studi analisis tajdidun nikah di kua kecamatan...
TRANSCRIPT
STUDI ANALISIS TAJDIDUN NIKAH DI KUA KECAMATAN SALE
KABUPATEN REMBANG
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh :
ALI ROSYIDI NIM. 2103224
FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2008
ii
ABSTRAKSI
Pernikahan yang ada di wilayan kecamatan Sale dan dilaksanakan oleh masyarakat memiliki dua bentuk yaitu: pernikahan yang dilaksanakan hanya menurut hukum fiqih dan pernikahan yang dilangsungkan menurut hukum positif. Dua bentuk pernikahan ini mempunyai perbedaan dalam syarat melaksankan pernikahan yaitu adanya syarat administratif sehingga hal ini yang menjadika adanya pelaksanaan tajdidun nikah di KUA kecamatan Sale.
Persoalan yang muncul dan menarik dari latar belakang di atas akhirnya peneliti berkeinginan untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Studi Analisis Tajdidun Nikah di KUA kecamatan Sale kabupaten Rembang “. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Pelaksanaan tajdidun nikah yang dilaksanakan oleh KUA kecamatan Sale, 2) Pelaksanaan tajdidun nikah yang dilakukan oleh KUA kecamatan Sale menurut hukum positif dan hukum Islam.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research), kemudian dalam memperoleh data yang diperlukan menggunakan cara sebagai berikut: sumber data terbagi menjadi data primer dan data sekunder, dalam pengumpulan data di lapangan menggunakan metode wawancara, dan dokumentasi. Kemudian setelah data terkumpul dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif klinis.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa KUA kecamatan Sale dalam menyelenggarakan tajdidun nikah menggunakan dasar hukum pada UU No.1 Tahun 1974 pasal 26 ayat 1. Hukum dari dari adanya pelaksanaan tajdidun nikah ini adalah wajib dan alasan masyarakat melaksanakan tajdidun nikah ini adalah untuk mendapat pelegalan nikah dari KUA kecamatan Sale, sehingga ada kejelasan hukum positif yang mengayominya jika terdapat persoalan dikemudian hari.
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp. : 4 (Empat) Eks. Kepada Yth. Hal. : Naskah Skripsi Dekan Fakultas Syari’ah
an. Sdra. ALI ROSYIDI di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara : Nama : ALI ROSYIDI NIM : 2100135 Judul : “Studi Analisis Tajdidun Nikah di KUA Kecamatan Sale
Kabupaten Rembang” Sudah selesai proses bimbingan. Selanjutnya dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 12 November 2007
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Siti Amanah, M.Ag. H. Moh. Arja Imroni, M.Ag. NIP. 150 218 257 NIP. 150 282 133
iv
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULAS SYARI’AH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka 02 Telp. (024) 7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
Skripsi Saudara: Atas Nama : ALI ROSYIDI NIM : 2103224 Jurusan : AHWAL AL SYAKHSIYAH Judul Skripsi : STUDI ANALISIS TAJDIDUN NIKAH DI KUA KECAMATAN
SALE KABUPATEN REMBANG Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang pada tanggal :
Semarang, 14 Januari 2008 Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir program sarjana (S.1) Tahun Akademik 2008 guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu Syari’ah.
Semarang, 30 Januari 2008
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang, Moh. Arifin, M.Hum. H. Moh. Arja Imroni, M.Ag. NIP. 150 279 720 NIP. 150 282 133 Penguji I Penguji II H. Khoirul Anwar, M.Ag. Drs. H. Musahadi, M.Ag. NIP. 150 276 114 NIP. 150 267 754
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Siti Amanah, M.Ag. H. Moh. Arja Imroni, M.Ag. NIP. 150 218 257 NIP. 150 282 133
v
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran
orang lain. Kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang
dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 30 Januari 2008
Deklarator,
ALI ROSYIDI NIM.2100135
vi
MOTTO
☯
☺
⌧
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S ar-Rum : 21)
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati baik sebagai hamba Allah dan insan akademis,
karya tulis yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:
Bapak (Abdul Karim) dan Ibunda (Masrufah) tercinta yang selalu berdo’a
dan memberikan restunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
Adik-adikku tercinta yang selalu memberikan motivasi (Erna Rosyidah dan
Ida Rosyidah) yang selalu memberiakan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Teman-teman seperjuangan dan sahabat-sahabatku sepergerakan.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, penulis panjatkan atas
segala limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “Studi Analisis Ta’kidun Nikah di KUA
Kecamatan Sale Kabupaten Rembang”, dengan baik tanpa banyak menemui
kendala yang berarti.
Shalawat dan salam, semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad
SAW. beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah
membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat adanya usaha dan
bantuan baik berupa moral maupun spiritual dari berbagai pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak
akan lupa untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama
kepada:
1. Yth. Drs. Muhyiddin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Yth. Ibu Dra. Siti Amanah, M.Ag selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Arja
Imroni, M.Ag., selaku pembimbing II, yang sabar menanti penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi dan tiada henti-hentinya selalu mengingatkan
penulis.
3. Yth. Bapak dan ibu dosen serta karyawan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang.
4. Bapak Abdul Karim dan Ibu Masrufah tercinta yang telah rela berjuang dan
selalu menyisihkan sebagian hasil keringatnya demi selesainya studi serta tiada
henti-hentinya dengan tulus mendoakan penulis.
5. Adik-adikku tercinta yang selalu memberikan motivasi (Erna Rosyidah dan Ida
Rosyidah) yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
ix
6. Serta berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Hanya
ucapan terima kasih yang penulis haturkan dan semoga amal ibadahnya akan
dicatat sebagai amal kebajikan yang akan dibalas kelak oleh Allah SWT.
Akhirnya, penulis sadar bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Namun, terlepas dari kekurangan yang ada kritik dan
saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Besar harapan penulis karya ilmiah ini dapat memperluas pemahaman kita
bersama dalam memahami makna dan substansi pendidikan yang sebenarnya.
Semoga bermanfaat.
Hanya ucapan terima kasih yang tidak terhingga yang dapat penulis
sampaikan. Semoga amal dan jasa baik dari semua pihak di atas diterima oleh Allah
SWT. Pada akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amien.
Semarang, 30 Januari 2008
Penulis
ALI ROSYIDI NIM. 2103224
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ….………………………………………………………...….
HALAMAN ABSTRAKSI ……………………………………………………..……
NOTA PEMBIMBING ………………………………………………………….....
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………
HALAMAN DEKLARASI ……………………………………………………..….
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………………...
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………………....
HALAMAN KATA PENGANTAR ……………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….……
BAB I PENDAHULUAN ..……………………………………………….……
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..…..
B. Perumusan Masalah…………………………………………….……
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………
D. Telaah Pustaka………………… ……………………………..……
E. Metode Penelitian……….…………………………………………..
F. Sistematika Penulisan……………………………………………….
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TAJDIDUN NIKAH ……...............
A. Pengertian Tajdidun Nikah ……………………..…………………
B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tajdidun Nikah ………………
C. Hukum Tajdidun Nikah ……………………………………………
D. Prosedur Tajdidun Nikah di KUA…….. ………………………….
BAB III PELAKSANAAN TAJDIDUN NIKAH DI KANTOR URUSAN
AGAMA KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG ………
A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Sale …………………………
1. Letak Geografis KUA Kecamatan Sale ………………………
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
1
1
9
9
10
13
17
20
20
23
24
27
33
33
33
xi
2. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas KUA Kecamtan
Sale……………………………………………………………
B. Pelaksanaan Tajdidun Nikah di KUA Kecamatan Sale …………..
1. Sebab terjadinya tajdidun nikah di KUA kecamtan Sale……..
2. Alasan KUA kecamtan Sale dalam menyelenggarakan
tajdidun nikah…………………………………………………
3. Pelaksanaan tajdidun nikah di KUA kecamtan Sale
karena nikah sirri……………………………………………
BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN TAJDIDUN NIKAH
DI KUA KECAMATAN SALE ………………………………………
A. Analisis terhadap Hukum Tajdidun Nikah di KUA Kecamatan
Sale ……………………………………………………………….
B. Analisis terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 26
ayat 2 …………………………………………………...................
C. Analisis terhadap Pelaksanaan Tajdidun Nikah di KUA
Kecamatan Sale dikarenakan Nikah Sirri ………………………...
BAB V PENUTUP …………………………………………………………….
A. Kesimpulan ………………………………………………………..
B. Saran-saran ………………………………………………………..
C. Penutup …………………………………………………………....
36
39
39
41
44
47
47
54
57
68
68
69
70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan adalah merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang
pria dan seorang wanita, dengan tujuan membentuk keluarga yang kekal dan
bahagia berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.1 Dalam membentuk suatu
hubungan yang lama dan kapan berhentinya belum diketahui oleh siapa pun
juga. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan kematangan jiwa dan mental dalam
diri setiap manusia yang akan melakukan suatu hubungan lahir dan batin
dalam artian pernikahan, karena dengan pernikahan setiap insan akan
mengalami babak baru dalam kehidupan yang semestinya akan membawa
mereka ke dalam rintangan-rintangan yang bertahap dan tingkat kesulitan
yang sudah sesuai dengan keadaan diri setiap masing-masing individu.
Hubungan yang terjadi akibat dari pernikahan adalah hubungan suami
dan istri, kemudian hubungan orang tua dan anak akan mencerminkan
hubungan kemanusiaan yang lebih terhormat, sejajar dengan martabat
manusia itu sendiri. Dalam banyak hal memang hubungan suami istri harus
berbeda dengan makhluk Allah SWT lainnya yaitu yang mempunyai tujuan
bahwa nikah adalah merupakan budaya seks, tetapi manusia menganggap seks
hanya salah satu bagian dari hasil pernikahan. Hubungan yang lebih besar dari
pernikahan yakni hubungan keluarga suami dan keluarga istri, antara
1 Departemen Agama RI, Bahan-Bahan Penyuluhan Hukum, Jakarta: Direktorat Jendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1999 / 2000. hlm. 13.
2
kampung suami dan kampung istri, maksudnya adanya pernikahan akan
membangun hubungan komunitas sosial yang lebih luas.2
Pemuda adalah generasi penerus yang tidak bisa mengelak dan lari
dari pernikahan, ketika waktu menentukan dan kondisi lingkungan
mendorong, serta keluarga memberikan dorongan untuk melakukan suatu
pernikahan, maka masa bujang atau kesendirian akan berakhir. Masa
kesendirian yang begitu indah dan tidak ada keterkaitan dengan siapa-siapa,
kehidupan penuh dengan sukaria, permainan yang tak terbatas, penampilan
dan gaya hidup hampir mengikuti perkembangan zaman, semuanya seakan-
akan hilang ketika proses pernikahan baru akan berjalan. Perubahan-
perubahan secara cepat baik dalam mental maupun raga seakan-akan
mengajak diri seseorang untuk menyesuaikan dan beradaptasi dengan para
orang tua yang sudah mengalami babak baru dalam kehidupan, hal ini
dikarenakan adanya keajaiban yang akan menghampiri diri setiap orang
setelah menikah atau melaksanakan sunnah Rasul. Hadits riwayat dari Anas
bin Malik, bahwa beliau Nabi SAW., bersabda:
ال ه ق ك رضي اهللا عن ا ل ن م ه :عن أنس اب ي صلى اهللا علي ال النب قلم د صلى وأ يلكنوس ساء فمن رغب أفطروأصوم وأوأرق زوج الن ت
3 )رواه البخاري(. عن سنتى فليس منى
Artinya: Dari Anas bin Malik ra. berkata, Nabi S.A.W. bersabda: akan tetapi aku shalat, tidur, puasa, berbuka, dan aku menikahi perempuan.
2 Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004. hlm. 49. 3 Al-Imam Zainuddin bin Ahmad bin Abdullatif al-Zubaidi, Mukhtashar Shahih Bukhari,
Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiah, t.th., hlm. 429.
3
Maka barang siapa membenci sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku. (H.R. Bukhari ).
Menurut Ahmad Rofiq, perkawinan merupakan salah satu perintah
agama kepada yang mampu untuk segera melaksanakannya, karena dengan
pernikahan dapat mengurangi maksiat penglihatan, memelihara diri dari
perbuatan zina. 4 Oleh karena itu, bagi mereka yang berkeinginan untuk
menikah tetapi belum siap dalam pembekalan, maka berpuasalah agar dapat
membentengi diri dari perbuatan tercela, yaitu zina yang merupakan dosa
besar. Allah SWT., menganjurkan dalam pernikahan yang firman-Nya ada
pada Al-Qur’an surat An-Nur ayat 32 yang berbunyi:
الأيامى منكم والصالحين من عبادآم وإمائكم إن يكونوا وأنكحوا 5)٣٢: النور (.ء يغنهم الله من فضله والله واسع عليمفقرا
Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S. An-Nur : 32).
Dari ayat di atas, bisa dipahami bahwa setiap insan yang secara lahir
sudah dewasa baik dalam bentuk postur tubuh maupun umur serta secara
batiniah bisa dikatakan siap untuk menikah, maka mereka baik secara sendiri
maupun dengan perantara orang tua diharapkan untuk bisa segera
melaksanakan pernikahan, agar hal-hal yang negatif tidak masuk dalam
kehidupannya. Dengan pernikahan juga akan mengubah hukum yang mana
4 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
hlm. 69. 5 Departemen Agama, Al-Qur'an Terjemah, Surabaya: cv. Karya utama, 2000. hlm. 549.
4
semula haram untuk dilakukan berubah menjadi wajib dilakukan, dan ketika
melakukannya mendapat pahala dari Allah SWT sebagai ganti dan secara
dhahir akan lebih dihormati dalam kehidupan bermasyarakat.
Proses yang terjadi dalam pernikahan adalah suatu upaya untuk
melaksanakan perintah Allah SWT yang tata caranya sesuai dengan ketentuan
hukum Islam agar tidak salah, karena hal ini berhubungan dengan sah dan
tidaknya suatu pernikahan yang pada akhirnya berakibat pada hukum yang
akan dikenakan untuk mereka yang melaksanakannya. Perintah itu turun
sudah pasti ada prosedur yang mengaturnya, dan hal ini merupakan kewajiban
khususnya berhubungan dengan syarat dan rukun, juga harus disesuaikan
dengan aturan-aturan hukum Islam. Jumhur ulama’ dalam memandang rukun
Islam mereka menyatakan bahwa akad nikah itu sah jika memenuhi rukun
nikah, yaitu adanya pengantin putra dan putri, wali, saksi, mahar serta ijab dan
qabul.
Kondisi masyarakat sangat mempengaruhi suatu pemikiran Islam
untuk menentukan langkah dalam menghukumi suatu masalah. Mungkin
rukun yang sudah menjadi aturan sesuai dengan kondisi dan situasi pada
turunnya aturan itu, yang mana perkembangan zaman mengalami perubahan.
Sedangkan kita tahu, bahwa masyarakat setiap periode terjadi suatu perubahan
dan mengalami perkembangan yang pada akhirnya hukum harus bisa
mengatur tentang kondisi masyarakat yang serba berbeda, elastisitas atau
kelenturan dari karakter hukum perlu adanya mengikuti suatu ruang dan
waktu. Menurut an-Na’im sebagai pemikir Islam kontemporer beliau
5
berpendapat, bahwa Islam itu baik untuk setiap zaman.6 Hukum Islam yang
merupakan formulasi syari’ah harus bisa menghadapi tantangan dan isu-isu
yang terjadi khususnya dalam ibadah sosial.
Rukun nikah yang menjadikan sah dan tidaknya nikah sangat
memungkinkan terjadinya perubahan ke arah perbaikan karena dipandang
kurang sesuai dalam menghadapi isu-isu tentang pernikahan zaman modern.
Menurut Imam Syaukani, bahwa rukun nikah yang ditetapkan oleh para pakar
ahli fiqih misalnya Imam Syafi’i itu sudah tidak relevan jika diterapkan di
Indonesia pada era sekarang, karena kurang memberi keadilan pada pihak
istri. Selanjutnya beliau juga berpendapat bahwa rukun nikah hasil pemikiran
para imam mujtahid mutlak harus ditambah dengan pencatatan administrasi
yang dilakukan oleh wakil dari pejabat Negara yang mengurusi tentang nikah
atau PPN (Pegawai Pencatat Nikah).7
Pemahaman masyarakat yang menitikberatkan pada fanatik ajaran
antara paham ajaran klasik dan modern menimbulkan suatu permasalahan
dalam menetapkan hukum, semisal sebagian kelompok fanatisme ajaran
klasik maka setiap gerak dan langkahnya selalu mengikuti ajaran itu.
Kemudian yang terlalu fanatisme pada perubahan ia menginginkan adanya
perkembangan dan perubahan dalam ajarannya yang selalu menyesuaikan
keadaan, model yang seperti ini selalu menjadikan perbedaan yang mana pada
6 Mulyadi Kartanegara, Pemikiran Islam Kontemporer, Yogyakarta: Jendela, 2003. hlm.
15. 7 Imam Syaukani, Rekonstruksi Epistimologi Hukum Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006. hlm. 257.
6
akhirnya menimbulkan titik-titik permasalahan baik hukum, budaya dan
sosial.
Kecamatan Sale Kabupaten Rembang adalah daerah yang terdiri dari
masyarakat yang taat kepada agama Islam, kebanyakan mengikuti aturan-
aturan yang telah ditetapkan salah satu imam mujtahid mutlak yaitu Imam
Syafi’i, sebagian besar mempunyai pengaruh di Asia Tenggara, antara lain;
Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam. Pemikiran-pemikiran
orang-orang Sale yang berangkat dari latar belakang pendidikan pondok
pesantren akan berpengaruh terhadap hasil pemikirannya, biasanya mereka
lebih mengedepankan tekstualitas hukum daripada kontekstualitasnya. Hal ini
mengakibatkan dalam menyikapi suatu persoalan hanya dipandang dari satu
sudut pandang terjadinya hukum. Rukun nikah menurut mereka adalah yang
sudah ditetapkan oleh para ahli fiqih dan juga Kompilasi Hukum Islam tahun
1991 pasal 14, sebagai ukuran dalam sah dan tidaknya suatu pernikahan.
Kantor Urusan Agama (KUA), yang notabene wakil dari negara secara
formal mereka adalah alumni dari dunia pendidikan yang diakui dalam artian
resmi dan bersertifikat, cara pandang dalam berfikir sangat dipengaruhi oleh
latar belakang yang telah dilalui. Pemikiran-pemikiran para pejabat KUA
yang kebanyakan bersertifikat sarjana menggunakan perpaduan dari teks dan
konteksnya.
KUA secara resmi mempunyai landasan kekuatan hukum karena
adanya kekuatan Negara di balik semua itu. Menurut Mahfud, pemerintah
memegang pertahanan monopoli dalam pembangunan hukum. Produk-produk
7
hukum yang dihasilkan lebih cenderung kaku dan kurang terbuka bagi
perubahan yang bersifat oprefi, yaitu hukum hanya memantulkan persepsi
sosial para pengambil kebijaksanaan sepihak, kemudian ketika intervensi
Negara dan kekuasaan semakin meluas dengan kontrol sosial yang semakin
ketat, Negara akhirnya menjadi kekuatan yang dominan dan hegemonik atas
keseluruhan proses politik, termasuk pembuatan hukum. 8 Bisa dipahami
bahwa, dalam Negara hal ini KUA sebagai salah satu lembaga hukum
mempunyai kekuatan yang bisa melemahkan kekuatan masyarakat.
KUA di Kecamatan Sale dalam menyelenggarakan tajdidun nikah
mereka hanya melaksanakan berdasarkan pada Undang-undang No.1 tahun
1974 pasal 26 tentang adanya pembaharuan nikah dari nikah yang menyalahi
aturan dalam prosedur pernikahan di KUA ke nikah yang resmi, yaitu yang
sesuai dengan prosedur pernikahan yang ada di Kantor Urusan Agama
(KUA).
