bab 1 teknologi adukan mortar

50
BAB I TEKNOLOGI ADUKAN/MORTAR 1.1 Pendahuluan Pengertian : Adukan untuk pasangan bata dan plesteran tersusun dari bahan perekat, agregat halus dan air sehingga merupakan campuran yang memiliki kelecakan (konsistensi yang enak untuk dikerjakan/ workable). Adukan untuk pengisi (grouting) mempunyai workability sangat tinggi sehingga adukan tersebut dapat mengalir dengan mudah. Bahan Adukan a. Perekat Umumnya perekat mineral, seperti : Semen Portland Kapur Kapur dan Pozolan Semen Portland dan Pozolan Semen Portland dan Kapur b. Agregat halus Pasir alam, seperti pasir alami dan pecahan batu Agregat halus buatan c. Bahan pengisi Tepung batu Bahan Pozolan

Upload: muhammad-bayu-subagja

Post on 25-Dec-2015

270 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

tekban

TRANSCRIPT

BAB ITEKNOLOGI ADUKAN/MORTAR

1.1 Pendahuluan

Pengertian :

Adukan untuk pasangan bata dan plesteran tersusun dari bahan perekat,

agregat halus dan air sehingga merupakan campuran yang memiliki kelecakan

(konsistensi yang enak untuk dikerjakan/ workable).

Adukan untuk pengisi (grouting) mempunyai workability sangat tinggi

sehingga adukan tersebut dapat mengalir dengan mudah.

Bahan Adukan

a. Perekat

Umumnya perekat mineral, seperti :

Semen Portland

Kapur

Kapur dan Pozolan

Semen Portland dan Pozolan

Semen Portland dan Kapur

b. Agregat halus

Pasir alam, seperti pasir alami dan pecahan batu

Agregat halus buatan

c. Bahan pengisi

Tepung batu

Bahan Pozolan

d. Air

1.2 Persyaratan bahan

1.2.1 Agregat

Karena ketebalan adukan dibatasi 5 – 15 mm, besar butir agregat

maksimum dibatasi 1/5 tebal adukan.

Susunan butir pasir untuk adukan, antara lain menurut ASTM sebagai

berikut:

Lubang ayakan,mm Standar ASTM Susunan butir ideal

4,8

2,4

1,2

0,6

0,3

0,15

100

95-100

60-100

35-70

15-35

0-15

100

97

84

50

27

6

Susunan besar butir yang ditetapkan dengan angka kehalusan

(FinenessModulus) berkisar antara 2,2-2,6 yang ideal dengan maksimum

2,8. Besar butir ideal 2,4 mm.

Untuk mendapatkan workability yang baik, sebaiknya : antara ayakan 0,6-

0,3 mm kurang lebih 15 % dan antara ayakan 0,15-0,075 maksimum 10 %.

Agregat harus keras antara lain mengandung silika dalam jumlah besar.

Agregat harus bersih jika mengandung butiran halus (< 0,075mm) dibatasi

maksimum 5%, karena jika terlalu banyak maka penyusutan menjadi besar

; bersih dari zat organik agar tidak mengganggu rekatan dengan bahan

perekat.

Butiran halus (< 0,3 mm) sebaiknya lebih besar dari 20 % sedangkan

butiran kasar harus sedikit.

1.2.2 Perekat

Harus sesuai dengan :

Jenis bahan / komponen bahan bangunan yang direkatkan

Kekuatan yang harus dicapai

Iklim dan cuaca dimana bangunan ditempatkan.

Penampakan yang diinginkan

Persyaratan mutu sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan

Jenis-jenis perekat mineral yang digunakan untuk adukan antara lain :

Semen Portland, semen Portland Pozolan, semen Pozolan kapur, semen

adukan/masonry cement,kapur padam

1.2.3 Air

Persyaratan umum air harus bersih dan dapat diminum. Apabila tidak

memungkinkan, dapat dipakai air yang tidak menurunkan kekuatan

adukan. > 10% dari adukan yang dibuat dengan air bersih.

1.2.4 Bahan tambah

Serbuk halus

Untuk membuat adukan lebih lecak/plastis (berfungsi sebagai plastimen.

Bahan dati gilingan batu ataupun yang lain [tras, semen merah] yang tidak

memberikan dampak negatif [retak akibat susut muai tinggi]), bersih dan

kekal.

Admixture

Sebaiknya pemakaian admixture dipertimbangkan dengan baik karena

sifat mortar tidak seperti halnya beton dalam kebutuhan terhadap

admixture.

1.3 Jenis adukan

Jenis adukan dapat digolongkan menurut :

1.3.1 Menurut perekatnya :

PC , pasir , air

Kapur, pasir, air

PC, kapur, pasir, air

Kapur, tras, pasir, air

1.3.2 Menurut sifatnya

Aduk rapat air (trasraam) : tidak menyerap air, mencegah rembesan air

masuk ke tembok

Aduk biasa : tanpa penekanan sifat tertentu

Kedua macam adukan diatas dapat berupa

Aduk pasangan untuk merekatkan bata atau batako

Aduk plesteran untuk menutup permukaan atau meratakan permukaan

tembok

Dalam pembuatan dinding tembok bata tergantung antara lain dari :

Sifat dari adukannya

Sifat bata yang dipakai

Cara kerja dalam pemasangan bata

Adukan untuk pasangan harus memiliki sifat

Cukup plastis sehingga mudah dikerjakan

Menghasilkan rekatan yang baik antara aduk dengan pasangannya

Menghasilkan rekatan yang baik antara bata dengan bata

Dapat mengisi celah-celah antara bata dengan rapat dan merata, mencegah

masuknya air dan memberikan kekuatan yang merata.

Susunan campuran (komposisi) antara aduk pasangan dan plesteran dapat

dibuat sama ataupun berbeda, tergantung dari sifat bahan dan tujuan pemakaian

tembok tersebut

1.4 Perbandingan campuran

Sebaiknya dalam perbandingan berat, karena perbandingan dan jumlah

bahan dapat dijaga tetap sehingga mutu adukan seragam.Namun perbandingan

volume masih banyak dijumpai, karena lebih mudah, volume pekerjaan relatif

kecil dan bukan pekerjaan struktural.

Dalam buku analisa BOW, pedoman angka bahan adukan sebagai berikut:

Jenis bahan Kadar padat tiap bagian

bahan

Kebutuhan air untuk tiap

bagian

Kapur padam 0,325 bagian volume 0,225 bagian volume

PC 0,51 bagian volume 0,25 bagian volume

Tras alam 0,48 bagian volume 0,25 bagian volume

Semen merah 0,57 bagian volume 0,175 bagian volume

Pasir biasa 0,58 bagian volume 0,175 bagian volume

Berpedoman angka diatas, misalnya adukan dengan 1 PC : 3 pasir, didapat:

1 x 0,51 + 1 x 0,25 + 3 x (0,58 + 0,875) = 3,025 bagian volume adukan

Angka tersebut dapat berubah-ubah, bila:

Cara pengisian tidak seragam

Kadar air bahan berubah

Kehalusan bahan berubah

Bahan yang halus dan kering beratnya tiap bagian volume lebih kecil dari

bahan yang kasar.Perbandingan campuran bahan dapat juga dilakukan sesuai

tujuan penggunaannya.

