studi kasus pasienrepository.stikespantiwaluya.ac.id/529/3/sri widayanti...( misal pagar tempat...

12

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS PASIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/529/3/Sri Widayanti...( misal pagar tempat tidur), libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan, jelaskan
Page 2: STUDI KASUS PASIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/529/3/Sri Widayanti...( misal pagar tempat tidur), libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan, jelaskan

STUDI KASUS PASIEN POST SECTIO CAESAREA DENGAN MASALAH

GANGGUAN MOBILITAS FISIK

DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG

ABSTRAK

Sri Widayanti Prodi DIII Keperawatan Program RPL STIKes Panti Waluya Malang.

Pembimbing (1) Emy Sutiyarsih, S.Kep.,Ns.,M.Kes, (2) Sr.Felisitas A. Sri S,

Misc.,MAN, (3) Christina Indiyarti,Amd.keb.

Persalinan sectio caesarea (SC) merupakan persalinan buatan dengan cara

menginsisi abdomen yang mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan

sehingga merangsang reseptor nyeri. Tujuan penelitian untuk melakukan studi

kasus pada klien post SC dengan masalah gangguan mobilitas fisik. Metode

penelitian studi kasus pada 1 responden di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan

Malang bulan Agustus 2020 selama 3hari dengan menggunakan data sekunder.

Berdasarkan pengkajian diperoleh data pasien mengalami kesulitan bergerak dan

hanya tidur terlentang, pasien belum terpapar informasi pentingnya mobilisasi dini

post operasi. Intervensi yang diberikan berupa dukungan mobilisasi. Hasil

penelitian menunjukkan gangguan mobilisasi teratasi. Edukasi mobilisasi dini

pada klien post sectio caesarea sebaiknya diberikan sebelum tindakan operasi

terutama jika operasinya elektif. Manajer Rumah sakit perlu membuat standar

operasional prosedur tentang pemberian edukasi mobilisasi dini pada klien pre

operasi SC dan mengawasi pelaksanaannya agar masalah gangguan mobilisasi

tidak terjadi pada pasien.

Kata Kunci : Post SC, Gangguan Mobilitas Fisik

ABSTRACT

Sectio caesarean delivery (SC) is an artificial delivery by means of an incision in

the abdomen resulting in a break in the continuity of the tissue so that it

stimulates pain receptors. The research objective was to conduct a case study on

post SC clients with impaired physical mobility problems. A case study research

method on 1 respondent at Panti Waluya Sawahan Hospital Malang in August

2020 for 3 days using secondary data. Based on the assessment, it was obtained

data that patients had difficulty moving and only slept on their backs, patients had

not been exposed to information on the importance of early postoperative

mobilization. The intervention provided was in the form of mobilization support.

The results showed that the disruption in mobilization was resolved. Early

mobilization education in post sectio caesarean clients should be given before

surgery, especially if the operation is elective. Hospital managers need to make

standard operating procedures about providing early mobilization education to

clients preoperative SC and supervise its implementation so that problems with

disruption of mobilization do not occur in patients.

Keywords: Post SC, Physical Mobility Disorders

Page 3: STUDI KASUS PASIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/529/3/Sri Widayanti...( misal pagar tempat tidur), libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan, jelaskan

Pendahuluan

Persalinan sectio caesarea (SC)

merupakan suatu proses persalinan

buatan yang dilakukan melalui

pembedahan dengan cara melakukan

insisi pada dinding perut dan rahim

ibu, dengan syarat rahim harus dalam

keadaan utuh, serta janin memiliki

bobot badan di atas 500 gram

(Solehati & Kosasih, 2015).Faktor

penyebab tindakan SC ada 2 sisi

yaitu faktor ibudan faktor janin. Dari

segi waktu pengambilan keputusan

untuk dilakukan persalinan SC juga

ada 2 yaitu terencana dan darurat.

(Aprina, 2013).

