karakteristik kuat lekat repair mortar dengan …...bahan tambah polymer yang diukur dari uji kuat...

53
KARAKTERISTIK KUAT LEKAT REPAIR MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH POLYMER YANG DIUKUR DARI UJI KUAT BELAH The Characteristic Of Bond Strengh of Repair Mortar with Polymer Determined by Split testing Strengh SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : TRI WAHYONO NIM : I. 0102544 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: truongquynh

Post on 04-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KARAKTERISTIK KUAT LEKAT REPAIR MORTAR DENGAN

BAHAN TAMBAH POLYMER YANG DIUKUR DARI UJI KUAT BELAH

The Characteristic Of Bond Strengh of Repair Mortar

with Polymer Determined by Split testing Strengh

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh :

TRI WAHYONO NIM : I. 0102544

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

LEMBAR PERSETUJUAN

KARAKTERISTIK KUAT LEKAT REPAIR MORTAR DENGAN

BAHAN TAMBAH POLYMER YANG DIUKUR DARI UJI KUAT BELAH

The Characteristic Of Bond Strengh of Repair Mortar

with Polymer Determined by Split testing Strengh

Disusun Oleh :

TRI WAHYONO

NIM : I. 0102544

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji pendadaran

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Persetujuan

Dosen Pembimbing I

S. A. Kristiawan, ST, MSc, Ph. D NIP. 19690501 199512 1 001

Dosen Pembimbing II

Ir. Sunarmasto, MT NIP. 19560717 198703 1 001

Disahkan : Ketua Program S1 Non Reguler

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS

Ir. Agus Sumarsono, MT NIP. 19570814 198601 1 001

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan tim penguji pendadaran Jurusan Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta guna memenuhi sebagian persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Pada hari : Jumat

Tanggal : 22 Januari 2010

1. S. Kristiawan, ST, MSc, Ph. D (……………………………………) NIP. 19690501 199512 1 001

2. Ir. Sunarmasto, MT (……………………………………) NIP. 19560717 198703 1 001

3. Edy Purwanto ST, MT (……………………………………) NIP. 19680912 199702 1 001

4. Ir. Supardi, MT (……………………………………) NIP. 19550504 198003 1 003

ii

Mengetahui, a.n. Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Pembantu Dekan I

Ir. Noegroho Djarwanti, MT NIP. 19561112 198403 2 007

Disahkan, Ketua Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik UNS

Ir. Bambang Santosa, MT NIP. 19590823 198601 1 001

MOTTO

Jagalah setiap kepercayaan yang telah diberikan lepada kamu,

karena berbahagialah bagi orang-orang yang terpercaya

( penulis )

*******

Kebijaksanaan tidak lagi merupakan kebijaksanaan

bilamana ia terlalu angkuh untuk menangis,

terlalu serius untuk tertawa,

dan terlalu egois untuk melihat yang lain kecuali dirinya

( Kahlil Gibran )

******

Bebaskanlah pekerjaan pada dirimu menurut kemampuanmu,

karena Allah azzawajala tidak bosan hinggá kamu sendiri yang

bosan dan, sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah

azzawajala ádalah yang terus-menerus meskipun sedikit

( hadist Riwayat Bukhari )

******

Dan kembalilah dan berserah dirilah kamu kepada Rabb-mu

( Az – Zumar : 54 )

******

PERSEMBAHAN

Allah swt, pemilik jiwa, raga, hidup dan kehidupanku. Atas

kuasa dan kehendakmu-mu semua ini dapat terjadi (thank you for

your never ending blessings and for living me strength in my

moments of weakness)

Ibu, cinta dan kasih sayangmu menuntunku untuk

mengerti arti berjuang untuk hidup (it`s really nice to have a

family that can laugh as much as we do)

Mas-Masku, Mbak Ipuk, Laras. Tawa dan canda kalian

menjadi penyejuk dalam kesediahanku

(l love you more than you`ll ever

know)

Erwi Puji Astuti, bikin hidup lebih hidup

(you`re the one llove…the one)

l live for…the most beautiful gifts in my live)

Sahabat-sahabatku, thanks for all

ABSTRAK

Tri Wahyono, 2009, KARAKTERISTIK KUAT LEKAT REPAIR MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH POLYMER YANG DIUKUR DARI UJI KUAT BELAH, The Characteristic Of Bond Strength of Repair Mortar with Polymer Determined by Split testing Strenght, Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Polymer sebagai bahan tambah dalam campuran repair mortar berinteraksi dengan semen Portland dan air. Dalam interaksi tersebut polymer memperlambat hidrasi sehingga sangat berpengaruh pada proses kristalisasi selama pengerasan beton. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan polymer pada repair mortar terhadap kuat lekat repair mortar pada beton dengan variasi polymer 2%, 4%, 6% kemudian dibandingkan , Sika Repair Mortar dan Mortar Utama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengadakan suatu percobaan di laboratorium secara langsung untuk mendapatkan data atau hasil yang menghubungkan antara variable-variabel yang diselidiki. Dalam percobaan ini akan dicari nilai kuat lekat repair mortar dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Dari hasil analisis diperoleh nilai kuat lekat repair mortar dengan variasi Polymer 0%, 2%, 4% dan 6% adalah sebagai berikut : 0.59MPa, 0.68MPa, 0.,75MPa, 0.85MPa, sedangkan untuk Sika Repair Mortar, Mortar Utama dan Mortar Biasa adalah sebagai berikut : 0.71MPa, 0.24MPa, 0.31MPa. Kata kunci : Polymer, Kuat Lekat

iii

PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah kehadirat Allah swt yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta menuntun didalam penyusunan

skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

Penulisan skripsi dengan judul “Karakteriristik Kuat Lekat Repair Mortar

dengan Bahan tambah Polymer yang Diukur dari Uji Kuat Belah ’’ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selesai penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, sehingga

pada kesempatan ini tidak berlebih kiranya jika penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

2. Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Pimpinan Program Teknik Sipil S1 Non Reguler Fakultas Teknik Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. S. A. Kristiawan, ST, MSc, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi I atas

arahan dan bimbingannya selama penyusunan tugas ini.

5. Ir. Sunarmasto, MT selaku Dosen Pembimbing Skripsi II atas arahan dan

bimbingannya selama penyusunan tugas ini.

6. Ibuku dan saudara-saudaraku yang senantiasa memberiku doa dan semangat

untuk terus maju.

7. Sahabat-sahabat dekatku Bpk Saptoyo Budi, Hendrix, Agus Maryadi dan Erik

Kustiyanto terima kasih mau mendengarkan segala keluh kesahku selama ini,

akhirnya kita berhasil juga.

8. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2002 Teknik Sipil S1 Non Reguler

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

iv

9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

Penulisan dengan segala keterbatasan menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan disetiap sisinya. Oleh

karena itu, kritik dan saran maupun masukan yang membawa kearah perbaikan

dan bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi penulis, khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................ii

ABSTRAK …...……………………………………………………………..iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................vi

DAFTAR NOTASI .......................................................................................ix

DAFTAR TABEL ..........................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………............xi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. ..2

1.3. Batasan Masalah …………………………................................................2

1.4. Tujuan Manfaat Penelitian ……………………..............………………...3

1.5. Manfaat Penelitian......................................................................................3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Pendahuluan ...............................................................................................4

2.1.1. Pengertian Beton ...................................................................................4

2.1.2. Kerusakan-Kerusakan yang Terjadi pada Beton….................................5

2.1.2.1 Retak …………………….………….............................…….……….5

2.1.2.2 Terlepasnya Bagian Beton (Spalling)…...............................................5

2.1.2.3 Aus..……………………………….............................………………5

2.1.2.4 Patah.................. ..................................................................................5

2.1.2.5 Keropos................................................................................................6

2.1.2.6 Delaminasi............................................................................................6

vi

2.1.3 Penyebab Kerusakan-Kerusakan Pada Beton............................................6

2.1.3.1. Serangan Asam ......................................................................................6

2.1.3.2. Korosi ....................................................................................................6

2.1.3.3 Kelebihan Beban....................................................................................7

2.1.3.4. Gempa....................................................................................................7

2.1.3.5 Kebakaran...............................................................................................8

2.1.3.6 Susut.......................................................................................................8

2.2. Metode Perbaikan Beton.............................................................................9

2.2.1 Macam-Macam Metode Perbaikan Beton...............................................9

2.2.1.1. Patching................................................................................................9

2.2.1.2. Grouting................................................................................................9

2.2.1.3. Shot-crete (Beton Tembak).................................................................10

2.2.1.4. Grout Preplaced Aggregat (Beton Prepack)..................................... .10

2.2.1.5. Injeksi............................................................................................... .11

2.2.1.6. Overlay...............................................................................................11

2.2.2. Material Perbaikan Beton......................................................................11

2.3. Metode Patch Repair.................................................................................12

2.3.1. Prinsip Kerja Patch Repair.....................................................................12

2.3.1.1. Persiapan Permukaan...........................................................................12

2.3.1.2. Perbandingan Campuran.....................................................................13

2.3.2. Syarat-syarat Sebagai Material Patch Repair.........................................13

2.3.3. Material Patch Repair............................................................................14

2.4. Modifier Polymer.....................................................................................14

2.4.1. Polymer sebagai Modifier Beton dan Mortar........................................16

2.4.2 Prosedur Pencampuran..........................................................................16

2.4.3. Prosedur Pengawetan (curring).............................................................17

2.4.4. Efek Polymer terhadap Proses Hidrasi Semen.....................................17

2.4.5. Efek Polymer terhadap Kuat Lekat Repair Mortar...............................19

2.4.6. Durabilitas Polymer dalam Campuran Repair Mortar..........................19

vii

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Tinjauan Umum .......................................................................................20

