bab v repair(xxxx)
TRANSCRIPT
EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL
PADA DISTRIK ABEPURA, KOTA JAYAPURA
PROVINSI PAPUA
STUDI KASUS DIPLOMA 4
Oleh
SYAHBULLAH PAEMBONAN
121135013
PROGRAM DIPLOMA 4
TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL
PADA DISTRIK ABEPURA, KOTA JAYAPURA
PROVINSI PAPUA
Telah Dilaksanakan Sidang Studi Kasus
Pada Hari Selasa, Tanggal 16 April 2013
Tim Dosen Penguji,
Syahbullah Paembonan
121135013
Menyetujui ,
Dosen Pembimbing Polban
R. Desutama RBP, ST., MT
NIP. 19731226 200112 1 002
Menyetujui ,
Dosen Pembimbing
Kementerian Pekerjaan Umum
Dr. Ir. Hikmat Iskandar, M.Sc
NIP. 19530308 198103 1 002
Penguji 1 ,
Angga Marditama S.S. MT
NIP. 19840306 200912 1 004
Penguji 2 ,
Untung Cahyadi, S.ST., MT
NIP. 19711012 2005 1 002
Penguji 4 ,
Dr. Ir. Hikmat Iskandar, M.Sc
NIP. 19530308 198103 1 002
Penguji 3 ,
R. Desutama RBP, ST., MT
NIP. 19731226 200112 1 002
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan i 121135013
EVALUASI KINERJA SIMPANG ABEPURA PADA DISTRIK
ABEPURA, KOTA JAYAPURA PROVINSI PAPUA
ABSTRAK
Distrik Abepura merupakan salah satu distrik pada kota Jayapura di
Provinsi papua yang memiliki luas wilayah kota 940 Km2. Distrik abepura
merupakan daerah yang akan menjadi rencana pengembangan kota Jayapura.
Simpang abepura terletak pada distrik Abepura dan merupakan daerah kawasan
komersial dan kawasan permukiman yang padat dan mempunyai peranan yang
penting untuk kota Jayapura, yakni sebagai penghubung antar distrik yang ada di
kota Jayapura. Seiring dengan pertumbuhan kendaraan yang tinggi, diperkirakan
pada Tahun 2017 Simpang Abepura akan mengalami penurunan performa kinerja
simpang dengan Kapasitas yang tinggi, Derajat Kejenuhan yang tinggi, Tundaan
Simpang yang lama dan Panjang Antrian Kendaraan yang besar, sehingga
diprediksi Simpang Meriam akan mengalami macet total. Guna mengatasi kondisi
tersebut, perlu di lakukan suatu kajian dalam upaya mencari penanganan yang
sesuai dengan melakukan kajian literatur, pengumpulan data serta analisa
permasalahan untuk mendapatkan alternatif solusi penanganan yang mungkin
diterapkan.
Hasil perancangan alternatif solusi terpilih meliputi penambahan lebar, dan
larangan belok kanan pada salah satu ruas pada Simpang Abepura. Dengan
penerapan alternatif solusi di peroleh peningkatan kinerja jalan dengan perolehan
Degree of Saturation (DS) dari ≥ 1,00 menjadi ≤ 0,75 sehingga arus lalu lintas
berjalan lancar, serta mengembalikan fungsi fasilitas jalan seperti semula untuk
mendukung kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan.
Kata Kunci : RTRW, Simpang Bersinyal, Kinerja Jalan, Degree of Saturation
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan ii 121135013
PERFORMANCE EVALUATION OF ABEPURA
INTERSECTION IN THE DISTRICT OF ABEPURA,
JAYAPURA CITY, PAPUA PROVINCE
ABSTRACT District of Abepura is one of the district in Jayapura city, Papua Province
which has an city area of 940 Km2. Abepura distric is an area that would become
the development plan city of Jayapura. Abepura intersection is located in Abepura
distric, which is a commercial area and has a dense population and has an
important role to jayapura city, to connect the other district in Jayapura city .
Along with with the high growth of vehicles per year, it is estimated in year 2017.
Abepura Intersection will decrease it performance as intersection with high
capacity as the place of research, high degree of saturation, delay and length of
vehicles queve so it can be predicted Abepura Intersection will get a total jammy.
In order to overcome these conditions, it needs an assesment in an effort to find
the appropiate treatmen by performance a literature review, data collection and
alternative solutions to problem which might be applied.
The results of the altenative solutions design which are include the addition of
wide, forbidden to turn right at Abepura intersection. By implementating of
alternative solutions in the way of performance improvement obtained with the
acquisition of Degree of Saturation (DS) of ≥ 1,00 to ≤ 0,75 so that the flow of
traffic running smoothly, and the function returns to normal road facilities to
support the traffic and safety of users road.
Keywords: RTRW, signalized intersection, Roads Performance, Degree Of
Saturation
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan iii 121135013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
lindunganNya akhirnya penyusunan Studi Kasus dengan judul “ Evaluasi Kinerja
Simpang Abepura Pada Distrik Abepura, Kota Jayapura Provinsi Papua “ dapat
diselesaikan.
Mata kuliah Studi Kasus merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 4 kerjasama Pusbiktek Kementerian
Pekerjaan Umum dengan Politeknik Negeri Bandung.
Dalam menyelesaikan Studi Kasus ini banyak masukan yang diterima dari
berbagai pihak baik berupa moril maupun materil sehingga sangat membantu
Penulis. Untuk hal tersebut, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Erwin Agus, Ir., MM, selaku Kepala Balai Pengembangan Sumber
Daya Manusia Wilayah 1 Bandung.
2. Bapak Taufik Hamzah, Ir., MSA, MBA selaku Kepala Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bandung.
3. Bapak R. Desutama RBP, ST., MT, selaku Kaprodi Diploma IV Teknik
Perancangan Jalan dan Jembatan Politeknik Negeri Bandung, selaku
pembimbing dari Politeknik Negeri Bandung.
4. Bapak Hikmat Iskandar, Dr., Ir., M.Sc., selaku pembimbing dari Kementerian
PU.
5. Bapak Angga Marditama, S.S, ST., MT., selaku penguji dari Politeknik
Negeri Bandung
6. Bapak Untung Cahyadi, S.ST., MT., selaku penguji dari Kementerian PU.
7. Bapak M. Duddy Studyana,Ir. MT, selaku Kasatgas Diploma IV Teknik
Perancangan Jalan dan Jembatan
8. Bapak Heri Kasyanto, ST., M.Eng selaku Koordinator Studi Kasus dan Tugas
Akhir.
9. Orang tua, kakak-adekku, dan Meike Kartika Bangun yang tercinta.
10. Seluruh rekan-rekan Karyasiswa D4 TPJJ Angkatan 2012, dan semua pihak di
lingkungan Pusbiktek PU, atas bantuan dan kerjasamanya.
11. Rekan-rekan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional X, Kementerian
Pekerjaan Umum, atas bantuan dan kerjasamanya.
Semoga amal baik semua pihak yang telah membantu, mendapat balasan
dari Tuhan. Menyadari akan segala kekurangan, penulis berharap adanya kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan Studi Kasus ini.
Bandung, April 2013
Penulis
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan iv 121135013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR RUMUS ............................................................................................. xiv
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. I-1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ I-1
1.2. Tujuan Studi Kasus ..................................................................... I-3
1.3. Ruang Lingkup Perancangan dan Batasan Masalah .................. I-3
1.4. Sistematika Penyusunan .............................................................. I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. II-1
BAB III DASAR TEORI ............................................................................ III-1
3.1. Umum ....................................................................................... III-1
3.2. Klasifikasi Jalan. ...................................................................... III-1
3.2.1. Kriteria penetapan klasifikasi fungsi jalan ................... III-2
3.3. Karakteristik lalu Lintas ........................................................... III-4
3.3.1. Geometrik Jalan ............................................................ III-4
3.3.2. Geometrik Persimpangan ............................................. III-5
3.3.3. Karakteristik Simpang Bersinyal ............................... III-10
3.4. Komponen Perancangan Simpang Bersinyal ......................... III-15
3.4.1 Analisa Simpang Bersinyal ........................................ III-16
3.4.2. Persinyalan ................................................................. III-19
3.4.3. Waktu Sinyal .............................................................. III-21
3.4.4. Pemilihan Tipe Approach ........................................... III-23
3.4.5. Faktor Koreksi ............................................................ III-25
3.4.6. Perbandingan Arus Dengan Arus Jenuh ..................... III-28
3.4.7. Waktu Siklus Dan Waktu Hijau ................................. III-28
3.4.8. Kapasitas .................................................................... III-29
3.4.9. Kinerja Persimpangan ................................................ III-30
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan v 121135013
3.5. Bangunan Pelengkap Jalan. .................................................... III-34
3.5.1. Fasilitas Pejalan Kaki ................................................. III-34
3.5.2. Jalur Pejalan Kaki ....................................................... III-34
3.5.3. Pelengkap Jalur .......................................................... III-38
3.5.4. Pemisah Jalan ............................................................. III-39
3.5.5. Utilitas Jalan ............................................................... III-42
3.6. Program KAJI ........................................................................ III-46
BAB IV METODOLOGI ............................................................................ IV-1
4.1. Alur Kerja Pelaksanaan Studi Kasus ....................................... IV-1
4.2. Alur Kerja Pengumpulan dan Analisa Data ............................. IV-2
4.2.1. Kebutuhan Data ............................................................ IV-3
4.2.2. Pelaksanaan Survey. ..................................................... IV-4
4.3. Alur Kerja Identifikasi dan Akar Masalah ............................... IV-6
4.4. Alur Kerja Analisa dan Perancangan Alternatif Solusi............ IV-8
4.5. Alur Kerja Pemilihan Alternatif Solusi. ................................. IV-10
BAB V DATA DAN PERANCANGAN ..................................................... V-1
5.1. Pembahasan Rona Awal Tahun 2012 ....................................... V-1
5.1.1. Identifikasi Kondisi Eksisting ....................................... V-1
5.1.1.1. Kondisi Tata Guna Lahan ............................... V-1
5.1.1.2. Kondisi Jaringan Jalan .................................... V-3
5.1.1.3. Kondisi Prasarana Jalan .................................. V-4
5.1.1.4. Kondisi Pola Pergerakan Lalu Lintas .............. V-6
5.1.2 Penentuan dan Pengumpulan data ................................. V-9
5.1.2.1. Penentuan Kebutuhan data .............................. V-9
5.1.2.2. Kebutuhan data................................................ V-9
5.1.2.3. Pengumpulan Data ........................................ V-10
5.1.2.4. Analisa Data .................................................. V-10
5.1.2.5. Data Hasil Analisa......................................... V-23
5.2. Identifikasi dan Akar Masalah ................................................ V-26
5.2.1. Identifikasi inti masalah .............................................. V-26
5.2.2. Kesesuaian NSPM terkait ............................................ V-29
5.2.3. Analisa Akar Masalah ................................................. V-32
5.3 Alternatif Solusi ...................................................................... V-34
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan vi 121135013
5.3.1. Parameter Design ........................................................ V-36
5.3.2. Proyeksi Arus .............................................................. V-37
5.3.3. Design Alternatif Solusi .............................................. V-45
5.3.3.1. Optimalisasi Apill (alternatif 1). ................... V-47
5.3.3.2. Larangan Belok Kanan (alternatif 2)............. V-48
5.3.2.3. Optimalisasi Apill + Larangan Belok
kanan (Alternatif 3) ....................................... V-50
5.3.2.4. Perubahan Geometrik pada lengan
pendekat simpang (Alternatif 4). .................. V-51
5.3.2.5. Pelebaran + Larangan Belok Kanan
(alternatif 5) ................................................... V-53
5.3.2.6. Pelebaran + Optimalisasi Apill
(alternatif 6) ................................................... V-54
5.3.2.7. Pelebaran badan jalan + Larangan Belok +
Optimalisasi Apill (alternatif 7). ................... V-54
5.3.4. Alternatif Solusi Terpilih ............................................ V-57
5.3.5. Evaluasi Alternatif Solusi Terpilih .............................. V-61
PENUTUP .................................................................................................. VI-1
6.1. Kesimpulan ............................................................................. VI-1
6.2. Saran ....................................................................................... VI-4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan vii 121135013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Peta Provinsi Papua ....................................................................... I-2
Gambar 1. 2 Lokasi Studi Kasus ........................................................................ I-3
Gambar 3. 1 Lajur Belok Kiri dengan Pulau Lalu Lintas ............................... III-8
Gambar 3. 2 Desain Belok Kiri Dengan Kanal ............................................... III-9
Gambar 3. 3 Pendekatan Perencanaan Persimpangan. .................................. III-10
Gambar 3. 4 Konflik-Konflik Utama Dan Kedua Pada Simpang Bersinyal
Dengan Empat Lengan ............................................................. III-12
Gambar 3. 5 Urutan Waktu pada Pengaturan Sinyal dengan Dua Fase ........ III-13
Gambar 3. 6 Skema Hubungan antara Delay dan Flow pada Tipe
Simpang .................................................................................... III-14
Gambar 3. 7 Pendekat dengan dan tanpa pulau lalu lintas ............................ III-22
Gambar 3. 8 Arus Jenuh Dasar untuk Pendekat Tipe P ................................ III-23
Gambar 3. 9 Faktor Penyesuaian untuk Kelandaian (FG) .............................. III-26
Gambar 3. 10 Faktor Penyesuaian untuk Pengaruh Parkir dan Lajur Belok
Kiri yang Pendek (FP) ............................................................... III-26
Gambar 3. 11 Faktor Penyesuaian untuk Belok Kanan (FRT) (Hanya
Berlaku Untuk Pendekat Tipe P, Jalan Dua Arah, Lebar
Efektif Ditentukan oleh Lebar Masuk) ................................. III-27
Gambar 3. 12 Faktor Penyesuaian untuk Belok Kiri (FLT) (Hanya Berlaku
Untuk Pendekat Tipe P tanpa LTOR, Lebar Efektif
ditentukan oleh Lebar Masuk) .................................................. III-27
Gambar 3. 13 Jumlah Kendaraan Antri (smp) yang Tersisa Dari Fase
Hijau Sebelumnya (NQ1) .......................................................... III-30
Gambar 3. 14 Perhitungan jumlah antrian (NQMAX) dalam smp ................. III-31
Gambar 3. 15 Penetapan Tundaan Lalu Lintas Rata-Rata .............................. III-33
Gambar 3. 16 Ruang Bebas Trotoar ................................................................ III-36
Gambar 3. 17 Potongan Melintang Jalan ........................................................ III-40
Gambar 3. 18 Median datar. ............................................................................ III-40
Gambar 3. 19. Median yang ditinggikan. ......................................................... III-41
Gambar 3. 20 Median yang diturunkan........................................................... III-41
Gambar 3. 21 Contoh rambu peringatan ......................................................... III-44
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan viii 121135013
Gambar 3. 22 Contoh rambu larangan ............................................................ III-44
Gambar 4.1 Bagan Alir Pelaksanaan Studi Kasus ......................................... IV-1
Gambar 4.2 Bagan Alir Pengumpulan dan Analisa Data ............................... IV-2
Gambar 4.3 Bagan Alir Pengumpulan dan Analisa Data ............................... IV-6
Gambar 4. 4 Bagan Alir Analisa dan Perancangan Alternatif Solusi ............. IV-8
Gambar 4.5 Bagan Alir Pemilihan Alternatif Solusi. ................................... IV-10
Gambar 5. 1 Rencana Jaringan Jalan Kota Jayapura........................................ V-3
Gambar 5. 2 Sketsa Simpang Abepura ............................................................. V-4
Gambar 5. 3 Pola Pergerakan lengan mayor dan lengan minor simpang
abepura ........................................................................................ V-7
Gambar 5. 4 urutan waktu sinyal pada simpang Abepura ................................ V-7
Gambar 5. 5 urutan fase pada simpang abepura ............................................... V-8
Gambar 5. 6 Titik Konflik Di Simpang Abepura ............................................. V-8
Gambar 5. 7 Kondisi Trotoar di Simpang Abepura ....................................... V-12
Gambar 5. 8 Grafik Volume Lalu Lintas, Senin 03/12/2012 (Pagi) .............. V-13
Gambar 5. 9 Grafik Volume Lalu Lintas, Senin 03/12/2012 (Siang) ............ V-14
Gambar 5. 10 Volume Lalu Lintas, Senin 03/12/2012 (Sore) .......................... V-15
Gambar 5. 11 Volume Lalu Lintas, Selasa 04/12/2012 (Pagi) ......................... V-16
Gambar 5. 12 Volume Lalu Lintas, Selasa 04/12/2012 (Siang) ...................... V-17
Gambar 5. 13 Volume Lalu Lintas, Selasa 04/12/2012 (Sore) ........................ V-18
Gambar 5. 14 Volume Lalu Lintas, Sabtu 08/12/2012 (Pagi).......................... V-19
Gambar 5. 15 Volume Lalu Lintas, sabtu 08/12/2012 (Siang) ........................ V-20
Gambar 5. 16 Volume Lalu Lintas, Sabtu 08/12/2012 (Sore) ......................... V-21
Gambar 5. 17 Derajat Kejenuhan (DS) pada Jam Puncak ............................... V-25
Gambar 5. 18 Proporsi kendaraan tiap lengan simpang ................................... V-26
Gambar 5. 19 Perkembangan arus kendaraan 2017 ......................................... V-38
Gambar 5. 20 Perkembangan komposisi kendaraan per golongan pada jam
puncak ....................................................................................... V-38
Gambar 5. 21 Perbandingan Derajat Kejenuhan kondisi eksisting dengan
kondisi proyeksi 5 tahun. ........................................................... V-44
Gambar 5. 22 Kinerja Persimpangan Alternatif 1 (satu) .................................. V-48
Gambar 5. 23 Fase untuk Alternatif 2 (dua) .................................................... V-49
Gambar 5. 24 Kinerja Persimpangan Alternatif 2 (dua) .................................. V-49
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan ix 121135013
Gambar 5. 25 Kinerja persimpangan alternatif 3 ............................................. V-50
Gambar 5. 26 Kondisi eksisting simpang Abepura .......................................... V-51
Gambar 5. 27 Kinerja Persimpangan Alternatif 4 ............................................ V-53
Gambar 5. 28 Kinerja Persimpangan alternatif 5 ............................................. V-53
Gambar 5. 29 Kinerja perimpangan alternatif 6 ............................................... V-54
Gambar 5. 30 Kinerja persimpangan alternatif 7 ............................................ V-55
Gambar 5. 31 Jaringan Jalan Distrik Abepura ................................................. V-56
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan x 121135013
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Matriks Perbandingan penelitian sebagai tinjauan pustaka ............... 1
Tabel 3. 1 Klasifikasi jalan secara umum menurut kelas, fungsi, dimensi
kendaraan maksimum dan muatan sumbu terberat (MST). ......... III -2
Tabel 3. 2 Lebar Lajur Jalan dan Bahu Jalan ................................................ III -5
Tabel 3. 3 Kecepatan rencana (VR) sesuai klasifikasi jalan di kawasan
perkotaan ...................................................................................... III -6
Tabel 3. 4 Lebar Lajur di Persimpangan ....................................................... III -7
Tabel 3. 5 Lebar Kanal .................................................................................. III -8
Tabel 3. 6 Nilai Konversi SMP ................................................................... III -18
Tabel 3. 7 Kelas Ukuran Kota ..................................................................... III -18
Tabel 3. 8 Tipe Lingkungan Jalan ............................................................... III -18
Tabel 3. 9 Penentuan Tipe Pendekat ........................................................... III -24
Tabel 3. 10 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS) ..................................... III -25
Tabel 3. 11 Faktor penyesuaian untuk Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan
Samping dan Kendaraan Tak Bermotor (FSF) ............................ III -25
Tabel 3. 12 Waktu Siklus yang Disarankan .................................................. III -28
Tabel 3. 13 Lebar Minimum Trotoar Menurut Pengguna Lahan
Sekitarnya .................................................................................. III -37
Tabel 3. 14 Lebar Minimum Untuk Median Tanpa Bukaan
(Tipe Ditinggikan) .................................................................... III - 42
Tabel 3. 15 Lebar Minimum Untuk Median Dengan Bukaan (Tipe
Ditinggikan/Diturunkan) .......................................................... III - 42
Tabel 4. 1 Kebutuhan Data ........................................................................... IV- 4
Tabel 5. 1 Tata Guna Lahan dan Jenis Kegiatan .......................................... V - 2
Tabel 5. 2 Klasifikasi Jalan Pada Lengan Simpang Abepura ....................... V - 4
Tabel 5. 3 Kondisi Geometrik Eksisting Simpang Abepura ......................... V - 5
Tabel 5. 4 Kebutuhan Data ......................................................................... V - 10
Tabel 5. 5 Volume Lalu Lintas, Senin 03/12/2012 (Pagi) .......................... V - 13
Tabel 5. 6 Vol ume Lalu Lintas, Senin 03/12/2012 (Siang) ....................... V - 14
Tabel 5. 7 Volume Lalu Lintas, Senin 01/08/2011 (Sore) .......................... V - 15
Tabel 5. 8 Volume Lalu Lintas, Selasa 04/12/2012 (Pagi) ......................... V - 16
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan xi 121135013
Tabel 5. 9 Volume Lalu Lintas, Selasa 04/12/2012 (Siang) ....................... V - 17
Tabel 5. 10 Volume Lalu Lintas, Selasa 04/12/2012 (Sore) ......................... V - 18
Tabel 5. 11 Volume Lalu Lintas, Sabtu 08/12/2012 (Pagi) .......................... V - 19
Tabel 5. 12 Volume Lalu Lintas, Sabtu 08/12/2012 (Siang) ........................ V - 20
Tabel 5. 13 Volume Lalu Lintas, Sabtu 08/12/2012 (Sore) .......................... V - 21
Tabel 5. 14 kondisi tata guna lahan pada Distrik Abepura ........................... V - 22
Tabel 5. 15 Jumlah penduduk kota Jayapura ................................................ V - 22
Tabel 5. 16 Data jumlah kendaraan dan laju pertumbuhan .......................... V - 23
Tabel 5. 17 Kinerja Simpang Abepura Eksisting .......................................... V - 24
Tabel 5. 18 Derajat Kejenuhan (DS) pada Jam Puncak ................................ V - 24
Tabel 5. 19 Proporsi kendaraan tiap lengan simpang siang hari ................... V - 25
Tabel 5. 20 permasalahan umum dan NSPM terkait .................................... V - 29
Tabel 5. 21 Matriks Keterkaitan Permasalahan ............................................ V - 32
Tabel 5. 22 analisa SWOT ............................................................................ V - 33
Tabel 5. 23 Arus Lalu Lintas proyeksi 5 tahun, 2017 .................................. V - 38
Tabel 5. 24 Hasil analisa kinerja simpang Abepura proyeksi 5 tahun .......... V - 44
Tabel 5. 25 Kriteria Dasar Perancangan Simpang Abepura Untuk
proyeksi 5 tahun ......................................................................... V - 36
Tabel 5. 26 Jenis Alternatif solusi ................................................................. V - 46
Tabel 5. 27 kinerja alternatif 1 (satu) ............................................................ V - 48
Tabel 5. 28 Kinerja persimpangan Alternatif 2 (dua) ................................... V - 49
Tabel 5. 29 Kinerja persimpangan alternatif 3 (tiga) ................................... V - 50
Tabel 5. 30 Kondisi Geometrik Eksisting pada lengan simpang .................. V - 52
Tabel 5. 31 Kinerja Persimpangan Alternatif 4 (empat) ............................... V - 52
Tabel 5. 32 Kinerja persimpangan alternatif 5 .............................................. V - 53
Tabel 5. 33 kinerja alternatif 6 ...................................................................... V - 54
Tabel 5. 34 kinerja persimpangan alternatif 7 .............................................. V - 55
Tabel 5. 35 analisa jaringan jalan. ................................................................ V - 56
Tabel 5. 36 Rekapitulasi Performa Kinerja Simpang Setiap Alternatif Solusi
proyeksi 5 tahun vs Rona awal .................................................. V - 57
Tabel 5. 37 evaluasi alernatif solusi terpilih ................................................. V - 62
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan xiv 121135013
DAFTAR RUMUS
( R.3. 1 ) Rumus Clearence Time ................................................................. III-20
( R.3. 2 ) Rumus Lost Time .......................................................................... III-21
( R.3. 3 ) Kondisi W LTOR ≥ 2 m .............................................................. III-21
( R.3. 4 ) Rumus Q LTOR dari arus lurus dan belok kanan ........................ III-21
( R.3. 5 ) Untuk kondisi W LTOR < 2 m ................................................... III-21
( R.3. 6 ) Rumus analisa Q LTOR ................................................................ III-22
( R.3. 7 ) Rumus nilainya arus jenuh dasar (saturation flow, SO) ................ III-23
( R.3. 8 ) Faktor koreksi parkir ..................................................................... III-26
( R.3. 9 ) Rumus nilai arus jenuh yang disesuaikan ..................................... III-28
( R.3. 10 ) Rumus rasio arus (Q) dengan arus jenuh (S) untuk tiap
approach ........................................................................................ III-28
( R.3. 11 ) Rumus Perbandingan Arus Kritis .................................................. III-28
( R.3. 12 ) Rumus Perbandingan Fase Untuk Tiap Fase................................. III-28
( R.3. 13 ) Rumus Waktu Hijau pada fase persimpangan............................... III-29
( R.3. 14 ) Rumus Kapasitas untuk tiap lengan simpang ................................ III-29
( R.3. 15 ) Rumus Derajat Kejenuhan untuk tiap lengan simpang ................. III-30
( R.3. 16 ) Rumus Jumlah Antrian sisa dari fase hijau sebelumnya ............... III-30
( R.3. 17 ) Rumus Jumlah Antrian untuk DS < 0.5 ........................................ III-30
( R.3. 18 ) Rumus Jumlah Antrian selama fase merah ................................... III-31
( R.3. 19 ) Rumus Jumlah Antrian Total ........................................................ III-31
( R.3. 20 ) Rumus Panjang Antrian ................................................................ III-32
( R.3. 21 ) Rumus Proporsi Kendaraan Terhenti ............................................ III-32
( R.3. 22 ) Rumus Jumlah Kendaraan Terhenti .............................................. III-32
( R.3. 23 ) Rumus Rata-Rata proporsi kendaraan terhenti.............................. III-32
( R.3. 24 ) Rumus Tundaan Lalu Lintas ......................................................... III-32
( R.3. 25 ) Rumus Perbandingan Hijau (GR) dengan DS ............................... III-33
( R.3. 26 ) Rumus Tundaan Geometrik Rata-Rata ......................................... III-33
( R.3. 27 ) Rumus Rata-Rata Tundaan............................................................ III-34
(R5. 1 ) Rumus Proyeksi Arus Lalu Lintas ............................................... V - 37
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan xv
121135013
DAFTAR ISTILAH
Pada Penulisan Studi Kasus ini agar di dapat satu penafsiran yang sama perlu
kiranya diberikan daftar istilah yang nantinya dipergunakan dalam penulisan,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Akses Jalan adalah jalan masuk (pertemuan dua jalan) dari jalan dengan hirarki
yang lebih rendah ke jalan yang lebih tinggi dua tingkat.
Transportasi adalah perpindahan barang dan atau mahluk hidup dari tempat satu
ke tempat lain.
Jaringan Transportasi Jalan adalah serangkaian simpul dan atau ruang kegiatan
yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan
sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
Arus Lalu Lintas adalah jumlah unsur lalu lintas yang melalui titik tak terganggu
di hulu pendekat persatuan waktu.
Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, dengan
atau tanpa jalan pemisah, seperti median dan bahu jalan.
Bahu Jalan adalah bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan jalur
lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat dan
untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah, pondasi atas dan permukaan.
Belok Kiri (LT) indeks untuk lalu lintas yang belok kiri.
Belok Kiri Langsung (LTOR) adalah indeks untuk lalu lintas belok kiri yang
diijinkan lewat pada saat lampu merah.
Belok Kanan (RT) adalah indeks untuk lalu lintas yang belok ke kanan.
Degree Of Saturation (DS) adalah rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan xvi
121135013
Ekivalen Mobil Penumpang (emp) adalah faktor konversi berbagai jenis
kendaraan dibandingkan dengan mobil penumpang sehubungan dengan
dampaknya pada perilaku lalu lintas (untuk mobil penumpang dan kendaraan
ringan nilai emp = 1).
Satuan Mobil Penumpang (smp) adalah satuan arus lalu lintas, dimana ekivalen
berbagai tipe kendaraan telah diubah dengan menggunakan emp.
Hambatan Samping adalah dampak terhadap prilaku lalu lintas akibat kegiatan
sisi jalan seperti pejalan kaki, penghentian angkot dan kendaraan lainnya,
kendaraan masuk dan keluar sisi jalan yang menyebabkan pengurangan terhadap
arus jenuh.
Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara efisien.
Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan
ciri-ciri perjalanan jarak sedang kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak pendek, dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
Jalur Lalu Lintas adalah bagian jalur jalan yang direncanakan khusus untuk
lintasan kendaraan.
Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada
saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan
yang membahayakan, dapat melakukan sesuatu untuk menghindari bahaya
tersebut dengan aman.
Kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada suatu
bagian jalan dalam kondisi tertentu.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan xvii
121135013
Komersial (COM) adalah lahan niaga (toko, restoran, kantor) dengan jalan masuk
langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan.
LHR adalah volume total yang melintasi suatu titik atau ruas jalan untuk kedua
jurusan, selama satu tahun dibagi oleh jumlah hari dalam satu tahun yang
bersangkutan.
Panjang Antrian (QL) adalah panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat
(m).
Rasio Kendaraan Terhenti Rasio Hijau adalah perbandingan antara waktu hijau
dan waktu siklus dalam suatu pendekat.
Kendaraan Berat (HV) adalah kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda
meliputi bis, truk 2 as, truk 3 as dan truk kombinasi.
Kendaraan Ringan (LV) adalah kendaraan bermotor ber as dua dengan 4 roda
dan dengan jarak as 2 – 3 m yang meliputi mobil penumpang, oplet, mikrobis,
pick-up dan truk kecil.
Sepeda Motor (MC) adalah kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda meliputi
sepeda motor dan kendaraan roda 3 lainnya.
Kendaraan Tak Bermotor (UM) adalah kendaraan yang digerakkan oleh orang
atau hewan.
Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melewati suatu
simpang dibandingkan terhadap situasi tanpa simpang.
Fase adalah bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau disediakan bagi
kombinasi tertentu dari gerakan lalu lintas.
Waktu Siklus (Cycle Time) adalah waktu urutan lengkap dari indikasi sinyal (sbg.
Contoh, di antara dua fase saat permulaan hijau yang berurutan di dalam pendekat
yang sama; det).
Waktu Hijau (Green Time) adalah waktu nyala hijau dalam suatu pendekat (det).