Susunan campuran adukan harus memenuhi sebagian atau seluruh kriteria

dibawah ini.

Kekuatan, disesuaikan dengan:

a. Jenis komponen bangunan yang akan direkatkan.

b. Daya rekat yang dibutuhkan.

c. Kekuatan konstruksi yang dibuat.

Workability, disesuaikan dengan:

a. Jenis komponen bangunan

b. Cara pengerjaan

c. Besar/kecilnya pengerjaan

c. Suhu, tingkat penguapan

Penggunaan, disesuaikan dengan:

Untuk apa adukan tersebut dibuat, seperti: pasangan, plesteran, adukan

kedap air, dan sebagainya.

1.5 Sifat adukan segar

Sifat penting untuk menghasilkan pasangan bata yang baik antara lain:

lecak, enak dikerjakan, plastis, dapat menahan air, memiliki kekuatan rekatan

yang cukup baik, stabil/tidak banyak berubah volumenya, tahan lama dan

memberikan penampilan yang baik.

Apabila syarat-syarat bahan dan cara pengerjaannya dipenuhi, biasanya

hasilnya akan memuaskan.Namun, sifat konstruksi yang dibuat, pertimbangan

biaya dan sebagainya, tidak semua sifat tersebut harus dipenuhi untuk

mendapatkan hasil yang ekonomis. Beberapa sifat adukan segar perlu diketahui

sebagai berikut :

a. Kelecakan/ konsistensi

Kelecakan tergantung dari jumlah air pencampur. Jumlah air yang tepat

dinyatakan sebagai konsistensi normal diukur dengan alat tertentu, dimana mortar

memiliki derajat kecairan tertentu.. Sifat lecak berhubungan dengan kemudahan/

enak untuk dikerjakan. Kelecakan yang diukur dengan meja alir (flow table)dari

ASTM dilakukan sebagai berikut : Buat adukan dengan perbandingan sesuai

kebutuhan. Tambahkan air pencampur secara coba-coba berkisar 50% dari berat

semen. Campuran diaduk menggunakan mesin pengaduk sesuai dengan

prosedur.Adukan dicetak diatas meja alir, kemudian tuas pada meja alir diputar

sehingga meja alir terangkat dan terbanting selama 15 detik sebanyak 25 ketukan.

Pelebaran adukan diukur dengan jangka sorong khusus pada tempat yang telah

ditentukan. Konsistensi normal adalah rata-rata dari empat kali pengukuran,

dinyatakan dalam persen. Menurut ASTM, adukan dinyatakan mempunyai

konsistensi normal jika pelebarannya 110 5 %.

b. Keplastisan dan kemudahan dikerjakan (plasticity & workability)

Kemudahan dikerjakan diartikan sebagai mudah untuk diaduk dengan

sendok tukang batu, dipasang diantara bata, tanpa banyak bahan yang jatuh/ lepas.

Sifat ini banyak dipengaruhi oleh kelecakan, daya menahan air, dan plastisitas

yang dipengaruhi juga oleh sifat bahan perekat dan kehalusan agregat.

Mortar yang mudah dikerjakan, biasanya juga bersifat plastis. Sifat ini

sukar diukur secara kuantitatif. Apabila plesteran tembok tidak enak untuk

dikerjakan, tidak lecak dan tidak plastis, maka plesteran akan mudah lepas dari

bidang plesterannya.

c. Sifat dapat menahan air(Water Retentivity)

Sifat dapat menahan air (Water Retentivity) berarti setelah adukan

ditambah air, ia mampu untuk menahan air tersebut selama beberapa saat untuk

memberikan kesempatan bagi adukan mengeras tanpa terlepas. Sifat ini

dipengaruhi oleh jumlah butiran halus, serta pembentukan gel dari bahan perekat.

Air yang dicampur ke adukan akan melekat pada butir-butir agregat dan

perekat sebanding dengan jumlah permukaannya. Hal ini dipengaruhi juga oleh

daya kohesi dan adhesinya terhadap air.

Butiran semen atau kapur padam jika terkena air akan membentuk gel

yang bersifat tixotropik, yang akan menahan air bila tidak ada gaya dari luar,

jumlah air tidak berlebihan, dan tidak tejadi perubahan kimia pada gel tersebut.

Air yang diserap akan membentuk massa yang keras. Setelah itu sifat tixotropik

hilang dan adukan mengeras. Pada kapur padam sifat tixotropik lebih lama karena

reaksi kapur dengan udara atau dengan agregat lebih lama. Bila dalam adukan

mengandung partikel halus seperti lumpur atau tanah maka sebagian partikel

membentuk koloid yang menahan air juga dan air yang diserap tersebut akan

terlepas bila udara sekelilingnya kering.

Partikel agregat yang kasar, menyerap air lebih sedikit karena luas

permukaan kecil serta daya kohesi dengan air relatif kecil terutama jika

butirannya padat dan keras sehingga cenderung untuk lebih mudah terjadi

bleeding.

Sifat dapat menahan air ini diuji di laboratorium dengan mengukur

perbedaan kelecakan adukan sebelum dan sesudah diisap airnya. Misalnya

sebelum diisap flownya 100 dan sesudah diisap dengan besarnya isapan 5cmHg =

85 maka nilai retentivitasnya = 85 x 100% = 85%

100

Makin kecil nilai retentivitas adukan kurang baik karena mudah untuk

bleeding. ASTM C 270 mensyaratkan nilai retentivitas minimum 70%. Nilai

retentivitas adukan harus sebanding dengan besarnya daya serap air bata agar daya

lekat dan proses pengerasan adukan berjalan sempurna.

Untuk mencapai workability yang baik, yaitu dapat dikerjakan dengan

baik, diratakan (difinishing) dengan baik dan mempunyai retentivitas yang sesuai,

dapat dicapai dengan :

Modifikasi bahan perekat

Penambahan bahan reaktif atau bahan pengisi

Retentivitas dibuat lebih baik sehingga adukan dapat dipertahankan lebih

lama

Modifikasi agregat halus dan pengisi.

Adukan juga harus mempunyai penyusutan serendah mungkin yang dapat

dicapai antara lain dengan modifikasi semen.

d. Daya serap air bata (suction rate)

Diartikan sebagai kemampuan permukaan bata untuk menyerap air pada

menit pertama bata tersebut bersentuhan dengan air. Untuk bata dengan ukuran

standar sebaiknya daya serap air lebih kecil dari 20 gr/dm2/menit.