3.2. Benda Uji .................................................................................................20

3.3. Alat-alat Yang Digunakan.......................................................................22

3.4. Tahap dan Prosedur Penelitian................................................................24

3.5. Pembutan Benda Uji...............................................................................27

3.5.1 Pembuatan Beton Normal....................................................................27

3.5.2 Penempelan Repair Mortar Pada Beton...............................................27

3.6 Prosedur Pengujian Kuat Lekat Repair Mortar.......................................28

BAB 4. ANALIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar …………………………….................….29

4.2. Hasil Pengujian dan Analisis Data…………..………....…………….....29

4.2.1. Penghitungan dan Analisis Kuat lekat dengan cara uji Kuat Belah….29

4.3. Analisis Regresi…………………………………………………….…...31

4.3.1 Analisis Regresi Kuat Lekat Repair Mortar dengan Bahan Tambah

Polymer………………………………………………………………..31

4.4. Pembahasan………………………………………...…………….……..32

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan .............................................................................................35

5.2. Saran ........................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 36

LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Tabel proporsi Campuran Benda Uji ………………………….….21

Tabel 4.1. Tabel hasil Pengujian Kuat Lekat dengan Cara Uji Kuat

Belah……………………………………………………………...30

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Perletakan Dua Campuran Untuk Benda Uji .........................…21

Gambar 3.2. Bagan Alir Tahap-Tahap Penelitian ...........................................26

Gambar 4.1. Perletakan Dua Campuran Untuk Benda Uji .............................30

Gambar 4.2. Diagram Hasil Perhitungan Kuat Lekat Untuk Berbagai

Benda Uji....................................................................................31

Gambar 4.3. Grafik Regresi Hubungan Repair Mortar Dengan Bahan

Tambah Polymer dan Kuat Lekat................................................32

xi

DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

ASTM = Amerika Society For Testing and Material

A = Luas Tampang Benda Uji

BN = Beton Normal

D = Diameter Silinder

f.a.s = Faktor Air Semen

f `c = Kuat Tekan Beton

f `ct = Kuat Belah atau Kuat Lekat Beton

Gr = Gram

kg = Kilogram

kN = Kilo Newton

L = Panjang Silinder

mm = Milimeter

MO = Mortar Biasa

MO-P = Mortar Biasa Tambah Pengeras

MPa = Mega Pascal

MU = Mortar Utama

N = Newton

PO = Polymer

PBI = Peraturan Beton Bertulang Indonesia

P maks = Beban maksimum yang diberikan

SSD = Saturated Surface Dry

SK = Sika

SKSNI = Standar Konsep Standar Nasional Indonesia

V = Volume Silinder

W = Modulus of Section

% = Persentase

∏ = Phi ( 3.14 )

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. Hasil Pengujian Bahan Dasar

LAMPIRAN B. Hasil Perhitungan Rancang Campur Beton (Mix Design)

LAMPIRAN C. Hasil Pengujian Kuat Lekat Repair Mortar dan Kuat Tekan

Beton Normal

LAMPIRAN D. Dokumentasi Penelitian

LAMPIRAN E. Form-form Skripsi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beton Sangat banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Selama ini

telah diketahui bahwa beton memiliki beberapa kelebihan sebagai bahan struktur

beton dibanding bahan lainnya, misalnya baja dan kayu. Beberapa keunggulan

beton antara lain harganya relatif lebih murah karena menggunakan bahan-bahan

dasar dari lokal, mempunyai kuat tekan tinggi, tahan terhadap karat, mudah

diangkut dan dicetak dan relatif tahan terhadap kebakaran.

Namun demikian beton juga banyak memiliki kelemahan, antara lain kekuatan

tariknya rendah, menyusut pada saat pengeringan, sulit untuk kedap air yang

sempurna dan sifatnya yang getas. Dalam jangka waktu tertentu beton pasti akan

mengalami kerusakan-kerusakan, seperti : terjadi retak-retak, aus, delaminasi,

spalling ( patah ). Kerusakan-kerusakan beton tersebut perlu mengalami perbaikan

antara lain dengan cara penambalan (patch repair).

Dalam perbaikan beton dengan patch repair perlu diperhatikan syarat-syarat

material yang digunakan untuk patch repair yaitu diantaranya mampu menyatu

atau melekat erat dengan beton yang akan dipatch repair, dapat menyesuaikan

dengan bentuk beton yang akan dipach repair dan tidak mengurangi kekuatan

beton aslinya. Di pasaran jenis repair mortar yang beredar banyak sekali salah

satunya SIKA, tapi kebanyakan harganya relatif mahal. Repair sebagai bahan

yang dapat dibuat sendiri dengan bahan dasar mortar, oleh karena itu perlu

dikembangkan jenis repair mortar baru yang berkualitas sama, tetapi harga tetap

terjangkau.

Mortar sebagai repair material relatif mudah dibuat dan diaplikasikan di lapangan.

Namur demikian material ini, jika dipakai patch repair daya lekatnya sangat

kurang, maka dari itu untuk mengatasi masalah tersebut mortar dapat

dikembangkan lebih lanjut dengan menambahkan polymer.

Kelekatan repair mortar dengan bahan tambah polymer dapat diuji dengan cara uji

kuat belah dimana belahan dilakukan pada interface sampel silinder yang terbuat

dari gabungan beton induk dengan repair mortar. Dengan cara uji kuat belah,

maka semakin tinggi nilai kuat belah semakin tinggi kelekatannya. Repair mortar

perlu campuran tambahan SIKAmen NN dan pengeras beton. SIKAmen NN

untuk pengencer mempermudah dalam pengadukan repair material, sehingga

dapat dibuat repair mortar dengan fas yang rendah agar repair mortar yang

diperoleh mempunyai kuat tekan tinggi. Pengeras beton untuk mempercepat

pengerasan adukan patch repair, sehingga memenuhi tuntutan lapangan yang

mengijinkan kuat tekan tinggi di umur awal.

1.2. Rumusan Masalah

Setelah pembahasan dalam latar belakang mengenai kuat lekat repair mortar pada

beton dengan bahan tambah polymer, maka dapat diambil rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana kuat lekat repair mortar pada beton dengan bahan

tambah polymer dengan kandungan yang bervariasi dibandingkan repair mortar

yang lain (Mortar Utama, Sika Repair Mortar dan Mortar Biasa).

1.3. Batasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini, maka diperlukan batasan-batasan

masalah sebagai berikut ;

1. Semen yang digunakan semen tipe 1.

2. Perbandingan campuran semen : pasir = 1 : 2,5.

3. Pengeras beton yang dipakai 0,4 % dari berat semen.

4. Superplastiscizer yang dipakai 2 % dari berat semen.

5. Polymer yang digunakan dengan variasi 2 %, 4 % dan 6 % dari berat semen.

6. Faktor air semen yang digunakan 0,5.

7. Membuat beton induk dengan f`c =21 MPa.

1.4. Tujuan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini setelah diuji kelekatan repair mortar pada beton

dengan bahan tambah polymer, maka tujuan yang ingin dicapai adalah untuk

menghasilkan nilai kuat lekat repair mortar dengan bahan tambah polymer yang

lebih tinggi dibandingkan repair mortar yang lain (Sika Repair Mortar, Mortar

Utama, Mortar Biasa).

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, maka didapat manfaat tentang kandungan polymer

yang dapat digunakan dalam campuran repair mortar untuk mendapatkan repair

material yang dapat dibutuhkan dalam pekerjaan patch repair ditinjau dari

karakteristik kuat lekat akibat uji belah.

1.5.2 Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini dapat menjadi petunjuk praktis di lapangan mengenai

penggunaan polymer sebagai bahan tambah repair mortar. Petunjuk yang

dimaksud adalah besarnya kandungan polymer yang dapat ditambahkan untuk

mendapatkan repair material dalam pekerjaan patch repair yang lekatannya

mampu menahan beban.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Pendahuluan

2. 1. 1 Pengertian Beton Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik lain, agregat

halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan lain dengan

perbandingan tertentu yang kemudian membentuk masa yang padat. Dari bahan-

bahan pembentuk beton tersebut semen merupakan bahan yang memiliki sifat

adhesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral

menjadi suatu masa yang padat. (Chiu-Kia Wang, 1986).