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan I-1
121135013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota Jayapura sebagai ibukota provinsi Papua, dengan kondisi
topografi mayoritas berupa perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian
rata-rata 100 – 200 meter diatas permukaan laut. Dengan kondisi topografi
seperti ini, kota Jayapura mempunyai 4 distrik sebagai pusat kegiatan, antara
lain : Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura dan Muara Tami. Luas kota
Jayapura adalah 940 Km² dengan panjang jalan kota 293,33 km dan jumlah
penduduk kota Jayapura adalah 256.705 jiwa dengan laju pertumbuhan 4.60%
per tahunnya (BPS, 2010) dan pertumbuhan kendaraan rata-rata pertahun
mencapai 15,54 %. Kota Jayapura yang terus meningkat dengan pesat akibat
dari pertumbuhan dan perkembangan kota serta laju pertumbuhan penduduk.
Dikarenakan kota Jayapura menjadi sentra dari kegiatan ekonomi, industri,
perdagangan, pendidikan maupun kebudayaan. Hal ini mengakibatkan
pergerakan arus lalu lintas yang tinggi pada distrik-distrik yang menjadi pusat
kegiatan.
Seperti yang telah dipaparkan pada dokumen RTRW kota Jayapura
tahun 2007-2027, Abepura menjadi salah satu distrik yang akan
dikembangkan untuk keperluan pemerataan pembangunan, karena saat ini
masih terjadi penumpukkan aktifitas kegiatan pada wilayah Distrik Jayapura
Utara, dan Jayapura Selatan. Mulai dikembangkannya Distrik Abepura ini
dirasakan juga pada ruas Jalan Abepura, Distrik Abepura tepatnya pada
simpang jalan Abepura. Hal ini dikarenakan jalan Abepura menjadi satu-
satunya penghubung antar pusat-pusat kegiatan baik dalam distrik Abepura
maupun diluar distrik Abepura, selain itu jalan tersebut mempunyai geometrik
yang kurang memadai.
Menurut data dari Dinas Pekerjaan Umum persimpangan pada
pertemuan ruas Jalan Raya Abepura – Jalan Pahlawan – Jalan Gerilyawan
adalah persimpangan sebidang dengan tata guna lahan disekitar simpang
termasuk daerah komersial dan status jalan sebagai jalan kota. Untuk Jalan
Raya Abepura dan Jalan Pahlawan yang berfungsi sebagai arteri sekunder
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan I-2
121135013
dengan tipe jalan 4/2 UD/D serta lebar + 12 m (meter), lalu untuk jalan
gerilyawan dengan fungsi kolektor primer dengan tipe jalan 4/2 UD serta
lebar efektif + 11 m (meter). Serta adanya persimpangan berbentuk
bundaran pada simpang berikutnya. Simpang Abepura mempunyai peranan
penting untuk melancarkan arus pada tiap ruas jalan yang melewati simpang
tersebut untuk tujuan ke distrik yang lain, karena saat ini belum adanya
alternatif jalan yang layak untuk menghubungkan ke beberapa distrik yang
ada di kota Jayapura.
Sumber : Kepmen PU nomor 631 / KPTS / M / 2009
Gambar 1. 1 Peta Provinsi Papua
Kawasan yang diangkat sebagai bahan tinjauan adalah simpang Abepura jalan
Raya Abepura
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan I-3
121135013
Sumber : Google Earth
Gambar 1. 2 Lokasi Studi Kasus
1.2. Tujuan Studi Kasus
Tujuan dari penyusunan studi kasus ini adalah mengevaluasi kinerja
simpang abepura untuk menjaga agar simpang Abepura tetap dalam kinerja
yang baik sampai pembangunan jalan alternative (RingRoad) beroperasi.
1.3. Ruang Lingkup Perancangan dan Batasan Masalah
Dalam penyusunan studi kasus ini, dibahas dalam lingkup kajian
evaluasi kinerja simpang yang ditangani hanya sampai Ring Road 2013
beroperasi dan dengan parameter – parameter yang ada, diantaranya :
1. Data – data yang digunakan adalah :
a. Data Primer kondisi tahun 2012 meliputi, Data Geometrik
jalan eksisting, dan data arus lalu lintas disekitar simpang,
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan I-4
121135013
dan jika diperlukan data serupa pada simpang terdekat dari
simpang yang ditinjau.
b. Data Sekunder meliputi, Tata Guna Lahan dari RTRW Kota
Jayapura 2007 – 2027, Data Penduduk Kota Jayapura tahun
2010, Angka pertumbuhan kendaraan yang didapat
berdasarkan data dari dinas terkait.
2. Perancangan mengacu pada NSPM terkait dan acuan teknis
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum.
3. Metoda desain mengacu pada operasional (mutu) ditinjau dari
Kapasitas ( C ), Derajat Kejenuhan (DS), Tundaan Simpang (D)
dan Panjang Antrian (QL)
4. Survey arus dilakukan pada jam sibuk, dengan pengambilan data
meliputi kendaraan berat, ringan, bermotor, dan tak bermotor.
5. Penanganan dilakukkan hanya pada jarak 75-100 meter dari tiap
kaki simpang.
6. Tata Guna Lahan mengacu pada RTRW Kota Jayapura 2007 –
2027.
7. Geometrik jalan yang ditinjau meliputi pendekat simpang dan
simpang terdiri dari tipe jalan, lebar bahu, lebar jalur, lebar
masuk, lebar keluar.
8. Perancangan berdasarkan NSPM terkait.
9. Asumsi pertumbuhan lalu lintas di anggap tetap selama masa
perancangan.
10. Pertumbuhan lalu lintas dibagi menurut 3 jenis golongan
kendaraan : LV = 1.0% ; HV = 0.5% ; MC = 1.5%
11. Masa perancangan yakni sampai dengan 5 tahun.
1.4. Sistematika Penyusunan
Sistematika penyajian studi kasus ini,adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang penusunan, tujuan penyusunan
studi kasus, lingkup permasalahan, metoda dan sistematika penyusunan.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan I-5
121135013
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi mengenai uraian tentang Tata Guna Lahan, Geometrik
Persimpangan, Lalu Lintas dan Fasilitas dan Kelengkapan Jalan dari
berbagai studi literatur seperti tulisan karya ilmiah yang digunakan dalam
pembahasan.
BAB III DASAR TEORI
Membahas mengenai uraian dasar teori tentang Tata Guna Lahan,
Geometrik Persimpangan, Lalu Lintas dan Fasilitas dan Kelengkapan
Jalan yang mengacu pada NSPM Bina Marga dan Kementerian
Perhubungan yang digunakan sebagai pedoman dalam analisa,
perancangan dan pembahasan studi kasus.
BAB IV METODOLOGI
Berisi mengenai metodologi perancangan dan diagram alir (Flow
Chart) pelaksanaan Studi Kasus yang terdiri dari tahap perumusan
masalah, analisa data, perancangan alternatif solusi dan pemilihan
alternatif solusi.
BAB V DATA DAN PERANCANGAN
Membahas mengenai rona awal, kriteria dasar perancangan, analisa
data, kondisi kinerja sampai kurun waktu yang ditentukan, analisa dan
perancangan alternatif solusi, serta pemilihan alternatif solusi.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini menyajikan kesimpulan dari analisis persimpangan,
dan rekomendasi langkah strategi penanganan terhadap kinerja yang tidak
memenuhi tingkat pelayanan minimum.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan II-1
121135013
1 3
Khisty, 2003, Transportation
Engineering : An Introduction
persimpangan merupakan bagian terpenting untuk mencapai nilai efisiensi, kemanan, kecepatan, biaya
operasi dan kapasitas lalu lintas. Persimpangan dapat dibedakan menjadi simpang sebidang (grade
intersection) dan persimpangan tak sebidang (interchange)
4.2
Standar perencanaan Geometrik
Jalan Perkotaan Direktorat
Pembinaan Jalan Perkotaan
Simpang4
3
Simpang merupakan bagian yag tidak terpisahkan dari jaringan jalan. Di daerah perkotaan biasanya banyak
memiliki simpang, dimana pengemudi harus memutuskan untuk berjalan lurus atau berbelok dan pindah
jalan untuk mencapai suatu tujuan simpang dapat didefinisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan
atau lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalulintas
didalamnya
4.1
3.2
Guna lahan adalah Pengembangan lahan di sepanjang jalan. Untuk tujuan perhitungan, guna lahan
ditentukan sebagai persentase dari segmen jalan dengan pengembangan tetap dalam bentuk bangunan.
Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI) 19973.3
Menjadi Bagian Wilayah Kota E (BWK E) distrik Abepura mempunyai fungsi tata guna lahan meliputi jasa,
pendidikan, perikanan dan konservasi/ lindungRTRW kota Jayapura 2007-20273.4
Setiap tata guna lahan mempunyai tipe kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan
menarik pergerakan dimana bangkitan dan tarikan pergerakan atau lalu lintas merupakan fungsi dari jumlah
kegiatan dan intensitasnya. Jika bangkitan dan tarikan lalu lintas suatu guna lahan semakin tinggi maka
akan selalu diikuti oleh kegiatan lain sebagai efek samping karena kagiatan lain tersebut memanfaatkan
terjadinya interaksi orang.
Harry Purba, 20123.1
Transportasi dan tata guna lahan berhubungan sangat erat, sehingga biasanya dianggap membentuk satu
landuse transport sistem. Agar tata guna lahan dapat terwujud dengan baik maka kebutuhan
transportasinya harus terpenuhi dengan baik. Sistem transportasi yang macet tentunya menghalangi
aktivitas tata guna lahannya, sebaliknya transportasi yang tidak melayani suatu tata guna lahan akan
menjadi sia – sia atau tidak termanfaatkan
Arif Hidayat,2009, Perencanaan
wilayah dan kota,
Tata Guna Lahan
2.1 Ribka Yuliana Asmuruf, 2011
Jalan Arteri adalah Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna2.2 UU 38 tahun 2004
Jalan
Titik rawan kemacetan tiap pagi dan sore berada di kawasan Abepura. Penyebab macet juga beragam.
Mulai dari sopir angkutan umum yang memarkir kendaraan tak beraturan, kecelakaan lalu lintas sampai para
pekerja atau pelajar yang hendak pergi ke tempat aktivitas masing-masing atau pulang ke rumah
Ribka Yuliana Asmuruf, 2011
www.aldp-papua.com, 2 0kt 2012
1.1
1.2
Ruas Jalan Raya Abepura salah satu jalan utama dikota Jayapura yang melayani arus lalu lintas dengan
fungsi jalan sebagai jalan arteri primer. Fungsi arteri tidak boleh terganggu, oleh sebab itu jumlah jalan
masuk yang menghubungkan jalan arteri dengan penggunaan lahan disekitarnya harus dibatasi secara
efisien
SumberNO
2 4 5
Dari hasil analisis tingkat pelayanan ruas jalan raya Abepura ditemukan tingkat pelayanannya F, yaitu arus
tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang, kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume
rendah serta terjadi kemacetan dengan durasi yang cukup lama. Dalam keadaan antrian, kecepatan
maupun volume turun sampai 0.
TopikNo
subSub Topik
Umum
2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sri Harto, 1998 menyebutkan bahwa Tinjauan Pustaka merupakan “uji awal” atas
gagasan awalnya, atas formulasi awalnya, atau metoda perancangannya
untukmenyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Dibawah ini adalah tabel
berbagai tinjauan pustaka yang digunakan sebagai referensi untuk penyusunan
laporan maupun analisa data.
Tabel 2. 1. Matriks Perbandingan penelitian sebagai tinjauan pustaka
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-1
121135013
BAB III
DASAR TEORI
3.1. Umum
Bagian ini merupakan sumber referensi dan acuan dalam proses
perhitungan dan analisis pada tahap selanjutnya. Dalam Bab III ini
dipaparkan beberapa dasar teori dan wacana yang berhubungan dengan proses
analisis yang akan dilakukan pada bab-bab selanjutnya.
Teori-teori yang akan dipaparkan dalam bab ini berkaitan dengan
- Klasifikasi Jalan
- Karakteristik Lalu Lintas
- Komponen Perancangan Simpang Bersinyal
- Program Kaji
- Fasilitas dan Pelengkap Jalan
3.2. Klasifikasi Jalan.
Berdasarkan RSNI T-14-2004 tentang Geometrik Jalan Perkotaan,
klasifikasi jalan menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan
untuk menerima beban lalu lintas yang dinyatakan dalam muatan sumbu
terberat (MST) dalam satuan ton, dan kemampuan jalan tersebut dalam
menyalurkan kendaraan dengan dimensi maksimum tertentu.
Klasifikasi menurut kelas jalan, fungsi jalan dan dimensi kendaraan
maksimum (panjang dan lebar) kendaraan yang diijinkan melalui jalan
tersebut, secara umum dapat dilihat dalam Tabel 3. 1.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-2
121135013
Tabel 3. 1 Klasifikasi jalan secara umum menurut kelas, fungsi, dimensi kendaraan
maksimum dan muatan sumbu terberat (MST).
Kelas Jalan Fungsi Jalan
Dimensi Kendaraan
Maksimum
Muatan
Sumbu
Terberat (ton) Panjang (m) Lebar (m)
I
Arteri
18 2,5 > 10
II 18 2,5 10
III A 18 2,5 8
III A Kolektor
18 2,5 8
III B 12 2,5 8
III C Lokal 9 2,1 8
Sumber : RSNI T-14-2004
3.2.1. Kriteria penetapan klasifikasi fungsi jalan
Berdasarkan Pedoman Pd.T-18-2004-B tentang Penentuan
Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan, kriteria ini
dimaksud adalah secagai ciri-ciri umum, yang diharapkan pada
masing-masing fungsi jalan, dan merupakan arahan untuk fungsi
jalan yang perlu dipenuhi.
3.2.1.1. Arteri Sekunder
1. Kriteria Jalan Arteri Sekunder
a) Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 30 (tiga puluh) km/h;
b) lebar badan jalan paling rendah 11 (sebelas) meter;
c) akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek
dari 250 meter;
d) persimpangan pada jalan arteri sekunder diatur
dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan
volume lalu lintasnya;
e) jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang
lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata;
f) harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup
seperti rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas,
lampu jalan dan lain-lain;
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-3
121135013
g) besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya
paling besar dari sistem sekunder yang lain;
h) dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat
digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat
lainnya;
i) jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih
besar dari jarak selang dengan kelas jalan yang lebih
rendah.
2. Ciri Jalan Arteri Sekunder
a) kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu;
b) antar kawasan sekunder kesatu;
c) kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder
kedua;
d) jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan
sekunder kesatu;
e) lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak
boleh terganggu oleh lalu lintas lambat;
f) kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk
pelayanan kota dapat diijinkan melalui jalan ini;
g) lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat
dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan pada jam
sibuk.
3.2.1.2. Kolektor Primer
1. Kriteria-kriteria jalan kolektor primer terdiri atas:
a. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 40 km/jam;
b. Lebar badan jalan paling rendah 9 (sembilan) meter;
c. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, jarak antar
jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek
dari 400 meter;
d. Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya;
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-4
121135013
e. Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata;
f. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup
seperti rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas dan
lampu penerangan jalan;
g. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya
lebih rendah dari jalan arteri primer;
h. Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat
digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat
lainnya.
2. Ciri-ciri kolektor primer terdiri atas :
a. Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan
kolektor primer luar kota;
b. Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan
primer atau jalan arteri primer;
c. Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat
diijinkan melalui jalan ini;
d. Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan
seharusnya tidak diijinkan pada jam sibuk.
3.3. Karakteristik lalu Lintas
3.3.1. Geometrik Jalan
Geometri jalan perkotaan harus :
a. memenuhi aspek keselamatan, kelancaran, efisiensi,
ekonomi, ramah lingkungan dan kenyamanan;
b. mempertimbangkan dimensi kendaraan;
c. mempertimbangkan efisiensi perencanaan;
d. mendukung hirarki fungsi dan kelas jalan dalam suatu
tatanan sistem jaringan jalan secara konsisten;
e. mempertimbangkan pandangan bebas pemakai jalan;
f. mempertimbangkan drainase jalan;
g. mempertimbangkan kepentingan para penyandang cacat.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-5
121135013
Alinyemen horisontal dan vertikal harus mempertimbangkan aspek
kebutuhan teknik dan aspek kebutuhan pemakai jalan yang memadai dan
efisien.
Pemilihan alternatif alinyemen perlu mempertimbangkan :
a. keselamatan dan kenyamanan bagi pengemudi, penumpang dan
pejalan kaki;
b. kesesuaian dengan keadaan topografi, geografi dan geologi di
sekitar jalan;
c. koordinasi antara alinyemen horisontal dan vertikal;
d. ekonomi dan lingkungan.
Lebar jalur ditentukan oleh jumlah, lebar lajur peruntukannya dan bahu
jalan. Lebar lajur untuk berbagai kelas jalan dapat dilihat seperti pada
Tabel 3. 2 sebagai berikut :
Tabel 3. 2 Lebar Lajur Jalan dan Bahu Jalan
Kelas
jalan
Lebar lajur (m)
Lebar bahu sebelah luar (m) Lebar bahu
minimum
sebelah dalam
(m)
Tanpa trotoar Ada
trotoar
Ideal Minimu
m Ideal
Minimu
m
Minimu
m
I
II
III A
III B
III C
3,75
3,50
3,25
3,00
2,75
3,50
3,00
2,75
2,75
4,50*)
2,50
2,50
2,50
2,50
1,50
2,00
2,00
2,00
2,00
0,50
1,00
0,50
0,50
0,50
0,50
0,50
0,50
0,50
0,50
0,50 Sumber : RSNI T-14-2004
3.3.2. Geometrik Persimpangan
Pada prinsipnya, tiap bagian dari simpang dianalisis
masing-masing dari tiap pendekatnya. Satu lengan simpang dapat
terdiri lebih dari satu pendekat, yaitu dipisahkan menjadi dua atau
lebih sub pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok kanan
dan/atau belok kiri mendapat sinyal hijau pada fase yang berlainan
dengan lalu lintas yang lurus, atau jika dipisahkan secara fisik
dengan pulau lalu lintas dalam pendekat.
Tujuan dari perencanaan persimpangan adalah untuk
mengurangi kemungkinan konflik antar kendaraan bermotor,
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-6
121135013
pejalan kaki, kendaraan tidak bermotor serta merencanakan fasilitas
dan kelengkapan jalan di daerah persimpangan yang dapat
memberikan kemudahan, kenyamanan dan ketenangan terhadap
pemakai jalan yang melalui daerah persimpangan tersebut.
3.3.2.1. Bentuk Persimpangan.
Bentuk persimpangan sebidang yang disarankan yaitu
terdiri atas :
a. Simpang tiga
b. Simpang empat
Semua persimpangan sebidang dimana pertemuan
lengan dengan lengan harus saling tegak lurus ( ┴ ),
toleransi sudut (α) bisa sampai ± 200.
3.3.2.2. Volume Rencana.
Pada prinsipnya, persimpangan harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga dapat menampung volume
perencanaan tiap jam (VJP) pada jalan tersebut.
3.3.2.3. Kecepatan Rencana.
Kecepatan rencana menjelang persimpangan, pada
prinsipnya sama dengan kecepatan rencana
jalan/kakinya. Bila perlu kecepatan rencana dari lalu
lintas menerus dapat dikurangi sampai 20 km/jam.
Tabel 3. 3 Kecepatan rencana (VR) sesuai klasifikasi jalan di kawasan
perkotaan
Sumber : RSNI T-14-2004
No. Fungsi Jalan
Kecepatan rencana
VR
(km/h)
1.
2.
3.
4.
5.
Arteri Primer
Kolektor Primer
Arteri Sekunder
Kolektor Sekunder
Lokal Sekunder
50 – 100
40 – 80
50 – 80
30 – 50
30 – 50
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-7
121135013
3.3.2.4. Lajur
1. Lajur merupakan bagian dari jalur yang memanjang,
memiliki lebar yang cukup untuk satu kendaraan
bermotor sedang berjalan selain sepeda motor.
a. Lebar lajur tergantung kepada kecepatan rencana
dan kendaraan rencana, terutama dalam
melakukan manuver pergerakan membelok.
b. Kebutuhan lajur membelok ditetapkan dengan
mengacu pada MKJI 1997.
c. Lajur lajur tambahan ditetapkan antara 2,27 s/d
3,5 m, lebar lajur masuk persimpangan untuk
lintasan menerus dapat dikurangi sampai dengan
yang telah ditetapkan seperti pada Tabel 3. 4
berikut ini :
Tabel 3. 4 Lebar Lajur di Persimpangan
Sumber : Pedoman Pt T-02-2002-B
2. Lengan persimpangan untuk lalu lintas menerus
dimana, lajur masuk dan lajur keluar harus berada pada
satu lintasan / poros garis lurus.
3. Jumlah lajur dipersimpangan mengacu pada MKJI
1997.
4. Panjang lajur belok kiri dapat ditentukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Kelas jalan II,III dan IV dan masih mempunyai
kapasitas yang memadai.
b. Jalan dua jalur dimana kecepatan rencana kurang
dari 40 km/jam.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-8
121135013
c. Volume rencana kurang dari 200 kendaraan/jam,
atau perbandingan yang melakukan belok kiri
kurang 20% dari total volume masuk pada lengan
yang bersangkutan.
Sumber : Pedoman Pt T-02-2002-B
Gambar 3. 1 Lajur Belok Kiri dengan Pulau Lalu Lintas
3.3.2.5. Kanal
1. Kanal adalah lajur khusus untuk belok kiri
2. Lajur khusus belok kiri harus dilengkapi dengan pulau
lalu lintas.
3. Lebar kanal merupakan fungsi dari manuver kendaraan
rencana membelok seperti tercantum pada Tabel 3. 5.
4. Pulau lalu lintas dipisahkan dari lajur lalu lintas
diperlukan daerah bebas selebar 50 cm disisi kiri dan
kanan, dan masih diperlukan daerah bebas digunakan
untuk menggeser mundur sudut/hidung pulau (Set
Back) seperti terlihat pada
5.
Tabel 3. 5 Lebar Kanal
Sumber : Pedoman Pd.T-02-2002-B
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-9
121135013
Sumber : Pedoman Pt.T-02-2002-B
Gambar 3. 2 Desain Belok Kiri Dengan Kanal
3.3.2.6. Pengaturan Simpang
Pada persimpangan terjadi konflik fase pergerakan, baik
antara kendaraan yang satu dengan kendaraan yang lain,
maupun dengan pejalan kaki, sehingga menimbulkan (delay),
antrian dan kemacetan, bahkan kecelakaan. Tujuan
pengaturan simpang ini adalah :
1. Mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan yang
berasal dari berbagai kondisi titik konflik.
2. Menjaga kapasitas dari simpang agar dalam operasinya
dapat dicapai pemanfaatan sesuai rencana.
3. Proteksi terhadap jalan major, berarti arus lalu lintas jalan
utama harus diutamakan.
Tundaan di suatu titik persimpangan dapat mempengaruhi
titik persimpangan lainya. Besarnya pengaruh tersebut
tergantung dari tingkat kemacetan antara titik persimpangan
dan kekuatan interaksi lalu lintas antara persimpangan
dengan daerah yang terkena pengaruh.
3.3.2.7. Pemilihan Tipe Simpang.
Geometrik, konflik, dan metoda pengendalian persimpangan
mempengaruhi tundaan dan kapasitas persimpangan.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-10
121135013
Sehingga jenis pemilihan suatu pengaturan pada
persimpangan dipengaruhi oleh karakteristik fisik dari
persimpangan maupun kondisi lalu lintasnya.
Dalam menentukan sistem pengaturan simpang, volume lalu
lintas menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan. Pada
dasarnya sistem pengaturan persimpangan ditentukan oleh
volume lalu lintas pada masing-masing kaki persimpangan.
Untuk menentukan jenis pengaturan persimpangan
diperlihatkan pada
Sumber : Perencanaan Bundaran untuk Persimpangan Sebidang, Pd. T-20-2004-B
Gambar 3. 3 Pendekatan Perencanaan Persimpangan.
3.3.3. Karakteristik Simpang Bersinyal
Pada umumnya pemasangan sinyal lalu lintas (traffic light)
dipergunakan untuk salah satu atau lebih alasan sebagai berikut :
a. Untuk menghindari kemacetan simpang oleh konflik arus lalu
lintas, sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas simpang
tertentu dapat dipertahankan, bahkan selama kondisi lalu
lintas jam puncak.
b. Memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan
kaki dari jalan simpang (minor) untuk memotong atau
menyeberang jalan utama.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-11
121135013
c. Mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas yang disebabkan
oleh tabrakan antara kendaraan-kendaraan yang berlawanan
arah.
Komponen kinerja simpang bersinyal adalah besaran
tundaan serta panjang antrian yang terjadi akibat perubahan sinyal
tersebut. Prinsip-prinsip dasar untuk pengaturan waktu pada
persimpangan bersinyal adalah sebagai berikut :
a. Tidak terdapat arus lalu lintas menunggu pada lampu
merah, jika dapat melewati persimpangan tanpa menunggu
arus lalu lintas lainnya.
b. Pelepasan araus lalu lintas selama waktu hijau dilakukan
sesefektif mungkin dalam upaya menghasilkan tundaan
yang sekecil-kecilnya yang mungkin untuk arus lalu lintas
yang terkena lampu merah.
Untuk sebagian besar fasilitas jalan, kapasitas dan perilaku
Lalu Lintas terutama adalah fungsi dari keadaan geometrik dan
tuntutan lalu Iintas. Dengan menggunakan sinyal,
perancang/insinyur dapat mendistribusikan kapasitas kepada
berbagai pendekat melalui pengalokasian waktu hijau pada masing-
masing pendekat. Maka dari itu untuk menghitung kapasitas dan
perilaku lalu-Iintas, pertama-tama perlu ditentukan fase dan waktu
sinyal yang paling sesuai untuk kondisi yang ditinjau.
Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia,
penggunaan sinyal dengan lampu tiga-warna (hijau, kuning, merah)
diterapkan untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan Lalu
Lintas yang sating bertentangan dalam dimensi waktu. Hal ini
adalah keperluan yang mutlak bagi gerakan-gerakan Lalu Lintas
yang datang dari jalan jalan yang saling berpotongan (konflik-
konflik utama). Sinyal-sinyal dapat juga digunakan untuk
memisahkan gerakan membelok dari Lalu Lintas lurus melawan,
atau untuk memisahkan gerakan Lalu Lintas membelok dari
pejalan-kaki yang menyeberang (konflik-konflik kedua), dilihat
pada ,
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-12
121135013
Sumber : MKJI ’97
Gambar 3. 4 Konflik-Konflik Utama Dan Kedua Pada Simpang Bersinyal Dengan
Empat Lengan
Jika hanya konflik-konflik primer yang dipisahkan, maka
adalah mungkin untuk mengatur sinyal lampu lalu lintas hanya
dengan dua fase, masing-masing sebuah untuk jalan yang
berpotongan, sebagaimana ditunjukan dalam Gambar 3.5. Metoda
ini selalu dapat diterapkan jika gerakan belok kanan dalam suatu
simpang telah dilarang. Karena pengaturan dua fase memberikan
kapasitas tertinggi dalam beberapa kejadian, maka pengaturan
tersebut disarankan sebagai dasar dalam kebanyakan analisa lampu
Lalu Lintas.
Gambar 3. 5 juga memberikan penjelasan tentang urutan
perubahan sinyal dengan sistim dua fase, termasuk definisi dari
waktu siklus, waktu hijau dan periode antar hijau. Maksud dari
periode antar hijau (IG = kuning + merah semua) di antara dua fase
yang berurutan adalah untuk :
a. Memperingatkan Lalu Lintas yang sedang bergerak bahwa fase
sudah berakhir.
b. Menjamin agar kendaraan terakhir pada fase hijau yang baru
saja diakhiri memperoleh waktu yang cukup untuk ke luar dari
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-13
121135013
daerah konflik sebelum kendaraan pertama dari fase berikutnya
memasuki daerah yang sama.
Fungsi yang pertama dipenuhi oleh waktu kuning,
sedangkan yang kedua dipenuhi oleh waktu merah semua yang
berguna sebagai waktu pengosongan antara dua fase. Waktu merah
semua dan waktu kuning pada umumnya ditetapkan sebelumnya
dan tidak berubah selama periode operasi. Jika waktu hijau dan
waktu siklus juga ditetapkan sebelumnya, maka dikatakan sinyal
tersebut dioperasikan dengan cara kendali waktu tetap.
Sumber : MKJI ’97
Gambar 3. 5 Urutan Waktu pada Pengaturan Sinyal dengan Dua Fase
Dalam sistem lama, pola waktu yang sama digunakan
sepanjang hari/minggu; pada sistim yang lebih modern, rencana
waktu sinyal yang berbeda yang ditetapkan sebelumnya, dan
digunakan untuk kondisi yang berbeda pula, sebagai contoh,
kondisi lalu lintas puncak pagi, puncak sore dan lewat puncak.
Dengan tersedianya data Lalu Lintas, maka dalam perhitungan
dengan Manual Kapasitas Jalan Indonesia, dapat digunakan untuk
menghitung waktu sinyal terbaik bagi setiap kondisi.
Jika pertimbangan keselamatan lalu lintas atau pembatasan-
pembatasan kapasitas memerlukan pemisahan satu atau lebih
gerakan belok kanan, maka banyaknya fase harus ditambah.
Penggunaan lebih dari dua fase biasanya akan menambah waktu
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-14
121135013
siklus dan rasio waktu yang disediakan untuk pergantian antara
fase (kecuali untuk tipe tertentu dari sinyal aktuasi kendaraan yang
terkendali). Meskipun hal ini memberi suatu keuntungan dari sisi
keselamatan lalu lintas, pada umumnya berarti bahwa kapasitas
keseluruhan dari simpang tersebut akan berkurang.
Berangkatnya arus lalu lintas selama waktu hijau sangat
dipengaruhi oleh rencana fase yang memperhatikan gerakan belok
kanan. Jika arus belok kanan dari suatu pendekat yang ditinjau
dan/atau dari arah berlawanan terjadi dalam fase yang sama dengan
arus berangkat lurus dan belok kiri dari pendekat tersebut, maka
arus berangkat tersebut dianggap sebagai terlawan. Jika tidak ada
arus belok kanan dari pendekat-pendekat tersebut, atau jika arus
belok kanan diberangkatkan ketika lalu lintas lurus dari arah
berlawanan sedang menghadapi merah, arus berangkat tersebut
dianggap sebagai terlindung.
Mengacu pada Desutama (2008), saat menentukan apakah
simpang perlu dipasang sinyal lalu lintas atau tidak maka perlu
diperhatikan kondisi arus apakah tinggi atau belum, apakah delay
yang terjadi akibat konflik sudah tinggi dan apakah tingkat
kecelakaan naik (keselamatan lalu lintas turun). Hal tersebut dapat
diperhatikan berdasarkan skema berikut ini :
Sumber : Desutama, 2008
Gambar 3. 6 Skema Hubungan antara Delay dan Flow pada Tipe Simpang
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-15
121135013
Dari Gambar di atas, terlihat bahwa pengendalian
persimpangan pada prinsipnya tergantung pada volume kendaraan
yang melewati simpang.
