evaluasi retak pada repair mortar dengan bahan …/evaluasi... · hasil analisis menunjukkan bahwa...
TRANSCRIPT
27
EVALUASI RETAK PADA REPAIR MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT BANAKIBAT PENGARUH SUSUT
TERKEKANG
(Crack Evaluation Of Repair Mortar Containing Tire FibreDue ToRestrained Shrinkage)
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SarjanaTeknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh :
NOOR ROCHMAN SIDIQ NIM I. 1105006
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
28
2010
HALAMAN PERSETUJUAN
EVALUASI RETAK PADA REPAIR MORTAR DENGAN
BAHAN TAMBAH SERAT BAN AKIBAT PENGARUH SUSUT TERKEKANG
( Crack Evaluation Of Repair Mortar Containing Tire Fibre Due To Restrained
Shrinkage )
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh :
NOOR ROCHMAN SIDIQ NIM I. 1105006
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Persetujuan:
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
29
S A Kristiawan, ST, MSc, Ph.D. NIP. 19690501 199512 1 001
Ir. Sunarmasto, MT. NIP. 19560717 198703 1 003
HALAMAN PENGESAHAN
EVALUASI RETAK PADA REPAIR MORTAR DENGAN
BAHAN TAMBAH SERAT BANAKIBAT PENGARUH SUSUT TERKEKANG
( Crack Evaluation Of Repair Mortar Containing Tire Fibre Due To Restrained Shrinkage ) SKRIPSI
DisusunOleh :
NOOR ROCHMAN SIDIQ NIM I. 1105006
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret pada hari :Kamis, 11Pebruari 2010
1. S A Kristiawan, ST, MSc, Ph.D __________________
NIP. 19690501 199512 1 001
2. Ir. Sunarmasto, MT __________________ NIP. 19560717 198703 1 003
3. Ir. Supardi, MT __________________ NIP. 19550504 198003 1 003
4. AchmadBasuki, ST, MT __________________ NIP. 19710901 199702 1 001
Disahkan,
Ketua Program S1 Non Reguler Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS
Ir. Agus Sumarsono, MT NIP. 19570814 198601 1 001
Mengetahui, Disahkan,
30
a.n. Dekan Fakultas Teknik UNS Ketua Jurusan Teknik Sipil Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Bambang Santosa, MT NIP. 19561112 198403 2 007 NIP. 19590823 198601 1 001
MOTTO
Bermimpilah yang setinggi-tingginya dan bangunlah untuk
mewujudkan mimpi tersebut
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini untuk :
Bapak dan ibuku, atas cinta dan kasih sayang yang kalian berikan selama ini
Riana, Agung, M. Fauzi, M. Husaini dan seluruh keluargaku atas doa dan dukungannya
Dek RINI atas hiburan support dan kesabarannya
Temen-temen kelompok skripsiku: windy, dita, amanah, ela ,bono, manthi, agus, kokom
Temen-temen satu angkatanku : luthfi, rohmad, wahyu, bachtiar, tri, toni, muson, dewi dan temen-temen yang lain yang tidak saya sebutkan
Special thanks to PAK IWAN, PAK MASTO, PAK ACHMAD BASUKI, n PAK PARDI atas bimbingannya selama ini
31
Almamaterku, Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Noor Rochman Sidiq, 2010. EVALUASI RETAK PADA REPAIR MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT BAN AKIBAT PENGARUH SUSUT TERKEKANG. Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Serat ban adalah salah satu jenis karet alam Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga biasa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban maupun bahan yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.Limbah ban berupa potongan – potongan telah lama digunakan sebagai bahan tambahan , hal ini karena beberapa sifat ban yang menguntungkan. Sifat – sifat potongan ban antara lain : ringan, murah dan tahan lama, merupakan isolator panas yang baik, permeabilitas bernilai > 10 cm/s, Spesific Gravities bernilai antara 1,02 – 1,27, Water Absobtion bernilai antara 2 – 4 %. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan repair mortar dengan bahan tambah serat ban yang memiliki kemampuan dalam memperkecil resiko lebar retak yang terjadi karena susut terkekang tanpa mengurangi sifat-sifat material patch repair aslinya. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan mengadakan suatu percobaan dilaboratorium secara langsung untuk mendapatkan suatu data atau hasil yang menghubungkan antara variabel-variabel yang diselidiki. Dalam percobaan ini akan dicari nilai susut terkekang, jumlah dan lebar retak,serta waktu terjadinya retak. Dengan menggunakan benda uji ring ukuran diameter luar 37,5cm diameter dalam 30,5cm dan tinggi 14 cm. Variasi penambahan serat ban yang dilakukan adalah 0%, 4%, 8%, 12%, 16% dan sika. Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan kadar serat ban dengan persentase tertentu pada repair mortar belum dapat menghambat waktu pertama kali terjadinya retak. Penambahan kadar serat ban variasi campuran SB 0%, SB 4%, SB 8%, SB 12%, dan SB 16% pada repair mortar mempengaruhi lebar retak maksimum. SB 0% = 1,40 mm, SB 4% = 1,00 mm, SB 8% = 0,80 mm, SB 12% =0,40mm, dan SB 16% = 0,10 mm. Sehingga dengan penambahan kadar serat ban yang semakin besar, maka lebar retak maksimum yang terjadi semakin kecil.
32
Penggunaan serat ban 0% - 16% dapat mengurangi besar lebar retak maksimum hingga 90%. Dengan adanya penambahan serat ban 0% - 16% dapat mengurangi penyusutan 11% - 60%. Kata kunci : repair, mortar, serat ban, susut, susut terkekang
ABSTRACT
Noor Rochman Sidiq, 2010, An Evaluation on the fracture of mortar repair using tire fiber additional material due to the restrained shrinkage effect. Thesis of Civil Engineering Department of Engineering Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. The tire fiber is one type of natural rubber. Tyre rubber is another form of natural rubber produced as the semi-finished so that it is usually used directly by the consumers, for manufacturing either the tire or material using other natural rubber basic material. The tire waste constitutes the patches used for a long time as additional material, it is because of several beneficial properties of tire. The properties of tire patches include: light, cheap and durable, good insulator, permeability value of > 10 cm/s, Specific Gravities value of 1.02 – 1.27, Water Absorption value of 2-4 %. The objective of research is to obtain the repair mortar using the tire fiber additional material having capability of reducing the fracture width risk occurring because of restrained shrinkage without reducing the original patch repair material properties. The method employed in this research was by conducting an experiment in laboratory directly for obtaining a data or result connecting the variables studied. In this experiment, it will be found the restrained shrinkage value, fracture number and width and fracture time, using the ring tested object with external diameter of 37.5 cm, internal diameter of 30.5 cm and height of 14 cm. The variation of tire fiber addition done includes 0%, 4%, 2%, 16% and sika. The result of analysis shows that the tire fiber addition with certain percentage in the repair mortar has not inhibited in the first fracture. The addition of Rate of fibre of tire of variation of mixture SB 0%, SB 4%, SB 8%, SB 12%, and SB 16% at repair mortar influence barst wide maximum. SB 0 = 1,40 mm, SB 4 = 1,00 mm, SB 8 = 0,80 mm, SB 12% = 0,40 mm, and SB 16 = 0,10 mm. So that with the addition of ever greater tire fibre rate, hence barst wide maximum that happened smaller. The use of tire fiber 0%-16% can reduce the maximum fracture
33
width size up to 90%. With the tire fiber addition of 10%-16%, it can reduce the shrinkage of 11% - 60%. Keywords: repair, mortar, tire fiber, shrinkage, restrained shrinkage
PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis mengambil judul skripsi “EVALUASI RETAK PADA REPAIR MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT BANAKIBAT PENGARUH SUSUT TERKEKANG”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka
banyak kendala yang sulit untuk penulis pecahkan hingga terselesaikannya
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Pimpinan Program S1 Non Reguler Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret.
4. Bapak S A Kristiawan, ST, MSc, Ph.DselakuDosenPembimbing I.
5. BapakIr. Sunarmasto, MTselakuDosenPembimbing II.
34
6. TimPengujiPendadaran.
7. IbuEndahSafitri, ST, MT, selakuDosenPembimbingAkademik.
8. Yurida rini ,windy, dita, teman - teman kelompok skripsi, teman kos escape
dan teman kos wisma bagas putra.