Beton mempunyai kecenderungan berisi rongga akibat adanya gelembung-

gelembung udara yang terbentuk selama atau setelah pencetakan. Hal ini

penting,terutama untuk memperoleh campuran yang mudah dikerjakan maka

diperlukan air yang berlebihan dari pada yang dibutuhkan pada persenyawaan

kimia dan air. Air ini menggunakan ruangan dan bila kemudian kering akan

meninggalkan rongga-rongga udara sehigga akan menyebabkan beton berpori.

Dapat ditambahkan bahwa selain air yang mengawali pemakaian ruangan dan

kelak menjadi rongga, terjadi juga rongga-rongga udara langsung pada prosetase

yang kecil. (Murdock, 1991 : 23).

Beton yang paling padat dan kuat diperoleh dengan menggunakan jumlah air yang

minimal konsisten dengan derajat workabilitas yang dibutuhkan untuk

memberikan kepadatan maksimal. Derajat kepadatan harus dipertimbangkan

dalam hubungannya dengan cara pemadatan dan jenis konstruksi, agar terhindar

dari kebutuhan akan pekerjaan yang berlebihan dalam mencapai kepadatan

maksimal. (Murdock, 1991 : 97).

2. 1. 2 Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada beton

2. 1. 2. 1. Retak (Crack)

Retak pada beton biasanya dikarenakan proporsi campuran pada beton kurang

baik. Retak merupakan kerusakan paling ringan yang terjadi pada beton.

Keretakan dibedakan retak struktur dan non-struktur. Retak struktur umumnya

terjadi pada elemen struktur beton bertulang, sedang retak non-struktur terjadi

dinding bata atau dinding non-beton lainnya.

2. 1. 2. 2. Terlepasnya bagian beton (Spalling)

Spalling atau terlepasnya bagian beton merupakan jenis kerusakan beton yang

sering terjadi pada bangunan beton dan biasanya kurang diperhatikan dalam

pembuatan campurannya. Kerusakan ini terjadi karena campuran beton yang

kurang homogen dan juga faktor umur beton. Oleh karena itu metode perbaikan

pada kerusakan spalling, tergantung pada besar dan dalamnya spalling yang

terjadi.

2. 1. 2. 3. Aus

Aus merupakan kerusakan beton yang disebabkan karena umur beton yang sudah

terlalu lama. Selain itu juga dikarenakan terjadi korosi pada beton.

2. 1. 2. 4. Patah

Patah yang terjadi pada beton biasanya dikarenakan struktur beton yang tidak

mampu untuk menahan beban. Kerusakan ini bisa terjadi karena pada saat

pembuatan campuran beton ( mix design ) kurang diperhatikan proporsi yang

digunakan. Sebelum pembuatan campuran beton harus menghitung beben-beban

yang akan menimpa struktur beton tersebut agar patah pada beton tidak terjadi.

2. 1. 2. 5. Keropos

Keropos merupakan jenis kerusakan yang disebabkan salah satunya karena umur

beton yang terlalu lama. Kerusakan ini biasanya kurang diperhatikan karena

kerusakan terjadi pada bagian bangunan yang sulit dijangkau. Misalnya pada

bagian bawah jembatan. Untuk itu agar tidak terjadi keropos dini karena reaksi

kimia atau yang lain maka perlu diperhatikan pada saat pembuatan bangunan.

2. 1. 2. 6. Delaminasi

Beton mengelupas sampai kelihatan tulangannya disebut Delaminasi. Kerusakan

ini bisa terjadi pada konstruksi bangunan dikarenakan banyak sebab, diantaranya

kegagalan pada pembuatan campuran, reaksi kimia, kelebihan beban dan

sebagainya. Oleh karena itu perlu diperhitungkan agar kerusakan ini tidak terjadi

pada konstruksi bangunan.

2. 1. 3. Penyebab kerusakan-kerusakan pada beton

2. 1. 3. 1. Serangan Asam

Beton yang terbuat dari semen portland diketahui memperlihatkan hasil yang

buruk saat bersentuhan dengan asam. Kurangnya ketahanan beton pada dasarnya

sangat penting apabila bidang-bidang beton yang besar terkena tumpahan asam.

Serangan asam sebagai sumber penyebab kerusakan beton yang paling umum

dalam system pembuangan kotoran (limbah), proses industri dan air tanah.

Larutan asam merupakan salah satu yang paling agresif terhadap beton.

2. 1. 3. 2. Korosi

Dengan adanya banyak pori, sangat mudah senyawa dari luar berinfiltrasi kedalam

beton. Masuknya senyawa-senyawa dari luar dapat mengakibatkan berkurangnya

waktu layan beton dari waktu layan yang di rencanakan atau diperkirakan akibat

kerusakan karena korosi pada beton. Sehingga kadang kala metode-metode

perbaikan yang di siapkan menjadi tidak optimal, sehubungan dengan fakta bahwa

kerusakan beton akibat korosi pasti terjadi di tengah-tengah periode waktu layan

beton.

Beton secara alami terlindungi dari korosi oleh lapisan tipis akibat pasif alkalin

dari bahan dasar semen. Akibat serangan agresif karena pengaruh lingkungan di

sekitarnya beton dapat mengalami korosi. Bangunan beton yang di bangun

disekitar pantai, dapat lebih cepat rusak akibat serangan garam chloride. Gas CO2

pun dapat masuk secara agresif melalui pori2 beton dan bereaksi dengan Ca(OH)2

dan menghasilkan CaCO3 + H2O yang menyebabkan pH dari beton turun.

Tiga hal mutlak, sehingga menjadikan korosi pada beton:

1. Rusak akibat chloride atau karbonasi.

2. Air sebagai electrolit.

3. Oksigen.

2. 1. 3. 3. Kelebihan Beban

Beton digunakan dalam konstruksi bangunanan karena mampu menahan beban

yang sesuai dengan kegunaanya. Beton yang dipakai juga sudah dirancang untuk

menahan beban yang telah diperhitungkan. Kelebihan beban pada konstruksi

bangunan dapat menyebabkan umur rencana bangunan berkurang, selain itu juga

dapat menyebabkan bangunan tersebut retak dan bisa lebih fatal lagi akibatnya

terjadi patah pada beton.

2. 1. 3. 4. Gempa

Pada umumnya setelah terjadi gempa bumi dengan skala yang cukup besar, akan

mengakibatkan kerusakan struktur maupun non struktur pada bangunan yang

terbuat dari konstruksi beton. Bentuk dan tingkat kerusakan yang terjadi mulai

yang ringan dan berat. Dengan adanya tuntutan bahwa bangunan yang mengalami

kerusakan harus dapat secepatnya difungsikan kembali, maka perlu penanganan

terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi, baik melakukan perbaikan atau

perkuatan. Sering kali dengan terbatasnya waktu, maka perbaikan atau perkuatan

yang dilakukan tidak memperhatikan beberapa kaidah yang berkaitan dengan

kapasitas struktur dan prosedur pelaksanaan seta kontrol kualitas.

2. 1. 3. 5. Kebakaran

Kebakaran merupakan salah satu penyebab kerusakan yang sangat merugikan

sekali dalam konstruksi bangunan. Bentuk dan tingkat kerusakannya pun sangat

berat. Konstruksi bangunan yang mengalami kebakaran sangat sulit

penanganannya dalam perbaikan, karena bangunan yang mengalami kebakaran

biasanya sudah tidak layak lagi sebelum bangunan tersebut dianalisa kekuatan dan

ketahanan dalam menahan beban. Oleh karena itu, bahan-bahan yang akan

dipakai dalm perbaikan perlu diperhatikan dalam kontrol kualitas untuk kekuatan

dan ketahanan dalam menahan beban.

2. 1. 3. 6. Susut

Suatu bangunan baik dan aman harus memperhitungkan semua parameter yang

bisa mempengaruhi kondisi bangunan tersebut. Begitu juga dengan penyusutan,

harus diperhatikan secara teliti. Walaupun perkembangan penyusutan sangat

lambat, tetapi jika diabaikan maka dalam jangka waktu lama akan menyebabkan

deformasi. Efek lain yang bisa ditimbulkan oleh penyusutan adalah terjadinya

keretakan pada dinding atau pada beton, karena beton menjadi sangat lemah

dalam menahan peningkatan tegangan pori pada beton.

Untuk mengurangi susut pada konstruksi bangunan dapat dieliminer dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Jumlah air dalam campuran beton seminimal mungkin.

2. Merawat beton sebaik mungkin.

3. Menuangkan beton dalam beberapa bagian kecil, tidak sekaligus, sehingga

memberi kesempatan pada terjadinya susut sebelum bagian berikutnya

dituangkan.

4. Mengunakan sambungan konstruksi untuk mengontrol retak.

5. Menggunakan tulangan susut.

6. Menggunakan agregat yang tepat dan tidak berpori.

2.2. Metode Perbaikan Beton

Penentuan metode dan material perbaikan umumnya tergantung pada jenis

kerusakan yang ada, disamping besar dan luasnya kerusakan yang terjadi,

lingkungan dimana struktur berada, peralatan yang tersedia, kemampuan tenaga

pelaksanan serta batasan-batasan dari pemilik seperti keterbatasan ruang kerja,

kemudahan pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan biaya perbaikan.

