strategi pemberdayaan individu

39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menjadi sehat sudah sesuai dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya. Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran serta aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan. Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatanpemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. 1

Upload: yuniar-susilo-wati

Post on 29-Jan-2016

2.053 views

Category:

Documents


346 download

DESCRIPTION

STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menjadi sehat sudah

sesuai dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa

pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,

mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi –

tingginya. Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran

serta aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.

Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat

merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di

bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat

merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatanpemberdayaan

(empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan

agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Setiap orang baik individu,kelompok maupaun masyarakat,mempunyai

kewajiban dan tanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan menjaga kesehatan

dirinya sendiri  dari segala ancaman penyakit dan masalah kesehatan yang lain.

Kemampuan  untuk memelihara dan melindungi kesehatan mereka sendiri disebut

kemandirian atau self reliancen

Dengan kata lain masyarakat yang berdaya sebagai hasil dari pemberdayaan

masyarakat  adalah masyarakat  yang mandiri. Demikian juga individu atau kelompok

yang berdaya,juga individu atau kelompok yang mandiri. 

1

Page 2: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana Strategi Pemberdayaan Individu Melalui Bimbingan?

2) Bagaimana Strategi Pemberdayaan Individu Melalui Konseling?

3) Bagaimana Strategi Pemberdayaan Individu Melalui Stress Manajemen?

4) Bagaimana Strategi Pemberdayaan Individu Crisis Intervention

(Intervensi Krisis)?

C. Tujuan Makalah

1) Mengetahui dan Memahami Strategi Pemberdayaan Individu Melalui

Bimbingan.

2) Mengetahui dan Memahami Strategi Pemberdayaan Individu Melalui

Konseling.

3) Mengetahui dan Memahami Strategi Pemberdayaan Individu Melalui

Stress Manajemen.

4) Mengetahui dan Memahami Strategi Pemberdayaan Individu Crisis

Intervention (Intervensi Krisis).

5)

2

Page 3: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi Pemberdayaan Individu Melalui Bimbingan

1. Definisi bimbingan

Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri

untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya sehingga menemukan

kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.

Prayitno dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah

proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau

beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang

dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan

berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Sementara, Winkel (2005:27) mendefenisikan bimbingan: (1) suatu usaha untuk

melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya

sendiri, (2) suatu cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami

dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk

perkembangan pribadinya, (3) sejenis pelayanan kepada individu-individu agar

mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun

rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan

diri dalam lingkungan dimana mereka hidup, (4) suatu proses pemberian bantuan atau

pertolongan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan

pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan

menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan.

I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan adalah

suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu

dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk

dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya

(self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan

3

Page 4: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau

kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga,

sekolah dan masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada

prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli

kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri,

menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih,

menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan

lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Tujuan Bimbingan

Secara umum dan luas, program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan sebagai

berikut:

a) Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan pribadi

b) Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan produktif

dalam masyarakat

c) Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu yang lain

d) Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan

yang dimiliki (Amin, 2010).

Secara khusus, tujuan bimbingan adalah sebagai berikut:

a) Memperkembangkan pengertian dan pemahaman diri dalam kemajuan dirinya

b) Memperkembangkan pengetahuan tentang dunia kerja, kesempatan kerja,

serta tanggung jawab dalam memilih suatu kesempatan kerja tertentu;

c) Memperkembangkan kemampuan untuk memilih, mempertemukan diri dan

informasi tentang kesempatan yang ada secara bertanggung jawab

d) Mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang lain

(Amin, 2010: 39)

3. Fungsi Bimbingan

4

Page 5: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

Fungsi bimbingan secara umum adalah sebagai fasilitator dan motivator klien dalam

upaya mengatasi dan memecahkan problem kehidupan klien dengan kemampuan

yang ada pada dirinya sendiri (Arifin, 1979).

Fungsi bimbingan antara lain sebagai berikut:

a) Menjadi pendorong (motivator) bagi klien yang terbimbing timbul semangat

dalam menempuh kehidupan;

b) Menjadi pemantap (stabilitator) dan penggerak (dinamisator) untuk mencapai

tujuan yang dikehendaki;

c) Menjadi pengarah (direktif) bagi pelaksanaan program bimbingan agar sesuai

dengan pertumbuhan dan perkembangan klien serta melihat bakat dan minat

yang berhubungan dengan cita-cita yang ingin dicapainya (Arifin dan

Kartikawati: 1995:7).