Untuk memperoleh kekuatan ikatan yang baik harus diseimbangkan antara

daya serap air bata dan retentivitas adukan.

e. Daya rekat ( bond strength)

Merupakan sifat yang penting karena menentukan kekuatan pasangan

tembok. Daya rekat ditentukan oleh :

1. Jenis adukan

2. retentivitas adukan

3. daya serap air bata

Daya rekat yang kurang baik mempengaruhi ketahanan konstruksi tembok

terhadap gaya-gaya horisontal (angin, dll), serta ketahanan tembok terhadap

rembesan air.

Untuk mendapatkan daya rekat yang baik antara adukan dengan bata

perlu diperhatikan hal-hal berikut :

Daya serap air bata hendaknya antara 10-20 gr/dm2/menit

Untuk bata yang daya serapnya tinggi, agar direndam dulu dalam air

supaya tidak menyerap air dari adukannya, serta mencuci debu yang

melekat pada permukaan bata.

Bila tembok dibuat dari bata tras kapur, jangan direndam air cukup

dibasahi permukaannya sebelum dipasang.

Aduk yang terbuat dari campuran PC + kapur padam + pasir lebih baik

daya rekatnya karena aduk jenis ini memiliki kelecakan (keplastisan) dan

workability yang baik.

Aduk yang mengandung tras halus atau pasirnya banyak mengandung

lumpur, memiliki daya rekat lebih baik.

Adukan yang memiliki angka flow 100% berdaya rekat lebih baik dari

yang kering. Oleh karena itu jangan menggunakan adukan kering.

Ketebalan adukan sebaiknya 10 mm.

Untuk mendapat daya rekat yang baik, bidang tembok yang akan diplester

dikasarkan dulu dengan aduk cair PC + pasir, tunggu sampai mengeras,

basahi dulu baru diplester

1.6 Sifat adukan keras

a. Kekuatan adukan

Adukan harus mempunyai kekuatan, dinyatakan sebagai kuat tekan yang

sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Hal ini dapat dipenuhi dengan :

Modifikasi perekat

Modifikasi agregat

Susunan campuran / jenis adukan

Kekuatan perlu bagi konstruksi tembok, karena dapat membantu menahan

gaya-gaya samping (horisontal ). Dari segi kekuatan, adukan digolongkan menjadi

1. Adukan dengan kekuatan sangat tinggi.

Untuk memikul beban langsung. Adukan berfungsi monolit dengan

bagian konstruksi yang bersangkutan

2. Adukan berkekuatan tinggi.

Untuk memikul beban konstruksi dan mempunyai ikatan cukup kuat

terhadap bagian konstruksi yang diberi adukan

3. Adukan berkekuatan sedang

Untuk penggunaan luar (eksterior) dimana adukan akan berhubungan

terus menerus dengan air, gas, cuaca panas/ dingin, lumut, dsb, serta

untuk interior

4. Adukan berkekuatan rendah.

Untuk konstruksi yang tidak memikul beban dan terlindung dari

pengaruh cuaca.

5. Adukan berkekuatan sangat rendah.

Untuk bagian konstruksi di dalam dan terlindung dari pengaruh cuaca.

Sifatnya hanya sebagai pengisi, misalnya partisi.

Kuat tekan adukan ditentukan dengan cara uji yang sama dengan uji kuat

tekan semen Portland.

Syarat kuat tekan adukan

ASTM C 270 membagi adukan dalam kekuatan (dalam perbandingan

volume) sebagai berikut

Tipe Adukan Komposisi Kuat TekanPsi, kg/cm2

Tipe M 1 PC : min 21/4 pasir1semen tembok: 1/4kp: min 21/4 pasir

2500 psi 172 kg/cm2

Tipe S 1/2 PC : 1semen tembok:maks 3 pasir1PC : 1/4-1/2 kp : maks 3 pasir

1800 124

Tipe N 1semen tembok : pasirsama dengan volume semen &kapur1 PC : 1/2-11/4 kapur : pasirsama dengan volume semen &kapur

750 52

Tipe O 1 semen tembok : pasir tidak dibatasi1 PC : 11/4-21/2 kapur : pasir tidak dibatasi

350 24

Tipe K 1 PC : 21/2 kapur : pasir tidak dibatasi

75 5

Menurut spesifikasi Inggris dibagi dalam 5 kelas (dalam perbandingan volume) sbb :

Mutu adukan

Kapur pasir

Semen kapur pasir

Semen pasir

Semen pasir&bahan pembantu

Semen tembok pasir

Kuat tekan N/mm2)

7hr 28hr1 - 1 : 1/2 : 3 1:3 - - 7,0 11,02 - 1:1/2:41/2 - 1:4 1:3 3,5 5,53 - 1:1:(5-6) - 1:6 1:41/2 1,0 2,54 1:2 1:2:(8-9) - 1:(7-8) 1:6 0,7 1,05 1:3 1:3:(10:12) - 1:8 1:7 - -

Di Indonesia belum ada syarat kekuatan, tetapi untuk konstruksi tertentu,

dianjurkan untuk menggunakan jenis campuran seperti tercantum dalam Peraturan

Bangunan Nasional 1977, sbb (dalam perbandingan volume):

PC Tras Semen Merah

Kapur padam

Pasir Tujuan Pemakaian

--------11

--1111-

----1121--

-----

11

1112------

-1---

--

11131

11/2

11--

11---

-1

1234355524

21234

43

Aduk PerekatPondasi konst.berat rumah biasa sederhanaDinding rumahPondasi rumah sederhanaDinding rumahTrasraam dindingPondasi rumah

PlesteranDinding lama/ baruDinding baruTrasraamLantaiAnyamanbambu/kawatDekat lautDinding

Selain itu pasangan untuk dinding bata tras kapur sekurang-kurangnya

harus sama dengan kekuatan batanya, seperti : 1kp : 5 tras atau 1/2 PC : 1kp :

7pasir.

b. Modulus elastisitas

Pada pekerjaan bata yang dibebani secara vertikal yang penting bukan

kekuatan tekan tetapi modulus elastisitas yang menentukan beban tekuk pada

tembok tersebut.

c. Modulus patah

Jika dinding tembok dibebani lentur murni oleh

gaya-gaya yang melintang dari sisi tembok, maka

modulus patah akan menentukan ketahanan tembok

terhadap gaya-gaya yang melintang.

Kekuatan tarik dan daya rekat penting untuk

menilai modulus patah tersebut. Modulus patah tinggi

dapat diperoleh dari bata yang memiliki daya serap

5-30 gr/dm2/menit dengan retentivitas adukan yang seimbang.

d. Kekekalan bentuk

Akibat basah dan kering , dingin dan panas,

adukan dapat berubah bentuk terutama memanjang

dan menyusut. Apabila pengembangan dan

penyusutan besar maka rekatan adukan akan

mudah lepas atau retak-retak. Adukan yang gemuk,

terlalu banyak butiran halus/ lumpur memiliki susut

muai besar dan mudah retak. Susut muai adukan harus

sesuai dengan batanya agar mempunyai kekekalan

bentuk yang baik.