2.2.1 Macam-macam metode perbaikan beton

2.2.1.1. Patching

Untuk spalling yang tidak terlalu dalam (kurang dari selimut beton) dan area yang

tidak luas, dapat digunakan metode patching.

Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan manual, dengan melakukan

penempelan mortar secara manual. Pada saat pelaksanaan yang harus diperhatikan

adalah penekanan pada saat mortar ditempelkan, sehingga benar-benar didapatkan

hasil yang padat.

Material yang digunakan harus memiliki sifat mudah dikerjakan, memiliki daya

lekat yang kuat atau tidak jatuh setelah terpasang (lihat maksimum ketebalan yang

dapat dipasang tiap lapis), terutama untuk pekerjaan perbaikan overhead.

Umumnya yang dipakai adalah monomer mortar, polymer mortar dan epoxy

mortar.

2.2.1.2. Grouting

Sedang pada spalling yang melebihi selimut beton, dapat digunakan metode

grouting, yaitu metode perbaikan dengan melakukan pengecoran memakai bahan

non-shrink mortar.

Metode ini dapat dilakukan secara manual (gravitasi) atau menggunakan pompa.

Pada metode perbaikan ini yang perlu diperhatikan adalah bekisting yang

terpasang harus benar-benar kedap, agar tidak ada kebocoran spesi yang

mengakibatkan terjadinya keropos dan harus kuat agar mampu menahan tekanan

dari bahan grouting.

Material yang digunakan harus memiliki daya lekat yang kuat. Umumnya

digunakan bahan dasar semen atau epoxy.

2.2.1.3. Shot-crete (Beton Tembak)

Apabila spalling yang terjadi pada area yang sangat luas, maka sebaiknya

digunakan metode Shot-crete. Pada metode ini tidak diperlukan bekisting lagi

seperti halnya pengecoran pada umumnya.Metode shotcrete ada dua sistim yaitu

dry-mix dan wet-mix.

Pada sistim dry-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran

kering, dan akan tercampur dengan air di ujung selang. Sehingga mutu dari beton

yang ditembakkan sangat tergantung pada keahlian tenaga yang memegang

selang, yang mengatur jumlah air. Tapi sistim ini sangat mudah dalam perawatan

mesin shotcretenya, karena tidak pernah terjadi ‘blocking’.

Pada sistim wet-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran

basah, sehingga mutu beton yang ditembakkan lebih seragam. Tapi sistim ini

memerlukan perawatan mesin yang tinggi, apalagi bila sampai terjadi ‘blocking’.

Pada metode shotcrete, umumnya digunakan additive untuk mempercepat

pengeringan (accelerator), dengan tujuan mempercepat pengerasan dan

mengurangi terjadinya banyaknya bahan yang terpantul dan jatuh (rebound).

2.2.1.4. Grout Preplaced Aggregat (Beton Prepack)

Metode perbaikan lainnya untuk memperbaiki kerusakan berupa spalling yang

cukup dalam adalah dengan metode Grout Preplaced Aggregat. Pada metode ini

beton yang dihasilkan adalah dengan cara menempatkan sejumlah agregat

(umumnya 40% dari volume kerusakan) kedalam bekisting, setelah itu dilakukan

pemompaan bahan grout, kedalam bekisting.

Material grout yang umumnya digunakan adalah polymer grout, yang memiliki

flow cukup tinggi dan daya lekat yang kuat.

2.2.1.5. Injeksi

Metode injeksi ini merupakan metode yang digunakan untuk perbaikan beton

yang terjadi retak-retak ringan. Untuk retak non-struktur, dapat digunakan metode

injeksi dengan material pasta semen yang dicampur dengan expanding agent serta

latex atau hanya melakukan sealing saja dengan material polymer mortar atau

polyurethane sealant.

Sedang pada retak struktur, digunakan metode injeksi dengan material epoxy yang

mempunyai viskositas yang rendah, sehingga dapat mengisi dan sekaligus

melekatkan kembali bagian beton yang terpisah.

Proses injeksi dapat dilakukan secara manual maupun dengan mesin yang

bertekanan, tergantung pada lebar dan dalamnya keretakan.

2.2.1.6. Overlay

Metode Overlay ini merupakan metode perbaikan beton yang terjadi spalling yang

hampir keseluruhan pada permukaan beton.

2. 2. 2 Material perbaikan beton

Pemilihan material repair biasanya dilakukan untuk mengetahui kinerja dari

material yang akan diaplikasikan agar sesuai dengan yang dibutuhkan dilapangan,

Adapun syarat-syarat sebagai material repair, yaitu :

1. Daya lekat yang kuat.

2. Modulus elestesitas yang mampu menahan overstressing.

3. Tidak mengurangi kekuatan beton.

4. Tidak susut.

Material beton yang akan digunakan harus diketahui respon pada saat kondisi

layan beton. Pemilihan material repair yang akan diperlukan harus mempunyai

hasil perbaikan yang tahan lama.

2.3. Metode Match Repair

Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan manual, dengan melakukan

penempelan mortar secara manual. Pada saat pelaksanaan yang harus diperhatikan

adalah penekanan pada saat mortar ditempelkan, sehingga benar-benar didapatkan

hasil yang padat.

2. 3. 1 Prinsip kerja patch repair

2. 3. 1. 1 Persiapan permukaan

Permukaan beton yang akan diperbaiki atau diperkuat perlu dipersiapkan, dengan

tujuan agar terjadi ikatan yang baik; sehingga material perbaikan atau perkuatan

dengan beton lama menjadi satu kesatuan.

Permukaan beton yang akan diperbaiki atau diperkuat, harus merupakan

permukaan yang kuat dan padat, tidak ada keropos ataupun bagian lemah lainnya

(kecuali bila menggunakan metode injeksi untuk mengisi celah keropos); serta

harus bersih dari debu dan kotoran lainnya.

Persiapan-persiapan permukaan beton yang akan diperbaiki, yaitu :

1. Erosion (pengikisan)

Erosion dilakukan untuk meratakan atau pengasaran permukaan beton.

Pengikisan dilakukan dengan menggunakan gerinda atau sejenisnya yang

daoat untuk melekukan pekerjaan tersebut.

2. Impact (kejut)

Impact pada permukaan beton yang akan diperbaiki gunanya untuk

mendapatkan nilai kuat tarik dan kuat tekan beton yang lebih baik.

3. Pulverization (menghancurkan permukaan beton)

Penghancuran ini dilakukan dengan cara menabrakan partikel kecil dengan

kecepatan yang tinggi ke permukaan beton.

4. Expansive pressure

Persiapan ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu Steam dan Water. Steam

dilakukan dengan temperatur sumber panas yang tinggi. Sedangkan cara

Water dilakukan menggunakan water jetting yang bekerja dengan tekanan

yang tinggi sama dengan cara Steam.

Permukaan yang sudah dipersiapkan, apakah harus dalam keadaan kering atau

harus dijenuhkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pelapisan berikutnya. Hal ini

sangat tergantung pada material yang digunakan. Untuk material berbahan dasar

semen atau polymer, permukaan beton harus dijenuhkan terlebih dahulu, tetapi

bila material yang digunakan berbahan dasar epoxy, maka permukaan beton harus

dalam keadaan kering.

2. 3. 1. 2 Perbandingan campuran

Untuk menghasilkan mutu dari material perbaikan atau material bonding yang

digunakan dalam perkuatan sesuai dengan yang direkomendasikan dari pabrik,

maka perbandingan campuran dari material harus diikuti dengan tepat, apalagi

bila menggunakan material berbahan dasar epoxy.

Bila menggunakan beton yang dapat memadat sendiri, perlu diperhatikan jumlah

air, flow dari beton serta dipastikan tidak adanya bleeding dan segregasi.

2. 3. 2 Syarat-syarat sebagai material patch repair

Adapun syarat-syarat material patch repair, yaitu :

1. Daya lekat yang kuat.

Kelekatan antara material repair dengan beton yang akan diperbaiki harus

menyatu dengan baik sehingga menjadi satu kesatuan beon yang utuh.

2. Deformable pada beton.

Material repair harus menyesuaikan bentuk beton yang akan diperbaiki.

3. Tidak mengurangi kekuatan beton.

Material repair yang akan digunakan untuk memperbaiki beton mampu

menahan beban yang sama pada beton yang akan diperbaiki.

4. Tidak susut.

Material repair tidak terjadi susut agar beton yang akan diperbaiki tidak

kehilangan kekuatan sebagian.

2. 3. 3 Material patch repair

Ada beberapa material patch repair yang dapat digunakan, antara lain :

1. Portland Cement Mortar.

2. Portland Cement Concrete.

3. Microsilica-Modified Portland Cement Conrete.

4. Polymer-Modified Portland Cement Conrete.

5. Polymer-Modified Portland Cement Mortar.

6. Magnesium Phosphate Cement Conrete.

7. Preplaced aggregate Conrete.

8. Epoxy Mortar.

9. Methyl Methacrylate (MMA) Concrete.

10. Shotcrete.

2.4 Modifier Polymer

Polymer adalah jenis bahan tambahan baru yang dapat menghasilkan beton

dengan kuat tekan yang sangat tinggi. Beton dengan kuat tekan tinggi ini biasanya

diproduksi dengan menggunakan bahan polymer dengan cara memodifikasi sifat

beton dengan mengurangi air dilapangan, dijenuhkan dan dipancarkan pada

temperatur yang sanga tinggi dilaboratorium.