Menurut Ari Suharno, bahwa tajdidun nikah yang diselenggarakan
oleh KUA kecamatan Sale berarti menganggap kalau nikah yang
awal/pertama menjadi rusak, padahal pernikahan itu sudah sesuai dengan
aturan yang berlaku dalam fiqih mengenai rukun dan syarat nikahnya.
Sehingga hukum dari nikah ini adalah sah dan tidak perlu mengadakan
pernikahan kembali di KUA, karena pihak KUA hanya bertugas sebagai
pegawai pencatat nikah yang akhirnya mengeluarkan akad nikah.
8 Marzuki Wahid, dkk., Fiqih Madzab Negara, Yogyakarta: LkiS, 2001. hlm. 181.
8
Menurut para ulama telah merumuskan sekian banyak rukun dan
syarat nikah yang mereka pahami dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi
SAW., yaitu adanya calon suami dan istri, wali, dua orang saksi, mahar serta
ijab qabul.9 Menurut Kompilasi Hukum Islam rukun dan syarat perkawinan
adalah sama dengan apa yang ditetapkan oleh para ulama di atas. Masyarakat
di Kecamatan Sale menganggap bahwa sahnya akad nikah adalah jika syarat
dan rukunnya secara fiqih sudah terpenuhi. Menurut Quraish Shihab dalam
bukunya yang berjudul wawasan Al-Qur’an beliau berpendapat, bahwa dalam
konteks ke-Indonesiaan akad nikah yang sah adalah akad nikah yang sah
menurut agama dan Negara, karena agar membawa kemaslahatan antara
kedua belah pihak.10
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis bermaksud ingin lebih
mengetahui tentang permasalahan tentang tajdidun nikah yang diadakan oleh
KUA Kecamatan Sale dalam rangka melegalisasi (pengesahan) pernikahan
dengan jalan melakukan akad nikah kembali. Menurut hemat penulis
permasalahan ini sangat menarik untuk ditindaklanjuti, karena adanya
perbedaan persepsi antara pihak KUA di daerah tersebut dengan masyarakat
pada umumnya di wilayah Kecamatan Sale Kabupaten Rembang dengan judul
skripsi studi analisis tajdidun nikah di KUA kecamatan Sale kabupaten
Rembang.
9 Hasbi Indra, Potret Wanita Sholehah, Jakarta: Penamadai, 2004. hlm. 85. 10 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an, Bandung: Mizan, 1998. hlm. 204
9
B. Perumusan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini tidak terlalu luas yang pada akhirnya
berakibat kurang terarah, maka berikut ini akan kami batasi permasalahannya
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan tajdidun nikah di KUA kecamatan Sale
Kabupaten Rembang?
2. Bagaimanakah pelaksanaan tajdidun nikah di KUA kecamatan Sale
menurut hukum positif dan hukum Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan tajdidun nikah di KUA Kecamatan
Sale Kabupaten Rembang.
b. Untuk mengetahui pelaksanaan tajdidun nikah menurut hukum positif
dan hukum Islam.
2. Manfaat
a. Semoga penelitian ini bisa memberikan gambaran tentang gejolak
masyarakat dan ditemukan pemecahan untuk menyelesaikan
permasalahan yang sedang diteliti.
b. Dalam penelitian yang dilaksanakan bisa memberikan penambahan
khazanah karya ilmiah.
10
c. Jiwa amar ma’ruf tetap terbina dalam penegaan syariat Islam yang
sesuai dengan Al-qur’an dan Al-hadits.
d. Tumbuhnya generasi-generasi muda Islam yang intelektual serta
mampu menghadapi masalah-masalah dengan dewasa dan bijak
e. Pemahaman tentang hukum yang semakin luas dan tidak selalu
menjadikan pola pikir yang fanatik terhadap salah satu mazhab.
D. Telaah Pustaka
Telaah pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap
penelitian yang ada mengenai kekurangan dan kelebihan yang ada
sebelumnya.
Telaah pustaka mempunyai andil besar dalam rangka mendapatkan
suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori-teori yang ada kaitannya
dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah.
Sebelum peneliti membahas lebih lanjut tentang pelaksanaan tajdidun
nikah di KUA Kecamatan Sale Kabupaten Rembang, maka peneliti mencoba
menelaah buku-buku yang untuk dijadikan sebagai sumber informasi dan
perbandingan dalam penelitian, buku-bukunya adalah sebagai berikut:
Pertama, buku yang berjudul Nikah Sirri Tersesat di Jalan yang
Benar, karya Dra. Effi Setiawati. Di dalam buku ini terdapat hal-hal yang
membahas tentang nikah sirri dalam sub babnya membahas tentang
pernikahan tanpa payung hukum, mengungkap pengalaman perempuan.
Kemudian dalam bab yang lain diterangkan tentang penelitiannya yang
11
membahas tentang gambaran Kecamatan Sumber Sari dan sejarah keberadaan
orang Madura di Kabupaten Jember, profil subjek penelitian, temuan
lapangan, persepsi subjek tentang pernikahan, alasan melakukan nikah sirri,
faktor pendukung pernikahan sirri, pelaksanaan nikah sirri, kebersamaan
suami istri dalam nikah sirri (mu'asyarah bil ma'ruf) dan dampak nikah sirri.11
Penelitian ini yang menjadikan berbeda dengan apa yang akan dibahas oleh
peneliti adalah bahwa fokus penelitian ini adalah pada pelaksanaan nikah sirri
yang dilakukan oleh masyarakat Madura yang berada di Kabupaten Jember,
kemudian peneliti akan membahas tentang pembaharuan nikah sirri yang
dilakukan oleh KUA Kecamatan Sale Kabupaten Rembang.
Kedua, Wannimag Habsul dalam bukunya yang berjudul Perkawinan
Terselubung di Antara Berbagai Pandangan. Dalam salah satu sub babnya,
buku ini membahas tentang nikah sirri, hukum diadakannya nikah sirri dan
dalil-dalil dalam menyikapi adanya nikah sirri yang diambil dari al-Qur'an dan
al-Hadits.12 Dalam kajian ini lebih terfokus pada dalil-dalil tentang adanya
permasalahan nikah sirri, sedangkan kajian yang akan dibahas oleh penulis
adalah tentang adanya pembaharuan nikah sirri dengan melakukan pernikahan
kembali.
Ketiga, Satria Effendi dalam bukunya yang berjudul Problematika
Hukum Keluarga Islam Kontemporer. Di dalam salah satu pembahasannya
adalah tentang pernikahan di bawah tangan dalam perkara yang terjadi di
11 Effi Setiawati, Nikah Sirri Tersesat di Jalan Yang Benar, Bandung, Eja Insani, 2005.
hlm. 136 12 Wannimag Habsul, Perkawinan Terselubung di Antara Berbagai Pandangan, Jakarta,
Golden Terayon Press, 1994. hlm. 23
12
Pengadilan Agama kelas IA Tanjung Karang, mengenai permohonan itsbat
nikah yang akan digunakan untuk menjadikan pernikahannya diakui oleh
negara dan mendapatkan perlindungan dari negara maupun agama.13 Hal yang
menjadikan berbeda dengan yang akan dibahas penulis adalah bahwa, penulis
akan membahas pada fokus permasalahan tajdidun nikah dalam pelegalan
nikah sirri pada nikah yang resmi.
Keempat, buku yang berjudul Nikah di Bawah Tangan Karya Dadi
Nurhaedi. Dalam pembahasannya membahas mengenai penelitiannya tentang
praktik nikah sirri yang dilakukan oleh mahasiswa Yogya yang ditinju dari
sudut pandang sosiologi, fokus penelitiaannya adalah tentang masalah
praktik pernikahan sirri yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa muslim di
Yogya.14
Buku lain yang membahas tentang nikah sirri adalah buku karya
Fatihuddin Abul Yasin yang berjudul Risalatun Nikah.15 Selain itu, ada buku
karya Muhammad Arifin yang berjudul Hukum Islam Solusi Permasalahan
Keluarga.16
Dari beberapa karya ilmiah yang telah ditemukan oleh penulis
membahas tentang; nikah sirri orang Madura yang ada di kabupaten Jember,
nikah di bawah tangan mahasisiwa Jogja, perkawinan terselubung di antara
berbagai pandangan.
13 Satria Effendi M. Zen, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta,
Prenada Media, 2004. hlm. 30 14 Dadi Nurhaedi, Nikah di Bawah Tangan. Yogyakarta, Saujana. 2003.hlm.39 15 Fatihuddin Abul Yasin, Risalah Hukum Nikah, Surabaya, Terbit Terang, 2005. hlm. 65 16 Muhammad Arifin dkk., Hukum Islam Solusi Permasalahan Keluarga, Yogyakarta,
UII Press, 2005. hlm. 43
13
Hal yang menjadikan berbeda dengan penelitian yang dilaksanakan
oleh peneliti adalah adanya pembaharuan nikah/tajdidun nikah yang
diselenggarakan oleh KUA kecamatan Sale dan yang melaksanakan adalah
masyarakat yang ada di wilayah kecamatan Sale. Hal ini digunakan untuk
mengantisipasi adanya plagiat atau penjiplakan hasil karya ilmiah yang sudah
ada.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah merupakan cara berfikir secara sistematis
mengenai jenis-jenis persoalan yang untuk pemecahannya diperlukan
pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta, 17 persoalan-persoalan itu
membutuhkan jawaban yang hasilnya bisa diketahui setelah adanya suatu
penelitian. Peranan dari metode penelitian sangat menentukan dalam upaya
menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian.
Di dalam penelitian yang akan penulis lakukan ditinjau dari tempat
dilaksanakannya penelitian, maka jenis penelitiannya adalah penlitian
lapangan atau field research, yaitu salah satu jenis metode penelitian yang
digunakan untuk menemukan cara khusus dan realistis apa yang telah terjadi
pada suatu saat di tengah masyarakat, karena responden yang dihadapi adalah
masyarakat yang majemuk dan kelembagaan sosial.18 Dalam memperoleh data
atau informasi yang diperlukan, Maka dilakukan dengan cara sebagai berikut:
17 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1995. hlm. 4 18 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju, 1990.
hlm. 32
14
1. Sumber Data
a. Data Primer
Yaitu data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti.19 Adapun
data primer dalam penelitian ini adalah: Kantor Urusan Agama
kecamatan Sale Kabupaten Rembang dan masyarakat wilayah
tersebut.
b. Data Sekunder
Yaitu karya-karya ilmiah yang dapat dijadikan sebagai penunjang
terhadap sumber data primer, misalnya buku.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
yaitu suatu penelitian yang berusaha untuk eksplorasi dan klarifikasi
mengenahi suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan
mendiskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah
dan unit yang diteliti.20 Dalam tahap penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan secara cermat tentang karakteristik dari fakta-fakta
dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi. Maka dalam
penelitian ini penulis memfokuskan pada penggambaran fenomena
yang ada di KUA kecamatan Sale dalam permasalahan tajdidun nikah
dalam rangka pelegalan nikah sirri.
19 Rianto Adi, Metodologi Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, 2004.hlm. 58. 20 Maman kh, Metologi Penelitian Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
hlm.71.
15
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah usaha mencari informasi dari
responden terhadap masalah yang akan diteliti yaitu menggunakan metode
sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah merupakan jalan komunikasi melalui kontak atau
hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data
(responden).21 Maka dalam wawancara ini, responden yang menjadi
sasaran untuk penggalian informasi adalah pejabat KUA, msyarakat
dan pegawai kecamatan yang ada di daerah kecamatan Sale. Daftar
pertanyaan yang dipakai dalam wawancara terlampir.
b. Dokumentasi
Metode ini merupakan jalan untuk mencari informasi lewat data-data
yang sudah jadi atau dokumen-dokumen yang diolah oleh perorangan
atau instansi. Dokumen-dokumen yang dibutuhkan antara lain adalah
data tentang keadaan wilayah Kecamatan Sale, data tertulis mengenai
tajdidun nikah di KUA kecamatan tersebut.
Dari metode di atas yaitu wawancara dan dokumentasi, maka
penulis juga menggunakan metode lain yaitu kepustakaan. Hal ini
dikarenakan data-data kepustakaan merupakan suatu data yang digunakan
sebagai landasan teori dalam suatu penelitian. Data-data kepustakaan bisa
berupa karya-karya ilmiah yang telah disusun dalam suatu buku atau
21 Nasution, Metologi Naturalistik-Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1992. hlm. 69.
16
laporan-laporan penelitian yang sudah ada. Dalam data-data kepustakaan
penulis akan menggunakannya sebagai landasan teori untuk melakukan
penelitian yang akan dilakukan di KUA Kecamatan Sale Kabupaten
Rembang, yang mana data-data kepustakaan akan dimasukkan dalam bab
II sebagai landasan teori suatu penelitian.
3. Metode Analisis Data
Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan,
pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah
fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. 22 Data yang
diperoleh bersifat kualitatif, yaitu berupa kata-kata.
Dalam menganalisis data yang bersifat kualitatif menggunakan
metode analisis deskripsif klinis yaitu cara menganalisis dengan
mendiskripsikan masalah yang aktual dan mencarikan pemecahannya
setelah berkonsultasi secara kritis kepada seperangkat norma-norma umum
(dari hukum positif yang ada)23.
Tajdidun nikah di KUA kecamatan Sale adalah merupakan
permasalah yan aktul dan mencarikan pemecahannya yaitu dengan
menemukan hukumnya dengan proses sebagai berikut:
22 Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003, hlm. 191. 23 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2003.hlm.92.
17
1. Memeriksa data-data yang telah terkumpul yang ada hubungannya
dengan pelaksanaan tajdidun nikah di KUA kecamatan Sale.
2. Mencari teori-teori dalam hukum positif dan fiqih yang
berhubungan yang berhubungan dengan tajdidun nikah.
3. Melaksanakan pemecahan masalah dari tajdidun nikah di KUA
kecamatan Sale dengan mengadakan konsultasi yang kritis kepada
teori-teori hukum yang telah ada.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistem penulisan merupakan suatu cara untuk mengolah dan
menyusun hasil-hasil penelitian dari data primer dan sekunder yang disusun
menurut ukuran tertentu, sehingga menjadi kerangka skripsi yang sistematis
dan mudah dipahami. Adapun dalam skripsi ini tersusun menjadi tiga bagian,
yaitu sebagai berikut:
1. Bagian Muka
Dalam bagian ini tersusun sebagai berikut; halaman judul, halaman nota
pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan serta
halaman kata pengantar abstraksi dan daftar isi.
2. Bagian Isi
Dalam bagian ini terdiri dari:
Bab Pertama
Merupakan bab pendahuluan yang mengantarkan pembaca memasuki
pembahasan skripsi ini. Bab ini terdiri dari; latar belakang, pokok
18
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metode penulisan dan sisitematika penulisan.
Bab Kedua
Membahas tinjauan umum tentang tajdidun nikah. Dalam tinjauan umum
tentang tajdidun nikah akan membahas tentang; pengertian tajdidun nikah,
faktor-faktor penyebab terjadinya tajdidun nikah, hukum dari tajdidun
nikah, serta prosedur tajdidun nikah di Kantor Urusan Agama (KUA).
Bab Ketiga
Membahas tentang gambaran umum Kantor Uruasan Agama (KUA)
kecamatan Sale, yang terdiri dari; letak geografis Kantor Urusan Agama
(KUA) kecamatn Sale, Struktur organisasi beserta pembagian tugas pada
KUA kecamatan Sale. Pelaksanaan tajdidun nikah di KUA kecamatan
Sale kabupaten Rembang
Bab Keempat
Membahas tentang analisis terhadap hukum tajdidun nikah di KUA
kecamatan Sale, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 26 ayat 2,
pelaksanaan tajdidun nikah yang ada di KUA kecamatan Sale karena
nikah sirri.
Bab Kelima
Penutup, yang terdiri dari; kesimpulan, saran-saran dari penulis yang
terkait dengan pembahasan serta kata penutup sebagai akhir dalam
mengakhiri proses penelitian.
19
3. Bagian Akhir
Dalam bagian ini terdiri sebagai berikut:
a. Lampiran-lampiran.
b. Daftar riwayat pendidikan penulis.
20
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TAJDIDUN NIKAH
A. Pengertian Tajdidun Nikah
Menurut bahasa tajdid adalah pembaharuan yang merupakan bentuk
dari jaddada-yujaddidu yang artinya memperbaharui. 1 Dalam kata tajdid
mengandung arti yaitu membangun kembali, menghidupkan kembali,
menyusun kembali, atau memperbaikinya sebagaimana yang diharapkan.
Menurut istilah tajdid adalah mempunyai dua makna yaitu; Pertama, apabila
dilihat dari segi sasarannya, dasarnya, landasan dan sumber yang tidak
berubah-ubah, maka tajdid bermakna mengembalikan segala sesuatu kepada
aslinya. Kedua, tajdid bermakna modernisasi, apabila sasarannya mengenai
hal-hal yang tidak mempunyai sandaran, dasar, landasan dan sumber yang
tidak berubah-ubah untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta ruang
dan waktu.2
Menurut Masjfuk Zuhdi kata tajdid itu mengandung suatu pengertian
yang luas, sebab di dalam kata ini terdapat tiga unsur yang saling berhubungan
yaitu; Pertama, al-i’adah artinya mengembalikan masalah-masalah agama
terutama yang bersifat khilafiah kepada sumber agama ajaran Islam, yaitu Al-
Qur’an dan Al-Hadits. Kedua, al-ibanah yang artinya purifikasi atau
pemurnian agama Islam dari segala macam bentuk bid’ah dan khurafah serta
pembebasan berfikir (liberalisasi) ajaran agama Islam dari fanatik mazhab,
1 Husain Al-Habsyi, Kamus al-Kautsar Lengkap, Surabaya: YAPI, 1997, hlm. 43. 2 Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006, hlm. 147.
21
aliran, ideologi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran agama Islam.
Ketiga, al-ihya’ artinya menghidupkan kembali, menggerakkan, memajukan
dan memperbaharui pemikiran dan melaksanakan ajaran Islam. 3 Hal ini
berbeda dengan yang diungkapkan oleh Harun Nasution yang lebih
menekankan kepada penyesuaian pemahaman agama Islam sesuai dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.4
Kata perkawinan itu berasal dari bahasa Arab yaitu nikah, yang berarti
pengumpulan atau bergabungnya sesuatu dengan sesuatu yang lain.5 Menurut
istilah nikah adalah suatu akad yang suci dan luhur antara laki-laki dan
perempuan yang menjadikan sebab sahnya status sebagai suami istri, dan
dihalalkannya hubungan seksual dengan tujuan mencapai keluarga sakinah,
mawaddah, penuh kasih dan sayang, kebajikan dan saling menyantuni.6
Menurut ulama Hanafiah, perkawinan adalah akad yang memberikan
faedah untuk memiliki kebahagiaan bagi seorang lelaki untuk bersetubuh
dengan perempuan sehingga bisa memperoleh kebahagiaan.7 Hal ini sejalan
dengan pemikiran ulama Syafi’iah dan Hanabilah yang memberikan suatu
pengertian perkawinan adalah merupakan suatu akad yang menggunakan lafal
nakaha atau zawwaja atau perkataan lain yang mempunyai makna sama
3 Ibid, hlm. 148. 4 Harun Nasution, Pembaharuan Hukum Islam, Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan
Bintang, 1986, hlm.11-12. 5 Muhammad Baqir Al-Habsyi, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah dan
Pendapat Para Ulama’, Bandung: Mizan, 2002, hlm. 3. 6 Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001, hlm. 188. 7 Abdurrahman al-Jaziri, al-fiqh ala al-Madhahib al-Arba’ah, Baerut: Dharul
fikri,t.th,hlm. 5-6.