Prevalensi SC di dunia setiap

tahunnya cenderung meningkat

(Corso et al, 2017). Menurut World

Health Organization (WHO) rata-

rata angka persalinan dengan SC di

sebuah negara adalah sekitar 5-15%

per 1000 kelahiran didunia. Di Asia

dari hasil studi analisis tren

persalinan tahun 2015 didapatkan

data 19,2% persalianan dilakukan

dengan SC(Betran et al, 2016). Di

Indonesia, persalinan dengan

tindakan SC juga mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Pada

tahun 2010 sampai 2013 angka

kejadian SC sebesar 9,8% lalu

meningkat pada tahun 2018 sebesar

17% (Riskesdas 2018). Di daerah

Jawa Timur angka persalinan SC

pada tahun 2019 berjumlah 124.586

dari 622.930atau sekitar 20% dari

seluruh persalinan (Pusdatin

Kemkes,2019). RS Panti Waluya

Sawahan Malang (RSPWM)

merupakan salah satu Rumah Sakit

Swasta di Kota Malang. Persalinan

dengan tindakan SC di RSPWM

pada periode Januari-Desember 2019

diketahui 47,45% dari semua pasien

yang melahirkan(Data Rekam Medis

RS Panti Waluya Sawahan Malang,

2019).

Ibu yang bersalin dengan tindakan

SC mayoritas akan mengalami

gangguan mobilisasi yang

diakibatkan oleh rasa nyeri dengan

adanya luka operasi, hal ini karena

terputusnya kontinuitas jaringan

yang diinsisi akan mengeluarkan

reseptor nyeri terutama setelah efek

anastesi habis menurut Des dan

Berlian, (2018) sehingga ibu akan

merasakan nyeri saat bergerak. Ibu

post SC akan enggan melakukan

mobilisasi dan berusaha

mempertahankan posisi yang sama

(Nolan, 2010).

Fenomena yang penulis temukan saat

praktik di RS Panti Waluya Sawahan

Malang ruang Agnes Paviliun,

bahwa pada bulan Januari 2020

terdapat 2 klien post SC dengan

gangguan mobilitas fisik. Klien 1

berinisial Ny. N primipara post SC

lebih dari 20jam. Ny. N tidak berani

bergerak, miring, duduk dan berjalan

karena takut bila luka operasinya

menjadi terbuka. Klien 2 berinisial

Ny. S multiparapost SC lebih dari 6

jam, juga mengalami gangguan

mobilisasi karena setiapkali bergerak

pasien kesakitan.

Gangguan mobilitas fisik pada ibu

post SC apabila tidak ditangani

dengan baik akan memberikan

dampak yang kurang

menguntungkan, baik dari segi aspek

fisiologis maupun psikologis.

Mobilisasi penting dilakukan untuk

mempercepat proses penyembuhan

luka operasi dan dapat mengurangi

lama hari perawatan di Rumah Sakit

(Wati Fitri Rachma, 2018). Maka

bila mobilisasi dilakukan terlambat

akan memperburuk kondisi ibu dan

menghambat penyembuhan luka post

SC.

Sebagai seorang perawat,

pertolongan kesehatan yang dapat

diberikan pada pasien post partum

dengan tindakan SC yang mengalami

Page 4: STUDI KASUS PASIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/529/3/Sri Widayanti...( misal pagar tempat tidur), libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan, jelaskan

gangguan mobilitas fisik antara lain

membantu pemenuhan kebutuhan

sehari-harinya, dengan menggunakan

pendekatan promotif, preventif,

kuratif, dan kolaboratif dalam proses

pemulihan. Budiono,(2016)

Berdasarkan latar belakang tersebut

diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus pada

pasienpost SC dengan gangguan

mobilitas fisik di RS Panti Waluya

Malang.

Metode Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan

desain studi kasus yang bertujuan

untuk mengeksplorasi masalah

asuhan keperawatan pada pasien

primi para post SC dengan indikasi

letak sungsang dan cystoma ovarii

dengan masalah keperawatan

gangguan mobilitas fisik di Rumah

Sakit Panti Waluya Sawahan

Malang. Maka dijabarkan oleh

penulis

1. Klien post SC setelah keluar dari

ruang operasi 6 jam dengan usia

antara 25 tahun – 35 tahun.

2. Klien mengeluh kesulitan untuk

menggerakkan ekstremitas dan

mengatakan nyeri luka operasinya

dan takut untuk bergerak

3. Klien mengalami kelemahan fisik

dan hanya terlentang

4. Pada studi kasus ini yang menjadi

partisipan peneliti bernama Ny. L 25

tahun seorang ibu post SC dengan

masalah gangguan mobilitas fisik,

yang dirawat di ruang Agnes

Paviliun Rumah Sakit Panti Waluya

Malang menempati kelas I utama

yaitu kamar nomor 96. Penelitian ini

berlangsung selama 3 hari.