1,7 Yang harus diperhatikan

Yang harus diperhatikan dalam pembuatan adukan, adalah :

1 Pencampuran merata

2 Kadar air jangan berlebihan

3 Gradasi dengan besar butir maksimum yang sesuai

4 Workability sesuai dengan teknik pemasangan

5 Perawatan secara sempurna.

1.8 Macam-macam produk bata

a. Terdiri dari :

1. Bata merah/ bata tanah liat dibakar :

Bata pejal

Masif atau kalau mempunyai lubang , tidak lebih dari 15%

Bata berlubang

Jumlah luas penampang lubang antara 15% - 35%

Bata berongga/ bata kerawang/ hollow brick

Jumlah luas penampang lubang antara 35% - 75%

2. Bata tidak dibakar :

Bata jenis ini dibuat pejal dan berongga, terdiri dari :

Bata tanah stabilisasi

Bata tras kapur/ Batako

Bata beton

b. Ukuran bata

1. Bata merah/ bata tanah liat dibakar :

Bata pejal - Bata M6 : 230 x 110 x 55mm

- Bata M5a: 190 x 90 x 65mm

- Bata M5b: 190 x190 x 65mm

Bata berlubang- panjang 200,220,240,300mm

- lebar 105,115 ( untuk panjang 200-240mm)

175 untuk panjang 300mm

- tebal 52, 71, 115 mm

2. Bata tidak dibakar :

Ukuran tebal - 400 x 200 x 200 mm

Ukuran tipis - 400 x 200 x 100 mm

Pada kenyataannya ukuran masing-masing direduksi 10mm. Untuk bata berlubang

tebal minimum dinding sel/ rongga bata 20mm untuk bata dengan ketebalan 100

mm dan 25 mm untuk untuk ketebalan 200mm.

c.Kuat tekan bata

1. Bata merah/ bata tanah liat dibakar :

Bata pejal

Terbagi 6 tingkat mutu : 25, 50, 100, 150, 200, dan 250 kg/cm2

Bata berlubang

Terbagi 5 tingkat mutu : 50, 100, 150, 200, dan 250 kg/cm2

2. Bata tidak dibakar

Tingkat mutu bataSifat fisis Bata beton pejal Bata beton berlubang

I II III IV I II III IV Kuattekanbruto,min. Rata2kg/cm2

Kuat tekan bruto masing2 bendauji min.kg/cm2

Penyerapan air rata2,maks%

100

90

25

70

65

35

40

35

-

25 70

21 65

- 25

50

35

35

35

21

-

20

17

-

Syarat bata tras kapur

I II III I II III

Pejal Berlubang

d. Ikatan pasangan bata

Untuk mendapatkan ikatan pasangan yang baik harus selalu diingat bahwa

siar sambungan vertikal tidak merupakan garis lurus. Untuk bata ukuran besar

(bata beton atau bata berlubang) pasanagn ikatan bata umumnya disebut ikatan

memanjang, dimana siar vertikal berada ditengah panjang bata (strescher bond).

Untuk bata ukuran kecil seperti umumnya bata merah ada ikatan memanjang dan

ada ikatan silang atau ikatan palang (cross bond) dimana siar vertikal satu sama

lain berselang keatas, dalam jarak 1/2 bata.

Untuk mendapatkan pasangan bata yang kuat, perlu diperhatikan hal sbb:

Usahakan agar jumlah sambungan sesedikit mungkin

Seandainya bata harus dipotong usahakan ukuran yang umum misalnya 1/2

bata

1.9 Sifat-sifat pasangan bata

Karena sifat fisis dari elemennya, perencanaan pembuatan besar

pengaruhnya terhadap sifat pasangan bata, maka sifat pengerjaan, sifat aduk

pasangan dan rencana konstruksi pasangan bata menjadi penting dan berkaitan

satu sama lain .

Beberapa sifat yang penting antara lain :

a. Kuat tekan dan kuat lentur

Kedua macam gaya ini menyatu menjadi gaya vertikal dan gaya

horizontal. Beban vertikal biasanya tidak melebihi 7 kg/cm2 maka adukpasangan

dengan kuat tekan antara 52,5 sampai 175 kg/cm2 sudah mencukupi. Ketahanan

terhadap gaya yang bekerja tersebut dipengaruhi oleh elemen pembentuknya, cara

pengerjaan, sifat adukan, luas penampang pasangan, dan keteraturan ukuran bata

serta aduk siarnya. Sehubungan dengan itu beberapa hal perlu diperhatikan sbb:

Siar adukan 10mm dan tidak lebih dari 14mm. Untuk bata besar tidak

lebih dari 18mm.Untuk bata kapur tras/ batako kekuatan adukan harus

sama dengan komposisi pembuatan bata misalnya 1kp +(4-6) tras atau 1/2PC +1kp + 3 pasir.

Dinding tidak memikul beban dapat memakai bata dengan kekuatan 25

kg/cm2. Tebal dinding min.1/2bata.Luas dinding interior tidak lebih

dari12m2 dan dinding eksterior tidak lebih dari 6 m2. Jika lebih maka harus

diberi penguat (pilar/rangka beton)

Untuk dinding memikul beban dipakai bata dengan kekuatan 50 kg/cm2

keatas. Untuk bata merah sebaiknya ukuran M5b dan tebal dinding min. 1/2

bata. Untuk bata beton tebal min.15cm untuk bata pejal dan 20cm untuk

bata berlubang. Tinggi dinding tidak lebih dari 12m. Jika lebih maka tebal

dinding min.30cm, pada tiap jarak 2,5 m diberi penguat 20x30cm.

b. Pengaruh basah kering

Besarnya susut muai bata dipengaruhi oleh bahan pembuatnya. Bata yang

berpori dapat mengakibatkan naiknya air tanah ke tembok sehingga menjadi

lembab. Jika air tanah mengandung sulfat tembok akan cepat rusak. Unuk

mencegah hal tersebut dapat dibuat aduk rapat air

c. Susut muai

Susut muai bata berkisar 31-33x10-4 inci/ F.Sebagai perbandingan susut

muai beton sebesar 604 x 10-5 inci/ F (separuh dari bata). Walaupun sangat kecil

sebaiknya panjang dinding maksimum 30 m dan dilengkapi dengan siar

sambungan/ expansion joint.

d. Pengaruh suhu tinggi

Pasangan bata tanah liat lebih tahan terbakar daripada bata

beton.Walaupun demikian untuk pemakaian tahan api sebaiknya menggunakan

bata yang khusus untuk itu, seperti bata samot yang diaduk dengan semen tahan

api, karena perubahan panas dan dingin yang ekstrim akan menyebabkan bata

biasa mudah retak.

