stress pada pekerjaan
TRANSCRIPT
STRESS KARYAWAN
Berbagai bentuk kekhawatiran dan masalah selalu dihadapi para karyawan. Kita semua
dari waktu ke waktu menjumpai kesulitan-kesulitan,masalah-masalah dan mengalami
kesedihan emosional.
Beberapa bentuk kesulitan terjadi di luar pekerjaan, tetapi kesulitan-kesulitan lain
berkaitan dengan pekerjaan. Dalam banyak kasus, hal itu bisa mempengaruhi prestasi
kerja, sehingga harus menjadi perhatian manajemen.
Pengertian Stress
Menurut Morgan dan King,
“…as an internal state which can be caused by physical demands on the body (disease
conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or by environmental and
socialsituations which are evaluated as potentially harmfull, controllable, or exceeding
our resources for coping”.
Jadi stress adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh
tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi merusak dan
tidak terkontrol. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang
untuk menghadapi lingkungan.
Sebagai hasilnya, pada diri karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang
dapat menganggu pelaksanaan kerja mereka. Gejala-gejala ini menyangkut baik
kesehatan phisik maupun kesehatan mental. Orang-orang yang mengalami stress bisa
menjadi nervous dan merasakan kekhawatiran kronis.
Mereka sering menjadi mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, atau menunjukkan
sikap yang tidak kooperatif. Mereka melarikan diri dengan minum alkohol ( minuman
keras) dan atau merokok secara berlebihan, bahkan bisa terkena berbagai penyakit
phisik, seperti masalah pencernaan dan atau tekanan darah tinggi, serta sulit tidur.
Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat
merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban
yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor (sumber stres) tidak
selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis. Terganggu atau
tidaknya individu, tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya.
Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan
kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi
(Diana, 1991). Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh
bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa.
Stressor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa
yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan
mengancam. Penilaian kognitif individu dalam hal ini nampaknya sangat menentukan
apakah stressor itu dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut
sangat berpengaruh terhadap respon yang akan muncul (Selye, 1956).
Penilaian kognitif bersifat individual differences, maksudnya adalah berbeda pada
masing-masing individu. Perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor. Penilaian
kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stres. Dimana stres diubah bentuk
menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri dalam menghadapi situasi yang
stressful. Sehingga respon terhadap stressor bisa menghasilkan outcome yang lebih
baik bagi individu.
Jenis-jenis Stress
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu
dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,
kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif,
dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu
dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran
(absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit,
penurunan, dan kematian.
Pengertian Stress Kerja
Definisi stres kerja dapat dinyatakan sebagai berikut :
“Work stress is an individual’s response to work related environmental stressors. Stress
as the reaction of organism, which can be physiological, psychological, or behavioural
reaction” (Selye, dalam Beehr, et al., 1992: 623)
Berdasarkan definisi di atas, stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor
kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan
perilaku. Seperti yang telah diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan berpotensi
sebagai stressor kerja. Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang
dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja.
Sumber - sumber Stress Kerja
Banyak ahli mengemukakan mengenai penyebab stres kerja itu sendiri. Soewondo
(1992) mengadakan penelitian dengan sampel 300 karyawan swasta di Jakarta,
menemukan bahwa penyebab stres kerja terdiri atas 4 (empat) hal utama, yakni:
1. Kondisi dan situasi pekerjaan
2. Pekerjaannya
3. Job requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas
4. Hubungan interpersonal
Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas empat hal
utama, yakni:
1. Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi,
keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan
komunitas/tempat tinggal.
2. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur
organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam
organisasi.
3. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup,
kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan
intergrup.
4. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran,
serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned
helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis.
Sedangkan Cooper dan Davidson (1991) membagi penyebab stres dalam pekerjaan
menjadi dua, yakni:
Group stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun
keadaan di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan,
konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan
sosial dari sesama karyawan di dalam perusahaan.
Individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu,
misalnya tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat kepasrahan
seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi
konflik peran serta ketidakjelasan peran.
