stress pada pekerjaan

24
STRESS KARYAWAN Berbagai bentuk kekhawatiran dan masalah selalu dihadapi para karyawan. Kita semua dari waktu ke waktu menjumpai kesulitan- kesulitan,masalah-masalah dan mengalami kesedihan emosional. Beberapa bentuk kesulitan terjadi di luar pekerjaan, tetapi kesulitan-kesulitan lain berkaitan dengan pekerjaan. Dalam banyak kasus, hal itu bisa mempengaruhi prestasi kerja, sehingga harus menjadi perhatian manajemen. Pengertian Stress Menurut Morgan dan King, “…as an internal state which can be caused by physical demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or by environmental and socialsituations which are evaluated as potentially harmfull, controllable, or exceeding our resources for coping”. Jadi stress adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya, pada diri karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang dapat menganggu pelaksanaan kerja mereka.

Upload: jupiterthea

Post on 25-Jun-2015

316 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Stress Pada Pekerjaan

STRESS KARYAWAN

Berbagai bentuk kekhawatiran dan masalah selalu dihadapi para karyawan. Kita semua

dari waktu ke waktu menjumpai kesulitan-kesulitan,masalah-masalah dan mengalami

kesedihan emosional.

Beberapa bentuk kesulitan terjadi di luar pekerjaan, tetapi kesulitan-kesulitan lain

berkaitan dengan pekerjaan. Dalam banyak kasus, hal itu bisa mempengaruhi prestasi

kerja, sehingga harus menjadi perhatian manajemen.

Pengertian Stress

Menurut Morgan dan King,

“…as an internal state which can be caused by physical demands on the body (disease

conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or by environmental and

socialsituations which are evaluated as potentially harmfull, controllable, or exceeding

our resources for coping”.

Jadi stress adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh

tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi merusak dan

tidak terkontrol. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang

untuk menghadapi lingkungan.

Sebagai hasilnya, pada diri karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang

dapat menganggu pelaksanaan kerja mereka. Gejala-gejala ini menyangkut baik

kesehatan phisik maupun kesehatan mental. Orang-orang yang mengalami stress bisa

menjadi nervous dan merasakan kekhawatiran kronis.

Mereka sering menjadi mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, atau menunjukkan

sikap yang tidak kooperatif. Mereka melarikan diri dengan minum alkohol ( minuman

keras) dan atau merokok secara berlebihan, bahkan bisa terkena berbagai penyakit

phisik, seperti masalah pencernaan dan atau tekanan darah tinggi, serta sulit tidur.

Page 2: Stress Pada Pekerjaan

Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat

merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban

yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor (sumber stres) tidak

selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis. Terganggu atau

tidaknya individu, tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya.

Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan

kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi

(Diana, 1991). Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh

bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa.

Stressor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa

yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan

mengancam. Penilaian kognitif individu dalam hal ini nampaknya sangat menentukan

apakah stressor itu dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut

sangat berpengaruh terhadap respon yang akan muncul (Selye, 1956).

Penilaian kognitif bersifat individual differences, maksudnya adalah berbeda pada

masing-masing individu. Perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor. Penilaian

kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stres. Dimana stres diubah bentuk

menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri dalam menghadapi situasi yang

stressful. Sehingga respon terhadap stressor bisa menghasilkan outcome yang lebih

baik bagi individu.

Jenis-jenis  Stress

Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan

konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu

dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,

kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif,

dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu

Page 3: Stress Pada Pekerjaan

dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran

(absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit,

penurunan, dan kematian.

Pengertian  Stress  Kerja

Definisi stres kerja dapat dinyatakan sebagai berikut :

“Work stress is an individual’s response to work related environmental stressors. Stress

as the reaction of organism, which can be physiological, psychological, or behavioural

reaction” (Selye, dalam Beehr, et al., 1992: 623)

Berdasarkan definisi di atas, stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor

kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan

perilaku. Seperti yang telah diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan berpotensi

sebagai stressor kerja. Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang

dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja.

