tingkat stress akademik pada siswa kelas 1 sma …

13
1 TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA NEGERI 1 DEPOK Ratna Wulandari 1 , Mustikasari 2 1. Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Pendidikan merupakan hal penting bagi pemerintah Indonesia ditandai dengan tingginya anggaran belanja yang digunakan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Peningkatan kualitas pendidikan dapat meningkatkan stress akademik yang dialami siswa di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tingkat stress akademik pada remaja siswa kelas 1 di SMA Negeri 1 Depok. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif sederhana. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah responden sebesar 252 siswa. Hasil penelitian didapatkan data 51.6% siswa kelas 1 SMA Negeri Depok mengalami tingkat stress akademik tinggi sementara 48.4% mengalami tingkat stress akademik rendah. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada perawat untuk lebih memahami mengenai stress akademik pada remaja. Kata kunci: komponen stress, remaja, stress akademik Abstract Education is important for Indonesia’s government which is proved by the high budget that used to improve the quality of education in Indonesia. Improving the quality of education will affect the level of academic stress for students. This research aimed to describe the level of academic stress first grade students in SMA Negeri 1 Depok. Research design that used in this research is quantitative with descriptive method. This research used total sampling method with the amount of sample were 252 respondents. The result showed 51.6% first grade students in SMA Negeri 1 Depok had high level of academic stress while 48.4% had low level of academic stress. This study provided recommendation for nurses to be able to understand about academic stress among adolescents. Keywords: academic stress, adolescents, component of stress Pendahuluan Remaja merupakan periode transisi perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa (Rice & Dolgin, 2008; Potter & Perry, 2009; Lerner & Lerner, 2001). Pada masa transisi ini, remaja akan mengalami banyak perubahan dimulai dari karakteristik biologis, psikologis dan interaksi sosial dimana salah satu komponen didalamnya adalah hubungan remaja dengan sekolah (Lerner & lerner, 2001). Sebagai individu yang mengalami berbagai perubahan, remaja rentan untuk mengalami stress yang dapat berkembang menjadi depresi diakibatkan berbagai faktor yang menekan mereka (Potter & Perry, 2009). Akademik merupakan sumber stress yang paling penting yang dihadapi oleh remaja di seluruh dunia (Sun, 2012). Penelitian mengenai stress akademik dilakukan di California, Amerika Serikat terhadap 3.645 siswa SMA dengan hasil lebih dari 70 persen siswa menyatakan bahwa mereka merasa tertekan dengan kegiatan akademik sekolah, Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA …

1

TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA NEGERI 1 DEPOK

Ratna Wulandari1, Mustikasari2

1. Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, 16424, Indonesia

2. Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Pendidikan merupakan hal penting bagi pemerintah Indonesia ditandai dengan tingginya anggaran belanja yang digunakan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Peningkatan kualitas pendidikan dapat meningkatkan stress akademik yang dialami siswa di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tingkat stress akademik pada remaja siswa kelas 1 di SMA Negeri 1 Depok. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif sederhana. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah responden sebesar 252 siswa. Hasil penelitian didapatkan data 51.6% siswa kelas 1 SMA Negeri Depok mengalami tingkat stress akademik tinggi sementara 48.4% mengalami tingkat stress akademik rendah. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada perawat untuk lebih memahami mengenai stress akademik pada remaja.

Kata kunci: komponen stress, remaja, stress akademik

Abstract

Education is important for Indonesia’s government which is proved by the high budget that used to improve the quality of education in Indonesia. Improving the quality of education will affect the level of academic stress for students. This research aimed to describe the level of academic stress first grade students in SMA Negeri 1 Depok. Research design that used in this research is quantitative with descriptive method. This research used total sampling method with the amount of sample were 252 respondents. The result showed 51.6% first grade students in SMA Negeri 1 Depok had high level of academic stress while 48.4% had low level of academic stress. This study provided recommendation for nurses to be able to understand about academic stress among adolescents.

Keywords: academic stress, adolescents, component of stress

Pendahuluan Remaja merupakan periode transisi perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa (Rice & Dolgin, 2008; Potter & Perry, 2009; Lerner & Lerner, 2001). Pada masa transisi ini, remaja akan mengalami banyak perubahan dimulai dari karakteristik biologis, psikologis dan interaksi sosial dimana salah satu komponen didalamnya adalah hubungan remaja dengan sekolah (Lerner & lerner, 2001). Sebagai individu yang mengalami

berbagai perubahan, remaja rentan untuk mengalami stress yang dapat berkembang menjadi depresi diakibatkan berbagai faktor yang menekan mereka (Potter & Perry, 2009). Akademik merupakan sumber stress yang paling penting yang dihadapi oleh remaja di seluruh dunia (Sun, 2012). Penelitian mengenai stress akademik dilakukan di California, Amerika Serikat terhadap 3.645 siswa SMA dengan hasil lebih dari 70 persen siswa menyatakan bahwa mereka merasa tertekan dengan kegiatan akademik sekolah,

Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014

Page 2: TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA …

2

63 persen menyatakan mereka berusaha sangat keras untuk kegiatan akademik dan 56 persen siswa menyatakan bahwa mereka selalu mengkhawatirkan akademiknya seperti peringkat, ujian-ujian serta probabilitas diterimanya mereka di universitas (Conner, Pope & Gallowy, 2010). MyBlueprint Education Planner (2012) melakukan penelitian kepada 523 siswa SMA di Kanada dengan hasil 77 persen siswa mengalami stress sedang ke tinggi akibat tugas sekolah, ujian serta nilai akademik. China Youth Social Research Center (2008 dalam Sun, 2012) melaksanakan survei nasional dan mendapatkan data bahwa anak dan remaja di China menyatakan tekanan akademik merupakan tekanan terbesar dalam hidup mereka. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi pemerintah Indonesia. Departemen Pendidikan yang bertugas secara khusus menangani pendidikan di Indonesia memiliki tiga pilar utama untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan di Indonesia yaitu meningkatkan akses terhadap pendidikan, meningkatkan kualitas pendidikan dan meningkatkan kepemerintahan yang lebih baik dalam sektor pendidikan. Kota Depok merupakan salah satu kota di Indonesia yang mendukung usaha pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini terbukti dengan tujuan dinas pendidikan kota Depok yaitu meningkatkan kualitas hasil belajar dan lulusan pelajar kota Depok. Burke (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa upaya peningkatan kualitas pendidikan akan meningkatkan tekanan yang dialami siswa. Maka dengan dilakukannya peningkatan kualitas pendidikan oleh pemerintah kota Depok, siswa di kota Depok dapat mengalami peningkatan stress akademik. SMA Negeri 1 Depok merupakan salah satu sekolah menengah terbaik di Depok yang dibuktikan dengan peraih nilai ujian nasional tertinggi di Depok pada tahun 2011 adalah siswa SMA Negeri 1 Depok. Peneliti melakukan pengambilan data awal mengenai tingkat stress

akademik pada siswa dengan melakukan wawancara kepada guru bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Depok pada bulan Desember 2013. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling SMA Negeri 1 Depok didapatkan data bahwa rata-rata siswa kelas 1 yang menggunakan jasa konseling sekolah adalah siswa yang mengalami perasaan tertekan akibat kegiatan akademiknya. Guru bimbingan konseling SMA Negeri 1 Depok menyatakan siswa kelas 1 SMA Negeri 1 Depok mengalami tekanan akademik yang tinggi akibat adanya perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan. Penelitian ini akan berfokus kepada siswa kelas satu. Penelitian menunjukkan bahwa perbedaan tingkat kelas pada siswa SMA dapat menimbulkan perbedaan tingkat stress akademik mereka dimana siswa kelas satu SMA akan beradaptasi dengan sistem tugas yang berbeda, persaingan akademik yang lebih ketat serta perbedaan situasi sosial yang akan berdampak kepada akademik mereka (Suldo, Shaunessy, Thalji, Michalowski & Shaffer, 2009). Penelitian ini memiliki rumusan masalah yaitu bagaimana gambaran tingkat stress akademik pada remaja kelas 1 di SMA Negeri 1 Depok? Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan tingkat stress akademik pada remaja siswa kelas 1 SMA Negeri 1 Depok beserta komponen stress akademik yaitu tekanan studi, kekhawatiran mengenai peringkat atau nilai, harapan diri, keputusasaan dan beban tugas. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif sederhana. Metode Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif sederhana. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 SMA Negeri 1 Depok dengan tehnik pemilihan sampel yaitu total sampling. Jumlah responden

Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014

Page 3: TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA …

3

dalam penelitian adalah 252 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah Educational Stress Scale for Adolescence (ESSA) yang mengukur tingkat stress akademik dengan 5 komponen yaitu tekanan studi, kekhawatiran mengenai peringkat atau nilai, harapan diri, keputusasaan serta beban tugas (Sun, Dunne, Michael, Hou dan Xu, 2011). Peneliti memodifikasi instrumen penelitian tersebut dengan merubah bahasa instrumen penelitian menjadi bahasa Indonesia serta menambah pertanyaan pada komponen tekanan studi dan keputusasaan. Peneliti melakukan uji validitas dan reabilitas di SMA Negeri 2 Depok dengan hasil pertanyaan yang valid sebesar 18 pertanyaan. Rentang nilai validitas yaitu pada komponen tekanan studi 0.36 dengan rentang nilai reabilitas 0.78-0.83. Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik usia pada penelitian ini memiliki nilai mean 15.46 dengan usia minimal 14 tahun dan usia maksimal 18 tahun serta standar deviasi 0.56. Sementara karakteristik jenis kelamin menunjukkan 42.9% responden adalah laki-laki sementara 57.1% adalah responden perempuan. Selanjutnya untuk karakteristik jurusan menunjukkan 73% responden berasal dari jurusan Matematika dan Ilmu Alam (MIA) dan 27% responden berasal dari jurusan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS). Hasil penelitian tingkat stress akademik berdasarkan komponen stress menunjukkan bahwa beban tugas memiliki jumlah responden terbanyak yang mempersepsikan dapat menimbulkan stress akademik yang tinggi. Sementara komponen kekhawatiran mengenai peringkat atau nilai memiliki jumlah responden terendah yang mempersepsikan dapat menimbulkan stress akademik tinggi. Tabel 1 Tingkat stress akademik berdasarkan komponen stress