3.4. Komponen Perancangan Simpang Bersinyal
Pada Desutama (2008), terdapat beberapa variabel yang merupakan
komponen penting dan mutlak harus ditinjau dalam merancang suatu simpang
bersinyal. Hal ini perlu dilakukan mengingat tidak ada sebuah penanganan
yang tepat untuk seluruh simpang di suatu kota. Perlu diingat bahwa sifat dan
karakter simpang adalah unik dan spesifik. Beberapa variabel tersebut adalah
:
a. Geometrik simpang, desain atau layout dari simpang perlu dirancang
secara tepat agar arus lalu lintas yang bergerak maju dapat mengikuti lajur
yang kontinu dan tanpa penyimpangan yang besar pada lokasi sebelum dan
sesudah melewati simpan. Pemisahan lajur yang dikhususkan untuk
pergerakan kendaraan yang membelok (mayoritas untuk gerakan belok
kiri) harus dirancang secara memisah dari lalu lintas utama dengan
pembagian yang jelas dan tegas.
b. Lebar lajur, khusus untuk simpang bersinyal di Indonesia memiliki lebar
lajur minimal 3.50 meter. Hal ini disebabkan dibutuhkannya lebar yang
memungkinkan sepeda motor yang menyalip.
c. Panjang lajur terpisah, khusus untuk pergerakan membelok yang harus
dapat menjamin bahwa resiko menghalangi pergerakan pada lajur yang
bersebelahan adalah minimal. Untuk itu panjang lajur terpisah sangat
berhubungan dengan variabel antrian kendaraan di pendekat simpang
tersebut.
d. Pulau jalan (pulau pembagi), pemasangan pulau selain untuk keperluan
memisahkan arus dan juga dibangun jika panjang penyebrangan pejalan
kaki sudah melebihi 9.00 meter.
e. Fasilitas penyebrangan, khusus pada simpang, fasilitas penyebarangan
harus dibuat marka jalan pada perkerasan (untuk semua tipe), sebagai
cotoh untuk zebra cross menggunakan lebar 3.00 - 4.00 meter dan
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-16
121135013
ditempatkan 3.00 – 4.00 meter dari tepi lajur perkerasan yang menerus
pada lokasi jalan yang melintang.
f. Penempatan sinyal
3.4.1 Analisa Simpang Bersinyal
Cakupan pembahasan analisa kapasitas dan kinerja dari
simpang bersinyal, mengutip dari Desutama (2008) yang mengacu
kepada Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun1997. Prinsip-prinsip
umum dalam analisa kapasitas simpang adalah :
a. Pembagian arah arus untuk tiap lajur merata.
b. Jika arus yang belok kanan >>> (tinggi), harus diberi fase sendiri.
c. Jari-jari tikungan kecil, berkisar 6 - 9 meter.
d. Jari-jari yang terlalu kecil (< 2 m) akan menyulitkan kendaraan
berat untuk berbelok.
e. Fasilitas penyeberangan diberikan dengan L = 2 meter, sejarak
jarak 2 meter dari garis henti.
f. Pemasangan divider dianjurkan jika jumlah lajur minimal 2 buah.
g. Jika ada LTOR (left turn on red), harus ada satu lajur khusus dan
tidak ada fasilitas penyebrangan.
h. Parking on street boleh pada jarak antrian 95%.
i. Jika ada Bus Way, harus dihentikan pada jarak antrian 95%.
3.4.1.1. Data Masukan
a. Kondisi geometrik
1) Kondisi geometrik, digambarkan dalam bentuk sketsa
dengan informasi lebar jalan, median serta penunjuk
arah untuk tiap lengan. Lebar approach untuk tiap
lengan diukur kurang lebih 10 meter dari garis henti.
2) Kondisi lingkungan, menggambarkan tipe lingkungan
jalan ke dalam 3 (tiga) tipe yaitu, komersial,
pemukiman dan akses terbatas.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-17
121135013
b. Kondisi Arus Lalu Lintas
a. Data lalu lintas dibagi dalam 4 (empat) tipe kendaraan
yaitu UM, MC, LV dan HV.
b. Arus Lalu lintas tiap approach dibagi dalam tiga tipe
pergerakan, yaitu belok kiri (LT), belok kanan (RT)
dan lurus (ST). LTOR boleh, jika lebar approach
cukup sehingga kendaraan dapat melintasi antrian
kendaraan yang lurus maupun belok kanan.
c. Setiap approach (pendekat simpang) harus dihitung
rasio perbandingan belok kiri dan kanannya (ρ).
d. Perhitungan arus lalu lintas menggunakan satuan
smp/jam yang dibagi menjadi dua tipe yaitu arus
terlindung (protected traffic flow) dan arus
berlawanan arah (opposed traffic flow). Kondisi ini
tergantung pada fase sinyal dan gerakan belok kanan.
e. Faktor konversi kendaraan. Kendaraan yang melewati
jalan mempunyai perilaku yang berbeda. Dalam
perancangan diperlukan suatu kesamaan. Maka untuk
menyamakan karakter dari tiap kendaraan digunakan
suatu pendekatan terhadap kondisi lalu lintas. Faktor
konversi yang digunakan adalah terhadap besaran
karakteristik mobil penumpang (smp) dan satuan
volume menjadi satuan smp/jam atau dalam
smp/menit.
Menghitung arus Lalu Lintas dalam smp/jam bagi masing-
masing jenis kendaraan untuk kondisi terlindung dan/atau
terlawan (yang sesuai tergantung pada fase sinyal dan
gerakan belok kanan yang diijinkan) menggunakan emp
yang dinyatakan dalam kendaraan per jam, dapat dilihat
pada Tabel 3. 6.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-18
121135013
Tabel 3. 6 Nilai Konversi SMP
Sumber : MKJI,1997
c. Kondisi lingkungan
a. Kelas ukuran kota
Masukkan perkiraan jumlah penduduk dari seluruh
perkotaan dalam juta.
Tabel 3. 7 Kelas Ukuran Kota
Sumber : MKJI 1997
b. Tipe lingkungan jalan
Lingkungan jalan diklasifikasikan dalam
kelas menurut tata guna lahan dan aksesibilitas jalan
tersebut dari aktivitas sekitarnya.
Tabel 3. 8 Tipe Lingkungan Jalan
Sumber : MKJI 1997
Jenis Kendaraan EMP untuk tipe pendekat
Terlindung Terlawan
Kendaraan Ringan (LV)
Kendaraan Berat (HV)
Sepeda Motor
1
1.3
0.2
1
1.3
0.4
Ukuran Kota Jumlah penduduk
(juta)
Sangat kecil
Kecil
Sedang
Besar
Sangat besar
< 0.1
0.1-0.5
0.5-1.0
1.0-3.0
> 3.0
Komersial
Tata guna lahan komersial (misalnya
pertokoan, ruma makan, perkantoran,
dengan jalan masuk langsung bagi pejalan
kaki dan kendaraan
Permukiman
Tata guna lahan tempat tinggal dengan
jalan masuk langsung pejalan kaki dan
kendaraan
Akses terbatas
Tanpa jalan masuk atau jalan masuk
langsung terbatas (misalnya karena adanya
penghalang fisik, jalan samping, dsb)
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-19
121135013
c. Kelas hambatan samping
Hambatan samping menunjukkan pengaruh aktivitas
sampin jalan di daerah simpang pada arus berangkat
lalu lintas, misalnya pejalan kaki berjalan atau
menyeberangi jalur, angkutan kota dan bis berhenti
untuk menaikkan dan menurunkan penumpang,
kendaraan masuk dan keluar halaman dan tempat
parkir diluar jalur.
Hambatan samping ditentukan secara kualitatif
dengan pertimbangan teknik lalu lintas sebagai
Tinggi, Sedang atau Rendah.
3.4.2. Persinyalan
a. Fase Sinyal
1) Jumlah fase yang baik adalah fase yang menghasilkan kapasitas
terbesar dan rata-rata tundaan rendah.
2) Untuk kapasitas > 200 smp/jam sebaiknya dilakukan pemisahan
arus dengan kontrol gerakan belok kanan (terutama jika safety
menjadi pertimbangan serius)
3) Kondisi Opposed adalah kondisi dimana arus belok kanan dari
suatu kaki dan atau arus belok kanan kaki arah lawan arah
terjadi pada fase yang sama.
4) Kondisi Protected adalah kondisi arus belok kanan dipisahkan
fasenya dengan arus lurus atau belok kanan tidak diijinkan.
b. Clearance Time dan Lost Time
1) Clearance time adalah fungsi dari kecepatan dan jarak untuk
mengosongkan (evacuating) dan memajukan (advanceing)
kendaraan dari titik konflik pada garis henti dan panjang
pengosongan kendaraan.
2) Clearance time yang dikehendaki harus dapat digunakan
kendaraan untuk mengosongkan titik konflik sebelum datang
kendaaan yang pertama dari fase berikutnya,dan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-20
121135013
[
]
dengan :
Lav, Lev = jarak dari garis henti ke titik konflik untuk
masing-masing kendaraan yang bergerak maju
atau meninggalkan (m)
Iev = panjang pengosongan kendaraan (m)
Vev, Vav = kecepatan tiap-tiap kendaraan yang bergerak
meninggalkan atau bergerak maju (m)
3) Rumus diatas adalah untuk simpang 4, sedangkan untuk
simpang 3, akan ada kesulitan dalam menetapkan jarak
kendaraan dari garis henti untuk dapat bergerak
maju/meninggalkan (Lav). Untuk itu digunakan asumsi seperti
pada simpang 4 yaitu dipakai Lav. Konsekuensinya nilai CT jadi
lebih besar daripada nilai yang sebenarnya tapi lebih aman dari
nilai sebenarnya.
4) Nilai-nilai terpilih untuk Vev, Vav dan Lev tergantung pada
kondisi komposisi lalu lintas dan kecepatan pada simpang.
Untuk Indonesia dapat digunakan nilai di bawah ini :
(a) Kecepatan kendaraan maju, Vav = 10 m/det (MC)
(b) Kecepatan kendaraan yang meninggalkan, Vev sebesar :
(1) 10 m/det untuk MC
(2) 3 m/det untuk UM
(3) 1,2 m/det untuk aktivitas pedestrian
(c) Panjang pengosongan kendaraan, Iev
a) 5 m untuk LV dan HV
b) 2 m untuk MC dan UM
5) Periode All Red antara fase harus sama atau lebih besar dari CT.
Setelah All Red ditentukan, baru dapat menentukan Lost time (LT)
dan dihitung sebagai penjumlahan periode waktu antar hijau (IG),
yaitu :
…… ( R.3. 1 )
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-21
121135013
∑( ) ∑
6) Panjang waktu kuning untuk Indonesia biasanya 3,0 detik.
3.4.3. Waktu Sinyal
a. Lebar Efektif Approach (WE)
Perhitungan WE didasarkan pada informasi mengenai lebar
approach (Wa), Lebar entry (W entry) dan Lebar Exit (W exit)
1) Untuk semua tipe approach (P dan O)
Jika LTOR diijinkan dan tidak tercampur dengan lalu lintas
lain dalam approach, maka secara umum dapat diasumsikan W
LTOR ≥ 2 m, sedangkan W E dihitung dari nilai terkecil antar W A
- W LTOR dan W entry.
Untuk kondisi W LTOR ≥ 2 m, maka :
{
}
Catatan : Dalam hal ini dianggap bahwa kendaraan LTOR dapat
mendahului antrian kendaraan lurus dan belok kanan dalam
pendekat selama sinyal merah.
Untuk kondisi tersebut Q LTOR harus dihitung sendiri dari arus
lurus dan belok kanan sehingga :
Untuk kondisi W LTOR < 2 m, maka :
{
( )
}
Catatan : Dalam hal ini dianggap bahwa kendaraan LTOR tidak
dapat mendahului antrian kendaraan lainnya dalam pendekat
selama sinyal merah.
…… ( R.3. 3 )
…… ( R.3. 4 )
…… ( R.3. 5 )
…. ( R.3. 2 )
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-22
121135013
Untuk kondisi tersebut Q LTOR harus dihitung dalam analisis
sehingga :
2) Untuk tipe approach hanya P
a) Jika lebar approach exit cukup maka W exit > W entry (1 - ρRT
ρLT - ρLTOR).
b) Jika kondisi ini tidak dijumpai, WE dihitung sebagaimana
rumus diatas, jika tidak maka WE sama dengan Wexit. Semua Q
diperhitungkan hanya yang lurus saja (QST).
Untuk masing-masing pendekat atau sub-pendekat, terdapat
suatu ketentuan dimana untuk setiap lebar efektif (We) di tetapkan
dengan membertimbangkan denah dari suatu simpang dan termasuk
juga distribusi dari gerakan-gerakan membelok. (MKJI,1997)
Gambar 3. 7 Pendekat dengan dan tanpa pulau lalu lintas
b. Arus Jenuh Dasar (SO)
1) Untuk tipe approach O
Arus jenuh dasar didapat sebagai fungsi dari lebar efektif,
WE, lalu lintas belok kanan QRT dan lalu lintas belok kanan
yang berlawanan (QRTO). Cara menggunakan Gambar adalah
dengan mencari nilai arus jenuh dengan lebar approach yang
…… ( R.3. 6 )
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-23
121135013
lebih besar dan lebih kecil dari WE aktual yang kemudian
diinterpolasi
2) Untuk tipe approach P
Pencarian nilainya arus jenuh dasar (saturation flow, SO)
dapat dilihat pada Gambar 3. 8,
Sumber : MKJI’97
Gambar 3. 8 Arus Jenuh Dasar untuk Pendekat Tipe P
3.4.4. Pemilihan Tipe Approach
Penentuan tipe approach tipe P atau O berdasarkan pada teori
atau Tabel 3. 9 di bawah ini,
…… ( R.3. 7 )
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-24
121135013
Tabel 3. 9 Penentuan Tipe Pendekat
Tipe Keterangan Contoh pola-pola pendekatan
Arus
berangkat Jalan satu arah Jalan satu arah Simpang T
tanpa konflik
dengan lalu
lintas dari
arah berlawanan
Pendekat Jalan dua arah, gerakan belok Terlindung kanan terbatas
P
Jalan dua arah, fase sinyal terpisah untuk masing-masing arah.
Arus beranglat Jalan dua arah, arus berangkat dari arah-arah dengan konflik berlawanan dalam fase yang sama
dengan lalu
lintas Semua belok kanan
dari arah
Terlawan berlawanan O
Sumber : MKJI’97
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-25
121135013
3.4.5. Faktor Koreksi
a. Penetapan faktor koreksi untuk nilai arus lalu lintas dasar pada
kedua tipe pendekat (approach) yaitu P dan O.
1) Faktor koreksi ukuran kota (FCS) ditentukan sebagai fungsi
dari ukuran kota dapat dilihat pada Tabel 3. 10 di bawah ini,
Tabel 3. 10 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
Penduduk Kota Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
(Juta Jiwa) (FCS)
> 3.0 1.05
1.0-3.0 1.00
0.5-1.0 0.94
0.1-0.5 0.83
<0.1 0.82
Sumber : MKJI’97
2) Faktor koreksi gangguan samping (FSF), ditentukan sebgai
fungsi dari tipe lingkungan jalan dan kelas gangguan samping
seperti pada Tabel 3. 11 di bawah. Jika gangguan samping
tersebut tidak diketahui, maka dapat diasumsikan sebagai
nilai tinggi agar tidak terjadi over estimation untuk analisis
kapasitas.
Tabel 3. 11 Faktor penyesuaian untuk Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping dan Kendaraan
Tak Bermotor (FSF)
Sumber : MKJI’97
Lingkungan Jalan
Hambatan Samping Tipe Fase Rasio Kendaraan Tak Bermotor
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 ≥0.25
Komesial Tinggi
Terlawan 0.93 0.88 0.84 0.79 0.74 0.70
(COM) Terlindung 0.93 0.91 0.88 0.87 0.85 0.81
Sedang Terlawan 0.94 0.89 0.85 0.80 0.75 0.71
Terlindung 0.94 0.92 0.89 0.88 0.86 0.82
Rendah Terlawan 0.95 0.90 0.86 0.81 0.76 0.72
Terlindung 0.95 0.93 0.90 0.89 0.87 0.83
Pemukiman Tinggi
Terlawan 0.96 0.91 0.86 0.81 0.78 0.72
(RES) Terlindung 0.96 0.94 0.92 0.99 0.86 0.84
Sedang Terlawan 0.97 0.92 0.87 0.82 0.79 0.73
Terlindung 0.97 0.95 0.93 0.90 0.87 0.85
Rendah Terlawan 0.98 0.93 0.88 0.83 0.80 0.74
Terlindung 0.98 0.96 0.94 0.91 0.88 0.86
Akses Terbatas Tinggi/Sedang/Rendah
Terlawan 1.00 0.95 0.90 0.85 0.80 0.75
(RA) Terlindung 1.00 0.98 0.95 0.93 0.90 0.88
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-26
121135013
3) Faktor koreksi gradien (FG) adalah fungsi dari kelandaian
lengan persimpangan dan dapat dilihat pada Gambar 3. 9 di
bawah ini :
Sumber : MKJI’97
Gambar 3. 9 Faktor Penyesuaian untuk Kelandaian (FG)
Faktor koreksi parkir (FP), adalah jarak dari garis henti ke kendaraan yang
parkir pertama dan lebar approach ditentukan dari
1) dengan formula sebagai berikut
[ ( ) ( ) ]
dimana:
Lp = Jarak antara garis henti dan kendaraan yang parker
pertama
Wa = Lebar Approach
g = waktu hijau approach yang bersangkutan
Sumber : MKJI’97
Gambar 3. 10 Faktor Penyesuaian untuk Pengaruh Parkir dan Lajur
Belok Kiri yang Pendek (FP)
… ( R.3. 8 )
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-27
121135013
b. Penentuan faktor koreksi untuk nilai arus jenuh dasar hanya
tipe approach P
1) Faktor koreksi belok kanan (FRT) ditentukan sebagai fungsi
perbandingan kendaraan yang belok kanan (ρRT). Seperti tampak
pada Gambar 3. 11 di bawah ini :
Sumber : MKJI’97
Gambar 3. 11 Faktor Penyesuaian untuk Belok Kanan (FRT) (Hanya Berlaku Untuk
Pendekat Tipe P, Jalan Dua Arah, Lebar Efektif Ditentukan oleh Lebar Masuk)
2) Faktor koreksi belok kiri (FLT) ditentukan sebgai fungsi belok kiri
(ρRT). Faktor ini hanya untuk tipe approach tanpa LTOR, seperti
tampak pada di bawah ini,
Sumber : MKJI’97
Gambar 3. 12 Faktor Penyesuaian untuk Belok Kiri (FLT) (Hanya Berlaku Untuk
Pendekat Tipe P tanpa LTOR, Lebar Efektif ditentukan oleh Lebar Masuk)
3) Perhitungan nilai arus jenuh yang disesuaikan dihitung dengan
menggunakan rumus :
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-28
121135013
3.4.6. Perbandingan Arus Dengan Arus Jenuh
Penghitungan rasio arus (Q) dengan arus jenuh (S) untuk
tiap approach dirumuskan dalam formula :
Perbandingan arus kritis (FRcrit) adalah nilai perbandingan
arus yang tertinggi dalam tiap fase. Jika nilai perbandingan arus
kritis untuk tiap fase dijumlahkan, maka akan didapatkan
perbandingan arus persimpangan.
Perbandingan fase (Phase Ratio, PR) untuk setiap fase
merupakan fungsi dari perbandingan antara FRcrit dengan IFR.
3.4.7. Waktu Siklus Dan Waktu Hijau
a. Waktu siklus (c)
Waktu siklus untuk fase merupakan waktu siklus optimum
dengan tundaan yang dihasilkan adalah kecil. Lihat Gambar dan
untuk waktu siklus yang disarankan pada Tabel 3. 12 di bawah
ini :
Tabel 3. 12 Waktu Siklus yang Disarankan
Tipe Waktu Siklus
Pengaturan
2 fase 40-80 detik
3 fase 50-100 detik
4 fase 80-130 detik
Sumber : MKJI’97
Catatan :
1) Waktu siklus yang rendah digunakan pada simpang dengan
lebar <10 m (kurang dari 10 meter), jika >10 m (lebih besar
dari 10 meter) maka waktu siklus yang terjadi akan lebih besar
pula.
….. ( R.3. 9 )
….. ( R.3. 10 )
….. ( R.3. 11 )
….. ( R.3. 12 )
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-29
121135013
2) Waktu siklus yang lebih rendah dari yang disarankan akan
menyulitkan pejalan kaki untuk menyebrang.
3) Waktu siklus yang besar akan mengakibatkan kehilangan
kapasitas simpang yang besar.
4) Waktu siklus yang melebihi 130 detik harus dihindari kecuali
pada kasus sangat khusus (simpang sangat besar), karena hal
ini sering kali menyebabkan kerugian dalam kapasitas
keseluruhan.
b. Waktu hijau (g)
Waktu hijau pada fase persimpangan dapat dicari dengan
menggunakan rumus :
( )
dengan :
g = waktu hijau dalam fase – i (detik)
c = waktu siklus yang ditentukan (detik)
LTI = total waktu hilang persiklus (detik)
= perbandingan fase-I,
∑( )⁄
Catatan : Waktu hijau yang lebih kecil dari 10 detik harus
dihindarkan karena akan mendorong pengemudi untuk melanggar
lampu merah dan menyulitkan penyeberang jalan.
3.4.8. Kapasitas
Kapasitas untuk tiap lengan simpang, dihitung dengan formula
sebagai berikut :
dengan :
C = kapasitas (smp/jam)
S = arus jenuh (smp/jam)
g = waktu hijau (detik)
c = waktu siklus yang ditentukan (detik)
Dari hasil perhitungan akan dicari nilai derajat kejenuhan dengan rumus :
….. ( R.3. 13 )
….. ( R.3. 14 )
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-30
121135013
dengan :
DS = derajat kejenuhan
Q = arus lalu lintas (smp/jam)
C = kapasitas (smp/jam)
3.4.9. Kinerja Persimpangan
Dari hasil prhitungan akan diperoleh beberapa tingkat
performansi simpang bersinyal, yaitu : tundaan, panjang antrian, dan
kendaraan terhenti. Dalam perhitungan ini satuan yang semula jam diganti
dengan satuan detik, dan dihitung nilai perbandingan hijau (GR = g/c)
yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya.
a. Panjang Antrian
Dari nilai DS dapat digunakan untuk menghitung jumlah antrian
smp (NQ1) yang merupakan sisa dari fase hijau terdahulu, seperti pada
Gambar 3. 13 di bawah ini :
Sumber : MKJI’97
Gambar 3. 13 Jumlah Kendaraan Antri (smp) yang Tersisa Dari Fase Hijau
Sebelumnya (NQ1)
Untuk DS > 0,5,
( )
( )
Untuk DS < 0,5, nilai NQ1 = 0
dengan :
….. ( R.3. 15 )
….. ( R.3. 16 )
….. ( R.3. 17 )
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-31
121135013
NQ1 = jumlah smp yang tersisa dari fase sebelumnya
DS = derajat kejenuhan
GR = Rasio hijau
C = kapasitas (smp/jam) = arus jenuh x rasio hijau = S x GR
Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan jumlah antrian dalam
smp yang datang selama fase merah (NQ2) dengan rumus sebagai
berikut :
dengan :
NQ2 = jumlah smp yang datang selama fase merah
DS = derajat kejenuhan
GR = rasio hijau
Q = volume lalu lintas (smp/detik)
c = waktu siklus (detik)
Untuk menghitung besarnya jumlah antrian total, diperoleh
dengan menjumlahkan hasil dari kedua perhitungan di atas.
Dalam menentukan NQMAX (Panjang antrian maksimum),
diperoleh dengan cara mencocokkan antara nilai NQ rata-rata dengan
merujuk Gambar 3. 14 dengan peluang pembebanan yang diinginkan
untuk hitungan lampu lalu lintas diambil 5%.
Sumber : MKJI
Gambar 3. 14 Perhitungan jumlah antrian (NQMAX) dalam smp
….. ( R.3. 18 )
….. ( R.3. 19 )
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-32
121135013
Perhitungan panjang antrian QL diperoleh dari perkalian antara
NQMAX dengan rata-rata area yang ditempati tiap smp (20m2) dan
dibagi dengan lebar masuk (Wentry), sebagai berikut :
b. Kendaraan Terhenti
Penghitungan proporsi kendaraan yang terhenti (NS) merupakan
fungsi dari Q dibagi dengan waktu siklus (c) :
dengan :
c = waktu siklus (detik)
Q = arus lalu lintas (smp/jam)
Jika nilai GR > 1 maka dipilih nilai NS=1, yang artinya semua
kendaraan terhenti pada suatu ketika. Perhitungan jumlah kendaraan
terhenti, NSV adalah perkalian volume lalu lintas (Q) dengan presentase
terhenti, NS berikut :
Perhitungan rata-rata proporsi kendaraan terhenti untuk semua
persimpangan dirumuskan sebagai berikut :
∑
c. Tundaan
Tundaan untuk setiap approach ditentukan dengan formula
sebagai berikut :
dengan :
DT = tundaan lalu lintas rata-rata (det/smp)
….. ( R.3. 20 )
….. ( R.3. 21 )
….. ( R.3. 22 )
….. ( R.3. 23 )
….. ( R.3. 24 )
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-33
121135013
c = waktu siklus yang disesuaikan (detik)
A = ( )
( ),
GR = rasio hijau (g/c)
DS = derajat kejenuhan
NQ1 = jumlah smp yang tersisa dari fase sebelumnya
C = kapasitas (smp/jam)
lihat Gambar 3. 15 dibawah,
Sumber : MKJI’97
Gambar 3. 15 Penetapan Tundaan Lalu Lintas Rata-Rata
Nilai A merupakan fungsi dari perbandingan hijau (GR) dengan
DS yang diperoleh dari Gambar 3. 15 di atas. Dengan memasukan nilai
DS dan memilih GR yang sesuai, lalu tarik garis mendatar maka akan
didapat nilai A pada sumbu ordinat.
Tundaan geometri rata-rata, DG akibat perlambatan dan
percepatan ketika menunggu giliran pada suatu simpang dan atau
dihentikan oleh lampu merah :
dengan :
DGj = tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp)
ρSV = rasio kendaraan terhenti pada pendekat = min (NS, 1)
ρT = rasio kendaraan berbelok pada pendekat dari form. Sig IV
….. ( R.3. 25 )
….. ( R.3. 26 )
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-34
121135013
Rata-rata tundaan merupakan fungsi dari arus (Q), tundaan tiap
approach (Dj) dan total volume arus lalu lintas (∑Qj) dengan rumus
sebgai berikut :
∑( )
Rata-rata tundaan juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat pelayanan
tiap approach.
3.5. Bangunan Pelengkap Jalan.
Bangunan Pelengkap Jalan terdiri dari fasilitas pejalan kaki, fasilitas
pengaman tepi jalan, pemisah jalan, fasilitas lampu penerangan dan utilitas
jalan.
3.5.1. Fasilitas Pejalan Kaki
Fasilitas pejalan kaki mengacu pada Pedoman Teknik
No.032/T/BM/1999 Lampiran No.10 Keputusan Direktur Jenderal Bina
Marga No.76/KPTS/Db/1999 tanggal 20 Desember 1999 tentang
Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum.
Fasilitas pejalan kaki adalah seluruh bangunan pelengkap yang
disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi
kelancaran, keamanan dan kenyamanan, serta keselamatan bagi pejalan
kaki.
3.5.2. Jalur Pejalan Kaki
Jalur pejalan kaki adalah lintasan yang diperuntukan untuk
berjalan kaki, dapat berupa trotoar, penyeberangan sebidang
(penyeberangan zebra atau penyeberangan pelikan) dan
penyeberangan tak sebidang.
Jalur pejalan kaki dan perlengkapannya harus direncanakan
sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pada hakekatnya pejalan kaki untuk mencapai tujuannya
ingin menggunakan lintasan sedekat mungkin, dengan
nyaman, lancar dan aman dari gangguan.
….. ( R.3. 27 )
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-35
121135013
b. Adanya kontinuitas Jalur Pejalan Kaki, yang
menghubungkan antara tempat asal ke tempat tujuan, dan
begitu juga sebaliknya.
c. Jalur pejalan kaki harus dilengkapi dengan fasilitas-
fasilitasnya seperti rambu-rambu, penerangan, marka dan
perlengkapan jalan lainnya, sehingga pejalan kaki lebih
mendapatkan kepastian dalam berjalan, terutama bagi
pejalan kaki penyandang cacat.
d. Fasilitas pejalan kaki tidak dikaitkan dengan fungsi jalan.
e. Fasilitas pejalan kaki harus diperkeras dan dibuat
sedemikian rupa sehingga apabila hujan permukaannya
tidal licin, tidak terjadi genangan air, serta disarankan
untuk dilengkapi dengan peneduh.
f. Untuk menjaga keselamatan dan keleluasaan pejalan kaki,
sebaiknya dipisahkan secara fisik dari jalur lalu lintas
kendaraan.
g. Pertemuan antara jenis Jalur Pejalan Kaki yang menjadi
satu kesatuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga
memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki.
Adapun Jalur Pejalan Kaki terdiri atas :
1. Trotoar
Sesuai Petunjuk Perencanaan Trotoar,
No.007/T/BNKT/1990, Trotoar adalah jalur pejalan kaki
yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapisan
permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan
perkerasan jalan, an pada umumnya sejajar dengan jalur
lalu lintas kendaraan.
Fungsi utama trotoar adalah untuk :
a. Memberikan pelayanan kepada pejalan kaki.
b. Meningkatkan kelancaran, keamanan dan
kenyamanan pejalan kaki.
c. Menempatkan utilitas dan pelengkap jalan pada ruang
di bawah trotoar.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-36
121135013
Trotoar hendaknya ditempatkan dengan ketentuan :
a. Pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur lalu lintas
(bila terdapat jalur parkir).
b. Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan jalan, akan
tetapi trotoar dapat tidak sejajar dengan jalan bila
keadaan topografi atau keadaan setempat yang tidak
memungkinkan.
c. Trotoar sedapat mungkin ditempatkan pada sisi dalam
salran drainase terbuka atau diatas saluran drainase
yang telah ditutup dengan pelat beton yang memenuhi
syarat.
d. Trotoar pada pemberhentian bus ditempatkan
berdampingan / sejajar dengan jalur bus.
e. Trotoar dapat ditempatkan di depan atau di belakang
halte.
Dimensi trotoar mengacu pada ketentuan dari ruang bebas
trotoar adalah sebagai berikut:
a. Tinggi bebas trotoar tidak kurang dari 2,5 meter.
b. Kedalaman bebas trotoar tidak kurang dari 1 meter dari
permukaan trotoar.
c. Kebebasan samping trotoar tidak kurang dari 0,3 meter.
d. Perencanaan pemasangan utilitas selain harus
memenuhi ketentuan ruang bebas trotoar, harus juga
memenuhi ketentuan dalam buku petunjuk pelaksanaan
pemasangan utilitas.