Dalam penyelidikan ini, modifier polymer yang digunakan adalah emulsi polymer

berdasarkan jenis yang secara umum dikenal sebagai latex polymer. Latex

diartikan sebagai penyebaran partikel polymer organik dalam air, yang

memberikan sebuah cairan seperti susu yang umumnya berwarna putih sampai

putih pudar, dengan kekentalan yang bervariasi dari sangat cair sampai sangat

kental. Ia juga mengartikan sebuah polymer organik sebagai sebuah unsur, yang

tersusun atas molekul-molekul raksasa yang telah terbentuk oleh perpaduan antara

banyak, biasanya puluhan ribu molekul sederhana yang dikenal sebagai monomer

dan reaksi yang memadukan mereka disebut polymerisasi.

Kebanyakan latex dihasilkan oleh polymerisasi emulsi. Proses dasar ini meliputi

pencampuran monomer dengan air, stabilisator dan inisiator. Inisiator

menghasilkan radikal bebas yang menyebabkan monomer mengalami

polymerisasi dengan penambahan rantai yang membentuk slurry polymer-air.

Kebanyakan latex yang digunakan dengan semen Portland distabilisasi dengan

surfactant yang non-ionik, yakni tak bermuatan. Efek utama dari surfactant

adalah terhadap kemampuan kerja campuran yang menyebabkan perbandingan

antara semen dengan air yang rendah yang biasa diperoleh pada beton modifikasi

polymer.

Saat ini, ada berbagai macam latex polymer yang tersedia secara komersial yang

digunakan sebagai modifier didasarkan pada polymer elastomerik dan

termoplastis. Istilah elastomerik berasal dari kata elastomer yang berarti banan

karet sintetis, sementara istilah termoplastis mengindikasikan bahwa materi-

materi tersebut melebur pada saat pemanasan.

1. Penguatan semen Portland oleh latex polymer yang diusulkan oleh Isenburg

dan Vanderhoff (1974) terdiri atas empat bagian:

2. Pengganti latex untuk semua atau sebagian air untuk memberikan

ketidakstabilan yang sama pada rasio yang rendah antara semen dengan air.

3. Partikel latex berkoalisi (bergabung) disekitar masing-masing butiran semen

yang tidak dihidrasi (atau sedikit dihidrasi) dan mengumpulkan partikel untuk

membentuk sebuah jaringan polymer yang saling merembes dalam seluruh

struktur.

4. Retakan kecil terbentuk pada seluruh struktur untuk meredakan ketegangan

yang ditimbulkan oleh penyusutan semen Portland yang terjadi saat

kelembaban relatif jatuh dibawah 100%, dan

5. Sebuah retakan yang merambat memotong jaringan polymer yang saling

menembus untuk membentuk serat mikro yang menjangkau retakan kecil,

yang kadang-kadang sangat efektif sehingga perambatan berhenti, tetapi selalu

begitu sehingga retakan kecil dipertahankan bersama.

2. 4. 1 Polymer sebagai modifier beton dan mortar

Selain variabel yang mempengaruhi sifat-sifat adukan dan beton biasa, sifat beton

dan adukan yang baru dan hasil modifikasi polymer yang diperkeras dipengaruhi

oleh berbagai macam faktor seperti jenis polymer, rasio antara polymer dengan

semen, rasio air dan semen, kandungan air dan kondisi pengawetan. Selain itu,

Riley dan Razl [melaporkan] bahwa sifat-sifat campuran yang baru akan sangat

bervariasi tergantung pada urutan penambahan latex dan air.

Mereka menyatakan bahwa jika latex ditambahkan terlebih dahulu, maka

campuran tersebut akan kurang berfungsi daripada apabila air ditambahkan

sebelum latex. Mereka mengungkapkan bahwa efek ini disebabkan oleh fakta

bahwa latex mengembangkan karakteristik thiksotropik jika hal ini dikeringkan

secara tiba-tiba oleh penyerapan kedalam bahan-bahan kering. Maka dari itu,

mereka menganjurkan agar air campuran ditambahkan sebelum latex.

2. 4. 2 Prosedur Pencampuran

Penambahan polymer pada repair motar akan memperkuat dan sekaligus

menyegel repair mortar. Polymer biasa ditambahkan pada semen dengan rasio

polymer untuk tiap kilogram semen dan hal ini ditetapkan sebagai rasio semen

polymer. Rasio diartika sebagai rasio jumlah padat total pada polymer dengan

jumlah semen dalam campuran adukan atau repair mortar yang dimodifikasi.

Walter (1987) mengartikan zat padat keseluruhan sebagai kandungan polymer

bersama-sama dengan suatu bahan yang tidak mudah menguap pada suhu dimana

pengujian dilakukan. Jika emulsi mengandung polymer padat sekitar 50% dengan

berat didalam air, maka 0.40 likogram dispersi ( penyebaran ) harus ditambahkan

kedalam tiap kilogram semen jika rasio sebesar 0.20. Selanjutnya, air dalam

campuran dipertimbangkan kembali sebagai bagian dari pencampuran normal air

untuk campuran material repair.

2. 4. 3 Prosedur Pengawetan (Curring)

Prosedur pengawetan untuk repair mortar yang dimodifikasi dengan polymer

berbeda dengan adukan semen dan mortar biasa, karena pengikatnya terdiri atas

dua fase latex dan semen dengan sifat yang berbeda. Sebagai contoh kekuatan

optimum, pada fase semen dikembangkan dalam kondisi basah seperti dalam

pencelupan air, sementara perkembangan kekuatan dalam fase latex diperoleh

dalam kondisi kering. Maka dari itu, agar repair mortar yang dimodifikasi dengan

polymer mencapai kekuatan optimal, maka persyaratan pengawetan yang

mendukung adalah kondisi yang lembab pada masa-masa awal diikuti oleh

kondisi kering. Riley dan Razl (1974) mengungkapkan bahwa hidrasi semen yang

semakin baik dan melahirkan sifat yang lebih baik akan diperoleh dengan

menjaga adukan tetap jenuh selama kurang lebih dua hari dan kemudian

membiarkannya mengering.

2. 4. 4 Efek Polymer terhadap proses hidrasi semen

Larbi dan Bijen [1990] dan Chandra dan Flodin [1987] melaporkan bahwa ada

dua kali lipat pemahaman yang ada mengenai mekanisme aksi polymer pada

beton, dimana teori yang pertama mengungkapkan bahwa tidak ada interaksi

antara polymer dengan beton; selama hidrasi bagian hidrofilik dari polymer

diorientasikan terhadap fase air sedangkan bagian hidrofobik mengarah kepada

fase udara dan kepada pengeringan dimana air dikeluarkan, partikel hidrofobik

bergabung bersama dan membentuk film.

Penundaan hidrasi semen tersebut dapat disebutkan satu persatu sebagai berikut:

1. polymer mungkin membatasi akses air terhadap butiran semen dengan

membentuk “kulit” diatasnya dan hal ini mungkin juga menghambat

hilangnya produk hidrasi dari permukaan inti semen yang unhydrous;

2. penyerapan deterjen diatas permukaan partikel semen dapat mempengaruhi

hidrasi semen;

3. interaksi antara polymer dengan ion-ion Ca2+.

Kekuatan semen merupakan hasil dari proses hidrasi. Proses kimiawi ini berupa

rekristalisasi dalam bentuk interclocking- kristal sehingga membentuk gel semen

yang mempunyai kekuatan desak yang tinggi apabila mengeras. (Nawy, 1990).

Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang diperlukan

waktu proses hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang diperlukan

untuk pross hidrasi hanya kira-kira 25% dari berat semennya, jumlah air

mengurangi kekuatan setelah mengeras. Air kelebihan yang diperlukan untuk

proses hidrasi pada umumnya memang diperlukan pada pembuata beton, agar

adukan beton dapat dicampur dengan baik, diangkut dengan mudah dan dapat

dicetak tanpa rongga-rongga yang besar ( tidak keropos ). Akan tetapi hendaknya

selalu diusahakan jumlah air sedikit mungkin, agar kekuatan beton tidak terlalu

rendah. Kelebihan air akan mengakibatkan beton berpori banyak, sehingga hasil

kurang kuat dan juga lebih berpori (porous). (Tjokrodimulyo, 1996 : 8).

Nilai banding berat air dan semen untuk suata adukan beton dinamakan faktor air

semen. Agar terjadi proses hidrasi yang sempurna dalam adukan beton, pada

umumnya dipakai nilai faktor air semen 0,4 - 0,6 tergantung mutu beton yang

hendak dipakai. Semakin tinggi mutu beton yanh ingin dicapai umumnya

menggunaka nilai water coment ratio rendah, sedangkan dilain pihak, untuk

menambah daya workability (kelecakan, sifat mudah dikerjakan) diperlukan

dalam menentukan nilai faktor air semen agar diperoleh beton dengan mutu baik

tetapi dalam tingkat pengerjaan yang mudah. (Dipohusodo, 1990 : 4).