Penelitian ini menggunakan data

sekunder yang dalam

pengumpulannya dibantu oleh

pembimbing klinik dengan tehnik

pengumpulan data berupa

wawancara, observasi, pemeriksaan

fisik dan studi dokumen.

Etika yang mendasari penyusunan

studi kasus ini sebagai berikut:

a. Informed Consent (persetujuan

setelah penjelasan untuk menjadi

klien)

b. Anonimity (tanpa nama)

c. Confidentiality (kerahasiaan)

HASIL

Pada studi kasus ini didapatkan hasil

sebagai berikut:

Pengkajian

Didapatkan data bahwa klien

mengatakan sulit melakukan

pergerakan dan beraktifitas kaki

masih terasa berat. Klien mengeluh

nyeri pada luka operasi dengan score

nyeri 4, merasa enggan dan takut

untuk bergerak dan mengaku belum

pernah terpapar informasi terkait

pentingnya mobilisasi pasca operasi.

Klien 6 jam post SC, tampak

meringis kesakitan dan hanya tidur

terlentang saja. Klien dapat

menggerakkan pergelangan kakinya

dan jari-jarinya, tampak kesulitan

mengangkat tumitnya dan menekuk

kakinya. Keadaan umum lemah,

kesadaran composmentis, terpasang

infus tutofusi 20 tpm lancar. catheter

lancar produksi urine 800cc jam

11.00 – 20.00, produksi ASI (+)

postif / (+) positif. Tensi 135 /65

MmHg, Nadi 84 X / menit, Suhu

36.5oC, RR 18 x/mnt, SpO2 99%

spontan.

Diagnosis Keperawatan

Dari hasil pengkajian dapat

ditegakkan diagnosa keperawatan

gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri

dibuktikan dengan klien mengeluh

kesulitan melakukan pergerakan dan

beraktifitas, Klien mengeluh nyeri

pada luka operasi dengan score nyeri

4, klien tampak meringis kesakitan

dan hanya tidur terlentang saja.

Page 5: STUDI KASUS PASIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/529/3/Sri Widayanti...( misal pagar tempat tidur), libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan, jelaskan

Rencana Keperawatan

Pada klien ditetapkan rencana

keperawatan dengan tujuan

keperawatannya, setelah dilakukan

asuhan keperawatan mobilisasi dini,

ibu dapat melakukan aktivitas atau

mobilisasi secara mandiri. Kriteria

hasil yang diharapkan adalah

pergerakan ekstremitas meningkat

bahwa : Klien dapat memperlihatkan

mobilitas miring kiri, kanan dengan

mudah, pindah dari posisi berbaring

ke duduk, dari duduk ke posisi

berdiri dan berjalan semua dilakukan

dengan mudah.

Intervensi Keperawatan dilakukan

pada klien disesuaikan dengan

keadaan dan kondisi terkini klien

yang didapat saat pengkajian sesuai

dengan tahapan yang diijinkan untuk

mobilisasi.Maka dilakukan dukungan

mobilisasi meliputi: Identifikasi

adanya nyeri atau keluhan fisik

lainnya, identifikasi toleransi fisik

melakukan pergerakan, monitor

frekuensi jantung dan tekanan darah

sebelum memulai mobilisasi,

monitor kondisi umum selama

melakukan mobilisasi, fasilitasi

aktifitas mobilisasi dengan alat bantu

( misal pagar tempat tidur), libatkan

keluarga untuk membantu pasien

dalam meningkatkan pergerakan,

jelaskan tujuan dan prosedur

mobilisasi, anjurkan melakukan

mobilisasi dini, ajarkan mobilisasi

sederhana yang harus dilakukan

(misal: gerakan ekstrimitas, miring,

duduk, jalan) dan bila perlu

kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian antinyeri.

Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada

klien sesuai dengan tahapan

mobilisasi pada intervensi yang

direncanakan. Dari 11 rencana

kegiatan yang akan dilakukan

terdapat 10 kegiatan yang dapat

terlaksana, satu rencana tindakan

memfasilitasi klien mobilisasi

dengan alat bantu tidak diperlukan

karena klien dapat mobilisasi jalan

tanpa merambat atau memerlukan

alat bantu.