Sumber : Petunjuk Perencanaan Trotoar, No.007/T/BNKT/1990
Gambar 3. 16 Ruang Bebas Trotoar
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-37
121135013
Lebar trotoar disarankan tidak kurang dari 2 meter. Pada
keadaan tertentu lebar trotoar dapat direncanakan sesuai
dengan batasan lebar minimum pada Tabel 3.15 di bawah
ini :
Tabel 3. 13 Lebar Minimum Trotoar Menurut Pengguna Lahan Sekitarnya
Penggunaan Lahan
Sekitarnya
Lebar
Minimum (m)
Perumahan 1.5
Perkantoran 2
Industri 2
Sekolah 2
Terminal/Stop Bus 2
Pertokoan/Perbelanjaan 2
Jembatan/Terowongan 1
Sumber : Petunjuk Perencanaan Trotoar, No.007/T/BNKT/1990
2. Fasilitas Penyeberangan
a. Penyeberangan Zebra.
Ketentuan aspek lokasinya yaitu :
- Bisa dipasang di kaki persimpangan tanpa apil atau
di ruas/link.
- Apabila persimpangan diatur dengan lampu pengatur
lalu lintas, hendaknya pemberian waktu
penyeberangan menjadi satu kesatuan dengan lampu
pengatur lalu lintas persimpangan.
- Apabila persimpangan tidak diatur dengan lampu
pengatur lalu lintas, maka kriteria batas kecepatan
adalah < 40 km/jam.
b. Jembatan Penyeberangan
Ketentuan aspek lokasinya yaitu :
- Bila jenis jalur penyeberangan dengan menggunakan
zebra atau pelikan sudah mengganggu lalu lintas
kendaraan yang ada.
- Pada ruas jalan dimana terjadinya kecelakaan yang
melibatkan pejalan kaki cukup tinggi.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-38
121135013
- Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan
arus pejalan kaki yang cukup.
3.5.3. Pelengkap Jalur
1. Rambu
a. Penempatan dan dimensi rambu sesuai dengan
spesifikasi rambu.
b. Jenis rambu sesuai dengan kebutuhan dan sesuai
dengan keadaan medan.
2. Lampu Penerangan
a. Ditempatkan pada jalur penyeberangan jalan.
b. Pemasangan bersifat tetap dan bernilai struktur.
c. Cahaya lampu cukup terang sehingga apabila pejalan
kaki melakukan penyeberangan bisa terlihat pengguna
jalan baik di waktu gelap/malam hari.
d. Cahaya lampu tidak membuat silau pengguna jalan lalu
lintas kendaraan.
3. Pagar Pembatas
a. Apabila volume pejalan kaki di satu sisi jalan sudah >
450 orang/jam/lebar efektif (dalam meter).
b. Apabila volume kendaraan sudah > 500 kendaraan/jam.
c. Kecepatan kendaraan > 40 km/jam.
d. Kecenderungan pejalan kaki tidak menggunakan
fasilitas penyeberangan.
e. Bahan pagar bisa terbuat dari konstruksi bangunan atau
tanaman.
4. Marka Jalan
a. Marka hanya ditempatkan pada jalur pejalan kaki
penyebrangan sebidang.
b. Keberadaan marka mudah terlihat dengan jelas oleh
pengguna jalan baik di siang hari maupun malam hari.
c. Pemasangan marka harus bersifat tetap dan tidak
berdampak licin bagi pengguna jalan.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-39
121135013
5. Lapak Tunggu
a. Disediakan pada median.
b. Disediakan pada pergantian roda, yaitu dari pejalan
kaki ke roda kendaraan umum.
6. Pelindung / Peneduh
Jenis peneduh disesuaikan dengan jenis jalur pejalan kaki,
dapat berupa: pohon pelindung; atap; dan lain-lainnya.
3.5.4. Pemisah Jalan
3.5.4.1. Median
Di dalam Pedoman Pd T-17-2004-B tentang Perencanaan
Median Jalan, median merupakan suatu bagian tengah badan
jalan yang secara fisik memisahkan arus lalu lintas yang
berlawan arah; median jalan (pemisah tengah) dapat berbentuk
median yang ditinggikan, median yang diturunkan, atau
median rata.
Median jalan hanya berfungsi sebagai berikut :
1. Memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah,
2. Untuk menghalangi lalu lintas belok kanan,
3. Lapak tunggu bagi penyeberang jalan
4. Penempatan fasilitas untuk mengurangi silau dari sinar
lampu kendaraan dari arah berlawanan,
5. Penempatan fasilitas pendukung jalan,
6. Cadangan lajur (jika cukup luas),
7. Tempat prasarana kerja sementara,
8. Dimanfaatkan sebagai jalur hijau.
Median jalan dapat digunakan jika :
1. Jalan bertipe minimal empat lajur dua arah (4/2 UD)
2. Volume lalu lintas dan tingkat kecelakaan tinggi
3. Diperlukan untuk penempatan fasilitas pendukung lalu
lintas.
Median ditempatkan tepat pada sumbu jalan. Sisi tepi
median harus saling sejajar dengan garis membujur sumbu
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-40
121135013
jalan, kecuali pada daerah taper menjelang bukaan median.
Penempatan median dalam potongan melintang jalan, terlihat
pada Gambar 3. 17 berikut :
Sumber : Perencanaan Median Jalan, Pd T-17-2004-B
Gambar 3. 17 Potongan Melintang Jalan
Ada tiga tipe median yang biasa digunakan, yaitu :
1. Median datar, yaitu median yang dibatasi oleh dua buah
marka membujur garis utuh, bila jarak dua buah marka
membujur garis utuh bisa dikategorikan sebagai median
jika jarak tersebut > 18 cm, di dalamnya dilengkapi marka
serong. Berikut merupakan median datar, dapat dilihat
pada Gambar 3. 18,
Sumber : Perencanaan Median Jalan, Pd T-17-2004-B
Gambar 3. 18 Median datar.
2. Median yang ditinggikan, yaitu median yang dibuat lebih
tinggi dari permukaan jalan. Pada luar median harus
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-41
121135013
dilengkapi dengan kereb. Tinggi median dari permukaan
jalan yaitu antara 18 cm dan 25 cm. Berikut merupakan
median yang ditinggikan, dapat dilihat pada .
Sumber : Perencanaan Median Jalan, Pd T-17-2004-B
Gambar 3. 19. Median yang ditinggikan.
3. Median yang diturunkan, yaitu median yang dibuat lebih
rendah dari permukaan jalur lalu lintas. Kemiringan
permukaan median antara 6-15%, dimulai dari sisi luar ke
tengah-tengah median dan secara fisik berbentuk
cekungan. Permukaan median tidak diperkeras dan dapat
diberi meterial yang mampu meredam laju kecepatan
kendaraan yang lepas kendali. Berikut merupakan median
yang diturunkan, dapat dilihat pada Gambar 3. 20,
Sumber : Perencanaan Median Jalan, Pd T-17-2004-B
Gambar 3. 20 Median yang diturunkan
Lebar median dihitung dari antara kedua marka membujur
garis utuh termasuk lebar marka tersebut. Berikut merupakan
minimum lebar median berdasarkan ada tidaknya bukaan
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-42
121135013
yang direncanakan pada median tersebut, dilihat pada Tabel
Tabel 3. 14 dan Tabel 3. 15 dibawah ini :
Tabel 3. 14 Lebar Minimum Untuk Median Tanpa Bukaan (Tipe
Ditinggikan)
Sumber : Perencanaan Median Jalan, Pd T-17-2004-B
Tabel 3. 15 Lebar Minimum Untuk Median Dengan Bukaan (Tipe
Ditinggikan/Diturunkan)
Sumber : Perencanaan Median Jalan, Pd T-17-2004-B
3.5.5. Utilitas Jalan
3.5.5.1. Rambu
Berdasarkan Tata Cara Pemasangan Rambu Dan Marka
Jalan Perkotaan (No.01/P/BNKT/1991), rambu Lalu Lintas di
jalan yang selanjutnya disebut rambu adalah salah satu dari
perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf, angka, kalimat
atau perpaduan diantaranya sebagai peringatan, larangan,
perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan.
Terdapat beberapa pengertian dari kategori dan elemen
rambu diantaranya :
1. Rambu Peringatan, adalah rambu yang digunakan untuk
menyatakan peringatan bahaya atau tempat berbahaya
pada jalan di depan pemakai jalan.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-43
121135013
2. Rambu Larangan adalah rambu yang digunakan untuk
menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh
pemakai jalan.
3. Rambu Perintah adalah rambu yang digunakan untuk
menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai
jalan.
4. Rambu Petunjuk adalah rambu yang digunakan untuk
menyatakan pentunjuk mengenai jurusan, jalan, situasi,
kota tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi
pemakai jalan.
5. Rambu Sementara adalah rambu yang digunakan secara
tidak permanen, pada keadaan darurat atau pada kegiatan-
kegiatan tertentu.
6. Papan Tambahan adalah papan yang dipasang di bawah
daun rambu yang memberikan penjelasan lebih lanjut dari
suatu rambu.
7. Daun Rambu adalah plat aluminium atau bahan logam
lainnya tempat ditempelkan/dilekatkannya rambu
8. Tiang Rambu adalah batangan logam atau bahan lainnya
untuk menempelkan atau melekatkan daun rambu.
Beberapa contoh nomor, bentuk, lambang, warna dan arti
pada rambu, yaitu:
1. Rambu Peringatan
Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan
kemungkinan ada bahaya atau tempat berbahaya di depan
pengguna jalan. Warna dasar rambu peringatan berwarna
kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam.
Beberapa contoh dari rambu tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3. 21 di bawah ini :
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-44
121135013
Sumber : Rambu Lalu Lintas Jalan di Indonesia (Peraturan, Arti dan Lambang Rambu)
Gambar 3. 21 Contoh rambu peringatan
2. Rambu Larangan
Rambu larangan, menunjukkan perbuatan yang dilarang
dilakukan oleh pemakai jalan. Warna dasar rambu
larangan berwarna putih dan lambang atau tulisan bewarna
hitam atau merah. Beberapa contoh dari rambu tersebut
dapat dilihat pada Gambar 3. 22 di bawah ini :
Sumber : Rambu Lalu Lintas Jalan di Indonesia (Peraturan, Arti dan Lambang Rambu)
Gambar 3. 22 Contoh rambu larangan
3.5.5.2. Marka Jalan
Berdasarkan Pedoman Teknik Marka Jalan Pd-12-2004-B,
marka adalah tanda yang berupa simbol atau tulisan yang
dipasang pada permukaan perkerasan jalan guna mengatur
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-45
121135013
lalu lintas agar berjalan lancar dan aman. Idealnya marka
menggunakan bahan sejenis cat dengan campuran karet dan
kaca, sehingga tahan lama dan bersifat memantulkan cahaya
saat terkena sinar lampu kendaraan di waktu kondisi
lingkungan gelap.
Jenis marka yang terdiri dari marka membujur,
marka serong, marka melintang, marka tulisan dan lainnya
berserta fungsi, ukuran dan penempatan marka mengacu
pada pedoman teknik No. Pd-12-2004-B.
3.5.5.3. Alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas (APILL)
Lampu lalu lintas adalah adalah lampu yang
mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di
persimpangan jalan, tempat penyeberangan pejalan kaki
(zebra cross), dan tempat arus lalu lintas lainnya. Lampu
ini yang menandakan kapan kendaraan harus berjalan dan
berhenti secara bergantian dari berbagai arah. Pengaturan
lalu lintas di persimpangan jalan dimaksudkan untuk
mengatur pergerakan kendaraan pada masing-masing
kelompok pergerakan kendaraan agar dapat bergerak
secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu
antar-arus yang ada.
Warna yang paling umum digunakan untuk lampu lalu
lintas adalah merah, kuning, dan hijau. Merah
menandakan berhenti atau sebuah tanda bahaya, kuning
menandakan hati-hati, dan hijau menandakan boleh
memulai berjalan dengan hati-hati. Tujuan adanya lampu
lalu lintas, yaitu :
1. Menghindari hambatan karena adanya perbedaan arus
jalan bagi pergerakan kendaraan.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-46
121135013
2. Memfasilitasi persimpangan antara jalan utama untuk
kendaraan dan pejalan kaki dengan jalan sekunder
sehingga kelancaran arus lalu lintas dapat terjamin.
3. Mengurangi tingkat kecelakaan yang diakibatkan oleh
tabrakan karena perbedaan arus jalan.
3.6. Program KAJI
Perangkat lunak komputer untuk KAJI menerapkan metode
perhitungan yang dikembangkan pada proyek MKJI. Tujuannya adalah
menganalisis kapasitas dan perbedaan kinerja dari fasilitas Lalu Lintas jalan
(misalnya: ruas jalan, simpang dll) pada geometri dan arus Lalu Lintas yang
ada. Metode yang berdasarkan empiris asli telah dikembangkan dalam tahap 1
dan 2, dan materinya diperbaiki selama tahap 3. Perangkat lunak KAJI ini
berdasarkan metode seperti yang dirumuskan dalam tahap 3.
Salah satu tujuan utama adalah bahwa perangkat lunak harus sepersis
mungkin seperti yang diuraikan dalam buku MKJI. Salah satu alasannya
adalah untuk memudahkan pemakai untuk menggunakan perangkat lunak ini
begitu dia memahami manual - MKJI memberi jawaban kepada masukan apa
yang perangkat lunak butuhkan didalam lapangan yang berbeda (karena
tampilan formulir komputer terlihat hampir sama seperti formulir perhitungan
manual).
MKJI juga memberi penjelasan pada semua jawaban-jawaban. Salah
satu cara untuk mendapatkan keterampilan dengan perangkat lunak adalah
dengan menjalankan satu atau lebih contoh-contoh dalam MKJI. Perangkat
lunak membutuhkan data masukan yang sama seperti metode manual dan
akan memberi jawaban yang sama seperti perhitugan manual.
Kapasitas Jalan Indonesia (KAJI) direncanakan terutama agar
pengguna dapat memperkirakan perilaku Lalu Lintas dari suatu fasilitas pada
kondisi Lalu Lintas, geometrik dan keadaan Iingkungan tertentu. Nilai-nilai
perkiraan dapat diusulkan apabila data yang diperlukan tidak tersedia. Karena
itu KAJI dapat dipergunakan dalam berbagai keadaan seperti dicontohkan
dibawah:
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan III-47
121135013
a. Perancangan, penentuan denah dan rencana awal yang sesuai dari suatu
fasilitas jalan yang baru berdasarkan ramalan arus lalu-hntas.
b. Perencanaan, penentuan rencana geometrik detail dan parameter
pengontrol Lalu Lintas dari suatu fasilitas jalan baru atau yang
ditingkatkan berdasarkan kebutuhan arus Lalu Lintas yang diketahui.
c. Analisa Operasional, penentuan perilaku Lalu Lintas suatu jalan pada
kebutuhan Lalu Lintas tertentu. Penentuan waktu sinyal untuk tundaan
terkecil. Peramalan yang akan terjadi akibat adanya perubahan kecil pada
geometrik, aturan Ialu-lintas clan kontrol sinyal yang digunakan.
Ada tujuh modul didalam perangkat lunak KAJI. Modul-modul yang
berhubungan dengan bab-bab dalam MKJI ini adalah simpang bersinyal,
simpang tak bersinyal, bagian jalinan, bundaran, jalan perkotaan, jalan bebas
hambatan dan jalan luar kota.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan IV-1
121135013
BAB IV
METODOLOGI
4.1. Alur Kerja Pelaksanaan Studi Kasus
Dalam pelaksanaan studi kasus ini dilakukan melalui beberapa tahap
penyusunan yang dilakukan agar sesuai dengan sasaran akhir yang
diharapkan dalam studi kasus ini. Adapun alur kerja pelaksanaan studi kasus
ini dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini :
Sumber : Rancangan penyusun.
Gambar 4.1 Bagan Alir Pelaksanaan Studi Kasus
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan IV-2
121135013
4.2. Alur Kerja Pengumpulan dan Analisa Data
Adapun alur kerja pengumpulan dan analisa data dalam penyusunan
studi kasus ini adalah sebagai berikut :
Sumber : Rancangan penyusun
Gambar 4.2 Bagan Alir Pengumpulan dan Analisa Data
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan IV-3
121135013
Adapun penjelasan dari alur kerja diatas adalah sebagai berikut :
1. Langkah awal yaitu menentukan kebutuhan data dari permasalahan
yang diambil, data yang dibutuhkan dibagi menjadi 2 yaitu data
primer dan data sekunder.
2. Selanjutnya adalah pengumpulan data. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan pengamatan kondisi existing dilapangan, untuk
data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dari instansi
terkait.
3. Kemudian data yang terkumpul, disesuaikan dengan NSPM terkait,
jika tidak sesuai kembali ke proses penentuan kebutuhan data, jika
sesuai data siap dipakai untuk kebutuhan analisa data.
4. Analisa data dilakukan terhadap kondisi geometrik, pergerakan lalu
lintas dan pergerakan hambatan samping disekitar lokasi studi.
4.2.1. Kebutuhan Data
Untuk melakukan kajian kinerja Simpang Abepura pada
Jalan Abepura Kota Jayapura diperlukan suatu acuan yang
maksimal dan sesuai yang diharapkan. Acuan tersebut berupa data
– data sebagai berikut :
1. Data Primer
Data Primer kondisi tahun 2012 meliputi, Data Geometrik
jalan eksisting, Data Arus lalu lintas, Data Arus Pejalan
kaki, Data perilaku kendaraan disekitar simpang, dan jika
diperlukan data serupa pada simpang terdekat dari
simpang yang ditinjau
2. Data Sekunder
Data Sekunder meliputi, Tata Guna Lahan dari RTRW
Kota Jayapura 2009 – 2027, Data Penduduk Kota
Jayapura tahun 2010, Angka pertumbuhan kendaraan yang
didapat berdasarkan data dari dinas terkait.
Untuk lebih jelas, kebutuhan data yang diperlukan, dapat dilihat pada
Tabel 4.1 berikut ini :
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan IV-4
121135013
No
No
1
3 Data Penduduk Jumlah PendudukJumlah Pertumbuhan
Penduduk
2
Tata Guna Lahan di
Daerah Tinjauan
Kinerja Simpang Survei LapanganPedoman Pd.T-19-2004-B tentang Pedoman
Survei pencacahan lalu l intas dengan manual
Papua Dalam angka 2012Laju Pertumbuhan
PendudukBPS Kota Jayapura
Laju Pertumbuhan
Kendaraan
Bappeda Kota
Jayapura
BPS Kota Jayapura
RTRW Kota Jayapura 2009-2027
Papua Dalam angka 2012Data kendaraan
bermotorJumlah kendaraan
Tata Guna Lahan Peta Jaringan Jalan
Jumlah Pertumbuhan
Kendraan
Peta Jaringan Jalan
Data Sekunder
Jenis Data Isi Pengambilan Data Kegunaan Data Sumber Data Acuan Teknis
Data Primer
Bagian Jalan
Klasifikasi dan Fungi
Jalan
Jenis Data Isi Kegunaan Data Acuan Teknis
Standard Geometrik Jalan Perkotaan, 1992
Tata Cara Persimpangan Sebidang, jalan
perkotaan, nomor:01/T/BNKT/1992
Pedoman T-18-2004-B tentang Penentuan
Klasifikasi Fungsi jalan di kawasan perkotaan
Sumber Data
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997
Fasilitas dan
Perlengkapan jalan
Foto fasil itas dan
pelengkap jalan
eksisting
Perencanaan
Geometrik Simpang
Dinas PU, atau survei
lapangan
Pengambilan Data
Foto Geometrik
Eksisting Simpang
Gambar Eksisting
Geometrik Simpang
RSNI T-14-2004 tentang Geometri jalan perkotaan
2
1 Geometrik
Lalu Lintas2 hari pada hari kerja
dan 1 hari pada hari
l ibur
Q lalu l intas pada :Q lalu l intas pada
masing-masing kaki
simpang
Hambatan samping
Tabel 4. 1 Kebutuhan Data
sumber : rancangan penyusun
4.2.2. Pelaksanaan Survey.
1. Survey Geometrik Eksisting Simpang.
Survei ini dilakukan untuk mendapatkan data geometric
eksisting simpang yang ditinjau. Survey dilakukan dengan cara
pengukuran langsung dilapangan dan data dari dinas PU.
2. Survey Volume Lalu Lintas.
Untuk pelaksanaan survey volume lalu lintas mengacu pada
Pedoman Pd. T-19-2004-B tentang Pedoman Survey
Pencacahan Lalu Lintas dengan Cara Manual.
Pelaksanaan survey volume lalu lintas dilaksanakan selama 3
(tiga) hari yaitu 2 (dua) hari kerja dan 1 (satu) hari libur dimana
waktu pengambilan data arus lalu lintas yaitu selama 3 (tiga)
jam sibuk (peak hours) yaitu jam sibuk pagi, jam sibuk siang
dan jam sibuk sore dan perioda waktu adalah 1 (satu) jam untuk
masing-masing jam sibuk. Pelaksanaan survey volume lalu
lintas menggunakan kamera digital yang ditempatkan pada
posisi yang dapat menangkap seluruh pergerakan didaerah
simpang yang ditinjau.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan IV-5
121135013
3. Pengolahan Data
Data lalu lintas yang diperoleh dari survey lalu lintas diproses
atau diolah dengan menggunakan program Kaji sehingga
didapatkan Kinerja Eksisting dari Simpang Abepura yang
dijadikan dalam Data Base sebagai dasar untuk perancangan
alternatif solusi.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan IV-6
121135013
4.3. Alur Kerja Identifikasi dan Akar Masalah
Adapun alur kerja identifikasi dan perumusan masalah dalam
penyusunan studi kasus ini adalah sebagai berikut :
Sumber : Rancangan penyusun
Gambar 4.3 Bagan Alir Pengumpulan dan Analisa Data
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan IV-7
121135013
Adapun penjelasan mengenai bagan alir tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Tahap awal pada bagan alir ini adalah menentukan lokasi studi
kasus, dalam hal ini penyusun telah menentukan lokasi pada
simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua.
2. Setelah lokasi ditetapkan berdasarkan tinjauan pustaka dan survei
lokasi, kemudian dilakukan peninjauan pada lokasi untuk
memastikan ada permasalahan lalu lintas yang terjadi atau tidak. Jika
ada permasalahan yang terjadi dilanjutkan langkah selanjutnya yaitu
mengidentifikasi masalah. Jika tidak, proses akan kembali pada
tahap awal yaitu penentuan lokasi baru.
3. Pada proses identifikasi masalah dimaksudkan untuk mencari inti
masalah pada lokasi studi terpilih. Jika inti masalah telah didapatkan
dan dianalisa berdasarkan NSPM terkait, hasilnya tidak sesuai maka
proses berlanjut pada langkah selanjutnya yaitu perumusan akar
masalah. Jika tidak sesuai dengan NSPM proses akan berlanjut untuk
menentukan akar permasalahan.
4. Kemudian langkah selanjutnya adalah pengumpulan dan analisa data
terhadap hasil perumusan akar masalah pada lokasi tinjauan.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan IV-8
121135013
4.4. Alur Kerja Analisa dan Perancangan Alternatif Solusi.
Adapun alur kerja analisa dan perancangan alternatif solusi dalam
penyusunan studi kasus ini adalah sebagai berikut :
Sumber : Rancangan penyusun
Gambar 4. 4 Bagan Alir Analisa dan Perancangan Alternatif Solusi
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan IV-9
121135013
Adapun penjelasan dari alur kerja diatas adalah sebagai berikut :
1. Langkah awal yaitu dengan mengacu pada data hasil analisa atau
database, perancangan dilakukan berdasarkan NSPM dan target
design yang telah ditetapkan
2. Kemudian hasil dari perancangan pada langkah pertama adalah
parameter design, parameter design digunakan untuk mencari
beberapa alternatif solusi.
3. Kemudian adalah membuat beberapa perancangan alternatif solusi.
Perancangan alternatif solusi yaitu pada aspek geometrik, aspek
arus lalu lintas dan aspek tata guna lahan.
4. Proses selanjutnya adalah hasil dari perancangan alternatif solusi
menghasilkan output berupa database alternatif solusi. Database
alternatif solusi adalah beberapa alternatif solusi yang telah
ditentukan sebelumnya yang telah di rancang.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan IV-10
121135013
4.5. Alur Kerja Pemilihan Alternatif Solusi.
Adapun alur kerja pemilihan alternatif solusi dalam penyusunan studi
kasus ini adalah sebagai berikut :
Sumber : Rancangan Penyusun Gambar 4.5 Bagan Alir Pemilihan Alternatif Solusi.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan IV-11
121135013
Adapun penjelasan dari alur kerja diatas adalah sebagai berikut :
1. Pada alur kerja ini, database alternatif solusi di seleksi dengan
memberikan penilaian terhadap masing-masing alternatif solusi.
2. Beberapa alternatif solusi yang di pilih adalah yang memiliki
kinerja terbaik, jika database tidak kinerja yang sesuai atau kurang,
maka proses akan kembali pada perancangan alternatif solusi.
3. Alternatif solusi yang dipilih akan disesuaikan terhadap NSPM,
dan cost terendah. Jika tidak sesuai maka proses kembali pada
proses kedua, dimana beberapa alternatif solusi telah dipilih dengan
nilai kinerja terbaik.
4. Alternatif solusi yang telah sesuai dengan NSPM, dan cost
terendah, dapat dijadikan alternatif solusi dari masalah pada lokasi
studi.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-1
121135013
BAB V
DATA DAN PERANCANGAN
5.1. Pembahasan Rona Awal Tahun 2012
Distrik Abepura menjadi salah satu distrik yang akan dikembangkan
untuk tujuan pemerataan pembangunan kota Jayapura menurut RTRW kota
Jayapura 2007-2009. Distrik ini memiliki keunikan dibanding distrik yang
lain, karena mempunyai tugas menghubungkan 4 (empat) distrik yang ada di
kota Jayapura.
Pemerintah kota Jayapura mempunyai penerimaan PDRB tahun 2006
sebesar 2,170 trilyun rupiah atau naik sebesar 84,40 % dari tahun 2000.
(masterplan jaringan jalan kota Jayapura, 2009). Dengan nilai PDRB
tersebut, pemerintah telah merancanakan dan membangun sebuah
alternatif jalan yaitu sebuah ringroad dengan tujuan untuk
mengantisipasi dan mengurai kemacetan pada kota Jayapura, khususnya
distrik Abepura. Tetapi dengan pertumbuhan rata-rata kendaraan sebesar
15,51 % pertahun (masterplan jaringan jalan kota Jayapura, 2009),
pembangunan ringroad dianggap memakan waktu cukup lama untuk
mengurai atau mengatisipasi kemacetan, yakni diperkirakan 20
(duapuluh) tahun dari tahun 2009.
5.1.1. Identifikasi Kondisi Eksisting
Dalam proses penyusunan studi kasus, terlebih dahulu harus
diketahui kondisi eksisting dari lokasi tinjauan dengan
mengindentifikasi kondisi eksisting. Kondisi eksisting di lokasi studi
yang perlu diketahui, yaitu:
5.1.1.1. Kondisi Tata Guna Lahan
Pada Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Jayapura
2007 – 2027, lokasi tinjauan studi kasus terletak di Distrik
Abepura kota Jayapura. Di kawasan ini terdapat berbagai
penggunaan lahan dari berbagai jenis kegiatan diantaranya
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-2
121135013
adalah komersial, permukiman dan jasa yang dapat dilihat
pada Tabel 5. 1 berikut ini :
Tabel 5. 1 Tata Guna Lahan dan Jenis Kegiatan
No. Tata Guna Lahan Jenis Kegiatan
1 Komersial
a PKL
b Rumah makan
c Toko / Warung
2 Permukiman a Tempat tinggal biasa
3 Jasa
a Bengkel
b Hotel
c Sekolah
Sumber : Survey Lapangan
Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota
Jayapura 2007 – 2027, Distrik Abepura merupakan Pusat
Pengembangan Ekonomi/Kawasan perdagangan dan jasa
dengan tingkat pergerakan barang dan jasa yang tinggi,
karena kondisi simpang ini mempunyai sistem primer dan
fungsi sebagai Arteri serta mempunyai tugas untuk
menghubungkan antar 4 Distrik di kota Jayapura.
Lokasi tinjauan studi kasus adalah daerah komersial.
Dari Tabel di atas menunjukan bahwa tata guna lahan di
Simpang Abepura, padat dengan berbagai macam jenis
kegiatan mulai dari komersial, permukiman dan jasa. Di
samping itu tingginya tingkat pertumbuhan kendaraan tidak
sebanding dengan pembangunan jalan, sehingga untuk
beberapa waktu kedepan, simpang ini tidak dapat
menampung volume kendaraan yang akan melewati simpang
ini.
Gambar di bawah ini merupakan Gambar rencana
Jaringan Jalan Kota Jayapura yang terlihat pada Gambar 5. 1
di bawah ini :
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-3
121135013
Sumber : RTRW Kota Jayapura 2007 – 2027
Gambar 5. 1 Rencana Jaringan Jalan Kota Jayapura
5.1.1.2. Kondisi Jaringan Jalan
Daerah Simpang Abepura merupakan persimpangan antara
lengan Jalan Raya Abepura, Jln. Pahlawan dan Jalan Gerilyawan.
Sesuai dengan RTRW Kota Jayapura, sistem jaringan jalan pada
lokasi studi terbagi menjadi 2 fungsi jalan.
a. Fungsi jalan Arteri Primer pada ruas Jln. Raya Abepura dan
Jln Pahlawan;
b. Kolektor Primer pada ruas Jln. Gerilyawan.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-4
121135013
Sumber : Pengukuran Lapangan
Gambar 5. 2 Sketsa Simpang Abepura
Klasifikasi jalan pada Simpang Abepura dapat terlihat
pada Tabel 5. 2 di bawah :
Tabel 5. 2 Klasifikasi Jalan Pada Lengan Simpang Abepura
No. Lengan Tipe Jalan Fungsi Jalan
1 Jln. Raya
Abepura 4/2 /D Arteri Sekunder
2 Jln.
Pahlawan 4/2 UD Arteri Sekunder
3 Gerilyawan 4/2 D Kolektor Primer
Sumber : RTRW Kota Jayapura 2007-2027
5.1.1.3. Kondisi Prasarana Jalan
Kinerja jalan sangat dipengaruhi oleh kondisi prasarana
jalan. Dengan terjaganya kondisi prasarana jalan yang baik,
akan menjaga kinerja lalu lintas jalan tetap optimal. Hubungan
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-5
121135013
kinerja jalan dengan kondisi prasarana jalan umumnya terkait
dengan pemenuhan geometrik jalan dan pemanfaatan rumija,
rumaja dan ruwasja hanya untuk kepentingan lalu lintas.