22
dengan salah satu kata tersebut dengan tujuan untuk memperoleh suatu
kebahagiaan.8
Menurut Ibrahim al-Bajuri yang merupakan salah satu pakar dalam
fikih beliau juga memberikan pengertian tentang nikah adalah akad yang
mengandung sebagian rukun-rukun dan syarat-syarat yang telah ditentukan.9
Menurut Mahmud Yunus, perkawinan adalah akad antara calon suami
dan istri untuk memenuhi hajat hidupnya yang diatur oleh syara’.10 Senada
dengan hal ini, Slamet Abidin juga memberikan sumbangan dalam
memberikan pemaknaan pada istilah pernikahan yaitu suatu akad antara
seorang pria dengan wanita atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah
pihak yang dilakukan oleh pihak lain (wali) menurut sifat dan syarat yang
telah ditetapkan oleh syara’ untuk menghalalkan percampuran antara
keduanya, sehingga satu sama lain saling membutuhkan menjadi sekutu
sebagai teman hidup dalam rumah tangga.11
Menurut Abu Ishrah, bahwa nikah atau zawaj ialah;
ما لكليهما من دويح عقد يفيد حل العشرة بين الرجل والمرأة وتعاونها12.حقوق وما عليه من واجبات
Artinya: Akad yang memberi faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami istri) antara pria dan wanita serta mengadakan tolong-menolong dan memberi batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing.
8 Ibid, hlm. 5-6. 9 Ibrahim al-Bajuri, Khasyiyah Syeh Ibrahim al-Bajuri, juz II, Baerut, Darul Kitab al-
Ulumiyah, t.th., hlm. 170. 10 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, hlm. 3. 11 Aminuddin, Fiqih Munakahat, Bandung: Pustaka Setia, 1999, hlm. 12. 12 Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Ilmu Fiqih Jilid II,
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1984/1988, hlm. 49.
23
Dari beberapa penjelasan tentang pengertian tajdid dan nikah yang
telah disebutkan maka dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa tajdidun nikah
adalah pembaharuan terhadap akad nikah. Arti secara luas yaitu pembaharuan,
perbaikan terhadap suatu akad yang nantinya akan menghalalkan hubungan
suami istri antara seorang laki-laki dan perempuan yang akhirnya akan
mewujudkan tujuan dari pernikahan yaitu adanya keluarga yang hidup dengan
penuh kasih sayang dan saling tolong menolong, serta sejahtera dan bahagia.
B. Faktor Penyebab Terjadinya Tajdidun Nikah
Faktor yang menyebabkan terjadinya tajdidun nikah adalah sebagai
berikut:
1. Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang pernikahan.
Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974, bahwa faktor yang
menyebabkan terjadinya tajdidun nikah dijelaskan dalam pasal 26, yang
mana faktor-faktornya adalah sebagai berikut:
a. Adanya perkawinan yang dilaksanakan di hadapan Pegawai Pencatat
Nikah (PPN) yang tidak berwenang.
b. Bisa menunjukkan akte perkawinan yang dibuat oleh Pegawai Pencatat
Nikah (PPN) yang tidak berwenang.
c. Telah hidup bersama sebagai suami dan istri.13
Dari faktor-faktor mengenai penyebab tajdidun nikah yang sudah
disebutkan di atas, maka bisa difahami bahwasannya negara bertujuan
13 Undang-undang No.1 Tahun 1974 Pasal 26.
24
untuk menertibkan perkawinan agar bisa dikontrol dan diawasi, kemudian
memberikan suatu perlindungan terhadap perkawinan itu.
2. Menurut Fuqaha, bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya tajdidun
nikah adalah sebagai berikut:
a. Adanya tujuan untuk ihtiyat (berhati-hati).
b. Adanya tujuan tajammul (upaya menaikkan prestise/menjaga gengsi).14
C. Hukum Tajdidun Nikah
1. Hukum tajdidun nikah menurut Fuqaha.
Menurut Sayyid Abdurrahman dalam kitabnya yang berjudul
Bughyah al-Mustarsyidin, memberikan pemaknaan tentang hukum
tajdidun nikah sebagai berikut:
يته بغيرآفء برضا من في درجته ثم زوج بعض االولياء مولمنه فال بد من رضا الجميع اآلن تجديدلابانها الزوج وأرادت ا
ومثله القاضي مع أيضا عل المعتمد وال يكتف برضا هم السابقغيبة الولى ولو تجديدا بمن رضي به الولي أوال بل هو أولى
15. بالمنع من بعض األولياء
Artinya: Telah menikahkan sebagian wali terhadap keluarganya dengan tidak adanya kesepadanan dengan kerelaan orang-orang yang ada ditingkatannya, kemudian suami mencela istrinya dan istrinya menghendaki tajdid dari suaminya, maka harus ada kerelaan dari semuanya. Menurut pendapat yang kuat dan tidak cukup dengan kerelaan sebelumnya dan yang menyamainya yaitu qadhi (hakim) ketika tidak adanya wali, meskipun diperbaharui dengan orang yang rela pada wali yang pertama tetapi tajdid itu lebih utama dicegah dari sebagian wali-wali.
14 A. Masduki Machfudh, Bahtsul Masa’il Diniyah, Malang: PPSNH, 2000. 15 Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Hasan bin Umar, Bughyah Al-Mustarsyidin,
Indonesia: Darul Khaya’, t.th, hlm. 209.
25
Dari keterangan di atas bisa difahami bahwa hukum dari tajdidun
nikah itu boleh dilaksanakan, tetapi untuk lebih baiknya tidak
melaksanakan tajdidun nikah. Pelaksanaan tajdidun nikah diperbolehkan
dengan syarat harus adanya kerelaan antara si suami dan istri.
Menurut Ibnu Munir, beliau memberikan suatu hukum dari
tajdidun nikah adalah boleh, karena mengulangi lafal akad nikah di dalam
nikah yang kedua tidak merusak pada akad yang pertama. Kemudian
dikuatkan oleh argumen Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani,
menyatakan bahwa menurut jumhur ulama tajdidun nikah tidak merusak
akad yang pertama.16
Menurut A. Masduki Machfudh adalah boleh (jawaz) dan tidak
merusak pada akad yang telah terjadi, karena memperbaharui akad itu
hanya sekedar keindahan (al-tajammul) atau berhati-hati (al-ihtiyath).17
Hal ini juga diungkapkan oleh A. Qusyairi Ismail, bahwa hukum asal
memperbaharui akad nikah itu boleh karena bertujuan hati-hati (ihtiyath),
agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan atau bertujuan tajammul
(upaya menaikkan prestise/menjaga gengsi). Hukum ini bisa berubah
menjadi wajib bila ada peraturan pemerintah yang mengharuskan akad
nikahnya tercatat di kantor pencatatan sipil.18
16 Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Fathul Bari (Syarah Shahih Bukhari), juz 13,
Darul Fikri, t,th., hlm. 199. 17 Masduki Machfudh, Bahstul Masa’il Diniyah, Malang: PPSNH, 2000. 18 A. Qusyairi Ismail, Tajdidun Nikah, Dalam Informatika, 19 Maret 2007.
26
Menurut Abdul Aziz, bahwa hukum dari tajdidun nikah adalah
boleh dan tidak mengurangi bilangan-bilangannya talak.19 Hal ini sejalan
dengan imam Shihab yang memberikan suatu pernyataan bahwa
berhentinya seorang suami pada gambaran akad yang kedua, umpamanya
tidak adanya pengetahuan dengan berhentinya akad yang pertama dan
tidak kinayah (sindiran) kepadanya itu tampak jelas, karena dalam
menyembunyikan tajdid menuntut diri seorang suami untuk memperbaiki
ataupun berhati-hati dalam berangan-angan.20
Dari beberapa argumen tentang hukum tajdidun nikah menurut
para fuqaha di atas bisa ditarik suatu kesimpulan, bahwa hukum dari
tajdidun nikah adalah boleh dan bisa menjadi wajib ketika ada peraturan
pemerintah yang mengharuskan akad nikah dicatatkan di kantor
pencatatan sipil.
2. Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 merupakan pokok peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang perkawinan bagi yang
beragama Islam. dalam menyikapi adanya tajdidun nikah, maka Undang-
Undang No.1 Tahun 1974 memberikan sesuatu aturan yang terdapat dalam
pasal 26 ayat 2 yang berbunyi; hak untuk membatalkan yang dilakukan
oleh suami atau istri berdasarkan alasan pada ayat 1 pasal ini gugur apabila
mereka telah hidup bersama sebagai suami istri dan dapat memperlihatkan
19 Abdul Aziz, dkk., Samratus Raudhatus Shaahid, Kediri: Pon-pes Lirboyo, 1990, hlm.
145. 20 Ibid, hlm. 145.
27
akte perkawinan yang dibuat pegawai pencatat perkawinan yang tidak
berwenang dan perkawinan harus diperbaharui supaya sah.21
Dalam pasal 26 ayat 2 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 yang
telah disebutkan di atas memberikan suatu pemahaman bahwa pernikahan
yang harus diperbaharui supaya sah, yaitu pernikahan yang dilangsugkan
oleh laki-laki dan perempuan kemudian mereka setelah hidup bersama
dengan ketentuan sebagai berikut; yaitu pernikahannya bisa dibuktikan
dengan akta nikah yang dibuat oleh Pejabat Pencatat Nikah yang tidak
berwenang.
Dari dua perspektif di atas, yaitu pendapat fuqaha dan Undang-
Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan memberikan hukum pada
tajdidun nikah adalah mubah dan wajib (harus).
D. Prosedur Tajdidun Nikah di KUA
Prosedur tajdidun nikah di KUA harus melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Tahapan Administrasi di KUA.
Tahapan ini merupakan persyaratan yang harus dilaksanakan oleh
setiap orang yang akan melakukan pernikahan berdasarkan pada Bab III
KMA (Keputusan Menteri Agama) Republik Indonesia No. 477 Tahun
21 Undang-Undang No.1 Tahun 1974, Op. cit.
28
2004 Tentang pencatatan nikah. 22 Syarat-syarat yang harus dipenuhi
adalah sebagai berikut:
a. Surat Persetujuan Calon Mempelai (Model N-3)
Surat ini berisi tentang pernyataan kedua mempelai untuk
melakukan pernikahan atas dasar sukarela, dengan kesadaran sendiri,
tanpa paksaan dari siapapun juga, setuju untuk melangsungkan
pernikahan. Unsur-unsur yang ada pada isi surat adalah; nama
lengkap/alias, nama orang tua, tempat dan tanggal lahir, warga negara,
agama, pekerjaan dan tempat tinggal. Hal ini berlaku untuk calon
suami dan calon istri yang hendak melangsungkan pernikahan.23
b. Akta Kelahiran atau Keterangan Asal-usul (Model N-2)
Surat ini adalah surat yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah
setempat yang isinya tentang akta kelahiran si mempelai. Unsur-Unsur
yang ada dalam surat ini adalah; nama lengkap/alias, nama orang tua,
tempat dan tanggal lahir, warga Negara, agama, pekerjaan dan tempat
tinggal.24 Hal ini baik si anak, ibu dan ayah harus jelas dan memenuhi
unsur-unsur tersebut.
c. Surat Keterangan Orang Tua (Model N-4)
Surat ini berisi tentang pernyataan bahwa orang tua itu benar-
benar orang tua dari si mempelai. Unsur-Unsur yang ada dalam surat
ini adalah sebagai berikut; nama lengkap dan alias, Tempat dan
22 KMA No. 477 Tahun 2004 tentang Pencatatan Nikah. 23 Lampiran 9 KMA No. 298 Tahun 2003. 24 Lampiran 8 KMA No. 477 Tahun 2003.
29
tanggal lahir, warga Negara, pekerjaan dan tempat tinggal.25 Unsur-
unsur ini berlaku baik bagi si ibu maupun si ayah agar diketahui secara
jelas.
d. Surat Keterangan untuk Menikah (Model N-1)
Surat ini adalah merupakan keterangan dari si mempelai untuk
menikah yang diketahui oleh Kepala Desa. Unsur-unsur yang ada
dalam surat ini adalah; nama lengkap dan alias, jenis kelamin, tempat
dan tanggal lahir, warga negara, agama, pekerjaan, tempat tinggal,
bin-binti, status perkawinan, dan nama atau suami terdahulu. Surat ini
dibuat si suami dan juga oleh si istri.26
e. Surat Keterangan Kematian Suami / Istri (Model N-6)
Surat keterangan ini dibuat oleh kepala desa setempat yang
bertanggung jawab di wilayah tempat tinggal atau tempat matinya
suami/istri. Surat ini berisi tentang meninggalnya istri/suami jika yang
menikah dulu sudah mempunyai istri/suami. Unsur-unsur yang ada
dalam surat ini adalah; nama lengkap/alias, bin/binti, tempat dan
tanggal lahir, warga negara, agama, pekerjaan, dan tempat tinggal.
Surat ini diperuntukkan baik untuk ibu, ayah, maupun anak yang akan
menikah.27
f. Surat Izin dan Dispensasi bagi yang Belum Cukup Umur (Model N-5)
Surat ini menyatakan tentang kebolehan orang tua untuk
memberikan izin pada putra/putrinya untuk melangsungkan
25 Lampiran 10 KMA No. 298 Tahun 2003. 26 Lampiran 7 KMA No. 477 Tahun 2004. 27 Lampiran 12 KMA No. 298 Tahun 2003.
30
pernikahan. Unsur-unsur yang ada dalam surat ini adalah; nama
lengkap dan alias, tempat dan tanggal lahir, warga negara, agama,
pekerjaan, tempat tinggal.28
Syarat-syarat yang telah disebutkan itu dilampirkan pada Surat
pemberitahuan kehendak nikah (Model N-7)29 yang dilakukan oleh
calon mempelai atau orang tua atau wakilnya, kemudian surat-surat
tadi yang beserta lampirannya tentang syarat pernikahan dicatat dan
diteliti terlebih dahulu oleh pembantu pencatat nikah (pembantu PPN)
yang mewilayahi tempat tinggal calon istri menurut contoh model N-
10, kemudian baru diajukan ke Kantor Urusan Agama (KUA) oleh
pembantu PPN. Surat yang sudah sampai di KUA maka kemudian
diperiksa dan diteliti oleh PPN yang berdasarkan pada contoh daftar
pemeriksaan nikah (Model NB). 30 Selanjutnya setelah tidak ada
kekurangan dan permasalahan, maka kemudian Penghulu
mengumumkan kehendak pernikahannya.31
2. Tahap Berlangsunya Akad Nikah.
Dalam tahap ini si mempelai laki-laki dan perempuan baru
menyelenggarakan akad nikah yang dihadiri oleh Pegawai Pencatat Nikah
(PPN) atau pembantu PPN yang mewilayahi tempat tinggal calon istri dan
dihadiri oleh dua orang saksi. 32 Dalam pelaksanaan akad nikah, maka
28 Lampiran 11 KMA No. 298 Tahun 2003. 29 Lampiran 13 KMA No.298 Tahun 2003. 30 Lampiran 3 KMA No. 298 Tahun 2003. 31 Depag RI., Pedoman Pegawi Pencatat Nikah, Jakarta: 2004. hlm.8 32 Depag RI., Pedoman Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, Jakarta: BKM pusat,
1991/1992, hlm. 306.
31
semua rukun dan syaratnya harus terpenuhi. Oleh sebab itu rukun dan
syaratnya adalah sebagai berikut:
a. Calon suami Bagi calon suami yang akan menikah harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1) beragama Islam 2) prianya jelas 3) layak untuk menikah 4) pria tidak memiliki hubungan mahram dengan calon istri 5) tidak ada unsur paksaan 6) tidak memiliki istri empat 7) proses akad nikah tidak sedang menjalankan haji dan umroh.33
b. Calon istri Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut: 1) tidak berstatus istri 2) tidak dalam masa iddah 3) jelas orangnya 4) tidak semahram (dalam nasab atau persusuan).34
c. Wali nikah Syarat-syarat menjadi wali nikah adalah: 1) laki-laki 2) dewasa 3) sehat akalnya 4) tidak dipaksa 5) adil 6) tidak sedang ihram haji dan umrah
d. Dua orang saksi Syarat-syarat menjadi saksi adalah: 1) bisa mendengar 2) bisa melihat 3) paham akan bahasa akad, ijab dan qabul 4) beragama Islam 5) baligh 6) sehat akalnya 7) adil 8) merdeka 9) tidak dipaksa 10) tidak merangkap menjadi wali
e. Ijab dan qabul
33 Fatihuddin Abulyasin, Risalah Hukum Nikah, Surabaya: Terbit Terang, 2005, hlm. 25. 34 A. Ma’ruf Asrori, Tradisi Islam, Surabaya: Khalista, 2006, hlm. 99.
32
Ijab adalah penyerahan yang diucapkan oleh wali dari pihak
wanita, sedangkan qabul adalah penerimaan yang diucapkan oleh
mempelai pria.35
Setelah rukun dan syaratnya terpenuhi, baik menurut fiqih maupun
peraturan pemerintah, maka pernikahannya dinyatakan sah. Karena
menurut Siti Musdah Mulia, perkawinan yang sah adalah yang sesuai
dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 yang menggabungkan antara
pasal 1 dan pasal 2 yaitu sebagai berikut; perkawinan yang sah adalah
perkawinan yang sesuai dengan peraturan agama yang dianutnya dan
dicatatkan dalam pemerintahan (KUA atau Kantor Pencatatan Sipil).36
Setelah pernikahan dilaksanakan dan dinyatakan sah, maka
keluarlah yang dinamakan akta nikah sebagai bukti tertulis bahwa telah
terjadi pernikahan antara si mempelai laki-laki dan perempuan, yang
akhirnya akan berakibat pada perlindungan hukum yang selalu mengayomi
dalam menempuh hidup berkeluarga setelah nikah.
35 Ibid., hlm. 104. 36 Siti Musdah Mulia, Muslimah Reformis, Bandung: Mizan, 2005, hlm. 363.
33
BAB III
PELAKSANAAN TAJDIDUN NIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
A. GAMBARAN UMUM KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)
KECAMATAN SALE
1. Letak Geografis Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sale
KUA Kecamatan Sale merupakan salah satu KUA yang berada di
wilayah paling timur dari Kabupaten Rembang yang menjadikan titik
pemisah antara wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan Jawa Timur. KUA
Kecamatan Sale terletak di jalan Blora No.123 Sale, merupakan letak yang
setrategis karena berada di jantung kota dari kecamatan Sale, sehingga
letak dari kantor KUA ini berdekatan dengan instansi-instansi lain sebagai
berikut:
a. Kantor Kecamatan Sale
b. Kantor BKK kecamatan Sale
c. SDN III Sale
d. Perusahaan kulit al-Kuba
Jarak antara Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sale
dengan Departemen Agama Kabupaten Rembang adalah 43 km, yang
dapat ditempuh dengan sarana transportasi dan sarana infrastruktur yang
cukup memadai. Jarak yang cukup jauh ini tidak menjadikan kendala dari
KUA Kecamatan untuk melakukan koordinasi dengan Departemen Agama
kabupaten Rembang atau dengan KUA-KUA lain yang ada di wilayah
kabupaten Rembang.
34
KUA Kecamatan Sale dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
secara teritorial memiliki batasan-batasan wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Timur : Kecamatan Jatirogo
b. Sebelah Tenggara : Kecamatan Kenduruan
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Bogorejo
d. Sebelah Barat : Kecamatan Gunem
e. Sebelah Barat laut : Kecamatan Pamotan
f. Sebelah Utara : Kecamatan Sedang
g. Sebelah Timur laut : Kecamatan Sarang
KUA kecamatan Sale dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
memiliki daerah kewenangan yang terdiri dari 15 desa yang terbagi
menjagi 2 bagian yaitu:
a. Daerah Ngaree
Wilayah Ngaree terdiri dari 6 desa yaitu sebagai berikut:
1) Desa Mrayon, jarak tempuh dengan KUA 3 km, penduduk yang
beragama Islam berjumlah 3.585 jiwa.
