar tersebut terlihat

bahwa laju pertumbuhan kuat tekan beton semua campuran baik untuk jenis semen OPC maupun jenis semen PCC

adalah hampir sama, kecuali pada campuran dengan diatomae 10 % untuk jenis semen OPC yang menunjukkan laju

pertumbuhan umur 7 hari ke umur 28 hari yang lebih tinggi dari campuran lainnya, sehingga kuat tekan mortar pada

umur 28 hari untuk campuran dengan diatomae 10 % hampir mendekati kuat tekan mortar tanpa tanah diatomae.

Melihat kecenderungan ini, maka ada kemungkinan pada umur yang lebih tinggi (lebih dari 28 hari) kuat tekan

mortar dengan 10 % tanah diatomae akan melampaui kuat tekan mortar tanpa tanah diatomae. Akan tetapi, untk

membuktikannya perlu penelitian lanjutan dengan cara menguji kuat tekan mortar dengan umur yang lebih tinggi.

Gambar 7 Pertumbuhan kuat tekan mortar 1:2 semen OPC Gambar 8 Pertumbuhan kuat tekan mortar 1:2 semen PCC

Gambar 7. Pertumbuhan Kuat Tekan mortar 1:2 OPC Gambar 8 Pertumbuhan Kuat Tekan mortar 1:2 PCC

Page 8: STUDI KUAT TEKAN MORTAR DENGAN PENGGUNAAN …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/MT-23.pdfpondasi, sedangkan untuk konstruksi yang bersifat nonstruktural yaitu pasangan batu

MT - 192

ISBN: 978-602-60286-1-7

Mortar dengan perbandingan 1:4

Besarnya kuat tekan mortar (rata-rata dari 5 benda uji) dengan perbandingan 1:4 sebagai fungsi dari persentase tanah

diatomae yang mensubstitusi semen untuk jenis semen OPC diperlihatkan pada Gambar 9. Dari gambar tersebut

terlihat bahwa kuat tekan mortar dengan semen OPC cenderung menurun seiring dengan meningkatnya jumlah

semen yang digantikan oleh tanah diatomae. Akan tetapi, dari persentase 10 % ke 20 % ada sedikit peningkatan kuat

tekan, walaupun kemudian kembali menurun untuk persentase tanah diatomae 30 % dan 40 %. Kuat tekan mortar

umur 28 hari untuk setiap campuran masih di atas kuat tekan mortar type M yang disyaratkan SNI-03-6882-2002,

yaitu 17,2 MPa. Untuk persentase tanah diatomae 10 %, 20 %, 30 % dan 40 %, kuat tekan mortar umur 28 hari

berturut-turut sebesar 24,97 MPa, 24,32 MPa, 24,32 MPa dan 20,31 MPa, sedangkan kuat tekan mortar umur 28

hari dengan semen OPC saja (tanpa tanah diatomae) adalah sebesar 33,27 MPa.

Gambar 9 Kuat tekan mortar 1:4 semen OPC Gambar 10 Kuat tekan mortar 1:4 semen PCC

Kuat tekan mortar (rata-rata dari 5 benda uji) dengan semen PCC sebagai fungsi persentase tanah diatomae yang

menggantikan semen diperlihatkan pada Gambar 10. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kuat tekan mortar sedikit

meningkat pada penggunaan tanah diatomae 10 % untuk selanjutnya menurun seiring dengan meningkatnya

penggunaan tanah diatomae. Kuat tekan mortar umur 28 hari untuk setiap campuran masih di atas kuat tekan mortar

type M yang disyaratkan SNI-03-6882-2002, kecuali untuk penggunaan tanah diatomae 40 % termasuk mortar

type S. Untuk persentase tanah diatomae 10 %, 20 %, 30 % dan 40 %, kuat tekan mortar umur 28 hari berturut -

turut sebesar 25,39 MPa, 23,18 MPa, 18,34 MPa dan 16,75 MPa, sedangkan kuat tekan mortar umur 28 hari dengan

semen PCC saja (tanpa tanah diatomae) adalah sebesar 25,27 MPa.

Pertumbuhan kuat tekan mortar dari umur 1 hari sampai umur 28 hari untuk semua campuran mortar 1:4 untuk jenis

semen OPC dan PCC masing-masing diperlihatkan pada Gambar 11 dan 12. Dari kedua gambar tersebut terlihat

bahwa laju pertumbuhan kuat tekan beton semua campuran baik untuk jenis semen OPC maupun jenis semen PCC

adalah hampir sama, kecuali pada campuran dengan diatomae 30 % dan 40 % untuk jenis semen OPC yang

menunjukkan laju pertumbuhan umur 7 hari ke umur 28 hari yang lebih tinggi dari campuran lainnya, sehingga kuat

tekan mortar pada umur 28 hari untuk campuran dengan diatomae 30 % hampir mendekati kuat tekan mortar dengan

tanah diatomae 10 % dan 20 %. Melihat kecenderungan ini, maka ada kemungkinan pada umur yang lebih tinggi

(lebih dari 28 hari) kuat tekan mortar dengan 30 % tanah diatomae akan melampaui kuat tekan mortar dengan tanah

diatomae 10 % dan 20 %. Akan tetapi, untk membuktikannya perlu penelitian lanjutan dengan cara menguji kuat

tekan mortar dengan umur yang lebih tinggi.

