studi kasus keamanan : hipertermi pada an.r dengan demam ... · pdf filec. penulis mampu...
TRANSCRIPT
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN : HIPERTERMI PADA AN.R DENGAN
DEMAM TIPOID DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD SUKOHARJO
DISUSUN OLEH :
HARTANTI PUJI LESTARI
NIM. P.09023
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN: HIPERTERMI PADA AN.R DENGAN
DEMAM TIPOID DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
HARTANTI PUJI LESTARI
NIM. P.09023
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTERMI PADA AN.R DENGAN DEMAM TIPOID DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Kusuma
Husada yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
Stikes Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan sekaligus sebagai penguji telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan
serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
3. Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji
yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,
inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.
vi
4. Anissa Cindy, S.Kep.,Ns, yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan
serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikam bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
8. Bayu Setyawan yang selalu memberi dukungan dan semangat.
9. Ina kurniawati yang selalu memberi motivasi.
Semoga laporan Studi Kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................. 3
C. Manfaat Penulisan ............................................................... 4
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ..................................................................... 5
B. Pengkajian ........................................................................... 6
C. Pemeriksaan fisik ................................................................ 7
D. Pengkajian pola nutrisi ........................................................ 8
E. Perumusan daftar masalah .................................................. 9
F.Tujuan dan kriterial hasil ....................................................... . 10
G . lmeplementasi……………………………………………… 11
H . Evaluasi…………………………………………………… 11
viii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ......................................................................... 13
B. Simpulan dan Saran ............................................................ 18
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUHAN
A. Latar Belakang
Demam Tipoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
salmonella typhi yang menyerang bagian pencernaan. Demam Tipoid
disebabkan sanitasi yang buruk dan hygiene perorangan yang kurang baik.
Menurut hasil riset kesehatan 2007 menunjukan bahwa prevalensi Demam
Tipoid di Indonesia sebesar 1.6% Demam Tipoid pada anak. Angka kejadian
Demam Tipoid menurut WHO tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar
17 juta kasus Demam Tipoid diseluruh dunia dengan kejadian 600.000 kasus
kematian tiap tahun (Tjipo, 2009).
Gejala klinis Demam Tipoid pada anak dapat bervariasi dari yang
ringan hingga yang berat. Biasanya gejala orang dewasa akan lebih ringan
dibanding dengan anak-anak salah satu tanda dan gejalanya adalah demam
atau hipertermi. Fase terjadinya hipertermi proses menggigil, kulit terasa
hangat atau panas, peningkatan rasa haus dehidrasi ringan berat, kelemahan,
keletihan dan nyeri ringan pada otot (Suhartono, 2008).
Hipertermi (terapi termal), pembangkitan suhu lebih tinggi dari
rentang demam fisiologi. Riset menunjukan bahwa sel-sel maligna lebih
sensitif dibanding sel-sel normal terhadap efek berbahaya dari suhu yang
tinggi karena beberapa alasan. Sel-sel maligna tidak mempunyai enzim yang
diturunkan untuk memperbaiki DNA dan membran sel yang dirusak oleh
2
kenaikan suhu. Sel-sel ini defisien dalam sel yang membentuk adanosis
trifosfat (ATP), kebutuhan metabolisme yang meningkat yang terjadi pada
Hipertermi.
Hipertermi yang terjadi pada anak akan menyebabkan gangguan
tumbang, akan menganggu pola makan pola makan, kerusakan sistem syaraf,
penurunan kesadaran, anak menjadi idiot, anak bisa kejang dengan kisaran
suhu diatas normal 39-40 derajat celcius anak bisa kejang atau mengalami
step (Suryani, 2008). Hipertermi yang terjadi pada anak hendaknya segera
mendapat penanganan yang tepat. Karena jika tidak segera ditangani akan
terjadi resiko yang mengakibatkan gangguan pada anak.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
menulis karya tulis ilmiah. Yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
terhadap pasien khususnya dengan pemenuhan kebutuhan hipertermi pada
pasien dengan Demam Tipoid.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Melaporkan kasus tentang pemenuhan kebutuhan keamanan
hipertermi pada An .R dengan Demam Tipoid
2. Tujuan umum
a. Penulis mampu melakukan pengkajian anak dengan pemenuhan
kebutuhan Keamanan: Hipertermi pada An.R dengan Demam
Tipoid
3
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan anak dengan
pemenuhan Kebutuhan keamanan: Hipertermi pada An.R Demam
Tipoid
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan keperawatan anak
dengan pemenuhan kebutuhan keamanan: Hipertermi pada An.R
Demam Tipoid
d. Penulis mampu melakukan implementasi dengan pemenuhan
kebutuhan Keamanan : Hipertermi pada An.R Demam Tipoid
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pemenuhan kebutuhan
keamanan: Hipertermi pada An.R Demam Tipoid
f. Penulis mampu menganalisa kondisi pemenuhan kebutuhan
keamanan: Hipertermi pada An.R Demam Tipoid.