9. Staf pengelola/laboran Laboratorium Bahan Bangunan dan Struktur Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati demi
kesempurnaan penelitian selanjutnya. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya dan mahasiswa pada
khususnya.
Surakarta,Pebruari 2010
Penyusun
35
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
PENGANTAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL ................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah ......................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
36
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
1.5.1. Manfaat Teoritis .......................................................................................... 4
1.5.2. Manfaat praktis ........................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 5
2.1. Pendahuluan ................................................................................................ 5
2.2. Kerusakan-kerusakan Yang Terjadi Pada Beton ........................................ 6
2.3. Penyebab Kerusakan-kerusakan Pada Beton .............................................. 7
2.4. Metode Perbaikan Beton............................................................................. 8
2.5. Metode Patch Repair ................................................................................... 9
2.6. Syarat-syarat Material Perbaikan Beton ................................................... 10
2.7. Susut ( Shrinkage ) .................................................................................... 10
2.8. Susut terkekang ( Shrink Restraint ) ........................................................ 11
2.9. Efek penambahan serat.............................................................................. 14
2.10. Efek susut terkekang ................................................................................. 15
BAB 3 METODE PENELITIAN....................................................................... 16
3.1. Uraian Umum............................................................................................ 16
3.2. Bahan dan Material ................................................................................... 16
3.3. Benda uji ................................................................................................... 20
3.3.1. .............................................................................................................P
roporsi Campuran ............................................................................. 20
3.3.2. .............................................................................................................J
enis Benda Uji .................................................................................. 21
3.3.3. .............................................................................................................P
embuatan Benda Uji ......................................................................... 22
3.3.4. .............................................................................................................A
lat-alat yang digunakan..................................................................... 22
3.4. Prosedur pengujian.................................................................................... 23
3.4.1. .............................................................................................................P
rosedur Pengamatan Retak Karena Susut Terkekang....................... 24
37
3.4.2. .............................................................................................................P
rosedur Pengamatan Susut Karena Susut Terkekang ....................... 24
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................................ 27
4.1. Pengamatan Susut dan Retak Repair Mortar Pengaruh Susut Terkekang 27
4.2. Hitungan susut terkekang.......................................................................... 30
4.3. Pembahasan............................................................................................... 40
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 42
5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 42
5.2. Saran.......................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 43
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Perbedaan Regangan yang Akan Menentukan Besarnya Tegangan 12
Gambar 3.1. Sketsa Benda Uji untuk pengujian susut terkekang ......................... 21
Gambar 3.2. Ukuran Cetakan dan Benda Uji ....................................................... 21
Gambar 3.3. Bagan Alir Tahap-tahap Penelitian .................................................. 26
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Lebar Retak dengan Jenis Repair Mortar............ 30
Gambar 4.2. Benda Uji ......................................................................................... 31
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Susut Terkekang Dengan Umur Mortar.............. 33
Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Penambahan Serat Ban .................................. 34
38
Gambar 4.5. Grafik Perbandingan Penambahan Serat Ban Dengan Sika............. 34
Gambar 4.6. Grafik Hubungan Penyusutan dengan Umur Mortar Setelah Terjadi
Retak Pada Campuran ( a ) SB 0%, ( b ) SB 4%,( c ) SB 8%, ( d ) SB
12%, ( e ) SB 16%, dan ( f ) Sika..................................................... 37
Gambar 4.7. Grafik Hubungan Pengembangan dengan Umur Mortar Setelah
Terjadi Retak Pada Campuran ( a ) SB 0%, ( b ) SB 4%,( c ) SB 8%,
( d ) SB 12%, ( e ) SB 16%, dan ( f ) Sika ....................................... 39
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Hasil Pengujian Gradasi Serat Ban ................................................. 19
Tabel 3.2. Proporsi Campuran Benda Uji ......................................................... 20
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Retak .................................................................. 28
39
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL
ASTM = American Society for Testing and Materials.
BS = British Standard.
mm = Milimeter.
cm = Centimeter
cm/s = Centimeter per second
40
kPA = Kilo Pascal
γd = dry density ( berat kering )
kg/m³ = kilogram per meter kubik
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A : BERKAS KELENGKAPAN SKRIPSI
LAMPIRAN B : HASIL PENGUJIAN BAHAN
LAMPIRAN C : KEBUTUHAN BAHAN
41
LAMPIRAN D : DATA DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN RETAK DAN
SUSUT TERKEKANG
LAMPIRAN E : DOKUMENTASI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
42
Penggunaan beton dalam sebuah konstruksi bangunan sebagai komponen utama
saat ini banyak mengalami penyempurnaan dalam hubungan dengan fungsi,
kekuatan, umur manfaat dan biaya dari suatu perencanaan struktur.Beton
merupakan bahan struktur yang sering digunakan dalam sebuah konstruksi. Hal
ini disebabkan beton mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan bahan-
bahan lain diantaranya adalah harga yang relatif murah, memiliki kuat desak yang
tinggi, bentuknya yang dapat disesuaikan dengan keinginan, dapat menggunakan
bahan-bahan lokal yang tersedia serta ketahanannya yang baik terhadap cuaca dan
lingkungan sekitar.
Selain memiliki kelebihan beton juga memiliki kelemahan, yaitu sifat getas yang
menyebabkan kurang mampu menahan tegangan tarik dan tegangan geser. Untuk
menghindari sifat getas dapat digunakan tulangan. Di Indonesia tulangan yang
sering digunakan untuk meningkatkan kuat tarik beton adalah baja. Namun
tulangan baja memiliki kelemahan yaitu harganya yang relatif mahal dan beratnya
yang dapat menambah berat beton yang sudah tinggi.
Beton juga dapat mengalami degradasi karena berbagai sebab, diantaranya
serangan asam, korosi, beban yang telalu berlebihan dan lain sebagainya.
Kerusakan-kerusakan yang timbul sebagai akibat degradasi dapat dilihat
diantaranya terjadi retak-retak, aus, delaminasi, spalling (terlepasnya bagian
beton). Kerusakan-kerusakan tersebut perlu mengalami perbaikan-perbaikan
antara lain dengan cara penambalan (patch repair). Dalam perbaikan beton
dengan cara penambalan ini perlu diperhatikan syarat-syarat material yang
digunakan untuk patch repair.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk material patch repair yaitu diantaranya
mampu menyatu atau melekat erat dengan beton yang akan di patch repair, dapat
menyesuaikan bentuk beton yang akan di patch repair dan tidak mengurangi
kekuatan beton setelah dilakukan patch repair. Harga jenis material patch repair
43
beton dipasaran yang beredar relatif mahal. Oleh karena itu perlu dikembangkan
material repair yang dapat dibuat sendiri dengan bahan dasar mortar.
Mortar sebagai repair material relatif mudah dibuat dan diaplikasikan di
lapangan. Namun demikian material ini cenderung mengalami susut yang dapat
berakibat retak-retak. Untuk mengatasi retak-retak ini, maka mortar dapat
dikembangkan lebih lanjut dengan menambahkan serat ban. Serat ban merupakan
salah satu bahan buangan dan bekas pakai yang dapat dengan mudah dicari dan
ditemukan di setiap daerah di Indonesia dan jumlahnya juga relatif cukup tinggi,
Karet alam pada dasarnya mempunyai sifat fisik lembut, fleksibel, dan elastis.
Disamping itu juga mempunyai, plastisitas yang baik, daya elastis yang sempurna
daya tahan dan daya lengket yang baik.
1.2. Rumusan Masalah
Seperti telah diuraikan pada bagian latar belakang, maka penggunaan serat ban
sebagai bahan tambah repair mortar diharapkan dapat memperbaiki sifat repair
mortar tersebut. Perbaikan sifat yang dimaksud adalah meningkatkan kemampuan
repair mortar dalam memperkecil resiko retak-retak yang timbul akibat susut
terkekang. Sekalipun demikian, kandungan serat ban yang memungkinkan repair
mortar tersebut dapat mengeliminasi retak akibat susut terkekang masih belum
diketahui. Oleh karena itu masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah
bagaimana kinerja repair mortar dengan bahan tambah serat ban ditinjau dari
waktu terjadinya retak, jumlah dan lebar retak akibat susut terkekang
dibandingkan dengan kinerja repair yang lain (Sika repair).