Kondisi eksisting Prasarana jalan yang terdapat di Simpang
Abepura sebagai berikut yaitu :
5.1.1.3.1 Geometrik Jalan
Kondisi geometrik eksisting pada Simpang Abepura
seperti pada Tabel 5. 3 berikut ini :
Tabel 5. 3 Kondisi Geometrik Eksisting Simpang Abepura
No Lengan Tipe Lebar ( meter)
Perkerasan Median Trotoar
1. Jln. Raya
Abepura
4/2 D 11 1,0 1,0
2 Jln.
Pahlawan
4/2 UD 11 1,0 1,0
3. Jln. Gerilyawan 4/2 UD 10 1 1,0
Sumber : Survey Lapangan
5.1.1.3.2 Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA)
Ruang ini telah ditetapkan sebagai ruang lalu lintas
kendaraan, sedangkan bahu jalan dan saluran
drainase jalan pada kondisi eksisting di lapangan
dimanfaatkan untuk kepentingan lain atau tidak
sesuai dengan fungsinya, sehingga cukup
mengganggu arus lalu lintas.. Adapun
penyalahgunaan rumija yang ada di lokasi
persimpangan adalah sebagai berikut :
1. Pejalan kaki berjalan pada ruang lalu lintas
didaerah tinjauan.
2. Kendaraan yang parkir di badan jalan sehingga
terjadi pengurangan lajur kendaraan.
5.1.1.3.3 Ruang Milik Jalan (RUMIJA)
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-6
121135013
Rumija adalah ruang yang digunakan untuk utilitas
jalan seperti lampu penerangan, tiang listrik atau
telpon. Pada kondisi existing lokasi tinjauan,
Rumija tidak terganggu oleh aktifitas masyarakat
seperti adanya gerobak pada trotoar.
5.1.1.3.4 Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA)
Ruwasja adalah ruang bebas pandangan atau
fasilitas lain seperti fasilitas parkir ataupun untuk
rencana pelebaran jalan ke depan. Kondisi eksisting
di lokasi tinjauan, pada beberapa ruas di daerah
ruwasja telah ada bangunan seperti ruko, rumah
tinggal dan tempat usaha lainnya.
5.1.1.4. Kondisi Pola Pergerakan Lalu Lintas
Pergerakan lalu lintas yang melewati simpang Abepura
merupakan pergerakan campuran yang dapat dilihat dari jenis
kendaraan yang melintasi persimpangan ini, antara lain
kendaraan berat (truk), mini bus, mobil pribadi, dan sepeda
motor, dan juga kendaraan tidak bermotor (gerobak).
Untuk pola pergerakan tiap lengan yaitu terdiri dari
pola pergerakan lurus (ST), belok kanan (RT), dan belok kiri
(LT). Berikut merupakan sketsa Gambar dari pola pergerakan
tiap lengan, dilihat dari Gambar 5. 3 dan Gambar 5. 5 dibawah
ini :
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-7
121135013
AR AR
AR AR
keterangan
waktu hijau
waktu kuning
waktu merah
c waktu siklus
AR All red
Lengan E
Lengan N
Lengan W
Fase 1
Fase 2
Fase 3
c
Sumber : Pengamatan Lapangan
Gambar 5. 3 Pola Pergerakan lengan mayor dan lengan minor simpang abepura
dan gambar dibawah ini adalah urutan waktu sinyal pada simpang abepura
Sumber : survei lapangan
Sumber : survey lapangan
Gambar 5. 4 urutan waktu sinyal pada simpang Abepura
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-8
121135013
Untuk lebih jelasnya pergerakan arus lalu lintas tiap fase dapat ditunjukan pada
gambar dibawah ini :
Sumber : survei lapanagan
Gambar 5. 5 urutan fase pada simpang abepura
Jumlah titik konflik dari pengamatan di lokasi Simpang Abepura,
untuk pendekat Jln. Abepura, Jln. Pahlawan dan Jln Gerilyawan terdapat 3
(titik) buah titik konflik yang dapat dilihat pada Gambar 5. 6 berikut ini :
Sumber : Pengamatan Dilapangan
Gambar 5. 6 Titik Konflik Di Simpang Abepura
Fase 1
Fase 2
Fase 3
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-9
121135013
5.1.2 Penentuan dan Pengumpulan data
Untuk Dalam perhitungan kinerja persimpangan, dibutuhkan
sebuah database sebagai acuan untuk perhitungan kinerja lalu lintas.
Data yang telah di olah (database) adalah data yang telah
dikumpulkan dan dianalisa sesuai NSPM yang berlaku.
5.1.2.1. Penentuan Kebutuhan data
Untuk melakukan kajian kinerja Simpang Abepura pada
Jalan Abepura Kota Jayapura diperlukan suatu acuan yang
maksimal dan sesuai yang diharapkan. Data di yang akan
digunakan adalah data yang diperoleh secara langsung (data
primer) dan data pendukung yang diperoleh dari instansi terkait
atau data yang telah ada sebelumnya (data sekunder).
Unsur terpenting didalam pengevaluasian kinerja simpang
adalah lampu lalu lintas, kapasitas dan tingkat pelayanan, sehingga
untuk menjaga agar kinerja simpang dapat berjalan dengan baik,
kapasitas dan tingkat pelayanan perlu dipertimbangkan dalam
mengevaluasi operasi simpang dengan lampu lalu lintas.
5.1.2.2. Kebutuhan data
Data yang dibutuhkan dalam perancangan ini terbagi menjadi 2
yaitu :
1. Data Primer
Data Primer kondisi tahun 2012 meliputi, Data Geometrik
jalan eksisting, Data Arus lalu lintas, Data Arus Pejalan
kaki, Data perilaku kendaraan disekitar simpang, dan jika
diperlukan data serupa pada simpang terdekat dari
simpang yang ditinjau.
2. Data Sekunder
Data Sekunder meliputi, Tata Guna Lahan dari RTRW
Kota Jayapura 2009 – 2027, Data Penduduk Kota
Jayapura tahun 2010, Angka pertumbuhan kendaraan yang
didapat berdasarkan data dari dinas terkait.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-10
121135013
No
No
Pedoman Pd.T-19-2004-B tentang Pedoman
Survei pencacahan lalu l intas dengan
manual
Pd T-02-2002-B Tata cara Perencanaan
Geometrik Persimpangan Sebidang
Pedoman T-18-2004-B tentang Penentuan
Klasifikasi Fungsi jalan di kawasan
perkotaan
Data Primer
1
3 Data Penduduk Jumlah PendudukJumlah Pertumbuhan
Penduduk
2Data kendaraan
bermotorJumlah kendaraan
Tata Guna Lahan Peta Jaringan Jalan
Jumlah Pertumbuhan
Kendraan
Peta Jaringan JalanTata Guna Lahan di
Daerah Tinjauan
Kinerja Simpang Survei Lapangan
Papua Dalam angka 2012 Ukuran Kota BPS Kota Jayapura
Laju Pertumbuhan
Lalu Lintas
Bappeda Kota
Jayapura
BPS Kota Jayapura
RTRW Kota Jayapura 2009-2027
Papua Dalam angka 2012
Data Sekunder
Jenis Data Isi Pengambilan DataAcuan Teknis
Bagian Jalan
Klasifikasi dan Fungi
Jalan
Jenis Data Isi Kegunaan Data Sumber Data
Fasilitas dan
Perlengkapan jalan
Acuan Teknis Pengambilan Data
Foto Geometrik
Eksisting Simpang
Gambar Eksisting
Geometrik Simpang
Kegunaan Data Sumber Data
2
1 Geometrik
Lalu Lintas2 hari pada hari kerja
dan 1 hari pada hari
l ibur
Q lalu l intas pada :Q lalu l intas pada
masing-masing kaki
simpang
Hambatan samping
Foto fasil itas dan
pelengkap jalan
eksisting
Perencanaan
Geometrik Simpang
Dinas PU, atau survei
lapangan
RSNI T-14-2004 tentang Geometri jalan
perkotaan
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
1997
5.1.2.3. Pengumpulan Data
Pelaksanaan pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
a. Survey lapangan, survey ini dilakukan dengan pengamatan,
observasi visual, pengukuran dan perhitungan dilapangan
untuk memperoleh gambaran dan informasi yang
sebenarnya tentang kondisi yang terjadi dilapangan.
b. Dokumentasi, digunakan untuk memenuhi kebutuhan data
sekunder yang berkaitan dengan studi kasus ini. Data yang
akan dikumpulkan dalam cara dokumentasi adalah data
Peta Kota Jayapura dan Peta Jaringan Jalan Kota Jayapura.
Untuk lebih jelas, kebutuhan data yang diperlukan, dapat dilihat
pada Tabel 5. 4 berikut ini :
Tabel 5. 4 Kebutuhan Data
Sumber : penyusun
5.1.2.4. Analisa Data
5.1.2.4.1. Analisa Data Primer
1. Kondisi Tata Guna Lahan
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-11
121135013
Dari survey yang dilakukan, tata guna lahan di
sekitar lokasi studi kasus memiliki fungsi dominan
pertokoan dan jasa. Untuk Garis sempadan bangunan dan
garis sempadan jalan tidak diatur dalam RTRW, tetapi
dengan berdasarkan Pdt. 18-2004-B yang mengatur
tentang klasifikasi jalan perkotaan. Tata guna lahan
disekitar pada ruas disekitar memenuhi kondisi minimum
untuk arteri sekunder, dengan mempunyai lebar bahu 2 m
(meter).
Bahu yang ada pada badan jalan dipakai untuk
parkir kendaraan, hal ini menimbulkan hambatan
samping yang menggang kelancaran arus lalu lintas di
daerah persimpangan.
2. Geometrik Simpang
Geometrik simpang terdiri dari 3 (tiga) pendekat simpang
yaitu pendekat W Jalan Raya Abepura (4/2 D) dengan
lebar jalur 12 m dan memiliki fasilitas belok kiri langsung
(LTOR) serta memiliki kelandaian sebesar 0.96 %.
Pendekat U Jalan Gerilyawan (4/2 D) dengan lebar jalur
11,5 m dan memiliki fasiltas belok kiri langsung (LTOR)
serta memiliki kelandaian sebesar 1.01 %. Kemudian
pendekat E jalan Pahlawan (4/2 UD) dengan lebar jalur
12 dan memiliki fasilitas belok kiri langsung (LTOR).
3. Jaringan jalan
Permasalahan jaringan jalan Kota Jayapura adalah jumlah
pertambahan jalan yang relatif tetap, sementara kota
Jayapura memiliki 4 (empat) distrik yang akan
dikembangkan.
Tidak adanya jalan alternatif yang memadai untuk
menghubungkan keempat distrik yang ada dikota
Jayapura membuat kemacetan pada beberapa titik ruas
jalan.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-12
121135013
4. Bangunan Pelengkap Jalan
a. Fasilitas Pejalan Kaki
Fasilitas pejalan kaki relatif baik hanya saja pada
beberapa pendekat belum tersedia fasilitas pejalan
kaki.
Sumber : Pengamatan lapangan
Gambar 5. 7 Kondisi Trotoar di Simpang Abepura
b. Median dan marka Jalan
Kondisi media dan marka jalan pada lokasi studi
relatif baik, tetapi pada pendekat E yaitu Jalan
Pahlawan tidak diberikan median, sehingga
menggangu pengendara dari arah berlawanan
c. Rambu
Tidak adanya rambu pemberhentian pada ruas jalan,
sehingga kendaraan bebas parkir pada badan jalan
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-13
121135013
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 50 0 74 59 0 74 58 0 79 63 0 82
HV 8 0 2 12 0 4 12 0 2 11 0 2
MC 258 0 161 219 0 153 216 0 85 224 0 82
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 105 0 136 131 0 96 118 0 119 128 0 113
HV 4 0 5 9 0 2 6 0 8 8 0 5
MC 379 0 280 363 0 179 377 0 166 372 0 153
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 77 92 0 70 79 0 84 77 0 91 83 0
HV 1 9 0 1 10 0 0 8 0 0 0 0
MC 211 255 0 152 291 0 100 275 0 96 283 0
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
REKAPITULASI LALU LINTAS (03/12/2012)
Lengan
Simpang
Tipe
Kend
Waktu (PAGI)
07.00 - 07.15 07.15 - 07.30 07.30 - 07.45 07.45 - 08.00
GERILYAWAN
(Minor -N)
PAHLAWAN
(Mayor - E)
Jl. Raya
Abepura
(Mayor - W)
5. Arus Lalu Lintas Eksisting Tahun 2012
a. Data Arus Lalu Lintas Eksisting Tahun 2012
Untuk hari Senin tanggal 03 Desember 2012
untuk jam puncak pagi, siang dan sore diperoleh
data sebagai berikut :
Tabel 5. 5 Volume Lalu Lintas, Senin 03/12/2012 (Pagi)
Sumber : Survey Lapangan
Sumber : Pengolahan data
Gambar 5. 8 Grafik Volume Lalu Lintas, Senin 03/12/2012 (Pagi)
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-14
121135013
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 57 0 88 60 0 92 63 0 112 61 0 107
HV 11 0 1 13 0 2 14 0 2 10 0 1
MC 177 0 115 175 0 131 183 0 142 214 0 106
UM 3 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 112 0 96 107 0 104 122 0 100 117 0 141
HV 14 0 11 20 0 10 13 0 13 6 0 14
MC 326 0 170 300 0 185 304 0 166 350 0 188
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 89 93 0 100 82 0 90 70 0 116 112 0
HV 3 21 0 1 17 0 2 15 0 4 26 0
MC 162 283 0 157 233 0 165 254 0 157 302 0
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lengan SimpangTipe
Kend
Waktu (SIANG)
12.00 - 12.15 12.15 - 12.30 12.30 - 12.45 12.45 - 13.00
GERILYAWAN
(Minor -N)
PAHLAWAN
(Mayor - E)
Jl. Raya
Abepura
(Mayor - W)
Dari Tabel 5. 5 dan Gambar 5. 8 dapat dilihat bahwa komposisi
kendaraan yang ada di Simpang Abepura adalah LV (28,14%),
HV (1,7%) dan MC (70,15%) sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada Simpang Abepura untuk hari Senin (Jam Puncak
Pagi) lebih didominasi oleh Kendaraan Sepeda Motor (MC).
Tabel 5. 6 Vol ume Lalu Lintas, Senin 03/12/2012 (Siang)
Sumber : Survey Lapangan
Sumber : Pengolahan Data
Gambar 5. 9 Grafik Volume Lalu Lintas, Senin 03/12/2012 (Siang)
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-15
121135013
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 62 0 81 55 0 93 60 0 72 54 0 81
HV 8 0 2 5 0 3 10 0 1 8 0 1
MC 173 0 85 168 0 83 145 0 56 190 0 96
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 116 0 101 96 0 97 100 0 104 97 0 97
HV 18 0 10 21 0 16 18 0 11 10 0 10
MC 288 0 137 348 0 135 320 0 143 328 0 144
UM 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 113 92 0 98 115 0 95 98 0 98 94 0
HV 2 24 0 1 14 0 0 12 0 1 15 0
MC 95 274 0 123 275 0 112 310 0 139 295 0
UM 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
Waktu (Sore)
12.00 - 12.15 12.15 - 12.30 12.30 - 12.45 12.45 - 13.00
GERILYAWAN
(Minor -N)
PAHLAWAN
(Mayor - E)
Jl. Raya
Abepura
(Mayor - W)
Lengan SimpangTipe
Kend
Dari Tabel 5. 6 dan dapat dilihat bahwa komposisi kendaraan
yang ada di Simpang Abepura adalah LV (30,62%), HV
(3,26%) dan MC (66,10%) sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada Simpang Abepura untuk hari Senin (Jam Puncak siang)
lebih didominasi oleh Kendaraan Sepeda Motor (MC).
Tabel 5. 7 Volume Lalu Lintas, Senin 01/08/2011 (Sore)
Sumber : Survey Lapangan
Sumber : Pengolahan Data
Gambar 5. 10 Volume Lalu Lintas, Senin 03/12/2012 (Sore)
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-16
121135013
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 65 0 73 66 0 75 80 0 79 63 0 86
HV 10 0 2 8 0 3 12 0 2 7 0 4
MC 264 0 163 221 0 155 218 0 86 227 0 93
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 100 0 158 142 0 101 103 0 117 132 0 109
HV 5 0 9 6 0 2 10 0 5 8 0 2
MC 388 0 304 372 0 180 363 0 142 365 0 162
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 63 85 0 71 82 0 84 80 0 77 67 0
HV 0 7 0 4 15 0 0 5 0 0 0 0
MC 197 176 0 144 311 0 95 283 0 86 277 0
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lengan
Simpang
Tipe
Kend
Waktu (PAGI)
07.00 - 07.15 07.15 - 07.30 07.30 - 07.45 07.45 - 08.00
GERILYAWAN
(Minor -N)
PAHLAWAN
(Mayor - E)
Jl. Raya
Abepura
(Mayor - W)
Dari Tabel 5. 7 dan Gambar 5. 10. dapat dilihat bahwa
komposisi kendaraan yang ada di Simpang Abepura adalah LV
(31,65 %), HV (3,22%) dan MC (65,11%) sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada Simpang Abepura untuk hari Senin
(Jam Puncak Sore) lebih didominasi oleh Kendaraan Sepeda
Motor (MC).
Untuk hari Selasa 04 Desember 2012 untuk jam puncak pagi,
siang dan sore diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 5. 8 Volume Lalu Lintas, Selasa 04/12/2012 (Pagi)
Sumber : Survey Lapangan
Sumber : Pengolahan Data
Gambar 5. 11 Volume Lalu Lintas, Selasa 04/12/2012 (Pagi)
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-17
121135013
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 88 0 63 95 0 64 115 0 85 103 0 100
HV 15 0 1 16 0 4 14 0 4 7 0 1
MC 194 0 125 184 0 131 183 0 142 234 0 116
UM 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 121 0 104 132 0 97 107 0 89 119 0 101
HV 14 0 11 20 0 10 13 0 13 5 0 15
MC 308 0 189 315 0 205 306 0 180 339 0 205
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 103 110 0 108 76 0 97 63 0 123 104 0
HV 5 20 0 0 13 0 2 12 0 10 15 0
MC 211 304 0 157 256 0 172 285 0 162 312 0
UM 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
12.30 - 12.45 12.45 - 13.00
GERILYAWAN
(Minor -N)
PAHLAWAN
(Mayor - E)
Jl. Raya
Abepura
(Mayor - W)
Lengan SimpangTipe
Kend
Waktu (SIANG)
12.00 - 12.15 12.15 - 12.30
Dari Tabel 5. 8 dan dapat dilihat bahwa komposisi kendaraan
yang ada di Simpang Abepura adalah LV (28,56 %), HV
(1,66%) dan MC (69,77%) sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada Simpang Abepura untuk hari Selasa (Jam Puncak Pagi)
lebih didomiasi oleh Kendaraan Sepeda Motor (MC).
Tabel 5. 9 Volume Lalu Lintas, Selasa 04/12/2012 (Siang)
Sumber: Survey lapangan
Sumber : Pengolahan data
Gambar 5. 12 Volume Lalu Lintas, Selasa 04/12/2012 (Siang)
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-18
121135013
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 62 0 73 55 0 64 60 0 72 54 0 81
HV 4 0 1 2 0 2 10 0 1 8 0 1
MC 156 0 80 140 0 72 120 0 59 173 0 82
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 125 0 96 110 0 97 115 0 90 115 0 88
HV 16 0 8 15 0 9 15 0 10 10 0 3
MC 300 0 135 367 0 135 330 0 143 345 0 132
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 104 125 0 79 115 0 83 106 0 88 97 0
HV 1 15 0 1 10 0 0 12 0 1 15 0
MC 77 301 0 117 248 0 100 318 0 142 300 0
UM 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
Jl. Raya
Abepura
(Mayor - W)
Lengan SimpangTipe
Kend
Waktu (Sore)
12.00 - 12.15 12.15 - 12.30 12.30 - 12.45 12.45 - 13.00
GERILYAWAN
(Minor -N)
PAHLAWAN
(Mayor - E)
Dari Tabel 5. 9 dan dapat dilihat bahwa komposisi kendaraan
yang ada di Simpang Abepura adalah LV (35,32 %), HV
(7,46%) dan MC (57,21%) sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada Simpang Abepura untuk hari Selasa (Jam Puncak Siang)
lebih didominsai oleh Kendaraan Sepeda Motor (MC).
Tabel 5. 10 Volume Lalu Lintas, Selasa 04/12/2012 (Sore)
Sumber : Survey lapangan
Sumber : Pengolahan data
Gambar 5. 13 Volume Lalu Lintas, Selasa 04/12/2012 (Sore)
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-19
121135013
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 25 0 37 30 0 37 29 0 40 32 0 41
HV 4 0 1 6 0 2 6 0 1 6 0 1
MC 129 0 81 110 0 77 108 0 43 112 0 41
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 28 0 46 41 0 59 48 0 60 64 0 57
HV 2 0 3 5 0 1 3 0 4 4 0 3
MC 190 0 140 182 0 90 189 0 83 186 0 77
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 38 43 0 31 41 0 31 42 0 28 37 0
HV 1 3 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0
MC 157 128 0 76 135 0 51 125 0 56 142 0
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lengan
Simpang
Tipe
Kend
Waktu (PAGI)
07.00 - 07.15 07.15 - 07.30 07.30 - 07.45 07.45 - 08.00
GERILYAWAN
(Minor -N)
PAHLAWAN
(Mayor - E)
Jl. Raya
Abepura
(Mayor - W)
Dari Tabel 5. 10 dan dapat dilihat bahwa komposisi kendaraan
yang ada di Simpang Abepura adalah LV (37,29 %), HV (2,7
%) dan MC (60 %) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
Simpang Abepura untuk hari Selasa (Jam Puncak Sore) lebih
didominasi oleh Kendaraan Sepeda Motor (MC).
Untuk hari Sabtu 08 Desember 2012 untuk jam puncak pagi,
siang dan sore diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 5. 11 Volume Lalu Lintas, Sabtu 08/12/2012 (Pagi)
Sumber : Survey lapangan
Sumber : Pengolahan data
Gambar 5. 14 Volume Lalu Lintas, Sabtu 08/12/2012 (Pagi)
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-20
121135013
Dari Tabel 5. 11 dan dapat dilihat bahwa komposisi kendaraan
yang ada di Simpang Abepura adalah LV (25,83 %), HV
(1,58%) dan MC (72,57%) sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada Simpang Abepura untuk hari sabtu (Jam Puncak Pagi)
lebih didomiasi oleh Kendaraan Sepeda Motor (MC).
Tabel 5. 12 Volume Lalu Lintas, Sabtu 08/12/2012 (Siang)
Sumber : Survey lapangan
Sumber : Pengolahan data
Gambar 5. 15 Volume Lalu Lintas, sabtu 08/12/2012 (Siang)
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 29 0 44 30 0 46 32 0 56 31 0 54
HV 6 0 1 7 0 1 7 0 1 5 0 1
MC 89 0 58 88 0 66 92 0 71 107 0 53
UM 2 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 66 0 48 54 0 32 78 0 50 81 0 55
HV 7 0 6 10 0 5 7 0 7 3 0 7
MC 163 0 85 150 0 93 152 0 83 175 0 94
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 45 64 0 32 41 0 42 73 0 58 98 0
HV 2 11 0 1 9 0 1 8 0 2 13 0
MC 81 142 0 79 117 0 83 127 0 79 151 0
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lengan SimpangTipe
Kend
Waktu (SIANG)
12.00 - 12.15 12.15 - 12.30 12.30 - 12.45 12.45 - 13.00
GERILYAWAN
(Minor -N)
PAHLAWAN
(Mayor - E)
Jl. Raya
Abepura
(Mayor - W)
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-21
121135013
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 35 0 52 54 0 74 41 0 83 72 0 94
HV 4 0 1 3 0 2 5 0 1 4 0 1
MC 87 0 64 84 0 54 98 0 53 108 0 66
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 75 0 49 86 0 52 88 0 65 97 0 58
HV 9 0 5 11 0 8 9 0 6 5 0 5
MC 165 0 69 174 0 68 193 0 72 210 0 72
UM 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KI LU KA KI LU KA KI LU KA KI LU KA
LV 63 79 0 71 58 0 100 49 0 106 47 0
HV 3 12 0 1 7 0 0 6 0 1 8 0
MC 72 145 0 84 155 0 101 169 0 135 182 0
UM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tipe
Kend
Waktu (Sore)
12.00 - 12.15 12.15 - 12.30 12.30 - 12.45 12.45 - 13.00
Jl. Raya
Abepura
(Mayor - W)
Lengan Simpang
GERILYAWAN
(Minor -N)
PAHLAWAN
(Mayor - E)
Dari Tabel 5. 12 dan dapat dilihat bahwa komposisi kendaraan
yang ada di Simpang Abepura adalah LV (32,36 %), HV
(3,18%) dan MC (64,54%) sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada Simpang Abepura untuk hari sabtu (Jam Puncak Siang)
lebih didominasi oleh Kendaraan Sepeda Motor (MC).
Tabel 5. 13 Volume Lalu Lintas, Sabtu 08/12/2012 (Sore)
Sumber : Survey lapangan
Sumber : Pengolahan data
Gambar 5. 16 Volume Lalu Lintas, Sabtu 08/12/2012 (Sore)
Dari Tabel 5. 13 dan dapat dilihat bahwa komposisi kendaraan
yang ada di Simpang Abepura adalah LV (37,12 %), HV
(2,53%) dan MC (60,34%) sehingga dapat disimpulkan bahwa
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-22
121135013
pada Simpang Abepura untuk hari Sabtu (Jam Puncak Sore)
lebih dipadati oleh Kendaraan Sepeda Motor (MC).
5.1.2.1.2 Analisa Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari instansi –
instansi terkait yang berkaitan dengan kawasan Abepura
berupa data sebagai berikut:
a. RTRW 2007-2027 yang bersumber dari Bappeda Kota
Jayapura, data ini digunakan untuk mendapatkan data
kondisi tata guna lahan kota Jayapura.
Tabel 5. 14 kondisi tata guna lahan pada Distrik Abepura
No. Tata Guna Lahan Jenis Kegiatan
1 Kormesial
a PKL
b Rumah makan
c Toko / Warung
2 Permukiman a Tempat tinggal biasa
3 Jasa
a Bengkel
b Hotel
c Sekolah Sumber. RTRW 2007-2027
b. Data Jumlah dan pertumbuhan penduduk bersumber dari
BPS kota Jayapura dan RTRW kota Jayapura 2007-2027.
Tabel 5. 15 Jumlah penduduk kota Jayapura
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-23
121135013
Dijelaskan dalam RTRW kota Jayapura tahun 2007-2027
bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk kota Jayapura
adalah 4,6%.
c. Data Jumlah kendaraan bersumber dari Bappeda kota dan
Rencana Jaringan Jalan kota 2009 Jayapura untuk
menentukan persentase laju pertumbuhan kendaraan
pertahun
Tabel 5. 16 Data jumlah kendaraan dan laju pertumbuhan
Sumber : rencana jaringan jalan kota jayapura 2009 jayapura
5.1.2.5. Data Hasil Analisa
1. Hasil pengolahan data
Untuk pengolahan data, penyusun menggunakan Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) sebagai pedoman untuk
mendapatkan kinerja simpang bersinyal. Kinerja yang
ditampilkan dibawah ini adalah kinerja yang terendah
diantara 3 (tiga) lengan simpang yang ada pada lokasi studi.
Tabel kinerja dapat dilihat pada Tabel 5. 17 dibawah ini. :
Mobil
Penumpang
Mobil
Barang/Truk Bus Sepeda Motor Keseluruhan
Tahun Jumlah
(unit)
Pertum
-
buhan
(%)
Jumlah
(unit)
Pertum-
buhan
(%)
Jumlah
(unit)
Pertum
-
buhan
(%)
Jumlah
(unit)
Pertum
-
buhan
(%)
Total
(unit)
Pertum
- buhan
(%) 2003 10.498 3.838 660 37.582 52.578 2004 11.485 9,40 4.172 8,70 675 2,27 45.585 21,29 61.917 17,76 2005 12.254 6,70 4.408 5,66 680 0,74 52.779 15,78 70.121 13,25
% Pertum-
buhan Rata-rata per tahun
8,05
7,18
1,51
18,54
15,51
%
Distribusi
kendaraan
pada tahun
2005
17,48
6,29
0,97
75,27
100,00
2007 12.254
4.408
680
52.779
77.783 (sudah termasuk kendaraan khsus
sejumlah 7.662 unit)
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-24
121135013
Q C DS QL D Q C DS QL D Q C DS QL D
1
1 418 339 1.34 493 490 506 338 1.50 927 958 400 339 1.18 407 399
2 646 716 0.90 116 53 645 717 0.90 116 51,95 572 714 0.80 89 40,32
3 587 466 1.26 807 526 674 466 1.45 1287 860 714 466 1.53 1513 1,016
646 716 1.344 807 526 674 717 1 1,287 958 714 714 2 #### 1,016
Q C DS QL D Q C DS QL D Q C DS QL D
1
1 427 339 1.26 540 536 428 339 1.26 540 542 355 339 1.07 213 191
2 666 717 0.93 129 59 664 718 0.93 124 58 519 718 0.72 76 36
3 559 466 1.20 655 420 662 466 1.42 1222 814 744 466 1.60 232 1,133
666 717 1.260 655 536 664 718 1 1,222 814 744 2 232 1,133
Q C DS QL D Q C DS QL D Q C DS QL D
1
1 210 339 0.62 47 38 253 339 0.75 60 45 356 339 1.05 220 195
2 312 721 0.43 40 30 287 707 0.41 36 30 311 703 0.44 40 29,84
3 279 466 0.59 58 29 435 466 0.93 153 70 406 466 0.87 116 51,16
Kinerja Persimpangan 03/12/2012 (SENIN)
NO LenganPagi Siang Sore
2 3 4 5
N
W
E
Kinerja Persimpangan 04/12/2012 (SELASA)
2 3 4 5
NO LenganPagi Siang Sore
4 5
N
E
N
E
W
Kinerja Persimpangan 08/12/2012 (SABTU)
NO LenganPagi Siang Sore
W
2 3
1
1
2
3
Derajat Kejenuhan Simpang Abepura (Siang)
NO LenganSenin (03/12/2012) Selasa (04/12/2012) Sabtu (08/12/2012)
DS
5
DS DS
2 3 4
E 0.900 0.925 0.405
N 1.497 1.263 0.746
W 1.446 1.420 0.933
Tabel 5. 17 Kinerja Simpang Abepura Eksisting
Sumber : Pengolahan data
dari Tabel 5. 17 dapat dilihat bahwa kinerja persimpangan
yang terendah sering terjadi pada waktu siang hari untuk
jam puncak. Untuk kinerjanya dapat dilihat pada Tabel 5.
18 dan Gambar 5. 17 berikut ini :
Tabel 5. 18 Derajat Kejenuhan (DS) pada Jam Puncak
Sumber : Pengolahan Data
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-25
121135013
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
No Lengan SimpangProporsi Kendraan (kend/jam)
Senin, 03/12/2012 Selasa, 04/12/2012 Sabtu, 08/12/2012
0
2Jalan Pahlawan
(Mayor - E)
1791 1799 945
0 0 0
1198
1Jalan Gerilywan
(Mayor - N)
1046 1150 247
1508 1570 435
0 0
0 836 450
Total 6581 7822 3159
1219 564
3Jalan Raya Abepura
(Mayor - W)
1038 1248 519
0 0 0
Sumber : Pengolahan Data
Gambar 5. 17 Derajat Kejenuhan (DS) pada Jam Puncak
Untuk proporsi kendaraan tiap lengan simpang pada siang hari di
tunjukkan pada tabel dan gambar dibawah ini. Kegunaan tabel dan
gambar dibawah ini untuk mengetahui proporsi kendaraan antara
lengan mayor dan minor pada simpang lokasi studi.