2) Desa Gading, jarak tempuh dengan KUA 6 km, penduduk yang
beragama Islam berjumlah 1. 678 jiwa.
3) Desa Jinanten, jarak tempuh dengan KUA 5 km, penduduk yang
beragama Islam berjumlah 2.218 jiwa.
4) Desa Sale, jarak dengan KUA 1 km, penduduk yang beragama Islam
berjumlah 4.495 jiwa.
35
5) Desa Joho, jarak dengan KUA 4 km, penduduk yang beragama
Islam bejumlah 1.152 jiwa.
6) Desa Wonokerto, jarak dengan KUA 4 km, penduduk yang
beragama Islam berjumlah 4.081 jiwa.
b. Daerah pegunungan
1) Desa Bancang, jarak dengan KUA 4 km, penduduk yang beragama
Islam berjumlah 1.759 jiwa.
2) Desa Ngajaran, jarak dengan KUA 5 km, penduduk yang beragama
Islam berjumlah 1.220 jiwa.
3) Desa Tahunan, jarak dengan KUA 8 km, penduduk yang beragama
Islam berjumlah 5.539 jiwa.
4) Desa Sumbermulyo, jarak dengan KUA 8 km, penduduk yang
beragama Islam berjumlah 1.803 jiwa.
5) Desa Tengger, jarak dengan KUA 11 km, penduduk yang beragama
Islam berjumlah 1.971 jiwa.
6) Desa Bitingan, jarak dengan KUA 13 km, penduduk yang beragama
Islam berjumlah 1.265 jiwa.
7) Desa Pakis, jarak dengan KUA 28 km, penduduk yang beragama
Islam berjumlah 1.274 jiwa.
8) Desa Rendeng, jarak dengan KUA 25 km, penduduk yang beragama
Islam berjumlah 1.337 jiwa.
36
9) Desa Ukir, jarak dengan KUA 24 km, penduduk yang beragama
Islam berjumlah 1.554 jiwa.
Dilihat dari wilayah kewenangan secara teritorial yang cukup luas
dan ditambah adanya penduduk yang banyak, maka dalam menjalanlankan
tugas dan kewajiban yang diemban oleh KUA kecamatan Sale yang harus
selalu mengawasi dan mengontrol khususnya dalam pernikahan, hal ini
sangat memungkinkan terjadinya suatu pernikahan yang berada di luar
kontrol dan pengawasan dari pihak KUA atau disebut dengan istilah nikah
sirri, sehingga untuk mendapatkan pelegalan nikah dari pemerintah harus
mengadakan tajdidun nikah di KUA untuk mendapatkan surat tanda bukti
telah menikah yang disebut akta nikah.
2. Struktur Organisasi Beserta Pembagian Tugas Pada KUA Kecamatan
Sale.
Struktur organisasi beserta pembagian tugas di KUA kecamatan
Sale adalah sebagai berikut:
a. Sebagai kepala KUA kecamatan Sale adalah bapak M. Amin, S.H.
yang memiliki tugas sebagai berikut:
1) Menyusun rencana kerja tahunan.
2) Melaksanakan pelayanan nikah dan rujuk.
3) Memberi penasehatan, konsultasi, nikah dan rujuk.
4) Melakukan koordinasi lintas sektoral.
5) Membina keluarga sakinah.
37
6) Melakukan pendaftaran dan meneliti kelengkapan administrasi
nikah dan rujuk.
7) Memberikan rekomendasi pernikahan, perizinan perwakilan di luar
daerah.
8) Mendata, memproses, serta memberi kemudahan dalam perwakafan.
9) Berpartisipasi dalam gerakan IBSos.
b. Sebagai penghulu pertama adalah bapak M. Ali Akhyar, S.Ag yang
memiliki tugas sebagai berikut:
1) Ikut membantu tugas kepala KUA.
2) Melakukan pendaftaran dan meneliti kelengkapan administrasi
nikah dan rujuk.
3) Memberikan peringatan-peringatan pada buku model-N/pengiriman
model-ND dan NE.
4) Mencatat dan menata pernyataan-pernyataan nikah dan rujuk.
5) Mencatan surat putusan dan penetapan dari PA dan menindaklanjuti
mengirimkan model-ND.
6) Memberikan pelaporan:
a) Bulanan:
(1) NTCR
(2) F1 dan F2
(3) Model-A
(4) Bedolan
38
b) Laporan triwulan:
(1) F1 – F17
(2) 1A dan 1B
(3) Data usia kawin
c) Laporan tahunan:
(1) F1 – F17
(2) Laporan pelaksanaan program kerja dan tugas kerja
7) Bendahara:
a) BP4
b) BPUMC
c) DIK.SNR
d) BEDOLAN
e) LPTQ
c. Sebagai staf adalah bapak Kusairi, S.Ag., yang memiliki tugas sebagai
berikut:
1) Membantu tugas-tugas kepala KUA.
2) Membuat dan mendata rekomendasi surat keterangan dan legalisir.
3) Menerima dan mengagendakan surat masuk dan keluar.
4) Menulis buku model-N baik PA maupun KUA.
5) Menulis data dinding dan statistik.
6) Menyiapkan buku-buku:
a) Agenda
39
b) Absensi
c) Notulen rapat
d) Buku tamu
B. PELAKSANAAN TAJDIDUN NIKAH DI KUA KECAMATAN SALE
1. Sebab Terjadinya Tajdidun Nikah Di KUA Kecamatan Sale.
Perkawinan adalah merupakan akad (perjanjian) antara calon suami
dan istri agar dihalalkan melakukan pergaulan sebagaimana suami dan istri
dengan mengikuti norma, nilai-nilai sosial dan etika agama. Mengenai
keabsahan nikah ditentukan oleh rukun nikah, yaitu sebagai berikut:
a. Adanya calon suami
b. Adanya calon istri
c. Adanya dua orang saksi
d. Adanya wali nikah
e. Adanya ijab qabul
Di kecamatan Sale dalam melaksanakan nikah untuk mengukur sah
dan tidaknya nikah menggunakan keterangan di atas, hal ini akhirnya
menimbulkan suatu bentuk pernikahan dengan istilah nikah sirri.
Nikah sirri adalah merupakan pernikahan yang dilaksanakan oleh
sebagian warga di wilayah kecamatan Sale tanpa memberitahukan kepada
pihak KUA. Pernikahan semacam ini menurut pihak KUA telah melanggar
peraturan pernikahan yang ada. Akibat dari adanya pelanggaran ini, maka
harus diadakan pembaharuan nikah atau disebut dengan tajdidun nikah.
40
Nikah sirri adalah sebagai penyebab terjadinya tajdidun nikah, hal
ini dilakukan oleh sebagian warga di wilayah kecamatan Sale antara lain
sebagai berikut:
Data Pernikahan Sirri Di Wilayah Kecamatan Sale
Nama
mempelai
pria/wanita
Yusuf Efendi
&
Sri Deni
Ahmad
Sholikhin &
Muzayanah
Sugeng
&
Warsun
Sunardi
&
Tatik
Wali nikah Darman Murtasim Wihanto Rahmad
Saksi Sugiono,
Munawir
Zawawi,
Mastur
Kastum,
Sukadi
Suprianto,
Supardi
Yang
menikahkan
Ainul Yakin Masyhari Ali Mansyur Salim
Tanggal nikah 07-02-2007 05-04-2006 20-02-2007 15-04-2006
Alasan nikah
- Menunggu
waktu
pernikahan
di KUA
- Untuk
menanggulangi
cemoohan
masyarakat
- Belum
cukup umur
bagi
mempelai
wanita
- Mencari
tanggal baik
untuk akad
nikah
- Takut untuk
melanggar
aturan agama
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa di wilayah
kecamatan Sale telah terjadi pernikahan yang dinamakan nikah sirri atau
pernikahan yang dilangsungkan oleh mempelai tanpa memberitahukan
pada pihak KUA kecamatan Sale, pernikahan ini terjadi karena berbagai
alasan yang telah tersebut di atas yaitu sebagai berikut:
a. Menunggu waktu nikah di KUA
41
b. Belum cukup umur bagi si mempelai wanita
c. Mencari tanggal yang baik untuk melaksanakan akad nikah.
d. Kekhawatiran untuk melanggar aturan agama.
2. Alasan KUA Kecamatan Sale dalam menyelenggarakan Tajdidun
Nikah.
Tajdidun nikah diselenggarakan oleh KUA Kecamatan Sale
sebagai konsekuensi dari adanya pelanggaran-pelanggaran aturan
pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat, alasan KUA Kecamatan Sale
dalam menyelenggarakan tajdidun nikah adalah sebagai berikut:
a. Untuk melaksanakan UU Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 26 ayat 2.
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan adalah
merupakan pedoman dalam hal urusan pernikahan yang dilakukan di
Indonesia, antara lain yang tetap dipakai sebagai pedoman pokok oleh
KUA Kecamatan Sale. Dalam kaitannya dengan tajdidun nikah yang
mensyaratkan harus dengan mengulang akad nikah kembali yang
diketahui oleh Petugas Pencatat Nikah (PPN) yaitu sebagai berikut; di
dalam pasal 26 ayat 2 disebutkan bahwa hak pembatalan gugur jika si
pengantin sudah hidup layaknya suami istri dan bisa menunjukkan
bukti akta nikah yang telah dibuat oleh PPN yang tidak sah, maka
pernikahan harus diperbaharui supaya sah.
Dari keterangan UU Nomor 1 Tahun 1974 pasal 26 ayat 2
tersebut di atas memberikan pemahaman bahwa semua urusan
42
pernikahan yang tidak diberitahukan kepada pihak KUA maka harus
diperbaharui supaya sah. Kebijakan yang diambil oleh KUA
Kecamatan Sale dalam hal adanya nikah yang tidak diberitahukan pada
pihak KUA (sirri), maka berdasarkan pada UU Nomor 1 Tahun 1974
pasal 26 ayat 2 pernikahannya harus diperbaharui.
Hal ini dilakukan karena mengingat pengaruh dari adanya
perkawinan itu sangat membutuhkan perlindungan hukum yang
bersifat memaksa. Pemaksaan yang ada dalam hukum ini akan
membawa kemaslahatan dan merupakan bentuk usaha dari pemerintah
untuk meminimalkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran dalam
pernikahan.
b. Untuk memenuhi tugas KUA Kecamatan Sale
Tugas dari KUA yang paling utama adalah mengurusi tentang
nikah, talaq, cerai dan rujuk (NTCR), sehingga adanya payung hukum
dari negara yang mengikutinya.
KUA sebagai pengatur, pengontrol dan pengawas dalam
pernikahan yang merupakan tangan panjang dari Departemen Agama
yang ditugaskan di tengah-tengah masyarakat, sudah tentu mengetahui
adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para warga di
Kecamatan Sale. Oleh karena itu, berdasarkan peraturan yang ada,
mereka mengambil suatu kebijakan yaitu memberikan sangsi dalam
pernikahan yang dilakukan di luar sepengetahuan pihak KUA dengan
harus melakukan akad nikah kembali yang diketahui oleh pihak KUA.
43
Kebijakan ini diambil untuk memenuhi tugas dari KUA, karena
kebijakan itu akan membantu dalam mempermudah melaksanakan
tugas dari KUA itu sendiri, sehingga akan mewujudkan visi dan misi
dari KUA kecamatan Sale yaitu sebagai berikut:
1) Visi
Seluruh keluarga muslim bahagia dan sejahtera baik material
maupun spiritual yang mampu memahami, mengamalkan dan
menghayati nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2) Misi
Meningkatkan pelayanan prima dalam pencatatan pernikahan,
pengembangan keluarga sakinah, pembinaan jaminan produk halal,
pembinaan ibadah sosial dan kemitraan umat Islam.
Dari dua alasan KUA kecamatan Sale yang tersebut di atas dalam
menyelenggarakan tajdidun nikah adalah merupakan langkah yang tepat,
karena dengan melaksanakan UU No. 1 Tahun 1974, sehingga di samping
memenuhi hukum menurut fiqih juga memenuhi hukum positif. Begitu
juga pada perkawinan dalam masyarakat agar lebih mengetahui
pentingnya pencatatan dalam pernikahan, sehingga praktek perkawinan
yang menyimpang dari peraturan yang berlaku mulai berkurang sedikit
demi sedikit yang akhirnya sampai tidak terjadi di masyarakat.
44
3. Pelaksanaan Tajdidun Nikah di KUA Kecamatan Sale Karena Nikah
Sirri.
Tajdidun nikah adalah pembaharuan nikah, hal ini merupakan
akibat adanya peraturan nikah yang tidak dilaksanakan oleh si mempelai,
kemudian sangsi yang harus dilaksanakan oleh mereka adalah
melaksanakan tajdidun nikah.
KUA kecamatan Sale adalah pihak yang menyatakan
diselenggarakan adanya tajdidun nikah, karena dia adalah merupakan
ujung tombak dari Departemen Agama yang mendapat tugas untuk
mencatat mengenai NTRC berdasarkan peraturan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tajdidun nikah ini KUA kecamatan Sale berdasarkan pada
UU No. 1 Tahun 1974 pasal 26 ayat 2.
Proses pelaksanaan tajdidun nikah yang diselenggarakan oleh
KUA kecamatan Sale adalah sebagai berikut:
1) Si mempelai yang akan melaksanakan tajdidun nikah di KUA harus
memberitahukan dahulu kepada pihak KUA dan melengkapi syarat
administrasi sebagai berikut:
a) Surat keterangan untuk nikah (model N-1)
b) Surat keterangan asal-usul (model N-2)
c) Surat persetujuan mempelai (model N-3)
45
d) Surat keterangan tentang orang tua (model N-4)
e) Surat ijin orang tua (model N-5)
2) KUA kecamatan Sale memeriksa tentang persyaratan tersebut
kemudian mengumumkan kehendak nikahnya.
3) Pelaksanaan tajdidun nikah di KUA kecamatan Sale
Pelaksanaan tajdidun nikah yang dilaksanakan oleh kedua
mempelai dengan dihadiri oleh pihak KUA yang akhirnya keluarlah
surat akta nikah dari KUA kecamatan Sale sebagai bukti otentik telah
terjadi pernikahan yang resmi dan mendapatkan perlindungan hukum
dari negara. Beberapa pelaksanaan tajdidun nikah di KUA kecamatan
Sale yang dilakukan oleh sebagian masyarakat wilayah kecamatan Sale
adalah sebagai berikut:
Data Pelaksanaan Tajdidun Nikah Di KUA Kecamatan Sale
Nama
mempelai
pria/wanita
Yusuf Efendi
&
Sri Deni
Ahmad
Sholikhin &
Muzayanah
Sugeng
&
Warsun
Sunardi
&
Tatik
Wali nikah Darman Murtasim Wihanto Rahmad
Saksi
Ainul Yakin,
Karminto
Muhtarom,
Ahmad
Mukholikin
Kastum,
Solikhin
Karnadi,
Supardi
Yang
menikahkan
PPN PPN PPN PPN
Tanggal nikah 07-03-2007 08-06-2007 08-04-2007 25-04-2007
Alasan nikah
- Untuk
meresmikan
pernikahan di
- Untuk
memperoleh
peresmian
- Untuk
pencatatan di
KUA
- Untuk
diresmikan di
KUA
46
KUA dari KUA
Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa telah terjadi
tajdidun nikah yang dilaksanakan oleh sebagian masyarakat yang ada
di wilayah kecamatan Sale, karena mereka mempunyai keinginan
untuk mendapatkan peresmian dari KUA kecamatan Sale yang pada
akhirnya akan keluar surat akta nikah yang menjadikan adanya
perlindungan hukum dari negara terhadap pernikahan yang
dilaksanakan.
47
BAB IV
ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN TAJDIDUN NIKAH
DI KUA KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
A. Analisis Terhadap Hukum Tajdidun Nikah di KUA Kecamatan Sale
Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Sale adalah merupakan salah
satu komponen pemerintah yang ada di wilayah yang paling dekat dengan
masyarakat, sehingga dalam melaksanakan tugasnya sebagai instansi
pemerintah yang melakukan kegiatan sekaligus sebagai tanggung jawabnya
adalah melakukan pengawasan, pencatatan, dan mengontrol nikah/rujuk,
pemantauan pelanggaran ketentuan nikah/rujuk, pelayanan fatwa hukum
perkawinan dan bimbingan muamalah, serta pembinaan terhadap keluarga
sakinah.1
Salah satu tugas Kantor Urusan Agama (KUA) adalah pemantau
terjadinya pelanggaran ketentuan nikah/rujuk. Kantor Urusan Agama (KUA)
kecamatan Sale yang memiliki wilayah teritorial cukup luas yang terbagi
dalam beberapa desa dan memiliki penduduk yang beragama Islam cukup
banyak, sehingga ada beberapa penduduk yang melaksanakan pernikahan
melanggar aturan perUndang-Undangan yang berlaku yang berakibat
mendapatkan sangsi dalam pelaksanaan nikah berdasarkan peraturan yang ada.
Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Sale adalah termasuk
wilayah dari Negara Indonesia yang notabene adalah Negara hukum, sehingga
1 PMPAN Nomor: Per/62/M.PAN/ 6/2005, Tentang Jabatan Fungsional Penghulu dan
Angka Kreditnya, pasal 4.
48
semua aktivitas ditentukan berdasarkan peraturan-peraturan atau perUndang-
Undangan yang berlaku, dan adanya sangsi yang berlaku terhadap
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh penduduk.2
Pelanggaran yang terjadi dalam pelaksanaan pernikahan yang
dilakukan oleh sebagian penduduk di wilayah kecamatan Sale adalah
melaksanakan pernikahan tanpa memberitahukan kepada pihak Kantor Urusan
Agama (KUA), sehingga berakibat pada perkawinan yang tidak mendapat
pengakuan hukum yang sah yang dibuktikan tidak adanya akad nikah yang
dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang berwenang.
Pernikahan yang dilangsungkan secara illegal/tidak resmi yang
dilaksanakan oleh beberapa masyarakat di wilayah kecamatan Sale secara
hukum agama yaitu fiqih sudah dianggap sah, karena sudah memenuhi semua
syarat dan rukun nikah, yaitu sebagai berikut:
1. Syarat-syarat nikah, yaitu:
a. Adanya calon mempelai laki-laki
b. Adanya calon mempelai perempuan
c. Adanya wali nikah dari pihak perempuan
d. Adanya dua orang saksi
e. Adanya mahar dari pihak laki-laki
f. Adanya ijab-qabul.3
2 Azhari, Negara Hukum di Indonesia, Jakarta: UI-Press, 1995, hlm. 143. 3 Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001, hlm. 201.
49
2. Rukun nikah, yaitu:
a. Adanya dua mempelai
b. Wali nikah
c. Dua orang saksi.
d. Ijab dan qabul.4
Pernikahan yang sudah sah menurut fiqih, tetapi belum dianggap sah
menurut hukum positif, karena belum memenuhi aturan yang berlaku dalam
perUndang-Undangan yang ada, sehingga harus melaksanakan pernikahan
kembali yang sesuai dengan aturan perUndang-Undangan yang berlaku atau
disebut dengan tajdidun nikah.
Tajdidun nikah hukum asalnya adalah mubah (boleh), dan juga bisa
berubah menjadi wajib karena berdasarkan pada tujuan dilaksanakannya
tajdidun nikah itu.
Menurut A. Masduki Machfudh, bahwa hukum tajdidun nikah itu
adalah boleh dan tidak merusak pada akad yang terjadi, karena
memperbaharui akad itu hanya sekedar keindahan (al-tajammul) atau berhati-
hati (al-ihtiyath).