1.3. Batasan Masalah
44
Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini, maka diperlukan batasan-batasan
masalah sebagai berikut :
1. Semen yang digunakan semen tipe I.
2. Agregat halus berupa pasir.
3. Perbandingan campuran yang digunakan semen : pasir = 1 : 2,5.
4. Pengeras yang dipakai 0,4% dari berat semen.
5. Superplasticizer yang dipakai 2% dari berat semen.
6. Faktor air semen yang digunakan 0,5.
7. Serat ban yang dipakai dengan variasi 0%; 4%,8%,12%, dan 16% dari
berat semen.
8. Perawatan dilakukan selama 1 hari dengan cara menutupi sampel dengan
kain basah.
9. Pengamatan retak dilakukan mulai umur 1 hari sampai retak yang diamati
stabil ( jumlah dan lebar retakan tidak berubah lagi ).
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan yang telah dibahas dalam rumusan masalah tentang kinerja repair
mortar dengan bahan tambah serat ban yang divariasi, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan repair mortar dengan
bahan tambah serat ban yang memiliki kemampuan dalam memperkecil resiko
retak-retak yang terjadi karena susut terkekang tanpa mengurangi sifat-sifat
material patch repair aslinya.
45
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, maka didapat manfaat berupa informasi kandungan
serat ban yang dapat ditambahkan dalam campuran repair mortar untuk
mendapatkan repair material yang dapat digunakan dalam pekerjaan patch repair
( penambalan ) dengan kinerja yang baik ditinjau dari resiko terhadap retak akibat
susut terkekang.
1.5.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi petunjuk praktis dilapangan mengenai
penggunaan serat ban sebagai bahan tambah repair mortar. Petunjuk yang
dimaksud adalah besarnya kandungan serat ban yang dapat ditambahkan untuk
mendapatkan repair material dalam pekerjaan patch repair yang tahan terhadap
retak akibat susut terkekang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan
46
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu atau
lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik
tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu
pengerasan ( Mc. Cormac, 2000:1)
Beton dengan penambahan serat dalam jumlah tertentu disebut beton serat. Beton
serat memiliki beberapa kelebihan dari beton tanpa serat dalam beberapa sifat
strukturnya, yaitu keliatan (dactility), ketahanan terhadap beban kejut(impact
resistence), kekuatan terhadap pengaruh susut (shrinkage), ketahanan terhadap
keausan (abrasi) dan kuat tarik dan kuat lentur (Soroushian dan Bayasi, 1987).
Menurut ACI committee 544 (1993), beton serat (fiber reinforced concrete)
adalah beton yang tersusun dari bahan semen hidrolis, agregat halus, agregat kasar
dan sejumlah kecil serat sebagai bahan tambahan yang tersebar secara merata
berorientasi random dan dengan proporsi tertentu. Maksud utama penambahan
serat ke dalam beton adalah untuk meningkatkan kuat tarik beton, mengingat
beton mempunyai kuat tarik yang rendah, pada beton bertulang bagian yang
mengalami tegangan tarik akan retak terlebih dahulu. Sebelum tulangan baja
mmberikan dukungan terhadap tarikan secara optimal yang akibatnya terjadi
retak-retak rambut yang secara struktur tidak berbahaya, tapi apabila ditinjau dari
segi keawetan bangunan akan berkurang.
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penambahan serat sebanyak 0.75 % - 1.0 % dari volume adukan dengan
menggunakan aspek ratio sekitar 70 akan menghasilkan hasil yang optimal
(Mahendra Wahyu D,2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Suhendro (1991) membuktikan bahwa sifat-sifat
kurang baik dari beton , yaitu getas, praktis tidak mampu menahan tegangan tarik
47
dan momen lentur dapat diperbaiki dengan menambahkan fiber lokal yang terbuat
dari potongan-potongan kawat pada adukan beton. Selain itu dibuktikan pula
bahwa tingkat perbaikan yang diperoleh dengan menggunakan fiber lokal tidak
kalah dengan hasil-hasil yang dilaporkan di luar negeri dengan menggunakan steel
fiber yang asli.
bahan local yang dapat diperoleh di suatu daerah dengan mengubah perbandingan
bahan dasarnya yang sesuai, maupun cara pengerjaan yang cocok dengan
kemampuan pekerja serta kebutuhan penampilan yang sesuai.
2.2. Kerusakan-Kerusakan Yang Terjadi Pada Beton
a. Terlepasnya bagian beton ( Spalling )
Spalling atau terlepasnya bagian beton merupakan jenis kerusakan beton yang
sering terjadi pada bangunan beton dan biasanya kurang diperhatikan dalam
pembuatan campurannya. Kerusakan ini terjadi karena campuran beton yang
kurang homogen dan juga faktor umur beton.
b. Patah
Patah yang terjadi pada beton biasanya dikarenakan struktur beton yang tidak
mampu untuk menahan beban. Kerusakan ini bisa terjadi karena pada saat
pembuatan campuran beton ( mix design ) kurang diperhatikan proporsi yang
digunakan.
c. Keropos
48
Keropos merupakan jenis kerusakan yang disebabkan salah satunya karena umur
beton yang terlalu lama. Kerusakan ini biasanya kurang diperhatikan karena
kerusakan terjadi pada bagian bangunan yang sulit dijangkau.
d. Delaminasi
Beton mengelupas sampai kelihatan tulangannya disebut Delaminasi. Kerusakan
ini bisa terjadi pada konstruksi bangunan dikarenakan banyak sebab, diantaranya
kegagalan pada pembuatan campuran, reaksi kimia, kelebihan beban dan
sebagainya.
e. Aus
Aus merupakan jenis kerusakan beton yang sering terjadi pada bangunan.
Kerusakan jenis ini biasanya kurang diperhatikan karena tingkat kerusakan yang
sulit diprediksi. Kerusakan ini juga disebabkan karena umur beton yang sudah
terlalu lama, kebakaran, reaksi kimia dan sebagainya.
2.3. Penyebab Kerusakan-Kerusakan Pada Beton
a. Korosi
Beton secara alami terlindungi dari korosi oleh lapisan tipis akibat pasif alkalin
dari bahan dasar semen. Akibat serangan agresif dari senyawa luar yang
berinfiltrasi maka beton dapat mengalami korosi. Bangunan beton yang di
bangun disekitar pantai, dapat lebih cepat rusak akibat serangan garam chloride.
Gas CO2 pun dapat masuk secara agresif melalui pori - pori beton dan bereaksi
dengan Ca(OH)2 dan menghasilkan CaCO3 + H2O yang menyebabkan pH dari
beton turun.
Tiga hal mutlak, sehingga menjadikan korosi pada beton:
49
1. Rusak akibat chloride atau karbonasi.
2. Air sebagai electrolit.
3. Oksigen.
b. Serangan Asam
Beton yang terbuat dari semen portland diketahui memperlihatkan hasil yang
buruk saat bersentuhan dengan asam. Kurangnya ketahanan beton pada dasarnya
sangat penting apabila bidang-bidang beton yang besar terkena tumpahan asam.
Serangan asam sebagai sumber penyebab kerusakan beton yang paling umum
dalam system pembuangan kotoran (limbah), proses industri dan air tanah.
Larutan asam merupakan salah satu yang paling agresif terhadap beton.
2.4. Metode Perbaikan Beton
Penentuan metode dan material perbaikan umumnya tergantung pada jenis
kerusakan yang ada, disamping besar dan luasnya kerusakan yang terjadi,
lingkungan dimana struktur berada, peralatan yang tersedia, kemampuan tenaga
pelaksanan serta batasan-batasan dari pemilik seperti keterbatasan ruang kerja,
kemudahan pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan biaya perbaikan.
Beberapa macam metode perbaikan beton:
a. Grouting
b. Shot-crete (Beton Tembak)
c. Injeksi
d. Grout Preplaced Aggregat (Beton Prepack)
e. Overlay
f. Coating
g. Patching
50
2.5. Metode Patch Repair
Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan manual, dengan melakukan
penempelan mortar secara manual. Pada saat pelaksanaan yang harus diperhatikan
adalah penekanan pada saat mortar ditempelkan; sehingga benar-benar didapatkan
hasil yang padat.
Sebelum dilakukan patch repair permukaan beton yang akan diperbaiki atau
diperkuat perlu dipersiapkan, dengan tujuan agar terjadi ikatan yang baik;
sehingga material perbaikan atau perkuatan dengan beton lama menjadi satu
kesatuan.
Permukaan beton yang akan diperbaiki atau diperkuat, harus merupakan
permukaan yang kuat dan padat, tidak ada keropos ataupun bagian lemah lainnya
(kecuali bila menggunakan metode injeksi untuk mengisi celah keropos); serta
harus bersih dari debu dan kotoran lainnya.