Ohama (1984) mengemukakan sebuah model yang disederhanakan menunjukan

bahwa ketika air menguap dari film yang basah , maka stabilitas penyebarannya

rusak dan partikel-partikel polymer bergabung pada kontak untuk membentuk

sebuah film yang bersambungan dimana hidrat semen terikat.

2. 4. 5 Efek Polymer terhadap kuat lekat repair mortar

Selain variabel yang mempengaruhi sifat-sifat mortar, sifat repair mortar yang

baru dan hasil modifikasi polymer yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor

seperti jenis polymer, rasio antara polymer dengan semen, rasio air dan semen,

kandungan air dan kondisi perawatan. Selain itu, Riley dan Razl [melaporkan]

bahwa sifat-sifat campuran yang baru akan sangat bervariasi tergantung pada

urutan penambahan latex dan air. Mereka menyatakan bahwa jika latex

ditambahkan terlebih dahulu, maka campuran tersebut akan kurang berfungsi

daripada apabila air ditambahkan sebelum latex. Mereka mengungkapkan bahwa

efek ini disebabkan oleh fakta bahwa latex mengembangkan karakteristik

thiksotropik jika hal ini dikeringkan secara tiba-tiba oleh penyerapan kedalam

bahan-bahan kering. Maka dari itu, mereka menganjurkan agar air campuran

ditambahkan sebelum latex. Selain itu juga kelekatan harus diperhatikan untuk

meminimalisir resiko kurang lekat yang terjadi pada saat menahan beban.

2. 4. 6 Durabilitas Polymer dalam campuran repair mortar

Ketahanan beton dikatakan baik apabila dapat bertahan lama dalam kondisi tertetu

tanpa mengalami kerusakan selama bertahun-tahun. Kondisi yang dapat

mengurangi daya tahan beton dapat disebabkan faktor dari luar dan dari dalam

beton itu sendiri. Faktor luar antara lain cuaca, perubahan suhu yang ektrim, erosi

kembang dan susut akibat basah atau kering yang silih berganti dan pengaruh

bahan kimia. Faktor dari dalam yaitu akibat reaksi agregat dengan senyawa alkali

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Tinjauan Umum

Dalam suatu penelitian agar tujuan yang diharapkan tercapai, maka dilaksanakan

dalam suatu metodologi. Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah

penelitian suatu masalah, kasus, gejala atau fenomena tertentu dengaan jalan

ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang rasional. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu metode yang dilakukan dengan

mengadakan suatu percobaan langsung untuk mendapatkan suatu data atau hasil

yang menghubungkan antara variabel-variabel yang diselidiki. Metode ini dapat

dilakukan di dalam ataupun di luar laboratorium. Penelitian ini akan dilakukan di

Laboratorium Bahan dan Konstruksi Teknik Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret Surakarta (Lab. BKT FT UNS). Pada benda uji dilakukan pengujian dengan

metode Split Cylinder yang ada di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Teknik FT

UNS. Dari pengujian ini akan dihasilkan data dan kemudian data tersebut diolah

menggunakan metode statistik dengan program Microsoft Exel untuk

mendapatkan nilai kuat lekat repair mortar pada beton yang diukur dari uji kuat

belah.

3.2. Benda Uji

Benda uji yang akan digunakan pada penelitian ini berupa beton berbentuk

silinder dengan diameter 15cm dan tinggi 30cm. Benda uji terdiri dari 2 buah

campuran. Campuran yang pertama adalah campuran beton normal sedangkan

campuran yang kedua dapat dilihat pada tabel III.2.1. Campuran yang pertama

setengah silinder yang dibuat terlebih dahulu dan dibiarkan dalam masa perawatan

sampai berumur 28 hari. Sedangkan campuran yang kedua ditambahkan diatas

campuran yang pertama sampai cetakan terisi penuh dan dilakukan perawatan

kembali dengan menutupi benda uji dengan kain basah selama 1 hari dan

dilanjutkan dengan dibiarkan diudara terbuka selama 28 hari. Pengujian benda uji

dilakukan pada umur 56 hari terhitung dari hari pertama pembuatan beton normal.

Gambar 3.1. Perletakan dua campuran untuk benda uji

f`ct= 2.P ( ASTM = 496 – 96 ) DL..p

dimana :

f`ct = Kuat belah (MPa)

D = Diameter silinder (mm)

P = Beban maksimum (N)

L = Panjang dari silinder (mm) Tabel 3.1 Proporsi Campuran Benda Uji

Kode Benda Uji Proporsi Campuran Jumlah

Benda Uji

PO – 2% 1

PO – 2% 2

PO – 2% 3

Perbandingan semen : pasir : 1 : 2,5

Polymer 2%

Superplasticizer 2%

Pengeras 0,4%

FAS 0,5

3 buah

PO – 4% 1

PO – 4% 2

PO – 4% 3

Perbandingan semen : pasir : 1 : 2,5

Polymer 4%

Superplasticizer 2%

Pengeras 0,4%

FAS 0,5

3 buah

D

e.

Beton Normal

Repair Mortar

L F

F

PO – 6% 1

PO – 6% 2

PO – 6% 3

Perbandingan semen : pasir : 1 : 2,5

Polymer 6%

Superplasticizer 2%

Pengeras 0,4%

FAS 0,5

3 buah

MO – P 0.4% 1

MO - P 0,4% 2

MO – P 0,4% 3

Perbandingan semen : pasir : 1 : 2,5

Superplasticizer 2%

Pengeras 0,4%

FAS 0,5

3 buah

MO – 1

MO – 2

MO - 3

Perbandingan semen : pasir : 1 : 2,5

Superplasticizer 2%

FAS 0,5

3 buah

SK – 1

SK – 2

SK - 3

Produk SIKA Repair Mortar

FAS O,8

3 buah

MU – 1

MU – 2

MU - 3

Produk Mortar Utama

( plesteran dan pasangan bata )

FAS 0,8

3 buah

Jumlah 21 buah

3.3. Alat-Alat Yang Digunakan

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Konstruksi Teknik,

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta, sehingga

menggunakan alat-alat yang terdapat pada laboratorium tersebut.

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Timbangan

a. Timbangan Digital.

b. Timbangan “Bascule” merk DSN Bola Dunia, dengan kapasitas 150 kg

dengan ketelitian 0,1 kg.

2. Cetakan benda uji

Cetakan benda uji yang digunakan adalah cetakan silinder dengan ukuran diameter 15cm dan tinggi 30cm.

3. Alat bantu

a. Cetok semen, digunakan untuk memasukkan campuran repair

mortar ke cetakan.

b.Gelas ukur kapasitas 1000 ml, digunakan untuk menakar air yang

akan dipakai dalam campuran repair mortar.

c. Ember untuk tempat air dan sisa adukan.

4. Ayakan dan mesin penggetar ayakan

Ayakan baja dan penggetar yang digunakan adalah merk “Controls” Italy

dengan bentuk lubang ayakan bujur sangkar dengan ukuran lubang ayakan

yang tersedia adalah 75 mm, 50 mm, 38.1 mm, 25 mm, 19 mm, 12.5 mm, 9.5

mm, 4.75 mm, 2.36 mm,1.18 mm, 0.85 mm, 0.30 mm, 0.15 dan pan.

5. Compression Testing Machine (CTM)

Compression Testing Machine dengan kapasitas 2000 kN digunakan untuk

pengujian kuat belah beton.

6. Conical mould

Conical mould dengan ukuran diameter atas 3,8 cm, diameter bawah 20 cm,

tinggi 30 cm lengkap dengan tongkat baja yang ujungnya ditumpulkan dengan

ukuran panjang 60 cm, diameter 16 mm digunakan untuk menguji agregat

halus sudah dalam keadaan SSD atau belum.

7. Kerucut abrams

Kerucut abrams dari baja dengan ukuran diameter atas 10 cm, diameter bawah

20 cm, tinggi 30 cm lengkap dengan tongkat baja penusuk dengan ukuran

panjang 60 cm, diameter 16 mm digunakan untuk mengukur nilai slump

adukan beton.

8. Alat uji yang digunakan adalah alat uji belah.

3.4. Tahap Dan Prosedur Penelitian

Sebagai penelitian ilmiah, penelitian ini dilaksanakan dalam sistematika dengan

urutan yang jelas dan teratur agar hasil yang didapat baik dan dapat

dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian ini dibagi

beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap I (Tahap Persiapan)

Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang dibutuhkan dipersiapkan terlebih dahulu agar penelitian dapat berjalan dengan lancar.

2. Tahap II (Uji Bahan)

Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap agregat halus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan karakteristik bahan yang akan digunakan. Selain itu juga untuk mengetahui apakah agregat halus memenuhi persyaratan sebagai agregat yang baik atau tidak. Hasil dari pengujian ini juga digunakan sebagai data perencanaan campuran repair mortar.