Menurut Abdul Aziz, hukum dari tajdidun nikah itu adalah boleh
(jawaz) dan tidak mengurangi bilangan-bilangannya talak, sebagaimana
diungkapkan oleh imam Shihab yang merupakan salah satu guru dari
golongan ulama muta’akhirin menanggapi adanya tajdidun nikah dengan
memberikan suatu interpretasi bahwa merahasiakan dari berhentinya seorang
4 Ibid, hlm. 207.
50
suami pada gambaran akad yang kedua umpamanya tidak adanya pengetahuan
dengan berhentinya akad yang pertama dan tidak sindiran (kinayah)
kepadanya tampak jelas, karena dalam menyembunyikan pembaharuan
menuntut diri seorang suami untuk memperbaiki ataupun berhati-hati untuk
berangan-angan.
Hal ini juga diungkapkan oleh imam Jamaluddin, bahwa menerima
perpisahan di dalam pergantian karena pernikahan yang kedua tidak dikatakan
akad yang hakiki, tetapi akad itu termasuk suatu gambaran akad.
Menurut Muhammad Syaifullah, bahwa tajdidun nikah itu boleh
(jawaz), karena pernikahan ini memberikan faedah yang cukup besar terhadap
kehidupan berkeluarga setelah terjadinya akad nikah dan mewujudkan
kemaslahatan yang akhirnya meminimalisir terjadinya kemafsadatan dalam
hidup setelah nikah sampai meninggal dunia.
Menurut Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Hasan bin Umar,
bahwa hukum tajdidun nikah adalah sebagai berikut:
زوج بعض االولياء موليته بغيرآفء برضا من في درجته ثم ابانها أيضا عل منه فال بد من رضا الجميع اآلن تجديدلالزوج وأرادت ا
ومثله القاضي مع غيبة الولى المعتمد وال يكتف برضا هم السابقولو تجديدا بمن رضي به الولي أوال بل هو أولى بالمنع من بعض
.األولياء
Artinya: Telah menikahkan sebagian wali terhadap keluarganya dengan tidak adanya kesepadanan dengan kerelaan orang-orang yang ada ditingkatannya, kemudian suami mencela istrinya dan istrinya menghendaki tajdid dari suaminya, maka harus ada kerelaan dari semuanya. Menurut pendapat yang kuat dan tidak cukup dengan kerelaan sebelumnya dan yang menyamainya yaitu qadhi (hakim) ketika tidak adanya wali, meskipun diperbaharui dengan orang
51
yang rela pada wali yang pertama tetapi tajdid itu lebih utama dicegah dari sebagian wali-wali.
Dari keterangan di atas memberikan suatu pemahaman bahwa hukum
dari tajdidun nikah adalah boleh, biarpun di dalam keterangannya menyatakan
bahwa melaksanakan akad yang kedua lebih utama tidak dilakukan. Dari
ungkapan ini tidak melarang adanya tajdidun nikah tetapi boleh melakukan
tajdidun nikah dengan syarat harus adanya kesepakatan dari mempelai laki-
laki dan perempuan, karena bertujuan untuk kemaslahatan.
Menurut Ibnu Munir, bahwa tajdidun nikah adalah boleh karena
mengulangi lafal akad di dalam nikah dan yang lain itu tidak merusakkan akad
nikah yang pertama. Kemudian diperkuat dengan argumen Ahmad bin Hajar
al-Asqalani, bahwa menurut pendapat jumhur ulama tajdidun nikah itu tidak
merusak akad yang pertama.
Menurut A. Qusyairi Ismail, bahwa hukum asal tajdidun nikah itu
adalah boleh, karena bertujuan untuk berhati-hati agar terhindar dari hal-hal
yang tidak diinginkan atau upaya untuk menaikkan prestise/menjaga gengsi.
Hukum mubah ini bisa berubah menjadi wajib kalau ada peraturan pemerintah
yang mewajibakannya.
Dari beberapa argumentasi tentang adanya tajdidun nikah, maka bisa
dipahami bahwa melakukan tajdidun nikah itu tidak merusak akad yang
pertama, karena akad ini merupakan akad yang hakiki dan akad yang kedua
hanya sebagai gambaran terhadap akad. Hukum tajdidun nikah adalah boleh
dengan tujuan sebagai berikut:
52
1. Untuk ber-tajammul.
2. Untuk berhati-hati agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Untuk mewujudkan kemaslahatan dalam pernikahan.
Mengenai berubahnya Hukum tajdidun nikah dari mubah menjadi
wajib berdasarkan pada pendapat yang telah diterangkan di atas adalah
disebabkan adanya peraturan pemerintah yang mengatur tentang adanya
tajdidun nikah.
Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Sale adalah merupakan
ujung tombak dari Departemen Agama yang mempunyai tugas pokok untuk
mengurusi nikah, talak, cerai dan rujuk (NTCR), yang semestinya dalam
menjalankan kewajibannya berdasarkan kepada aturan-aturan yang berlaku,
yaitu:
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang pernikahan.
2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 9 Tahun 1974 tentang pelaksanaan
Undang-Undang perkawinan.
3. Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
Islam (KHI).
4. Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 477 Tahun 2004 tentang
pencatatan nikah.
Mengenai pelaksanaan tajdidun nikah yang diselenggarakan oleh
Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Sale berdasarkan pada Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 26 ayat 2 yang menyatakan “pernikahan
yang dilangsungkan tanpa dihadiri Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dan
53
mempunyai akta pernikahan yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN)
yang tidak berwenang, maka nikahnya supaya sah harus diperbaharui”.
Masyarakat di kecamatan Sale ada beberapa yang melaksanakan
tajdidun nikah, dengan tujuan untuk melegalkan pernikahannya di Kantor
Urusan Agama (KUA) dan mendapatkan bukti yang berupa surat akta nikah,
sehingga adanya payung hukum yang selalu mengikutinya.
Dari keterangan ini menunjukkan bahwa adanya keinginan untuk
mewujudkan kemaslahatan dalam pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat
di wilayah kecamatan Sale, begitu juga Kantor Urusan Agama (KUA)
kecamatan Sale dalam menyelenggarakan tajdidun nikah ini karena adanya
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat menggunakan dasar
pertimbangan pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinana.
Melihat adanya tujuan yang positif dari pihak masyarakat untuk
melaksanakan tajdidun nikah dan juga adanya peraturan-peraturan yang
berlaku dan mengatur tentang pernikahan yang merupakan pedoman dari
KUA kecamatan Sale dalam menjalankan tugasnya, maka hukum dari
tajdidun nikah yang diselenggarakan oleh KUA kecamatan Sale yang
objeknya pihak masyarakat adalah wajib.
54
B. Analisis Terhadap Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang
Pernikahan Pasal 26 Ayat 2.
Undang- Undang No. 1 tahun 1974 pasal 26 ayat 2 adalah merupakan
bagian hukum positif yang artinya bahwa Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
tentang perkawinan pasal 26 ayat 2 merupakan Undang-Undang yang tertulis
dan berlaku mengikat secara umum serta ditegakkan melalui pemerintah.5
Hakikat dari timbulnya dari timbulnya Undang-Undang No. 1 tahun
1974 adalah merupakan keinginan masyarakat untuk menegakkan hukum
perkawinan dan menertibkannya, karena sebenarnya terbentuknya hukum ini
adalah atas inisiatif dari masyarakat yang diwakilkan kepada Majlis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakiran Rakyat (DPR).
Pelaksanaan hukum perkawinan ini akan memberikan kejelasan hukum
terhadap suatu perkawinan yang dilangsungkan oleh masyarakat.
Salah satu bukti yang menunjukkan adanya suatu kejelasan terhadap
hukum perkawinan yang dilaksanakan oleh masyarakat adalah terdapat pada
Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 26 ayat 2 yang
berbunyi:
“Hak untuk membatalkan oleh suami atau istri berdasarkan pada ayat 1
pasal ini gugur apabila mereka telah hidup bersam sebagai suami istri
dan dapat memperlihatkan akta nikah yang dibuat oleh Pegawai
Pencatat Nikah (PPN) yang tidak berwenang dan perkawinannya
harus diperbaharui supaya sah”.
5 Baqir Manan, Hukum Positif Di Indonesia, Yogyakarta: UII Press,2004,hlm.1.
55
Pasal di atas memberikan suatu pemahaman bahwa dalam suatu
perkawinan terdapat hubungan antara hukum menurut fiqih dan menurut
hukum positif adalah sebagai berikut:
1. Pernyataan yang menunjukkan tentang hukum fiqih adalah terdapat dalam
potongan Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 26
ayat 2 yaitu: “Hak untuk membatalkan oleh suami atau istri berdasarkan
dalam ayat 1 pasal ini gugur”.
Potongan dari pasal di atas memberikan makna bahwa suatu
perkawinan yang dilaksanakan tanpa adanya pemberitahuan pada pihak
Kantor Departemen Agama (KUA) adalah disebut sebagai nikah sirri.
Pernikahan dengan cara semacam ini adalah sah menurut hukum
yang ada dalam fiqih karena sudah memenuhi semua syarat dan rukun
nikahnya. Hukum yang mengayominya adalah hukum fiqih.
2. Pernyataan yang menunjukkan pada hukum positif adalah terdapat dalam
potongan Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 26
ayat 2 yaitu “pasal ini gugur apabila mereka telah hidup bersama sebagai
suami dan istri serta dapat menunjukkan akta nikah yang dibuat oleh
Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang tidak berwenang dan perkawinannya
harus diperbaharui supaya sah.
Dalam potongan ayat yang telah tersebut di atas memberikan suatu
makna bahwa suatu perkawinan yang laksanakan dengan menggunakan
model pembaharuan nikah harus memenuhi syarat sbagai berikut:
56
a. Antara suami dan istri telah hidup bersama layaknya orang berumah
tangga.
b. Antara suami dan istri bisa memperlihatkan bahwa mereka telah
menikah dengan menggunakan bukti yaitu surat akta nikah yang dibuat
oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang tidak berwenang.
Mengenai hukum yang akan mengikutinya adalah hukum Negara
yang bersifat memaksa dan dikeluarkan bukti tentang telah terjadinya
suatu pernikahan yang berupa surat akta nikah yang dibuat oleh Pegawai
Pencatat Nikah (PPN) yang berwenang.
Dari uraian tentang pemaknaan terhadap pasal 26 ayat 2
memberikan suatu pemahaman bahwa suatu pernikahan dianggap sah
menurut agama apabila sudah sah menurut fiqih dan juga menurut hukum
positif sehingga adanya dua hukum yang akan memberikan suatu
perlindungan terhadap pernikahan dan kehidupan setelah terjadinya
pernikahan. Dengan adanya dua perlindungan hukum ini akan
mempermudah untuk mewujudkan suatu kehidupan berkeluarga yang
penuh dengan kasih sayang, bahagia, ketenangan dan ketentraman.
Perpaduan yang terjadi antara fiqih dan hukum positif mengenai
adanya perkawinan akan lebih memberikan peluang besar terhadap
timbulnya kemaslahatan-kemaslahatan dan secara otomatis akan sedikit
memberikan terjadinya kemafsadatan dalam pernikahan atau pun dalam
kehidupan berkeluarga.
57
C. Pelaksanaan Tajdidun Nikah di KUA Kecamatan Sale Dikarenakan
Nikah Sirri.
Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Sale sebagai pelaksana
terdepan dari Departemen Agama dalam menjalankan tugasnya berdasarkan
pada peraturan per-Undang-Undangan yang berlaku. Undang-Undang No. 1
tahun 1974 adalah merupakan pokok dari Undang-Undang perkawinan yang
tertulis. Dalam Undang-Undang ini ada pasal yang membahas mengenai
adanya tajdidun nikah yaitu terdapat dalam pasal 26 ayat 2.
Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Sale dalam memberikan
fatwa kepada masyarakat mengenai pernikahan yang terfokus pada
permasalahan tajdidun nikah menggunakan dasar sebagai landasan hukumnya
adalah terdapat dalam Undang-Undang perkawinan No. 1 tahun 1974 pasal 26
ayat 2 yang menyatakan bahwa pernikahan yang dilangsungkan tanpa
memberitahukan terlebih dahulu kepada pihak Kantor Urusan Agama (KUA)
dengan sebutan nikah sirri maka harus bisa menunjukkan surat akta nikah
yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang tidak berwenang maka
untuk mendapatkan pelegalan nikah dari Kantor Urusan Agama (KUA) harus
melangsungkan akad nikah kembali atau tajdidun nikah.
Dalam melaksanakan tajdidun nikah di Kantor Urusan Agama (KUA)
kecamatan Sale maka pihak Kantor Urusan Agama (KUA) selalu menunggu
masyarakat yang akan melaksanakan pelegalan nikahnya, hal ini dikarenakan
adanya peraturan per-Undang-Undangan yang mengaturnya yaitu terdapat
dalam KMA No. 477 tahun 2004.
58
Masyarakat adalah pihak yang aktif karena mereka telah melanggar
aturan yang ada dalam hukum positif yaitu melaksanakan pernikahannya
tanpa memberitahukan pada pihak Kantor Urusan Agama (KUA). Akibat yang
harus ditanggung adalah melakukan pernikahan kembali sesuai aturan yang
ada, karena pernikahannya hanya dilakukan menurut hukum fiqih saja.
Pernikahan yang hanya dilakukan menurut hukum fiqih saja akan
berakibat adanya perlindungan hukum hanya secara fiqih, yaitu adanya
ketetapan mengenai sahnya suatu pernikahan, hal ini menimbulkan suatu
kekhawatiran jika tingkat kesadaran masyarakat mulai luntur, maka terjadi
penyalahgunaan lembaga perkawinan yang dilaksanakan oleh pihak-pihak
tertentu.6
Pelaksanaan pernikahan secara fiqih yang dilakukan oleh sebagian
masyarakat di wilayah kecamatan Sale memiliki sebab-sebab yang bervariasi
yaitu berdasarkan data sebagai berikut:
Data Pernikahan Sirri Di Wilayah Kecamatan Sale
Nama
mempelai
pria/wanita
Yusuf Efendi
&
Sri Deni
Ahmad
Sholikhin &
Muzayanah
Sugeng
&
Warsun
Sunardi
&
Tatik
Wali nikah Darman Murtasim Wihanto Rahmad
Saksi Sugiono,
Munawir
Zawawi,
Mastur
Kastum,
Sukadi
Suprianto,
Supardi
Yang
menikahkan
Ainul Yakin Masyhari Ali Mansyur Salim
Tanggal nikah 07-02-2007 05-04-2006 20-02-2007 15-04-2006
6 Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam, Yogyakarta: Gama Media, 2001,hlm.108.
59
Alasan nikah
- Menunggu
waktu
pernikahan
di KUA
- Untuk
menanggulangi
cemoohan
masyarakat
- Belum
cukup umur
bagi
mempelai
wanita
- Mencari
tanggal baik
untuk akad
nikah
- Takut untuk
melanggar
aturan agama
Dari data di atas menunjukkan bahwasannya sebab-sebab terjadinya
pernikahan yang dilaksanakan menurut fiqih atau yang disebut nikah sirri di
wilayah kecamatan Sale bervariasi, yaitu sebagai berikut:
1. Menunggu waktu hari pernikahan di KUA.
2. Untuk menanggulangi cemoohan masyarakat.
3. Salah satu si mempelai terhalang oleh peraturan per-Undang-Undangan,
karena umurnya belum mencukupi.
4. Mencari tanggal baik untuk melaksanakan akad nikah.
5. Takut melanggar aturan agama.
Dari bentuk pernikahan menurut fiqih yang telah dilakukan oleh
sebagian masyarakat yang ada di wilayah kecamatan Sale dengan berbagai
sebab, tetapi mereka tetap memiliki kesadaran hukum terhadap aturan per-
Undang-Undangan yang berlaku. Hal ini dibuktikan dengan adanya
pelaksanaan pernikahan kembali yang mereka laksanakan di kantor KUA
kecamatan Sale. Sebagai bukti adanya pelaksanaan nikah kembali ini
ditunjukkan oleh data sebagai berikut:
60
Data Pelaksanaan Tajdidun Nikah Di KUA Kecamatan Sale
Nama
mempelai
pria/wanita
Yusuf Efendi
&
Sri Deni
Ahmad
Sholikhin &
Muzayanah
Sugeng
&
Warsun
Sunardi
&
Tatik
Wali nikah Darman Murtasim Wihanto Rahmad
Saksi
Ainul Yakin,
Karminto
Muhtarom,
Ahmad
Mukholikin
Kastum,
Solikhin
Karnadi,
Supardi
Yang
menikahkan
PPN PPN PPN PPN
Tanggal nikah 07-03-2007 08-06-2007 08-04-2007 25-04-2007
Alasan nikah
- Untuk
meresmikan
pernikahan di
KUA
- Untuk
memperoleh
peresmian
dari KUA
- Untuk
pencatatan di
KUA
- Untuk
diresmikan di
KUA
Dari adanya data tajdidun nikah di atas menunjukkan bahwa alasan
yang digunakan oleh masyarakat adalah sama-sama ingin mendapatkan
pelegalan pernikahan dari Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Sale. Hal
ini memberikan suatu pemahaman bahwa masyarakat di wilayah kecamatan
Sale mengetahui pentingnya melakukan pelegalan nikah yang akhirnya akan
dicatatkan/dituliskan pernikahannya dengan bukti dikeluarkannya surat akta
nikah dari KUA kecamatan Sale.
Mengenai pentingnya penulisan/pencatatan dalam suatu perjanjian
(akad) secara umum ditunjukkan dalam firman Allah surat al-Baqarah ayat
282-283 yaitu sebagai berikut:
61
⌧ ☺ ☺
☺
⌧ ⌧
☺ ☺
☺
☺ ⌧ ☺
☺
⌧ ⌧
62
☺ ⌧ 7
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
⌧ ⌧ ⌦
⌧ ☺
☺
☺ ⌦
7 Departemen Agama, Al-Qur’an Terjemah, Surabaya: al-Ikhlas, 2000, hlm. 84.
63
☺ ☺ 8
Artinya : Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dari dua ayat yang telah tersebut di atas bisa dipahami bahwa
menuliskan/mencatatkan suatu perjanjian (akad) memiliki manfaat yang
cukup besar, karena digunakan sebagai bukti tertulis yang menyatakan telah
terjadinya suatu perjanjian (akad). Kaitan dua ayat ini dengan pencatatan
nikah adalah, bahwa pernikahan adalah merupakan sebuah perjanjian dalam
hidup berkeluarga yang memiliki waktu cukup lama, sehingga diperlukan
adanya bukti secara tertulis dari pelaksanaan pernikahan itu yang akan
digunakan ketika muncul suatu persoalan dalam hidup berumah tangga di
kemudian hari.
Lembaga pencatatan perkawinan adalah Kantor Urusan Agama (KUA),
merupakan syarat administratif dan juga bertujuan untuk mewujudkan
ketertiban hukum serta memiliki manfaat yang cukup besar terhadap
berlangsungnya suatu pernikahan.9
Manfaat dari pencatatan nikah adalah sebagai berikut:
8 Ibid, hlm. 84 9 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, hlm.
111.
64
1. Sebagai bukti otentik untuk memperkuat komitmen pasangan suami dan
istri dalam hidup berkeluarga.
2. Untuk mengurus keperluan-keperluan penting dalam kehidupan
berkeluarga antara istri dan suami serta anak.
3. Untuk menentukan kejelasan hak waris dari anak ketika terjadi
persoalan.10
Untuk mencari akta nikah sebagai bukti terjadinya pernikahan maka
masyarakat di wilayah kecamatan Sale yang telah melaksanakan nikah sirri
kemudian melaksanakan nikah menurut hukum positif, maka harus mematuhi
aturan pernikahan yang ada, yaitu sebagai berikut:
1. Memberitahukan tentang perkawinan yang akan dilangsungkan kepada
pihak KUA dengan melengkapi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a. Surat Persetujuan Calon Mempelai (Model N-3).