Bata dari semen kurang tahan suhu tinggi lebih dari 300C dan akan

hancur karena terhidrasi sepenuhnya pada suhu 900C. Dalam uji ketahanan

terhadap kebakaran pasangan dinding disembur api hingga suhu 600Cselama

waktu tertentu setelah itu disembur air. Kerusakan pada permukaan dinding, misal

pengelupasan, diamati. Derajat ketahanan kebakaran pengujian untuk bata tanah

liat sebenarnya lebih dari 10 jam walaupun yang dipakai 4 jam.

e. Kemampuan menyekat panas.

Sifat menyekat panas yang perlu diketahui ialah kemampuan dinding

untuk menahan panas pada bagian muka sedangkan pada bagian dalam

tidak –atau kecil- dipengaruhi panas.Makin tinggi sifat menyekat panas

berarti makin tinggi kemampuan dinding menyimpan panas dan makin

rendah panas yang diserap.Pengukuran akan daya menahan panas ini

disebut Waktu tertahan (Time lag).Contoh : Bila bagian luar dinding suhu

tertinggi dicapai jam 13.00 dan bagian dalam jam 18.00 maka waktu

tertahan = jam 18.00 – jam 13.00 = 5 jam.

1.10 Pekerjaan Plesteran

Plester bagian luar dari sebuah bangunan harus awet serta dapat menahan

rembesan air dari luar secara merata dan tahan terhadap serangan cuaca.Selain itu

harus memperlihatkan warna dan pola permukaan yang menarik.

Untuk menghasilkan plesteran yang awet dan bebas dari retak-retak

sebaiknya diperhatikan hal berikut :

Teknologi serta peralatan yang tepat.

Sifat dari bahan plesteran

Sifat dinding yang akan diplester

Pekerjaan plesteran harus direncanakan dengan memperhatikan antara lain :

1 Teknologi dan alat-alat yang digunakan dalam plesteran

Pekerjaan dilakukan dalam 3 tahap yaitu melemparkan aduk

ketembok dengan sendok aduk, meratakan dengan roskam dan

membersihkan dengan gerakan melingkar menggunakan bilah

penggaris.

2 Sifat bahan plesteran

Perhatikan pemakaian kapur yang belum terbakar sempurna

ataupun sudah terbakar lewat.

3 Lapisan plesteran

Jumlah lapisan ideal dua lapis dengan ketebalan10-15mm tiap

lapisnya

4 Daya isap permukaan yang diplester

Keseragaman daya isap harus dicapai oleh tembok dengan

membasahi bata sebelum dipasang, danmembasahi permukaan

yang akan diplester.

1.11 Kerusakan pada plesteran

Yang sering dijumpai adalah :

Retak-retak serta ikatan yang lemah

Retak-retak akibat diskontinuitas

Melepuh atau menggembung

Permukaan yang tidak rata dan tidak teratur

Berlubang-lubang

Permukaan yang berlubang-lubang menjadi basah

Lunak dan banyak mengandung butiran kapur

Alur atau lekuk memanjang dalam plesteran

Kerusakan pada bagian luar akibat pengaruh cuaca

1.12 Bahan baku bahan bangunan dari semen/betonYang dimaksud adalah bahan bangunan yang dibuat menggunakan perekat

hidrolis baik dicetak dipabrik (pracetak) maupun ditempat(insitu). Ditinjau dari

berat volumenya, bahan bangunan semen/ beton dibagi menjadi 2 kelompok

besar:

Bahan bangunan beton berat: berat volume > 1.200 kg/m3

Bahan bangunan beton ringan: berat volume < 1.200 kg/m3

Bahan bakunya menggunakan bahan dasar adukan, sebagai berikut

1. Bahan perekat, terdiri dari gips, kapur padam, semen Portland, semen

alumina, dll

2. Agregat, terdiri dari

Agregat anorganik alam, seperti tanah, tanah yang bersifat

tras/pozolan, pasir dan batu alam, batu apung, serat asbes, dll

Agregat anorganik buatan, seperti terak tanur tinggi, artificial light

weight aggregate (ALWA), serta fly ash dan sisa bakaran batu bara,

dsb.

Agregat organik, seperti pulp, limbah kayu, limbah industri ,misalnya

serat majun dari limbah industri tekstil, limbah pertanian, serat sisal,

jute dari industri karung goni, serat ijuk sabut kelapa, sekam padi, dsb.

3. Bahan pengisi

4. Air

5. Bahan tambah

Untuk keperluan khusus dapat menggunakan bahan tambah untuk

beton. Yang banyak digunakan jenis tanah dan pigmen. Pigmen

sebaiknya oksida logam. Untuk bahan bangunan yang berpori kecil

misalnya beton gas/ beton busa bahan tambah yang dipakai

pembentuk busa, misal serbuk alumunium atau hydrolyzed albumin

yang dicampur dengan agregat, air dan perekat lalu diaduk kemudian

dicetak.Tanah yang bersifat pozolan dapat dijadikan agregat atau

bahan tambah.

1.13 Proses pembuatan

A. Unsur bangunan berbentuk bata/ blok

1. Bata tanah stabilisasi

Bahan utama :

Tanah yang distabilisasi dengan PC atau kapur. Tanah yang baik

mengandung lempung 10%-35% sisanya tanah mengandung pasir.

Pembuatan

Tanah dikeringkan lalu diayak dengan ayakan < 5mm

Dicampur dengan PC/ kapur lalu diaduk kering

Tambahkan air sampai mencapai ‘moisture density’maksimum lalu

dipadatkan dan dicetak

Disusun ditempat terlindung, jaga agar tetap lembab.

Dipasarkan.

Contoh komposisi campuran (dalam perbandingan berat)

Tanah : kapur = 3 : 1

Tanah : pasir : kapur = 1 : 2: 1/2

Tanah : pasir :kerikil : kapur = 3 : 2 : 1 : 1

Tanah : PC = 10 : 1

Tanah : pasir : PC = 8 : 2 : 1

Tanah : pasir :kerikil : PC = 9 : 3 : 6 : (2atau1)

Pemakaian

Karena kurang tahan air apabila dipakai ditempat yang berair atu kaki

tembok dilindungi dengan aduk rapat air/trasraam.

2. Bata tras kapur/ batako

Sejenis dengan bata tanah stabilisasi hanya tanahnya bersifat pozolan. Agar

hasilnya baik, kehalusan tras alam sebagai berikut :

a. Untuk bata pejal :

Butir halus < 0,3 mm 30 – 60 %, harus bersifat aktif

Besar butir maksimal = 1 / 4 tebal bata atau maksimal 10 mm.

b. Untuk bata berlubang :

Butir halus < 0,3 mm 30 – 60 %

Besar butir maksimal 2 / 3 tebal dinding tertipis bata, atau minimal tebal

dinding 25 mm.