3. Tahap III (Tahap Pembuatan Benda Uji)

Pada tahap ini dilaksanakan pekerjaan sebagai berikut :

a. Penetapan campuran adukan repair material.

b. Pembuatan adukan repair mortar.

c. Pemeriksaan nilai slump.

d. Pembuatan benda uji.

Pembuatan benda uji dilakukan dua kali pembuatan. Campuran yang pertama adalah beton normal yang dicetak setengah silinder pada cetakan berbentuk silinder sampai berumur 28 hari. Sedangkan campuran yang kedua dapat dilihat pada tabel proporsi campuran benda uji yang dibuat diatas campuran yang pertama pada satu cetakan diisi penuh.

4. Tahap IV (Tahap Perawatan Benda Uji / Curing)

Pada tahap ini dilakukan perawatan benda uji. Perawatan yang pertama pada campuran yang pertama yaitu beton normal. Beton normal ditutupi dengan kain basah selama 1 hari dan dibiarkan diudara terbuka sampai berumur 28 hari. Setelah beton normal berumur 28 hari dan campuran yang kedua sudah dilekatkan / ditambahkan pada beton normal, perawatan dilakukan kembali dengan menutupi benda uji dengan kain basah selama 1 hari dan diteruskan dengan dibiarkan diudara terbuka sampai benda uji berumur 56 hari terhitung dari hari pertama pembuatan beton normal dilakukan.

5. Tahap V (Tahap Pengujian)

Tahap ini dilakukan pengujian benda uji pada umur 56 hari dengan dengan uji

kuat belah yang menggunakan metode Split Cylinder. Pengujian dilakukan

dengan uji kuat belah karena untuk mengetahui seberapa kelekatan yang

terjadi antara beton normal dengan repair mortar.

6. Tahap VI (Analisa Data)

Pada tahap ini data yang diperoleh dari hasil pengamatan lalu dianalisis untuk mendapatkan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian.

7. Tahap VII (Kesimpulan)

Pada tahap ini dibuat suatu kesimpulan berdasarkan data yang telah dianalisis yang berhubungan langsung dengan tujuan penelitian.

Tahap-tahap penelitian ini dapat dilihat secara skematis dalam bentuk bagan alir

sebagai berikut :

Persiapan

1. Semen 2. Air 3. Polymer 4. pengeras 5. Superplasticizer

Mortar Utama (plesteran dan Pasangan bata)

Agregat halus

SIKA Repair Mortar

Agregat kasar

Tahap I

Tahap II

Tahap III

Tahap IV

Tahap V Tahap VI Tahap VII 3.5. Pembutan Benda Uji

3.5. 1 Pembuatan Beton Normal Pembuatan campuran adukan beton normal dilakukan setelah menghitung

proporsi masing-masing bahan yang dipergunakan, kemudian mencampur dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

Pembuatan Benda Uji : · Rancang campur (Mix Design) · Pembuatan adukan · Slump test · Pembuatan benda uji : Beton normal setengah silinder

sampai berumur 28 hari, setelah itu repair material ditambahkan pada beton normal sampai berumur 56 hari

Perawatan benda uji ( Curing )

Pengujian benda uji dengan dengan metode Split Cylinder

Analisa data

Kesimpulan

Uji Bahan : 1. Kadar Lumpur 2. Kadar Organik 3. Specific Grafity 4. Gradasi 5. Berat Isi

Uji Bahan : 1. Abrasi 2. Specific Grafity 3. Gradasi 4. Berat Isi

Gambar 3. 2. Bagan alir tahap-tahap penelitian

1. Mengambil bahan-bahan pembentuk beton yaitu; semen, kerikil dan pasir

dengan berat yang ditentukan secara rencana campuran.

2. Mencampur dan mengaduk semen, kerikil dan pasir sampai benar-benar

homogen.

3. Menambah air sedikit demi sedikit sesuai dengan jumlah faktor air semen

yang telah ditentukan serta terus mengaduk campuran tersebut sehingga

menjadi adukan beton segar yang homogen.

4. Memasukan adukan kedalam cetakan yang telah dipersiapkan. Pada penelitian

ini cetakan yang digunakan setengah silinder dengan diameter 15 cm dan

tinggi 30 cm dengan cara memberi penyekat yang terbuat dari papan di

tengah-tengah cetakan silinder. Adukan beton dimasukan ke dalam cetakan

secara berlapis dan tiap lapis dipadatkan agar pemadatanya sempurna.

Permukaan adukan diratakan dengan sendok semen.

5. Cetakan dapat dibuka apabila pengerasan sudah berlangsung selama 7 hari.

3.5. 1 Penempelan Repair Mortar Pada Beton Normal

Pembuatan campuran adukan repair mortar dilakukan setelah menghitung

proporsi masing-masing bahan yang dipergunakan, kemudian mencampur dengan

langkah-langkah sebagai berikut ;

1. Mengambil bahan-bahan pembentuk repair mortar yaitu semen, pasir dan

bahan tambah lain dengan berat yang ditentukan sesuai rencana campuran.

2. Mencampur dan mengaduk semen, pasir dan bahan tambah lain sampai benar-

benar homogen.

3. Menambah air sedikit demi sedikit sesuai dengan jumlah faktor air semen

yang telah ditentukan serta terus mengaduk campuran tersebut sehingga

menjadi adukan repair mortar segar yang homogen.

4. Memasukan adukan kedalam cetakan yang telah dipersiapkan. Pada penelitian

ini cetakan yang digunakan setengah silinder dengan diameter 15 cm dan

tinggi 30 cm dengan cara memberi penyekat yang terbuat dari papan di

tengah-tengah cetakan silinder. Adukan beton dimasukan ke dalam cetakan

secara berlapis dan tiap lapis dipadatkan agar pemadatanya sempurna.

Permukaan adukan diratakan dengan sendok semen.

5. Cetakan dapat dibuka apabila pengerasan sudah berlangsung selama 7 hari.

3.6. Prosedur Pengujian Kuat Lekat Repair Mortar

Pengujian kuat lekat repair mortar menggunakan benda uji berbentuk silinder

dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm yang telah berunur 56 hari dengan

memberikan tekanan hingga benda uji tersebut runtuh. Langkah-langkah

pengujian dengan alat uji belah sebagai berikut ;

1. Menimbang dan mengukur dimensi benda uji.

2. Meletakan benda uji pada ruang penekan compression testing machine

3. Memutar jarum penunjuk tepat pada titik nol, kemudian menghidupkan mesin

uji.

4. Mengamati setiap perubahan pada jarum pengukur.

5. Bila jarum sudah tidak bergerak lagi maka mesin dimatikan, dengan kata lain

mortarnya sudah hancur.

6. Membaca dan mencatat angka pada jarum ukur yang merupakan besarnya

beban desak repair mortar.

7. Menghitung kuat lekat repair mortar.

BAB 4

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar

Pengujian bahan dasar dilaksanakan sesuai dengan tata cara dan standar pengujian

yang terdapat pada standar ASTM. Hasil pengujian akan disajikan dalam bentuk

tabel, sedangkan untuk perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran A.

Waktu pelaksanan percobaan disesuaikan dengan jadwal penelitian dan ijin

penggunaan Laboratorium Bahan dan Struktur Fakultas Teknik Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4.2. Hasil Pengujian dan Analisis Data

4.2.1.Penghitungan dan Analisis Kuat Lekat dengan cara uji kuat belah

Pengujian kuat belah beton juga menggunakan mesin uji desak (Compression

Testing Machine) merk ”Controls” dengan kapasitas 2000 kN. Langkah-langkah

pengujian sama dengan uji kuat desak, tetapi silinder diletakan pada alat

pembebanan dengan posisi mendatar (rebah).

Gaya F yang bekerja pada kedua sisi silinder sepanjang l dan gaya ini disebar

luaskan seluas selimut silinder (p .L.D). Secara berangsur-angsur beban dinaikan

sehingga mencapai nilai maksimum dan silinder terbelah oleh gaya tarik

horizontal.

Dari beban maksimal yang dapat diterima, kekuatan belah dapat dihitung sebagai

berikut :

f`ct= 2.P ( ASTM = 496 – 96 ) ………………..……(4.1) DL..p

dimana :

f`ct = Kuat belah (MPa)

D = Diameter silinder (mm)

P = Beban maksimum (N)

L = Panjang dari silinder (mm).

Gambar 4.1. Perletakan dua campuran untuk benda uji

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kuat Lekat Dengan Cara Uji Kuat Belah

Kode Benda Uji Beban Desak (kN) Kuat Lekat (MPa) Kuat Lekat Rata-Rata

(MPa) PO – 2% 1 45 0,63662 PO – 2% 2 50 0,70736 0,68 PO – 2% 3 50 0,70736 PO – 4% 1 55 0,77809 PO – 4% 2 50 0,70736 0,75 PO – 4% 3 55 0,77809 PO – 6% 1 60 0,84883 PO – 6% 2 60 0,84883 0,85 PO – 6% 3 60 0,84883

MO – P 0.4%1 45 0,63662

MO - P 0,4% 2 40 0,56588 0,59 MO – P 0,4%3 40 0,56588

MO – 1 20 0,28294 MO – 2 20 0,28294 0,31 MO - 3 25 0,35368 SK – 1 45 0,63662 SK – 2 65 0,91956 0,71 SK - 3 40 0,56588 MU – 1 20 0,28294 MU – 2 15 0,21225 0,24 MU - 3 15 0,21225

D

e.