Gambar 11 Pertumbuhan kuat tekan mortar 1:4 semen OPC Gambar 12 Pertumbuhan kuat tekan mortar 1:4 semen PCC

Gambar 11. Pertumbuhan Kuat Tekan mortar 1:4 OPC Gambar 12 Pertumbuhan Kuat Tekan mortar 1:4 PCC

Page 9: STUDI KUAT TEKAN MORTAR DENGAN PENGGUNAAN …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/MT-23.pdfpondasi, sedangkan untuk konstruksi yang bersifat nonstruktural yaitu pasangan batu

MT - 193

ISBN: 978-602-60286-1-7

Perbandingan kuat tekan mortar semen OPC dan PCC

Gambar 13 menunjukkan perbandingan kuat tekan mortar semen OPC dan PCC untuk campuran 1:2 pada umur 28

hari. Dari Gambar 13 terlihat bahwa kuat tekan mortar 1:2 pada umur 28 hari dengan semen OPC lebih tinggi dari

semen PCC untuk semua campuran, kecuali untuk campuran dengan tanah diatomae 20 % yang menunjukkan hal

sebaliknya. Sedangkan untuk mortar dengan perbandingan 1:4, kuat tekan dengan semen PCC yang lebih tinggi dari

semen PCC dicapai pada persentase tanah diatomae 10 %. Untuk persentase tanah diatomae lainnya, kuat tekan

mortar dengan semen OPC lebih tinggi.

(a) (b)

Gambar 13 Perbandingan kuat tekan mortar umur 28 hari antara semen OPC dan PCC: (a) mortar 1:2; (b) mortar 1:4

5. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Mortar dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir yang menggunakan OPC, kuat tekan menurun seiring dengan

meningkatnya jumlah semen yang digantikan oleh tanah diatomae. Akan tetapi sampai substitusi 40 % semen

dengan tanah diatomae masih dihasilkan mortar dengan kuat tekan umur 28 hari sebesar 25,59 MPa, yang

menunjukkan bahwa mortar masih termasuk mortar kelas M menurut SNI 03-6882-2002.

2. Mortar dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir yang menggunakan PCC kuat tekan umur 28 hari tertinggi

dicapai pada penggunaan 20 % tanah diatomae, yaitu sebesar 36,63 MPa melebihi kuat tekan yang dicapai bila

menggunakan semen saja. Pada substitusi 40 % semen dengan tanah diatomae dihasilkan mortar dengan kuat

tekan umur 28 hari sebesar 24,59 MPa, yang juga menunjukkan bahwa mortar masih termasuk mortar kelas M

menurut SNI 03-6882-2002.

3. Mortar dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir yang menggunakan OPC, kuat tekan menurun seiring dengan

meningkatnya jumlah semen yang digantikan oleh tanah diatomae. Akan tetapi sampai substitusi 40 % semen

dengan tanah diatomae masih dihasilkan mortar dengan kuat tekan umur 28 hari sebesar 25,59 MPa, yang

menunjukkan bahwa mortar masih termasuk mortar kelas M menurut SNI 03-6882-2002.

4. Mortar dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir yang menggunakan PCC, kuat tekan umur 28 hari tertinggi

dicapai pada penggunaan 10 % tanah diatomae, yaitu sebesar 25,39 MPa melebihi kuat tekan yang dicapai bila

menggunakan semen saja. Pada substitusi 40 % semen dengan tanah diatomae dihasilkan mortar dengan kuat

tekan umur 28 hari sebesar 16,75 MPa, yang menunjukkan bahwa mortar tidak lagi termasuk mortar kelas M

menurut SNI 03-6882-2002, tetapi termasuk mortar kelas S. Untuk substitusi lainnya masih termasuk mortar

kelas M.

5. Kuat tekan campuran mortar dengan tanah diatomae 0%, 10 %, 30 % dan 40 % dengan menggunakan OPC

lebih besar dari yang menggunakan PCC. Akan tetapi, pada penggunakan 20 % tanah diatomae, kuat tekan

dengan semen PCC yang lebih tinggi untuk mortar 1:2. Sedangkan untuk mortar 1:4, kuat tekan dengan semen

PCC yang lebih tinggi dicapai pada penggunaan tanah diatomae 10 %. Mengingat harga semen PCC jauh lebih

murah dari semen OPC, maka disarankan untuk menggunakan semen PCC dengan substitusi 20 % tanah

diatomae untuk menghasilkan mortar yang lebih murah dan lebih kuat.