Tabel 5. 19 Proporsi kendaraan tiap lengan simpang siang hari
Sumber : analisa data
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-26
121135013
Gambar 5. 18 Proporsi kendaraan tiap lengan simpang
Tabel 5. 19 dan Gambar 5. 18 pergerakan arus pada waktu jam
puncak yakni pada waktu siang hari, menunjukkan proporsi pergerakan
pada lengan mayor lebih dominan dibandingkan dengan pergerakan lengan
minor.
5.2. Identifikasi dan Akar Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk menentukan akar masalah dengan cara
mengidentifikasi permasalahan yang mempengaruhi kinerja lalu lintas pada
Simpang Abepura.
5.2.1. Identifikasi inti masalah
1. Kondisi Tata Guna Lahan
Pengembangan pusat kegiatan yang direncanakan Pemerintah
kota dalam RTRW 2007-2027 kota Jayapura menjelaskan
kondisi tata guna lahan pada Simpang Abepura berfungsi
sebagai kawasan Perdagangan dan Jasa, Perkantoran, Industri
dan Perumahan. Sementara fungsi penunjangnya meliputi
pendidikan, perkantoran, perkebunan, pariwisata dan
konservasi/ lindung. Hal ini menyebabkan padatnya
Senin, 03/12/2012
1038 899 1046
1508
%
1791
N
E W
Selasa, 04/12/2012
1248 836
1799
1219
1570
1150
N
E W
Sabtu, 08/12/2012
W
502
852
519 450
N
945
564
E
1198
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-27
121135013
pergerakan lalu lintas yang ada pada Distrik Abepura.
Permasalahan yang ada pada lokasi adalah Hambatan samping
yang menggangu pergerakan arus kendaraan. Kurang
tersedianya lahan parkir kendaraan membuat beberapa
kendaraan memilih memarkir kendaraan pada badan jalan. Hal
ini membuat lebar efektif badan jalan berkurang, sehingga arus
kendaraan yang melewati menjadi terhambat.
2. Kondisi Geometrik
Permasalahan yang terjadi di sekitar lokasi studi kasus adalah
- Jarak simpang terlalu dekat,
- Adanya pengecillan lebar jalan (bootle neck),
- Kondisi perkerasan yang kurang baik,
3. Kondisi sarana dan prasarana jalan
- Kurangnya lahan parkir membuat pengendara memilih
memarkirkan kendaraan pada badan jalan, ,
- Kurangnya fasilitas pejalan kaki, membuat pejalan kaki
melintas pada badan jalan,
- Larangan berhenti pada badan jalan tidak ada,
- Dibutuhkan median pada ruas jln. Pahlawan untuk
membagi arus,
- Apill tidak optimal.
4. Kondisi Pergerakan Lalu Lintas
Adapun permasalahan yang terjadi yang berhubungan dengan
pergerakan Lalu lintas di Simpang Abepura adalah sebagai
berikut :
- Jumlah volume arus yang melewati simpang Abepura
telah melebihi kapasitas jalan yang ada,
- Masih bercampurnya kendaraan cepat dan kendaraan
lambat,
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-28
121135013
- Adanya kendaraan memutar yang membuat konflik pada
sekitar simpang,
- Adanya kendaraan yang menyerobot jalur yang
berlawanan.
Dari identifikasi permasalahan tersebut diatas selanjutnya dicari akar
permasalahan dengan menggunakan matriks keterkaitan permasalahan
dan analisa SWOT untuk menentukan jenis penanganan yang akan
dilakukan.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-29
121135013
5.2.2. Kesesuaian NSPM terkait
Tabel 5. 20 permasalahan umum dan NSPM terkait
Aspek Permasalahan NSPM Terkait Keterkaitan
1 2 4 5
Tat
a g
un
a
lah
an
Hambatan Samping PP 34/2006 tentang jalan
Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan
penambahan jalur lalu lintas dimasa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengaman
jalan
Geo
met
rik
Per
sim
pan
gan
Kondisi perkerasan jalan yang
kurang baik PP 34/2006 tentang jalan
Penyediaan prasarana jalan berkaitan dengan kondisi fisik jalan yang mendukung
tercapainya kriteria standar pelayanan minimal, baik jaringan jalan maupun ruas jalan
jalan yang digunakan memerlukan biaya perjalanan terendah yang ditunjukkan dengan
waktu tempuh tercepat, faktor hambatan samping kecil, dan kondisi jalan baik.
mengecilnya lebar jalan (bottle
neck) Pd.T-18-02-2002-B Tentang klasifikasi fungsi
jalan dikawasan perkotaan
kriteria jalan arteri sekunder salah satunya adalah lebar badan jalan paling rendah 11
(sebelas) meter
pendeknya jarak antar simpang
Pedoman Pd.T-02-2002-B Tata cara
Perencanaan Geometrik Persimpangan
sebidang
jarak antara simpang harus sejauh mungkin, jarak minimum harus lebih besar dari jumlah
komponen-komponen berikut ini : panjang antrian, perkiraan panjang antrian yang terjadi
antara satu siklus periode berhenti, panjang lajur tambahan
Lal
u L
inta
s
Masih bergabungnya lalu lintas
jarak jauh (Kecepatan tinggi)
dengan lalu lintas lokal (kecepatan
rendah) seperti angkutan kota dan
kendaraan lambat lainnya
PP 34 tahun 2006 tentang jalan pada jalan arteri sekunder lalu lintas tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat
Pd.T-18-02-2002-B Tentang klasifikasi fungsi
jalan dikawasan perkotaan
tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat
lainnya.
jumlah volume arus yang
melewati simpang abepura telah PP 34 tahun 2006 tentang jalan
pada pasal 17 ayat 2 menjelaskan jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang lebih
besar daripada volume lalu lintas rata
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-30
121135013
melebihi kapasitas jalan yang ada Pd.T-08-2004 tentang penanganan praktis
kemacetan
kondisi minimal kinerja ruas jalan pada sistem arteri sekunder 4/2 UD dan 4/2 D adalah
1500 smp/jam dan 1650 smp/jam perlajur, dan untuk kolektor primer 1850 smp/jam per
lajur.
tata cara perencanaan persimpangan sebidang
jalan perkotaan no. 01/T/BNKT/1992
jalan dengan 4 lajur tidak terpisah maupun terpisah, normalnya memiliki 1500 dan 1900
kend.jam
sering terjadi konflik pada jam
sibuk PP 34 tahun 2006 tentang jalan
Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga
puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.
Fas
ilit
as
dan
kel
eng
kap
an j
alan
Trotoar pada beberapa ruas tidak
ada
petunjuk perencanaan trotoar no.
007/T/BNKT/1990
pada point perencanaan, bab 2 menjelaskan suatu ruas jalan dianggap perlu dilengkapi
dengan trotoar apabila disepanjang jalan tersebut terdapat penggunaan lahan yang
mempunyai potensi menimbulkan pejalan kaki.
Median jalan pada beberapa ruas
tidak ada
PP 34 tahun 2006 tentang jalan kriteria jalan arteri sekunder , spesifikasi jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas
secara menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan
median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah, lebar paling sedikit 3.5 (tiga koma lima)
meter. Pd. T-18-2004-B tentang klasifikasi fungsi
jalan dikawasan perkotaan harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur
lalu lintas, lampu jalan dan lain-lain.
Pd. T-17-2004-B tentang perancaan median
jalan
median jalan direncanakan dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan, kelancaran,
dan kenyamanan bagi pemakai jalan maupun lingkungan.
Fasilitas parkir
UU 38 tahun 2004 tentang jalan Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya
fungsi jalan di dalam ruang milik jalan.
PP 34 tahun 2006 tentang jalan Jalan dilengkapi dengan perlengkapan jalan.
APILL tidak optimal
PP 34 tahun 2006 tentang jalan perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan yang wajib salah
satunya apill
Pd.T-18-02-2002-B Tentang klasifikasi fungsi
jalan dikawasan perkotaan
harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur
lalu lintas, lampu jalan dan lain-lain.
pedoman teknis pengaturan lalu litnas tujuan apill mengatur pemakaian ruang persimpangan : meningkatkan keteraturan arus lalu
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-31
121135013
sumber : rancangan penyusun, NSPM terkait
dipersimpangan berdiri sendiri dengan alat
pemberi isyarat lalu lintas
lintas, meningkatkan kapasitas dari persimpangan, mengurangi kecelakaan dalam arah
tegak lurus.
Kurangnya rambu lalu lintas
PP 34 tahun 2006 tentang jalan perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan penggunaan jalan yang wajib
Pd.T-18-02-2002-B Tentang klasifikasi fungsi
jalan dikawasan perkotaan
harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur
lalu lintas, lampu jalan dan lain-lain.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-32
121135013
1 2
1.1
1.2
1.3
3.1
3.2
3.3
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
5 : Sangat berpengaruh
4 : Lebih berpengaruh
3 : Berpengaruh
2 : Kurang berpengaruh
1 : Tidak berpengaruh
Apill tidak optimal 3 1 1
1 1 5
5 5
3 5
MATRIKS KETERKAITAN MASALAH
NOAspek
tinjauan
No
Sub
bab
Aspek tinjauan GeometrikTata guna
LahanLalu Lintas Manajemen Lalu Lintas
SKOR
Permasalahan
Jara
k si
mpa
ng
terl
alu
deka
t
Kon
disi
perk
eras
an
jala
n ya
ng
kura
ng b
aik
Men
geci
lnya
kapa
sita
s ja
lan
(boo
tle n
eck)
Ham
bata
n
sam
ping
Jum
lah
volu
me
arus
yan
g
mel
ewat
i
kend
araa
n
men
yero
bot
dan
mem
utar
Ber
cam
purn
ya
kend
araa
n
cepa
t dan
kend
araa
n
lam
bat
Tid
ak a
dany
a
ram
bu la
rang
an
berh
enti
pada
rum
ija
Med
ian
jala
n
pada
beb
erap
a
ruas
tida
k ad
a
kura
ngny
a
fasi
litas
pej
alan
kaki
Api
ll tid
ak
optim
al
Fas
ilita
s pa
rkir
kura
ng
6
1 Geometrik
Jarak simpang terlalu dekat 1 1 1 5 5 2 1 1 1 3 1 22
Kondisi perkerasan jalan yang kurang baik 3 4 1 1
3 3 4 4 5
1 1 1 1 16
Mengecilnya kapasitas jalan (bootle neck) 1 1 1 5 3 2 1 1 1 1 1 18
1 1 1
1 3 1 4 272Tata Guna
Lahan2.1 Hambatan samping 1 3 3 4
3 Lalu Lintas
Jumlah volume arus yang melewati simpang abepura telah
melebihi kapasitas jalan yang ada5 3
kendaraan menyerobot dan memutar arah yang membuat
konflik pada simpang 5 4 4
4 1 4 2 435 5 4
32
Bercampurnya kendaraan cepat dan kendaraan lambat 2 1 2 3 4 5 1 1 1 3 1 24
1 1 2 2 23
4Manajemen
Lalu lintas
Tidak adanya rambu larangan berhenti pada rumija 1 1 1 4 1 4 1 1 1 1 4 20
Median jalan pada beberapa ruas tidak ada 1 1 1 1 1 4 1 1 1 2 1
3
15
kurangnya fasilitas pejalan kaki 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 1 14
191 1 4
Fasilitas parkir kurang 1 1 1 4 1 2 1 4 1 1 1 18
1 2 1 1
15 14 20 19
Keterangan :
32 41 24 20SKOR 22 16 18 27
5.2.3. Analisa Akar Masalah
Tabel 5. 21 Matriks Keterkaitan Permasalahan
Pada tabel diatas di dapat akar permasalahan yang terjadi pada lokasi studi yaitu Jumlah Volume arus yang telah melebihi kapasitasnya
sehingga membuat kinerja menurun dan kendaraan yang menyerobot jalur yang berlawanan dan kendaraan yang memutar arah
membuat konflik disekitar simpang.
Sumber : Rancangan penyusun
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-33
121135013
Tabel 5. 22 analisa SWOT
Strenght (S) Weakness (W)
Faktor Internal
Faktor Eksternal
- Berada pada ibukota provinsi
- Mempunyai fungsi arteri
- Penghubung antar distrik
- Menjadi Kawasan permukiman,
jasa, perkantoran (RTRW 2007-
2027)
- Pendeknya jarak simpang terdekat
- Prasarana jalan kurang lengkap
- Tidak memiliki jalan alternatif
Opportunity Strenght Opportunity Weakness Opportunity - Mempermudah untuk
mengembangkan kota
- Menambah PAD kota
- Pemerataan pembangunan
kota
- Meningkatkan kapasitas dan
pelayanan jalan
- Memperkecil tundaan pada
simpang
- Distrik yang ada dapat
dioptimalkan
-
- Membangun jalan alternatif
- Memperbaiki geometrik dan
melengkapi prasarana jalan
- pembenahan tata guna lahan
Threat Strenght Threat Weakness Threat - Arus kendaraan padat
- Bertambah panjang antrian
kendaraan.
- Terjadinya konflik arus
kendaraan.
- Apill tidak berkerja secara
optimal
- Merealisasikan rencana kota
yang telah tertuang dalam
RTRW kota Jayapura
- Membuat alternatif jangka
pendek
- Perencanaan kembali kinerja
persimpangan
- Melakukan strategi manajemen lalu
lintas
- Memperbaiki sarana dan prasarana
disekitar simpang
Sumber : Rancangan Penyusun
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-34
121135013
Analisa SWOT pada tabel di atas untuk menunjukkan alternatif yang
akan dipakai berdasarkan permasalahan yang ada pada simpang lokasi studi kasus,
dan tujuannya untuk meningkatkan kinerja simpang Abepura. Analisa diatas
menunjukkan bahwa penanganan pada simpang adalah melakukan alternatif
jangka pendek. Dengan cara, melakukan perencanaan kinerja persimpangan,
melakukan strategi manajemen lalu lintas, dan memperbaiki geometrik pada
simpang Abepura.
5.3 Alternatif Solusi
Perancangan Alternatif solusi dilakukan berdasarkan permasalahan
dan akar permasalahan yang mendominasi terjadi dilokasi peninjauan yaitu
Simpang Abepura. Sebagai strategi untuk mengatasi permasalahan di atas,
maka alternatif solusi dirancang untuk memenuhi tingkat pelayanan
persimpangan sehingga pengguna jalan dapat nyaman menggunakan jalan.
Setelah dilakukan analisa terhadap kinerja Simpang Abepura Tahun
2012 dan proyeksi 5 tahun menggunakan software Kaji dan Manual
Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (Tabel 5. 24 dan Tabel 5. 25), Rasio Arus
Simpang menunjukkan angka lebih dari 1 (satu). Seperti yang dijelaskan
pada MKJI bahwa jika Rasio Arus Simpang [∑(Frcrit)] telah mendekati atau
lebih dari 1 (satu), maka simpang tersebut telah lewat jenuh dan nilai waktu
siklus akan menunjukkan nilai negatif.
Dengan keadaan yang telah dijelaskan diatas, maka simpang
Abepura harus dilakukkan penanganan untuk meningkatkan kinerja simpang
untuk proyeksi 5tahun. Strategi di dalam perancangan alternatif solusi untuk
menangani permasalahan yang terjadi di Simpang Abepura berdasarkan akar
masalah yang telah dijelaskan pada Tabel 5. 21 dan Tabel 5. 22.
Untuk evaluasi yang akan dilakukan, penanganan permasalahan yang
terjadi pada lokasi studi. Alternatif Solusi pada studi kasus ini dilakukan
dengan membandingkan antara 2 kondisi, yaitu :
1. Do nothing, tidak melakukan penanganan terhadap persimpangan
dengan beranggapan bahwa simpang-simpang tersebut masih
mempunyai kondisi dan kinerja yang baik dan mampu menampung
lalu lintas sampai dengan tahun 2017.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-35
121135013
2. Do something, melakukan penanganan terhadap persimpangan studi
untuk mengatasi tingkat pelayanan jalan yang rendah.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-36
121135013
meminimalkan
hambatan samping
Manual
kapasitas jalan
indonesia
1997Melengkapi marka
Pembuatan
Marka Jalan
Pdt. 12-
2004-B
1997
Melengkapi RambuPemasangan
rambu
01./BNK
T/1991
Pengaturan Apill MKJI 1997
Pdt. 12-
2004-B
Pendekat
Simpang W
(Jln. Raya
Abepura)
Perubahan lebar lajur
standard
jalan
perkotaan
Pdt. 18-
2004-B
Pemanfaatan Rumija
untuk kendaraan dan
pengemudi
Jalan34 tahun
2006 Pengaturan arus
kendaraan, sampai
menemukan DS < 0.75
Manual
kapasitas
jalan
indonesia
01./BNK
T/1991
Pengaturan Apill MKJI 1997
meminimalkan
hambatan samping
Manual
kapasitas
jalan
indonesia
1997Melengkapi median
Pembuatan
Median
Pdt. 17-
2004-B
34 tahun
2006
Pengaturan arus
kendaraan, sampai
menemukan DS < 0.75
Manual
kapasitas
jalan
indonesia
1997
Melengkapi RambuPemasangan
rambu
Melengkapi markaPembuatan
Marka Jalan
Pendekat
Simpang E
(Jalan
diponegoro)
Perubahan lebar lajur
1997
Pdt. 18-
2004-B
standard
jalan
perkotaan
Perubahan lebar lajur
Pendekat
Simpang N
(Jalan
gerilyawan)
standard
jalan
perkotaan
Pdt. 18-
2004-B
Pemanfaatan Rumija
untuk kendaraan dan
pengemudi
Jalan
Melengkapi markaPembuatan
Marka Jalan
Pdt. 12-
2004-B
1997
Kriteria Perancangan
Melengkapi RambuPemasangan
rambu
01./BNK
T/1991
1997MKJI
Manual
kapasitas
jalan
indonesia
Pengaturan arus
kendaraan, sampai
menemukan DS < 0.75
Pemanfaatan Rumija
untuk kendaraan dan
pengemudi
Jalan
6 8
Pengaturan Apill
Sarana dan Prasana Jalan
Kriteria PerancanganAcuan Teknis
tentang No
6 7
Pendekat
Simpang
Manajemen Lalu Lintas
Kriteria PerancanganAcuan Teknis
tentang No
34 tahun
2006
meminimalkan
hambatan samping
Manual
kapasitas jalan
indonesia
No
Tata Guna Lahan
Kriteria PerancanganAcuan Teknis
tentang No
4 53
Geometrik
Acuan TeknisKriteria Perancangan
tentang
1 2
5.3.1. Parameter Design
Sebelum melakukan perancangan terlebih dahulu menentukan kriteria perancangan atau parameter design berdasarkan akar
masalah diatas seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. 23 dibawah ini.
Tabel 5. 23 Kriteria Dasar Perancangan Simpang Abepura Untuk proyeksi 5 tahun
sumber : rancangan penyusun
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-37
121135013
5.3.2. Proyeksi Arus
A. Data Arus Lalu Lintas Proyeksi 5 Tahun (2017)
Berdasarkan MKJI Tahun 1997 , proyeksi arus lalu lintas dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
Qn = Qeksisting x ( 1 + persentase pertumbuhan lalu lintas ) n
dimana :
Qn = Arus lalu lintas untuk n tahun
Qeksisting diambil berdasarkan DS (Degree Of Saturation) yang
tertinggi dari 3 (tiga) hari survei yaitu pada hari senin
03/12/2012 dengan jam puncak siang hari sesuai dengan Tabel
5. 6 diatas.
Dalam studi kasus ini, untuk melakukan proyeksi dibutuhkan
data pertumbuhan lalu lintas untuk distrik abepura. Menurut
informasi dari Dinas Bina Marga Kota Jayapura, pertumbuhan
lalu lintas 3 tahun terakhir pada distrik Abepura dibagi 3
golongan kendaraan dengan rincian sebagai berikut :
LV = 1 %
HV = 0.5 %
MC = 1.5 %
Untuk perhitungan proyeksi arus, tidak dapat dilakukan secara
langsung selama 20 tahun, karena lokasi yang ditinjau berada
dalam kawasan perkotaan. Atas dasar tersebut asumsi untuk
proyeksi arus selama 5 tahun. Dengan menggunakan rumus
diatas, dapat dihitung proyeksi arus lalu lintas proyeksi 5 tahun
dapat dilihat pada Tabel 5. 24 berikut :
….. R5. 1
2010-2012
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-38
121135013
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
No Lengan Simpang
Volume Lalu Lintas
LVemp
UM1.0 1.3 0.2
emp Total kend /
jam
Total
smp/jam
1
Jalan
Gerilyawan
(Minor - N)
253 253 49 64
HVemp
MC
807
419 419 6 8 532
161 1109 479 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
106 958 534 0
2
Jalan
Pahlawan
(Mayor - E)
481 481 54 71 1379 276 1915 828 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
463 463 49 64 764 153 1277 680 1
375 81 105 1155 231 1611 711 0
415 415 10 13 691 138 1116
0
7
1
TOTAL 2408 2408 250 325 5327 1065 7985 3799
3
Jalan Raya
Abepura
(Mayor - W) 0 0 0 0 0 0 0
567 5
375
Tabel 5. 24 Arus Lalu Lintas proyeksi 5 tahun, 2017
Sumber : Pengolahan data, Tabel 5. 6
Sumber : pengolahan data, Tabel 5. 24
Gambar 5. 19 Perkembangan arus kendaraan 2017
Sumber : pengolahan data, Tabel 5. 24
Gambar 5. 20 Perkembangan komposisi kendaraan per golongan pada jam puncak
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-39
121135013
B. Kinerja Simpang Abepura Proyeksi 5 tahun
Untuk menghitung kinerja Simpang Abepura proyeksi Tahun 2018
dihitung sesuai berdasarkan MKJI 1997 sebagai berikut :
B.1. Arus (Q)
Arus yang dipakai dalam perhitungan simpang bersinyal
menurut MKJI 1997 adalah, total arus terlindung
(protected) tiap lengan dikalikan dengan factor emp
masing jenis kendaraan, sedangkan untuk total arus
terlawan (Opposed) . untuk factor emp dapat dilihat pada
bab 3 (Tabel 3. 6) .
- Untuk lengan N Qtot sebesar : 533 smp/jam
- Untuk lengan E Qtot sebesar : 680 smp/jam
- Untuk lengan W Qtot sebesar : 711 smp/jam
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran
perhitungan KAJI.
B.2. Kapasitas ( C )
Untuk perhitungan kapasitas telah dijelaskan pada bab 3
(R3.13 ). Maka perhitungan kapasitas, terlebih dahulu
menentukan arus jenuh, waktu siklus dan waktu hijau.
Untuk waktu hijau telah ditentukan maka hanya
menentukan arus jenuh dan waktu siklus.
Arus jenuh.
S = So*Fcs*Fsf*Fg*Fp*Frt*Fr*Flt.
So = We * 600
We adalah nilai minimum antara Wentry dan Wexit.
Pada simpang Abepura, tiap-tiap lengannya
mempunyai We sebagai berikut :
- Lengan N = 3 m
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-40
121135013
- Lengan E = 4.00 m
- Lengan W = 2.75 m
Maka nilai So tiap lengan adalah :
- Lengan N = 3.00 * 600 = 1800
- Lengan E = 4.50 * 600 = 2700
- Lengan W = 2.75 * 600 = 1650
Untuk nilai factor penyesuaian dapat dilihat pada
form SIG 1 pada lampiran perhitungan KAJI.
Maka Nilai S tiap lengan adalah sebagai berikut
- Lengan N
1800*0.88*0.93*0.99*1.00*1.00*1.00 = 1473
- Lengan E
2700*0.88*0.94*1.00*1.00*1.12*1.00 = 2495
- Lengan W
1650*0.88*0.94*0.99*1.00*1.00*1.00= 1325
Waktu Sinyal Siklus
Waktu sinyal siklus pada KAJI adalah ∑waktu hijau.
untuk waktu hijau tiap lengan adalah sebagai berikut
- Lengan N = 20 s
- Lengan E = 25 s
- Lengan W 30 s
Maka waktu sinyal siklus adalah Ctotal = 20+25+30
= 87
Maka perhitungan kapasitas adalah sebagai berikut :
C = S*g/c
- Lengan N = 1473*20/87 = 339 smp/jam
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-41
121135013
- Lengan E = 2495*25/87 = 717 smp/jam
- Lengan W = 1325*30/87 = 466 smp/jam
B.3. Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation)
Untuk derajat kejenuhan dapat tentukan dengan rumus
3.14 pada Bab III. Maka, nilai derajat kejenuhan tiap
lengan adalah sebagai berikut :
DS = Q / C
- Lengan N = 533 / 339 = 1.57
- Lengan E = 680 / 717 = 0.94
- Lengan W = 711 / 466 = 1.52
B.4. QL (Panjang antrian)
Pada bab 3 telah dijelaskan untuk mendapatkan nilai QL,
dibutuhkan nilai NQ max dan Wmasuk seperti pada
Rumus R3.19. untuk perhitungannya adalah sebagai
berikut:
NQ1
Untuk menghitung NQ 1 dibutuhkan nilai Ds dan
nilai C seperti rumus R3.15, karena nilai tersebut
telah didapatkan. Maka nilai NQ1 adalah sebagai
berikut :
- Lengan N = 98.84
- Lengan E = 6.44
- Lengan W = 124.4
NQ2
Dengan rumus R3.17 maka nilai NQ2 adalah
sebagai berikut :
- Lengan N = 15.53
- Lengan E = 16.10
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-42
121135013
- Lengan W = 23.76
NQ
Dengan rumus R3.18 maka,
- Lengan N = 98.84 + 15.53 = 114.37
- Lengan E = 6.44 + 16.10 = 22.54
- Lengan W = 124.4 + 23.76 = 148.18
NQmax
Untuk mendapatkan nilai NQmax, gunakan Gambar
3. 14 untuk menyesuaikan NQ dalam hal peluang
yang diinginkan untuk terjadinya pembebanan lebih.
PoL(%). Untuk nilainya sebagai berikut
- Lengan N = 200
- Lengan E = 59
- Lengan W = 263
Dengan didapatkan nilai NQ max, maka perhitungan QL
adalah sebagai berikut :
QL = (NQmax*20)/Wmasuk
- Lengan N , (159*20) / 3.00 = 1060
- Lengan E, (31*20) / 4.50 = 138
- Lengan W, (206*20) / 2.75 = 1498
B.5. Tundaan
Untuk tundaan digunakan nilai tundaan rata-rata, yakni
nilai tundaan Lalu lintas dan tundaan Geometrik.
Tundaan Lalu Lintas
Untuk rumus tundaan lalu lintas dapat dilihat pada
rumus R3.23. maka untuk perhitungannya adalah
sebagai berikut.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-43
121135013
DT = c * A+(NQ1*3600)/C
Nilai konstanta A dapat dihitung dengan rumus,
(0.5*(1-GR)^2 / (1-GR*DS)
Sedangkan nilai GR adalah Rasio Hijau dapat
dihitung sebagai berikut :
GR = g/c
- Lengan N = 20 / 87 = 0.230
- Lengan E = 25 / 87 = 0.287
- Lengan W = 30 / 87 = 0.345
Dengan nilai diatas maka nilai konstanta A adalah :
- Lengan N = (0.5*(1-0.230)^2 / (1-
0.230*1.573) = 0.464
- Lengan E = (0.5*(1-0.287)^2 / (1-
0.287*0.948) = 0.3492
- Lengan W = (0.5*(1-0.345)^2 / (1-
0.345*1.526) = 0.453
Dengan didapatkan nilai konstanta A, maka nilai
DT atau tundaan lalu lintas rata-rata adalah sebagai
berikut :
Lengan N = 87*0.464+(98.84 *3600) / 339 = 1090
det/smp
Lengan E = 87 * 0.349+(6.44*3600)/771 = 62.72
det/smp
Lengan W = 87 * 0.453+(124.4*3600)/466 = 1000
det/smp
Tundaan Geometrik
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-44
121135013
Q C DS QL D
1
1 533 339 1.57 1060 1,094
2 680 717 0.94 138 66.7
3 711 466 1.52 1498 1,004
NO Lengan
W
SIANG
3
Kinerja Persimpangan Proyeksi 5 tahun (SENIN)
2
N
E
Menurut MKJI 1997, tundaan geometrik rata-rata
untuk gerakan lalu lintas dengan belok kiri
langsung adalah 4 detik
Dengan mendapatkan tundaan lalu lintas dan
tundaan rata, maka tundaan total adalah dengan
mengalikan tundaan lalu lintas (DT) dan tundaan
Geometrik (DG).
- Lengan N = 1377 + 4 = 10941 det/smp
- Lengan E = 150 + 4 = 66.72 det/smp
- Lengan W = 1278 * 4 =1004 det/smp
Tabel kinerja proyeksi 5 tahun ditunjukkan pada Tabel 5. 25
dibawah ini :
Tabel 5. 25 Hasil analisa kinerja simpang Abepura proyeksi 5 tahun
Sumber : Pengolahan data, Tabel 5. 24
Sumber : analisa penyusun
Gambar 5. 21 Perbandingan Derajat Kejenuhan kondisi eksisting dengan
kondisi proyeksi 5 tahun.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-45
121135013
Dari gambar ini dapat terlihat peningkatan terjadi pada salah satu
parameter kinerja persimpangan yaitu derajat kejenuhan kondisi
eksisting dan kondisi proyeksi 5 tahun. Pada kondisi eksisting dapat
dikatakan simpang Abepura telah jenuh, ini dapat dilihat dengan nilai
DS mencapai 1.497. untuk itu harus dilakukan beberapa
penanganan agar menjaga kinerja persimpangan tetap baik selama
masa perancangan.
5.3.3. Design Alternatif Solusi
Selain mengacu pada Tabel 5. 21 diatas, perancangan alternatif
solusi didasarkan pada beberapa faktor berikut, yaitu Faktor
permintaan masyarakat akan kinerja jalan tetap terjaga, perilaku
pengendara, dan aturan yang berlaku pada kota Jayapura.
A. Faktor Demand.
Dalam beberapa tahun terakhir, distrik ini terus
berkembang, ini dikarenakan adanya rencana pemerataan
pembangunan dari pemerintah kota. Tetapi perkembangan
ini tidak disertai dengan kondisi prasarana dan sarana jalan
yang memadai, sehingga dalam beberapa tahun kedepan,
kinerja jalan disekitar distrik ini akan terus menurun.
Sedangkan tata guna lahan pada sekitar lokasi studi kasus
adalah daerah komersial, dan distrik ini mempunyai peranan
penting yaitu sebagai jalan untuk menghubungkan distrik
yang lain yang ada dikota Jayapura. Untuk itu permintaan
akan kinerja jalan yang tetap terjaga sangat diharapkan, agar
menunjang aktifitas masyarakat tetap lancar.