Selannjutnya, hasil penelitian mengenai tingkat stress akademik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang terlalu signifikan antara jumlah responden yang mengalami tingkat stress akademik yang tinggi dengan jumlah responden yang mengalami tingkat stress akademik yang rendah. Berikut adalah tabel yang menyajikan data mengenai tingkat stress akademik pada siswa kelas 1 SMA Negeri 1 Depok. Tabel 1. Tingkat Stress Akademik pada Siswa Kelas 1 SMA Negeri 1 Depok Tingkat Stress

Akademik Jumlah

(n) Persentase

(%) Rendah 122 48.4% Tinggi 130 51.6% Total 252 100% Pembahasan Hal penelitian ini menunjukkan rata-rata siswa berada pada katagori remaja menengah (Neinstein, Gordon, Katzman, Rosen & Woods, 2008). Thorne dan Saphiro (2011) menyatakan bahwa masa remaja menengah

Komponen

Stress

Akademik

Tingkat Stress

Akademik

Total

Rendah Tinggi

n % n % n %

Tekanan Studi 94 37.3 158 62.

7

252 100

Kekhawatiran

mengenai

peringkat atau

nilai

11

3

44.8 139 55.

2

252 100

Harapan diri 77 30.6 175 69.

4

252 100

Keputusasaan 83 32.9 169 67.

1

252 100

Beban tugas 72 28.6 180 71.

4

252 100

Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014

Page 4: TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA …

4

merupakan masa remaja yang paling rentan dibandingkan dengan masa remaja awal dan akhir untuk mengalami permasalahan. Masa remaja menengah merupakan masa dimana permasalahan depresi akan meningkat (Garber & Street, 2011). Penelitian longitudinal menyatakan bahwa masa remaja menengah yaitu umur 15 hingga 16 tahun merupakan masa dimana gejala depresi meningkat secara signifikan sehingga pada masa inilah gejala depresi akan terlihat pada remaja (Hankin et al, 1998 dalam Compas & Reeslund, 2009). Maka dapat ditarik kesimpulan masa remaja menengah merupakan masa rentan dimana seorang remaja dapat mengalami depresi akibat stress yang dialaminya.

Penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin akan mempengaruhi tingkat stress yang dialami individu dimana perempuan cenderung untuk memiliki tingkat stress akademik yang lebih tinggi (Sharma & kaur, 2011). Cobb (2001) menyatakan bahwa laki-laki telah dilatih untuk menjadi pribadi yang percaya diri, mandiri, tegas dan mampu menjadi pemimpin sehingga laki-laki akan cenderung untuk memberikan persepsi kepada kegagalan akademik sebagai hal yang disebabkan kurangnya usaha dari mereka. Sementara perempuan dilatih untuk menjadi pribadi yang berorientasi kepada emosi seperti lembut, sensitif, pengertian, penyayang sehingga perempuan cenderung mempersepsikan bahwa kegagalan akademik disebabkan ketidakmampuan mereka menghadapi tuntutan sehingga mereka lebih cenderung mengalami depresi (Ali, Caplan & Fagant, 2010; Chen & Kottler, 2008; Cobb, 2001) Karakteristik jurusan pada penelitian ini memiliki perbedaan proporsi yang signifikan dimana jumlah siswa yang berasal dari jurusan Matematika dan Ilmu Alam (MIA) lebih besar dibandingkan dengan siswa dari jurusan Ilmu-Ilmu Sosial. Penelitian (Allred, Granger, Hogstrom, 2013) yang menyatakan bahwa meskipun terdapat persepsi bahwa jurusan IPA memberikan tekanan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan IPS namun pada dasarnya tidak terdapat perbedaan signifikan antara jurusan IPA dan Ilmu Sosial dengan tingkat stress akademik. Komponen stress pertama dalam penelitian ini adalah tekanan studi. Tekanan studi dapat muncul dari berbagai sumber seperti guru, teman sebaya dan keluarga terutama orang tua. Sekolah dengan tingkat kualitas yang tinggi akan cenderung memberikan tekanan yang lebih besar kepada siswanya untuk menjamin keberhasilan siswa memasuki universitas yang unggul (Feld, 2011). Cobb (2001) menyatakan bahwa sekolah dengan kualitas yang tinggi cenderung memiliki guru yang memiliki harapan yang tinggi kepada siswanya terkait keberhasilan akademik mereka. SMA Negeri 1 Depok merupakan salah satu SMA terbaik di kota Depok sehingga terdapat kemungkinan bahwa guru di sekolah memberikan perhatian ekstra terhadap bidang akademik siswa untuk menjamin siswanya memiliki kemampuan akademik yang tinggi dan mampu memasuki universitas unggul. Selanjutnya hubungan dengan keluarga seperti kualitas hubungan remaja dengan orang tua pun memberikan tekanan pada remaja. Tingginya harapan orang tua atau keluarga kepada remaja untuk mencapai prestasi akademik yang baik menimbulkan efek tekanan kepada remaja (Rao, 2008). Hal ini sesuai dengan penelitian Ang dan Huan (2006) yang menyatakan bahwa harapan orang tua dan guru terhadap pencapaian akademik remaja memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan stress akademik yang dialami oleh remaja. Teman sebaya memberikan pengaruh kepada tekanan yang dirasakan remaja dengan cara pencapaian prestasi akademik tertentu oleh teman sebaya akan memberikan tekanan kepada remaja untuk dapat berusaha meraih prestasi yang sama (Rice & Dolgin, 2011). Hasil penelitian Zhao (2011) menunjukkan bahwa tingginya kompetisi diantara remaja merupakan sumber stress akademik yang penting serta akan menimbulkan rasa ketidakpercayaan, cemburu dan sikap antagonis pada remaja. Jalur seleksi

Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014

Page 5: TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA …

5

nasional penerimaan mahasiswa baru di universitas Indonesia memiliki dua cara yaitu undangan dan tes tertulis. Jalur undangan akan menggunakan prestasi akademik siswa selama di SMA sebagai bahan pertimbangan untuk diterima atau tidaknya siswa di universitas yang dipilihnya. Sistem ini akan menuntut remaja untuk mampu mencapai prestasi akademik yang tinggi pada tiap tingkat di SMA untuk meningkatkan probabilitas mereka diterima di universitas. Hal ini akan meningkatkan kompetisi yang ada diantara remaja sehingga akan meningkatkan stress akademik yang dialami oleh mereka. Komponen kedua dalam penelitian ini adalah kekhawatiran mengenai peringkat atau nilai. Penelitian menunjukkan bahwa pencapaian peringkat atau nilai tertentu akan mempengaruhi remaja dalam membuat keputusan mengenai peringkat universitas yang akan dipilihnya (Griffith & Rask, 2007). Sistem pendidikan dengan kurikulum 2013 untuk SMA di Indonesia telah menggunakan sistem pengelompokan (grade) untuk nilai para siswa. Penggunaan pengelompokan nilai menunjukkan bahwa kelompok siswa yang berada pada satu kelompok rentang nilai menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan akademik yang setara. Rajshree dan Kumar (2013) menyatakan bahwa sistem pendidikan yang menggunakan pengelompokan nilai (grade) pada siswa dibandingkan dengan pemberian nilai 0 hingga 100 sebagai bahan acuan menilai kemampuan serta pencapaian akademik siswa akan menurunkan kompetisi antar siswa sehingga akan menurunkan stress akademik yang dialami oleh mereka. Penelitian tersebut selaras dengan hasil penelitian ini dimana jumlah siswa yang mempersepsikan kekhawatiran mengenai peringkat atau nilai dapat menimbulkan stress akademik tinggi adalah yang terendah diantara lima komponen dalam penelitian ini. Komponen ketiga yaitu harapan diri. Harapan diri merupakan komponen stress yang