Sumber - sumber  Stress  Kerja

Banyak ahli mengemukakan mengenai penyebab stres kerja itu sendiri. Soewondo

(1992) mengadakan penelitian dengan sampel 300 karyawan swasta di Jakarta, 

menemukan bahwa penyebab stres kerja terdiri atas 4 (empat) hal utama, yakni:

1. Kondisi dan situasi pekerjaan

2. Pekerjaannya

3. Job requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas

4. Hubungan interpersonal

Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas empat hal

utama, yakni:

1. Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi,

keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan

komunitas/tempat tinggal.

Page 4: Stress Pada Pekerjaan

2. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur

organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam

organisasi.

3. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup,

kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan

intergrup.

4. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran,

serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned

helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis.

Sedangkan Cooper dan Davidson (1991) membagi penyebab stres dalam pekerjaan

menjadi dua, yakni:

Group stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun

keadaan di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan,

konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan

sosial dari sesama karyawan di dalam perusahaan.

Individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu,

misalnya tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat kepasrahan

seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi

konflik peran serta ketidakjelasan peran.

Cooper (dalam Rice, 1999) memberikan daftar lengkap stressor dari sumber pekerjaan

yang tertera pada tabel  berikut:

Stressor

Dari

Stres Kerja

Faktor Yang Mempengaruhi

(Hal-hal Yang Mungkin Terjadi Di

Lapangan)

Konsekuensi Kondisi Yang

Mungkin Muncul

Kondisi

pekerjaan

Beban kerja berlebihan

secara kuantitatif

Beban kerja berlebihan

secara kualitatif

Kelelahan mental

dan/atau fisik

Kelelahan yang amat

sangat dalam bekerja

Page 5: Stress Pada Pekerjaan

Assembly-line hysteria

Keputusan yang dibuat oleh

seseorang

Bahaya fisik

Jadwal bekerja

Technostress

(burnout)

Meningkatnya

kesensitivan dan

ketegangan

 

Stress karena

peran

Ketidakjelasan peran

Adanya bias dalam

membedakan gender dan

stereotype peran gender

Pelecehan seksual

Meningkatnya

kecemasan dan

ketegangan

Menurunnya prestasi

pekerjaan

Faktor

interpersonal

 

Hasil kerja dan sistem

dukungan sosial yang buruk

Persaingan politik,

kecemburuan dan kemarahan

Kurangnya perhatian

manajemen terhadap

karyawan

Meningkatnya

ketegangan

Meningkatnya tekanan

darah

Ketidakpuasan kerja

Perkembangan

karir

Promosi ke jabatan yang lebih

rendah dari kemampuannya

Promosi ke jabatan yang lebih

tinggi dari kemampuannya

Keamanan pekerjaannya

Ambisi yang berlebihan

sehingga mengakibatkan

frustrasi

Menurunnya

produktivitas

Kehilangan rasa percaya

diri

Meningkatkan

kesensitifan dan

ketegangan

Ketidakpuasan kerja

Struktur

organisasi

Struktur yang kaku dan tidak

bersahabat

Pertempuran politik

Pengawasan dan pelatihan

yang tidak seimbang

Menurunnya motivasi

dan produktivitas

Ketidakpuasan kerja

Page 6: Stress Pada Pekerjaan

Ketidakterlibatan dalam

membuat keputusan

 

Tampilan rumah-

pekerjaan

Mencampurkan masalah

pekerjaan dengan masalah

pribadi

Kurangnya dukungan dari

pasangan hidup

Konflik pernikahan

Stres karena memiliki dua

pekerjaan

 

Meningkatnya konflik dan

kelelahan mental

Menurunnya motivasi

dan produktivitas

Meningkatnya konflik

pernikahan

 

Dampak  Stress  Kerja

Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun perusahaan.

Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja,

kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999). Konsekuensi pada

karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas

ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera

makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya.

Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat

terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya kesehatan fisik,

kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu dalam pengambilan

keputusan.

Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76 sampel

manager dan mandor di perusahaan swasta  menunjukkan bahwa efek stres yang

mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:

Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang, denyut jantung

meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.

Page 7: Stress Pada Pekerjaan

Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak bisa

berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan situasi stres.

Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah

meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara psikologis

dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover

(Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins, 1993).

Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa kasus

stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:

1. Gejala Psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian

mengenai stres pekerjaan :

Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung

Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)

Sensitif dan hyperreactivity

Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi

Komunikasi yang tidak efektif

Perasaan terkucil dan terasing

Kebosanan dan ketidakpuasan kerja

Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi

Kehilangan spontanitas dan kreativitas

Menurunnya rasa percaya diri

2. Gejala Fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:

Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami

penyakit kardiovaskular

Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin)

Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)

Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan

Page 8: Stress Pada Pekerjaan

Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang

kronis (chronic fatigue syndrome)

Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada

Gangguan pada kulit

Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot

Gangguan tidur

Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker

3. Gejala Perilaku

Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:

Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan

Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas

Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan

Perilaku sabotase dalam pekerjaan

Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,

mengarah ke obesitas

Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri

dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan

tanda-tanda depresi

Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir

dengan tidak hati-hati dan berjudi

Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas

Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman

Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

Penyebab-penyebab Stress

Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Ada 2 kategori

penyebab stress, yaitu on-the-job dan off-the-job. Ada sejumlah kondisi kerja yang

sering menyebabkan stress bagi para karyawan. Kondisi-kondisi kerja tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Beban kerja yang berlebihan

2. Tekanan atau desakan waktu

Page 9: Stress Pada Pekerjaan

3. Kualitas supervise yang jelek

4. Iklim politis yang tidak aman

5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai

6. Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab

7. Kemenduaan peranan (role ambiguity)

8. Frustasi

9. Konflik antar pribadi dan antar kelompok

10.Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan

11.Berbagai bentuk perubahan

Di lain pihak, stress karyawan juga dapat disebabkan masalah-masalah yang terjadi di

luar perusahaan. Penyebab-penyebab stress “off-the-job” antara lain :

1. Kekhawatiran financial

2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak

3. Masalah-masalah phisik

4. Masalah-masalah perkawinan (misal : perceraian)

5. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal

6. Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara.

Stress dan Prestasi Kerja

Stress dapat sangat membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah

(dysfunctional) atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa

stress mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja,

tergantung seberapa besar tingkat stress.

Bila stress menjadi terlalu besar, prestasi kerja akan mulai menurun, karena stress

mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan kehilangan kemampuan untuk

mengendalikannya, menjadi tidak mampu untuk mengambil keputusan-keputusan dan

perilakunya menjadi tidak teratur.

Page 10: Stress Pada Pekerjaan

Akibat paling ekstrim, adalah prestasi kerja menjadi nol, karena karyawan menjadi sakit

atau tidal kuat bekerja lagi, keluar atau “melarikan diri” dari pekerjaan, dan mungkin

diberhentikan.

Reaksi Terhadap Stress

Orang-orang mempunyai toleransi yang berbeda terhadap berbagai situasi stress.

Banyak orang mudah sedih hanya karena peristiwa ringan. Di lain pihak, banyak orang

lain yang dingin dan tenang (calm), terutama karena mereka mempunyai kepercayaan

diri atas kemampuannya untuk menghadapi stress. Berdasarkan reaksi terhadap situasi

stress, kita dapat membedakan dua tipe orang, yaitu tipe A dan tipe B.

Orang-orang tipe A adalah mereka yang agresif dan kompetitif, menetapkan standar-

standar tinggi dan meletakkan diri mereka di bawah tekanan waktu yang ajeg (konstan).

Mereka bahkanmasih giat dalam kegiatan-kegiatan olahraga yang bersifat rekreasi dan

kegiatan-kegiatan social kemasyarakatan. Karena mereka merasakan tingkat stress

yang ajeg, mereka lebih cenderung mengalami gangguan-gangguan phisik akibat

stress, seperti serangan jantung, penyakit lever dan sebagainya.

Sedangkan orang-orang tipe B adalah lebih relaks dan tidak suka menghadapi

“masalah” atau “easygoing”. Mereka menerima situasi-situasi yang ada dan bekerja di

dalamnya, serta tidak senang bersaing. Mereka terutama relaks dalam kaitannya

dengan tekanan waktu, sehingga mereka lebih kecil kemungkinannya untuk

menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan stress.