Persiapan-persiapan permukaan beton yang akan diperbaiki, yaitu :
a. Erosion ( pengikisan )
b. Impact ( kejut )
c. Pulverization ( menghancurkan permukaan beton )
d. Expansive pressure
Ada beberapa material patch repair yang dapat digunakan, antara lain :
1. Portland Cement Mortar.
2. Portland Cement Concrete.
3. Microsilica-Modified Portland Cement Conrete.
4. Polymer-Modified Portland Cement Conrete.
5. Polymer-Modified Portland Cement Mortar.
6. Magnesium Phosphate Cement Conrete.
7. Preplaced aggregate Conrete.
51
8. Epoxy Mortar.
9. Methyl Methacrylate (MMA) Concrete.
10. Shotcrete.
2.6. Syarat-Syarat Material Perbaikan Beton
Dalam pemilihan material repair biasanya dilakukan untuk mengetahui kinerja
dari material yang akan diaplikasikan agar sesuai dengan yang dibutuhkan
dilapangan.
Adapun syarat-syarat material patch repair, yaitu :
a. Daya lekat yang kuat.
Kelekatan antara material repair dengan beton yang akan diperbaiki harus
menyatu dengan baik sehingga menjadi satu kesatuan beton yang utuh.
b. Deformable pada beton.
Material repair harus menyesuaikan bentuk beton yang akan diperbaiki.
c. Tidak mengurangi kekuatan beton.
Material repair yang akan digunakan untuk memperbaiki beton mampu
menahan beban yang sama pada beton yang akan diperbaiki.
d. Tidak susut.
Material repair tidak terjadi susut agar beton yang akan diperbaiki tidak
kehilangan kekuatan sebagian.
Material beton yang akan digunakan harus diketahui respon pada saat kondisi
layan beton. Pemilihan material repair yang akan diperlukan harus mempunyai
hasil perbaikan yang tahan lama.
2.7. Susut ( Shrinkage ) Proses susut didefinisiksn sebagai perubahan bentuk volume yang baik
berhubungan dengan beton. Apabila beton mengeras, berarti beton tersebut
mengalami susut. Hal yang mempengaruhi susut antara lain mutu agregat dan
faktor air semen.
52
Salah satu cara untuk memprediksi penyusutan beton jangka panjang menurut
ACI 209.R-92. Didalam memprediksi shrinkage jangka panjang, diperlukan data
atau nilai shrinkage yang telah diteliti dari pengujian jangka pendek (28 hari).
2.8. Susut Terkekang ( Shrink Restraint )
Penyusutan yang terjadi pada beton harus diperhitungkan karena penyusutan ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap struktur beton atau bangunan. Susut
dapat terjadi karena beton kehilangan kelembabannya yang disebabkan oleh
penguapan ataupun digunakan untuk hidrasi semen. Adanya susut berlebihhan
pada struktur akan menyebabkan deformasi seiring bertambahnya umur beton.
Efek yang paling terlihat pada struktur yaitu timbulnya retak-retak pada struktur.
Timbulnya retak pada beton harus diperhitungkan, karena jika beton mengalami
kerekatan dapat menyebabkan kegagalan struktur jika retak yang terjadi semakin
melebar.
Proses susut terkekang adalah perubahan bentuk volume pada beton yang dibatasi
oleh media tertentu. Apabila beton tersebut menyusut maka akan terjadi retakan –
retakan pada beton tersebut. Sewaktu beton menyusut, pada beton tersebut akan
timbul tegangan tarik yang harus dipikul oleh beton. Retak akibat penyusutan
terkekang ini terjadi ketika tegangan tarik yang timbul melebihi kuat tarik yang
dimiliki beton.
Retak yang disebabkan oleh penyusutan terkekang dabat menyebar jika
penyusutan pada beton terus berlanjut setelah terjadi retak pertamakali ( initial
cracks ).
53
Susut terkekang dapat terjadi pada beton jika pergerakan beton akibat penyusutan
mengalami pengekangan. Contoh kasus dilapangan dapat terjadi pada concrete
patch repair system.
Perhitungan teganag susut terkekang adalah pekerjaan yang sangat sulit karena
susut, derajad pengekangan, modulus elastisitas, rasio poisson, rangkak, umur
beton, dan kualitas beton mempengaruhi tegangan susut ini. Hampir semua faktor
ini tergantung pada campuran beton, temperature, kelembaban, dan dimensi
struktur.
Regangan
Regangan susut
Regangan rangkak
Selisih regangan yang menyebabkan tegangan tarik
waktu
Gambar 2.1 Perbedaan regangan yang akan menentukan besarnya tegangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi susut terkekang adalah :
a. Agregat
Agregat berlaku sebagai penahan susut pasta semen sehingga semakain banyak
jumlah agregat tang terdapat dalam suatu mortar maka susut yang terjadi akan
semakin kecil. Pengaruhnya adalah untuk menahan drying shrinkage pada mortar
karena bagian yang terisi oleh pasta semen menjadi kecil.
54
b. Rasio air semen
Semakin besar faktor air semen (FAS) maka semakin besar pula efek susut yang
terjadi. Peningkatan FAS mempertinggi dan mempercepat perkembangan drying
shrinkage pasta semen, menyediakan riang untuk difusiair bebas dan mengurani
kekakuan dari susunan yang padat untuk menahan deformasi.
c. Ukuran elemen beton
Laju penyusutan akan berkurang jika volume elemen mortar besar. Biasanya,
kecepatan penyusutan menurun seiring dengan naiknya ukuran benda uji, karena
mortar memerlukan waktu yang lama agar kelembaban di dalam mortar yang
besar berpindah dan menjangkau permukaan benda uji selama pengeringan
d. Kondisi kelembaban sekitar
Semakin lembab tempat di sekitar mortar maka akan semakin kecil laju
penyusutan. Pada kenyataanya, mortar mungkin mengalami perubahan
kelembaban relatif karena cuaca di sekitar beton barvariasi.
e. Bahan tambahan
Penambahan mineral tertentu dapat mengurangi besarnya shrinkage. Beberapa
penyelidikan mengenai bahan tambahan mineral ini dilakukan oleh sejumlah
peneliti, diataranya Fattuhi dan Al Khaiat. Mereka melaporkan bahwa penyusutan
benda uji prisma berukurn 75 x 75 x 285 mm dikondisikan pada variasi
kelembaban, dengan penambahan silica fume pada takaran 10 % dari berat
semen, mengurangi nilai penyusutan yang terjadi.kecenderungan ini juga
dilaporkan oleh Alsayed ketika meneliti benda uji berbentuk prisma berukuran 75
55
x 75 x 285 mm, benda uji dikondisikan pada laboratorium terkontrol (suhu 25° C
dan kelembaban relatif 30 %). Pengurangan nilai shrinkage ini dihubungkan
dengan pengaruh silica fume dalam mengurangi ukuran dan pori kapiler yang
kecil dalam beton . Hal ini tentu saja juga mempengaruhi penyebaran dan
kapilaritas air dalam beton begitu juga mortar. Pada penambahan flyash tidak
secara signifikan mempengaruhi shrinkage betonn. Justru beton yang terbuat dari
penambahan 20% flyash atau bijih terak tanur tinggi menghasilkan peningkatan
penyusutan. Peningkatan penyusutan sehubungan dengan bijih terak tanur tinggi
juga dicatat oleh Chern dan Chan, kesimpulanya tidak semua mineral yang
ditambahkan bisa mengurangi nilai penyusutan, tetapi hanya beberapa mineral
tertentu yang mampu mengurangi shrinkage.
f. Jumlah dan kehalusan semen
Semakin banyak kandungan pasta semen di dalam beton, maka semakin tinggi
shrinkage yang terjadi. Semen dengan ukuran partikel lebih kasar dari saringan
no. 200 bereaksi sangat lambat. Bernet dan Loat meneliti pengaruh dari kehalusan
semen portland pada penyusutan beton dan mereka menyimpulkan bahwa
penyusutan dipengaruhi oleh penggunaan semen portland pada faktor air semen
yang sama dan dengan workabilitas yang sama. Bagaimanapun juga, ada
peningkatan signifikan dari penyusutan mortar yang terbuat dari semen yang lebih
halus.