4. Metode Bimbingan

Metode bimbingan individual merupakan salah satu teknik bimbingan, melalui

metode ini upaya pemberian bantuan diberikan secara individual dan langsung

bertatap muka (berkomunikasi) antara pembimbing dengan klien. Dengan perkataan

lain pemberian bantuan diberikan dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to

face relationship (hubungan empat mata).

Dalam metode ini terdapat dua macam bimbingan yaitu:

a) Bimbingan Direktif (metode mengarahkan)

Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada klien untuk berusaha

menghadapi kesulitan yang dihadapi, pengarahan yang di berikan kepada

klien ialah dengan memberikan bimbingan secara langsung jawaban-jawaban

terhadap permasalahan yang menjadi permasalahan yang dihadapi oleh klien.

b) Bimbingan Nondirektif (metode yang tidak mengarahkan )

Cara pengungkapan tekanan batin yang dirasakan menjadi penghambat klien

dalam belajar dengan sistem pancingan yang berupa satu dua pertanyaan yang

terarah, selanjutnya klien diberi kesempatan seluas-luasnya untuk

5

Page 6: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

menceritakan hal-hal yang menghambat jiwanya, yang kemudian dicatat oleh

point-point penting yang dianggap rawan untuk diberi bantuan.

B. Strategi Pemberdayaan Individu Melalui Konseling

1. Definisi konseling

Konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses

pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli

(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut

klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Sejalan dengan itu, Winkel (2005:34) mendefinisikan konseling sebagai

serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu

konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung

jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.

Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling

adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien

dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah

khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.

2. Macam - macam Konseling

a) Konseling sukarela

Konseling sukarela artinya konseling yang hadir di ruang konseling atas kesadaran

sendiri, berhubungan maksud dan tujuannya. Secara umum dapat kita kenali cirri –

cirri konseling sukarela sebagai berikut :

Hadir atas kehendak sendiri

Segera dapat menyesuaikan diri dengan konselor

Mudah terbuka, segera mengatakan persoalannya

Bersungguh – sungguh mengikuti proses konseling

Berusaha mengemukakan sesuatu yang jelas

Sikap bersahabat, mengharapkan bantuan

Bersedia mengungkapkan rahasia walaupun menyakitkan.

6

Page 7: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

b) Konseling Terpaksa

Konseling terpaksa adalah konseli yang kehadirannya di ruang belajar karena

dorongan orang lain. Adapun karakteristiknya antara lain :

Bersifat tertutup

Enggan berbicara

Curiga terhadap konselor

Kurang bersahabat

Menolak secara halus bantuan konselor

Untuk menghadapi konseli terpaksa, konselor tidak boleh memaksa untuk memberi

bantuan. Salah satu strategi adalah menjelaskan secara bijak apa yang dimaksud

konseling.

c) Konseli enggan

Salah satu bentu konseli yang enggan adalah banyak bicara. Pada prinsipnya konseli

seperti ini enggan untuk dibantu. Upaya yang bisa dilakukan untuk menghadapi

konseli yang seperti ini antara lain adalah menyadarkanakan kekeliruannya, member

kesempatan agar konseli dibimbing oleh orang lain saja, atau mencarilawan bicara

lain.

d) Konseli bermusuhan / menentang

Konseli terpaksa yang memiliki masalah cukup serius, bisa menjelma menjadi konseli

yang bermusuhan. Sifatnya antara lain : tertutup, menentang, bermusuhan dan

menolak secara terbuka.

3. Tujuan Konseling

Terdapat tiga macam tujuan konseling yaitu :

a) Mengubah perilaku yang salah penyesuaian yaitu: perilaku yang tidak tepat,

yang secara psikologis dapat mengarah atau berupa perilaku yang patologis.

Sedangkan perilaku yang tepat penyesuaian adalah perilaku yang sehat dan

tidak ada indikasi adanya hambatan atau kesulitan mental. Individu yang salah

penyesuaian perlu memperoleh bantuan agar berkembang kepribadiannya

berlangsung secara baik.