Kegiatan-kegiatan Personalia Untuk Mengurangi Stress

Cara terbaik untuk mengurangi stress adalah dengan menangani penyebab-

penyebabnya. Sebagai contoh, Departemen Personalia dapat membantu karyawan

untuk mengurangi stress dengan memindahkan (transfer) ke pekerjaan lain, mengganti

penyelia yang berbeda, dan menyediakan lingkungan kerja baru. Latihan dan

pengembangan karier dapat diberikan untuk membuat karyawan mampu melaksanakan

pekerjaan baru.

Page 11: Stress Pada Pekerjaan

Cara lain untuk mengurangi stress adalah dengan merancang kembali pekerjaan-

pekerjaan sehingga para karyawan mempunyai pilihan keputusan lebih banyak dan

wewenang untuk melaksanakan tanggung jawab mereka.

Komunikasi yang lebih baik bisa memperbaiki pemahaman karyawan terhadap situasi-

situasi stress, dan program-program latihan dapat diselenggarakan untuk

mengembangkan keterampilan dan sikap dalam menangani stress. Pelayanan

konseling mungkin merupakan cara paling efektif untuk membantu para karyawan

menghadapi stress.

Program Konseling

Konseling atau pembimbingan dan penyuluhan adalah pembahasan suatu masalah

dengan seorang karyawan, dengan maksud pokok untuk membantu karyawan tersebut

agar dapat menangani masalah secara baik. Atau dengan kata lain, konseling bertujuan

untuk membuat orang-orang menjadi lebih efektif dalam memecahkan masalah-

masalah mereka.

Karakteristik konseling dalam departemen personalia :

1. Kegiatan konseling memerlukan dua orang, orang yang membimbing (counselor)

dan orang yang dibimbing (counselee).

2. Konseling dapat memperbaiki prestasi kerja organisasional, karena karyawan

menjadi lebih kooperatif, berkurang kekhawatirannya terhadap masalah-masalah

pribadi atau berkurang kesedihan emosionalnya, atau membuat kemajuan di

bidang tertentu.

3. Konseling bisa dilaksanakan baik oleh para profesional maupun bukan

profesional.

4. Konseling biasanya bersifat rahasia, agar para karyawan merasa bebas untuk

mengemukakan berbagai masalah mereka secara bebas.

5. Konseling mencakup baik masalah-masalah pribadi maupun pekerjaan, karena

kedua tipe masalah tersebut bisa mempengaruhi prestasi kerja karyawan.

Page 12: Stress Pada Pekerjaan

Fungsi-fungsi Konseling

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam konseling sering disebut fungsi-fungsi

konseling. Berbagai fungsi pokok konseling adalah :

1. Pemberian Nasehat

Proses konseling sering berupa pemberian nasehat kepada karyawan dengan

maksud untuk mengarahkan mereka dalam pelaksanaan serangkaian kegiatan

yang diinginkan.

2. Penentraman Hati

Pengalaman konseling bisa menentramkan hati karyawan, karena mereka

diyakinkan kemampuannya untuk mengerjakan serangkaian kegiatan dan

mereka didorong untuk mencobanya.

3. Komunikasi

Konseling adalah suatu proses komunikasi. Ini menciptakan komunikasi ke atas

ke manajemen, dan juga memberikan kesempatan kepada pembimbing untuk

menginterprestasikan masalah-masalah manjemen dan menjelaskan berbagai

pandangan kepada para karyawan.

4. Pengenduran Ketegangan Emosional

Orang cenderung menjadi kendur ketegangan emosionalnya bila mereka

mempunyai kesempatan untuk membahas masalah-masalah mereka dengan

orang lain.

5. Penjernihan Pemikiran

Pembahasan masalah-masalah secara serius dengan orang lain akan

membantu seseorang untuk berpikir lebih jernih tentang berbagai masalah

mereka.

6. Reorientasi

Reorientasi mencakup pengubahan berbagai tujuan dan nilai karyawan.

Konseling yang mendalam pleh para psikolog atau psikiatrik, dalam

praktek,sering sangat membantu para karyawan merubah nilai-nilai mereka.

Page 13: Stress Pada Pekerjaan

Tipe-tipe Konseling

Secara ringkas, ada tiga tipe konseling, yaitu :

1. Directive Counseling

adalah proses mendengarkan masalah-masalah emosional karyawan,

memutuskan dengan karyawan apa yang harus dilakukan, dan kemudian

memberitahukan memotivasi dan memberitahukan kepada karyawan untuk

melaksanakan hal itu.