Beton Normal

Repair Mortar

L F

F

DIAGRAM KUAT LEKAT (MPa)

00,1

0,20,3

0,40,5

0,60,7

0,80,9

PO – 2% PO – 4% PO – 6% MO - P0,4%

MO SK MU

BENDA UJI

KU

AT

LE

KA

T (

MP

a)

PO – 2%

PO – 4%

PO – 6%

MO - P 0,4%

MO

SK

MU

Gambar 4.2. Diagram Hasil Perhitungan Kuat Lekat Untuk Berbagai Benda Uji Dari pengujian yang dilakukan dan didapat hasil perhitungan kuat lekat repair

mortar terlihat pada gambar 4.2. Dalam penelitian ini campuran yang mempunyai

nilai kuat lekat repair mortar tertinggi adalah PO-6% dan nilai terendahnya adalah

MU.

4.3 Analisis Regresi

Regresi adalah garis yang membentuk suatu fungsi yang menghubungkan titik-

titik data dengan kedekatan semaksimal mungkin. Data-data yang telah diperoleh

dari hasil pengujian kemudian diproses untuk mendapatkan hubungan dari

variabel-variabel yang ada pada masing-masing kondisi campuran repair mortar

yang direncanakan. Dari persamaan regresi ini dapat menggambarkan perilaku

hasil pengujian.

4.3.1. Analisa Regresi Kuat Lekat Dengan Campuran Repair Mortar Bahan

Tambah Polymer

Dengan menggunakan fasilitas trendline pada Microsoft excel, maka dapat di

peroleh regresi dari data-data campuran repair mortar dengan bahan tambah

polymer dan kuat lekat. Hubungan campuran repair mortar dengan bahan tambah

polymer terhadap kuat lekat dari hasil pengujian, dapat dilihat pada Gambar 4.3

dengan campuran repair mortar dengan bahan tambah polymer sebagai absis dan

kuat lekat sebagai ordinat.

GRAFIK KUAT LEKAT RATA-RATA (MPa)

y = 0,085x + 0,505

R2 = 0,9959

00,1

0,20,3

0,40,5

0,60,7

0,80,9

PO-0% PO – 2% PO – 4% PO – 6%

REPAIR MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH POLYMER

KU

AT

LE

KA

T (

MP

a)

Series1

Linear(Series1)

Gambar 4.3. Grafik Regresi Hubungan Repair Mortar Dengan Bahan Tambah Polymer dan Kuat Lekat

Dari pengujian yang dilakukan dan didapat hasil perhitungan kuat lekat repair

mortar terlihat pada gambar 4.3. Dalam penelitian ini repair mortar yang

mempunyai nilai kuat lekat tertinggi adalah PO-6% dan nilai terendahnya adalah

PO-0%.

4.5 Pembahasan

Pada pengujian kuat lekat terjadi kerusakan yang sama pada semua benda uji yaitu

terjadi retak dan terlepasnnya sambungan antara beton induk dan repair mortar.

Ini disebabkan karena pengujian kuat lekat diukur dari uji kuat belah yang

dilakukan dengan cara meletakan benda uji pada alat pembebanan pas di tengah-

tengah sambungan dengan posisi mendatar (rebah). Akibat dari pembebanan

tersebut maka benda uji akan retak dan sambungan akan terlepas, sehingga dari

besarnya pembebanan akan diketahui nilai kuat lekat maksimal dari masing-

masing benda uji.

Dari hasil pengujian kuat lekat PO-2%, PO-4% dan PO-6% kuat lekatnya naik

disebabkan ada penambahan PO. Karena penambahan PO dapat berfungsi mengisi

pori-pori pada repair material dan unsur-unsur pembentuk PO juga dapat

menambah kelekatan antara repair material dengan beton induk, sehingga akan

didapat repair material yang lebih padat dan kekuatan lekatnya maksimal. Akan

tetapi dengan penambahan PO repair material akan sulit mengalami pengerasan,

sehingga proses hidrasi semen akan terlambat. Maka dari itu perlu bahan tambah

pengeras karena pengeras dapat mempercepat pengerasan, sehingga repair

material pengerasannya bisa lebih cepat dan proses hidrasi semen bisa maksimal.

Pada MO-P atau PO-0% nilai kuat lekatnya dibawah PO-2%, PO-4%, PO-6%

dikarenakan pada MO-P tidak menggunakan PO. Karena PO berfungsi mengisi

pori-pori pada repair material dan menambah nilai kelekatan, sehingga akan

diperoleh repair material yang lebih padat dan memiliki kuat lekat yang maksimal.

Pada MO nilai kuat lekatnya dibawah PO , SK, MO-P dikarenakan pada MO tidak

menggunakan pengeras. Karena pengeras berfungsi mempercepat pengerasan

pada repair material, sehingga akan diperoleh repair material yang cepat mengeras

dan memiliki kuat lekat yang maksimal.

Pada SK nilai kuat lekatnya diatas PO-2%, PO-4%, MO-P, MO dan MU karena

dipastikan SK mengalami proses hidrasi semen yang optimal, pengerasan yang

baik dan campurannya lebih homogen daripada campuran PO-2%, PO-4%, MO-P

dan MU. Proses hidrasi semen yang terjadi pada SK dikarenakan SK dengan

panas hidrasi yang rendah mengalami kekuatan awal yang sangat cepat dan

mempunyai karakteristik tidak susut bahkan dapat mengembang untuk mengatasi

terjadinya susut plastis. Sehingga kelekatan yang terjadi antara SK dengan beton

induk lebih kuat. Selain itu SK merupakan salah satu jenis mortar untuk perbaikan

beton yang ada dipasaran.

Pada MU nilai kuat lekatnya jauh dibawah PO , SK, MO-P dan MO dikarenakan

MU merupakan semen instan dan digunakan untuk pemasangan dinding bata

merah, bata ringan dan plesteran berbahan dasar semen, pasir silika, filter dan

aditif yang tercampur secara merata.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil seluruh pengujian, analisis data, dan pembahasan yang dilakukan dalam

penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Hasil dari pengujian kuat lekat campuran repair mortar mulai dari PO-2%,

PO-4%, PO-6%, MO-P, MO, SK, MU adalah sebagai berikut : 0.68MPa,

0.75MPa, 0.85MPa, 0.59MPa, 0.31MPa, 0.71MPa, 0.24MPa. Tiap-tiap

campuran repair mortar memiliki kuat lekat yang berbeda-beda. Hal ini terjadi

karena perbedaan unsur pembentuk pada masing-masing campuran repair

mortar.

2 Karakteristik kuat lekat repair mortar dengan bahan tambah

polymer, didapatkan bahwa penambahan kadar polymer sangat

berpengaruh terhadap nilai kuat lekatnya.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan saran-

saran yang bertujuan untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut. Adapun

saran-saran yang perlu dikembangkan dalam penelitian ini adalah :

1. Dari hasil penelitian ini polymer nilai kuat lekatnya setara dengan produk

repair yang ada dipasaran yaitu sika. Oleh karena itu, bisa digunakan sebagai

alternatif bahan tambah material perbaikan karena lebih terjangkau dan mudah

didapat.

2. Sebaiknya menggunakan bahan yang mempunyai panas hidrasi semen yang

tinggi, sehingga di umur awal akan didapatkan nilai kuat lekat yang tinggi.

3. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan umur penelitian kurang dari 28 hari

untuk mengetahui besarnya kuat lekat repair mortar, mengingat penerapan di

lapangan beton yang dipatch repair harus segera difungsikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Pedoman Penulisan Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Anonim. 1988. Annual Book of American Society for Testing and Materials

Standard ( ASTM ). Philadelpia. Anonim. 1996, Guide For Selecting And Specifyin Material For Repair Of

Concrete Surface, ICRI Technical Guidelines No.03733. Asian Journal Of Civil Enginering, 2005, The Bond Between Repair Materials

And Concrete Subtrate In Marine Environment, Isfahan University Of Technology, Isfahan, Iran.

Edward M.Rizzo dan Martin B.Sobelman, 1991, Selection Criteria For Concrete

Repair Mortar,ACI Concrete Repair Basics. Heinz Frick. 1999. Ilmu Konstruksi Bangunan 1. Kanisius. Yogyakarta. Istimawan Dipohusodo, 1999, Struktur Beton Bertulang, Gramedia, Jakarta. Murdock, L. J. & Brook, K. M, (alih Bahasa : Stepanus Hendarko), 1999, Bahan

dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta. Nawi, E. G. ( alih bahasa : Stepanus Hindarko ), 1991, Bahan dan Praktek beton,

Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta. W. O. Nutt, of Estercrete Ltd, 1987, 5th Internal Congress on Polymers in

Concrete, Bringhton, UK.