7

Page 8: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

b) Belajar membuat keputusan adalah hal yang paling penting bagi klien. Tujuan

konseling bukan penyesuaian dengan tuntutan masyarakat, karena adanya

perubahan sosial, personal, dan politik. Penyesuaian saja sebagai tujuan

konseling dapat merusak klien sendiri. Karena itu klien harus membuat

keputusan yang lebih tepat untuk dirinya dan masa depannya.

c) Mencegah muculnya masalah yaitu: mencegah jangan sampai mengalami

masalah di kemudian hari, mencegah jangan sampai masalah yang di alami

bertambah berat atau berkepanjangan, dan mencegah jangan sampai masalah

yang dihadapi berakibat gangguan yang menetap.

4. Teknik – Teknik dalam Konseling

Ada beberapa teknik dalam konseling yaitu :

a. Perilaku Attending.

Disebut juga sebagai perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen

kontak mata, bahasa badan, dan bahasa lisan.perilaku attending yang baik

adalah merupakan tiga kombinasi komponen sehingga akan memudahkan

konselor untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka.

Attending yang baik dapat:

1) Meningkatkan harga diri klien

2) Menciptakan suasana yang aman

3) Mempermudah ekspresi perasaan klien yang bebas

b. Empati

Ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien,

merasa dan berfikir bersama klien. Empati dilakukan bersamaan dengan

attending. Dengan kata lain, tanpa perilaku attending tidak aka nada empati.

Empati ada dua macam yaitu:

1) Empati primer

Yaitu suatu bentuk empati yang hanya memahami perasaan, pikiran,

8

Page 9: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

keinginan, dan pengalaman klien. Tujuannya adalah agar klien terlibat

pembicaraan yang terbuka.

2) Empati tingkat tinggi

Yaitu apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan

serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena

konselor ikut dengan perasaan tersebut.

c. Refleksi

Yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada klien

tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan

terhadap perilaku verbal dan non verbalnya, refleksi ada tiga jenis yaitu:

1) Refleksi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan

perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan non verbal klien.

2) Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan

pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan prilaku verbal

dan non verbal klien.

3) Refleksi pikiran yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan ide,

pikiran, pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal

dan non verbal klien.

d. Eksplorasi

Yaitu suatu keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman,

dan pikiran klien. Hal ini penting karena kebanyakan klien menyimpan

rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengungkapkan

pendapatnya dengan terus terang.

e. Menangkap pesan utama (parapharasing)

Yaitu untuk memudahkan klien memahami ide, perasaan, dan

pengalamannya. Seorang konselor perlu menangkap pesan utamanya, dan

menyatakannya secara sederhana dan mudah difahami, disampaikan dengan

bahasa konselor sendiri. Hal ini perlu karena sering klien mengemukakan

perasaan, pikiran, dan pengalamannya berbelit,berputar atau panjang.

9

Page 10: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

f. Bertanya untuk membuka pertanyaan (open question)

Kebayakan calon konselor sulit untuk membuka percakapan dengan klien.

Hal ini karena sulit menduga apa yang dipikirkan klien sehingga pertanyaan

menjadi pas. Untuk memudahkan membuka percakapan seorang konselor

dilatih keterampilannya bertanya dalam bentuk open-ended yang

memungkinkan munculnya pernyataan- pernyataan baru dari klien.

g. Bertanya tertutup (Closed Questions)

Pertanyaan konselor tidak selalu terbuka (open questions), akan tetapi juga

ada yang tertutup yaitu bentuk-bentuk pernyataan yang sering dimulai

dengan kata-kata apakah, adakah, dan harus dijawab klien dengan kata ya

atau tidak atau dengan kata-kata singkat

h. Dorongan minimal

Upaya utama seorang konselor agar kliennya selalu terlibat dalam

pembicaraan dan dirinya terbuka (self-disclosing). Yang dimaksud dorongan

minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang

dikatakan klien, dan memberikan dorongan singkat seperti: oh.., ya…, terus..,

lalu.., dan…

Keterampilan ini bertujuan untuk membuat agar klien terus berbicara dan

dapat mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan.

i. Interprestasi

Yaitu upaya konselor utuk mengulas pemikiran, perasaan dan perilaku atau

pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori yang dinamakan teori

teknik interprestasi. Tujuannya untuk memberikan rujukan, pandangan atau

perilaku klien, agar klien mengerti, dan berubah melalui pemahaman dari

hasil rujukan baru tersebut.

j. Mengarahkan (Directing)

Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam proses konseling,

perlu ada ajakan dan arahan dari konselor. Atau dengan kata lain

mengarahkan untuk melakukan sesuatu.