g. Karbonasi
Susut karbonasi disebabkan oleh reaksi antara karbon dioksida (CO2) yang ada di
atmosfer dan yang ada di pasta semen. Banyaknya susut gabungan bergantung
pada urutan proses karbonasi dan pengeringan. Apabila kedua fenomena tersebut
terjadi secara simultan, maka susut yang terjadi akan lebih sedikit. Proses
karbonasi dapat sangat tereduksi pada kelembaban relatif di bawah 50%
56
2.9. Efek Penambahan Serat
Pengaruh penambahan serat kedalam adukan beton tergantung pada hal berikut :
a. Jenis ( ukuran dan bentuk ) serat
Sebenarnya semua jenis serat dapat digunakan sebagai bahan tambah yang
dapat memperbaiki memperkuat sifat- sifat beton, tetapi yang harus
diperhatikan adalah bahwa serat tersebut harus memiliki kuat tarik serat yang
lebih besar dari kuat tarik beton, selain itu katahanan terhadap alkali juga harus
diperhatikan.
b. Aspek rasio serat
Aspek rasio merupakan rasio antar panjang dan diameter serat. Perbandingan
ini mempengaruhi kekuatan dan workabilitasnya.
c. Prosentase serat
Penambahan konsentrasi serat yang terlalu banyak kedalam adukan beton akan
terjadi penggumpalan yang akan mehalangi penyebaran secara merata
keseluruh beton.
2.10. Efek Susut Terkekang
Gejala susut terjadi karena beton kehilangan kelembabannya yang disebabkan
oleh penguapan ataupun digunakan untuk hidrasi semen. Adanya susut yang
berlebihan pada struktur akan menyebabkan deformasi seiring bertambahnya
umur beton. Pada beton bertulang susut yang terjadi dapat menimbulkan tegangan
tekan baja dan tegangan tarik pada beton. Efek yang paling terlihat pada struktur
yaitu timbulnya retak-retak pada struktur dalam jangka waktu yang relative lama.
Pada struktur beton prategang susut dapat menyebabkan kehilangan praategang,
dimana kehilangan prategangnya harus dibatasi.
57
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Uraian Umum
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu
metode yang dilakukan dengan mengadakan suatu percobaan langsung untuk
mendapatkan suatu data atau hasil yang menghubungkan antara variabel-variabel
yang diselidiki. Metode ini dapat dilakukan di dalam ataupun di luar laboratorium.
Dalam penelitian ini akan dilakukan di dalam laboratorium.
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan suatu pengujian terhadap susut pada
beton yang telah direpair mortar dengan bahan tambah serat ban. adapun nilai
shrinkage, dilakukan pengamatan terhadap perubahan panjang sampel setelah
sampel tidak diberi beban dengan syarat sampel dicuring terlebih dahulu.
3.2. Bahan Dan Material
Bahan dan material yang digunakan dalam penelitian ini telah melaui pengujian
pada laboratorium bahan bangunan dan material.
Adapun bahan dan material yang digunakan adalah :
a. Semen
58
Semen yang akan digunakan dalam penelitian ini telah diuji yaitu uji vicat untuk
mengetahui waktu pengikatan awal. Hasil uji vicat menunjukkan bahwa Initial
setting time (waktu pengikatan awal) semen dengan faktor air semen 0,5 terjadi
pada rentang waktu antara 135-150 menit sehingga memenuhi standar yang
disyaratkan, yaitu antara 45-375 menit.
b. Air
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen serta menjadi pelumas antara butir-
butir agregat, agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air yang digunakan
harus memenuhi ketentuan AASHTO T26 dan memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1. Tidak mengadung benda melayang atau lumpur lebih dari 2 gram/liter.
2. Tidak mengandung garam-garaman yang dapat merusak beton (asam, zat
organik,dll) lebih dari 15 gram/liter.
3. Tidak mengandung klorida lebih dari 0,5 gram/liter.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
c. Pasir
Pasir yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji antara lain:
1. Uji gradasi bertujuan untuk mengetahui susunan diameter butiran pasir dan
prosentase modulus kehalusan butir (menunjukkan tinggi rendahnya tingkat
kehalusan butir dalm suatu agregat). Hasil uji gradasi menunjukkan bahwa
modulus kehalusan pasir 2,34, telah memenuhi standar ASTM C – 33 yaitu
modulus kehalusan pasir yang memenuhi syarat sebesar 2,3-3,1.
2. Kandungan zat organik. Hasil pengujian kandungan zat organik menunjukkan
bahwa zat organik yang terkandung dalam pasir cukup besar yaitu sekitar 20-
30%. Hal ini tidak memenuhi syarat karena kandungan zat organik dalam
pasir > 5 %, maka pasir harus dicuci terlebih dahulu.
3. Kandungan lumpur. Hasil pengujian kandungan lumpur dalam pasir
menunjukkan bahwa pasir mengandung lumpur sebanyak 13 %, hal ini tidak
memenuhi syarat karena menurut standar yang ditetapkan kandungan lumpur
59
dalam pasir maksimum adalah 5 %. Oleh karena itu, pasir harus dicuci terlebih
dahulu sebelumdigunakan agar lumpur yang terkandung dalam pasir hilang.
4. Specific gravity bertujuan untuk mengetahui berat jenis pasir serta daya serap
pasir terhadap air. Hasil pengujian specific gravity menunjukkan bahwa pasir
mempunyai bulk specific gravity SSD sebesar 2,55, telah memenuhi standar
yang ditetapkan oleh ASTM C.128-79 yaitu sebesar 2,5 – 2,7.
d. Serat ban
Salah satu jenis karet alam Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang
dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga biasa langsung dipakai oleh
konsumen, baik untuk pembuatan ban maupun bahan yang menggunakan bahan
baku karet alam lainnya.
Limbah ban berupa potongan – potongan telah lama digunakan sebagai bahan
tambahan (Additif), hal ini karena beberapa sifat ban yang menguntungkan. Sifat –
sifat potongan ban antara lain :
1. Ringan, murah dan tahan lama.
2. Merupakan isolator panas yang baik.
3. Permeabilitas bernilai > 10 cm/s.
4. Spesific Gravities bernilai antara 1,02 – 1,27.
5. Water Absobtion bernilai antara 2 – 4 %
(Dana Humprey, Ph.D.,P.E. University of Maine, Recycling and Recycled
product Program, General Sevice Division, Texas Departement of
Transportation).
Sumber lain menyatakan beberapa sifat teknis dari potongan ban adalah sebagai
berikut :
1. Specific Gravity bernilai antara 1,1 – 1,3, bergantung pada material
penyusunnya.
2. Permeabilitas bernilai antara 1,5 – 15 cm/s tergantung pada angka pori.
60
3. Compressibility dari potongan ban dikaitkan pada nilai Modulus Young
yang bernilai 770 – 1250 kPa.
4. γd bernilai antara 332 kg/m3 – 725 kg/m3 bergantung pada ukuran dari
potongan ban pada pemadatan Modified Proctor.
(Bosscher et all, 1992.; Humphrey et all, January 1993.; Humprey et all, october
1993.; ahmed et all, 1993.; Upton et all, 1993.; Newcomb et all, 1994.; Collins et
all, 1994.; Epps, Jon A, 1994’; Humphrey et all,1996.
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Gradasi Serat Ban
Ukuran Ayakan Tertahan Ukuran
(mm) Berat(gr) Prosentase(%) Kumulatif(%) Kumulatif Lolos(%)
Diameter (mm)
Panjang (mm)
4,75 415 33.414 33.414 66.586 0 0
2,36 125 10.064 43.478 56.522 1.8 21.5
1,18 340 27.375 70.853 29.147 1.2 9.2
0,85 265 21.337 92.19 7.81 0.85 2.35
Pan 97 7.81 100 0 bentuk butiran seperti pasir
Jumlah 1242 100 339.936
Serat ban yang digunakan adalah limbah ban yang berasal dari sisa-sisa vulkanisir
ban. Serat ban yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat ban yang lolos
saringan 4,75 mm. Specific gravity serat ban sebesar 1,18.
e. Accelerator
Accelerating admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat
pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton maupun mortar. Bahan ini
61
digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan dan mempercepat
pencapaian kekuatan pada beton maupun mortar.
f. Superplasticizer
Bahan tambah additive atau admixture adalah bahan tambah selain semen,agregat
dan air yang ditambahkan pada adukan mortar maupun beton, sebelum, segera
atau selama pengadukan beton untuk mengubah sifat beton sesuai dengan
keinginan perencana. Penelitian ini menggunakan admixture berupa accelerating
admixture dan superplasticizer yaitu Sikament NN.