Surat ini berisi tentang pernyataan kedua mempelai untuk
melakukan pernikahan atas dasar sukarela, dengan kesadaran sendiri,
tanpa paksaan dari siapapun juga, setuju untuk melangsungkan
pernikahan. Unsur-unsur yang ada pada isi surat adalah; nama
lengkap/alias, nama orang tua, tempat dan tanggal lahir, warga negara,
agama, pekerjaan dan tempat tinggal. Hal ini berlaku untuk calon
suami dan calon istri yang hendak melangsungkan pernikahan.
b. Akta Kelahiran atau Keterangan Asal-usul (Model N-2).
10 Happy Susanto, Nikah Sirri, Jakarta: Visi Media, 2007, hlm. 100.
65
Surat ini adalah surat yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah
setempat yang isinya tentang akta kelahiran si mempelai. Unsur-Unsur
yang ada dalam surat ini adalah; nama lengkap/alias, nama orang tua,
tempat dan tanggal lahir, warga Negara, agama, pekerjaan dan tempat
tinggal. Hal ini baik si anak, ibu dan ayah harus jelas dan memenuhi
unsur-unsur tersebut.
c. Surat Keterangan Orang Tua (Model N-4).
Surat ini berisi tentang pernyataan bahwa orang tua itu benar-
benar orang tua dari si mempelai. Unsur-Unsur yang ada dalam surat
ini adalah sebagai berikut; nama lengkap dan alias, Tempat dan
tanggal lahir, warga Negara, pekerjaan dan tempat tinggal. Unsur-
unsur ini berlaku baik bagi si ibu maupun si ayah agar diketahui secara
jelas.
d. Surat Keterangan untuk Menikah (Model N-1).
Surat ini adalah merupakan keterangan dari si mempelai untuk
menikah yang diketahui oleh Kepala Desa. Unsur-unsur yang ada
dalam surat ini adalah; nama lengkap dan alias, jenis kelamin, tempat
dan tanggal lahir, warga negara, agama, pekerjaan, tempat tinggal, bin-
binti, status perkawinan, dan nama atau suami terdahulu. Surat ini
dibuat si suami dan juga oleh si istri.
e. Surat Keterangan Kematian Suami / Istri (Model N-6).
Surat keterangan ini dibuat oleh kepala desa setempat yang
bertanggung jawab di wilayah tempat tinggal atau tempat matinya
66
suami/istri. Surat ini berisi tentang meninggalnya istri/suami jika yang
menikah dulu sudah mempunyai istri/suami. Unsur-unsur yang ada
dalam surat ini adalah; nama lengkap/alias, bin/binti, tempat dan
tanggal lahir, warga negara, agama, pekerjaan, dan tempat tinggal.
Surat ini diperuntukkan baik untuk ibu, ayah, maupun anak yang akan
menikah.
f. Surat Izin dan Dispensasi bagi yang Belum Cukup Umur (Model N-5).
Surat ini menyatakan tentang kebolehan orang tua untuk
memberikan izin pada putra/putrinya untuk melangsungkan pernikahan.
Unsur-unsur yang ada dalam surat ini adalah; nama lengkap dan alias,
tempat dan tanggal lahir, warga negara, agama, pekerjaan, tempat
tinggal.
Syarat-syarat yang telah disebutkan itu dilampirkan pada Surat
pemberitahuan kehendak nikah (Model N-7) yang dilakukan oleh
calon mempelai atau orang tua atau wakilnya, kemudian surat-surat
tadi yang beserta lampirannya tentang syarat pernikahan dicatat dan
diteliti terlebih dahulu oleh pembantu pencatat nikah (pembantu PPN)
yang mewilayahi tempat tinggal calon istri menurut contoh model N-
10, kemudian baru diajukan ke Kantor Urusan Agama (KUA) oleh
pembantu PPN. Surat yang sudah sampai di KUA maka kemudian
diperiksa dan diteliti oleh PPN yang berdasarkan pada contoh daftar
pemeriksaan nikah (Model NB). Selanjutnya setelah tidak ada
67
kekurangan dan permasalahan, maka kemudian Penghulu
mengumumkan kehendak pernikahannya.
2. Pelaksanaan akad nikah yang dilangsungkan berdasarkan kepada peraturan
yang berlaku kemudian keluarlah surat akta nikah dari Kantor Urusan
Agama (KUA) sebagai bukti telah terjadi pernikahan yang resmi menurut
hukum positif.
Dari uraian tentang pelaksanaan tajdidun nikah yang dilaksanakan
oleh KUA kecamatan Sale, menurut penulis apa yang telah dilakukan oleh
KUA yaitu bersifat menunggu adanya pemberitahuan dari masyarakat. Hal
ini merupakan suatu aktivitas yang wajar, karena mereka melaksanakan
berdasarkan pada peraturan per-Undang-Undangan yang ada. Masyarakat
yang selalu berperan aktif dalam pelaksanaan tajdidun nikah. Karena
mereka sadar bahwa pernikahan yang dilaksanakan hanya diakui menurut
fiqih. Sehingga untuk mendapatkan pengakuan dari hukum positif harus
mengikuti peraturan-peraturan yang ada.
Melaksanakan hukum positif berarti juga melaksanakan hukum
menurut fiqih, akibat dari pelaksanaan ini adalah dikeluarkannya tanda
bukti yang tertulis dari Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Sale
yang berupa surat akta nikah.
Surat akta nikah yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama
(KUA) kecamatan Sale memberikan manfaat yang cukup besar bagi
masyarakat untuk mengantisipasi adanya persoalan yang muncul dalam
kehidupan berkeluarga di kemudian hari. Hal ini yang menyebabkan
68
masyarakat di kecamatan Sale selalu berperan aktif dalam melaksanakan
pernikahan di Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Sale.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keseluruhan pembahasan mulai dari awal sampai akhir dapat
ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Tajdidun nikah yang dilaksanakan di Kantor Urusan Agama (KUA)
kecamatan Sale karena adanya nikah sirri. Dalam menyelenggarakan
tajdidun nikah ini KUA kecamatan Sale berdasarkan pada UU No.1 Tahun
1974 tentang perkawinan pasal 26 ayat 2 yang berbunyi: “Hak untuk
membatalkan oleh suami dan berdasarkan pada ayat 1 pasal ini gugur
apabila mereka telah hidup bersama sebagai suami istri dan dapat
memperlihatkan akta perkawinan yang dibuat oleh Pegawai Pencatat
Nikah (PPN) yang tidak berwenang dan perkawinannya harus diperbaharui.
2. Hukum dari tajdidun nikah yang diselenggarakan oleh KUA kecamatan
Sale adalah wajib, hal ini dikarenakan adananya peraturan per-Undang-
Undangan yang mengaturnya.
3. Pihak-pihak yang berperan atas terselenggaranya tajdidun nikah di KUA
kecamatan Sale adalah: 1) Kantor Urusan Agama (KUA) yang berperan
pasif, artinya menunggu adanya pemberitahuan dari masyarakat. 2)
Masyarakat yang berperan aktif dalam melaksanakan tajdidun nikah
karena mereka membutuhkan adanya pelegalan pernikahan dari KUA,
biarpun telah melaksanakan nikah menurut fiqih.
69
4. Tajdidun nikah di KUA kecamatan Sale dilaksanakan karena ada dua
bentuk pernikahan, yaitu: 1) Pernikahan menurut fiqih atau disebut dengan
nikah sirri. 2) Pernikahan menurut hukum positif, ialah suatu pernikahan
yang dilaksanakan berdasarkan pada peraturan per-Undang-Undangan
yang berlaku.
B. Saran-saran
1. KUA Kecamatan Sale diharapkan melakukan sosialisasi secara intensif
tentang adanya tajdidun nikah kepada seluruh masyarakat agar tidak
terjadi perbedaan pemahaman dalam penafsiran tajdidun nikah ini di
tengah-tengah masyarakat.
2. KUA diharapkan selalu memantau, mengontrol, dan mengawasi
perkembangan masyarakat mulai dari kalangan muda karena mereka inilah
yang kerap membahayakan sehingga membuat terjadinya pelaksanaan
tajdidun nikah.
3. Masyarakat di wilayah kecamatan Sale diharapkan lebih bisa memahami
tentang pentingnya pencatatan nikah yang dilakukan di Kantor Urusan
Agama (KUA).
4. Pemuka agama dan tokoh masyarakat seyogyanya ikut dalam memberikan
pemahaman pada masyarakat tentang kelemahan adanya nikah yang
dilakukan tanpa sepengetahuan dari pihak KUA (sirri).
70
C. Penutup
Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah
memberikan petunjuk dan pertolongan, serta kesehatan jasmani dan rohani
sehingga dalam penulisan skripsi mulai dari awal sampai akhir bisa berjalan
dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan pada beliau Nabi
Muhammad S.A.W. yang telah memberikan suatu perubahan besar dan positif
dalam segala bidang, khususnya dalam ilmu dan hukum keluarga.
Dengan segala kemampuan, penulis telah berusaha dengan segenap
usaha yang ada, baik dalam pikiran, tenaga, waktu dan lain-lain untuk dapat
menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Namun, karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan dari penulis, sudah barang tentu berpengaruh
pada penulisan skripsi ini, sehingga penulis sadar bahwa skripsi yang telah
disusun ini masih perlu adanya perbaikan dan pembenahan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dalam
penyempurnaan penulisan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bisa
memberikan manfaat khususnya pada diri penulis dan umumnya pada siapa
saja yang membacanya. Amin…
79
DAFTAR PUSTAKA Abd al-Rahman al-Syuyuthi, Jalaluddin, Al-Ashbah wa al-Nadzair, Indonesia:
Daar al-Ihya’ al-Kutub al-Arabiyah, t.th. Abdurrahman al-Jaziri, al-fiqh ala al-Madhahib al-Arba’ah, Baerut: Dharul
fikri,t.th. Abul Yasin, Fatihuddin, Risalah Hukum Nikah, Surabaya, Terbit Terang, 2005. Adi, Rianto, Metodologi Sosial Hukum, Jakarta: Granit, 2004. Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Fatkhul Bari (Syarah Shahih Bukhari), Jus
13, Darul Fikri, t.th. Al-Imam Zainuddin bin Ahmad bin Abdullatif al-Zubaidi, Mukhtashar Shahih
Bukhari, Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiah, t.th. Amin Summa, Muhammad, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2004. Aminuddin, Fiqih Munakahat, Bandung: Pustaka Setia, 1999. Anisah, Inayatul, Perlindungan Hukum terhadap Anak dari Perkawinan Sirri
setelah Pemberlakuan UU No.1 Tahun 1974 di Kabupaten Jember, Jurnal Penelitian STAIN Jember, Vol.4, No.3, Nopember, 2005.
Arifin, Muhammad, dkk., Hukum Islam Solusi Permasalahan Keluarga,
Yogyakarta, UII Press, 2005. Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Asrori, A. Ma’ruf, Tradisi Islam, Surabaya: Khalista, 2006. Aziz, Abdul, dkk., Samrotus Roudhotus Shaahid, Kediri: Pon-Pes Lirboyo, 1999. Azizy, A. Qodri, Reformasi Bermazhab, Jakarta: Teraju, 2003. Bakker, Anton, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1990. Baqir Al-Habsyi, Muhammad, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah dan
Pendapat Para Ulama’, Bandung: Mizan, 2002. Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualtitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
80
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah, Surabaya: CV. Karya Utama, 2000. ____________, Bahan-Bahan Penyuluhan Hukum, Jakarta: Direktorat Jendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1999/2000. ____________, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, Jakarta: 2004. ____________, Pedoman Pejabat Urusan Agama Islam, Jakarta: Direktorat
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004. ____________, Pedoman Pembantu Pegawai Pencatat Nikah. Jakarta: BKM
Pusat, 1991/1992. Efendi, Satria, dan M. Zen, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer,
Jakarta, Prenada Media, 2004. Effendi, Ma’mun, Konsep Fiqih dalam Al-qur’an dan Al-hadits, Semarang: CV.
Bima Sejati, 2006. Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1995. Habsul, Wannimag, Perkawinan Terselubung di Antara Berbagai Pandangan,
Jakarta, Golden Terayon Press, 1994. Hadi, Abdul, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989. Husain Al-Habsyi, Kamus al-Kautsar Lengkap, Surabaya: YAPI, 1997. Ibrahim al-Bajuri, Khasyiyah Syeh Ibrahim al-Bajuri, juz II, Baerut, Darul Kitab
al-Ulumiyah, t.th. Indra, Hasbi, Potret Wanita Sholehah, Jakarta: Penamadai, 2004. Ismail, A. Khusyairi, Tajdidun Nikah, Dalam Informatika, 19 Maret 2007. Kartanegara, Mulyadi, Pemikiran Islam Kontemporer, Yogyakarta: Jendela, 2003. Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju,
1990. KMA No. 477 Tahun 2004 tentang Pencatatan Nikah. Lampiran 10 KMA No. 298 Tahun 2003. ________ 11 KMA No. 298 Tahun 2003.
81
________ 12 KMA No. 298 Tahun 2003. ________ 13 KMA No.298 Tahun 2003. ________ 3 KMA No. 298 Tahun 2003. ________ 7 KMA No. 477 Tahun 2004. ________ 8 KMA No. 477 Tahun 2003. ________ 9 KMA No. 298 Tahun 2003. Laporan program kerja KUA kecamatan Sale tahun 2006. M. Amin, kepastian hukum sebuah perkawinan dan itsbat nikah, Mimbar Jumat,
10 Mei, 2007. Machfudh, Masduki, Bahstul Masa’il Diniyah, Malang: PPSNH, 2000. Maman kh, Metologi Penelitian Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006. Manan, Abdul, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006. Mulia, Siti Muzdah, Muslimah Reformis, Bandung: Mizan, 2005. Muthohar, Abdul Hadi, Pengaruh Mazhab Syafi’i di Asia Tenggara, Semarang:
Aneka Ilmu, 2003. Nasution, Harun, Pembaharuan Hukum Islam, Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:
Bulan Bintang, 1986. Nasution, Ladmuddin, Pembaharuan Hukum Islam dalam Mazhab Syafi’i,
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001. Nasution, Metologi Naturalistik-Kualitatif, Bandung: Tarsito.1992. Nurhaedi, Dadi, Nikah di bawah tangan. Yogyakarta, Saujana. 2003. Profil KUA Kecamatan Sale Tahun 2006. Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Ilmu Fiqih
Jilid II, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1984/1988.
82
Rekap Potensi Desa Tingkat Kecamatan 2006. Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000. ____________, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, Yogyakarta: Gama
Media, 2001. Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Hasan bin Umar, Bughyah Al-
Mustarsyidin, Indonesia: Darul Khaya’, t.th. Setiawati, Effi, Nikah Sirri Tersesat di Jalan Yang Benar, Bandung, Eja Insani,
2005. Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur'an, Bandung: Mizan, 1998. Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001. Susanto, Happy, Nikah Sirri apa Untungnya, Jakarta: Visi Media, 2007. Syaukani, Imam, Rekonstruksi Epistemologi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Usman, Suparman, Hukum Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001. Wahid, Marzuki, dkk., Fiqih Madzab Negara, Yogyakarta: LkiS, 2001.
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : K.H. Masyhari Status : Tokoh Agama Waktu wawancara : 05-05-2007 Hasil wawancara: 1. Bahwa ta’qidun nikah yang dilakukan oleh KUA Kecamatan Sale dalam rangka
melegalkan pernikahan sirri ke pernikahan yang yang diakui oleh negara adalah merupan keputusan yang baik karena untuk memberikan perlindungan hukum.
2. Bahwa hukum nikah yang sudah tertera dalam Fiqih merupakan suatu penjelas dari hukum pernikahan yang ada dalam al-Qur’an dan al-Hadits yang masih relevan dilaksanakan pada kondisi dan keadaan pada saat ini. Tetapi ada penambahan yaitu adanya persyaratan administrasi yang dilakukan di kantor KUA.
3. Dalam nikah sirri yang dilakukan tanpa sepengetahuan dari KUA maka ketika menikahkannya saya bertanya dulu pada si mempelai dalam hal ini calon suaminya, kapan nikahnya akan dicatatkan di kantor KUA, dalam hukumnya nikah ini (sirri) adalah syah karena sudah sesuai dengan aturan yang ada dalam ajaran agama Islam yang mana sudah tertera dalam Fiqih.
4. KUA dalam menjalankan tugasnya sudah baik, maksudnya sudah sesuai dengan apa yang seharusnya dikerjakan, tetapi dalam ongkos proses pernikahan yang diminta oleh KUA itu tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Dalam hal ini ada ongkos lain yang digunakan dalam nikah dan itu merupakan hal yang wajar, tetapi kurang pas dengan prosedur biaya pernikahan yang ada.
5. Bahwa pencatatan nikah itu harus dilakukan karena untuk memperoleh perlindungan hukum. Contohnya dalam mengurus akta kelahiran anak dan juga jika seseorang akan beristri lebih dari satu maka harus melakukan proses pencatatan nikah di KUA.
Mengetahui,
Pewawancara Responden
Ali Rosyidi K.H. Masyhari NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Ainul yakin Status : Tokoh masyarakat di Kecamatan Sale Waktu wawancara : 06-05-2007 Hasil wawancara: 1. Pelaksanaan ta’qidun nikah di KUA Kecamatan Sale kebanyakan para warga
melakukannya di tempat warga yaitu di rumah si mempelai wanita atau di rumah orang yang dianggap sebagai seorang ulama di daerah itu, kemudian tidak melakukan nikah di KUA. Dalam pelaksanaannya kebanyakan masyarakat di wilayah Kecamatan Sale masih percaya dengan mitos-mitos dalam penempatan akad nikah itu.
2. Rukun nikah adalah merupakan suatau aturan yang tidak dapat dirubah biarpun zaman dan kebudayaan masyarakat itu berubah. Tetapi masyarakatlah yang harus mengikuti aturan itu. Bukan aturan yang harus menyesuaikan dengan keadaan masyarakat.
3. Nikah sirri adalah sah karena sudah merupakan nikah yang mematuhi aturan-aturan dalam Fiqih, yaitu tentang rukun nikah. Tetapi sebaiknya harus dicatatkan di KUA karena demi mendapatkan perlindungan hukum negara yang akan mengayominya.
4. Pejabat KUA jika bekerja itu seakan-akan hanya bekerja untuk tanggung jawab atasan dan untuk terjun ke bawah yaitu ke masyarakat sangat kurang karena sampai sekarang belum ada sosialisasi tentang adanya pencatatan nikah yang dilakukan oleh pejabat KUA baik dari PPN atau penghulu.
5. Pencatatan nikah adalah merupakan aturan pemerintah untuk mengetahui dan mengontrol serta memberikan status hukumnya sebagai perlindungan yang pada akhirnya akan memudahkan orang tua untuk mengurus administrasi anak-anaknya. Mengenai biaya secara umum dalam pernikahan adalah Rp.92.500; terperinci sebagai berikut: 1.Untuk KUA sebesar Rp.35.000; 2.Untuk bedolan dari KUA sebesar Rp.25.000; 3.Untuk penghulu sebesar Rp.42.500; untuk bedolan malam ada penambahan biaya yaitu untuk jarak yang paling dekat dengan KUA adalah Desa Sale biaya sebesar Rp.80.000; dengan perincian yaitu untuk pembantu PPN sebesar Rp.20.000; sedangkan untuk PPN sebesar Rp.60.000; menurut pendapat saya bahwa orang bekerja itu dihitung harian berarti sehari semalam itu sudah cukup dengan biaya Rp.92.500; sebagai honoriumnya.