10

Page 11: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

k. Menyimpulkan sementara (Summarizing)

Supaya pembicaraan maju secara bertahap dan arah pembicaraan makin jelas,

maka setiap periode waktu tertentu bersama klien perlu menyimpulkan

pembicaraan. Kebersamaan itu amat diperlukan agar klien mempunyai

pemahaman bahwa keputusan mengenai dirinya menjadi tanggung jawab

klien, sedangkan konselor hanyalah membantu. Mengenai kapan suatu

pembicaraan akan disimpulkan banyak tergantung kepada feeling konselor.

Tujuannya:

1) Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas

balik (feed back) dari hal-hal yang telah dibicarakan.

2) Untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap

3) Untuk meningkatkan kualitas diskusi

4) Mempertajam atau memperjelas focus pada wawancara konseling

l. Memimpin (leading)

Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak melantur atau

menyimpang, seorang konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan

sehingga nantinya mencapai tujuan.

m. Fokus

Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat focus melalui

perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien.

n. Konfrontasi

Yaitu suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya

diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan

(perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan dan

sebagainya.

Tujuan teknik ini adalah:

1) Mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur

2) Meningkatkan potensi klien

3) Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi, konflik, atau

kontradiksi dalam dirinya.

11

Page 12: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

o. Menjernihkan (Clarifying)

Yaitu suatu keterampilan untuk menjenihkan ucapan–ucapan klien yang

samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan.

Tujuannya adalah:

1) Mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan

kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis.

2) Agar klien menjelaskan, mengulang, danmengilustrasikan perasaannya.

p. Memudahkan (Facilitating)

Yaitu suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah

berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan

pengalamannya secara bebas. Sehingga komunikasi dan partisipasi

meningkat dan proses konseling berjalan efektif.

q. Diam

Apakah diam itu teknik konseling?, sebenarnya diam amat penting dengan

cara attending. Diam bukan berarti tidak ada komunikasi, akan tetapi tetap

ada yaitu melalui perilaku nonverbal. Yang paling ideal diam itu paling

tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan minimal.

Tujuan diam adalah:

1) Menanti klien sedang berfikir

2) Sebagai proses jika klien ngomong berbelit-belit

3) Menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas

berbicara

r. Mengambil Insiatif

Hal ini perlu dilakukan konselor manakala klien kurang bersemangat utuk

berbicara, sering diam, sering diam, dan kurang partisipasif.konselor

mengucapkan kata–kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam

menuntaskan diskusi.

Tujuannya adalah:

1) Mengambil insiatif jika klien kurang semangat

2) Jika klien lambat berfikir untuk mengambil keputusan

12

Page 13: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

3) Jika klien kehilangan arah pembicaraan

s. Memberi nasehat

Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintannya. Walaupun

demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya, apakah pantas untuk

memberi nasehat atau tidak. Sebab dalam memberi nasehat tetap di jaga agar

tujuan konseling yakni kemandirian klien, harus tetap tercapai.

t. Pemberian informasi

Dalam hal informasi yang diminta klien, sama halnya dengan pemberian

nasehat. Jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur

katakana bahwa tidak mengetahui hal itu.

u. Merencanakan

Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus dapat membantu klien untuk

dapat membuat rencana berupa suatu program untuk action, perbuatan nyata

yang produktif bagi kemajuan dirinya. Suatu rencana yang baik adalah hasil

kerjasama konselor dengan klien.

v. Menyimpulkan

Pada akhir sesi konseling, konselor membantu klien untuk menyimpulkan

hasil pembicaraan yang menyangkut:

1) Bagaimana keadaan perasaan klien saat ini terutama mengenai

kecemasan

2) Memantapkan rencana klien

5. Fase – Fase Proses Konseling

a) Fase pertama

Konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang

memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Pola hubungan

yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai

keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada

masalah yang harus dipecahkan.

13

Page 14: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

b) Fase kedua

Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Ada dua hal yang dilakukan

konselor dalam fase ini, yaitu :

Membangkitkan motivasi klien, dalam hal ini klien diberi kesempatan untuk

menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya. Makin tinggi

kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk

mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk

bekerja sama dengan konselor.

Mebangkitkan dan mengembangkan otonomi klien dan menekankan kepada

klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat

mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab.

c) Fase ketiga

Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan- perasaannya pada saat ini,

klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan

pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini. Kadang-kadang klien

diperbolehkan memproyeksikan dirinya kepada konselor. Melalui fase ini, konselor

berusaha menemukan celah- celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang

hilang, dari sini dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien.

d) Fase keempat

Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan,

dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling.

Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas

kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi. Klien telah memiliki

kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar

dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-

pikirannya dan tingkah lakunya. Dalam situasi ini klien secara sadar dan

bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari konselor, dan siap

untuk mengembangan potensi dirinya.

14

Page 15: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

C. Strategi Pemberdayaan Individu Melalui Stress Manajemen

1. Definisi stress manajemen

Istilah manajemen stress merujuk kepada identifikasi dan analisis terhadap

permasalah yang terkait dengan stress, dan aplikasi dari berbagai terapi terapeutik

untuk mengubah sumber stress atau pengalaman stress (cotton 1990).

Manajemen stress ini bergantung pada beberapa faktor, seperti pelapasan

ketegangan lewat katarsis, pemebelajaran kognitif dan pengambilan insigh, operant

conditioning, serta reality testing (slone, dalam cotton 1990). Dalam proses

manajemen ini stress ini, baik terapi maupun klien harus memahami makna

stressbagi klien, bagaimana hasil tersebut dialami, dan bagaimana hal itu diatasi

secara adaptif.

Margiati (1999) menambahkan bahwa manajemen stres adalah membuat

perubahan dalam cara anda berpikir dan merasa, dalam cara anda berperilaku, dan

sangat mungkin dalam lingkungan anda. Manajemen stres juga sebagai kecakapan

menghadapi tantangan dengan cara mengendalikan tanggapan secara proporsional.

2. Cara melakukan manajemen stress menurut Cotton :

a) Terapi inividual

Pada terapi individual, salah satu keuntungan yang dimilki adalah dapat menangani

kasus dengan klien sulitatau dengan masalah yang cukup berat. Model ini juga

menfasilitasi terciptanya hubungan kerjasama yang baik dan dibutuhkan antara

terapis dan klien. Akan tetapi kelemahan yang yang dapat terjadi adalah pemberian

materi yang kerap mengubah proses terapi didominasi oleh ceramah.

b) Terapi kelompok

Terapi kelompok umumnya digunakan dengan mempertimbangkan alasan

praktis, misalnya lebih murah untuk klien, tidak banyak menghabiskan waktu, dan

memungkinkan untuk menyediakan informasi dari klien lainnya.

Dalam terapi kelompok ini, dijelaskan bahwa terdapat dua tipe kelompok

terapeutik dalam manajemen stress, yaitu kelompok psikoedukasidan kelompok

bantuan bersama (mutual aid group).

15

Page 16: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

Kelompok psikoedukasi menekankan interaksi antara terapis dan klien. Sesi

yang dilakukan umumnya terbatas, akan tetapi terstruktur dengan dengan jelas dan

memiliki materi yang telah disusun sebelumnya.

Selanjutnya kelompok bantuan bersama, indvidu-individuyang memiliki

permasalahan yang serupa (misalnya stress), dikumpulkan dalam sebuah dan

kelompok dengan tujuan akan membantu satu sama lain. Interaksi utama yang

diutamakan adalah antar klien. Shulman (dalam cotton 1990) menjelaskan bahwa

setiap anggota memberikan ide pandangan dan anggota lainnya akan merespon atau

memberikan tantangan pada anggota tersebut.

c) Workshop

Workshop merupakan metode yang serupa dengan kelompok psikoedukasi,

akan tetapi jangka waktunya dipadatkan menjadi hanya beberapa hari saja. Workshop

merupakan cara yang tepat untuk mengajarkan informasi kepada peserta, namun

kelemahannya terkadang terapis melakukan workshop dengan jumlah peserta yang

terlalu banyak sehingga proses terpeutik tidak dapatberjalan efektif.

d) Bibliography

Bibliography merupakan salah satu cara untuk mengatasi stressdengan membaca

buku, meskipun hal ini belum dapat dibuktikan. Metode ini berguna jika digunakan

dalam terapi individual, dimana klien yang memiliki kemampuan yang cukup baik

dan motivasi tinggi akan diminta untuk membaca buku-buku bantuan diri (self help).