B. Faktor Perilaku pengguna jalan.
Telah dijelaskan dalam tabel permasalahan diatas, yaitu
salah satu penyebab kemacetan yaitu adanya konflik akibat
perilaku pengguna jalan. Untuk itu perlu dibuat rancangan
agar meminimalisir konflik yang ada.
C. Aturan yang berlaku pada kota Jayapura.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-46
121135013
VJP (QDH) = LHRT * k
LHRT = VJP (QDH) / k
1
2
5
6
7
8
Pd.T 18-2004 - B,
RSNI 14-2004,Pt-
02-2002-B, MKJI4 Solusi Gabungan
Pt. 02-2002-B4
MKJI
Merubah Geometrik di tiap lengan
Geometrik+Waktu Siklus+Merubah Fase
NSPM
MKJI
MKJI
Pd.T 20-2004 - B
Pd.T 18-2004 - B
RSNI 14-2004
9
Merubah Fase
Merubah waktu siklus
3 Simpang tak sebidang
Merubah Fase + Waktu Siklus
Geometrik + Merubah Fase
Pengalihan Arus
Geometrik + Waktu Siklus
2 Solusi Moderat
3 Solusi Optimis
Jenis PenangananNO
1
Jenis alternatif solusi
Solusi Pesimis
Kebijakan aturan sangat diperlukan dalam perancangan
alternatif solusi dari masalah yang telah dipaparkan pada
tabel permasalahan. Seperti NSPM PU yang berlaku dan
RTRW kota Jayapura
Untuk itu perancangan alternatif solusi akan mempertimbangkan
dari segi faktor pesimis, moderat, dan optimis. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5. 26 Jenis Alternatif solusi
Di dalam menentukan sistem pengaturan simpang, volume lalu
lintas pada masing – masing kaki persimpangan adalah faktor yang
sangat penting. Hasil pengolahan data Arus lalu lintas jam rencana
(QDH) untuk proyeksi 5 Tahun di dapat sebagai berikut :
- QDH Lengan mayor (Jl.Raya Abepura) = 2727 kend/jam.
- QDH Lengan mayor (Jl.Pahlawan) = 3191 kend/jam.
- QDH Lengan minor (Jl.Gerilyawan) = 2067 kend/jam
- QDH Lengan mayor (Jl.Raya Abepura-Jln Pahlawann) = 2727
kend/jam + 3292 kend/jam = 5918 kend/jam.
Berdasarkan MKJI 1997, untuk mendapatkan LHRT dari masing –
masing lengan yaitu sebagai berikut :
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-47
121135013
dimana faktor k = 0.10 (untuk kota ≤ 1 juta penduduk, faktor k = 8
– 10 %) sehingga di dapat LHRT untuk masing-masing lengan
simpang yaitu :
LHRTN (minor jl.Gerilyawan) = 2067 Kend/jam / 0,10 =
20670 Kend/hari
LHRTW-E (major jl.R. Abepura) = 5918 Kend/jam / 0,10 =
59180 Kend/hari
Untuk menentukan kriteria pengaturan simpang, maka nilai arus
diatas dikombinasikan dengan Pdt. 20-2004-B tentang Perencanaan
Bundaran untuk Persimpangan Sebidang.
Jika dilihat dan dikombinasikan antara arus proyeksi 5 tahun dan
gambar tersebut maka kriteria pengaturan simpang adalah persimpangan
tak sebidang.
Untuk pengaturan persimpangan dengan kriteria persimpangan tak
sebidang, mungkin tidak dapat dilaksanakan. Dikarenakan kota Jayapura
sedang membuat RingRoad sebagai jalan alternatif. Oleh karena itu
penanganan untuk permasalahan pada simpang Abepura adalah
penanganan jangka pendek. Penanganan yang diharapkan adalah
penanganan yang dapat segera dilaksanakan, mengingat kondisi kinerja
eksisting yang telah melebihi batas normal yang telah ditentukan dalam
MKJI 1997.
Untuk pengaturan fase, dari 3 fase menjadi 2 fase. tidak dapat
dilakukan karena akan menambah konflik, dan antrian yang panjang yang
pada simpang.
5.3.3.1. Optimalisasi Apill (alternatif 1).
Alternatif ini melakukan mengoptimalkan Apill yang ada
dengan cara menambah waktu siklus. Untuk eksisting
waktu siklus yang ada adalah sebesar 87 detik. Pada MKJI,
dijelaskan bahwa waktu siklus yang layak untuk pengaturan
3 fase adalah 50-100 detik, maka waktu siklus yang telah
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-48
121135013
ada dapat ditambah untuk mendapatkan kinerja yang lebih
baik. untuk kinerjanya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. 27 kinerja alternatif 1 (satu)
Sumber : Tabel 5. 25, analisa data
Sumber : Tabel 5. 27, nalisa data
Gambar 5. 22 Kinerja Persimpangan Alternatif 1 (satu)
5.3.3.2. Larangan Belok Kanan (alternatif 2)
Pada alternatif 3 (tiga) ini adalah penanganan untuk
menghilangkan konflik yang terjadi. Seperti pada matriks
permasalahan diatas, dijelaskan bahwan adanya konflik
yang mengakibatkan terganggunya arus yang melintas pada
simpang Abepura. Perubahan fase dilakukkan dengan
tujuan untuk menaikkan kapasitas persimpangan.
Penanganan alternatif 4 (empat) ini merubah fase yang ada,
dari 3 (tiga) fase menjadi 2 (dua) fase (Gambar 5. 23).
Pada Alternatif ini dicoba untuk Pelarangan
Berbelok kanan pada lengan N, dikarenakan arus pada
lengan N lebih sedikit dibandingkan dengan lengan E.
Alternatif ini dilakukan dengan cara mengalihkan arus
Kapasitas
(smp/jam)DS QL (m)
D
(detik)
Alternatif Penanganan
1.44 940 868
E 680 717 0.94 138
1.59 1644 1135W 711 466 1.52 1498 1,004
66.72 680 749 0.91 138Optimalisasi Apill
(menambah waktu siklus)
N 533 339 1.57 1060 1,094 533 369
Q
(smp/ja
m)
Kapasitas
(smp/jam)DS QL (M)
D
(detik)
Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (alternatif 1)
Do Nothing Do Something
Q
(smp/ja
m)
711 446
56.75
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-49
121135013
Fase 1 Fase 2
Fase 1 Fase 2 Fase 3
Alternatif Penanganan Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (Alternatif 2)
DS QL (M)D
(detik)
555 0 0 15
Pelarangan Belok Kanan
pada lengan N
N 533 339 1.57 1060 1094 0
1004 711 643 1.106 531 240.5
680 990 0.687 67 22.33
W
Do Nothing Do Something
Q
(smp/ja
m)
Kapasitas
(smp/jam)DS QL (m)
D
(detik)
Q
(smp/ja
m)
Kapasitas
(smp/jam)
711 466 1.52 1498
E 680 717 0.94 138 67
berbelok kanan lengan N ke arah belok kiri lengan N. pada
simpang bersinyal, yang akan diperhitungkan hanya pada
arus terlindung, maka belok kiri tidak diperhitungkan dalam
alternatif ini. Untuk kinerjanya dapat dilihat pada Tabel 5.
28 dan Gambar 5. 24 dibawah ini.
Sumber : rancangan penyusun
Gambar 5. 23 Fase untuk Alternatif 2 (dua)
Tabel 5. 28 Kinerja persimpangan Alternatif 2 (dua)
Sumber : Tabel 5. 25, analisa data
Sumber : Tabel 5. 28
Gambar 5. 24 Kinerja Persimpangan Alternatif 2 (dua)
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-50
121135013
555 0 0
Optimalisasi Apill dan
Pelarangan Belok Kanan
pada lengan N
N 533 339 1.57 1060 1094 0
D
(detik)
Q
(smp/ja
m)
Kapasitas
(smp/jam)DS QL (M)
D
(detik)
Alternatif Penanganan Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (Alternatif 3)
Do Nothing Do Something
Q
(smp/ja
m)
Kapasitas
(smp/jam)DS QL (m)
1004 711 729 0.975 291 72.82
680 948 0.717 102 33.7267
31
W 711 466 1.52 1498
E 680 717 0.94 138
Untuk alternatif ini menunjukkan kinerja lebih baik
dibandingkan tanpa penanganan. Tetapi untuk alternatif ini,
pengalihan arus ini akan membuat menumpuknya arus pada
ruas Jln. Raya Abepura – Jalan Pahlawan.
5.3.2.3. Optimalisasi Apill + Larangan Belok kanan (Alternatif
3)
Untuk alternatif ini, dilakukan optimalisasi apill yaitu
dengan menambah waktu hijau dan mengurangi konflik
yang ada dengan cara larangan belok kanan pada lengan N.
kinerjanya dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut
dibawah ini :
Tabel 5. 29 Kinerja persimpangan alternatif 3 (tiga)
Sumber : Tabel 5. 25, analisa data
Sumber : Tabel 5. 29
Gambar 5. 25 Kinerja persimpangan alternatif 3
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-51
121135013
Pada alternatif ini, kinerja simpang relatif lebih baik
dibanding tanpa dilakukkan penanganan. Tetapi alternatif
ini belum mencapai target perancangan yaitu Derajat
Kejenuhan (Degree Of Saturation) < 0,75.
5.3.2.4. Perubahan Geometrik pada lengan pendekat simpang
(Alternatif 4).
Alternatif perubahan geometrik diperlukkan untuk
mendapatkan kinerja yang lebih baik, kondisi geometrik
eksiting pada simpang Abepura dapat dilihat pada Gambar
5. 26 dan
Tabel 5. 30 dibawah ini :
sumber : survei lokasi
Gambar 5. 26 Kondisi eksisting simpang Abepura
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-52
121135013
Lebar Bahu
(m)
Lebar
Trotoar (m)
Kondisi Geometrik
5.32
7.00
5.50
3.00
4.50
2.75
5.50 NA
4.68 2.00
5.00 2.00
1.50
1.50
1.50
Lebar LTOR
(m)
2.32
2.50
N
E
W
Lebar
Pendekat (m)
Lengan Lebar
Masuk (m)
Lebar
Keluar (m)
2.75
Tabel 5. 30 Kondisi Geometrik Eksisting pada lengan simpang
Sumber : survei lokasi
Untuk alternatif ini, dilakukan dengan cara merubah lebar
efektif untuk masing-masing lengan simpang (
Tabel 5. 30). Perubahan dilakukan berdasarkan NSPM yakni
untuk Arteri Sekunder lebar badan jalan paling rendah 7
(tujuh) meter dan untuk Kolektor primer adalah paling
rendah 9 (sembilan) meter. Alternatif ini dilakukan karena
volume telah melebihi kapasitas jalan itu sendiri, sehingga
membuat menurunnya kinerja persimpangan. Untuk
kinerjanya dapat dilihat pada Tabel 5. 31, dan Gambar 5. 27
Tabel 5. 31 Kinerja Persimpangan Alternatif 4 (empat)
Sumber : Tabel 5. 25, Analisa data
508 1.049 200 177
Kapasitas
(smp/jam)DS QL (M)
D
(detik)
38.75
680 667 1.019 184 125.9323.5Perubahan Geometrik
N 533 339 1.57 1060 1,094 533
D
(detik)
Q
(smp/ja
m)
Alternatif Penanganan Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (Alternatif 4)
Do Nothing Do Something
Q
(smp/ja
m)
Kapasitas
(smp/jam)DS QL (m)
1,593 711 847 0.839 100W 711 466 1.52 1498
E 680 717 0.94 138
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-53
121135013
Perubahan Geometrik +
Larangan Belok kanan untuk
lengan N
N 533 339 1.57 1060 1,094 0
D
(detik)
Q
(smp/ja
m)
Kapasitas
(smp/jam)DS QL (M)
D
(detik)
Alternatif Penanganan Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (Alternatif 5)
Do Nothing Do Something
Q
(smp/ja
m)
Kapasitas
(smp/jam)DS QL (m)
1,593 711 1169 0.608 52 15.75
680 921 0.738 60 24.07324
1,053 0.000 0 15
W 711 466 1.52 1498
E 680 717 0.94 138
Sumber : Tabel 5. 31
Gambar 5. 27 Kinerja Persimpangan Alternatif 4
Dengan Alternatif ini, lebar jalan masing-masing pendekat
simpang dilebarkan untuk membuat kinerja persimpangan
menjadi lebih baik dibandingkan tanpa penanganan.
5.3.2.5. Pelebaran + Larangan Belok Kanan (alternatif 5)
Pada alternatif 8 dicoba untuk menggabungkan alternatif 3
dan alternatif 6. Alternatif ini dilakukan untuk memperkecil
konflik yang ada. Agar arus kendaraan tetap stabil.
Perhitungan kinerja ditampilkan dalam Tabel 5. 32, dan
Gambar 5. 28 di bawah ini
Tabel 5. 32 Kinerja persimpangan alternatif 5
Sumber : Tabel 5. 25, analisa data
Sumber : Tabel 5. 32
Gambar 5. 28 Kinerja Persimpangan alternatif 5
Pada alternatif ini, larangan arus belok kanan pada pendekat N
dilakukan karena arus kendaraan paling kecil adalah pada pada
lengan N dan arus yang akan belok kanan dialihkan ke arah belok
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-54
121135013
Optimalisasi Apill dan
Geometrik
N 533 339 1.57 1060 1,094 533
D
(detik)
Q
(smp/ja
m)
Kapasitas
(smp/jam)DS QL (M)
D
(detik)
Alternatif Penanganan Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (Alternatif 6)
Do Nothing Do Something
Q
(smp/ja
m)
Kapasitas
(smp/jam)DS QL (m)
1,593 711 810 0.878 120 48.5
680 697 0.976 156 86.71324
553 0.964 138 89
W 711 466 1.52 1498
E 680 717 0.94 138
kiri. Dengan ini arus belok kanan dapat menggunakan fasiltias U-
Turn yang ada, pada 500 m (meter) dari simpang Abepura.
5.3.2.6. Pelebaran + Optimalisasi Apill (alternatif 6)
Untuk alternatif ini dicoba penggabungan alternatif 1 dan
alternatif 4. Untuk kinerjanya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 5. 33 kinerja alternatif 6
Sumber : Tabel 5. 25, analisa data
Sumber : Tabel 5. 33
Gambar 5. 29 Kinerja perimpangan alternatif 6
Tabel diatas menunjukkan peningkatan kinerja, tetapi belum
memenuhi memenuhi peersyaratan teknis pada MKJI yakni
DS < 0.75.
5.3.2.7. Pelebaran badan jalan + Larangan Belok kanan
(alternatif 7).
Alternatif ini gabungan dari alternatif 1 (satu), 2 (dua) dan
4 (enam) . Dengan menggabungkan alternatif solusi ini
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-55
121135013
Geometrik + Apill + larangan
belok kanan
N 533 339 1.57 1060 1,094 0
D
(detik)
Q
(smp/ja
m)
Kapasitas
(smp/jam)DS QL (M)
D
(detik)
Alternatif Penanganan Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (Alternatif 7)
Do Nothing Do Something
Q
(smp/ja
m)
Kapasitas
(smp/jam)DS QL (m)
1,593 711 1216 0.532 72 17.25
680 874 0.778 100 37.17324
1,204 0 0 36
W 711 466 1.52 1498
E 680 717 0.94 138
diharapkan mampu mencapai target perancangan yakni DS
< 0.75. kinerja alternatif 6 (enam) ini dapat ditunjukkan
pada tabel dan gambar dibawah ini.
Tabel 5. 34 kinerja persimpangan alternatif 7
Sumber : Tabel 5. 25, analisa data
Sumber : Tabel 5. 34
Gambar 5. 30 Kinerja persimpangan alternatif 7
Untuk alternatif 10 ini dilakukkan dengan cara
menggabungkan alternatif 1 (satu) dan 2 (dua) dan 6
(enam), yaitu melebarkan lebar pendekat menjadi rata-rata
7.00 m (meter) , menambahkan waktu silklus dengan 100
det.
5.3.2.8. Pengalihan arus 1 (satu) arah.
Pada alternatif ini, dilakukkan pengalihan arus kendaraan
dengan cara mengalihkan arus kendaraan pada simpang
jalan yang berhubungan dengan simpang Abepura.
Alternatif ini dilakukkan untuk memaksimalkan jaringan
jalan yang ada, sehingga kinerja simpang Abepura yang
berfungsi sebagai penghubung tetap terjaga kinerjanya.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-56
121135013
Kondisi Jaringan Jalan Distrik Abepura
Lebar Badan
Jalan (m)
14
10
Jalan Abepura Sekunder Arteri 4/2 D II12
Jalan Tanah
HitamPrimer Kolektor 2/2 UD III
Lengan
Jalan Kotaraja Sekunder Arteri
Sistem
Jaringan
Jalan
Fungsi Jalan Tipe Jalan
4/2 UD
Kelas
Jalan
II
Untuk alternatif ini dibutuhkan analisa jaringan jalan pada
lokasi studi untuk keperluan pengalihan arus. Berikut ini
jaringan jalan yang ditunjukkan pada dibawah ini.
Sumber : RT RW kota Jayapura 2007-2027 dan analisa penyusun
Gambar 5. 31 Jaringan Jalan Distrik Abepura
Analisa dilakukkan terhadap kondisi geometrik, kelas jalan,
kinerja simpang, tata guna lahan. Untuk kinerja simpang selain simpang
Abepura, asumsi untuk kinerja persimpangan terdekat dapat dikatan
normal atau lebih rendah dibandingkan simpang Abepura. Ini
dikarenakan kondisi tata guna lahan pada sekitar simpang terdekat,
adalah permukiman dan sebagian komersil. Kondisi jaringan jalan, lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. 35 dibawah ini.
Tabel 5. 35 analisa jaringan jalan.
Sumber : RTRW kota Jayapura 2007 – 2027 dan survei lokasi
Untuk alternatif ini, pengalihan arus dilakukkan larangan belok
kiri pada lengan E dan larangan belok kanan pada Lengan N. Sehingga
kendaraan yang akan melewati ruas Abepura akan dialihkan melalui
ruas jalan tanah hitam.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-57
121135013
5.3.4. Alternatif Solusi Terpilih
Beberapa alternatif solusi penanganan diatas selanjutnya dilakukan rekapitulasi terhadap performa kinerja simpang dengan cara
memilih alternatif yang memiliki performa kinerja terbaik, sehingga alternatif solusi terpilih nantinya akan lebih bermanfaat secara
optimal. Tabel 5. 36 berikut ini akan menyimpulkan hasil kinerja simpang untuk masing – masing alternatif solusi dengan
membandingkan kondisi performa kinerja simpang yaitu Kapasitas (C), Derajat Kejenuhan (DS), Tundaan Simpang (D) dan Panjang
Antrian atau Peluang Antrian sebagai berikut :
Tabel 5. 36 Rekapitulasi Performa Kinerja Simpang Setiap Alternatif Solusi proyeksi 5 tahun vs Rona awal
Alternatif
Penanganan Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (alternatif 1) Keterangan
Do Nothing Do Something
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS
QL
(m)
D
(detik)
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS QL (M) D (detik) OK
tidak
ok
Optimalisasi Apill
(menambah waktu
siklus)
N 533 339 1.57 1060 1,094 533 369 1.44 940 868
√ E 680 717 0.94 138 66.72 680 749 0.91 138 56.75
W 711 466 1.52 1498 1,004 711 446 1.59 1644 1135
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-58
121135013
Alternatif
Penanganan Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (Alternatif 2) Keterangan
Do Nothing Do Something
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS
QL
(m)
D
(detik)
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS QL (M) D (detik) OK
tidak
ok
Pelarangan Belok
Kanan pada
lengan N
N 533 339 1.57 1060 1094 0 555 0 0 15
√ E 680 717 0.94 138 67 680 990 0.687 67 22.33
W 711 466 1.52 1498 1004 711 643 1.106 531 240.5
Alternatif
Penanganan Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (Alternatif 3) Keterangan
Do Nothing Do Something
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS
QL
(m)
D
(detik)
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS QL (M) D (detik) OK
tidak
ok
Optimalisasi Apill
dan Pelarangan
Belok Kanan pada
lengan N
N 533 339 1.57 1060 1094 0 555 0 0 31
√ E 680 717 0.94 138 67 680 948 0.717 102 33.72
W 711 466 1.52 1498 1004 711 729 0.975 291 72.82
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-59
121135013
Alternatif
Penanganan Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (Alternatif 4) Keterangan
Do Nothing Do Something
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS
QL
(m)
D
(detik)
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS QL (M) D (detik) OK
tidak
ok
Perubahan
Geometrik
N 533 339 1.57 1060 1,094 533 508 1.049 200 177
√ E 680 717 0.94 138 323.5 680 667 1.019 184 125.9
W 711 466 1.52 1498 1,593 711 847 0.839 100 38.75
Alternatif
Penanganan Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (Alternatif 5) Keterangan
Do Nothing Do Something
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS
QL
(m)
D
(detik)
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS QL (M) D (detik) OK
tidak
ok
Perubahan
Geometrik +
Larangan Belok
kanan untuk
lengan N
N 533 339 1.57 1060 1,094 0 1,053 0.000 0 15
√ E 680 717 0.94 138 324 680 921 0.738 60 24.07
W 711 466 1.52 1498 1,593 711 1169 0.608 52 15.75
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-60
121135013
Alternatif
Penanganan Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (Alternatif 6) Keterangan
Do Nothing Do Something
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS
QL
(m)
D
(detik)
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS QL (M) D (detik) OK
tidak
ok
Optimalisasi Apill
dan Geometrik
N 533 339 1.57 1060 1,094 533 553 0.964 138 89
√ E 680 717 0.94 138 324 680 697 0.976 156 86.71
W 711 466 1.52 1498 1,593 711 810 0.878 120 48.5
Alternatif
Penanganan Lengan
Kinerja Simpang Proyeksi 5 Tahun (Alternatif 7) Keterangan
Do Nothing Do Something
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS
QL
(m)
D
(detik)
Q
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam) DS QL (M) D (detik) OK
tidak
ok
Geometrik + Apill
+ larangan belok
kanan
N 533 339 1.57 1060 1,094 0 1,204 0 0 36
√ E 680 717 0.94 138 324 680 874 0.778 100 37.17
W 711 466 1.52 1498 1,593 711 1216 0.532 72 17.25
Sumber : analisa data.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-61
121135013
Dari Tabel 5. 36 tersebut dapat dilihat bahwa perancangan alternatif
solusi yang memiliki performa kinerja terbaik adalah Alternatif 5
(Pelebaran badan jalan + Larangan Belok Kanan). Alternatif 5 sangat
mungkin untuk dilakukkan karena sesuai dengan rencana program
pengembangan jaringan jalan (masterplan kota Jayapura, 2009), ruas Abepura
masuk dalam rencana pengembangan tersebut.
5.3.5. Evaluasi Alternatif Solusi Terpilih
Alternatif solusi terpilih alternatif 5 (Pelebaran badan jalan +
Konflik ) sangat diharapkan akan memberikan kinerja simpang
Abepura yang baik pada 5 tahun mendatang.
Berdasarkan MKJI, dikatakan bahwa derajat kejenuhan pada
persimpangan yang ideal adalah < 0.75, maka akan dianalisa pada
tahun keberapa derajat kejenuhan mencapai 0.75.
Dengan hasil analisa menunjukkan derajat kejenuhan 0.75 berada
pada tahun 2019 yakni 2 tahun dari tahun 2017. Tetapi
perancangan ini hanya berlaku selama 5 tahun karena arus lalu
lintas yang melewati ruas Abepura akan terbagi dengan adanya
pembangunan Ring Road yang sementara ini sedang dikerjakan.
Untuk memastikan apakah alternatif solusi terpilih bisa
dilaksanakan maka di dalam mengevalusi alternatif solusi terpilih
dapat dilihat pada Tabel 5. 37 dibawah ini.
2017
0.738
2018
0.746
2019
0.755
0.12 0.12
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan V-62
121135013
Tabel 5. 37 evaluasi alernatif solusi terpilih
Sumber : pdt. 18-2004-b, masterplan kota Jayapura, RTRW kota Jayapura, survey lokasi, mkji
Kinerja
1
4
6
7
- Rumija pada arteri sekunder 10-15 meter
- adanya rencana pengembangan distrik
abepura
- lebar jalan paling rendah untuk ateri
sekunder adalah 11 meter dan kolektor 9
meter
- jalan harus menyediakan bahu sekurang-
kurangnya 0.50 cm
X
Y
Y
X
√
X
X
Y
N
N
N
NY
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y- Rasio arus simpang < 1
Y Y Y Y- Derajat Kejenuhan < 0.75
X
X
Y Y
Biaya keteranganterpilihMKJI pdt.18 2004 aturan perda terkait
N
N
N
N
NSPM
Y
Y
Y
Y5
DS
Geometrik+Apill+larangan belok kanan
Perubahan geometrik dan larangan
belok kanan
Optimalisasi Apill dan geometrik
Jenis Penanganan
Optimalisasi Apill
Larangan belok kanan pada lengan
minor
Optimalisasi Apill + Larangan belok
kanan
NO
2
3
Merubah geometrik tiap lengan
N
Y
N
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan VI-1
121135013
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan perancangan Simpang Abepura pada Jalan
Raya Abepura, Distrk Abepura Kota Gunungsitoli dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil identifikasi masalah di Simpang Abepura didapatkan
bahwa akar permasalahan yang terjadi adalah Kinerja Simpang
menurun, adanya titik konflik yang mempengaruhi, tidak adanya
jalan alternatif yang lain.
2. Performa kinerja Simpang Abepura eksisting Tahun 2012 yang
rendah terjadi pada hari senin, waktu siang hari dengan rincian
sebagai berikut :
A. Lengan N (Jalan Gerilyawan)
Q (arus) = 506 smp.jam
C (Kapasitas) = 338 smp/jam
DS (Derajat Kejenuhan) = 1.50
QL (Panjang Antrian) = 927 m
D (Tundaan rata-rata) = 958 detik
B. Lengan E (Jalan Pahlawan)
Q (arus) = 645 smp.jam
C (Kapasitas) = 717 smp/jam
DS (Derajat Kejenuhan) = 0.90
QL (Panjang Antrian) = 116 m
D (Tundaan rata-rata) = 51.95 detik
C. Lengan W (Jalan Raya Abepura)
Q (arus) = 674 smp.jam
C (Kapasitas) = 466 smp/jam
DS (Derajat Kejenuhan) = 1.45
QL (Panjang Antrian) = 1,287 m
D (Tundaan rata-rata) =
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan VI-2
121135013
3. Berdasarkan sumber dari Dinas bina Marga kota Jayapura,
pertumbuhan lalu lintas pada distrik Abepura dibagi 3 golongan
kendaraan dengan rincian sebagai berikut :
LV = 1 %
HV = 0.5 %
MC = 1.5 %
A. Lengan N (Jalan Gerilyawan)
Q (arus) = 533 smp.jam
C (Kapasitas) = 339 smp/jam
DS (Derajat Kejenuhan) = 1.57
QL (Panjang Antrian) = 1060 m
D (Tundaan rata-rata) = 1094 detik
B. Lengan E (Jalan Pahlawan)
Q (arus) = 680 smp.jam
C (Kapasitas) = 717 smp/jam
DS (Derajat Kejenuhan) = 0.94
QL (Panjang Antrian) = 138 m
D (Tundaan rata-rata) = 66.7 detik
C. Lengan W (Jalan Raya Abepura)
Q (arus) = 711 smp.jam
C (Kapasitas) = 466 smp/jam
DS (Derajat Kejenuhan) = 1.52
QL (Panjang Antrian) = 1498 m
D (Tundaan rata-rata) = 1.000 detik
4. Dengan melihat kinerja yang dijelaskan pada tabel diatas, maka
dibuatlah beberapa alternatif solusi. Dari beberapa alternatif solusi
penanganan, maka diambil alternatif solusi terpilih untuk
penanganan di Simpang Abepura untuk proyeksi 5 tahun yaitu
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan VI-3
121135013
Penambahan lebar badan jalan sesuai NSPM + mengurangi konflik
dengan cara larangan belok kanan .
5. Dari analisa yang dilakukan terhadap alternatif solusi terpilih,
performa kinerja simpang yang dihasilkan yaitu :
A. Lengan N (Jalan Gerilyawan)
Q (arus) = 0 smp.jam
C (Kapasitas) = 2053 smp/jam
DS (Derajat Kejenuhan) = 0
QL (Panjang Antrian) = 0 m
D (Tundaan rata-rata) = 14.64 detik
B. Lengan E (Jalan Pahlawan)
Q (arus) = 680 smp.jam
C (Kapasitas) = 921 smp/jam
DS (Derajat Kejenuhan) = 0.738
QL (Panjang Antrian) = 60 m
D (Tundaan rata-rata) = 24.07 detik
C. Lengan W (Jalan Raya Abepura)
Q (arus) = 711 smp.jam
C (Kapasitas) = 1169 smp/jam
DS (Derajat Kejenuhan) = 0.608
QL (Panjang Antrian) = 52 m
D (Tundaan rata-rata) = 15.75 detik
6. Dari analisa yang dilakukan, alternatif solusi terpilih yaitu
Penambahan lebar badan jalan sesuai NSPM + mengurangi konflik
dengan cara menurunkan fase (2 fase) atau larangan belok kanan,
memiliki performa kinerja simpang yang baik sesuai dengan NSPM
yaitu DS ≤ 0,75 berlaku sampai proyeksi 5 tahun.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan VI-4
121135013
6.2. Saran
Dari hasil kajian studi kasus yang dilaksanakan pada Simpang
Abepura Jalan Raya Abepura, Distrik Abepura Kota Jayapura, beberapa
hal yang dapat disarankan untuk meningkatkan performa kinerja lalu
lintas adalah sebagai berikut :
1. Perlu adanya upaya peningkatan disiplin dan kesadaran masyarakat
sebagai pengguna jalan untuk mengetahui dan mematuhi peraturan
berlalu–lintas untuk menciptakan kondisi berkendara yang aman dan
nyaman.
2. Kawasan Simpang Abepura adalah kawasan komersial oleh karena
itu Pemerintah Kota Jayapura sangat diharapkan menyediakan lokasi
parkir yang memadai yang tidak mengganggu lajur lalu lintas
sehingga kinerja simpang dapat terus meningkat.
3. Dengan adanya pembangunan Ring Road sebagai jalur untuk
mengantisipasi kemacetan maka alternatif solusi terpilih adalah
alternatif yang ekonomis, efektif dan dapat dilaksanakan.
4. Dengan melihat kinerja persimpangan setelah dilakukkan alternatif
solusi terpilih, didapatkan angka 0.74. ini telah sesuai dengan MKJI
dengan yaitu kinerja yang baik adalah < 0.75. tetapi angka yang
didapatkan mendekati angka 0.75, maka pemerintah kota Jayapura
diharapkan dapat membuat kebijakan seperti segera mungkin
membuat jalan alternatif atau pengalihan arus.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan Kota. Standar
Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan 1992. Direktorat Jenderal Bina
Marga Direktorat Pembinaan Jalan Kota.1992.
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina Jalan Kota (BINKOT). Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Laporan Direktorat Jenderal Bina Marga
Direktorat Bina Jalan Kota (BINKOT). Februari 1997.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah . Pt T-02-2002-B tentang Tata
Cara Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang. Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah. 2002.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Pedoman T-18-2004-B tentang
Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan. Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2004.