Page 10: STUDI KUAT TEKAN MORTAR DENGAN PENGGUNAAN …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/MT-23.pdfpondasi, sedangkan untuk konstruksi yang bersifat nonstruktural yaitu pasangan batu

MT - 194

ISBN: 978-602-60286-1-7

6. UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Rektor Universitas Syiah Kuala yang telah memberikan Hibah Laboratorium

kepada penulis sehingga riset ini dapat dilaksanakan. Ucapan terima kasih juga diteruskan kepada Sdr. Mahlil, ST,

MT, Sdr. Nasir, Amd dan Bang Razali yang telah membantu pelaksanaan eksperimen di laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, E. and Iano, J. (2008). Fundamentals of Building Construction: Materials and Methods, Wiley-VCH, Kanada

Anonim. (2012). Deposit Tanah Diatomae di Kabupaten Aceh Besar. (diakses pada tanggal 29 Januari 2018 dari

http: //www.distamben.acehprov.go.id/

Anonim. (2014). Rencana Pembangunan Infrastruktur 2014-2019. (diakses pada tanggal 29 Januari 2018 dari http:

//www.bappenas.go.id/id/

ASTM C618-17a. (2017). Standard Specification for Coal Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan for Use in

Concrete

ASTM C33-99A. (1999). Standard Specification for Concrete Aggregate

ASTM C 109/C 109M-02. (2002). Standart Test Method for Compressive Strength off Hydraulic Cement Mortars

(Using2-in. or (50 mm) Cube Specimens)

Bunganaen, W., Hunggurami, E. dan Beingala, Y. (2016). “Pengaruh Penambahan Gula Pasir terhadap Kuat

Tekan dan Sifat Kedap Air Mortar”, Jurnal Teknik Sipil Universitas Nusa Cendana, Vol. V, No. 1, 105-116

Clark, G.L. (1960). Encyclopedia of Chemistry. Reinhold Publishing Corporation, New York

Damayanti, S., dan Lestari, P. (2013). “Inventarisasi Emisi CO dari Proses Kalsinasi pada Industri semen di

Indonesia Berdasarkan IPCC Guidelines 2006, Institut Teknologi Bandung

Fragoulis, D, Stamatakis, M.G, Papageorgio, D, dan Chaniotakis, E. (2005). “The physical and mechanical

properties of composite cements manufactured with calcareous and clayey Greek diatomite mixtures”. Cement

& Concrete Composites, Vol. 27, 205–209

Hanle, L., Maldonado, P., Onuma, E., Tichy, M. and Van Oss, G.H. (2006), IPCC Guideline For National

Greenhouse Gas Inventories, Chapter 2: Mineral Industry Emission, Japan: IGES.

Rahmah., Ramlawati., dan Side, S. (2011), “Kapasitas Adsorpso Tanah Diatomae (Diatomaeceous earth terhadap

Ion Kromium (VI)”, Jurnal Chemica, Vol 12, No. 1, 60-66

Hoeve, I.B. (1984). Ensiklopedi Indonesia. Volume 6

Ismail, Mohamed Abdel K., Sam, Abdul Rahman Mohd., Sumaidi, Salahuddin Radin., Hussin, Mohd. Warid., and

Haron, Zaitun. (2008). Introduction To Civil Engineering Materials, McGraw-Hill, Malaysia.

Johnstone and Johnstone, M.G. (1961). Minerals for the Chemical and Applied Industries. New York: John Wiley &

Sons. Edisi ke 2

Kastis, D., Kakali, G., Tsivilis, S., dan Stamatakis, M.G. (2006). “Properties and hydration of blended cements with

calcareous diatomite”. Cement and Concrete Research, Vol. 36, 1821-1826

Kirk dan Othmer. (1979). Encyclopedia of Chemical Technology. fifth edition, John Wiley and Sons, New York

Rahmah, Ramlawati, dan Sumiati Side. (2011). “The adsorption capacity of Diatomeae (diatomaceous earth) on

Chromium (VI) Ion”. Jurnal Chemical Vol. 12 Nomor 1, 60 - 66

Sanchez de Rojas, M. I, J. Rivera, dan M. Frias. (1999). “Influence of the microsilica state on pozzolanic reaction

rate”. Cement and Concrete Research, Vol. 29, 945–949

SNI 03-6882-2002. (2002). Spesifikasi Mortar untuk Pekerjaan Pasangan. Badan Standardisasi Nasional

SNI 15-2049-2004. Semen Portland, Badan Standardisasi Nasional

SNI 157064-2004. (2004) Semen Portland Komposit, Badan Standarisasi Nasional

SNI 03-6825-2002. (2002). Metode Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland untuk Pekerjaan Sipil,

Badan Standardisasi Nasional

Stamatakis, M. G., Fragoulis, D., Sirik, G., Bedelean, I., dan Pedersen, S. (2003). “The influence of biogenic micro-

silica-rich rocks on the properties of blended cements” Cement & Concrete Composites, Vol. 25, 177–184