memiliki jumlah siswa kedua tertinggi yang mempersepsikan bahwa harapan diri adalah komponen stress yang menimbulkan stress akademik yang tinggi. Remaja menetapkan harapan dirinya dari berbagai faktor seperti orang tua, teman sebaya, lingkungan sosial serta pandangannya terhadap kemampuan diri (Schunk & Miller, 2002). Harapan diri akan berpengaruh terhadap usaha dan kegigihan remaja mencapai target yang telah ditetapkannya (Schunk & Miller, 2002). Penelitian menunjukkan bahwa tingginya ideal diri akan menjadi sumber stress remaja karena remaja akan menetapkan pencapaian nilai yang tinggi di bidang akademik mereka (Suldo, dkk, 2009). Penetapan standar pencapaian diri yang terlalu tinggi akan membuat individu rentan mengalami penurunan rasa percaya diri dan depresi karena begitu tertekan untuk mencapai standar ideal bagi mereka (Leung, Yeung & Wong, 2009). Oleh karena itu kegagalan mencapai standar akademik yang ditetapkan oleh remaja sendiri akan dapat memberikan tekanan yang dapat berubah menjadi depresi (Dejud, 2007). Keputusasaan pada remaja dapat timbul dari berbagai faktor seperti orang tua dan, lingkungan dan diri sendiri (Miller, Rathus & Linehan, 2007). Penelitian Lee, Wong, Chow, McBride dan Catherine (2006) pada 327 remaja perempuan di Hongkong menyatakan bahwa remaja memiliki ide untuk melakukan bunuh diri akibat rasa ketidakpuasan orang tua mereka terhadap kemampuan akademik mereka. Penelitian Ang dan Huan (2006) pada 1.108 remaja di Singapore pun menyatakan bahwa remaja memiliki keinginan untuk melakukan bunuh diri disebabkan stress akademik yang dialami oleh mereka. Faktor pemicu lain yang membuat remaja mengalami perasaan keputusasaan adalah kegagalan dalam bidang akademik. Remaja yang mengalami kegagalan dalam bidang akademik akan memiliki kemungkinan yang tinggi untuk mengalami keputusasaan (Berlin, 1985 dalam Golden & Capuzzi, 1988).

Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014

Page 6: TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA …

6

Komponen kelima adalah beban tugas. Beban tugas merupakan komponen stress dengan jumlah siswa tertinggi yang mempersepsikan sebagai penyebab tingkat stress akademik yang tinggi dibandingkan dengan 4 komponen stress lainnya. Beban tugas mencakup tugas yang perlu diselesaikan oleh siswa selama di sekolah dan di rumah serta tingginya jumlah ujian yang perlu dilewati oleh siswa selama di sekolah (Sun, 2012). Beban tugas yang terlalu tinggi akan memicu timbulnya stress akademik bagi remaja. Hal ini sesuai dengan penelitian Conner, Pope dan Galloway (2010) yang menunjukkan bahwa remaja rata-rata menghabiskan waktu 3.07 jam di rumah untuk mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka. Selain itu penelitian lain menunjukkan bahwa remaja mengalami kesulitan tidur akibat beban tugas yang tinggi (Foust, Hertberg-Davis Callahan, 2009; Conner, Pope & Galloway, 2010). Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia. Kurikulum 2013 menitikberatkan kepada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012). Selain sistem proses belajar mengajar yang berbeda, beban jumlah jam belajar siswa dengan kurikulum 2013 pun meningkat dibandingkan dengan kurikulum lama. Siswa kelas 1 dengan kurikulum 2013 memiliki beban jam pelajaran sebesar 42 jam perminggu dengan satu semester paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012). Sementara kurikulum lama menerapkan beban jam pelajaran siswa kelas 1 adalah sebesar 38 jam perminggu. Penerapan kurikulum yang menuntut untuk siswa lebih aktif dalam belajar serta meningkatnya beban jam pelajaran membuat siswa mempersepsikan bahwa beban tugas menjadi faktor utama yang dapat menimbulkan tingkat stress akademik yang tinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari jumlah siswa mengalami tingkat stress akademik yang rendah. Penurunan tingkat stress akademik yang terjadi pada

remaja dapat disebabkan berbagai faktor seperti sikap remaja dalam mengatasi stress akademik yang dihadapinya dan dukungan sosial yang dimilikinya. Remaja yang memiliki sikap optimis cenderung memiliki tingkat stress akademik yang rendah sementara remaja yang memiliki sikap pesimis cenderung memiliki tingkat stress akademik yang tinggi (Huan, Lay, Ang & Chong, 2006). Dukungan sosial yang dimiliki oleh remaja juga memiliki peran dalam membantu remaja mengatasi stress akademik yang dialaminya. Remaja dapat memiliki dukungan sosial dari berbagai sumber orang tua, guru, teman sebaya atau anggota keluarga lain (Glozah, 2013). Rendahnya dukungan sosial yang dimiliki oleh remaja akan meningkatkan stress akademik yang dialami oleh mereka (Christ & Burant, 2003). Penelitian Bjorkman (2007) menunjukkan bahwa dukungan dari orang tua dan teman sebaya dapat menurunkan tingkat stress akademik yang terjadi pada remaja. Dukugan sosial lain yang diperlukan oleh siswa bersumber dari guru di sekolah. Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan yang diberikan guru kepada siswa maka akan semakin rendah stress akademik yang dirasakan oleh siswa (Megalis, 2002; Xiao, 2013). Penelitian menunjukkan bahwa dukungan yang paling diharapkan oleh siswa dari guru adalah dukungan emosi dan dukungan informasi (Fezer, 2008). Dukungan emosional yang diterima oleh siswa dari guru akan meningkatkan pencapaian akademik siswa, perasaan puas pada pencapaian akademik serta menurunkan tingkat stress akademik yang dirasakan oleh siswa (Fezer, 2008). SMA Negeri 1 Depok memiliki beberapa guru bimbingan konseling yang masing-masing memiliki tanggung jawab pada beberapa orang siswa. Guru bimbingan konseling yang bertanggung jawab terhadap siswa kelas 1 menerapkan sistem untuk melakukan survei secara berkala kepada siswa mengenai tekanan akademik yang dialami oleh mereka dengan

Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014

Page 7: TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA …

7

tujuan untuk memahami seberapa tinggi tekanan yang dirasakan oleh siswa. Selain itu, bidang bimbingan konseling menerapkan sistem yang mengizinkan siswa melakukan konseling dengan guru bimbingan konseling sesuai dengan waktu yang diinginkan oleh siswa selama dalam batas jam sekolah. Sistem yang diterapkan oleh guru bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Depok menunjukkan bahwa guru mendukung siswa dalam menghadapi stress akademik mereka. Oleh karena itulah hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari jumlah siswa mengalami stress akademik yang rendah. Implikasi penelitian ini terhadap pengembangan ilmu keperawatan adalah memberikan informasi mengenai stress akademik beserta komponen-komponennya. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi bidang keperawatan jiwa untuk mengetahui berbagai stress yang terjadi pada remaja dimana akademik merupakan salah satu stress paling penting bagi remaja. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk lebih memahami stress akademik yang terjadi pada remaja agar perawat dapat menyusun strategi promosi kesehatan kepada remaja terkait koping adaptif dalam mengatasi stress akademik yang dihadapi oleh mereka. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian ini hanya mengambil siswa kelas 1 sebagai siswa penelitian. Maka penelitian ini belum mampu mewakili populasi remaja SMA Negeri 1 Depok secara keseluruhan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada kuesioner penelitian baku yaitu Educational Stress for Adolescence (ESSA). Peneliti melakukan modifikasi terhadap instrumen tersebut untuk disesuaikan dengan kebutuhan penelitian sehingga diharapkan lebih mampu mewakili tujuan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti. Modifikasi intrumen dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil studi literatur dan proses

bimbingan dari pembimbing penelitian ini. Peneliti telah melakukan uji validitas dan reabilitas sebelum menggunakan intrumen ESSA namun instrumen tersebut belum sepenuhnya teruji pada berbagai populasi remaja SMA di Indonesia. Penelitian ini hanya menggambarkan komponen-komponen stress akademik beserta tingkat stress akademik yang terjadi pada siswa kelas 1 SMA Negeri Depok. Penelitian ini tidak membahas mengenai keterkaitan atau hubungan antara karakteristik siswa dengan tingkat stress yang dialami oleh siswa atau keterkaitan antara komponen stress dengan tingkat stress akademik pada remaja. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian ini adalah tingkat stress akademik tinggi yang terjadi pada remaja siswa kelas 1 SMA Negeri 1 Depok sebesar berada pada katagori tinggi. Pada penelitian ini responden mempersepsikan bahwa beban tugas sebagai komponen stress utama yang menyebabkan stress akadamik tinggi yang dialami oleh mereka. Sementara kekhawatiran mengenai peringkat atau nilai merupakan komponen stress terendah yang dipersepsikan oleh responden dapat menimbulkan stress akademik yang tinggi pada mereka. Peneliti memberikan rekomendasi agar perawat dapat lebih memahami stress akademik yang terjadi pada kehidupan remaja sehingga perawat dapat memberikan intervensi terkait pengembangan strategi koping adaptif kepada remaja untuk mencegah permasalahan mental yang serius akibat stress akademik yang tinggi. Selain itu peneliti memberikan rekomendasi kepada siswa, orang tua dan guru di SMA Negeri 1 Depok untuk lebih memahami mengenai stress akademik yang terjadi pada remaja. Pemahaman mengenai stress akademik oleh siswa dapat membuat siswa lebih mudah membangun koping yang adaptif dalam mengatasi stress akademik yang dihadapinya. Sementara pemahaman stress

Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014

Page 8: TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA …

8

akademik pada orang tua dan guru dapat membuat orang tua dan guru membantu siswa lebih baik untuk membangun koping adaptif serta lingkungan positif yang dapat mendukung siswa menghadapi stress akademik yang dialaminya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melihat kekuatan korelasi antara karakteristik remaja seperti usia, jenis kelamin dan jurusan dengan tingkat stress akademik serta kekuatan korelasi anatara komponen stress akademik dengan tingkat stress akademik. Selain itu diharapkan penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan cakupan sampel yang lebih besar sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan untuk tingkat populasi yang lebih luas. Referensi Ali, A., Caplan P. J., Fagant, R. (2010).