2. Nondirective Counseling

Nondirective, atau client –centered counseling adalah kebalikan dari directive

counseling. Tipe konseling ini merupakan suatu proses mendengarkan secara

penuh perhatian dan mendorong karyawan untuk menjelaskan masalah-masalah

yang menyusahkan mereka, memahaminya dan menentukan penyelesaian-

penyelesaian yang tepat. Jadi, nondirective counseling terpusat pada karyawan

(counselee) bukan pada pembimbing (counselor).

3. Cooperative Counseling

adalah hubungan timbal balik antara pembimbing dan karyawan yang

mengembangkan pertukaran gagasan secara kooperatif untuk membantu

pemecahan masalah-masalah karyawan. Tipe ini tidak sepenuhnya terpusat

pada karyawan dan tidak terpusat pada pembimbing ; tetapi mengintegrasikan

berbagai gagasan,pengetahuan, pandangan dan nilai-nilai kedua partisipan

dalam hubungan konseling.

Program-program Konseling

Program-program ini penting karena perusahaan mempunyai kepentingan jangka

panjang dalam bekerja dengan para karyawan.

Disiplin

Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar

organisasional. Ada dua tipe kegiatan pendisiplinan, yaitu :

Page 14: Stress Pada Pekerjaan

a. Disiplin Preventif`

adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar

mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-

penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong

disiplin diri di antara para karyawan. Dengan cara ini para karyawan menjaga

disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa manajemen.

b. Disiplin Korektif

adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-

aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.

Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan

pendisiplinan (disciplinary action). Sebagai contoh, tindakan pendisiplinan bisa

berupa peringatan dan skorsing.

Berbagai sasaran tindakan pendisiplinan, secara ringkas adalah sebagai berikut :

Untuk memperbaiki pelanggar

Untuk menghalangi para karyawan yang lain melakukan kegiatan-

kegiatan yang serupa

Untuk menjaga berbagai standar kelompok tetap konsisten dan efektif

Bentuk tindakan pendisiplinan yang terakhir adalah pemecatan. Tindakan ini

sering dikatakan sebagai kegagalan manajemen dan departemen personalia,

tetapi pandangan tersebut tidak realistik.

c. Disiplin Progresif

Disiplin progresif, yang berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat

terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulan. Tujuannya adalah

memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan korektif

sebelum hukuman-hukuman yang lebih “serius” dilaksanakan. Disiplin progresif

juga memungkinkan manajemen untuk membantu karyawan memperbaiki

kesalahan.

Contoh sistem disiplin progresif, adalah sebagai berikut :

Teguran secara lisan oleh penyelia

Teguran tertulis, dengan catatan dalam file personalia

Skorsing dari pekerjaan satu sampai tiga hari

Page 15: Stress Pada Pekerjaan

Skorsing satu minggu atau lebih lama

Diturunkan pangkatnya (demosi)

Dipecat

Urutan tindakan pendisiplinan tersebut disusun atas dasar tingkat berat atau kerasnya

hukuman.

9 Tips Mengatasi Stress di Tempat Kerja

1. Rencanakan dengan baik aktivitas anda : apa, mengapa, bagaimana, kapan dan

siapa yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas. Penting sekali untuk

membuat perencanaan bukan hanya jangka panjang tapi juga jangka pendek

(rencana bulanan, rencana harian).

2. Pastinya anda di masa lalu pernah mengalami masalah-masalah di tempat kerja.

Coba ingat-ingat kembali adakah cara-cara yang dapat anda gunakan untuk

mengatasi masalah yang anda hadapi saat ini.

3. Ikutlah membangun iklim kerja yang menyenangkan, yaitu dengan bersikap

terbuka dan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja.

4. Pastikan anda mengerti terhadap tugas dan tanggung jawab anda, serta jangan

ragu untuk bertanya.

5. Lakukan beberapa kali break untuk beberapa menit selama anda bekerja. Santai

dan JANGAN MELAKUKAN APAPUN. Ambil nafas dalam-dalam.