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan pada klien

post SC dengan gangguan mobilisasi

setelah dilakukan implementasi

sesuai dengan rencana keperawatan

dan kriteria hasil yang ditetapkan

selama 3 hari perawatan, didapatkan

hasil masalah teratasi untuk

penanganan gangguan mobilitas

fisik. Hal ini ditandai dengan klien

sudah mampu mobilisasi duduk dan

jalan dengan aktif, mengatakan nyeri

luka operasi sudah berkurang dengan

score nyeri 3, klien dapat meneteki

bayinya dengan nyaman, Tensi :

100/70 MmHg, Nadi : 80 x/mnt,

Suhu : 36.4 oC, RR : 20 x / mnt dan

sudah diijinkan pulang

PEMBAHASAN

1. Pembahasan Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian, klien

mempunyai masalah gangguan

mobilitas fisik hal ini dikarenakan

adanya luka sayatan operasi yang

merangsang reseptor nyeri sehingga

klien merasa enggan melakukan

gerakan, ditunjang klien belum

terpapar informasi tentang

pentingnya mobilisasi dini post

operasi.Hal ini dibuktikan dengan

klien mengatakan sulit melakukan

pergerakan dan beraktifitas kaki

masih terasa berat. Klien mengeluh

nyeri pada luka operasi dengan score

nyeri 4, merasa enggan dan takut

untuk bergerak dan mengaku belum

pernah terpapar informasi terkait

pentingnya mobilisasi pasca operasi.

Klien 6 jam post SC, tampak

meringis kesakitan dan hanya tidur

terlentang saja. Klien dapat

menggerakkan pergelangan kakinya

Page 6: STUDI KASUS PASIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/529/3/Sri Widayanti...( misal pagar tempat tidur), libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan, jelaskan

dan jari-jarinya tetapi tampak

kesulitan mengangkat tumitnya dan

menekuk kakinyaHal tersebut sesuai

dengan teori Wirnata (2010) bahwa

klien post SC seringkali mengalami

gangguan mobilitas fisik karena

adanya luka operasi dan segera

setelah 6 jam post operasi sebaiknya

sudah melakukan mobilisasi didni

untuk mencegah komplikasi.Dan

menurut PPNI (2016) penyebab

gangguan mobilitas fisik pada ibu

post SC adalah nyeri karena

terputusnya jaringan akibat sayatan

operasi dan kurang terpapar

informasi tentang pentingnya

mobilisasi pasca operasi.

2. Pembahasan Diagnosis

Keperawatan

Berdasarkan data yang ditemukan

bahwa klien 6jam op post SC

mengalami kesulitan melakukan

mobilisasi dan hanya tidur terlentang

saja, klien merasa enggan dan takut

untuk bergerak dan mengaku belum

pernah terpapar informasi terkait

pentingnya mobilisasi pasca operasi

maka dapat ditegakkan diagnose

keperawatan klien, bahwa klien

mengalami gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri luka post

SC yang dialaminya. Hal ini sesuai

menurut SDKI PPNI (2016) bahwa

salah satu diagnosa keperawatan

yang dapat terjadi pada klien post SC

yang mengalami nyeri adalah

gangguan mobilitas fisik. Definisi

Gangguan mobilisasi adalah

keterbatasan gerakan fisik secara

mandiri.

3. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan dari diagnosa yang telah

ditegakkan pada klien, dapat disusun

rencana tindakan keperawatan

Tujuan intervensi keperawatan ini

setelah dilakukan asuhan

keperawatan mobilisasi dini, ibu

dapat melakukan aktivitas atau

mobilisasi secara mandiri. Tujuan

yang ditetapkan pada klien adalah

untuk menghindari terjadinya

komplikasi secara fisiologis maupun

psikologis.

Kriteria hasil yang diharapkan

pergerakan ekstremitas meningkat

antaralain: Pasien dapat

memperlihatkan mobilitas miring

kiri, kanan dengan mudah dan

berjalan bergerak dengan mudah,

berpindahan dari posisi berbaring ke

duduk, duduk ke posisi berdiri dan

berjalan Hal ini sesuai teori Menurut

Haswita dan Sulistyowati (2017)

mobilisasi merupakan kemampuan

individu untuk bergerak secara

bebas, mudah dan teratur dengan

tujuan untuk memenuhi kebutuhan

memenuhi aktivitas guna

mempertahankan kesehatannya.

Mobilisasi diperlukan untuk

meningkatkan kemandirian diri,

meningkatkan kesehatan,

memperlambat proses penyakit

khusunya penyakit degenerative, dan

untuk aktualisasi diri (harga diri dan

citra tubuh). Mobilisasi dini adalah

kebijaksanaan untuk selekas

mungkin membimbing penderita

keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya selekas mungkin

berjalan.