C. Manfaat penulisan
1. Bagi institusi rumah sakit
Sebagai bahan masukan dalam menciptakan pemberiaan pelayaan
kesehatan bagi Demam Tipoid.
2. Bagi pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi institusi
keperawatan khususnya keperawatan anak dalam penanganan Demam
Tipoid.
4
3. Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam
meningkatkan pengetahuan dalam ketrampilan penulis khususnya
dalam bidang penelitian.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
Dalam bab ini penulis akan menulis tentang Asuhan keperawatan
yang dilakukan pada An.R dengan demam tipoid. Dilaksanakan pada
tanggal 3-5 April 2012. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
A. Identitas Klien
Dalam pengkajian pada tanggal 3-5 April 2012 jam 15.45 WIB.
dengan kasus demam tipoid dengan cara auto anamnesa dan allo
anamnesa. Pengkajian yang dilakukan pada An.R dengan cara mengadakan
pengamatan dan observasi langsung, pemeriksaan fisik, melihat catatan
medis, dan catatan perawat. Dari pengkajian tersebut terdapat hasil
identitas klien, bahwa klien An.R, umur 12 tahun, tanggal lahir 25
Maret 2000. Diagnosa medis deman tipoid. Tanggal masuk 1 April 2012,
klien beragama Islam, pendidikan kelas 6 SD alamat Sukoharjo.
Penanggung jawab klien adalah Ny.S beliau adalah ibu klien. Ibu klien
berumur 35 tahun, bekerja sebagai tani/ pedagang, pendidikan terakhir
Ny.S adalah SD. ibu klien juga bertempat tinggal di Sukoharjo.
6
B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan hasil kesehatan
sekarang, pada hari Jumat tepatnya tanggal 30 April 2012, klien
sudah demam, demam naik turun kemudian pada tanggal 1 April
2012 klien dibawa oleh keluarga ke RSUD Sukoharjo sekitar pukul
10.00 WIB, klien dibawah ke IGD. Klien diperiksa dokter anak dan
klien dianjurkan untuk rawat inap. Klien mengeluh panas dan tidak
bisa tidur. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada An. R tanggal
3-5 April 2012 pada pukul 15.45 WIB didapatkan klien mengeluh
badannya panas dengan suhu 39,6 derajat celcius.
Pasien panas sejak 3 hari yang lalu sebelum dibawa ke rumah
sakit, di IGD kemudian diperiksa oleh dokter dan disarankan oleh
dokter untuk rawat inap. Selama dirawat dirumah sakit demam naik
turun, pasien tidak mengalami kejang. Terdapat kulit tampak kemerahan,
kulit hangat. Tekanan darah 90/50 mmHg, denyut nadi 96 per menit,
suhu 39,6 derajat celcius pernapasan 33 kali per menit. Tangan kanan
terpasang infus RL 20 tetes per menit.
Ibu pasien mengatakan bahwa An. R merupakan anak ke dua,
tidak pernah aborsi. Selama hamil selalu memeriksakan diri ke bidan
setiap 1 bulan sekali, ibu mengkomsumsi vitamin Afomix, Asam Folat
1000 mg. Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit, tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan. Pasien tidak mempunyai
7
riwayat alergi. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sudah
mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap yaitu BCG, DPT, Polio,
Campak, dan Hepatitis sesuai umur dan jadwal imunisasi. Pertumbuhan
dan perkembangan berat bayi waktu lahir 3000 gr .
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien An. R antara lain tinggi badan
130cm, berat badan 25kg. Pemeriksaan tanda vital suhu tubuh 39, 6
derajat celcius, denyut nadi 96 kali per menit, pernapasan 33 kali per
menit. Keadaan umum antara lain, pasien terlihat lemah, kulit sawo
matang, turgor kulit baik, rambut warna hitam kuku warna merah
muda. Kepala simetris dan tidak terdapat benjolan pada kepala pasien.
mata simetris kanan kiri, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
keadaan hidung simetris, tidak ada polip, dan tidak ada secret. Telinga
tampak bersih, simetris kanan kiri dan tidak ada gangguan dalam
pendengaran, mulut pasien tidak terjadi pendarahan pada gusi, tidak
sakit gigi, dan rajin sikat gigi 2 kali sehari, pasien tidak pernah periksa
ke dokter gigi. Tidak kesulitan untuk menelan.