Handbook of Gender Research in Psychology. New York: Springer

Allred, A., Granger, M., Hogstrom, T. (2013). The Relationship between Academic Major, Personality Type, and Stress in College Students. https://www.lakeforest.edu/live/files/1587 diakses pada tanggal 27 Juni 2014 pukul 21.00 WIB

Ang, R. P., & Huan, V. S. (2006). Relationship between academic stress and suicidal ideation: Testing for depression as a mediator using multiple regression. Child Psychiatry and Human Development, 37(2), 133-43. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10578-006-0023-8

Burke, L. M. (2013). Adolescents’ Perceptions of Parental Expectations: An Explorations of achievement pressure. http://csus-dspace.calstate.edu/bitstream/handle/10211.9/2357/Laura%20Burke%20Thesis.pdf?sequence=2 Diakses pada tanggal 10 Desember pukul 16.00 WIB

Bjorkman, S. M. (2007). Relationships among

academic stress, social support, and internalizing and externalizing behavior in adolescence. (Order No. 3279173, Northern Illinois University). ProQuest Dissertations and Theses, , 143. (304815862).

Cobb, N. J. (2001). Adolescence: Continuity, Change, and Diversity. 4th Ed. Los Angeles: Mayfield Publishing Company

Compas, B. E., Reeslund, K. L. (2009). Adolescent Psychology. 3rd Ed. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc

Conner, J., Pope, D., Galloway, M. (2009). Educational Leadership. 67(4): 54-58. http://www.challengesuccess.org/Portals/0/Docs/Educational-Leadership-Article-2009-12.pdf Diakses pada tanggal 23 Juni 2014 pukul 17.00 WIB

Dejud, C. (2007). The Relationship among Ethnic Identity, Psychological Well-Being, Academic Achievement, and Interdroup Competence of School-Age Hispanic/Latino Youth. The University of Arizona

Fezer, M. (2008). Adolescent social support network: Student academic success as it relates to source and type of support received. (Order No. 3307683, State University of New York at Buffalo). ProQuest Dissertations and Theses, , 137-n/a. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/89244171?accountid=17242. (89244171).

Garber, J., Street, B. M. (2011). Encyclopedia of Adolescence. New York: Springer

Glozah, F. N. 2013. Effects of Academic Stress and Perceived Social Support on The Psychological Wellbeing of Adolescents in Ghana. 2. 143-150. http://Scrip.org/journal/omjp diakses pada tanggal 23 Juni 2014 pukul 14.00 WIB

Golden, L., Capuzzi, D. (1988). Preventing Adolescent Suicide. Idiana: Accelerated Development, Inc

Green, H., McGinnity, A., Meltzer, H., et al. (2005). Mental health of children and young people in Great Britain 2004.

Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014

Page 9: TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA …

9

London: Palgrave. Feld, L. D. (2011). Student Stress in

High-Pressure College Preparatory Schools. Wesleyan University

Foust, R. C., Hertberg-Davis, H., & Callahan, C. M. (2009). Students' perceptions of the non-academic advantages and disadvantages of participation in advanced placement courses and international baccalaureate programs. Adolescence, 44(174), 289-312.

Huan, V. S., Lay, S. Y., Ang, R. P., & Chong, W. H. (2006). THE INFLUENCE OF DISPOSITIONAL OPTIMISM AND GENDER ON ADOLESCENTS' PERCEPTION OF ACADEMIC STRESS. Adolescence, 41(163), 533-46.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,. (2012). Pengembangan Kurikulum 2013. http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/dokumen/pengumuman/Materi_Rakor_Sidang_Kelompok1-6_1-12-13/Sidang-Kelompok-6(Implikasi_Penerapan_Kurikulum)/Implikasi_Revisi_III_(Badan_Bahasa).ppt+&cd=8&hl=id&ct=clnk&gl=id diakses pada tanggal 21 Juni 2014 pukul 15.00 WIB

Kim, E., & Lee, M. (2013). THE RECIPROCAL LONGITUDINAL RELATIONSHIP BETWEEN THE PARENT-ADOLESCENT RELATIONSHIP AND ACADEMIC STRESS IN KOREA. Social Behavior and Personality, 41(9), 1519-1531.

Lee, M. T. Y., Wong, B. P., Chow, B. W. -., & McBride-Chang, C. (2006). Predictors of suicide ideation and depression in hong kong adolescents: Perceptions of academic and family climates. Suicide & Life - Threatening Behavior, 36(1), 82-96.