Cooper (dalam Rice, 1999) memberikan daftar lengkap stressor dari sumber pekerjaan
yang tertera pada tabel berikut:
Stressor
Dari
Stres Kerja
Faktor Yang Mempengaruhi
(Hal-hal Yang Mungkin Terjadi Di
Lapangan)
Konsekuensi Kondisi Yang
Mungkin Muncul
Kondisi
pekerjaan
Beban kerja berlebihan
secara kuantitatif
Beban kerja berlebihan
secara kualitatif
Kelelahan mental
dan/atau fisik
Kelelahan yang amat
sangat dalam bekerja
Assembly-line hysteria
Keputusan yang dibuat oleh
seseorang
Bahaya fisik
Jadwal bekerja
Technostress
(burnout)
Meningkatnya
kesensitivan dan
ketegangan
Stress karena
peran
Ketidakjelasan peran
Adanya bias dalam
membedakan gender dan
stereotype peran gender
Pelecehan seksual
Meningkatnya
kecemasan dan
ketegangan
Menurunnya prestasi
pekerjaan
Faktor
interpersonal
Hasil kerja dan sistem
dukungan sosial yang buruk
Persaingan politik,
kecemburuan dan kemarahan
Kurangnya perhatian
manajemen terhadap
karyawan
Meningkatnya
ketegangan
Meningkatnya tekanan
darah
Ketidakpuasan kerja
Perkembangan
karir
Promosi ke jabatan yang lebih
rendah dari kemampuannya
Promosi ke jabatan yang lebih
tinggi dari kemampuannya
Keamanan pekerjaannya
Ambisi yang berlebihan
sehingga mengakibatkan
frustrasi
Menurunnya
produktivitas
Kehilangan rasa percaya
diri
Meningkatkan
kesensitifan dan
ketegangan
Ketidakpuasan kerja
Struktur
organisasi
Struktur yang kaku dan tidak
bersahabat
Pertempuran politik
Pengawasan dan pelatihan
yang tidak seimbang
Menurunnya motivasi
dan produktivitas
Ketidakpuasan kerja
Ketidakterlibatan dalam
membuat keputusan
Tampilan rumah-
pekerjaan
Mencampurkan masalah
pekerjaan dengan masalah
pribadi
Kurangnya dukungan dari
pasangan hidup
Konflik pernikahan
Stres karena memiliki dua
pekerjaan
Meningkatnya konflik dan
kelelahan mental
Menurunnya motivasi
dan produktivitas
Meningkatnya konflik
pernikahan
Dampak Stress Kerja
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun perusahaan.
Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja,
kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999). Konsekuensi pada
karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas
ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera
makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya.
Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat
terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya kesehatan fisik,
kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu dalam pengambilan
keputusan.
Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76 sampel
manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukkan bahwa efek stres yang
mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:
Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang, denyut jantung
meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.
Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak bisa
berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan situasi stres.
Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah
meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara psikologis
dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover
(Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins, 1993).
Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa kasus
stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:
1. Gejala Psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian
mengenai stres pekerjaan :
Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
Sensitif dan hyperreactivity
Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
Komunikasi yang tidak efektif
Perasaan terkucil dan terasing
Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
Kehilangan spontanitas dan kreativitas
Menurunnya rasa percaya diri
2. Gejala Fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:
Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami
penyakit kardiovaskular
Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin)
Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang
kronis (chronic fatigue syndrome)
Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
Gangguan pada kulit
Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
Gangguan tidur
Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker
3. Gejala Perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:
Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
Perilaku sabotase dalam pekerjaan
Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,
mengarah ke obesitas
Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri
dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan
tanda-tanda depresi
Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir
dengan tidak hati-hati dan berjudi
Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri
Penyebab-penyebab Stress
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Ada 2 kategori
penyebab stress, yaitu on-the-job dan off-the-job. Ada sejumlah kondisi kerja yang
sering menyebabkan stress bagi para karyawan. Kondisi-kondisi kerja tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Beban kerja yang berlebihan
2. Tekanan atau desakan waktu
3. Kualitas supervise yang jelek
4. Iklim politis yang tidak aman
5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
6. Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab
7. Kemenduaan peranan (role ambiguity)
8. Frustasi
9. Konflik antar pribadi dan antar kelompok
10.Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan
11.Berbagai bentuk perubahan
Di lain pihak, stress karyawan juga dapat disebabkan masalah-masalah yang terjadi di
luar perusahaan. Penyebab-penyebab stress “off-the-job” antara lain :
1. Kekhawatiran financial
2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
3. Masalah-masalah phisik
4. Masalah-masalah perkawinan (misal : perceraian)
5. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal
6. Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara.
Stress dan Prestasi Kerja
Stress dapat sangat membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah
(dysfunctional) atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa
stress mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja,
tergantung seberapa besar tingkat stress.
Bila stress menjadi terlalu besar, prestasi kerja akan mulai menurun, karena stress
mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan kehilangan kemampuan untuk
mengendalikannya, menjadi tidak mampu untuk mengambil keputusan-keputusan dan
perilakunya menjadi tidak teratur.
Akibat paling ekstrim, adalah prestasi kerja menjadi nol, karena karyawan menjadi sakit
atau tidal kuat bekerja lagi, keluar atau “melarikan diri” dari pekerjaan, dan mungkin
diberhentikan.