Dengan begini, proses terapi akan menitiberatkan pada integritas dan analisis

informasi, bukan sekedar memberikan informasi pada klien saja

16

Page 17: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

D. Strategi Pemberdayaan Individu Melalui Crisis Intervention (Intervensi

Krisis)

1. Definisi Intervensi Krisis

Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat

kemampuan meyelesaikan masalah dan respons coping tidak adekuat untuk

mempertahankan keseimbangan psikologis.

Intervensi krisis adalah metode pemberian bantuan terhadap mereka yang

tertimpa krisis, di mana masalah yang membutuhkan penanganan yang cepat dapat

segera diselesaikan dan keseimbangan psikis yang dipulihkan. 

Intervensi krisis merupakan suatu intervensi ringkas yang dirancangkan dan

khususnya digunakan untuk membantu individu-individu, keluarga-keluarga dan/atau

komunitas-komunitas untuk mengatasi suatu krisis yang dirasakan dan memperbaiki

tingkatan penanggulangannya. Suatu krisis adalah suatu istilah subyektif, khususnya

dimana krisis dari satu orang akan merupakan tantangan dari orang lain.

Dua orang menghadapi situasi yang sama  bisa saja memandang

kesanggupannya untuk mengatasi dan menanggulangi peristiwa itu secara sangat

berbeda. Satu orang bisa saja bereaksi dengan mekanisme-mekanisme

penanggulangannya dan mengatasi peristiwa tersebut, sedangkan mekanisme-

mekanisme penanggulangan lama dari orang lain mungkin saja secara tak tepat

membahas peristiwa tersebut dan orang itu terlempar masuk ke dalam suatu situasi

krisis.

Intervensi krisis berusaha mencoba untuk ikut campurtangan dalam situasi

krisis tersebut dengan cara bekerjasama dengan sistem yaitu (keluarga, komunitas)

untuk mendapatkan kembali mekanisme-mekanisme penanggulangan yang telah

terbentuk dan sumber-sumber atau mengembangkan mekanisme-mekanisme dan

sumber-sumber penanggulangan yang baru yang dapat dimanfaatkan untuk

menggempur peristiwa yang menekan atau berbahaya dan mencegah masalah-

masalah psikologis atau fisiologis lebih lanjut.

Intervensi krisis dapat memberikan suatu kesempatan bagi pertumbuhan dan

perkembangan pribadi dengan cara membangkitkan kekuatan-kekuatan lama,

17

Page 18: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

sumber-sumber dan keterampilan-keterampilan penanggulangan dari individu dan,

pada waktu yang sama, mendorong perkembangan kekuatan-kekuatan baru, sumber-

sumber dan keterampilan-keterampilan penanggulangan yang baru semuanya yang

dapat dimanfaatkan ketika menghadapi suatu peristiwa yang menekan atau berbahaya

di masa depan.

Sasaran akhir dari intervensi krisis  itu adalah untuk mendukung/menyokong metoda-

metoda pelanggan yang ada atau menolong individu-individu membangun kembali

kemampuan-kemampuan penanggulangan dan pemecahan masalah seraya menolong

mereka untuk mengambil langkah-langkah konkret ke arah upaya mengelola

perasaan-perasaan mereka dan mengembangkan suatu rencana aksi.

2. Tujuan Intervensi Krisis

Tujuan dari intervensi krisis antara lain:

a) Berfokus pada pemberian dukungan terhadap individu sehingga individu

mencapai tingkat fungsi seperti sebelum krisis, atau bahkan pada tingkat

fungsi yang lebih tinggi.

b) Membantu individu memecahkan masalah dan mendapatkan kembali

keseimbangan emosionalnya.

3. Prinsip Intervensi Krisis

Dalam intervensi krisis, pendekatan pemecahan masalah digunakan secara sistematis

yang meliputi :

a) Mengkaji persepsi individu terhadap masalah, serta mengkaji kekurangan dan

kelebihan sistem pendukung individu dan keluarga

b) Merencanakan hasil yang spesifik dan tujuan yang didasarkan pada prioritas

c) Memberikan penanganan langsung

4. Peran Petugas Intervensi Krisis

Peran petugas adalah membantu individu dalam :

a) Menganalisa situasi yang penuh stress

18

Page 19: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

b) Mengungkapkan perasaan tanpa penilaian

c) Mencari cara untuk beradaptasi dengan stress dan kecemasan

d) Memecahkan masalah dan mengidentifikasi strategi dan tindakan

e) Mencari dukungan ( keluarga, teman, komunitas )

f) Menghindari stress yang akan datang dengan anticipatory guidance

19

Page 20: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Strategi Pemberdayaan Individu Melalui Bimbingan

Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk

menemukan dan mengembangkan kemampuannya sehingga menemukan kebahagiaan

pribadi dan kemanfaatan social. Secara umum dan luas, program bimbingan

dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

a) Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan pribadi

b) Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan produktif

dalam masyarakat

c) Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu yang lain

d) Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan

yang dimiliki

Fungsi bimbingan secara umum adalah sebagai fasilitator dan motivator klien dalam

upaya mengatasi dan memecahkan problem kehidupan klien dengan kemampuan

yang ada pada dirinya sendiri.