Mengetahui,
Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Ainul Yakin NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Hadi Pramono Status : Tokoh masyarakat dikecamatan Sale Waktu wawancara : 09-05-2007 Hasil wawancara: 1. Dalam penguatan nikah yang diselenggarakan di KUA Kecamatan Sale biasaya para
orang tua itu menuakan umur dari putra atau putrinya karena biar bisa nikah menurut aturan yang ada dalam KUA ( pemerintah) dan tidak menyalahi peraturan perundang-undangan. Orang desa mempunyai anggapan bahwa kekhawatiran apabila putrinya menjadi perawan tua. Oleh sebab itulah putri dari mereka biasanya dinikahkan lebih awal. Kemudian untuk sekarang mungkin pelaksanaan nikah sudah berjalan dengan baik sesuai dengan aturan perundang-undangan.
2. Tentang nikah sirri saya kurang setuju, hal ini dikarenakan akan digunakan permainan oleh yang melakukannya, biasaya pernikahan ini hanya menghadirkan ulama untuk menikahkan, biarpun secara agama itu sah tetapi pengaruhnya dalam kehidupan bisa membuat seseoarang (istri) menanggung kesusahan karena ditinggalkan oleh suaminya. Suatu contoh; orang akan melakukan pernikahan yang kedua padahal ia sudah punya istri yang sah secara negara dan agama kemudian akan menikah lagi. Karena terbentur dengan adanya prosedur yang dilalui, maka ia memilih jalur pernikahan sirri yang kemudian akan berakibat pada timbulnya ketidakadilan pada pihak istri.
3. KUA adalah merupakan tangan panjang dari departemen agama yang mengurusi tentang pernikahan, kalau mau menikah sebaiknya ke KUA karena ia yang menanganinya.
4. Bahwa pencatatan nikah yang biasanya dilakukan oleh PPN yang mana menurut suara-suara masyarakat bahwa PPN tarif tinggi. Hal ini sebenarnya tidak sesuai dengan PP yang ada, karena itu merupakan inisiatif dari PPN itu sendiri yang menjadikan adanya penggelembungan dana yang lain.
Mengetahui,
Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Hadi Pramono
NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Sulaiman Status : Tokoh masyarakat dikecamatan Sale Waktu wawancara : 12-05-2007 Hasil wawancara: 1. Ta’qidun nikah dalam nikah sirri, bahwa pernikahan sirri itu adalah sah secara agama,
dalam hal ini adalah Fiqih tetapi belum sah dalam anggapan hukum. Pernikahan ini bagi suami dan istri tidak dipermasalahkan, tetapi bagi anak yang nantinya lahir akan membuat permasalahan seperti pada pembagian hak waris, jika ada permasalahan sampai pada Pengadilan. Adanya pembuatan akta kelahiran yang disyaratkan dengan bukti adanya akta nikah.
2. Mengenahi rukun nikah saya berpendapat, bahwa orang-orang yang berkedudukan di KUA sudah berkompeten dengan hal ini, tetapi saya menyoroti dalam ta’liq talaq bahwa pembayaran Rp.1000; itu sudah sesuai atau belum dalam kondisi saat ini, kalau untuk zaman sekarang itu adalah Rp.10.000;.
3. Nikah sirri menurut saya adalah sah karena sudah sesuai dengan aturan Fiqih, tetapi kalau berpendapat tentang nikah ini saya kurang setuju hal ini dikarenakan adanya beberapa kelemahan dalam konsep النسأ ل قوامون عللرجاا.Yaitu laki-laki yang kuat sebagai pemimpin dari orang perempuan itu tidak masalah. Tetapi ini cenderung habis manis sepah dibuang dan kalau bisa itu saya menentangnya. Pernikahan ini boleh dilakukan untuk menjaga dari perbuatan zina, tetapi legaliatas itu perlu dilaksanakan dan alasannya adalah laki-laki itu kesukaannya adalah nikah, cenderung habis manis sepah dibuang, pengakuan di hadapan negara untuk sang anak tidak ada, karena tidak bisa mencari akta kelahiran.
4. Keberadaan KUA adalah sangat baik keterkaitannya dengan ajaran agama islam, yang kaitannya dengan masalah hukum nikah yang artinya pemerintah mengelola, artinya dengan negara Pancasila Indonesia tidak sekuler artinya mengurusi urusan nikah. Dengan masalah revisi hukum sangat prinsip itu lebih-lebih saya mengklarifikasi dalam urusan sumber, bahwa dalam syari’at Islam umur untuk menikah itu tidak disyaratkan yang penting baligh, tetapi dalam hukum perkawinan itu ada pembatasannya yaitu 16 tahun untuk yang perempuan dan yang laki-laki adalah 19 tahun.
5. Dalam pencatatan nikah di KUA saya menanggapi positif karena merupakan suatu langkah agar pernikahannya bisa mendapatkan perlindungan hukum. Misalnya jika dalam suatu saat terjadi suatu perceraian maka anaknya mendapat nafkah sampai dewasa yang diputuskan oleh pengadilan agama.
Mengetahui,
Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Sulaiman NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Rohmad Basedo Status : Tokoh masyarakat di Kecamatan Sale ( PPN) Waktu wawancara : 05-05-2007 Hasil wawancara: 1. Dalam penguatan nikah yang dilakukan oleh KUA dalam rangka melegalkan nikah
sirri ke nikah yang resmi menurut pemerintah, menurut saya itu merupakan hal baik karena ada perkembangan yang lebih baik sepanjang yang dinikah sirri dalam tatanan negara itu benar dan sah, kenapa tidak sepanjang tidak ada masalah-masalah urusan administrasi kenegaraan.
2. Rukun nikah masih relevan di wilayah syari’ah, menurut saya yang perlu diperbaiki untuk di wilayah Sale adalah wali, karena menurut mereka yang menjadi wali dalam nikah itu adalah ulama atau penghulu, padahal yang lebih dekat adalah orang tuanya.
3. Nikah sirri hukumnya adalah sah, nikah ini dianggap sah menurut agama tetapi tidak sah menurut pemerintah yang mana akan mengakibatkan penderitaan bagi si wanita yaitu tidak ada status hukumnya, dan sepertinya wanita adalah bahan kelinci percobaan dan sewenang-wenangnya kaum laki-laki terhadap wanita tersebut. Saya sebagai PPN kurang setuju terhadap pernikahan ini, karena kurang memberi kemaslahatan pada kedua belah pihak yang mana tujuan keadilan tidak tercapai.
4. KUA semua bedasarkan intruksi dari atasan yaitu Departemen Agama, yang mana menurut saya KUA sebagai bidang mengurusi administrasi ini perlu adanya pembenahan-pembenahan dalam bidangnya.
5. Pencatatan nikah menurut saya adalah hanya sebagai klarifikasi, yang artinya jika si A menikah di lain tempat padahal di daerah sini sudah ada bukti pencatatan nikah, maka inilah yang akan meNIMbulkan kemaslahatan yang pada akhirnya menunjukkan kebenaran yang kemudian terhindar dari adanya kejahatan-kejahatan.
Mengetahui, Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Rohmad Basedo NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Ali Munadi Status : Tokoh masyarakat dikecamatan Sale Waktu wawancara : 12-05-2007 Hasil wawancara: 1. KUA saya kira sudah baik dalam nikah sirri, misalnya si A nikah dengan si B
kemudian di’akadkan oleh ulama (kyai) karena jika syarat syahnya nikah sudah terpenuhi maka tidak masalah untuk melangsungkan pernikahan. Untuk masalah pencatatan nikah itu sebenarnya harus dilaksanakan karena nantinya untuk si anak agar tidak kesulitan, misalnya dalam mencari akta kelahiran membutuhkan akta nikah orang tua, untuk bekerja juga membutuhkan akta nikah. Maka manfaat akta nikah itu sangat banyak dalam hubungan prosedur dengan instansi terkait maupun hanya merupakan bukti otentik.
2. Menurut pendapat saya dalam menanggapi tentang rukun nikah bahwa perubahan dan perkembangan zaman itu tidak menunjang sepenuhnya. Kalau sudah namanya
)حدشرع( mengapa harus dirubah. Dengan ini karena sejarah illatnya sudah jelas, kalau nanti ada dharurat maka ini nanti dilihat sejauh mana dharuratnya.
3. KUA dituntut tidak hanya mengurusi nikah, talaq, rujuk, tetapi ada program baru yaitu tentang zakat para pegawai negeri sipil di wilayah Kecamatan Sale, dalam hal ini pegawai depad. Dalam pengumpulan dana ini nanti akan disalurkan pada fuqoro’ dan masakin, yang alhamdulillah progam baru ini bisa menghasilkan 15 ekor kambing yang akan disalurkan pada golongan fuqoro dan masakin di wilayah Kecamatan Sale, yang mana aturannya adalah sebagai berikut; kambing setelah beranak 2 ekor maka anak yang 1 ekor diminta oleh KUA dan akan dibagikan lagi pada yang lainnya. Progam ini setiap bulan akan memberikan bentuk yang berbeda mungkin yang sekarang kambing, maka untuk bulan selanjutnya akan berbeda bentuk dalam misi mengentaskan faqir miskin.
4. Keberadaan KUA diharapkan bisa untuk memberikan pelayanan yang baik dalam hal nikah, talaq, dan rujuk serta dalam progam pengelolaan zakat diharuskan 1 tahun sekali yang mungkin bisa melakukan pengelolaan yang dimulai sejak awal-awal bulan. Dalam mengurusi pernikahan KUA sekarang sangat jeli dan hati-hati karena banyaknya pemalsuan baik umur dan identitas maka dalam pernikahan sekarang disyaratkan dengan adanya akta kelahiran dan menggunakan ijazah.
5. Untuk pencatatan nikah yang dulu hanya diketahui oleh RT, RW dan kemudian diajukan ke KUA, tetapi sekarang tidak karena sudah ada PPN yang bertugas mengklarifikasi adanya persyaratan nikah karena pengantisipasian adanya pemalsuan identitasnya, pembentukan PPN itu kurang lebih sudah 3 tahun yang lalu. Untuk ongkos biaya administrasi perkawinan adalah kurang lebih Rp.65.000; karena tahun lalu itu ada kecemburuan sosial antara daerah satu dengan daerah yang lain.
Mengetahui, Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Ali Munadi NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Marzuki Status : PPN Waktu wawancara : 13-05-2007 Hasil wawancara: 1. Menurut pendapat saya bahwa ta’qidun nikah yang dilakukan di KUA Kecamatan
Sale itu dari nikah sirri ke nikah yang resmi tidak wajib diulang kembali akad nikahnya, karena menurut agama Islam nikah itu hanya satu. Jika itu terjadi yang menikahkan seorang kiyai yang benar-benar kiyai maka saya bertanggung jawab dengan adanya pernikahan itu, karena KUA hanya sebagai pencatatan dalam administrasinya saja.
2. Rukun nikah ada 5 yaitu; adanya dua mempelai (laki-laki dan wanita), wali, 2 orang saksi, mahar, ijab-qobul. Itu sudah merupakan ketentuan agama dan bersumber pada al-Qur’an dan hadits maka tidak bisa dirubah, kecuali jika wali tidak mau menikahkan maka yang menjadi adalah wali hakim.
3. Tidak setuju dengan adanya nikah sirri, sebab jika nikah sirri akan menyulitkan seorang anak, yang salah satunya untuk mencari akta kelahiran. Hal ini terjadi pada nikah sirri yang sudah hamil 6 bulan baru dinikahkan di KUA, kemudian dalam kurun waktu 2 bulan berlanjut sudah punya anak, kemudian saya sebagai PPN mencari akta kelahiran karena di kantor catatan sipil itu ditanyakan mengapa jarak antara selang waktu nikah dan lahir hanya 2 bulan dan hal ini secara logika tidak bisa dipercaya karena antara perkawinan sampai lahirnya anak paling cepat adalah 6-7 bulan. Dalam pelaksanaan nikah sirri yang secara agama sudah sah kemudian untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah disyaratkan harus dengan akad nikah kembali maka saya tidak setuju, karena ini hubungannya dengan agama dan dalam kitab-kitab manapun itu tidak ada secara tegas disebutkan. Secara tegas saya menolak pernyataan yang mengharuskan adanya pernikahan kembali dalam rangka melegalkan nikah sirri.
4. KUA adalah ujung tombak Departemen Agama yang ada di Indonesia dengan bukti bahwa TPQ yang mengelola KUA, BAZIZ yang mengelola KUA, dan kemarin itu sudah memberikan kambing 15 ekor pada para fakir-miskin dan alhamdulillah saya juga dapat. Yang disayangkan bahwa belum ada yang memikirkan nasib para PPN padahal tugasnya adalah sangat berat harus mengontrol dan mengawasi keadaan setiap saat. gajinya didapat jika ada pernikahan yang mana per-akadnya mendapat Rp.25.000;
5. Pencatatan nikah menurut saya itu wajib dengan alasan bahwa jika terjadi sesuatau permasalahan maka akta nikah bisa digunakan sebagai bukti dan jika sudah mempunyai anak maka sangat berguna untuk mengurus akta kelahiran si anak. Biaya untuk satu kali nikah adalah Rp. 125.000; jika bedolan harus ditambah Rp.70.000;.
Mengetahui, Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Marzuki NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Moh. Umar Faruq Syamsyi Status : Tokoh masyarakat (PPN) Waktu wawancara : 13-05-2007 Hasil wawancara: 1. Dalam pernikahan jika wali menghendaki untuk menikahkan maka jika syarat sahnya
sudah terpenuhi maka hukumnya sah, tetapi yang lebih baik dinikahkan di KUA, karena surat nikah itu sangat dibutuhkan, bisa dalam bepergian atau jika ada permasalahan-permasalahan yang lain. Dalam nikah sirri jika si mempelai ingin diresmikan di KUA maka hanya lapor ke PPN dan nanti PPN yang akan mengurusi di KUA tanpa adanya nikah kembali dan itu oleh KUA mendapat penghormatan yang baik karena dia sadar tentang pentingnya adanya pencatatan nikah. Menurut saya jika sesuatu dirasa masih ada ragu-ragu oleh wali maka ia meminta untuk dinikahkan maka akan dinikahkan dan jika tidak ragu-ragu maka langsung mendapat surat nikahnya.
2. Rukun nikah yang dianggap sah itu sudah memenuhui syarat di antaranya; adanya mempelai putra dan putri, wali, 2 orang saksi, mahar, ijab-qobul. Jika masalah akad maka wali kalau sudah menghendaki pada kyai, maka pak penghulu tidak berani menikahkan, maka penghulu tinggal mencatatat.
3. Nikah sirri jika antara calon istri dan calon suami tidak bisa diatur maka lebih baik dinikahkan sirri biar tidak menanggung dosa yaitu zina, karena sudah saling akrabnya bergaul dan kemudian setelah itu baru dilanjutkan ke persyaratan administrasi di KUA. Tetapi kalau bisa jangan, lebih baik nikahkan yang secara resmi di KUA, karena pemerintah mengatur agamanya, pemerintahannya dan kelestariannya.
4. KUA sudah membentuk PPN yang berfungsi mengontrol, mengawasi di sekitar daerahnya tentang pergaulan remaja sampai pada masa perkawinan dan mengatasi perkawinan-perkawinan liar.
5. Pencatatan itu sangat penting, karena si mempelai itu membutuhkan sertifikat untuk sebagai bukti otentik kalau mereka telah menikah. Untuk biaya administrasinya adalah Rp.125.000; kalau di kantor. Sedangkan kalau melakukan dengan cara bedol, maka ada tambahan biaya transportasinya sesuai dengan jauh dekatnya tempat perkawinan dengan letak KUA. Kalau di desa Mrayon biaya tambahannya adalah Rp.100.000;.
Mengetahui, Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Moh. Umar Faruq Syamsyi NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : K.H. Makin Status : Pengasuh Pon-Pes Roudhotut Tolibin Kecamatan Sale Waktu wawancara : 07-05-2007 Hasil wawancara: 1. Nikah sirri menurut agama itu sah, tetapi menurut pemerintah itu belum sah sampai
sekarang. Selama saya menikahkan antara mempelai laki-laki dan perempuan karena sudah dipandang itu tidak layak dan dikhawatirkan kalau terjerumus pada jurang kenistaan (zina) maka saya nikahkan. Tetapi sekian banyak yang telah menikah ada beberapa orang yang tidak bertanggung jawab dalam artian dia sebagai seorang suami itu meninggalkan istrinya padahal si istri sudah punya anak, akhirnya dia memohon untuk bisa diceraiakan, maka suami sudah terlanjur pergi maka sekarang tidak bisa diceraikan. Untuk saat ini saya sudah merasa takut jika dimohon untuk menikahkan sirri pada masyarakat di sekitar, kecuali jika yang memohon menurut anggapan saya sudah bisa dipercaya maka saya baru mau untuk menikahkan, itu saya setelah menikahkan saya memberitahukan pada bapak Penghulu dengan alasan tadi, paling tidak saya sudah mencegah adanya kemungkaran.
2. Rukun nikah yaitu; wali, ijab dan qobul, 2 orang saksi, mempelai laki-laki dan perempuan, dan mahar. Dalam masa sekarang biasanya orang yang sebagai wali dan saksi dalam prakteknya orang-orang itu banyak yang tidak ibadah padahal syaratnya menurut agama adalah adil, kalau menurut saya wali dan saksi yang dipraktekkan untuk zaman sekarang kurang pas.
3. Masalah pencatatan nikah itu perlu dikakukan karena dikhawtirkan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka bukti otentik yang berupa akta nikah itu bisa menjadi bukti dan juga jika mengurus akta kelahiran anaknya maka akta nikah juga diperlukan dan juga ketika pergi jauh akta nikah juga diperlukan sebagai SIM.
4. Keberadaan KUA sangat diperlukan karena untuk sebagai administrasi dalam pernikahan yang mana dari sekian banyak orang pasti akan membutuhkan peran dari KUA untuk membantu dalam pembuatan akta nikah.
Mengetahui, Pewawancara Responden
Ali Rosyidi K.H. Makin NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Ahmad Sururi Status : Anggota DPRD wilayah Kecamatan Sale Waktu wawancara : 07-05-2007 Hasil wawancara: 1. Nikah sirri itu merupakan suatau pernikahan yang dibolehkan menurut agama dan
dilarang menurut pemerintah karena tidak ada hukum yang memaksa dan melindunginya. Nikah semacam itu boleh-boleh saja dilakukan karena ketika agama membolehkan mengapa masyarakat dilarang. Kalau dalam ta’qidun nikah yang dilakukan oleh para penghulu di KUA Kecamatan Sale dalam rangka melegalkan nikah sirri ke nikah yang resmi dengan akad nikah kembali menurut saya itu boleh, secara substansinya nikah itu sudah sah tetapi dalam hal ini KUA hanya bersifat simbolis dalam menikahkan itu.
2. Menurut saya pernikahan itu mempunyai rukun yang mana itu sudah cukup sebagai suatu aturan dalam memberikan suatu keabsahan suatu pernikahan karena pada saat ini saya kira rukun itu sudah bisa mencakup semuanya.
3. KUA menurut saya itu adanya pengoptimalan kinerjanya karena pada dasarnya tugas dari KUA adalah memajukan agama Islam tetapi kenyataannya hanya wilayah saja yang diurusi dan lebih riskan lagi pejabat-pejabatnya itu tidak tinggal di wilayah Kecamatan Sale ada yang di Sarang dan di Pamotan. Kemudian tugas dari KUA yang lain yaitu memajukan TPQ, Madrasah, saya kira belum terlaksana dan setahu saya pernah dikumpulkan satu kali para kyai-kyai untuk membahas masalah itu. Pada saat ini yang terjadi di lapangan yang bergerak dalam usaha memajukan agama adalah para Ulama, Kyai dan Ustadz.