Komposisi :

Komposisi yang baik 1 kp : 4 – 6 tras alam = kuat tekan + 70 kg/cm2

Adukan lebih kurus 1 kp : 8 tras alam = kuat tekan 15 – 25 kg/cm2

Sama seperti bata tanah stabilisasi dicetak dengan alat sederhana pres

ungkit Cinva Ram, dan dirawat di tempat teduh dan dijaga agar tetap lembab.

Sifatnya tidak rapat air, penyerapan tinggi, susut muai besar sehingga

harus dipakai di tempat dimana perubahan basah kering tidak terlalu basah.

Apabila trasnya baik, tahan air kotor, kekuatan akan meningkat jika

ditempatkan di tempat yang basah, tetapi perlu dilindungi dengan aduk rapat

air atau trasraam.

3. Bata Beton / Conblock

Bahan :

PC, agregat anorganik mineral (pasir dan kerikil) serta air

Syarat agregat sama dengan syarat untuk beton biasa, hanya besar butir dan

gradasinya tersendiri sebagai berikut :

Butir maksimal 10 mm untuk bata pejal dan 2 / 3 tebal dinding tertipis untuk

bata berlubang

FM 3,45 – 3,70 maksimal 4,25

Susunan butir, antara lain sebagai berikut :

Agregat alam Agregat buatan

Tertahan di 12,5 mm Nihil Nihil

10 0 – 5 % 0 – 5 %

4,8 20 – 30 % 16 – 28 %

2,4 10 – 23 % 21 – 29 %

1,2 10 – 20 % 16 – 24 %

0,6 10 – 20 % 11 – 19 %

0,3 10 – 20 % 6 – 14 %

0,15 5 – 15 % 3 – 9 %

Lolos 0,15 1,5 – 10 % 3 – 9 %

Faktor air semen berkisar 0,4 – 0,5. Jika dicetak dengan getaran maka fas

dengan agregat padat 0,33 – 0,35. Agregat ringan 0,35 – 0,38.

Perbandingan campuran :

Agregat alam :

Ps dan kerikil alam = 1 PC : 8 – 12 agregat

Pecahan batu kapur = 1 PC : 7 – 12 agregat

Pecahan terak tanur tinggi = 1 PC : 8 – 12 agregat

Agregat ringan :

Sisa bakaran bata / cinder = 1 PC : 6 – 8 agregat

Lempung belah = 1 PC : 6 – 9 agregat

Batu apung / pumice = 1 PC : 4 – 6 agregat

Expanded slag = 1 PC : 5 – 7 agregat

Untuk bata lantai / paving block = 1 PC : 4 – 6 agregat / pasir

Pencampuran :

Sama dengan untuk beton, atau pengaduk berputar / rotary blade mixer.

Untuk agregat padat : Agregat dan semen diaduk kering, baru ditambah

seluruh air pengaduk.

Untuk agregat ringan : Agregat dulu, tambah 2 / 3 air, aduk, tambah air

semua.

Pencetakan :

Sebaiknya digetar dengan frekuensi 1500 rpm selama 30 detik.

Perawatan :

Dalam cetakan 1 hari, setelah itu 21 hari atau 7 hari dengan tekanan uap

rendah, atau 12 jam dengan tekanan 8 atm.

Pemakaian :

Untuk dinding, balok, elemen prategang, lantai (paving block).

4. Bata kapur pasir

Tidak dibuat di Indonesia.

Bahan :

Kapur padam/tohor 4%-10%, pasir dengan silika 85%, min.85%, air

sampai adukan lembab dan pewarna maksimum 2 %.

Pembuatan

Kapur dan pasir digiling halus dalam ballmill 0,1mm

Ditambah sedikit air, diaduk

Dicetak dengan alat pres yang bertekanan 500-600 kg/cm2

Setelah dicetak, dikeraskan dengan auto clave bertekanan tinggi (10 – 17

atm) selama 8 – 12 jam.

Autoclave didinginkan, bata langsung dapat dipakai dengan kuat tekan 380

– 350 kg/cm2 dan berat jenis > 1800 kg/m3.

5. Beton Gas (Celcon / Hebel)

Disebut juga beton busa / foamed concrete atau beton cell (cellular concrete)

adalah beton yang mengandung gelembung-gelembung udara halus yang

tersebar merata.

Bahan :

Kapur padam, pasir silika halus dan bubuk atau tepung alumunium 100

gr atau 300 gr untuk setiap M3 beton dengan berat isi 0,32 atau 0,96 kg/dm3

Pembuatan :

Kapur padam dan pasir silika dicampur.

Tambahkan tepung alumunium dalam keadaan kering.

Tambahkan air sampai menjadi bubur agak cair.

Masukkan ke cetakan baja 1 / 2 – 1 / 3 volume cetakan.

Adonan akan mengembang karena reaksi kapur dan alumunium menjadi

H2. Kemudian tunggu sampai cetakan penuh.

Masukkan ke dalam autoclave + 1700C dengan tekanan 8 – 14 atm selama

8 – 12 jam.

Setelah dingin, blok beton busa dipotong sesuai ukuran yang dibutuhkan.

Bahan dapat diganti kapur dengan PC dan pasir dicampur dengan fly ash.

Sifat :

Ringan, susut muai kecil

Kuat tekan 70 – 100 kg/cm3

Daya serap air kecil, meskipun berpori, karena seolah disekat oleh busa

Mempunyai daya isolasi suara dan panas yang baik karena adanya pori-

pori

Mudah digergaji dan dipaku

B. Unsur Bangunan Berbentuk Kepingan / Ubin

1. Ubin Semen dan Ubin Teraso

Yang membedakan adalah lapisan kepala, dimana ubin ini dibuat tiga lapis :

lapisan kaki, lapisan badan dan lapisan kepala.

Bahan :

Semen Portland biasa (tipe I), bila lapisan kepala akan diberi warna,

dipakai semen putih.

Pewarna / pigmen oksida logam.

Agregat :

Untuk lapisan kaki : Pasir harus baik, besar butir maksimal 1 / 5 tebal

lapisan. Untuk ubin semen dengan tebal 20 mm dan tebal lapisan kaki 15

mm, besar butir maksimal 3 mm. Untuk ubin teraso, tebal lapisan kaki 2 / 3

tebal ubin dan butir maksimal juga 1 / 5 tebal lapisan.

Untuk lapisan badan antara : Pasir halus yang digiling bersama-sama

semen 1 PC: 4 pasir halus.

Untuk lapisan kepala ubin teraso, agregat dari batu pecah 3, 5, 10 mm atau

pecahan kulit siput laut yang tebal diayak 10 – 20 mm (disebut juga

teralux).

Pembuatan :

a. Pencampuran bahan :

Lapisan kaki : 1 PC : 4 – 6 pasir dengan air sedikit.

Lapisan antara : 1 PC : 2 – 4 pasir digiling sampai 80 mesh dengan tebal 3

– 5 mm, untuk menambah kuat lentur ubin.