Hasil pemeriksaan leher, pasien mengatakan tidak nyeri pada
lehernya mudah untuk di gerakan, tidak mengalami kaku kuduk, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid. Dada simetris, tidak menggunakan otot
bantu pernapasan. Pemeriksaan pada paru-paru inspeksi simetris
pengembangan kanan dan kiri. Palpasi vokal fremitus kanan dan kiri
sama, perkusi sonor dan auskultasi vesikuler. Pemeriksaan pada jantung
8
ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis tidak teraba, perkusi
pekak auskultasi tidak ada bising tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan
abdomen, inspeksi bentuk datar, auskultasi bising usus 33 kali permanit,
palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi tympani.
3. Pengkajian Pola Nutrisi
Ibu pasien mengatakan semasa kecil mendapatkan ASI esklusif
(usia 0-6 bulan) dan tidak minum susu formula dan tidak makan
makanan sereal. Pola makan pasien sebelum sakit, pasien makan 3 kali
sehari dengan nasi dan sayur, lauk seadanya. Selama sakit, pasien
makan makanan yang disajikan dari rumah sakit. Hasil Z- Score WAZ : -
2,59 (pendek), HAZ : -2,27 ( gizi kurang), WHZ : -0,7 (normal).
4. Pola Eliminasi
Pola BAB Sebelum sakit pasien mengatakan BAB sehari 1
kali setiap pagi warna kuning lembek. Selama sakit pasien
mengatakan selama dirawat di rumah sakit pasien belum BAB. Pola
BAK sebelum sakit pasien mengatakan BAK lancar warna kuning
jernih. Selama sakit pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam
BAK.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboraturium WBC dengan hasil 7,6 (normal 4-5-
11), RBC 3,536 ( nilai normal 3,9-5.9), HBC hasil 9,6 ( nlai normal
11-5-13,5.) HCT dengan hasil 26,6 dengan (nilai normal 37,0-50),
NCL dengan hasil 75,4 dan ( normal 80-96), MCH 26,1 dan nilai
9
(normal 28-33), MCHC dengan hasil 34,6 nilai ( normal 32-36.) PLT
dengan hasil 7,6 dan nilai (normal 150-450).
6. Terapi Medis
Pengobatan saat ini antara lain Cefotaxim 3x 750 mg, Ranitidin
Fungsi ranitidin untuk mengurangi nyeri, 2x1 1,5 ml. L Bio 2x1
bungkus, infus RL 20 tetes per menit, Zing 1x1 sehari.
C. Perumusan daftar Masalah
Dari data hasil pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan
analisa data kemudian memutuskan satu diagnosa keperawatan yang
sesuai dengan prioritas, menyusun intervensi keperawatan, melakukan
implementasi dan evaluasi tindakan. Diagnosa keperawatan yang paling
utama yaitu hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Dan hasil pengkajian tanggal 5 April 2012 jam 13.00 WIB dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan paling utama adalah hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit. Data yang menunjang diagnosa
keperawatan tersebut adalah data subjektif pasien mengatakan panas, data
obyektif suhu 39,6 derajat celcius, kulit teraba hangat, kulit kemerahan.
10
D. Tujuan dan Kriteria Hasil
Penulis berharap berdasarkan SMART yaitu S (spesific) dimana
tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, M (measurabel)
dimana tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku
klien dapat dilihat, didengar, dirasakan, dan bau. A (achievable) dimana harus
dapat dicapai, R (reasonable) dimana tujuan harus dapat di pertanggung
jawabkan secara ilmiah, T (time) mempunyai batas waktu yang jelas. Seetelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kondisi pasien dapat
membaik. Dengan tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3X 24 jam pasien akan menunjukan regulasi yang
baik dengan kriterial hasil :suhu kulit dalam batas normal 36-37 derajat
celcius.
E. Perencanaan
Intervensi keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien dan
fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan
spesifik, selanjutnya akan diuraikan diagnosa keperawatan yang
ditegakkan. Intervensi yang di buat pada tanggal 3 April 2012 adalah
anjurkan pasien memakai pakaian tipis , rasionalnya: untuk menyerap
keringat , kompres hangat: membantu menurunkan suhu tubuh.
Pemberian paracetamol rasionalnya penurun panas.
11
F. Implementasi
Penulis melakukan implementasi pada tanggal 3-5 April 2012.