Menurut ASTM C-194, superplasticizer adalah campuran atau bahan additif
pengurang air yang sangat efektif. Pemakaian bahan tambah ini dapat memberikan
adukan dengan faktor air semen yang lebih rendah pada nilai kekentalan adukan
yang sama atau kekentalan adukan yang sama dengan faktor air semen yang sama.
Superplasticizer juga mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan
workabilitas. Sikament NN adalah bahan tambah untuk campuran beton maupun
mortar yang berbentuk cairan, sehingga bahan tambah ini akan lebih dapat
bercampur dan bereaksi dengan campuran mortar yang lain di dalam adukan
mortar.
3.3. Benda Uji
3.3.1. Proporsi Campuran
Pembuatan campuran adukan repair mortar dilakukan setelah menghitung
proporsi masing-masing bahan yang dipergunakan.
Tabel 3. 2. Proporsi campuran benda uji
No Proporsi Campuran ( FAS 0,5 ) Jumlah benda uji
1 Perbandingan semen : pasir : 1 : 2,5 3 buah
62
Serat ban 0%
Superplasticizer 2%
Pengeras 0,4%
2 Perbandingan semen : pasir : 1 : 2,5
Serat ban 4%
Superplasticizer 2%
Pengeras 0,4%
3 buah
3 Perbandingan semen : pasir : 1 : 2,5
Serat ban 8%
Superplasticizer 2%
Pengeras 0,4%
3 buah
4 Perbandingan semen : pasir : 1 : 2,5
Superplasticizer 2%
Serat ban 12%
Pengeras 0,4%
3 buah
5 Perbandingan semen : pasir : 1 : 2,5
Superplasticizer 2%
Serat ban 16%
Pengeras 0,4%
3 buah
6 Produk SIKA Repair Mortar 3 buah
Jumlah 18 buah
3.3.2. Jenis Benda Uji
Benda uji yang akan digunakan pada penelitian ini berupa silinder ring dengan
ukuran diameter luar 37,5 cm, diameter dalam 30,5 cm dan tinggi 14 cm seperti
pada Gambar 3.1
37,5 cm
63
14 cm
30,5cm
Gambar 3.1. Sketsa Benda Uji untuk Pengujian Susut Terkekang
Gambar 3.2 Ukuran cetakan dan benda uji
3.3.3. Pembuatan Benda Uji
Pembuatan campuran adukan repair mortar dilakukan setelah menghitung
proporsi masing-masing bahan yang dipergunakan, kemudian mencampur dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengambil bahan-bahan pembentuk repair mortar dengan berat yang
ditentukan sesuai rencana campuran.
b. Mencampur dan mengaduk semen dan pasir sampai benar-benar homogen.
c. Menambah air sedikit demi sedikit sesuai dengan jumlah faktor air semen
yang telah ditentukan serta terus mengaduk campuran tersebut sehingga
menjadi adukan mortar segar yang homogen.
d. Memasukkan adukan ke dalam cetakan yang telah dipersiapkan. Pada
penelitian ini, bahan untuk cetakan tipe ring dengan ukuran diameter luar 375
mm, diameter dalam 305 mm dan tinggi 140 mm. Adukan mortar dimasukkan
64
ke dalam cetakan secara berlapis dan tiap lapis dipadatkan agar pemadatannya
sempurna. Permukaan adukan diratakan dengan sendok semen.
e. Bekisting luar atau cetakan paling luar dibuka pada umur 1 hari.
3.3.4. Alat-alat yang digunakan
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Struktur Teknik, Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, sehingga menggunakan alat-alat yang
terdapat pada laboratorium tersebut.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Timbangan
a. Timbangan Digital.
b. Timbangan “Bascule” merk DSN Bola Dunia, dengan kapasitas 150 kg
dengan ketelitian 0,1 kg.
2. Cetakan benda uji
Cetakan benda uji yang digunakan adalah cetakan tipe ring yang terbuat dari
baja dengan ukuran diameter luar 375 mm, diameter dalam 305 mm dan tinggi
140 mm. Selain sebagai cetakan, cetakan ini juga sebagai alat uji retak karena
benda uji tersebut tidak terlepas dari cetakan sehingga mengalami retak karena
susut terkekang.
3. Alat bantu
a. Cetok semen, digunakan untuk memasukkan campuran repair mortar ke
cetakan.
b. Gelas ukur kapasitas 1000 ml, digunakan untuk menakar air yang akan
dipakai dalam campuran repair mortar.
c. Ember untuk tempat air dan sisa adukan.
4. Termometer
Termometer digunakan untuk mengukur suhu disekitar benda uji selama
pengamatan dilakukan.
5. Hygrometer
65
Hygrometer digunakan untuk mengukur kelembaban benda uji selama
pengamatan dilakukan.
6. Ayakan dan mesin penggetar ayakan
Ayakan baja dan penggetar yang digunakan adalah merk “Controls” Italy
dengan bentuk lubang ayakan bujur sangkar dengan ukuran lubang ayakan
yang tersedia adalah 75 mm, 50 mm, 38.1 mm, 25 mm, 19 mm, 12.5 mm, 9.5
mm, 4.75 mm, 2.36 mm,1.18 mm, 0.85 mm, 0.30 mm, 0.15 dan pan.
7. Alat untuk pengamatan retak pada benda uji menggunakan teropong micro
crack.
8. Alat untuk pengamatan susut pada benda uji menggunakan demountable
Mechanical Strain Gauge (Demec Gauge).
3.4. Prosedur Pengujian
Dalam pengujian susut terkekang ini digunakan benda uji berbentuk silinder ring
dengan ukuran diameter luar 37,5 cm, diameter dalam 30,5 cm dan tinggi 14 cm.
Dimana pada permukaannya akan dipasang demec point, sedangkan pengukuran
susut dilakukan dengan menggunakan demountable Mechanical Strain Gauge
(Demec Gauge).
Langkah langkah pemasangan demec point pada benda uji:
1. Membersihkan benda uji
2. Memberi tanda pada titik titik yang akn ditinjau sejarak 200 mm dan agar
tepat digunakan alat bar reference.
3. Demec point yang berupa butiran berbentuk silinder terbuka di kedua sisinya
dan berdiameter 3 mm, ditempelkan dengan lem tepat diatas titik-titik
tersebut.
4. Setelah proses pemasangan selesai, benda uji didiamkan slama kira-kira 4
jam sampai lem mengeras sehingga posisi demec point benar-benar stabil
3.4.1.Prosedur Pengamatan Retak Karena Susut Terkekang
66
Pengamatan retak karena susut terkekang pada penelitian ini menggunakan benda
uji berbentuk tipe ring dengan ukuran diameter luar 375 mm, diameter dalam 305
mm dan tinggi 140 mm. Waktu pengamatan retak karena susut terkekang ini
benda uji tidak terlepas dari cetakan kecuali selimut cetakan yang paling luar. Jika
retak terjadi pada benda uji, maka lebar cetakan dicatat dan selalu dipantau
perkembangan selanjutnya. Setiap pengamatan retak ini suhu dan kelembaban
harus selalu dicatat untuk mengetahui kondisi ruangan tersebut stabil atau tidak.
Pengamatan retak menggunakan microcracking.
3.4.2.Prosedur Pengamatan Susut Karena Susut Terkekang
Benda uji yang telah dipasangi demec point kemudian dilakukan pengujian.
Langkah-langkah pengujian susut mortar adalah sebagai berikut:
1. Setting alat Demountable Mechanical Strain Gauge. Dimana digunakan nilai
bar reference sebesar 200 µmm.
2. Mengatur dial gauge yang terdapat pada demountable mechanical strain
gauge dan jarum disetel pada posisi angka nol.
3. Kemudian pengujian siap dilakukan dengan membaca dan mencatat
perubahan jarum pada angka yang ditunjukkan oleh dial gauge setelah jarum
berhenti atau dalam keadaan stabil.