Intervensi Keperawatan yang

dilakukan adalah dukungan

Page 7: STUDI KASUS PASIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/529/3/Sri Widayanti...( misal pagar tempat tidur), libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan, jelaskan

mobilisasi disesuaikan dengan

keadaan dan kondisi terkini klien

yang didapat saat pengkajian dan

tahapan yang diijinkan untuk

mobilisasi.

Dukungan mobilisasi meliputi:

Identifikasi adanya nyeri atau

keluhan fisik lainnya, identifikasi

toleransi fisik melakukan

pergerakan, monitor frekuensi

jantung dan tekanan darah sebelum

memulai mobilisasi dan keadaan

umum selama melakukan mobilisasi

Terapeutik, Fasilitasi aktifitas

mobilisasi dengan alat bantu ( misal

pagar tempat tidur), libatkan keluarga

untuk membantu pasien dalam

meningkatkan pergerakan. Jelaskan

tujuan dan prosedur mobilisasi,

anjurkan melakukan mobilisasi dini,

ajarkan mobilisasi, Kolaborasi

pemberian antinyeri bila diperlukan.

Edukasi mobilisasi dini post SC akan

lebih tepat diberikan sejak pre

operasi, hal ini perlu didukung

dengan SOP dan pengawasan dari

manager RS.

4. Pembahasan Implementasi

Keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada

klien dalam 3 hari sesuai tingkatan

mobilisasi yang boleh dilakukan

sebagai berikut: Mengidentifikasi

nyeri score nyeri, kualitas nyeri,

lama nyeri, lokasi nyeri,waktu timbul

nyeri, pengaruh nyeri pada kualitas

istirahat. Mengidentifikasi toleransi

kemampuan fisik klien

menggerakkan kakinya, miring-

miring dan berjalan, Melakukan

monitoring tanda vital klien,

frekuensi jantung dan tekanan darah

sebelum memulai mobilisasi

Membantu klien menekuk kakinya,

membantu miring dan duduk.

Melibatkan keluarga untuk

membantu pasien dalam

meningkatkan pergerakan.

Menjelaskan tujuan manfaat dan

prosedur mobilisasi. Menganjurkan

melakukan mobilisasi dini.

Mengajarkan tehnik mobilisasi yang

benar agar meminimalkan nyeri .

Memberikan injeksi anti nyeri

remopain 30mg iv sesuai advis

dokter. Monitor kondisi umum

selama melakukan mobilisasi

Implementasi dilakukan dengan

penerapan intervensi sesuai dengan

tahapan mobilisasi dan juga kondisi

klien dari 11 rencana kegiatan yang

akan dilakukan terdapat 10 kegiatan

yang dapat terlaksana, satu rencana

tindakan memfasilitasi klien

mobilisasi dengan alat bantu tidak

diperlukan karena klien dapat

mobilisasi jalan tanpa merambat atau

memerlukan alat bantu

Hal diatas sesuai dengan teori

menurut Dermawan (2012), tindakan

keperawatan yang dilakukan kosisten

dengan rencana dan dilakukan

setelah memvalidasi rencana

keperawatan, keamanan fisik dan

psikologis klien dilindungi, serta

selama tahap implementasi perawat,

terus melakukan pengumpulan data

dan memilih asuhan keperawatan

yang paling sesuai dengan kebutuhan

klien. Semua implementasi

didokumentasikan kedalam format

yang telah ditetapkan institusi.

5. Pembahasan Evaluasi

Keperawatan

Page 8: STUDI KASUS PASIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/529/3/Sri Widayanti...( misal pagar tempat tidur), libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan, jelaskan

Pada evaluasi hari ke3 masalah

keperawatan teratasi dengan kriteria

yang diharapkan sudah tercapai .

Pada faktanya didapatkan data

sebagai berikut: Klien sudah mampu

mobilisasi duduk dan jalan dengan

aktif, mengatakan nyeri luka operasi

sudah berkurang, score nyeri 3, klien

dapat meneteki bayinya dengan

nyaman, Tensi : 100/70 MmHg, Nadi

: 80 x/mnt, Suhu : 36.4 oC, RR : 20 x

/ mnt

Klien mendapat perawatan selama 3

hari sesuai dengan intervensi yang

direncanakan dan tindakan

perawatan yang diperlukan. Kriteria

hasil yang ditetapkan telah tercapai

sehingga masalah keperawatan

tertasi dengan baik bahwa klien

dapat mobilisasi duduk dan berjalan

dengan aktif. Pada hari ketiga post

op SC klien sudah diijinkan pulang

Hal ini sesuai teori menurut Tim

Pokja SLKI PPNI (2018).