4. Pencatatan nikah itu sangat diwajibkan karena kita hidup di Indonesia dan itu juga berfungsi antara lain untuk mencari akta kelahiran anak dan juga dalam kaidah disebutkan bahwa hal-hal yang mengikuti wajibnya sesuatu maka itu dianggap wajib. Di sini pencatatan nikah itu sebagai syarat yang mengikuti hukum pernikahan, maka hukum dari pencatatan nikah itu wajib pula.
Mengetahui, Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Ahmad Sururi NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Toyyib Status : PPN Waktu wawancara : 13-05-2007 Hasil wawancara: 1. Ta’qidun nikah itu baik dan perlu karena pernikahan antara hukum agama dan
pemerintah akan seiring. Pernikahan sirri itu akan membawa dalam suatu pernikahan yang nantinya kurang maslahat karena tidak mendapat payung hukum dari negara, yang akibatnya jika akan mengurus tentang keadministrasian itu sulit. Apabila anak lahir maka akan kesulitan mengurus akta kelahiran dan juga mudah dipisahkan. Kemudian hak waris anak akan terkatung-katung, artinya tidak jelas menurut hukum.
2. Rukun nikah itu adalah ada mempelai laki-laki dan perempuan, 2 orang saksi, wali, ijab dan qobul. Kemudian masalah bacaannya, jika disesuaikan dengan bahasa adat itu lebih baik. Dengan adanya perkembangan zaman, yang penting pokok dari rukun itu tidak ditinggalkan karena berhubungan dengan hukum yang menetapkan keabsahan nikah itu sendiri.
3. Keberadaan KUA itu sebenarnya sudah lama tetapi yang untuk mengurusi masalah keagamaan perlu ditingkatkan, misalnya masalah mutu pelayanan itu untuk ditingkatkan pada waktu sekarang. Untuk karyawan KUA kalau bisa ditambah biarpun sudah dibantu dengan komputer, karena untuk melayani seluruh masyarakat di Kecamatan Sale itu sangat kurang, hal ini sebenarnya yang perlu diperhatikan oleh Departemen Agama.
4. Pencatatan nikah itu sangat perlu, karena untuk mencari akta kelahiran anak dan juga ketika pergi dan menginap di manapun akta nikah bisa digunakan sebagai SIM untuk melindungi dari pengawasan masyarakat. Ongkos administrasinya antara desa dengan desa yang lain itu berbeda, untuk di daerah Mrayon sebesar Rp.125.000;.
Mengetahui, Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Toyyib NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Sukardi Status : Tokoh agama dan PPN Waktu wawancara : 11-05-2007 Hasil wawancara: 1. Nikah sirri yang selama ini saya ketahui bahwa orangnya menikah di daerah lain,
tetapi sampai saat ini saya belum pernah mengurusi pernikahan yang demikian. 2. Rukun nikah yaitu harus ada pengantin laki-laki dan perempuan. Kenyataannya
dalam kehidupan di masayarakat ada yang beranggapan bahwa antara pengantin laki-laki dan perempuan belum bisa diketemukan sebelum akad, tetapi pada waktu setelah akad hal ini baru bisa diketemukan. Ada juga yang seperti pada umumnya yang berlaku di wilayah Kecamatan Sale.
3. Saya kurang sependapat dengan adanya nikah sirri, karena kalau nantinya punya anak maka tidak bisa mencari akta lahir anak, dan dalam kehidupan di masyarakat itu juga akan mengalami kesulitan, mungkin dalam hal yang berhubungan dengan bidang keadministrasian.
4. KUA menurut saya itu karena sudah memberikan pelayanan yang baik untuk keagamaan dalam hal ini pernikahan dalam masyarakat.
5. Pencatatan nikah itu wajib, karena nanti akan banyak manfaatnya antara lain; untuk akta kelahiran, sebagai SIM, sebagai bukti kalau terjadi permasalahan dalam pernikahan di kemudian hari. Untuk ongkos pernikahan kurang lebih adalah Rp.300.000; itu yang secara lengkap.
Mengetahui, Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Sukardi NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Amin Musa Status : Kepala KUA Kecamatan Sale Waktu wawancara : 08-05-2007 Hasil wawancara: 1. Yang melatarbelakangi adanya ta’qidun nikah adalah bahwa yang banyak melakukan
ta’qidun nikah yaitu adanya persyaratan yang masih belum terpenuhi dan terburu-terburu segera untuk melaksanakan pernikahan, yang artinya mereka sepakat melakukan pernikahan tanpa sepengetahuan PPN. Karena dalam pernikahan tidak diketahui oleh pihak KUA, maka ketika akan diresmikan kami sebagai PPN sekaligus kepala KUA mewajibkan untuk menguatkan perkawinannya dengan cara melaksanakan akad nikah kembali.
2. Dalam istilah ini memang kami menggunakan istilah ta’qid dan tidak tajdid tetapi substantinya sama. Kalau ta’qid itu menguatkan nikah sedangkan tajdid itu memperbaharui nikah. Dalam sisi hukum itu sama biarpun masyarakat umum dikatakan tajdid dan itu sebenarnya sama.
3. Ta’qid ini mulai terjadinya saya kurang jelas, tetapi yang pasti untuk sampai saat ini kadang-kadang itu masih ada dan juga karena pengetahuan masyarakat semakin pandai akhirnya pernikahan-pernikahan yang tidak diberitahukan pada pihak KUA sudah jarang terjadi. Kemudian yang banyak masyarakat itu memilih pernikahan-pernikahan yang secara resmi dilakukan oleh pihak KUA.
4. Peraturan ta’qidun nikah itu sesuai dengan peraturan nikah yang lain, karena pernikahannya tidak diawasi oleh pihak KUA, maka dilakukan pernikahan yang dilakukan dan diawasi oleh KUA, dan masalah penentuan waktunya itu diserahkan pada pengantin yang bersangkutan.
5. Untuk proses pelaksanaannya itu seperti pelaksanaan-pelaksanaan nikah pada umumnya.
6. Kami cuma bisa menganjurkan kalau mereka tetap tidak mau dinikahkan maka kami memilah-milah, yang artinya melihat siapa yang menikahkan. Jika itu para ulama dan kami percaya maka tidak usah diakadkan kembali.
7. Untuk menjaga kewibawaan dari KUA sendiri, bahwa kami memberikan batasan-batasan. Bahwa jika di masyarakat diadakan nikah sirri maka konsekuensinya harus diadakan nikah ulang yang diawasi oleh KUA.
8. Dalam sosialisasinya yaitu dilaksanakan pada pertemuan-pertemuan di majlis ta’lim dan di sana kami memberikan informasi bahwa dalam pernikahan jangan sampai diadakan pernikahan di bawah tangan karena resikonya sangat besar, sedangkan nikah secara resmi itu lebih dianjurkan dan juga biayanya lebih ringan serta prosesnya lebih gampang.
9. Respon dari tokoh agama dengan adanya ta,qidun nikah ini yaitu mereka sangat setuju, karena jika ada nikah sirri itu akan membawa resiko yang besar dan berbahaya serta hal itu bisa terjadi kalau dalam keadaan yang dharurat.
10. Rukun nikah untuk kajian hukum secara mutlak tidak dibantah lagi, menurut saya tidak perlu diperbaiki dan diubah-ubah lagi, karena sudah merupakan aturan pokok yang harus diikuti.
11. Mengenai keabsahan nikah itu bukan tergantung dari aturan-aturan yang mencatatnya, sehingga kami meskipun dalam rukun nikah itu tidak ada pencatatan di dalam lembaran negara maka kami tetap berpijak bahwa nikah yang dianggap sah menurut negara maka harus tercatat di Akta Nikah kami. Biaya administrasi nikah mulai proses awal sampai akhir yaitu Rp.92.500; untuk bedolan ditambah Rp.25.000;, karena kami mengedepankan sebagai pelayan masyarakat.
12. Nikah sirri, karena itu bukan wilayah kami maka kami tidak akan mencampuri, tetapi kalau mereka akan melakukan ke pernikahan resmi maka harus sesuai dengan aturan yang berlaku.
13. Alasan-alasan Seperti yang terdapat dalam kitab Bughiyah al-Mustarshidin yaitu: a. Diperbolehkan untuk mengulang pernikahan, tetapi yang lebih afdhol itu harus
ditinggalkan. b. Boleh melaksanakan akad nikah yang kedua supaya lebih afdhol tidak usah
dilaksanakan akad nikah yang kedua.
Mengetahui, Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Amin Musa NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Supangat Status : PPN Waktu wawancara : 07-05-2007 Hasil wawancara: 1. Saya berpendapat bahwa nikahnya bersifat mengulang, maksudnya tetap
membenarkan pernikahan yang pertama, dan saya adalah merupakan pelakunya dan tempat nikahnya di rumah bapak Naib, hanya yang membedakan yaitu adanya akta nikah yang secara resmi dikeluarkan oleh KUA Kecamatan Sale.
2. Untuk rukun nikah saya kira yang perlu ada perbaikan yang penting 5 rukun itu sudah terpenuhi, yaitu adanya mempelai laki-laki dan perempuan, wali, saksi ijab dan qobul saya kira itu sudah cukup.
3. Nikah sirri kalau menurut saya itu boleh, tetapi dengan syarat bisa menjaga daripada nanti akan berbuat hal-hal yang tidak diinginkan, karena hal ini terjadi biasanya kalau persyaratan yang diajukan oleh KUA belum terpenuhi. Contoh pada umumnya nikah sirri inilah yang digunakan untuk menyelamatkan dari keduanya dari kemaksiatan.
4. KUA saya kira sudah baik, karena sudah melayani mulai dari ujung sampai kota yang ada di wilayah Kecamatan Sale dengan baik.
5. Bahwa pencatatan nikah itu lebih perlu, karena itu akan berakibat pada ahli waris dan juga nanti memudahkan mencari akta kelahiran seorang anak.
Mengetahui, Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Supangat NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Machfudz Status : PPN Waktu wawancara : 05-05-2007 Hasil wawancara: 1. Nikah sirri adalah sah, karena nikah itu sudah memenuhi persyaratan rukunnya.
Untuk daerah sini (Kowang) banyak orang pemuda yang awam tentang agama. Karena jika bergaul dengan perempuan itu sangat dekat sekali akhirnya dikhawatirkan akan membawa ketidakbaikan dan juga bisa terjerumus dalam perzinaan, itulah sebabnya nikah sirri sebagai solusi terbaik. Kemudian setelah menjalankan pernikahan baru diadakan proses peresmian, dalam hal ini nikah yang tercatat di KUA.
2. KUA sangat diperlukan karena untuk melakukan admimistrasi pernikahan paling tidak juga harus ke Kantor Urusan Agama, dengan adanya hal itu saya sangat mendukung dengan apa yang diprogamkan KUA, karena demi kemajuan agama.
3. Pencatatan nikah itu wajib, karena nanti akan diperlukan untuk mencari kelahiran anak, untuk sebagai bukti jika di suatau saat terdapat permasalahan-permasalahan tentang adanya pernikahan.
4. Dalam ta’qidun nikah menurut saya itu adalah sunnah dan tidak usah dinikahkan kembali, karena jika nikahnya itu yang menikahkan adalah kyai itu akan lebih mantap, dan secara otomatis rukun nikah sudah terpenuhi dan sebaiknya tidak dinikahkan kembali. Ongkos pernikahan kurang lebih Rp.150.000;.
5. Proses pendaftaran nikah yang penting ada akte kelahiran, KTP dan ijazah.
Mengetahui, Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Machfudz NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : A. Muhib Status : Tokoh agama Waktu wawancara : 08-05-2007 Hasil wawancara: 1. Nikah sirri itu baik dengan syarat nanti diakadnikahkan di KUA, karena nanti untuk
mengurus hak waris jika terjadi permasalahan tidak bisa kalau tidak nikah resmi. Untuk ta’qidun nikah di daerah Terongan istilah itu dikatakan ”mbangun nikah” yaitu melakukan nikah kembali, yang mana anggapannya adalah nikah yang dulu kurang sempurna yaitu mengenai hari dan tanggal pernikahan dalam prosesnya juga diakadkan kembali, tetapi di situ tidak dihadiri oleh penghulu/pembantu PPN.
2. Rukun nikah itu kan harus memenuhi syarat rukunnya, tetapi di daerah sini dalam hal ini wali jika tidak ada maka untuk mempermudah langsung dilimpahkan pada wali hakim.
3. Nikah sirri itu nikah yang baik daripada zina (kumpul kebo), tetapi kalau ada mempelai yang belum siap untuk nikah saya tidak berani menikahkan sirri, tetapi ada orang yang sudah menikah kemudian istri akan disirri orang lain itu terjadi, dan kalau dicari hukumnya apakah ada wanita yang sudah punya suami nikah kembali itu kan tidak ada. Nikah sirri yang berkelanjutan itu sering terjadi, dan budaya di daerah sini sering dan sebagian banyak masyarakat senang dengan nikah model sirri, karena apa ada salah satu tokoh masyarakat yang kata-katanya dipercaya (dukun), itu mengatakan bahwa tanggal baik untuk nikah itu sekarang, dan sekarang waktunya untuk wati. Itulah sebabnya akhirnya saya memberikan solusi dengan menggunakan nikah sirri tersebut.
4. Untuk pencatatan nikah itu saya setuju dengan adanya hal itu dan tidak wajib. Hal ini hanya sebagai bukti secara keadministrasian saja.
Mengetahui, Pewawancara Responden
Ali Rosyidi A. Muhib NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Ririn Status : Sekretaris kantor kecamatan Sale Waktu wawancara : 05-05-2007 Hasil wawancara: 1. Menurut saya, bahwa kecamatan Sale ini merupakan daerah hutan, karena menurut
data yang saya ketahui dari 15 desa yang ada di kecamatan Sale bahwa wilayah yang dipakai oleh pihak perhutani seluas 6.131.700.Ha.
2. Tanaman yang ada di hutan kebanyakan adalah pohon jati, karena tanahnya yang subur dan cocok untuk tanaman pohon jati dan juga harga dari hasil tanaman jati mempunyai nilai harga jual yang cukup tinggi.
3. Mengenai tempat penampungannya yaitu berada di TPK kecamatan Sale yang pastinya ada di desa Sale.
4. Mengenai kantor-kantor di kecamatan Sale ada yang swasta dan negeri. Kalau yang swasta antara lain, perusahaan kulit al-kuba, perusahan pemecah batu, perusahaan gamping, perusahaan bata, bannk-bank swasta. Kalau yang negeri yaitu kantor pos, kantor kepolisian, kantor koramil, kantor pegadaian, KUA, BRI, dan kantor Departemen Pendidikan kecamatan Sale.
Mengetahui,
Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Ririn NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Zainul Khanif Status : Ketua Remaja Masjid Miftahul Huda Waktu wawancara : 05 dan 06 -05-2007 Hasil wawancara: 1. Kegiatan yasin dan tahlilan yang sudah menjadi adat di daerah sini yaitu di
kecamatan Sale, dilakukan oleh para pemuda dan pemudi, ada juga yang dilakukan oleh bapak-bapak biasanya mereka yang ikut berumur berkisar 35-60 tahun.
2. Mengenai tempatnya ada yang dilakukan di masjid dan waktunya setelah sholat maghrib malam jum’at, yang dilakukan secara berjamaah waktunya berbeda-beda, misalnya seperti yang dilakukan oleh bapak-bapak di desa Mrayon yaitu dilakukan pada hari Rabu.
3. Di daerah sini kalau mengadakan acara pengajian yang besar itu masyarakat melakukan dengan kompak dan persiapannya betul-betul diperhatikan, apalagi kalau menghadirkan penceramah dari luar daerah persiapan yang dilakukan akan lebih matang.
4. Waktu pelaksanaannya untuk pengajian yang sering dilakukan menggunakan patoan pada itungan Syamsyiah (matahari) dan Komariah (bulan).
Mengetahui,
Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Zainul Khanif NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Ari Suharno Status : Ketua Perkumpulan Santri Kecamatan Sale Waktu wawancara : 07 -05-2007 Hasil wawancara: 1. Membaca al-barzanji itu sudah biasa dilakukan dan sudah menjadi tradisi atau adat di
kalangan masyarakat Sale. 2. Yang melakukannya biasanya adalah remaja-remaja dan ada juga bapak-bapak, tetapi
yang sering melaksanakannya adalah pada kalangan remaja. 3. Mengenai waktu pelaksanaannya biasanya dilaksanakan pada malam Jum’at atau
malam Selasa. 4. Berbicara tentang ta’qidun nikah hal ini merupakan suatu hal yang menyatakan
bahwa nikah yang awal tidak dianggap yang mana secara otomatis menjadi fasak atau rusak.
Mengetahui,
Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Ari Suharno NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Mafthuh Status : Tokoh agama Waktu wawancara : 08 -05-2007 Hasil wawancara: 1. Mengenahi kebiasaan membaca manaqib pada masyarakat yang saya ketahui ada
yang selalu membaca manaqib dalam perkumpulan atau dalam keadaan sendiri-sendiri, tetapi biasanya ini dilakukan oleh masyarakat yang secara khusus mengikuti toriqoh, karena hal itu sudah merupakan kewajiban baginya.
2. Secara umum membaca manaqib yang sering dilakukan oleh masyarakat pada umumnya di masyarakat yang ada di kecamatan Sale yaitu dilakukan dengan cara bersama-sama karena ada yang mempunyai hajat dengan harapan agar mendapat barokah dari Syeh Abdul Qodir al-Jailani sehingga hajat yang diinginkan mudah terkabulkan.
Mengetahui,
Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Mafthuh NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : Muhtar Status : Tokoh Agama Waktu wawancara : 12 -05-2007 Hasil wawancara: 1. Bapak Amin Musa itu adalah salah satu putra dari bapak Musa yang mana bapak
Musa ini sebagai seorang guru di Madrasah Ghozaliyah Asyafi’iah di kecamatan Sarang yang letaknya ada di sekitar Pondok Pesantren di Sarang.
2. Bapak Amin Musa mulai dari kecil dia sudah sering diajak ayahnya untuk belajar membaca tentang nahwu dan sorof sehingga sudah besar dia dilatih belajar tentang fiqih tetapi ini dalam kalangan santri, karena ayahnya selalu mendidik dan mengontrol serta mengawasinya dalam belajar.
3. Ayah dari bapak Amin Musa adalah seorang yang ahli dalam bidang faro’id pada masa itu dan sebagai guru senior di Banin, sehingga sangat mempengaruhi terhadap putranya yang bernama bapak Amin tersebut.
Mengetahui,
Pewawancara Responden
Ali Rosyidi Muhtar NIM.2103224
DATA HASIL WAWANCARA DI WILAYAH KECAMATAN SALE KABUPATEN REMBANG
Nama : ..................................................................................................... Status : ..................................................................................................... Waktu wawancara : ..................................................................................................... Hasil wawancara: Data keterangan tentang nikah sirri sebagai berikut:
1. Nama mempelai
a. laki-laki : .............................................................................................
b. perempuan : .............................................................................................
2. wali nikah : .............................................................................................
3. saksi
a. pertama : ............................................................................................
b. kedua : ............................................................................................
4. Yang menikahkan : ............................................................................................
5. Tanggal pernikahan : ............................................................................................
6. alasan menikah : ............................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
Mengetahui
Pewawancara Responden Ali rosyidi ................................
Data keterangan tentang tajdidun nikah Nama mempelai
c. laki-laki : .............................................................................................
d. perempuan : .............................................................................................
7. wali nikah : .............................................................................................
8. saksi
a. pertama : ............................................................................................
b. kedua : ............................................................................................
9. Yang menikahkan : ............................................................................................
10. Tanggal pernikahan : ............................................................................................
11. alasan menikah : ............................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Mengetahui
Pewawancara Responden Ali rosyidi ................................