Reaksi Terhadap Stress
Orang-orang mempunyai toleransi yang berbeda terhadap berbagai situasi stress.
Banyak orang mudah sedih hanya karena peristiwa ringan. Di lain pihak, banyak orang
lain yang dingin dan tenang (calm), terutama karena mereka mempunyai kepercayaan
diri atas kemampuannya untuk menghadapi stress. Berdasarkan reaksi terhadap situasi
stress, kita dapat membedakan dua tipe orang, yaitu tipe A dan tipe B.
Orang-orang tipe A adalah mereka yang agresif dan kompetitif, menetapkan standar-
standar tinggi dan meletakkan diri mereka di bawah tekanan waktu yang ajeg (konstan).
Mereka bahkanmasih giat dalam kegiatan-kegiatan olahraga yang bersifat rekreasi dan
kegiatan-kegiatan social kemasyarakatan. Karena mereka merasakan tingkat stress
yang ajeg, mereka lebih cenderung mengalami gangguan-gangguan phisik akibat
stress, seperti serangan jantung, penyakit lever dan sebagainya.
Sedangkan orang-orang tipe B adalah lebih relaks dan tidak suka menghadapi
“masalah” atau “easygoing”. Mereka menerima situasi-situasi yang ada dan bekerja di
dalamnya, serta tidak senang bersaing. Mereka terutama relaks dalam kaitannya
dengan tekanan waktu, sehingga mereka lebih kecil kemungkinannya untuk
menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan stress.
Kegiatan-kegiatan Personalia Untuk Mengurangi Stress
Cara terbaik untuk mengurangi stress adalah dengan menangani penyebab-
penyebabnya. Sebagai contoh, Departemen Personalia dapat membantu karyawan
untuk mengurangi stress dengan memindahkan (transfer) ke pekerjaan lain, mengganti
penyelia yang berbeda, dan menyediakan lingkungan kerja baru. Latihan dan
pengembangan karier dapat diberikan untuk membuat karyawan mampu melaksanakan
pekerjaan baru.
Cara lain untuk mengurangi stress adalah dengan merancang kembali pekerjaan-
pekerjaan sehingga para karyawan mempunyai pilihan keputusan lebih banyak dan
wewenang untuk melaksanakan tanggung jawab mereka.
Komunikasi yang lebih baik bisa memperbaiki pemahaman karyawan terhadap situasi-
situasi stress, dan program-program latihan dapat diselenggarakan untuk
mengembangkan keterampilan dan sikap dalam menangani stress. Pelayanan
konseling mungkin merupakan cara paling efektif untuk membantu para karyawan
menghadapi stress.
Program Konseling
Konseling atau pembimbingan dan penyuluhan adalah pembahasan suatu masalah
dengan seorang karyawan, dengan maksud pokok untuk membantu karyawan tersebut
agar dapat menangani masalah secara baik. Atau dengan kata lain, konseling bertujuan
untuk membuat orang-orang menjadi lebih efektif dalam memecahkan masalah-
masalah mereka.
Karakteristik konseling dalam departemen personalia :
1. Kegiatan konseling memerlukan dua orang, orang yang membimbing (counselor)
dan orang yang dibimbing (counselee).
2. Konseling dapat memperbaiki prestasi kerja organisasional, karena karyawan
menjadi lebih kooperatif, berkurang kekhawatirannya terhadap masalah-masalah
pribadi atau berkurang kesedihan emosionalnya, atau membuat kemajuan di
bidang tertentu.
3. Konseling bisa dilaksanakan baik oleh para profesional maupun bukan
profesional.
4. Konseling biasanya bersifat rahasia, agar para karyawan merasa bebas untuk
mengemukakan berbagai masalah mereka secara bebas.
5. Konseling mencakup baik masalah-masalah pribadi maupun pekerjaan, karena
kedua tipe masalah tersebut bisa mempengaruhi prestasi kerja karyawan.
Fungsi-fungsi Konseling
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam konseling sering disebut fungsi-fungsi
konseling. Berbagai fungsi pokok konseling adalah :
1. Pemberian Nasehat
Proses konseling sering berupa pemberian nasehat kepada karyawan dengan
maksud untuk mengarahkan mereka dalam pelaksanaan serangkaian kegiatan
yang diinginkan.
2. Penentraman Hati
Pengalaman konseling bisa menentramkan hati karyawan, karena mereka
diyakinkan kemampuannya untuk mengerjakan serangkaian kegiatan dan
mereka didorong untuk mencobanya.