KESIMPULAN

Peneliti telah melakukan asuhan

keperawatan pada klien post Sectiio

Caesarea dengan gangguan

mobilitas fisik di Rumah Sakit Panti

Waluya Malang” dilaksanakan

selama 3 hari. Setelah dilakukan

pengkajian sampai dengan evaluasi

Dari 11 intervensi yang direncanakan

implementasi yang dilakukan hanya

10 tindakan karena klien dapat

mobilisasi tanpa alat bantu. Pada hari

yang ke 3 masalah gangguan

mobilitas fisik teratasi. Hal ini

terbukti dengan 4 kriteria hasil yang

diharapkan telah tercapai bahwa

klien dapat melakukan mobilisasi

duduk dan berjalan dengan aktif dan

diijinkan pulang.

DAFTAR PUSTAKA

Aprina. Anita Puri. (2013).e.Jurnal

Poltekes-tjk. Faktor-Faktor

yang Berhubungan Dengan

Persalinan Sectio Caesarea

Di RSUD dr. H. Abdul

Moeloek Povinsi Lampung .

Budiono (2016). Konsep Dasar

Keperawatan, Modul Bahan

Ajar Cetak. Kemenkes RI

Detiana. P. (2010). Hamil Aman dan

Nyaman Diatas Usia 30

Tahun.

Yogyakarta:Pressindo

Fitri Rahma, W., & Kamsatun, K.

(2018). Mobilisasi Dini Ibu

Post Sectio Caesarea di

RSUA Soreang. jurnal ilmu

Dan Teknologi Kesehatan.

Haswita dan Sulistyowati.R.(2017).

Repositori wima Jakarta TIM.

Kebutuhan Dasar Manusia

untuk Mahsiswa

Keperawatan dan kebidanan

Manuaba (.2010). Ilmu Kebidanan

penyakit kandungan dan KB.

Jakarta;EGC.

Ns. Suryani Manurung, S. M. (2011).

Buku Ajar Keperawatan

Maternitas Asuhan

Keperawatan

Intranatal.Jakarta: Trans Info

Media.

Page 9: STUDI KASUS PASIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/529/3/Sri Widayanti...( misal pagar tempat tidur), libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan, jelaskan

Maryunani, Anik.(2015). Ilmu

Kesehatan Anak, Jakarta:

Trans Info Media.

Brunner & Suddarth (2002) dalam

buku ajar ilmu keperawatan

dasar Mubarak & Wahit

Iqbal, 2015

Nolan, Mary. (2010). Kelas Bersalin.

Jogjakarta: ISBN

Nugroho, T. (2010). Buku Ajar

Obstetri. Yogyakarta : Nuha

Medika

Potter, Perry. (2010). Fundamental

Of Nursing: Consep, Proses

and Practice. Edisi 7. Vol. 3.

Jakarta : EGC

PPNI, (2016.)Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia. Ed

1. Jakarta: Dewan Pengurus

Pusat Persatuan Perawat

Nasional Indonesia.

Pusat Data Dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI

(2019). Jakarta.

Solehati, Tetti dan Cecep Eli

Kosasih.,(2015). Konsep dan

Aplikasi Relaksasi dalam

Keperawatan Maternitas.

Bandung : PT. Refika

Aditama.

Wirnata. (2010).

journal.stikespemkabjombang

. Hubungan Tingkat Nyeri

Luka Operasi dengan

Mobilisasi Dini Pada Ibu

Post SC di Paviliyun melati

RSUD Jombang

Yaeni, Muhamad and , Sulastri,

S.Kp., M.Kes. and , Sulastri,

S.Kp., M.Kes. (2013) Analisa

Indikasi Dilakukan

Persalinan Sectio Caesarea

Di RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten. Skripsi

thesis, Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Page 10: STUDI KASUS PASIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/529/3/Sri Widayanti...( misal pagar tempat tidur), libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan, jelaskan
Page 11: STUDI KASUS PASIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/529/3/Sri Widayanti...( misal pagar tempat tidur), libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan, jelaskan
Page 12: STUDI KASUS PASIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/529/3/Sri Widayanti...( misal pagar tempat tidur), libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan, jelaskan