Undang – Undang No. 38 Tahun 2004.
Bappeda Kota Jayapura . Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Jayapura tahun
2007 – 2027. Pemerintah Kota Jayapura.
Undang - Undang No. 22 Tahun 2009.
Badan Pusat Statistik Kota Jayapura. Kota Jayapura Dalam Angka tahun 2011.
Badan Pusat Statistik Kota Jayapura.
Arif Hidayat, Perencanaan wilayah dan kota, 2009
Harry Purba, Kajian Kinerja Simpang Meriam Pada Jlan Diponegoro Kota
Gunungsitoli Skenario Gunungsitoli 2016, 2012
Khisty, Transportation Enginnering an introduction, 2008
R.Desutama RBP, ST.,MT. Diktat Manajemen Lalu Lintas. Politeknik Negeri
Bandung. 2007
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013
Ribka Yuliana Asmuruf, Evaluasi Ruas Evaluasi Tingkat Pelayanan Ruas Jalan
Raya Abepura di Kota Jayapura, 2011.
Sri Harto, 1998. Pedoman Tugas Akhir Politeknik Negeri Bandung 2013
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013
: Senin, 03 - 12 - 2012
: Sore (16.00 - 17.00)
: 60 Menit
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
6852 3349 5TOTAL 2169 2169 221 287 4462 892
0 10 0 0 0 0
399 399 65 85 1154 231 1618
94 877 503 1
714 0
0 0
3Jalan Raya Abepura
(Mayor - W)
404 404 4 5 469
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1284 257 1760 753 1
559 112 1005 572
2Jalan Pahlawan
(Mayor - E)
409 409 67 87
399 399 47 61
0327 327 7 9 320 64 654 400
00 0 0 0 0 0 0 0
40 676 135 938 407 2
1Jalan Gerilyawan
(Minor - N)
231 231 31
1.0 1.3 0.2LV
empHV
empMC
emp Total kend
/ jam
Total
smp/jam
No Lengan Simpang
Volume Lalu Lintas
Perioda pengamatan
UM
Jam Puncak
Hari
Rekapitulasi Volume Lalu Lintas
: Senin, 03 - 12 - 2012
: Siang (12.00 - 13.00)
: 60 Menit
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
989 6581 3597 6TOTAL 2291 2291 244 317 4945
0 10 0 0 0 0 0 0
357 357 79 103 1072 214 1508 674 0
13 641 128 1046 536 4
3Jalan Raya Abepura
(Mayor - W)
395 395 10
441 441 48 62 709 142 1198 645 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1791 783 0
2Jalan Pahlawan
(Mayor - E)
458 458 53 69 1280 256
0 506 0399 399 6 8 494 99
0 0 00 0 0 0 0 0
453 0
1Jalan Gerilyawan
(Minor - N)
241 241 48 62 749 150 1038
1.0 1.3 0.2LV
empHV
empMC
emp Total kend
/ jam
No Lengan Simpang
Volume Lalu Lintas
Total
smp/jamUM
Jam Puncak
Perioda pengamatan
Rekapitulasi Volume Lalu Lintas
Hari
: Senin, 03 - 12 - 2012
: Pagi (07.00 - 08.00)
: 60 Menit
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
1066 7597 3063 0TOTAL 2138 1829 129 168 5330
0 0 00 0 0 0 0 0
1462 587 0331 331 27 35 1104 221
3 559 112 883 436 0
3Jalan Raya Abepura
(Mayor - W)
322 322 2
464 464 20 26 778 156 1262 646 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
2000 815 0
2Jalan Pahlawan
(Mayor - E)
482 482 27 35 1491 298
800 109 0309 0 10 13 481 96
0 0 00 0 0 0 0 0
469 0
1Jalan Gerilyawan
(Minor - N)
230 230 43 56 917 183 1190
1.0 1.3 0.2LV
empHV
empMC
emp Total kend
/ jam
No Lengan Simpang
Volume Lalu Lintas
Total
smp/jamUM
Jam Puncak
Perioda pengamatan
Rekapitulasi Volume Lalu Lintas
Hari
Traffic Counting
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013
: Selasa, 04 - 12 - 2012
: Pagi (07.00 - 08.00)
: 60 Menit
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
3376 02158 126 164 5272 1054 7556TOTAL 2158
0 0 0 0 00 0 0
0314 314 27
522 104 821 405 0
1047 209 1388 5593Jalan Raya Abepura
(Mayor - W)
295 295 4 5
35
0
666 0485 18 23 788 158 1291
0 0 0 0 0 0
812 0
0 0
477 29 38 1488 298 1994
2Jalan Pahlawan
(Mayor - E)
477
0
485
14 497 99 821 427 0313 313 11
0 0 0 0 0 00 0 0
037 48 930 186 1241 508
1Jalan Gerilyawan
(Minor - N)
274 274
1.0 1.3 0.2UMHV
empMC
emp Total kend
/ jam
Total
smp/jam
No Lengan Simpang
Volume Lalu Lintas
LVemp
Jam Puncak
Perioda pengamatan
Rekapitulasi Volume Lalu Lintas
Hari
: Selasa, 04 - 12 - 2012
: Siang (12.00 - 13.00)
: 60 Menit
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
3722 42367 240 312 5215 1043 7822Total 2367
0 0 0 0 10 0 0 0
0
702 140 1150 594 1
1157 231 1570 6623Jalan Raya Abepura
(Mayor - W)
431 431 17 22
353 353 60 78
611 0391 49 64 779 156 1219
0 0 0 0 0 0
800 0
0 0
479 52 68 1268 254 1799
2Jalan Pahlawan
(Mayor - E)
479
0
391
13 514 103 836 428 0312 312 10
0 0 0 0 0 00 0 0
252 68 795 159 1248 628
1Jalan Gerilyawan
(Minor - N)
401 401
1.0 1.3UMHV
empMC
emp Total kend
/ jam
Total
smp/jam0.2
No Lengan Simpang
Volume Lalu Lintas
LVemp
Jam Puncak
Perioda pengamatan
Rekapitulasi Volume Lalu Lintas
Hari
: Selasa, 04 - 12 - 2012
: Sore (16.00 - 17.00)
: 60 Menit
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
2156 203 3466 693.2 5776 3050TOTAL 2154 2154
0 0 0 0 00 0 0 0
443 443 52 68 1167 233
793 445 0
1662 744 0
354 354 3 4 436 87
3Jalan Raya Abepura
(Mayor - W)
371 371 30 39 545
0 0 0 0 0
87 957 625 0
109 946 519 0
Jalan Pahlawan
(Mayor - E)
465 465 56 73 436
0 0 0 02
59 588 355 0290 290 5 7 293
0 0 0 0 0
589 118 830 362 2
0 0 0 01Jalan Gerilyawan
(Minor - N)
231 231 10 13
1.0 1.3 0.2
Total kend
/ jam
Total
smp/jamUMLV
empHV
empMC
empNo Lengan Simpang
Volume Lalu Lintas
Perioda pengamatan
Jam Puncak
Hari
Rekapitulasi Volume Lalu Lintas
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013
: Sabtu, 08- 12 - 2012
: Pagi (07.00 - 08.00)
: 60 Menit
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
77 2704 541 3725 1580 0TOTAL 963 963 59
0 0 0 00
106 701 279 0163 163 8 10 530
68 469 197 0Jalan Raya Abepura
(Mayor - W)
128 128 1 1 340
0 0 0 0
3
389 78 620 312 0221 221 10 13
00 0 0 0 0 0
014 18 746 149 940 348
2Jalan Pahlawan
(Mayor - E)
181 181
0 0
209 0155 5 7 241 48 400
0 0 0 0 0 0
28 459 92 595 235 0
1Jalan Gerilyawan
(Minor - N)
115 115 22
0 0 0
155
0.2
emp Total kend
/ jam
Total
smp/jamUMLV
empHV
empMC
1.0 1.3
No Lengan Simpang
Volume Lalu Lintas
Jam Puncak
Perioda pengamatan
Rekapitulasi Volume Lalu Lintas
Hari
: Sabtu, 08- 12 - 2012
: Siang (12.00 - 13.00)
: 60 Menit
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
159 2473 495 3831 1889 0Total 1236 1236 122
0 0 0 00
276 276 40 51 536
64 502 247 0
107 852 435 0Jalan Raya Abepura
(Mayor - W)
177 177 5 7 321
0 0 0 0
3
355 71 564 287 0185 185 24 31
00 0 0 0 0 0
027 34 640 128 945 441
2Jalan Pahlawan
(Mayor - E)
279 279
0 0
253 0200 3 4 247 49 450
0 0 0 0 0 0
31 375 75 519 227 0
1Jalan Gerilyawan
(Minor - N)
121 121 24
0 0 0
200
0.2
emp Total kend
/ jam
Total
smp/jamUMLV
empHV
empMC
1.0 1.3
No Lengan Simpang
Volume Lalu Lintas
Jam Puncak
Perioda pengamatan
Rekapitulasi Volume Lalu Lintas
Hari
: Sabtu, 08- 12 - 2012
: Siang (16.00 - 17.00)
: 60 Menit
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
2678 536 4438 2329 1TOTAL 1648 1648 113 146
0 00 0 0 0 0 00
0233 33 42 651 130 916
340 4 5 392 78 736
3Jalan Raya Abepura
(Mayor - W)
340
233
527 310 0
424 0
405
224 224 24 31 280 56
0 00 0 0 0 0 00
1122 538 1346 346 34 44 742 148
2Jalan Pahlawan
(Mayor - E)
04 5 237 47 544 355303 303
0 0 0 0 0
75 594 297 0Jalan Gerilyawan
(Minor - N)
202 202 16 20 377
0 0 0 01
1.0 1.3 0.2
empMC
emp Total kend
/ jam
Total
smp/jamUMLV
empHV
No Lengan Simpang
Volume Lalu Lintas
Perioda pengamatan
Jam Puncak
Hari
Rekapitulasi Volume Lalu Lintas
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013
Perhitungan Kaji pada jam puncak 03/12/2012
FORM 1 KAJI ------------------------+-----------------------------------+
| KAJI, SIGNALISED INTERSECTIONS| City : Jayapura | City size : 0.30 Millions | Date : |
| Form SIG-1: GEOMETRY, +------------------------------+---------------------------+ Handled by: |
| SITE CONDITIONS | Name : abepura | Case : |
| Purpose : Operation | (intersection name, identity or name of streets) | Period : |
+-------------------------+-----+------------------------------------------+---------------+-----------------------------------+
| | No. of phases: 3, in EXISTING SIGNAL SETTINGS | Cycle time, c= 87.0, Total lost time, LTI= 12.0 |
| +----------+--------------+--------------+-------+------+--------------+--------------+--------------+
| APPROACH IDENTITIES | | PHASE 1: | PHASE 2: | PHASE 3: | PHASE 4: | PHASE 5: | PHASE 6: |
| | Approach |g:25.0, IG:4.0|g:20.0, IG:4.0|g:30.0, IG:4.0|g: , IG: |g: , IG: |g: , IG: |
| | | LT ST RT | LT ST RT | LT ST RT | LT ST RT | LT ST RT | LT ST RT |
| N | N2 N | LTOR | LTOR GO | LTOR | | | |
| | E2 E | LTOR GO | LTOR | LTOR | | | |
| NORTH | W2 W | LTOR | LTOR | LTOR GO | | | |
| | | | | | | | |
| W WEST EAST E | | | | | | | |
| | | | | | | | |
| SOUTH | | | | | | | |
| | | | | | | | |
| | | | | | | | |
| | | | | | | | |
| Enter an identity for | | | | | | | |
| each arm to be defined | | | | | | | |
+-------------------------+----------+--------------+--------------+--------------+--------------+--------------+--------------+
| GEOMETRY, Examples: Definitions of approach, entry and exit width |
| SITE CONDITIONS |
| //| \// //| |/| |// //| \// |
| ////////| |///////////////| |/| |////////////////| |///////// |
| --------+Wx +---------------+ +-+ +----------------+ +--------- |
| Wx = W,exit +--+ +--Wx--+ +-Wx+ |
| Wl = W,LTOR-lane |
| We = W,entry +-+--+ +-We--+ +-We-+ |
| Wa = W,approach -------+Wl We +------------ --+ +-+ +---------------+ +---------- |
| ///////| |/////////////\ \| |/| |///////////////| |////////// |
| LTOR = Left Turn //\ |// //\ |/| |// //\ |// |
| On Red //| |// //+-+Wl |/| |// //| |// W,LTOR should |
| //+-Wa+ |// //+--Wa--+/| |// //+-Wa+ |// be 0.0 when LTOR |
| is prohibited |
| LTOR allowed LTOR allowed LT only on green |
| and lane for LTOR and traffic isle (or LTOR without LTOR-lane) |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+------------------------------------+-------+---------+
| | | Side | Median |Gradient|Left-turn|Distance | -------- W I D T H S (m) -------- | Sepa- | |
| Approach | Road | friction | Y/N | + or - | on red |to parked|Approach| Entry |LTOR-lane| Exit | rate | One-way |
| code |environment| Hi/Med/Lo| | in % | Y/N | veh (m) | W,appr |W,entry | W,LTOR | W,exit |RT-lane| street |
| (1) | (2) | (3) | (4) | (5) | (6) | (7) | (8) | (9) | (10) | (11) | (Y/N) | (Y/N) |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+--------+--------+---------+--------+-------+---------+
| N2 N | COM | Medium | Yes | 1.00 | Yes | NA | 5.32 | 3.00 | 2.32 | 5.50 | No | |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+--------+--------+---------+--------+-------+---------+
| E2 E | COM | Medium | No | 0.00 | Yes | NA | 7.00 | 4.50 | 2.50 | 4.68 | No | No |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+--------+--------+---------+--------+-------+---------+
| W2 W | COM | Medium | Yes | 0.98 | Yes | NA | 5.50 | 2.75 | 2.75 | 5.00 | No | |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+--------+--------+---------+--------+-------+---------+
| | | | | | | | | | | | | |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+--------+--------+---------+--------+-------+---------+
| | | | | | | | | | | | | |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+--------+--------+---------+--------+-------+---------+
| | | | | | | | | | | | | |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+--------+--------+---------+--------+-------+---------+
| | | | | | | | | | | | | |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+--------+--------+---------+--------+-------+---------+
| | | | | | | | | | | | | |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+--------+--------+---------+--------+-------+---------+
| | | | | | | | | | | | | |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+--------+--------+---------+--------+-------+---------+
| | | | | | | | | | | | | |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+--------+--------+---------+--------+-------+---------+
| | | | | | | | | | | | | |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+--------+--------+---------+--------+-------+---------+
| | | | | | | | | | | | | |
+----------+-----------+----------+--------+--------+---------+---------+--------+--------+---------+--------+-------+---------+
| Program version 1.10F| Date of run: 130405/5:05 | |
+----------------------+----------------------------+--------------------------------------------------------------------------+
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013
Form 2 KAJI +----------------------------+-----------------------------------------------------------------+----------------------------------+
| K A J I | City : Jayapura | Date : |
| SIGNALISED INTERSECTIONS +-----------------------------------------------------------------+ Handled by: |
| Form SIG-2 : TRAFFIC FLOWS | Intersection: abepura | Case : |
| Purpose : Operation | | Period : |
+--------+-------+-----------+-----------------------------------------------------------------+-------------------+--------------+
| | | - - - - - - T R A F F I C F L O W M O T O R I S E D V E H I C L E S ( M V ) - - - - - - | UNMOTORISED |
|Approach| Move- | Light Vehicles | Heavy Vehicles | Motorcycles (MC) | T O T A L | | VEHICLES |
| | ment |pce,protected = 1.00|pce,protected = 1.30|pce,protected = 0.20| Motor Vehicles | Ratio of |(pce,prot=0.5)|
| | |pce,opposed = 1.00|pce,opposed = 1.30|pce,opposed = 0.40| MV | turning |(pce,opp.=1.0)|
| | +------+-------------+------+-------------+------+-------------+------+-------------+------+------+ | Ratio |
| | | | pcu/h | | pcu/h | | pcu/h | | pcu/h | p | p | UM | UM/MV |
| | | veh/h| Prot.| Opp. | veh/h| Prot.| Opp. | veh/h| Prot.| Opp. | veh/h| Prot.| Opp. | LT | RT |veh/h |(12/17)|
| (1) | (2) | (3) | (4) | (5) | (6) | (7) | (8) | (9) | (10) | (11) | (12) | (13) | (14) | (15) | (16) | (17) | (18) |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
|N2 N|LT/LTOR| 241 | 241 | 241 | 48 | 62 | 62 | 749 | 150 | 300 | 1038 | 453 | 603 | 0.47 | | 4 | 0.00 |
| | ST | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | | | 0 | 0.00 |
| | RT | 399 | 399 | 399 | 6 | 8 | 8 | 494 | 99 | 198 | 899 | 506 | 604 | | 0.53 | 1 | 0.00 |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| | Total | 640 | 640 | 640 | 54 | 70 | 70 | 1243 | 249 | 498 | 1937 | 959 | 1207 | | | 5 | 0.00 |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
|E2 E|LT/LTOR| 458 | 458 | 458 | 53 | 69 | 69 | 1280 | 256 | 512 | 1791 | 783 | 1039 | 0.55 | | 0 | 0.00 |
| | ST | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | | | 0 | 0.00 |
| | RT | 441 | 441 | 441 | 48 | 62 | 62 | 709 | 142 | 284 | 1198 | 645 | 787 | | 0.45 | 1 | 0.00 |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| | Total | 899 | 899 | 899 | 101 | 131 | 131 | 1989 | 398 | 796 | 2989 | 1428 | 1826 | | | 1 | 0.00 |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
|W2 W|LT/LTOR| 395 | 395 | 395 | 10 | 13 | 13 | 641 | 128 | 256 | 1046 | 536 | 664 | 0.44 | | 0 | 0.00 |
| | ST | 357 | 357 | 357 | 79 | 103 | 103 | 1072 | 214 | 429 | 1508 | 674 | 889 | | | 0 | 0.00 |
| | RT | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | | 0.00 | 0 | 0.00 |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| | Total | 752 | 752 | 752 | 89 | 116 | 116 | 1713 | 342 | 685 | 2554 | 1210 | 1553 | | | 0 | 0.00 |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| |LT/LTOR| | | | | | | | | | | | | | | | |
| | ST | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | RT | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| | Total | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| |LT/LTOR| | | | | | | | | | | | | | | | |
| | ST | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | RT | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| | Total | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| |LT/LTOR| | | | | | | | | | | | | | | | |
| | ST | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | RT | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| | Total | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| |LT/LTOR| | | | | | | | | | | | | | | | |
| | ST | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | RT | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| | Total | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| |LT/LTOR| | | | | | | | | | | | | | | | |
| | ST | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | RT | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| | Total | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| |LT/LTOR| | | | | | | | | | | | | | | | |
| | ST | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | RT | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| | Total | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| |LT/LTOR| | | | | | | | | | | | | | | | |
| | ST | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | RT | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| | Total | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| |LT/LTOR| | | | | | | | | | | | | | | | |
| | ST | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | RT | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| | Total | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| |LT/LTOR| | | | | | | | | | | | | | | | |
| | ST | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | RT | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| | Total | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+-------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+------+-------+
| Program version 1.10F | Date of run: 130405/5:05 | |
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013
Form 3 KAJI +-------------------------------+---------------------------------------------------+----------------------------------+
| KAJI- SIGNALISED INTERSECTIONS| City : Jayapura | Date : |
| Form SIG-3: CLEARANCE TIME, +---------------------------------------------------+ Handled by: |
| LOST TIME | Intersection: | Case : |
| Purpose : Operation | abepura | Period : |
+---------------+---------------+---------------------------------------------------+---------------------------+------+
| EVAC. TRAFFIC | A D V A N C I N G T R A F F I C | |
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+Allred|
|Approach| Speed|Approach | n | e | w | | | | | | time |
| | Ve +-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+ |
| | m/sec|Speed Va m/sec | 10.0 | 10.0 | 10.0 | 10.0 | | | | | (sec)|
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+------+
|N2 N| 10.00|Dist Evac+Vehlen-Adv(m)| 0+ 0- 0|15+ 5-12| 0+ 0- 0| + - | + - | + - | + - | + - | |
| | |Time evac-adv (sec) | 0.0-0.0| 2.0-1.2| 0.0-0.0| - | - | - | - | - | 0.80 |
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+------+
|E2 E| 10.00|Dist Evac+Vehlen-Adv(m)|12+ 5-15| 0+ 0- 0| 0+ 0- 0| + - | + - | + - | + - | + - | |
| | |Time evac-adv (sec) | 1.7-1.5| 0.0-0.0| 0.0-0.0| - | - | - | - | - | 0.20 |
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+------+
|W2 W| 10.00|Dist Evac+Vehlen-Adv(m)|20+ 5-15| 0+ 0- 0| 0+ 0- 0| + - | + - | + - | + - | + - | |
| | |Time evac-adv (sec) | 2.5-1.5| 0.0-0.0| 0.0-0.0| - | - | - | - | - | 1.00 |
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+------+
| | |Dist Evac+Vehlen-Adv(m)| + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | |
| | |Time evac-adv (sec) | - | - | - | - | - | - | - | - | |
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+------+
| | |Dist Evac+Vehlen-Adv(m)| + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | |
| | |Time evac-adv (sec) | - | - | - | - | - | - | - | - | |
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+------+
| | |Dist Evac+Vehlen-Adv(m)| + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | |
| | |Time evac-adv (sec) | - | - | - | - | - | - | - | - | |
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+------+
| | |Dist Evac+Vehlen-Adv(m)| + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | |
| | |Time evac-adv (sec) | - | - | - | - | - | - | - | - | |
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+------+
| | |Dist Evac+Vehlen-Adv(m)| + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | |
| | |Time evac-adv (sec) | - | - | - | - | - | - | - | - | |
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+------+
| | |Dist Evac+Vehlen-Adv(m)| + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | |
| | |Time evac-adv (sec) | - | - | - | - | - | - | - | - | |
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+------+
| | |Dist Evac+Vehlen-Adv(m)| + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | |
| | |Time evac-adv (sec) | - | - | - | - | - | - | - | - | |
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+------+
| | |Dist Evac+Vehlen-Adv(m)| + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | |
| | |Time evac-adv (sec) | - | - | - | - | - | - | - | - | |
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+------+
| | |Dist Evac+Vehlen-Adv(m)| + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | + - | |
| | |Time evac-adv (sec) | - | - | - | - | - | - | - | - | |
+--------+------+-----------------------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+--------+------+
| Dimensioning times between phases (sec) | Amber |Allred|
+------------------------------------------------------------------------------------------------------+--------+------+
| Phase 1 ---> Phase 2 | 4.0 | 1.0 |
| Phase 2 ---> Phase 3 | 4.0 | 1.0 |
| Phase 3 ---> Phase 1 | 4.0 | 1.0 |
| Phase 0 ---> Phase 0 | 0.0 | 0.0 |
| Phase 0 ---> Phase 0 | 0.0 | 0.0 |
| Phase 0 ---> Phase 0 | 0.0 | 0.0 |
+------------------------------------------------------------------------------------------------------+--------+------+
| Lost time (LTI) = Total allred + amber time (sec/cycle) | 15.00 |
+-----------------------+---------------------------+--------------------------------------------------+---------------+
| Program version 1.10F | Date of run: 130405/5:05 | |
+-----------------------+---------------------------+------------------------------------------------------------------+
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013
Form 4 Kaji +-------------------------------------------+--------------------------------------------------------------------+--------------------------------------+
| K A J I - SIGNALISED INTERSECTIONS | City : Jayapura | Date : |
| Form SIG-4 : SIGNAL TIMING, +--------------------------------------------------------------------+ Handled by: |
| CAPACITY | Intersection : abepura | Case : |
| Purpose : Operation | | Period : |
+-------------------------------------------+--------------------------------------------------------------------+--------------------------------------+
| Traffic flows, pcu/h (Protected + Opposed)| EXISTING SIGNAL SETTINGS DISPLAY (no arrows for zero flows) |
| +-----------------+-----------------+-----------------+-----------------+-----------------+-----------------+
| |Phase 1 |Phase 2 |Phase 3 |Phase 4 |Phase 5 |Phase 6 |
| | N | N | N | | | |
| N | | | | | | | |
| P:506 | P:453 | LTOR | <-+-> | LTOR | | | |
| O:604 -+- O:603 | | | | | | |
| P:0 | | | | | | |
| O:0 | | | | | | |
| | | | | | | |
| | | | | | | |
| P:536 P:645 | | | | | | |
| O:664 O:787 | | | | | | |
| W --+- P:674 P:0 -+-- E | W E| W E| W E| | | |
| P:0 O:889 O:0 P:783 | ^ | | ^ | | | |
| O:0 O1039 | LTOR +-- | LTOR LTOR | --+-> LTOR | | | |
| | v | | | | | |
| | | | | | | |
| | | | | | | |
| | | | | | | |
| | | | | | | |
| | | | | | | |
| | | | | | | |
| | | | | | | |
| | | | | | | |
| | | | | | | |
| | | | | | | |
+--------+---------+----+-----------------+-+-------+-------+-+-----------------+-----------------+------------+----+----+-----+-----++----+-----+------+
|Approach|Green in |Appr| Ratio of turn- | RT-flow |Effect.| Base | Saturation flow correction factors|Adjust.| Traffic |Flow |Phase|Green|Capa-|Degree|
| code |phase |type| ing vehicles | pcu/h | width | satu-| All approach types |Only type P| sat. | flow |ratio|ratio|time |city | of |
| |no.|Split| +-----+-----+-----+----+----+ (m) |ration|City| Side |Grad-|Park-|Right|Left | flow | |LT,| FR | PR= |(sec)|pcu/h| satu-|
| | |if 2-| |p | p | p | Own|Opp.| '*' if| flow |size|frict.|ient | ing |turns|turns|pcu/hg |pcu/h|ST,| |FRcr | | S*g |ration|
| | |phase| | LTOR| LT | RT | dir|dir | W,exit| So |Fcs | Fsf | Fg | Fp | Frt | Flt | S | Q |or | Q/S | /IFR| g | =C | Q/C |
| (1) |(2)|green| (3)| (4) | (5) | (6) | (7)|(8) | (9) | (10) |(11)| (12) | (13)| (14)| (15)|(16) | (17) |(18) |RT |(19) |(20) |(21) |(22) | (23) |
+--------+---+-----+----+-----+-----+-----+----+----+-------+------+----+------+-----+-----+-----+-----+-------+-----+---+-----+-----+-----+-----+------+
|N2 N| 2 | | P | 0.47| 0.00| 0.53| 506| 0| 3.00 | 1800|0.88| 0.939| 0.99| 1.00| 1.00|1.00 | 1472 | 506| R|0.344| | 20.0| 338| 1.497|
|E2 E| 1 | | P | 0.55| 0.00| 0.45| 645| 0| 4.50 | 2700|0.88| 0.940| 1.00| 1.00| 1.12|1.00 | 2495 | 645| R|0.259| | 25.0| 717| 0.900|
|W2 W| 3 | | P | 0.44| 0.00| 0.00| 0| 0| 2.75 | 1650|0.88| 0.940| 0.99| 1.00| 1.00|1.00 | 1352 | 674| S |0.499| | 30.0| 466| 1.446|
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+---+-----+----+-----+-----+-----+----+----+-------+------+----+------+-----+-----+-----+-----+-------+-----+---+-----+-----+-----+-----+------+
| Total lost time, LTI : 12.0 sec | Unadj. cycle time Cua : 87.00 sec | Correction factors are NOT shown if | IFR : 1.101 (= sum of FRcrit) |
| | Adjusted cycle time, c: sec | adj. saturation flow is user input. |Efficiency: 1.239 (= IFR + LTI/c) |
+-----------------------------------+-----------------------------------+--------------------------------------+----------------------------------------+
| Comments: Form SIG-1 settings used for calculations! |
| Comments: |
+-----------------------+---------------------------+---------------------------------------------------------------------------------------------------+
Form 5 KAJI +----------------------------------+-------------------------------------------------------------------+----------------------------------+
| KAJI - SIGNALISED INTERSECTIONS | City : Jayapura | Date : |
| | Intersection: abepura | Handled by: |
| Form SIG-5: QUEUE LENGTH, +-------------------------------------------------------------------+----------------------------------+
| STOP RATE, DELAY | Cycle time : 87.0 sec | Case : |
| Purpose : Operation | Prob. for overloading: 5.00 % | Period : |
+--------+-------------+------+----+---+-----+---------------------------+------+------+------+--------+----------------------------------+
| | FLOW (pcu/h)| Capa-| Degree |Green|No of queuing vehicles(pcu)|Queue | Stop |No. of| Delay |
|Approach| | Q | city |of satu-|ratio+-----+-----+--------+------+Length| Rate |stops +-----------+-----------+---------+---------+
| code |Qentry| Used | | ration | | | | Total | | | NS | | Avg.Delay | Avg.Delay |Avg.Delay|Tot Delay|
| | excl.| in | | | gr= | NQ1 | NQ2 | NQ = |NQmax | Ql(m)|stops | NSV | Traffic | Geometric | D=DT+DG | D * Q |
| | LTOR | SIG-4| | DS=Q/C | g/c | | | NQ1+NQ2| | | /pcu| pcu/h|DT(sec/pcu)|DG(sec/pcu)| sec/pcu | sec |
| (1) | | (2) | (3) | (4) | (5) | (6) | (7) | (8) | (9) | (10) | (11) | (12) | (13) | (14) | (15) | (16) |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
|N2 N| 506 | 506 | 338 | 1.497 |0.230|85.96|14.36| 100.32 | 139 | 927 | 7.383| 3736 | 954.89 | 4.00 | 958.8 | 485198 |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
|E2 E| 645 | 645 | 717 | 0.900 |0.287| 3.62|14.98| 18.60 | 26 | 116 | 1.074| 693 | 47.95 | 4.00 | 51.95 | 33507 |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
|W2 W| 674 | 674 | 466 | 1.446 |0.345|106.0|21.29| 127.37 | 177 | 1287 | 7.038| 4743 | 856.74 | 4.00 | 860.7 | 580141 |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
| | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
| | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
| | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
| | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
| | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
| | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
| | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
| | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
| | | | | | | | | | | | | | | | | |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
|LTOR,all| 1772 | 1772 | | | | | | | | | | | 0.00 | 6.00 | 6.00 | 10632 |
+--------+------+------+------+--------+-----+-----+-----+--------+------+------+------+------+-----------+-----------+---------+---------+
|Flow adj(Qadj): 0 | | Total: 9172 | Total delay(sec): 1109478 |
+----------------------+ +------------------------------------+-------------------------------------------+
|Tot flow : 3597(Qtot)| | Mean number of stops/pcu: 2.55 | Mean intersection delay(sec/pcu): 308.45 |
+----------------------+ +------------------------------------+-------------------------------------------+
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013
LAMPIRAN NSPM
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013
Sumber : RTRW kota jayapura 2007-2027
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Simpang Abepura kota Jayapura Provinsi Papua
Syahbullah Paembonan
121135013