6. Miliki sikap toleransi kepada sesama rekan kerja. Ingatlah bahwa masing-masing

orang adalah pribadi yang unik, sebagai contoh : beberapa orang justru

berprestasi lebih baik di bawah tekanan sementara sebagian yang lain

membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan pekerjaannya.

7. Delegasikan sebagian tanggung jawab anda kepada anak buah anda.

8. Pertahankan semangat tim anda, misalnya dengan melakukan perayaan-

perayaan kecil, berolahraga atau berekreasi bersama.

9. Sediakan lingkungan kerja yang baik. Minimalkan gangguan-gangguan seperti

suara, ventilasi, cahaya dan suhu.

Page 16: Stress Pada Pekerjaan

Disamping stress di tempat kerja, di kehidupan secara umum kita pun dapat mengalami

stress dengan beberapa alasan.

8 Tips Mengatasi Stress Dalam Kehidupan :

1. Lakukan pemijitan tubuh (body massage), karena pemijitan baik sekali untuk

relaksasi dan penormalan tekanan darah. Setelah pemijitan, anda akan

mengalami perbaikan kualitas tidur yang tentu saja akan memulihkan lebih baik

keletihan anda.

2. Berolahraga teratur merupakan hal yang sangat penting dalam memerangi

stress. Berolahraga akan memobilisasi otot-otot kita, mempercepat aliran darah

dan membuka paru-paru untuk mangambil lebih banyak oksigen. Dampaknya

anda akan memperoleh tidur yang lebih nyenyak dan kesehatan yang lebih baik.

3. Lakukan hobi anda, seperti memancing, mendaki gunung atau apapun yang

anda senangi. Anda bisa juga melakukan petualangan yang belum pernah anda

alami sebelumnya seperti berarung jeram misalkan.

Melakukan kegiatan-kegiatan seperti ini dapat menghilangkan pikiran yang

menyebabkan stress.

4. Banyak asumsi yang mengatakan bahwa bir, anggur atau whiskey dapat

menghilangkan stress. Pada kenyataannya, air putih lah yang dapat

menghilangkan stress. Penelitian menunjukkan bahwa minum segelas atau 2

gelas anggur memang dapat menyebabkan kita relax saat itu, tetapi setelah efek

alkoholnya hilang, stress kemungkinan besar akan membangunkan anda di

tengah malam. Dengan banyak minum air putih akan membantu memulihkan

tubuh kita dari kekurangan cairan, karena kekurangan cairan dapat menimbulkan

keletihan.

5. Lakukan meditasi. Para ahli kesehatan mengatakan bahwa alat yang sangat

ampuh dalam mengatasi stress adalah meditasi. Meditasi sangat membantu

membersihkan pikiran kita dan meningkatkan konsentrasi. Telah terbukti bahwa

meditasi selama 15 menit sama dengan kita beristirahat selama 1 jam. Meskipun

anda hanya melakukan meditasi selama 2 menit, tetap akan cukup membantu.

Page 17: Stress Pada Pekerjaan

Meditasi akan sangat membantu anda melupakan hal-hal yang dapat

menyebabkan stress.

6. Ketika seseorang mengalami stress, suatu reaksi yang alamiah jika orang

tersebut kemudian melampiaskannya dengan mengkonsumsi banyak makanan.

Perlu anda ketahui bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung

karbohidrat tinggi dapat meningkatkan kadar insulin di dalam tubuh, dimana

insulin ini dapat membuat tubuh menjadi cepat lelah dan mood anda menjadi

jelek.

7. Seks adalah penyembuhan yang sangat baik untuk menghilangkan stress.

Banyak dokter mengatakan bahwa seks adalah cara yang luar biasa dalam

meredam kemarahan dan stress.

8. Jika tubuh kita sedang lelah, tidak mudah bagi kita dalam mengendalikan stress.

Tidak cukup tidur akan mempengaruhi keseluruhan hari kita, dan biasanya kita

mengalami hari yang buruk karena kurang tidur menyebabkan kita tidak dapat

berkonsentrasi dan melihat suatu permasalahan lebih buruk dari yang

seharusnya. Tidur yang baik bagi orang dewasa adalah 7 jam sehari.