3. Komunikasi
Konseling adalah suatu proses komunikasi. Ini menciptakan komunikasi ke atas
ke manajemen, dan juga memberikan kesempatan kepada pembimbing untuk
menginterprestasikan masalah-masalah manjemen dan menjelaskan berbagai
pandangan kepada para karyawan.
4. Pengenduran Ketegangan Emosional
Orang cenderung menjadi kendur ketegangan emosionalnya bila mereka
mempunyai kesempatan untuk membahas masalah-masalah mereka dengan
orang lain.
5. Penjernihan Pemikiran
Pembahasan masalah-masalah secara serius dengan orang lain akan
membantu seseorang untuk berpikir lebih jernih tentang berbagai masalah
mereka.
6. Reorientasi
Reorientasi mencakup pengubahan berbagai tujuan dan nilai karyawan.
Konseling yang mendalam pleh para psikolog atau psikiatrik, dalam
praktek,sering sangat membantu para karyawan merubah nilai-nilai mereka.
Tipe-tipe Konseling
Secara ringkas, ada tiga tipe konseling, yaitu :
1. Directive Counseling
adalah proses mendengarkan masalah-masalah emosional karyawan,
memutuskan dengan karyawan apa yang harus dilakukan, dan kemudian
memberitahukan memotivasi dan memberitahukan kepada karyawan untuk
melaksanakan hal itu.
2. Nondirective Counseling
Nondirective, atau client –centered counseling adalah kebalikan dari directive
counseling. Tipe konseling ini merupakan suatu proses mendengarkan secara
penuh perhatian dan mendorong karyawan untuk menjelaskan masalah-masalah
yang menyusahkan mereka, memahaminya dan menentukan penyelesaian-
penyelesaian yang tepat. Jadi, nondirective counseling terpusat pada karyawan
(counselee) bukan pada pembimbing (counselor).
3. Cooperative Counseling
adalah hubungan timbal balik antara pembimbing dan karyawan yang
mengembangkan pertukaran gagasan secara kooperatif untuk membantu
pemecahan masalah-masalah karyawan. Tipe ini tidak sepenuhnya terpusat
pada karyawan dan tidak terpusat pada pembimbing ; tetapi mengintegrasikan
berbagai gagasan,pengetahuan, pandangan dan nilai-nilai kedua partisipan
dalam hubungan konseling.
Program-program Konseling
Program-program ini penting karena perusahaan mempunyai kepentingan jangka
panjang dalam bekerja dengan para karyawan.
Disiplin
Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar
organisasional. Ada dua tipe kegiatan pendisiplinan, yaitu :
a. Disiplin Preventif`
adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar
mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-
penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong
disiplin diri di antara para karyawan. Dengan cara ini para karyawan menjaga
disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa manajemen.
b. Disiplin Korektif
adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-
aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.
Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan
pendisiplinan (disciplinary action). Sebagai contoh, tindakan pendisiplinan bisa
berupa peringatan dan skorsing.
Berbagai sasaran tindakan pendisiplinan, secara ringkas adalah sebagai berikut :
Untuk memperbaiki pelanggar
Untuk menghalangi para karyawan yang lain melakukan kegiatan-
kegiatan yang serupa
Untuk menjaga berbagai standar kelompok tetap konsisten dan efektif
Bentuk tindakan pendisiplinan yang terakhir adalah pemecatan. Tindakan ini
sering dikatakan sebagai kegagalan manajemen dan departemen personalia,
tetapi pandangan tersebut tidak realistik.
c. Disiplin Progresif
Disiplin progresif, yang berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat
terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulan. Tujuannya adalah
memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan korektif
sebelum hukuman-hukuman yang lebih “serius” dilaksanakan. Disiplin progresif
juga memungkinkan manajemen untuk membantu karyawan memperbaiki
kesalahan.
Contoh sistem disiplin progresif, adalah sebagai berikut :
Teguran secara lisan oleh penyelia
Teguran tertulis, dengan catatan dalam file personalia
Skorsing dari pekerjaan satu sampai tiga hari
Skorsing satu minggu atau lebih lama
Diturunkan pangkatnya (demosi)
Dipecat
Urutan tindakan pendisiplinan tersebut disusun atas dasar tingkat berat atau kerasnya
hukuman.
9 Tips Mengatasi Stress di Tempat Kerja
1. Rencanakan dengan baik aktivitas anda : apa, mengapa, bagaimana, kapan dan
siapa yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas. Penting sekali untuk
membuat perencanaan bukan hanya jangka panjang tapi juga jangka pendek
(rencana bulanan, rencana harian).