Pada tanggal 3 April 2012 penulis melakukan tindakan, mengkaji suhu
tubuh mengajurkan pasien memakai pakaian tipis, mengajurkan kompres
hangat. Respon subyektif ibu pasien mengatakan anaknya panas. Respon
obyektif, suhu 39,6 derajat celcius kulit terasa hangat, kulit kemerahaan,
peningkatan suhu di atas kisaran normal.
Tanggal 4 April 2012 penulis menganjurkan kompres hangat dan
mengukur suhu tubuh. Respon subyektif: ibu pasien mengatakan anaknya
masih panas. Respon obyektif suhu tubuh 38 derajat celcius.
Tanggal 5 April 2012 melakukan pengkajian suhu tubuh. Respon
subyektif ibu pasien mengatakan panas sudah mulai turun. Data obyektif
suhu 37 derajat celcius.
G. Evaluasi
Penulis melakukan evaluasi yang dilakukan tanggal 3-5 April 2012
pada tanggal 3 April 2012 ibu pasien mengatakan badan anaknya panas.
Suhu 39,6 derajat celcius kulit teraba hangat, masalah belum teratasi,
lanjutkan intervensi, kompres hangat, pemberian paracetamol.
Tanggal 4 April 2012 ibu mengatakan anaknya masih panas suhu 38
derajat celcius. Lanjutkan intervensi, dengan pemberian parasetamol.
Tanggal 5 April 2012 ibu pasien mengatakan panas sudah mulai turun
37 derajat celcius. Kulit teraba hangat, kulit kemerahan. Masalah belum
12
teratasi. Lanjutkan intervensi: dengan pendelegasiaan dengan perawat untuk
melanjutkan tindakan selanjutnya.
13
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas studi kasus tentang Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan Hipertemi pada An.R
dengan Demam Tipoid di Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo. Prinsip dari
pembahasan ini memfokuskan kebutuhan dasar manusia di dalam asuhan
keperawatan. Penulis akan lebih mendalam membahas kebutuhan dasar anak
pada Demam Tipoid dengan hipertermi.
Demam Tipoid disebabkan oleh bakteri salmonella typhi yang
menyerang bagian pencernaan. Demam Tipoid disebabkan pencernaan air
minum dan sanitasi yang buruk, infeksi terjadi jika mengkomsumsi makanan
yang disiapkan oleh penderita Demam Tipoid dengan higiene perorangan
yang kurang baik (tidak mencuci tangan yang baik setelah ke toilet) pasien
mengalami demam, kulit kemerahan.(NANDA,2009).
Riwayat kesehatan sekarang, sebelum masuk rumah sakit. Pada hari
Jumat tepatnya tanggal 30 April 2012, klien sudah demam, demam naik
turun kemudian pada tanggal 1 April 2012 klien dibawah oleh keluarga
ke RSUD Sukoharjo sekitar pukul 10.00 WIB, klien dibawah ke IGD.
Klien diperiksa dokter anak dan klien dianjurkan untuk rawat inap. Pasien
mengeluh panas dan tidak bisa tidur klien dalam asuhan keperawatan
An.R, yang dilakukan pada tanggal 3-5 April 2012 pada pukul 15.45
14
WIB. Didapatkan klien mengeluh badannya panas dengan suhu 39,6
derajat celsius.
Pada pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data yaitu panas
pemeriksaaan tanda – tanda vital suhu tubuh 39,6 derajat celcius, denyut
nadi 96 kali per menit, pernapasan 33 kali per menit, kulit teraba hangat,
kemerahan, tampak keletihan.
Deman tipoid adalah demam diatas kisaran normal demam yang
disebab kan oleh salmonella tyipi demam naik turun. Tanda dan gejala
Demam Tipoid adalah demam timbul 7 sampai 14 hari setelah kuman masuk
ke dalam tubuh. Suhu pada Demam Tipoid berangsur -angsur naik pada sore
hari dan turun pagi hari. Pada akhir minggu pertama, suhu tubuh penderita
mencapai 39 derajat celcius sampai 40 derajat celcius. Selain demam, pada
minggu pertama gejala pada saluran cerna seperti nyeri perut, susah buang air
besar, penderita juga timbul batuk (rekomendasi ikatan dokter anak indonesia
Suyani,2008)
Berdasarkan pengkajian diatas dapat merumuskan masalah hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit. Data yang menunjang data subyektif :
pasien mengatakan panas dan data objektif : kulit teraba hangat, kulit
kemerahan. suhu 39,6 derajat celcius.
Definisi hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran
normal. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal, kulit terasa hangat,
konvulasi, kejang, takikardi, takipnea NANDA (2009), Berdasarkan
15
karakteristik di atas ciri-ciri yang tampak pada An.R adalah peningkatan suhu
tubuh di atas kisaran normal, kulit tidak kemerahaan.