Lapisan kepala :

- Ubin semen biasa : Bubur semen cair, semen yang diberi air sampai

lembab.

- Ubin teraso dengan agregat banyak : 1 PC : 6 – 8 bubuk teraso

dengan kelecakan seperti beton.

b. Pencetakan :

Pada alas ditaburkan lapisan kepala, antara, dan terakhir lapisan kaki

Di pres dengan tekanan 40-60 disimpan untuk manual dan 100-200 kg/cm2

jika menggunakan mesin

Dikeluarkan dari cetakan, taruh ditempat lembab selama 24 jam

c. Perawatan :

cara sederhana dengan rendaman 3-7 hari kemudian disimpan

di tempat lembab2-3 minggu

cara dipercepat dengan diberi uap dan tekanan rendah selama 12 jam

Di poles supaya rata.Untuk ubin teraso, pemolesan setelah dipasang

minimal 3 hari

Sifat-sifat:

Kuat lentur min.25 kg/cm2 (kelas III); 30 kg/cm2 (kelasII), 35 kg/cm2

(kelasI).

Ketahanan aus , 0,16mm/menit diuji dengan menggosok permukaannya

dengan pasir kuarsa halus yang dibebani dengan beban 31/3 kg dengan

kecepatan 49m/menit

Tidak tahan asam dan senyawa sulfat

2. Kepingan penutup kabel

Sebagai pelindung kabel bawah tanah (telepon?listrik agar tidak

terkena alat penggali. Ukurannya20 x 30 cm dengan komposisi 1PC : 4-6

pasir. Dibuat dengan di pres.Persyaratan kuat lentur sama dengan ubin semen.

3. Genteng beton

Dinamakan sesuai bentuknya seperti Monier, Victoria, Rama, Villa

dan sebagainya.

Bahan :

PC dan pasir( maksimal 2,4mm) dengan komposisi 1PC:3-4 pasir

Pembuatan

Adukan dicampur dalam keadaan lembab.

Dicetak dan dipres. Bila manual lebih cair (fas 0,4-0,5) lalu digilas

Alas cetakan dilepas setelah 24 jam, disimpan ditempat lembab 3-7 hari.

Jika dirawat dipercepat diberi uap panas

Dikerngkan

Supaya lebih rapat air, dipulas dengan bubur semen, disempror dengan cat

epoxy, dapat/tidak diglasir (melebur pada suhu 300-5000C)

Pemakaian

Untuk sudut-sudut yang terjal, genteng dipaku ke reng ditempat yang

sudah disediakan.Genteng beton dibuat datar agar kuat lentur lebih tinggi.

Kuat lentur minimal 50 kg dan tidak menetes jika diuji rembesan air

Jumlah 9 buah/m2 sedangkan yang kecil 15-20 buah

C. Unsur bangunan berbentuk lembaran

1. Lembaran semen asbes

Bahan :

80 – 90 % PC + 20 – 10 % serat asbes 3 – 5 mm.Umumnya dari jenis

Chrysotile.

Pembuatan :

Serat asbes diuraikan dengan cara digilas.

Dicampur dengan PC dan air dalam jumlah banyak, diaduk.

Dari bak pencampur, bubur semen asbes dipindahkan ke bak yang

memiliki silinder dan saringan kawat kasa pada bagian atasnya.

Pada pemindahan itu silinder berputar sehingga lapisan semen asbes

menempel pada kawat kasa.

Kemudian lapisan itu berpindah ke kain felt melalui bejana penghisap

untuk dikeringkan dengan cara divakum (0,3 – 0,4 atm).

Kemudian lapisan ini membelit drum penggulung sampai ketebalan yang

cukup. Keliling drum 250 – 270 cm = pj lembaran dan lebar lembaran = pj

drum = 120 cm.

Setelah itu lembaran dilepas dari drum penggulung, diterima plat datar

sebagai penopang untuk pengerasan selama satu malam. Hasil : plat rata.

Jika bergelombang, plat penopangnya yang bergelombang, kemudian

ditekan dengan plat gelombang juga.

Dirawat di tempat lembab 2 – 3 minggu.

Sifat :

Kuat lentur tinggi

dapat dipaku dan digergaji

tahan api (suhu bakar 6000C) selama 2 jam

rapat air dan tahan air. Untuk pipa air tahan tekanan hidrostatik 10 atm.

Untuk mengurangi jumlah asbes, diganti dengan pulp, tetapi tidak tahan air.

2. Lembaran Serat Tumbuhan

Bahan :

Serat sisal, majun, pulp 10 – 20 %, semen yang dicampur dengan tepung

batu kapur 80 – 90%

Pembuatan

Serat dipotong 3-5cm, diaduk dengan perekat diberi sedikit air

Ditempatkan pada cetakan dengan tebal 2x tebal cetakan (3mm) dipres

dengan tekanan rendah

Dirawat

Dipotong-potong tepinya agar rata.

Sifat

Tidak tahan air, tidak tahan api ( maksimum 300oC), dapat dipaku

3. Pulp Cement Board

Bahan:

Pulp (bubur kayu) dan PC

Pembuatan :

Sama dengan semen asbes

Sifat:

Tidak tahan air, tidak tahan api

4. Papan semen kayu dan papan wool kayu

Papan semen kayu (yumen,wood cement board) dibuat dari pecahan

kayu/ wood chip dengan perekat PC. Sedangkan papan wool kayu (wood wool

cement board) dibuat dari kayu yang diserut halus/ wood wool

Bahan:

Kayu 80% dan 20% perekat PC dicampur fly ash atau tepung batu kapur.

Pembuatan :

Kayu direndam air kapur dikeringkan

Diaduk dengan perekat, dicetak dengan ketebalan antara 1-5cm

Dirawat

Sifat:

Isolasi panas dan suara baik.

Tahan rayap tapi tidak tahan air.

Daya hantar panas maksimum0.08kcal/jam,meteroC.

Penyusutan tebal dengan beban 3 kg/cm2 lebih kecil 20%dari tebal asli.

Pemakaian:

Semua lembaran dapat dipakai untuk dinding, plafond, atap (khusus asbes)

dan konstruksi yang tidak memikul beban.

D Unsur bangunan berbentuk pipa, tiang, balok

1. Pipa beton dan saluran air

Bahan:

1 PC : 4-5 agregat dengan maksimum butir 1/4 tebal dinding beton yang

dibuat

Pencetakan:

a. Cara tumbukan :

Adukan dengan fas 0,4 diisi sedikit demi sedikit secara berlapis-lapis

kedalam cetakan dari plat baja.

Tiap lapis ditumbuk dan dipadatkan, ratakan permukaannya

Buka cetakan dirawat ditempat lembab.