4. Mengulangi pengukuran pada masing-masing demec point sebanyak 4 kali.
67
Tahap-tahap penelitian ini dapat dilihat secara skematis dalam bentuk bagan alir
sebagai berikut :
Tahap I
Persiapan
1. Semen 2. Air 3.Serat ban 4. Pengeras 5. Superplasticizer
Mortar Utama (plesteran dan Pasangan bata)
Agregat halus SIKA Repair Mortar
Uji Bahan : 1. Kadar Lumpur 2. Kadar Organik 3. Specific Grafity 4. Gradasi 5. Berat Isi
68
Tahap II
Tahap III
Tahap IV
Tahap V
Tahap VI
Tahap VII
BAB 4
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Susut dan Retak Repair Mortar Pengaruh Susut
Terkekang
Pada penelitian digunakan benda uji yang digunakan berbentuk ring dengan
diameter dalam 305 mm dan diameter luar 375 mm. Pengujian shrinkage pada
mortar dimulai saat mortar berumur 1 hari. Pengujian shrinkage dilakukan
pada umur mortar mencapai 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 ,16 , dan 17
Pembuatan Benda Uji : · Rancang campur (Mix Design) · Pembuatan adukan · Slump test · Pembuatan benda uji
Perawatan benda uji ( Curing )
Pengamatan benda uji ( retak dan susut yang terjadi pada benda uji )
Analisa data
Kesimpulan
Gambar 3.3. Bagan alir tahap-tahap penelitian
69
hari. Shrinkage didapat dari perhitungan antara selisih perubahan panjang
dibagi panjang mula-mula. Data pengujian shrinkage selengkapnya terdapat
pada lampiran.
Pengamatan retak repair mortar pengaruh susut terkekang ini mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Li et al, (1999). Benda uji yang digunakan
berbentuk ring dengan diameter dalam 305 mm dan diameter luar 375 mm.
Waktu pengamatan dilakukan benda uji tidak terlepas dari cetakan kecuali
penutup luar cetakan. Pengamatan dimulai dari umur 1 hari sampai lebar retak
stabil(jika terjadi retak dalam benda uji).
Dari hasil pengamatan didapat data lebar retak yang terjadi pada benda uji.
Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Retak
Benda UJi
Lebar Retak (mm) Waktu Pertama
Retak (hari)
Lebar Retak Max (mm)
Waktu Retak Max
(hari)
Jangka Waktu Retak
awal s/d Max
A 0,2 A 1,4
T 0,2 T 1,4
SB 0%-1 B 0,2 7 B 1,4 15 8
A 0,4 A 1,4
T 0,2 T 1,4
SB 0%-2 B 0,2 7 B 1,4 15 8
A 0,1 A 1,4
T 0,1 T 1,4
SB 0%-3 B 0,1 8 B 1,4 15 7
70
A 0,2 A 1,2
T 0,4 T 1,0
SB 4%-1 B 0,4 7 B 0,8 17 10
A 0,4 A 1,0
T 0,4 T 1,0
SB 4%-2 B 0,2 7 B 0,8 17 10
A 0,4 A 1,2
T 0,4 T 1,2
SB 4%-3 B 0,4 7 B 1,0 17 10
A 0.4 A 1,0
T 0,4 T 0,8
SB 8%-1 B 0,4 9 B 0,8 17 10
A 0,4 A 1,2
T 0,2 T 1,0
SB 8%-2 B 0,2 7 B 0,8 17 10
A 0,2 A 0,8
T 0,2 T 0,6
SB 8%-3 B 0,2 7 B 0,8 17 10
A 0,2 A 0,8
T 0,1 T 0,8 SB 12%-1 B 0,1 7 B 0,6 15 8
A 0,2 A 0,8
T 0,2 T 0,8 SB 12%-2 B 0,2 7 B 0,6 15 8
A 0,1 A 0,4
T 0,1 T 0,2 SB 12%-3.1 B 0,1 7 B 0,2 15 8
A 0,1 A 0,1
T 0,1 T 0,1 SB 12%-3.2 B 0,1 10 B 0,1 15 5
A 0,1 A 0,1
T 0,1 T 0,1 SB 16%-1 B 0,1 10 B 0,1 15 5
A 0,1 A 0,1
T 0,1 T 0,1 SB 16%-2 B 0,1 10 B 0,1 15 5
A 0,1 A 0,2 SB 16%-3
T 0,1
9
T 0,2
15 6
71
B 0,1 B 0,2
A 1,0 A 2,2
T 0,8 T 2,0
SIKA-1 B 0,6 7 B 2,0 15 8
A 0,2 A 2,0
T 0,2 T 2,0
SIKA-2 B 0,2 7 B 2,0 15 8
A 0,4 A 0,8
T 0,4 T 0,8 SIKA-3.1 B 0,4 7 B 0,8 15 8
A 0,1 A 0,1
T 0,1 T 0,1 SIKA-3.2 B 0,1 9 B 0,1 15 6
Dengan
A = Atas
T = Tengah
B = Bawah
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Lebar Retak dengan Jenis Repair Mortar
72
Dari Tabel 4.1.dan Gambar 4.1. menunjukan bahwa repair mortar campuran SB
0%, SB 4%, SB 8%, SB 12%, SB 16% dan sika mengalami retak pertama hampir
secara bersamaan pada saat 7 hari. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan
kadar serat ban belum dapat menghambat laju retak, hanya saja dapat
memperkecil lebar retak maksimum yang diakibatkan dari susut terkekang.
Dengan penambahan kadar serat ban yang berbeda besarnya retak maksimum
dapat dikurangi hingga 90 %, ini disebabkan kehadiran serat-serat ini dapat
berfungsi sebagai penyalur tegangan sehingga dapat mengurangi besarnya retak.
Dalam hal ini ada penurunan signifikan dari besarnya retak maksimum yang
terjadi dari material repair yang dapat dibuat sendiri dengan bahan dasar mortar
dibandingkan dengan repair mortar yang berada di pasaran.
4.2. Hitungan Susut Terkekang
Sebelum dilakukan perhitungan susut terkang pada sample mortar ini, maka harus
mengukur besarnya susut yang terjadi pada sample tersebut. Pengukuran
dilakukan denagn mengukur sepasang demec point menggunakan alat dial gauge.
Maka akan didapatkan data yang merupakan panjang mula – mula yaitu P =
200mm.
73
72°
P=200mm
R=170mm
R=170mmß 54°
a
Demec Point
Demec Point
72°
P=200mm
R=170mmR=170mm
ß54°
a
Dem
ec P
oint
Dem
ec P
oint
72°
P=200mm
R=170mm
R=170mmß
54°
a
Demec Point
Demec Point
Gambar 4.2. Benda uji
Setelah mendapatka nilai P, besarnya perubahan sudut yang dicari dapat dihitung
menggunakan rumus dibawah ini :
Perubahan Sudut dihitung menggunakan Rumus :
( i )
( ii )
Dimana :
β : Sudut θ
P : panjang mula – mula
R : Jari – jari lingkaran
α : Sudut yang dicari
Dari perhitungan diatas didapat nilai α yang digunakan untuk menghitung panjang
tali busur.
Panjang tali busur dihitung menggunakan Rumus :
74
Dimana :
L : Panjang tali busur
α : Sudut yang diketahui
l : Keliling lingkaran ( 2 x π x r)
Setelah mendapatkan panjang tali busur, maka dapat dihitung besarnya ΔL
Perubahan panjang tali busur dihitung menggunakan Rumus :
Dimana :
Lₒ : Panjang tali busur awal
Ln : Panjang tali busur n hari
Besarnya Susut Terkekang dihitung menggunakan Rumus :
Dimana :
ε : Besarnya Susut Terkekang
ΔL : Perubahan panjang Susut Terkekang
L : Panjang Susut Terkekang
Dari perhitungan yang telah dilakukan menghasilkan grafik seperti dibawah ini :
75
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Susut Terkekang dengan Umur Mortar
Dari Gambar 4.3. dapat dilihat bahwa repair mortar dengan bahan tambah serat
ban mampu mengurangi susut terkekang secara signifikan bahkan dengan kadar
serat 4% dibandingkan dengan repair mortar yang tanpa serat ban maupun repair
mortar yang berada di pasaran yang dalam penelitian ini digunakan sika repair
mortar.
Dari Gambar 4.3. menunjukkan bahwa adanya penyusutan dari hari 1-3,
campuran SB 16% mengalami susut terkekang paling kecil yaitu 115,5180
microstrain (saat umur 3 hari), sedangkan pada Sika mengalami susut terkekang
paling besar yaitu 293,1609 microstrain (saat umur 3 hari).