Lerner, J. V., Lerner, R. M. (2001). Adolescence in America: N-Z. California: ABC-Clio, Inc

Megalis, C. N. (2002). Does acculturation, social support, and being in an international baccalaureate honors program affect high school students'

academic stress and burnout levels? (Order No. 3077496, Loyola University of Chicago). ProQuest Dissertations and Theses,

Miller, A. L., Rathus, J. H., Linehan, M. M. (2007). Dialectical Behaviour Therapy with Suicidal Adolescents. New York: Guilford Publications, Inc

Misra, R., Crist, M., & Burant, C. J. (2003). Relationships among life stress, social support, academic stressors, and reactions to stressors of international students in the united states. International Journal of Stress Management, 10(2), 137-157. doi:http://dx.doi.org/10.1037/1072-5245.10.2.137

Moller, A. P. (1998). Advances in The Study of Behaviour: Stress and Behaviour. California: Academic Press.

Mullen, A. (2009). Elite destinations: pathways to attending an Ivy League university. British Journal of Sociology of Education, 30(1), 15-27.

MyBlue Print Education Planner. (2012). MyBlue Print Student Stress Index 2012. http://www.myblueprint.ca/student_stress_index_2012/ diakses pada tanggal 6 November 2013 pada pukul 19.00 WIB

Neinstein, L.S., Gordon, C. M., Katzman, D. K., Rosen, D. S. & Woods, E. R. (2008). Adolescent Health Care: A practical guide. 5th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Potter, P. A., Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Penertbit Salemba Medika.

Rajshree , Pradeep Kumar. 2013. A Comparative Study of Stress of Class X Students under Grading and Numerical Marking System of Evaluation http://www.ijsrp.org/research-paper-0313/ijsrp-p1548.pdf

Rao, A. S. (2008). Academic Stress and Adolescent Distress: The Experiences of 12th Standard Students in Chennai, India. University of Arizona

Rew, L. (2005). Adolescence Health: A multidisciplinary approach theory,

Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014

Page 10: TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA …

10

research, and intervention. California: Sage Publications, Inc

Rice, F. P., Dolgin, K. G. (2008). The Adolescent: Developmental, relationships and culture. 12th Ed. Boston: Pearson Education, Inc

Rueger, S. Y., Malecki, C. K. (2011). Effects of Stress, Attributional Style and Perceived Parental Support on Depressive Symptoms in Early Adolescence: A Prospective Analysis.

Schunk, S.C.D., Miller. (2002). Academic Motivation of Adolescence. USA: Information Age Publishing Inc

Seaward, B. L. (2012). Managing Stress: Principles and Strategies for Health and Well-Being. 7th Ed. Burlington: Jones & Bartlett Learning.

Sharma, M., Kaur, G. (2011). Gender Differences in Procrastination and Academic Stress among Adolescents. 8(2):122-127

Shashi, K., Bhatia., Subash, C. (2007). Childhood and Adolescent Depression. http://www.aafp.org/afp/2007/0101/p73.html diakses pada tanggal 6 November 2013 pada pukul 22.00 WIB

Suldo, S. M., Shaunessy, S. E., Thalji, A., Michalowski, J., Shaffer, E. (2009). Sources of Stress for Students in High School College Prepatory and General Education Programs: Group Differences and Associations with Adjusment.

Sun, J. (2012). Educational Stress among Chinese Adolescents: Measurements, risk factors, and associations with mental health. http://eprints.qut.edu.au/53372/3/Sun_Jiandong__Thesis.pdf diakses pada tanggal 6 Desember 2013 pada pukul 22.00 WIB

Sun, J., Dunne, M. P., Hou, X. Xu, A.(2011) Educational stress scale for adolescents : development, validity, and reliability with Chinese students. Journal of Psychoeducational Assessment, 29(6): 534-546.

Tan, J. B., & Yates, S. (2011). Academic

expectations as sources of stress in asian students. Social Psychology of Education : An International Journal, 14(3): 389-407. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s11218-010-9146-7

Thorne, A., Shapiro, L. A. (2011). Adolescent Vulnerabilities and Opportunities: Developmental and constructivist perspective. New York: Cambridge University Press

Wasserman, D. (2011). The Facts Depression. 2nd Ed. Oxford: Oxford University Press

World Bank. (2013). Bank Dunia dan Pendidikan di Indonesia. http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAINBAHASAEXTN/0,,contentMDK:21879716~pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK:447244,00.html diakses pada tanggal 22 November 2013 pukul 19.30 WIB

Xiao, J. T. (2013). Academic stress, test anxiety, and performance in a chinese high school sample: The moderating effects of coping strategies and perceived social support. (Order No. 3571383, Georgia State University). ProQuest Dissertations and Theses, , 111.

Zhao, X. (2011). Development under stress: The culture of academic competition and adolescent friendship participation in china's secondary school. (909028072)

Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014

Page 11: TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA …

11

Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014

Page 12: TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA …

12

Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014

Page 13: TINGKAT STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS 1 SMA …

Gambaran tingkat..., Ratna Wulandari, FIK UI, 2014