Agar lebih tahan air bagian dalam dilapisi pasta semen

Pemakaian :

Untuk saluran air, termasuk kedalam jenis pipa tanpa tulangan.

b. Cara getaran:

Adukan yang agak encer (slump + 50 mm) diisi ke dalam cetakan yang

bergetar, selama 30 detik setiap lapis pengisian. Penggetaran dengan pin

vibrator, penggetar tempel atau meja penggetar. Jika digetarkan setelah

setelah penuh maksimum 60 detik.

Selanjutnya sama dengan tumbukan, pemakaian sama.

c. Cara pusingan/spinning (di pabrik)

Adukan dengan slump 50 – 100 mm diisi ke dalam cetakan, kemudian

ditutup

Cetakan diputar horizontal pada tempatnya 1.500 rpm, adukan melekat ke

dinding cetakan, airnya terpisah, dialirkan ke luar

Dirawat dengan uap panas.

Pemakaian :

Pipa bertulang untuk tiang pancang, tiang listrik

d. Cara Packerhead

Adukan dengan slump + 50 mm diisikan ke dalam cetakan pipa yang

dipasang diatas meja Packerhead = piringan baja yang diberi batang putar

ditengahnya, berputar 1.500 rpm dan dapat turun naik.

Cara pengisian adukan: piringan baja diturunkan ke alas. Sambil diputar,

beton diisi. Piringan ditarik ke atas lambat-lambat, sementara itu adukan

melekat ke dinding cetakan akibat putaran. Setelah beton naik sampai

ujung pipa, putaran dihentikan. Ujungnya diratakan.

Dikeraskan dengan uap tekanan rendah selama 12 jam

2. Tiang dan Balok.

Cara pembuatannya hampir sama.

a. Tiang dan balok penampang persegi.

Tulangan dipasang pada cetakan.

Dicetak dengan cara digetar.

Selanjutnya sama seperti di atas

Jika tulangan pratekan, ditarik dulu sampai setengah kuat tarik maksimum,

baru diisi beton

b. Tiang dan balok penampang bulat.

Dicetak dan dipadatkan dengan cara diputar.

Dirawat dengan uap panas tekanan rendah 8 – 12 jam

Mutu beton > K 225 dan rapat air. Untuk tiang atau balok pra tekan > K 350.

E. Unsur Bangunan Bentuk Khusus

1. Tiang-tiang hias

Bahan utamanya beton biasa, dicetak secara khusus sehingga berbentuk khas.

Satu – dua hari setelah dicetak, dihaluskan sampai bentuk akhirnya menjadi

indah.

2. Barang-barang sanitair: bak cuci/mandi, kloset

Beton biasa dengan agregat halus. Bagian yang terlihat, dilapis dengan semen

putih, semen berwarna atau bubuk teraso.

1.14 Bentuk-bentuk produk yang dihasilkan

Yang berbentuk bata/blok:

Batako/bata tras kapur, bata tanah semen/soil cement block, bata beton,

bata untuk lantai, jalan/paving block, dsb.

1. Yang berbentuk kepingan atau ubin:

Ubin semen biasa, ubin teraso yang dinamakan sesuai dengan corak

permukaan ubin.

Genteng beton, kepingan semen asbes yang dibuat semacam sirap.

2. Bentuk lembaran:

Serat semen untuk langit-langit; semen asbes: baik untuk langit-langit,

atap (rata

atau bergelombang), atau untuk dinding.

3. Bentuk pipa:

Pipa beton tanpa tanpa tulangan atau dengan tulangan.

4. Bentuk balok atau tiang:

Tiang beton untuk kabel listrik, tiang pancang atau balok jembatan.

5. Bentuk khusus, didasarkan pada pesanan:

Bak beton, closet, septiktank, talang, balok tanda jalan, saluran terbuka,

dll.

Penamaan lain

Penaman lain disebut menurut proses, sifat, bahan yang dipakai, seperti:

bata kapur pasir, celcon/hebel, yumen (lembaran/potongan dari pecahan

kayu/semen), papan semen wol kayu, beton bermis (beton dari batu apung), bata

sekam padi, ferro cement, dll.

1.15 Pemakaian adukan dan bahan bangunan dari semen

Adukan dan plesteran dipakai secara luas pada bangunan, sedangkan

bahan bangunan dari semen digunakan sebagai komponen pada bangunan

tersebut

1.16. RINGKASAN

Adukan untuk pasangan bata tersusun dari bahan perekat, agregat halus dan air

sehingga merupakan campuran yang memiliki kelecakan (konsistensi yang enak

untuk dikerjakan/ workable). Bahan adukan terdiri dari perekat mineral, agregat

halus, pengisi dan air. Jika diperlukan dapat menggunakan bahan tambah baik

mineral maupun kimia. Adukan dapat digunakan untuk aduk pasangan, plesteran,

ataupun komponen bangunan berbentuk bata/ blok, kepingan ubin dan genteng,

lembaran panel dinding dan penutup atap (plafon), pipa air bersih dan kotor, tiang

tiang hias, alat-alat sanitair, dsb. Susunan campuran harus memenuhi kriteria

kekuatan, workability, dan peruntukannya. Sifat penting untuk menghasilkan

pasangan bata yang baik antara lain: lecak, enak dikerjakan, plastis, dapat

menahan air, memiliki kekuatan rekatan yang cukup baik, stabil/tidak banyak

berubah volumenya, tahan lama dan memberikan penampilan yang baik. Untuk

memenuhi hal tersebut sifat adukan segar yang harus diperhatikan adalah

konsistensi normal, workability, kemampuan menahan pelepasan air yang harus

diimbangi dengan laju penyerapan air bata, susut muai serta daya rekat adukan.

Sedangkan sifat adukan keras meliputi kekuatan tekan, modulus elastisitas dan

kuat lentur. Bata yang digunakan untuk pasangan adalah bata tidak dibakar dan

dibakar, dengan kuat tekan berkisar 25 – 250 kg/cm2.Sifat pasangan bata yang

harus diperhatikan adalah ikatan pasangan, kuat tekan, kuat lentur, susut muai,

pengaruh basah kering, dan kemampuan menyekat panas. Plesteran harus

memperhatikan teknologi serta peralatan yang tepat,.sifat dari bahan plesteran,

serta sifat dinding yang akan diplester. Hal ini untuk mencegah kerusakan pada

plesteran seperti retak-retak serta ikatan yang lemah ataupun karena

diskontinuitas, melepuh atau menggembung, permukaan yang tidak rata dan tidak

teratur, berlubang-lubang, permukaan yang berlubang-lubang menjadi basah,

lunak dan banyak mengandung butiran kapur, alur atau lekuk memanjang dalam

plesteran, maupun kerusakan pada bagian luar akibat pengaruh cuaca.

1.17 Soal-soal

1. Kriteria apa yang harus dipertimbangkan ketika akan merencanakan

pembuatan adukan?

2. Hal apa yang harus diperhatikan pada pembuatan plesteran?

3. Jelaskan tahapan pembuatan komponen bangunan dengan bahan dasar

adukan, secara umum.

oooooooOoooooo