76
*SB = susut repair mortar dengan bahan tambah serat ban
** SB 0% = susut repair mortar dengan bahan tambah serat ban 0%
Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Penambahan Serat ban
*SB = susut repair mortar dengan bahan tambah serat ban
** SIKA = susut sika repair mortar
Gambar 4.5. Grafik Perbandingan Penambahan Serat ban dengan Sika
77
Dari Gambar 4.4. dapat dilihat bahwa repair mortar dengan bahan tambah serat
ban berpengaruh dalam memperkecil susut pada mortar dilihat dengan penurunan
perbandingan nilai susut antara mortar dengan bahan tambah serat ban 0% dan
mortar dengan bahan tambah serat ban 4%, 8%, 12% maupun 16%.. Penyusutan
yang terjadi pada penambahan serat ban antara 4% - 16% berada pada kisaran
11% - 50 %.
Dari Gambar 4.5. dapat dilihat bahwa repair mortar dengan bahan tambah serat
ban berpengaruh dalam memperkecil susut pada mortar dilihat dengan penurunan
perbandingan nilai susut antara mortar dengan bahan sika. Penyusutan yang
terjadi pada penambahan serat ban antara 4% - 16% berada pada kisaran 30% -
60 %.
( a )
78
( b )
( c )
( d )
79
( e )
( f )
Gambar 4.6. Grafik Hubungan Penyusutan dengan Umur Mortar Setelah Terjadi
Retak Pada Campuran ( a ) SB 0%, ( b ) SB 4%,( c ) SB 8%, ( d ) SB 12%, ( e )
SB 16%, dan ( f ) Sika.
38
( a )
( b )
( c )
39
( d )
( e )
( f )
Gambar 4.7. Grafik Hubungan Pengembangan dengan Umur Mortar Setelah
Terjadi Retak Pada Campuran ( a ) SB 0%, ( b ) SB 4%,( c ) SB 8%, ( d ) SB
12%, ( e ) SB 16%, dan ( f ) Sika.
40
Dari Gambar 4.6. menunjukkan bahwa adanya penyusutan setelah terjadi retak
dari awal mulai retak hingga retak tersebut stabil. Dengan adanya penambahan
serat ban, maka susut terkekang yang terjadi semakin kecil. Hal ini
mengindikasikan bahwa repair mortar dengan kadar serat ban berbeda-beda akan
mempengaruhi besarnya susut terkekang yang terjadi walaupun tidak signifikan.
Dari Gambar 4.7. menunjukkan bahwa adanya bagian yang mengembang setelah
terjadi retak dari awal mulai retak hingga retak tersebut stabil. Dengan
bertambahnya umur mortar maka lebar retak juga bertambah besar yang
mengakibatkan pengembangan pada sisi benda uji.
i
4.3. Pembahasan
Penyusutan yang terjadi pada beton harus diperhitungkan karena penyusutan ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap struktur beton atau bangunan. Susut
dapat terjadi karena beton kehilangan kelembabannya yang disebabkan oleh
penguapan ataupun digunakan untuk hidrasi semen. Adanya susut berlebihhan
pada struktur akan menyebabkan deformasi seiring bertambahnya umur beton.
Efek yang paling terlihat pada struktur yaitu timbulnya retak-retak pada struktur.
Timbulnya retak pada beton harus diperhitungkan, karena jika beton mengalami
kerekatan dapat menyebabkan kegagalan struktur jika retak yang terjadi semakin
melebar.
Dari Tabel 4.1.dan Gambar 4.1. menunjukan bahwa repair mortar campuran SB
0%, SB 4%, SB 8%, SB 12%, SB 16% dan sika mengalami retak pertama hampir
secara bersamaan pada saat 7 hari. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan
kadar serat ban belum dapat menghambat laju retak, hanya saja dapat
memperkecil lebar retak maksimum yang diakibatkan dari susut terkekang.
Penambahan serat ban pada campuran dimaksudkan karena campuran tersebut
mempunyai sifat Stiffness yang rendah. Sifat Stiffness yang rendah pada campuran
mampu memperkecil resiko retak dan memperlambat terjadinya retak. Pada
penelitian ini faktor Stiffness tidak dapat dibuktikan berpengaruh dalam
memperkecil resiko retak. Dengan penambahan kadar serat ban yang berbeda
hanya mampu memperkecil terjadinya lebar retak maksimum.
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa repair mortar dengan bahan tambah serat
ban mampu mengurangi susut terkekang secara signifikan bahkan dengan kadar
serat 4% dibandingkan dengan repair mortar yang tanpa serat ban maupun repair
mortar yang berada di pasaran yang dalam penelitian ini digunakan sika repair
mortar.
ii
Dari Gambar 4.4. dan Gambar 4.5. menunjukkan bahwa penambahan kadar
serat ban 4% dapat memperkecil nilai susut 11% - 60%. Hal ini disebabkan
kehadiran serat-serat ini dapat berfungsi sebagai penyalur tegangan tarik sehingga
dapat mengurangi kecenderungan untuk mengalami susut.
Dari Gambar 4.6. dan Gambar 4.7. terlihat bahwa setelah terjadi retak mortar
mengalami penyusutan dan pengembangan. Hal ini disebabkan semakin
bertambahnya umur mortar maka retak yang terjadi semakin lebar sehingga retak
tersebut mencapai batas maksimum, yang mengakibatkaan sisi benda uji
menyusut dan sisi yang lain mengembang. Hal ini terjadi karena benda uji yaitu
berbentuk ring.
Repair mortar dengan kadar serat ban berbeda-beda akan mempengaruhi besarnya
susut terkekang yang terjadi walaupun tidak signifikan. Susut pada mortar dalam
kondisi terkekang akan menimbulkan tegangan tarik yang selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya retak pada mortar. Besarnya susut pada mortar bukan
satu-satunya parameter yang menentukan terjadinya retak. Penggunaan serat ban
pada campuran repair mortar dapat menurunkan besarnya susut terkekang
sehingga bahan ini mampu mencegah lebar retak maksimum yang besar.
iii
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Dari seluruh pengujian, analisis data, dan pembahasan yang dilakukan dalam
penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penambahan kada serat ban dengan prosentase tertentu pada repair mortar
belum dapat menghambat waktu pertama kali terjadi retak.
2. Penambahan kadarserat ban variasi campuran SB 0%, SB 4%, SB 8%, SB
12%, dan SB 16% pada repair mortar mempengaruhi lebar retak maksimum.
SB 0% = 1,40 mm, SB 4% = 1,00 mm, SB 8% = 0,80 mm, SB 12% =0,40mm,
dan SB 16% = 0,10 mm. Sehingga dengan penambahan kadar serat ban yang
semakin besar, maka lebar retak maksimum yang terjadi semakin kecil.
3. Penambahan kadar serat ban dengan prosentase tertentu pada repair mortar
mempengaruhi nilai susut terkekang. Penambahan serat ban sebesar 16%
memperlihatkan nilai susut terkekang yang lebih kecil dibandingkan mortar
dengan kadar serat ban yang lain.
5.2.Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diberikan saran-saran yang
akan berguna pada masa mendatang, saran-saran yang diberikan sebagai berikut:
1. Pembuatan repair mortar di lapangan dapat menggunakan penambahan serat
ban untuk mengurangi susut.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap serat ban dengan berbagai tipe dan
prosentase jumlah serat ban yang ditambahkan terhadap volume semen ( Fiber
Volume Fraction, Vf).
iv
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1984,Concrete society Technical Report No. 26, Repair of Concrete damaged by Reinforcement Corrosion, Devon House 12-15 Dartmount Street London.
Anonim, 1991, ACI Concrete Repair Basics.
Anonim, 1992, Concrete society Technical Report No. 22, Non-Sructural Crack in Concrete.
Anonim, 2005, Buku Pedoman Penulisan Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Anonim, 2007, Pertimbangan pada Perbaikan dan Perkuatan Struktur Bangunan Pasca Gempa.
Murdock L. J.(Alih Bahasa: Stepanus hindarko), 1999, Bahan Dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.
Nawi E. G.(Alih Bahasa: Bambang Suryatmono), 1990, Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, Eresco, Bandung.
Tjokrodimulyo, K, 1996, Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta.
W. O. Nutt, 1987, Estercrete Ltd, 5th International Congress on Polymers in Concrete, Bringhton, UK.
Zongjin Li, Meng Qi, Zailiang Li, dan Baoguo Ma, 1999, Crack Width of High-Performance Concrete due to Restrained Shrinkage.