Terdapat dua macam bimbingan yaitu:

c) Bimbingan Direktif (metode mengarahkan)

Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada klien untuk berusaha menghadapi

kesulitan yang dihadapi, pengarahan yang di berikan kepada klien ialah dengan

memberikan bimbingan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan

yang menjadi permasalahan yang dihadapi oleh klien.

d) Bimbingan Nondirektif (metode yang tidak mengarahkan )

Cara pengungkapan tekanan batin yang dirasakan menjadi penghambat klien dalam

belajar dengan sistem pancingan yang berupa satu dua pertanyaan yang terarah,

selanjutnya klien diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan hal-hal yang

menghambat jiwanya, yang kemudian dicatat oleh point-point penting yang dianggap

rawan untuk diberi bantuan.

20

Page 21: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

Strategi Pemberdayaan Individu Melalui Konseling

Konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan

tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai

persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi

oleh konseli/klien.

Macam - macam Konseling :

a) Konseling sukarela

Konseling sukarela artinya konseling yang hadir di ruang konseling atas

kesadaran sendiri, berhubungan maksud dan tujuannya.

b) Konseling Terpaksa

Konseling terpaksa adalah konseli yang kehadirannya di ruang belajar karena

dorongan orang lain

c) Konseli enggan

Salah satu bentu konseli yang enggan adalah banyak bicara. Pada prinsipnya konseli

seperti ini enggan untuk dibantu.

d) Konseli bermusuhan / menentang

Konseli terpaksa yang memiliki masalah cukup serius, bisa menjelma menjadi konseli

yang bermusuhan.

Terdapat tiga macam klasifikasi konseling yaitu :

a) Mengubah perilaku yang salah penyesuaian

b) Belajar membuat keputusan adalah hal yang paling penting bagi klien.

c) Mencegah muculnya masalah yaitu: mencegah jangan sampai mengalami

masalah di kemudian hari.

Ada beberapa teknik dalam konseling yaitu :

a. Perilaku Attending.

b. Empati

c. Refleksi

d. Eksplorasi

e. Menangkap pesan utama (parapharasing)

f. Bertanya untuk membuka pertanyaan (open question)

21

Page 22: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

g. Bertanya tertutup (Closed Questions)

h. Dorongan minimal

i. Interprestasi

j. Mengarahkan (Directing)

k. Menyimpulkan sementara (Summarizing)

l. Memimpin (leading)

m. Fokus

n. Konfrontasi

o. Menjernihkan (Clarifying)

p. Memudahkan (Facilitating)

q. Diam

r. Mengambil Insiatif

s. Memberi nasehat

t. Pemberian informasi

u. Merencanakan

v. Menyimpulkan

Fase – Fase Proses Konseling

a) Fase pertama

Konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang

memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien.

b) Fase kedua

Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien.

c) Fase ketiga

Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan- perasaannya pada saat ini,

klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan

pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini.

d) Fase keempat

22

Page 23: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas

kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.

Strategi Pemberdayaan Individu Melalui Stress Manajemen

Istilah manajemen stress merujuk kepada identifikasi dan analisis terhadap

permasalah yang terkait dengan stress, dan aplikasi dari berbagai terapi terapeutik

untuk mengubah sumber stress atau pengalaman stress.

Cara melakukan manajemen stress menurut Cotton :

a) Terapi inividual

Pada terapi individual, salah satu keuntungan yang dimilki adalah dapat menangani

kasus dengan klien sulitatau dengan masalah yang cukup berat.

b) Terapi kelompok

Terapi kelompok umumnya digunakan dengan mempertimbangkan alasan

praktis, misalnya lebih murah untuk klien, tidak banyak menghabiskan waktu, dan

memungkinkan untuk menyediakan informasi dari klien lainnya. .

c) Workshop

Workshop merupakan cara yang tepat untuk mengajarkan informasi kepada

peserta, namun kelemahannya terkadang terapis melakukan workshop dengan jumlah

peserta yang terlalu banyak sehingga proses terpeutik tidak dapatberjalan efektif.

d) Bibliography

Bibliography merupakan salah satu cara untuk mengatasi stress dengan membaca

buku, meskipun hal ini belum dapat dibuktikan.