Tujuan dan kriteria hasil yang dapat dilaksanakan berdasarkan kriteria
SMART yaitu S (spesific) dimana tujuan harus spesifik dan tidak
menimbulkan arti ganda, M (measurabel) dimana tujuan keperawatan harus
dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien : dapat dilihat, didengar,
diraba, dirasakan, dan dibau. A (achievable) dimana harus dapat dicapai, R
(reasonable) dimana tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah, T (time) mempunyai batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2008 : 81).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,di harapkan
hipertermi dapat berkurang kriterial hasil demam berkurang batas normal
36-37 derajat celcius, kulit tidak kemerahan, tidak keletihan, suhu tubuh
dalam batas normal.
Intervensi adalah rencana keperawatan klien sesuai dengan diagnosa
yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson,
2006). Dalam teori intervensi dituliskan sesuai dengan kriteria intervensi NIC
(Nursing Intervension Clasification) antara lain yaitu observasi khususnya
hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, pengelolaan cairan pantau
tanda –tanda vital misalnya mengukur suhu tubuh rasionalnya untuk
mengetahui suhu tubuh.anjurkan pasien untuk memakai pakaian tipis
rasionalnya untuk menyerap keringat. Anjurkan pasien atau keluarga untuk
kompres hangat rasionalnya untuk mengurangi panas. Pantau kelembaban
16
membran mukosa, berikan kompres hangat rasionalnya untuk mengurangi
panas.
Implementasi yang dilakukan selama 3 hari pada An.R di ruang
Flamboyan RSUD Sukoharjo berdasarkan intervensi yang sudah ditulis.
Penulis melakukan tindakan keperawatan diantaranya. Mengkaji suhu tubuh,
mengajurkan pasien memakai pakaian tipis. Mengajurkan kompres hangat.
(Nursalam, 2005:175).
Pasien mendapatkan terapi infus RL 20 tetes per menit berfungsi untuk
pengobatan kurang cairan dimana dehidrasi secara oral tidak mungkin
dilakukan pencagahan intorelansi laktosa (ISO 2011).
Menganjurkan pada pasien untuk kompres hangat bertujuan untuk
mengurangi panas. Kompres hangat untuk membantu untuk menurunkan
suhu, pemberian air hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke
hipotalamus melalui sumsum tulang belakang ketika reseptor yang peka
terhadap panas dihipotalamus dirangsang oleh sistem efektor. Vasoldilatasi
pada pembuluh darah kemudian pasien akan berkeringat dan suhu tubuh akan
turun (Alfia, 2009).
Menganjurkan keluarga pasien untuk pemakai pakaian tipis yang
bertujuan untuk menyerap keringat dan menjaga kestabilan tubuh pasien.
(Suhartono 2001).
Kolaborasi dengan dokter pemberian parasetamol. Tujuan untuk
penurun panas. Indikasi menghilangkan rasa nyeri dan hipertermi (ISO 2011-
2012)
17
Evaluasi yang dilakukan oleh penulis, menggunakan metode sesuai
teori yaitu SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning) (Nursalam
2001:129). Setelah melakukan tindakan keperawatan diatas selama 3 hari dari
tanggal 3-5 April 2012 didapatkan ibu pasien mengatakan anaknya panas
berkurang. Pasien tampak tidak lemah masalah keperawatan belum teratasi
demam masih naik turun. Intervensi dilanjutkan penulis melakukan
pendelegasian kepada perawat ruangan untuk melanjutkan intervensi
selanjutnya untuk berkolaborasi dengan dokter pemberian parasetamol.
B. SIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Pengkajian yang didapatkan pasien mengalami panas naik turun
dengan suhu 39,6 derajat celcius, kulit kemerahan. Kulit teraba
hangat.
b. Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada An. R
adalah hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
c. Intervensi keperawatan pada hipertermi sesuai dengan teori, Demam
Tipoid kemudian dilanjutkan pada tahap pelaksanaan tindakan
keperawatan. Anjurkan pasien untuk kompres hangat, memakai
pakaian tipis pemberian obat penurun panas.
18
d. Implementasi penulis melakukan implementasi mengajurkan pasien
kompres hangat, memakai pakaian tipis, memberikan obat penurun
panas.
e. Evaluasi yang dilakukan selama 3 hari masalah belum teratasi panas
masih naik turun, dengan suhu 37 derajat celcius.
2. SARAN
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal
mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana
yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui praktek klinik
dan pembuatan laporan.
c. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
pada klien secara optimal.