2. Pastinya anda di masa lalu pernah mengalami masalah-masalah di tempat kerja.
Coba ingat-ingat kembali adakah cara-cara yang dapat anda gunakan untuk
mengatasi masalah yang anda hadapi saat ini.
3. Ikutlah membangun iklim kerja yang menyenangkan, yaitu dengan bersikap
terbuka dan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja.
4. Pastikan anda mengerti terhadap tugas dan tanggung jawab anda, serta jangan
ragu untuk bertanya.
5. Lakukan beberapa kali break untuk beberapa menit selama anda bekerja. Santai
dan JANGAN MELAKUKAN APAPUN. Ambil nafas dalam-dalam.
6. Miliki sikap toleransi kepada sesama rekan kerja. Ingatlah bahwa masing-masing
orang adalah pribadi yang unik, sebagai contoh : beberapa orang justru
berprestasi lebih baik di bawah tekanan sementara sebagian yang lain
membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan pekerjaannya.
7. Delegasikan sebagian tanggung jawab anda kepada anak buah anda.
8. Pertahankan semangat tim anda, misalnya dengan melakukan perayaan-
perayaan kecil, berolahraga atau berekreasi bersama.
9. Sediakan lingkungan kerja yang baik. Minimalkan gangguan-gangguan seperti
suara, ventilasi, cahaya dan suhu.
Disamping stress di tempat kerja, di kehidupan secara umum kita pun dapat mengalami
stress dengan beberapa alasan.
8 Tips Mengatasi Stress Dalam Kehidupan :
1. Lakukan pemijitan tubuh (body massage), karena pemijitan baik sekali untuk
relaksasi dan penormalan tekanan darah. Setelah pemijitan, anda akan
mengalami perbaikan kualitas tidur yang tentu saja akan memulihkan lebih baik
keletihan anda.
2. Berolahraga teratur merupakan hal yang sangat penting dalam memerangi
stress. Berolahraga akan memobilisasi otot-otot kita, mempercepat aliran darah
dan membuka paru-paru untuk mangambil lebih banyak oksigen. Dampaknya
anda akan memperoleh tidur yang lebih nyenyak dan kesehatan yang lebih baik.
3. Lakukan hobi anda, seperti memancing, mendaki gunung atau apapun yang
anda senangi. Anda bisa juga melakukan petualangan yang belum pernah anda
alami sebelumnya seperti berarung jeram misalkan.
Melakukan kegiatan-kegiatan seperti ini dapat menghilangkan pikiran yang
menyebabkan stress.
4. Banyak asumsi yang mengatakan bahwa bir, anggur atau whiskey dapat
menghilangkan stress. Pada kenyataannya, air putih lah yang dapat
menghilangkan stress. Penelitian menunjukkan bahwa minum segelas atau 2
gelas anggur memang dapat menyebabkan kita relax saat itu, tetapi setelah efek
alkoholnya hilang, stress kemungkinan besar akan membangunkan anda di
tengah malam. Dengan banyak minum air putih akan membantu memulihkan
tubuh kita dari kekurangan cairan, karena kekurangan cairan dapat menimbulkan
keletihan.
5. Lakukan meditasi. Para ahli kesehatan mengatakan bahwa alat yang sangat
ampuh dalam mengatasi stress adalah meditasi. Meditasi sangat membantu
membersihkan pikiran kita dan meningkatkan konsentrasi. Telah terbukti bahwa
meditasi selama 15 menit sama dengan kita beristirahat selama 1 jam. Meskipun
anda hanya melakukan meditasi selama 2 menit, tetap akan cukup membantu.
Meditasi akan sangat membantu anda melupakan hal-hal yang dapat
menyebabkan stress.
6. Ketika seseorang mengalami stress, suatu reaksi yang alamiah jika orang
tersebut kemudian melampiaskannya dengan mengkonsumsi banyak makanan.
Perlu anda ketahui bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat tinggi dapat meningkatkan kadar insulin di dalam tubuh, dimana
insulin ini dapat membuat tubuh menjadi cepat lelah dan mood anda menjadi
jelek.
7. Seks adalah penyembuhan yang sangat baik untuk menghilangkan stress.
Banyak dokter mengatakan bahwa seks adalah cara yang luar biasa dalam
meredam kemarahan dan stress.
8. Jika tubuh kita sedang lelah, tidak mudah bagi kita dalam mengendalikan stress.
Tidak cukup tidur akan mempengaruhi keseluruhan hari kita, dan biasanya kita
mengalami hari yang buruk karena kurang tidur menyebabkan kita tidak dapat
berkonsentrasi dan melihat suatu permasalahan lebih buruk dari yang
seharusnya. Tidur yang baik bagi orang dewasa adalah 7 jam sehari.