Strategi Pemberdayaan Individu Melalui Crisis Intervention (Intervensi Krisis)

Intervensi krisis adalah metode pemberian bantuan terhadap mereka yang tertimpa

krisis, di mana masalah yang membutuhkan penanganan yang cepat dapat segera

diselesaikan dan keseimbangan psikis yang dipulihkan. 

Tujuan dari intervensi krisis antara lain:

a) Berfokus pada pemberian dukungan terhadap individu sehingga individu

mencapai tingkat fungsi seperti sebelum krisis, atau bahkan pada tingkat

fungsi yang lebih tinggi.

23

Page 24: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

b) Membantu individu memecahkan masalah dan mendapatkan kembali

keseimbangan emosionalnya.

Dalam intervensi krisis, pendekatan pemecahan masalah digunakan secara sistematis

yang meliputi :

a) Mengkaji persepsi individu terhadap masalah, serta mengkaji kekurangan dan

kelebihan sistem pendukung individu dan keluarga

b) Merencanakan hasil yang spesifik dan tujuan yang didasarkan pada prioritas

c) Memberikan penanganan langsung

Peran petugas adalah membantu individu dalam :

a) Menganalisa situasi yang penuh stress

b) Mengungkapkan perasaan tanpa penilaian

c) Mencari cara untuk beradaptasi dengan stress dan kecemasan

d) Memecahkan masalah dan mengidentifikasi strategi dan tindakan

e) Mencari dukungan ( keluarga, teman, komunitas )

f) Menghindari stress yang akan datang dengan anticipatory guidance

B. Saran

a) Diharapkan pada tenaga kesehatan agar dapat memfasilitasi masyarakat melalui

kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat meliputi

pertemuan dan pengorganisasian masyarakat, memberikan motivasi kepada

masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan

agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.

b) Diharapkan masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam mendukung program-

program kesehatan sehingga dapat tecapai masyarakat yang berdaya.

24

Page 25: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

DAFTAR PUSTAKA

“Pengertian Bimbingan dan Konseling” diakses dari http://konselingindonesia.com

tanggal 5 Desember 2015 Jam 12:00 WIT

I. Djumhar dan Moh. Surya. 1975. “Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance &

Counseling)” . Bandung : CV Ilmu.

Prayitno dan Erman Amti. 2004. “Dasar-Dasar Bimbingan Konseling”. Cetakan ke

dua. Jakarta : Pustaka Ilmu

Masleham. 1996. “Teknik Konseling Individual”. Jombang : CV. Saudara

Hallen. 2002. “Bimbingan Konseling”. Jakarta: Ciputat Pres

Winkel, W.S. 2005. “Bimbingan dan Konseling”. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia

Amin, Samsul Munir. 2010. “Bimbingan dan Konseling” Jakarta: Amzah

Arifin, dan Kartikawati. 1995. “Materi Pokok Bimbingan Dan Konseling”. Jakarta:

Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam

Dra. Nelly Nurmelly, MM “Model Pendekatan Konseling” diakses dari

http://sumsel.kemenag.go.id tanggal 5 Desember 2015 Jam 12:00 WIT

Intan Dian Astari, “Manajemen stress” Fpsi UI. 2012 diakses dari

http://lontar.ui.ac.id tanggal 5 Desember 2015 Jam 12:00 WIT

Cotton, D. H. G. 1990. “Stress Management : An Integrated Approach to Therapy”.

New York : Brunner / Mazel, Inc.

25

Page 26: STRATEGI PEMBERDAYAAN INDIVIDU

Margiati, Lulus. 1999. “Stress Kerja Latar Belakang Penyebab dan Alternatif

Pemecahannya”. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Airlangga.

Isaacs, Ann. 2004. “Panduan belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik

Edisi 3”. Jakarta : EGC

“Pelayanan Langsung : Perspektif pekerjaan sosial generalis” diakses dari

http://kesos.unpad.ac.id tanggal 5 Desember 2015 Jam 12:00 WIT

26